Tanggung Jawab Lembaga Penyiaran Radio dan Produsen Dalam Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama Pemasangan Iklan

(1)

TANGGUNG JAWAB LEMBAGA PENYIARAN RADIO DAN

PRODUSEN DALAM PELAKSANAAN PERJANJIAN

KERJASAMA PEMASANGAN IKLAN

TESIS

Oleh

YULIZAR ANDYTHIA

097011091/ M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

TANGGUNG JAWAB LEMBAGA PENYIARAN RADIO DAN

PRODUSEN DALAM PELAKSANAAN PERJANJIAN

KERJASAMA PEMASANGAN IKLAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan dalam Program Studi Kenotariatan

pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Oleh

YULIZAR ANDYTHIA

097011091/ M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Judul Tesis : TANGGUNG JAWAB LEMBAGA PENYIARAN

RADIO DAN PRODUSEN DALAM

PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJASAMA PEMASANGAN IKLAN

Nama Mahasiswa : Yulizar Andythia

Nomor Pokok : 097011091

Program Studi : Kenotariatan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Runtung, SH, MHum)

Pembimbing Pembimbing

(Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum) (Syafruddin Hasibuan, SH, MH)

Ketua Program Studi, Dekan

(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN) (Prof. Dr. Runtung, SH, MHum)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 18 Februari 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Runtung, SH, MHum

Anggota : 1. Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum 2. Syafruddin Hasibuan, SH, MH

3. Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN 4. Dr. Faisal Akbar Nasution, SH, MHum


(5)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : YULIZAR ANDYTHIA

Nim : 097011091

Program Studi : Magister Kenotariatan FH USU

Judul Tesis : TANGGUNG JAWAB LEMBAGA PENYIARAN RADIO

DAN PRODUSEN DALAM PELAKSANAAN

PERJANJIAN KERJASAMA PEMASANGAN IKLAN Dengan ini menyatakan bahwa Tesis yang saya buat adalah asli karya saya sendiri bukan Plagiat, apabila dikemudian hari diketahui Tesis saya tersebut Plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun oleh Program Studi Magister Kenotariatan FH USU dan saya tidak akan menuntut pihak manapun atas perbuatan saya tersebut.

Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dalam keadaan sehat.

Medan,

Yang membuat Pernyataan

Nama :YULIZAR ANDYTHIA


(6)

ABSTRAK

Dalam Dunia yang semakin serba komplit dengan perkembangan teknologi serta ilmu pengetahuan sehingga peradaban manusia pun semakin maju dimana dalam hal dunia pengiklanan yang termasuk dalam sistem promosi sehingga dapat menunjang akan keuntungan dari produk yang disiarkan melalui media iklan yang secara mudah dan murah yaitu melalui media radio, sistem yang bertanggung jawab adalah merupakan nilai utama yang menjadi andalan dalam menjalankan usaha penyiaran. Dalam hal tanggung jawab adalah merupakan salah faktor yang sangat utama yang menyangkut karakter suatu perusahaan terhadap para konsumen- ditengah masyarakat. Tanggung jawab para pihak dituangkan dalam suatu perikatan yang merupakan kesepakatan kedua belah pihak. Dengan melalui media Lembaga Penyiaran atau Radio dengan Produsen sehingga perlu adanya sistem penanganan secara profesional demi untuk kelancaran serta keuntungan dari kedua belah pihak dalam hal ini pula perlu adanya sistem pengaturan dalam membuat kesepakatan secara saling menguntungkan serta saling keterkaitan dalam suatu perikatan perjanjian.

Perjanjian yang dilakukan adalah merupakan kontrak kesepakatan kedua belah pihak dengan tidak mengenyampingkan asas hukum yang berlaku dengan kata lain apakah perjanjian tersebut secara dibawah tangan ataukah secara notariel. Fungsi kontrak dibagi menjadi dua macam yaitu secara yuridis dan ekonomis. Perjanjian dalam sistem penyiaran radio disebut sebagi perjanjian tidak bernama dan perjanjian yang dilakukan dengan cara dibawah tangan dengan berisikan hak dan kewajiban kedua belah pihak. Wanprestasi adalah merupakan hal yang sering terjadi dalam kontrak pemasangan iklan radio apakah dari pihak radio atau dari pihak pemasang iklan, wanprestasi juga bisa terjadi akibat hal yang diluar kemampuan seperti bencana, kebakaran serta huru-hara dan perang.Penyelesaian sengketa dalam kasus iklan radio dilakukan secara musyawarah dan pihak Komisi Penyiaran Indonesia sebagai penengah namun jika tidak dapat diselesaikan bisa melalui pengadilan dan diluar pengadilan. Perlindungan Pemerintah terhadap Lembaga penyiaran dan konsumen dimana seluruh stasiun radio swasta dan Pemerintah serta gabungan swasta dan Pemerintah dibawah wewenang Kementrian Informasi dan komunikasi serta Komisi Penyiaran Indonesia. Konsumen mendapat perlindungan dari pemerintah melaui Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen akibat iklan yang menyesatkan dengan cara perdamaian juga melalui Badan Arbitrase Nasional Indonesia, Dewan Periklanan Indonesia, Komisi Penyiaran Indonesia serta Penyelesaian didalam Pengadilan akibat iklan menyesatkan.

Dalam hal kelangsungan Lembaga penyiaran terhadap pemasang iklan atau produsen perlu adanya perjanjian yang lebih memiliki kekuatan hukum yaitu secara notariel sehingga memberikan kepastian hukum dan memiliki nilai ekonomis bagi kedua belah pihak. Konsumen yang disebut masyarakat perlu adanya perlindungan akibat iklan yang menyesatkan sehingga pihak Pemerintah lebih melakukan kontrol lebih ketat akibat dampak yang timbul bagi lapisan dan kalangan masyarakat dari segi usia latar belakang dan budaya serta stabilitas keamanan bagi masyarakat bahkan terhadap bangsa.


(7)

ABSTRACT

In this increasingly complicated world with science and technology development, human civilization becomes more advanced in which the world of advertisement is included in the system of promotion that can support the profit resulted from the product broadcasted through radio an easy and economical media of advertisement and a responsible system is the main value which becomes the mainstay in running the broadcasting business. Responsibility is one of the main factors related to the character of a company in its consumer community. Responsibility of the parties involved is stated in a commitment agreed by both parties. To maintain the efficiency and beneficial relationship between Broadcasting Institution or Radio and the producers, a professional handling system is needed in the making process of a mutually benefited agreement.

The agreement made is a contract of deal made by both parties without ignoring the existing legal principle, in other words, whether or not the agreement was made underhandedly or before the notary. The function of contract is divided into two; juridical or economical. The agreement in radio broadcasting system is called anonymous agreement and this agreement was made underhandedly containing the rights and responsibilities of both parties. Breach of contract frequently occurs in the radio advertising contract whether it is initiated by the radio or the advertiser. Breach of contract can also occur because of disaster, fire, riot and war. The dispute settlement in the case of radio advertising was done by consensus with the Indonesian Broadcasting Commission as the intermediary, yet if the dispute cannot be settled by consensus it will be brought to the court of law. The protection from the government for Broadcasting Institution, consumers and all private, state and private-state joint radio stations is under the authority of Ministry of Information and Communication and the Indonesian Broadcasting Commission. Due to misleading advertising, the consumers get protection from the government, by way of peace or settlement in court of law, through Consumer Dispute Settlement Board also, by way of peace, through the Indonesian National Arbitration Board, Indonesian Advertising Council, and Indonesian Broadcasting Commission.

In terms of the continuity of relationship between Broadcasting Institution and advertisers or producers, an agreement with more legal power made before a notary is needed to provide legal certainty and economic value for both parties. Consumers or community members need protection due to misleading advertisements that the government imposes a stricter control due to the impact spread among the community members with different ages and cultural background that may destabilize communal and even national security.


(8)

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta kesehatan lahir batin kepada penulis sehingga dapat menjalani dan menyelesaikan studi di Program Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Untuk mencapai gelar Magister Kenotariatan inilah, penulis membuat suatu karya ilmiah yang berjudul “Tanggung Jawab Lembaga Penyiaran Radio dan Produsen Dalam Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama Pemasangan Iklan” Juga tidak lupa Shalawat beriring salam penulis hadiahkan kepada Rasulullah SAW yang selalu menjadi suri tauladan dan yang syafa'atnya selalu diharapkan seluruh umatnya.

Pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan ucapan penghargaan dan rasa terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, saran dan motivasi kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik. Ucapan terimakasih ini penulis tujukan kepada:

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K), atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Studi Magister Kenotariatan padaFakultas HukumUniversitas Sumatera Utara;

2. Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum., atas kesempatan bagi penulis menjadi mahasiswa Program Studi Magister KenotariatanFakultas HukumUniversitas Sumatera Utara;


(9)

3. Ketua Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN., atas segala dedikasi dan pengarahan serta masukan yang diberikan kepada penulis selama menuntut ilmu pengetahuan di Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas HukumUniversitas Sumatera Utara;

4. Terimakasih yang sedalam-dalamya dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Runtung, SH., M.Hum., selaku Ketua Komisi Pembimbing, dan Dr. T. keizerina Devi A., SH, CN, MHum., serta Syafruddin Hasibuan, SH, MH., selaku Anggota Komisi Pembimbing yang dengan penuh perhatian telah memberikan bimbingan, arahan, petunjuk, ide dan motivasi yang terbaik serta kritik dan saran yang konstruktif demi tercapainya hasil yang terbaik dalam penulisan tesis ini;

5. Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN.,dan Dr. Faisal Akbar Nasution, SH, MHum, selaku dosen penguji yang telah berkenan memberikan bimbingan dan arahan serta masukan maupun saran terhadap penyempurnaan penulisan tesis ini;

6. Seluruh staf pengajar di Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, yang telah banyak memberikan ilmu dan motivasi dalam setiap perkuliahan kepada penulis;

7. Kedua orangtua, ayahku dr. H. N. Rizal RS. SpPD., atas perhatian dan jerih payahnya selama ini dan ibundaku tersayang, Hj. Irmayati Usman, yang telah membesarkan, merawat serta tiada hentinya selalu mencurahkan kasih sayang, nasehat, motivasi dan perhatiannya kepadaku, sehingga dapat menyelesaikan


(10)

semua studiku dengan baik, dan buat saudara-saudaraku tercinta, dr. Julia M. Sari beserta suami dr. Syaiful Arif Miraza, dr. Dewi Maya Sarah, beserta suamidr. Fadlun Jamali,dan beserta adik Budi M. Nur.

8. Sahabat-sahabatku seperjuangan,Kak Sere, Kiki, Pak Azhar, Pak Mursil, Pak Bambang, Bang Arman, Bang Yono, Kak Sri, Kak Bekka, Rini, Toni, Tommy, Zulkarnain, Hendra, Andi, Rio, Mighdad, Moses, RicharddanAde, semoga setelah selesainya studi ini persahabatan kita bisa tetap terjalin meskipun kita tidak bersama-sama lagi.

9. Seluruh staf pegawai di Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, Bu Fat, Lisa, Winda, Sari, Afni, Bang Aldi, Ken, Rizal dan Hendri;

Akhir kata, penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, untuk itu segaa kritik dan saran yang bersifat membangun diterima dengan tangan terbuka demi kebaikan dalam penulisan karya ilmiah selanjutnya. Semoga tesis ini dapat memberikan sesuatu yang bermanfaat dalam menambah wawasan dan pengetahuan bagi pembacanya.

Medan, Februari 2012 Penulis


(11)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

Nama : Yulizar Andythia

Tempat/Tgl. Lahir : Medan, 01 Juli 1982 Jenis Kelamin : Laki-laki

Status : Belum Menikah

Alamat : Komp. Tasbi II Blok I No. 84 Medan

II. PENDIDIKAN FORMAL

1. SD Dharmawanita Medan dari tahun 1989 sampai 1994 2. SMP Negeri 1 Medan dari tahun dari tahun 1994 sampai 1997 3. SMA Kemala Bhayangkari I Medan dari tahun 1997 sampai 1999

4. Fakultas Hukum Universitas Islam Sumatera Utara dari tahun 1999 sampai 2005

5. Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dari tahun 2009 sampai tahun 2012


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI... vii

BAB I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Keaslian Penelitian ... 7

F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 8

1. Kerangka Teori ... 8

2. Konsepsi ... 24

G. Metode Penelitian... 25

1. Spesifikasi Penelitian ... 25

2. Jenis dan Sumber Data... 26

3. Teknik dan Alat Pengumpul Data ... 26

4. Analisis Data ... 27

BAB II. PERJANJIAN KERJASAMA PEMASANGAN IKLAN MELALUI RADIO ... 28

A. Perjanjian Kerjasama dalam Praktek ... 28


(13)

B. Pelaksanaan Perjanjian Siaran Iklan melalui Radio... 38

1. Perjanjian Siaran Iklan ... 38

2. Hak dan Kewajiban Para Pihak ... 44

BAB III. PENYELESAIAN SENGKETA DALAM PERJANJIAN PEMASANGAN IKLAN MELALUI RADIO... 61

A. Wanprestasi ... 61

B. Penyelesaian Sengketa Dalam Perjanjian Siaran Iklan Melalui Radio ... 66

BAB IV. PERLINDUNGAN PEMERINTAH TERHADAP LEMBAGA PENYIARAN DAN KONSUMEN... 81

A. Hak Lembaga Penyiaran ... 81

B. Upaya Penyelesaian Sengketa yang Ditempuh oleh Konsumen dan Pelaku Usaha yang Dirugikan ... 93

1. Upaya Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan ... 93

2. Upaya Penyelesaian Sengketa di Pengadilan atas Pelanggaran Hukum Terhadap Iklan Menyesatkan... 101

C. Peranan Pemerintah Terhadap Pengawasan dan Penegakkan Hukum Atas Iklan Yang Mengandung Informasi Menyesatkan... 110

1. Peran Pemerintah Sebagai Pembuat Peraturan ... 110

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 119

A. Kesimpulan ... 119

B. Saran ... 121

DAFTAR PUSTAKA ... 123 LAMPIRAN


(14)

ABSTRAK

Dalam Dunia yang semakin serba komplit dengan perkembangan teknologi serta ilmu pengetahuan sehingga peradaban manusia pun semakin maju dimana dalam hal dunia pengiklanan yang termasuk dalam sistem promosi sehingga dapat menunjang akan keuntungan dari produk yang disiarkan melalui media iklan yang secara mudah dan murah yaitu melalui media radio, sistem yang bertanggung jawab adalah merupakan nilai utama yang menjadi andalan dalam menjalankan usaha penyiaran. Dalam hal tanggung jawab adalah merupakan salah faktor yang sangat utama yang menyangkut karakter suatu perusahaan terhadap para konsumen- ditengah masyarakat. Tanggung jawab para pihak dituangkan dalam suatu perikatan yang merupakan kesepakatan kedua belah pihak. Dengan melalui media Lembaga Penyiaran atau Radio dengan Produsen sehingga perlu adanya sistem penanganan secara profesional demi untuk kelancaran serta keuntungan dari kedua belah pihak dalam hal ini pula perlu adanya sistem pengaturan dalam membuat kesepakatan secara saling menguntungkan serta saling keterkaitan dalam suatu perikatan perjanjian.

Perjanjian yang dilakukan adalah merupakan kontrak kesepakatan kedua belah pihak dengan tidak mengenyampingkan asas hukum yang berlaku dengan kata lain apakah perjanjian tersebut secara dibawah tangan ataukah secara notariel. Fungsi kontrak dibagi menjadi dua macam yaitu secara yuridis dan ekonomis. Perjanjian dalam sistem penyiaran radio disebut sebagi perjanjian tidak bernama dan perjanjian yang dilakukan dengan cara dibawah tangan dengan berisikan hak dan kewajiban kedua belah pihak. Wanprestasi adalah merupakan hal yang sering terjadi dalam kontrak pemasangan iklan radio apakah dari pihak radio atau dari pihak pemasang iklan, wanprestasi juga bisa terjadi akibat hal yang diluar kemampuan seperti bencana, kebakaran serta huru-hara dan perang.Penyelesaian sengketa dalam kasus iklan radio dilakukan secara musyawarah dan pihak Komisi Penyiaran Indonesia sebagai penengah namun jika tidak dapat diselesaikan bisa melalui pengadilan dan diluar pengadilan. Perlindungan Pemerintah terhadap Lembaga penyiaran dan konsumen dimana seluruh stasiun radio swasta dan Pemerintah serta gabungan swasta dan Pemerintah dibawah wewenang Kementrian Informasi dan komunikasi serta Komisi Penyiaran Indonesia. Konsumen mendapat perlindungan dari pemerintah melaui Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen akibat iklan yang menyesatkan dengan cara perdamaian juga melalui Badan Arbitrase Nasional Indonesia, Dewan Periklanan Indonesia, Komisi Penyiaran Indonesia serta Penyelesaian didalam Pengadilan akibat iklan menyesatkan.

Dalam hal kelangsungan Lembaga penyiaran terhadap pemasang iklan atau produsen perlu adanya perjanjian yang lebih memiliki kekuatan hukum yaitu secara notariel sehingga memberikan kepastian hukum dan memiliki nilai ekonomis bagi kedua belah pihak. Konsumen yang disebut masyarakat perlu adanya perlindungan akibat iklan yang menyesatkan sehingga pihak Pemerintah lebih melakukan kontrol lebih ketat akibat dampak yang timbul bagi lapisan dan kalangan masyarakat dari segi usia latar belakang dan budaya serta stabilitas keamanan bagi masyarakat bahkan terhadap bangsa.


(15)

ABSTRACT

In this increasingly complicated world with science and technology development, human civilization becomes more advanced in which the world of advertisement is included in the system of promotion that can support the profit resulted from the product broadcasted through radio an easy and economical media of advertisement and a responsible system is the main value which becomes the mainstay in running the broadcasting business. Responsibility is one of the main factors related to the character of a company in its consumer community. Responsibility of the parties involved is stated in a commitment agreed by both parties. To maintain the efficiency and beneficial relationship between Broadcasting Institution or Radio and the producers, a professional handling system is needed in the making process of a mutually benefited agreement.

The agreement made is a contract of deal made by both parties without ignoring the existing legal principle, in other words, whether or not the agreement was made underhandedly or before the notary. The function of contract is divided into two; juridical or economical. The agreement in radio broadcasting system is called anonymous agreement and this agreement was made underhandedly containing the rights and responsibilities of both parties. Breach of contract frequently occurs in the radio advertising contract whether it is initiated by the radio or the advertiser. Breach of contract can also occur because of disaster, fire, riot and war. The dispute settlement in the case of radio advertising was done by consensus with the Indonesian Broadcasting Commission as the intermediary, yet if the dispute cannot be settled by consensus it will be brought to the court of law. The protection from the government for Broadcasting Institution, consumers and all private, state and private-state joint radio stations is under the authority of Ministry of Information and Communication and the Indonesian Broadcasting Commission. Due to misleading advertising, the consumers get protection from the government, by way of peace or settlement in court of law, through Consumer Dispute Settlement Board also, by way of peace, through the Indonesian National Arbitration Board, Indonesian Advertising Council, and Indonesian Broadcasting Commission.

In terms of the continuity of relationship between Broadcasting Institution and advertisers or producers, an agreement with more legal power made before a notary is needed to provide legal certainty and economic value for both parties. Consumers or community members need protection due to misleading advertisements that the government imposes a stricter control due to the impact spread among the community members with different ages and cultural background that may destabilize communal and even national security.


(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan zaman yang pesat menyebabkan hubungan antara produsen sebagai penghasil barang atau jasa dengan konsumen sebagai pemakai barang atau jasa sebagian besar tidak dilaksanakan secara langsung. Terdapat suatu jarak, dimana umumnya konsumen tidak mengenal pembuat barang atau jasa yang mereka peroleh untuk kebutuhannya. Selain itu kebutuhan terhadap suatu barang atau jasa semakin meningkat dan semakin canggih baik kegunaannya maupun penampilannya, sehingga diperlukan suatu informasi yang lengkap dari produsen kepada konsumen tentang suatu barang atau jasa yang mereka hasilkan.

Banyak cara yang ditempuh oleh suatu perusahaan untuk mengkomunikasikan pesan yang ingin disampaikan kepada konsumen, salah satunya adalah iklan, yang merupakan bagian penting dari pemasaran suatu produk. Periklanan tidak bisa dilepaskan dari kegiatan ekonomi secara keseluruhan, terutama dalam hal pemasaran produk-produk yang dihasilkan. Iklan menentukan hubungan antara produsen dan konsumen.1

Produk barang atau jasa itu sendiri, baik penamaannya, pengemasannya maupun penetapan harga dan distribusinya, semuanya tercermin dalam kegiatan

1Morissan, 2010,Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu, Prenada Media Group, Jakarta,


(17)

periklanan. “Tanpa adanya periklanan, berbagai produk atau jasa tidak akan dapat mengalir secara lancar ke para distributor atau penjual, apalagi sampai ke tangan konsumen atau pemakainya”.2

Perkembangan iklan sebagai media informasi suatu produk “booming” seiring dengan perkembangan media periklanan itu sendiri, seperti radio, televisi dan surat kabar. Penggunaan lembaga penyiaran pada umumnya, khususnya radio sebagai sarana promosi atas produk oleh produsen semakin meningkat dari waktu ke waktu. Sekurang-kurangnya ada dua alasan mengapa para produsen memilih media radio sebagai sarana promosi melalui pemasangan iklan, harga relatif lebih murah, dan daya jangkau lebih luas baik dari aspek jarak maupun lapisan masyarakat.3Harga (rate) pemasangan iklan pada Radio KISS FM Medan sebagaimana tertera pada tabel berikut.

Tabel 1.

Rate Iklan pada Radio KISS FM Medan Tahun 2010

No. Uraian JAM 1 s/d 30 Detik 31 s/d 60 Detik

I. SPOT

a. Prime Time 06.00 – 10.00

15.00 – 18.00 Rp. 210.000,- Rp. 300.000,-19.00 – 21.00

b. Regular Time 10.00 – 15.00

18.00 – 19.00 Rp. 170.000,- Rp. 240.000,-21.00 – 24.00

II. ADLIB 60 Detik Rp.

360.000,-III. SPONSOR PROGRAM

a. Blocking Time 30 Menit Rp. 1.800.000,- nett

2Frank Jefkins, 1997,Periklanan, diterjemahkan oleh Haris Munandar, edisi Ketiga, Grafindo,

Jakarta, hlm. 1.

3Robert W. Bly, 2006, The Complete Ideal’s Guide: Direct Marketing. Prenada Media Group,


(18)

45 Menit Rp. 2.400.000,- nett 60 Menit Rp. 3.000.000,- nett

b. Non Blocking Time 30 Menit Rp. 1.500.000,- nett

45 Menit Rp. 2.000.000,- nett 60 Menit Rp. 2.500.000,- nett

IV. TALK SHOW

a. Prime Time 60 Menit Rp. 5.000.000,- nett

b. Regular Time 30 Menit Rp. 2.000.000,- nett

60 Menit Rp. 4.000.000,- nett

V. INSERT / QUIZ 5 Menit Rp. 750.000,- nett

VI. LIVE REPORT 5 Menit Rp. 750.000,- nett

Sumber: PT. Radio KISS FM, Medan, 2010.

Sebagai konsekuensi logis dari booming periklanan melalui media tersebut di atas adalah terjadinya sengketa yang terkait dengan pelaksanaan perjanjian pemasangan iklan tersebut. Bentuk-bentuk sengketa yang mungkin terjadi bermacam-macam, baik dalam bentuk wanprestasi maupun dalam bentuk perbuatan melawan hukum. Salah satu bentuk wanprestasi yang pernah terjadi antara PT. Java Festival Production (JFP) dengan PT. Radio Kidung Indah Selaras Suara (KISS FM) Medan adalah keterlambatan pembayaran oleh JFP kepada pihak radio KISS FM. Dalam hal sengketa tersebut, kedua belah pihak bersepakat untuk menyelesaikan secara damai, karena alasan keterlambatan yang diajukan oleh JFP dapat diterima oleh pihak radio KISS FM.4

Perjanjian adalah perbuatan hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum, yaitu adanya hak dan kewajiban yang mengikat untuk ditaati oleh para pihak. Dalam perjanjian siaran iklan antara pihak

4Perjanjian Kerjasama antara PT. Java Festival Production dengan PT. Radio Kidung Indah


(19)

pemasang iklan dan pihak radio juga berlaku syarat perjanjian seperti tertuang dalam Pasal 1320 dan 1338 ayat (1) KUH Perdata. Dimana pihak pemasang iklan mengikatkan dirinya dengan pihak radio yang akan menyiarkan iklan, dan pihak pemasang iklan berkewajiban untuk membayar sejumlah biaya penyiaran iklan oleh radio sesuai dengan kesepakatan yang telah disepakati. Tidak terpenuhinya prestasi ini bisa karena kesalahan dari salah satu pihak yang mengakibatkan wanprestasi.

Overmachtatau keadaan memaksa adalah suatu keadaan atau peristiwa yang terjadi diluar tanggungjawab para pihak, yang membuat perjanjian itu tidak dapat dilaksanakan sama sekali.5

Dalam penyiaran iklan juga harus dihindari terjadinya iklan yang menyesatkan, menipu yang pada akhirnya dapat merugikan konsumen.6 Hakekat iklan bagi perlindungan konsumen ialah merupakan janji dari para pihak yang mengumumkannya, karena itu iklan dalam segala bentuknya mengikat para pihak tersebut dengan akibat hukumnya.7

Dalam Pasal 1 Peraturan Komisi Penyiaran Indonesia Sumatera Utara No.02/P/KPI/12/2009:

1) Pedoman Perilaku Penyiaran adalah ketentuan-ketentuan bagi Lembaga Penyiaran yang ditetapkan oleh Komisi Penyiaran Indonesia untuk menjadi panduan tentang batasan apa yang diperbolehkan dan tidak

5S.B. Marsh dan J. Soulsby, 2006,Hukum Perjanjian, Alih Bahasa: Abdul kadir Muhammad,

Alumni, Bandung, hlm. 27.

6Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia, 2006,Etika Pariwara Indonesia, Jakarta, hlm. 11. 7Badan Pembina Hukum Nasional, Laporan Tim Pengkajian Hukum Tentang Aspek Hukum

dan Etika Bisnis Periklanan di Indonesia, Departemen Kehakiman Republik Indonesia, Jakarta, 1993/1994, hlm. 12.


(20)

diperbolehkan dalam menyelenggarakan penyiaran dan mengawasi sistem penyiaran nasional Indonesia.

2) Penyiaran radio adalah media komunikasi massa dengar, yang menyalurkan gagasan dan informasi dalam bentuk suara secara umum dan terbuka, berupa program yang teratur dan berkesinambungan

3) Siaran adalah pesan atau rangkaian pesan dalam bentuk suara, gambar, atau suara dan gambar atau yang berbentuk gratis, karakter, baik yang bersifat interaktif maupun tidak, yang dapat diterima rnelalui perangkat penerima siaran

4) Program siaran adalah program yang berisi pesan atau rangkaian pesan dalam bentuk suara, gambar, atau suara dan gambar atau yang berbentuk gratis, karakter, baik yang bersifat interaktif maupun tidak yang disiarkan oleh lembaga penyiaran.

Perjanjian kerjasama pemasangan iklan dibuat dalam bentuk kontrak, dimana dalam perjanjian kerjasama penyiaran iklan tersebut, telah ditentukan hak dan kewajiban para pihak termasuk jika terjadi wanprestasi. Oleh karena itu, sehubungan dengan perjanjian kerjasama pemasangan iklan di radio, dilakukan suatu kajian mengenai tanggung jawab lembaga penyiaran radio dan produsen dalam pelaksanaan perjanjian pemasangan iklan, dalam undang-undang Hak Cipta dicantumkan penerapan. Pengadilan niaga sebagai sarana penyelesaian perkara perdata, keragaman sanksi pidana dan/atau denda terhadap para pelanggar hak cipta, percantuman sanksi


(21)

pidana terhadap pelanggar penggunaan perbanyakan atau disebutend user piracydan sebagainya.8

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka ada beberapa hal yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini, yaitu :

1. Bagaimana ruang lingkup hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian pemasangan iklan melalui radio ?

2. Bagaimana penyelesaian sengketa yang terjadi dalam pelaksanaan perjanjian pemasangan iklan melalui radio tersebut ?

3. Bagaimana pelaksanaan perlindungan Pemerintah terhadap Lembaga Penyiaran dan konsumen dari iklan yang menyesatkan?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui ruang lingkup hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian pemasangan iklan melalui radio.

2. Untuk mengetahui bagaimana penyelesaian sengketa yang terjadi dalam pelaksanaan perjanjian pemasangan iklan melalui radio tersebut.


(22)

3. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan perlindungan Pemerintah terhadap Lembaga Penyiaran dan konsumen dari iklan yang menyesatkan.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis, yaitu :

1. Secara Teoritis

Diharapkan dengan penelitian ini dapat memberi manfaat dalam bidang ilmu pengetahuan hukum khususnya bidang keperdataan terutama yang berhubungan dengan perjanjian.

2. Secara Praktis

Diharapkan akan bermanfaat sebagai masukan bagi praktisi periklanan terutama pengetahuan tentang hak dan kewajiban dalam suatu perjanjian kerjasama.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian dan penelusuran yang telah dilakukan, baik terhadap hasil-hasil penelitian yang sudah ada, maupun sedang dilakukan, khususnya pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, belum ada penelitian yang membahas mengenai Tanggung Jawab Lembaga Penyiaran Radio dan Produsen Dalam Pelaksanaan Perjanjian Pemasangan Iklan.


(23)

F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

Menurut Gustav Radbruch sebagaimana dikutip oleh Satjipto Raharjo, menyatakan bahwa teori hukum menjadikan nilai-nilai dan postulat-postulat hukum, maka tugas teori hukum adalah membuat jelas nilai-nilai serta postulat-postulat hukum sampai pada landasan filosofisnya.9

Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis mengenai suatu kasus atau permasalahan yang menjadi bahan perbandingan penulis dibidang hukum.10Suatu kerangka teori bertujuan untuk menyajikan cara-cara untuk mengorganisasikan dan menginterpretasikan hasil-hasil penelitian dan menghubungkannya dengan hasil-hasil penelitian terdahulu.11 Kata lain dari kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis, mengenai suatu kasus atau permasalahan yang menjadi bahan perbandingan atau pegangan teoritis dalam penelitian.12

Menurut H. Zainuddin Ali, kerangka teoritis dalam penulisan karya ilmiah hukum mempunyai empat ciri, yaitu: teori hukum, asas-asas hukum, doktrin hukum, dan ulasan pakar hukum berdasarkan dalam pembidangan kekhususannya.13Keempat ciri khas teori hukum tersebut dapat dituangkan dalam penulisan kerangka teoritis dan atau salah satu ciri tersebut, maka kerangka teori yang akan dijadikan landasan dalam suatu penelitian tersebut adalah teori-teori

9 Satjipto Raharjo, 2006,Membedah Hukum Progresif, Buku Kompas, Jakarta, hlm. 159. 10M. Solly Lubis, 1994,Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung, hlm. 27. 11Burhan Ashshofa, 1998,Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, hlm. 23. 12M. Solly Lubis,Op.Cit., hlm. 23.


(24)

hukum yang telah dikembangkan oleh para ahli hukum dalam berbagai kajian dan temuan.

Berkaitan dengan pendapat tersebut, maka teori adalah serangkaian konsep, definisi dan proposisi yang berkaitan dan bertujuan untuk memberikan gambaran secara sistematis tentang suatu gejala.14Selanjutnya dijelaskan bahwa teori adalah suatu penjelasan yang berupaya untuk menyederhanakan pemahaman mengenai suatu fenomena atau teori juga merupakan simpulan dari rangkaian berbagai fenomena menjadi penjelasan yang sifatnya umum.15

Dengan adanya perjanjian internasional tentang aspek-aspek yang dikaitkan dengan perdagangan kekayaan inteleketual (TRIPs), materi yang harus dilindungi diperluas dengan ciptaan-ciptaan sebagai berikut:

a. Karya-karya yang harus dilindungi menurut Konvensi Bern; b. Program komputer;

c. Kumpulan data/informasi;

d. Pertunjukan-pertunjukan (berupa pertunjukan langsung, disiarkan atau perekaman gambar pertunjukan);

e. Rekaman Suara; dan f. Penyiaran.

14Bahder Johan Nasution, 2008,Metode Penelitian Hukum, Mandar Maju, Bandung, hlm. 141. 15Mukti Fajar Nurdewata et al, 2010, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris,


(25)

Indonesia turut menandatangani TRIPs pada tahun 1997 dan setuju untuk memenuhi kewajibannya berdasarkan TRIPs pada tahun 2000.16

Sehubungan dengan hal tersebut dengan meneliti tentang perjanjian pemasangan iklan dalam praktek yang dihubungkan dengan perjanjian kontrak menggunakan teori untuk menjelaskan permasalahan yang ada yaitu teori kehendak.

Menurut teori kehendak, suatu kontrak menghadirkan suatu ungkapan kehendak diantara para pihak, dalam teori kehendak terdapat asumsi bahwa suatu kontrak melibatkan kewajiban yang dibebankan terhadap para pihak yang mana dalam teori kehendak, yaitu teori penawaran dan penerimaan. Teori penerimaan dan penawaran merupakan teori dasar dari adanya kesepakatan kehendak adalah teori offer and acceptance yang dapat dimaksudkan bahwa pada prinsipnya suatu kesepakatan kehendak baru terjadi setelah adanya penawaran (offer) dari salah satu pihak dan diikuti dengan penerimaan tawaran (acceptance) oleh pihak lain dalam kontrak tersebut. Teori ini diakui secara umum diretiap system hukum, sungguhpun pengembangan dari teori ini banyak dilakukan di negara-negara yang menganut sistem hukumCommon Law.17

Dalam undang-Undang Hak Cipta No19 tahun 2002 pasal 1 angka 12 disebutkan Lembaga Penyiaran adalah organissi penyelenggara siaran yang

16Tim Lindsay dkk, 2006,Hak Kekayaan Intelektual, PT.Alumni Bandung, hlm.99.

17 HS Salim, 2006, Hukum Kontrak, Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak. Sinar Grafika,


(26)

berbentuk badan hukum, yang melakukan penyiaran atas suatu karya siaran dengan menggunakan transmisi dengan atau tanpa kabel atau melalui system elektromagnetik. Lembaga Produsen adalah organisasi atau badan hukum yang pertama kali memproduksi dari sebuah karya cipta, Lembaga iklan adalah organisasi yang melakukan pengiklanan terhadap suatu karya. Dalam pasal1 Komisi Penyiaran Indonesia disebutkan dalam :

Ayat 2 : “Penyiaran adalah kegiatan pemancarluasan siaran melalui sarana pemancaran dan/atau sarana transmisi di darat, di laut atau di antariksa dengan menggunakan spektrum frekuensi radio melalui udara, kabel, dan/atau media lainnya untuk dapat diterima secara serentak dan bersamaan oleh masyarakat dengan perangkat penerima siaran.

Ayat 3 : Lembaga penyiaran adalah penyelenggara penyiaran, baik lembaga penyiaran publik, lembaga penyiaran swasta, lembaga penyiaran komunitas maupun lembaga penyiaran berlangganan yang dalam melaksanakan tugas, fungsi dan tanggung jawabnya berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Ayat 4 : Penyiaran radio adalah media komunikasi massa dengar, yang menyalurkan gagasan dan informasi dalam bentuk suara secara umum dan terbuka, berupa program yang teratur dan berkesinambungan. Ayat 8 : Siaran langsung adalah program siaran yang ditayangkan dengan waktu


(27)

Ayat 9 : Siaran tidak Iangsung adalah program siaran yang direkam untuk ditayangkan pada waktu yang berbeda.

Ayat 15: Siaran iklan adalah siaran informasi yang bersifat komersial dan layanan masyarakat tentang tersedianya jasa, barang, dan gagasan yang dapat dimanfaatkan oleh khalayak dengan atau tanpa imbalan kepada lembaga penyiaran yang bersangkutan.

Ayat 16 : Siaran iklan niaga adalah siaran iklan komersial yang disiarkan melalui penyiaran radio atau televisi dengan tujuan memperkenalkan, memasyarakatkan, dan/atau mempromosikan barang atau jasa kepada khalayak sasaran untuk mempengaruhi konsumen agar menggunakan produk yang ditawarkan.

Ayat 17 : Siaran iklan layanan masyarakat adalah siaran iklan nonkomersial yang disiarkan melalui penyiaran radio atau televisi dengan tujuan memperkenalkan, memasyarakatkan, dan/atau mempromosikan gagasan, cita-cita, anjuran, dan/atau pesan-pesan lainnya kepada masyarakat untuk mempengaruhi khalayak agar berbuat dan/atau bertingkah laku sesuai dengan pesan iklan tersebut.

Ayat 18 : Progam siaran berlangganan adalah program yang berisi pesan atau rangkaian pesan dalam bentuk suara, gambar, atau suara dan gambar atau yang berbentuk gratis, dan karakter yang disiarkan oleh Iembaga penyiaran berlangganan.


(28)

Ayat 19 : Program penggalangan dana adalah program siaran yang bertujuan untuk mengumpulkan dana dari masyarakat yang diperuntukkan bagi kegiatan sosial.

Hak penyiaran adalah merupakan Hak terkait yang termasuk dalam hak ekonomi, 18 dalam hal melakukan pengumuman iklan adalah merupakan pengumuman atau pemberitaan tentang sesuatu karya cipta atau terhadap suatu kegiatan baik bersifat sosial maupun bersifat komersil, pengiklanan yang dilakukan terhadap sebuah stasiun radio adalah merupakan bentuk kerja sama dalam hal kepentingan masing-masing baik sifatnya saling menguntungkan. Pasal 1313 KUH Perdata memberikan definisi tentang perjanjian sebagai berikut: “Perjanjian adalah suatu perbuatan, dimana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih.” Rumusan tersebut selain tidak lengkap artinya juga sangat luas. Tidak lengkap karena hanya menyebutkan perjanjian sepihak saja, artinya sangat luas karena hanya dipergunakan perkataan ‘perbuatan’ tercakup juga perwakilan sukarela dan perbuatan melawan hukum.19

Pasal 1338 KUH Perdata menentukan, “Semua persetujuan yang dibuat secara sah dan sesuai dengan Undang-Undang berlaku sebagai Undang-Undang bagi mereka yang membuatnya.” Persetujuan itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan kesepakatan kedua belah pihak atau karena alasan-alasan yang ditentukan oleh undang-undang. Persetujuan harus dilaksanakan dengan itikad baik.

18Otto Hasibuan, 2008,Hak Cipta di Indonesia, PT. Alumni, Bandung, hlm. 78 19Wirjono Prodjodikoro, 2000, Azas-azas Perjanjian,Mandar Maju, Bandung, hlm, 52.


(29)

Perjanjian adalah perbuatan hukum bersegi dua atau jamak, dimana untuk itu diperlukan syarat-syarat seperti dalam Pasal 1320 KUH Perdata.

Asas kepastian hukum merupakan asas yang berhubungan dengan akibat perjanjian. Asas pacta sunt servanda merupakan asas bahwa hakim atau pihak ketiga harus menghormati substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak, sebagaimana layaknya sebuah undang-undang. Mereka tidak boleh melakukan intervensi terhadap substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak. Asas pacta sunt servandadapat disimpulkan dalam Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata. Asas ini pada mulanya dikenal dalam hukum gereja. Dalam hukum gereja itu disebutkan bahwa terjadinya suatu perjanjian bila ada kesepakatan antar pihak yang melakukannya dan dikuatkan dengan sumpah. Hal ini mengandung makna bahwa setiap perjanjian yang diadakan oleh kedua pihak merupakan perbuatan yang sakral dan dikaitkan dengan unsur keagamaan. Namun, dalam perkembangan selanjutnya asas pacta sunt servanda diberi arti sebagai pactum, yang berarti sepakat yang tidak perlu dikuatkan dengan sumpah dan tindakan formalitas lainnya. Sedangkan istilahnudus pactumsudah cukup dengan kata sepakat saja.

Asas Itikad baik terdapat dalam Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata, menyatakan bahwa : “Semua perjanjian itu harus dilakukan dengan itikad baik.” Asas ini merupakan asas bahwa para pihak, yaitu pihak kreditur dan debitur harus melaksanakan substansi kontrak berdasarkan kepercayaan atau keyakinan yang teguh maupun kemauan baik dari para pihak. Asas itikad baik terbagi menjadi dua macam, yakni itikad baik nisbi dan itikad baik mutlak. Pada itikad yang pertama,


(30)

seseorang memperhatikan sikap dan tingkah laku yang nyata dari subjek. Pada itikad yang kedua, penilaian terletak pada akal sehat dan keadilan serta dibuat ukuran yang obyektif untuk menilai keadaan (penilaian tidak memihak) menurut norma-norma yang objektif.20

Suatu perjanjian dalam pelaksanaannya ada kemungkinan tidak sesuai dengan yang diperjanjikan atau mungkin tidak dapat dilaksanakan karena adanya hambatan-hambatan dalam pelaksanaannya. Hambatan-hambatan tersebut dapat terjadi berupa wanprestasi dan keadaan memaksa21.

a) Wanprestasi

Wanprestasi menurut Abdul Kadir Muhamad mempunyai arti tidak memenuhi kewajiban yang telah ditetapkan dalam perikatan, baik perikatan yang timbul karena perjanjian22. Sedangkan menurut J. Satrio, wanprestasi mempunyai arti bahwa debitur tidak memenuhi janjinya atau tidak memenuhi sebagaimana mestinya dan kesemuanya itu dapat dipersalahkan kepadanya, maka dikatakan bahwa debitur wanprestasi23.

Debitur dikatakan telah melakukan wanprestasi baik karena lalai maupun karena kesengajaan24. Untuk menentukan dan menyatakan apakah seseorang melakukan wanprestasi, tidaklah mudah karena seringkali tidak diperjanjikan dengan tepat kapan suatu pihak diwajibkan melakukan prestasi yang telah diperjanjikan. Sebelum dinyatakan wanprestasi, seorang debitur harus lebih dahulu ditagih atau diberi teguran atau somasi, sebagaimana ketentuan Pasal 1238 KUH

20JM.Van Dunne dan Van der Burght,Gr. 1988, Perbuatan Melawan Hukum, Dewan Kerja

sama Ilmu Hukum Belanda dengan Indonesia, Proyek Hukum Perdata, Ujung Pandang, hlm 15.

21J. Satrio, 1988,Hukum Perikatan-Perikatan Pada Umumnya,Alumni, Bandung, hlm. 83. 22Abdul Kadir Muhamad, 1998,Hukum Perikatan, Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 20. 23J. Satrio,Op.Cit,hlm. 122.

24 Agus Yudha Hernoko, 2010, Hukum Perjanjian Asas Proporsionalitas dalam Kontrak


(31)

Perdata yang menyebutkan : “Si berhutang adalah lalai, apabila ia dengan surat perintah atau dengan akta sejenis itu telah dinyatakan lalai, atau demi perikatannya sendiri, ialah jika ini menetapkan, bahwa si berhutang akan terus dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang ditentukan.”

Pernyataan lalai sebenarnya merupakan suatu peringatan dari kreditur agar debitur berprestasi, selambat-lambatnya pada suatu saat tertentu25.

Menurut Pasal 1267 KUH Perdata, pihak kreditur dapat menuntut pihak debitur yang lalai dengan memilih beberapa kemungkinan tuntutan Sedangkan menurut R. Subekti26, akibat hukum bagi debitur yang telah wanprestasi adalah suatu sanksi, terdapat 4 (empat) macam sanksi yaitu :

1) Ganti Rugi

Debitur harus membayar ganti rugi sebagai akibat kerugian yang diderita kreditur, seperti yang tersebut dalam Pasal 1243 KUH Perdata.

Undang-undang juga memberikan ketentuan yang merupakan pembatasan tentang apa yang dituntut sebagai ganti rugi, ketentuan-ketentuan tersebut terdapat dalam Pasal 1247 dan Pasal 1248 KUH Perdata, yaitu menyatakan sebagai berikut :

Pasal 1247 KUH Perdata menentukan: “Si berhutang hanya diwajibkan mengganti biaya, rugi dan bunga yang nyata telah, atau sedianya dapat diduga

25Purwahid Patrik, 2004,Dasar-dasar Hukum Perikatan, Mandar Maju, Bandung, hlm. 12. 26R. Soebekti, 1995,Aneka Perjanjian,Citra AdityaBakti, Bandung, hlm. 28.


(32)

sewaktu perikatan dilahirkan, kecuali jika hal tidak dipenuhinya perikatan itu disebabkan karena sesuatu tipu daya yang dilakukan olehnya.”

Pasal 1248 KUH Perdata menentukan: “Bahwa jika hal tidak dipenuhinya perikatan itu disebabkan karena tipu daya di berutang, pengganti biaya, rugi dan bunga sekedar mengenai kerugian yang dideritanya oleh si berpiutang dan keuntungan yang terhilang baginya, hanyalah terdiri atas apa yang merupakan akibat langsung dari tidak dipenuhinya perikatan.”

Dengan demikian walaupun debitur dalam kenyataan lalai atau alpa tetap diberi perlindungan oleh undang-undang terhadap kesewenangan pihak kreditur. Akan tetapi pembatasan tersebut hanya meliputi kerugian yang dapat diduga pada kemungkinan timbulnya kerugian dan besarnya kerugian.27 Serta kerugian tersebut merupakan akibat langsung dari wanprestasi, seperti yang ditentukan dalam Pasal 1248 KUH Perdata.

2) Pembatalan Perjanjian

Pembatalan ini mempunyai maksud bahwa kedua belah pihak berkehendak kembali kepada keadaan semula sebelum perjanjian diadakan. Bila salah satu pihak telah memenuhi atau menerima prestasi dari pihak lain (baik barang maupun uang), maka harus dikembalikan seperti sedia kala.28 Pemutusan perjanjian karena wanprestasi debitur diatur dalam Pasal 1265-1267 KUH Perdata, yaitu terdapat dalam bagian V Bab I buku III KUH Perdata. Menurut

27Wirjono Prodjodikoro,Op.Cit, hlm. 72.

28Suharnoko, 2008, Hukum Perjanjian: Teori dan Analisa Kasus, Prenada Media Group,


(33)

undang-undang dalam hal wanprestasi, harus memenuhi syarat untuk melaksanakan pembatalan perjanjian, yaitu :

(a) Debitur harus dalam keadaan wanprestasi; (b) Pemutusan perjanjian dengan perantaraan hakim; (c) Harus dalam perjanjian timbal balik.

3) Peralihan Resiko

Resiko adalah kewajiban untuk memikul kerugian jika terjadi sesuatu peristiwa di luar kesalahan salah satu pihak, yang menimpa barang yang menjadi objek perjanjian. Disebutkan dalam Pasal 1237 ayat (2) KUH Perdata, bahwa atas kelalaian dari seseorang debitur maka ia akan dikenai sanksi peralihan resiko. 4) Pembayaran Ongkos Perkara

Dalam hal debitur yang lalai dan sebagai pihak yang dikalahkan diwajibkan membayar biaya perkara, seperti yang disebutkan dalam suatu hukum acara pidana maupun acara perdata (Pasal 181 ayat (1) H.I.R). Kreditur dapat memilih diantara beberapa kemungkinan tuntutan ataupun sanksinya terhadap debitur tersebut. Kreditur dapat menuntut satu atau lebih sanksi kepada debitur. Jadi selain dapat menuntut pemenuhan perjanjian saja juga dapat disertai dengan menuntut ganti rugi29.

Sedangkan bagi seorang debitur yang dituduh wanprestasi dapat mengajukan beberapa alasan sebagai alat untuk membela diri, yaitu30:

29Handri Raharjo, 2010,Hukum Perjanjian di Indonesia, Pustaka Yustisia, Jakarta, hlm.82. 30Purwahid Patrik,Op.Cit, hlm, 24.


(34)

(a) Mengajukan alasan bahwa kreditur telah lalai; (b) Mengajukan tuntutan adanya keadaan memaksa;

(c) Mengajukan alasan bahwa kreditur telah melepaskan haknya untuk menuntut ganti rugi.

b) Akibat dari Wanprestasi

Sebagai akibat terjadinya wanprestasi maka debitur harus : 1) Mengganti kerugian.

2) Benda yang dijadikan obyek dari perikatan sejak saat tidak dipenuhinya kewajiban menjadi tanggung jawab dari debitur.

3) Jika perikatan itu timbul dari perjanjian yang timbal balik, kreditur dapat minta pembatalan (pemutusan) perjanjian.

Di samping debitur harus bertanggung gugat tentang hal-hal tersebut, maka apa yang dapat dilakukan oleh kreditur menghadapi debitur yang wanprestasi itu. Kreditur dapat menuntut salah satu dari 5 kemungkinan sebagai berikut :

1) Dapat menuntut pembatalan/pemutusan perjanjian. 2) Dapat menuntut pemenuhan perjanjian.

3) Dapat menuntut pengganti kerugian.

4) Dapat menuntut pembatalan dan pengganti kerugian. 5) Dapat menuntut pemenuhan dan pengganti kerugian.

Wanprestasi memang dapat terjadi dengan sendirinya tetapi kadang-kadang tidak. Banyak perikatan yang tidak dengan ketentuan waktu pemenuhan prestasinya memang dapat segera ditagih. Ini diperlukan tenggang waktu yang


(35)

layak dan ini diperbolehkan dalam praktek. Tenggang waktu dapat beberapa jam, dapat pula satu hari bahkan lebih. Maka dari itu dalam perjanjian-perjanjian yang tidak ditentukan waktunya wanprestasi tidak terjadi demi hukum, karena tidak ada kepastian kapan ia betul-betul wanprestasi. Kalau perikatan itu dengan ketentuan waktu, kadang-kadang ketentuan waktu mempunyai arti yang lain yaitu : bahwa debitur tidak boleh berprestasi sebelum waktu itu tiba.

Jalan keluar untuk mendapatkan kapan debitur itu wanprestasi undang-undang memberikan upaya hukum dengan suatu pernyataan lalai (ingebrekestelling, sommasi) Pasal1242 KUHPerdata. Pernyataan lalai ialah merupakan upaya hukum untuk menentukan kapan saat terjadinya wanprestasi. Sedangkan pernyataan lalai adalah pesan (pemberitahuan) dari kreditur kepada debitur yang menerangkan kapan selambat-lambatnya debitur diharapkan memenuhi prestasinya. Biasanya diberikan waktu yang banyak bagi debitur terhitung saat pernyataan lalai itu diterima oleh debitur. Pernyataan lalai ada yang diperlukan dan ada yang tidak diperlukan mengingat adanya bentuk wanprestasi31.

1) Apabila debitur tidak memenuhi prestasi sama sekali maka pernyataan lalai tidak diperlukan, kreditur langsung minta ganti kerugian.

2) Dalam hal debitur terlambat memenuhi prestasi maka pernyataan lalai diperlukan, karena debitur dianggap masih dapat berprestasi.

3) Kalau debitur keliru dalam memenuhi prestasi, Hoge Raad berpendapat pernyataan lalai perlu, tetapi Meijers berpendapat lain apabila karena


(36)

kekeliruan debitur kemudian terjadi pemutusan perjanjian yang positif (positive contrackbreuk), pernyataan lalai tidak perlu.32

Pemutusan perjanjian yang positif adalah dengan prestasi debitur yang keliru itu menyebabkan kerugian kepada milik lainnya dari kreditur. Lain halnya pemutusan perjanjian yang negatif, kekeliruan prestasi tidak menimbulkan kerugian pada milik lain dari kreditur, maka pernyataan lalai diperlukan.

Suatu perjanjian pada umumnya akan berakhir apabila tujuan dari perjanjian itu telah dicapai, yang masing-masing pihak telah memenuhi prestasi yang diperjanjikan, sebagaimana yang mereka kehendaki bersama dalam mengadakan perjanjian tersebut. Di samping berakhirnya perjanjian seperti disebutkan di atas, terdapat beberapa cara lainnya yang dapat mengakhiri perjanjian, yaitu33:

1) Ditentukan dalam perjanjian oleh para pihak yang membuatnya. Misalnya; dalam perjanjian telah ditentukan batas waktu berakhirnya dalam waktu tertentu.

2) Undang-undang menentukan batas waktu perjanjian tersebut. Misalnya : Pasal 1520 KUH Perdata, bahwa hak membeli kembali tidak boleh diperjanjikan untuk suatu waktu tertentu, yaitu lebih lama dari lima tahun.

3) Para pihak atau undang-undang dapat menentukan bahwa dengan terjadinya peristiwa tertentu, maka perjanjian akan berakhir. Misalnya : jika salah satu pihak meninggal, perjanjian menjadi hapus, sesuai dengan Pasal 1603 KUH Perdata.

4) Karena perjanjian para pihak (herroeping). Seperti tercantum dalam Pasal 1338 KUH Perdata bahwa perjanjian dapat ditarik kembali atau dibatalkan dengan perjanjian para pihak yang membuatnya.

32Agus Yudha Hernoko,Op.Cit, hlm. 137. 33Ibid,hlm. 69.


(37)

5) Pernyataan penghentian perjanjian, dapat dilaksanakan oleh kedua belah pihak atau oleh satu pihak hanya pada perjanjian yang bersifat sementara, misalnya perjanjian kerja dan perjanjian sewa menyewa. 6) Berakhirnya karena putusan hakim, misalnya jika dalam perjanjian

terjadi sengketa yang diselesaikan lewat jalur pengadilan, kemudian Hakim memutuskan perjanjian tersebut berakhir.

Perjanjian pemasangan iklan melalui lembaga penyiaran radio adalah salah satu upaya produsen dalam mempromosikan produk atau jasa yang dihasilkan. Iklan merupakan karya cipta yang disiarkan yang juga menjadi karya siaran, sehingga memiliki aspek hukum dan dilindungi oleh undang-undang. Pasal 7 UU No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta menentukan bahwa Jika suatu Ciptaan yang dirancang seseorang diwujudkan dan dikerjakan oleh orang lain di bawah pimpinan dan pengawasan orang yang merancang, Penciptanya adalah orang yang merancang Ciptaan itu. Dengan demikian iklan sebagai karya yang dirancang oleh produsen merupakan ciptaan produsen itu sendiri dalam hal ini produsen bisa sipemberi iklan atau Lembaga penyiaran .

Periklanan dalam bahasa Inggris disebut advertising yang berasal dari bahasa Latin Advertere, artinya mengalihkan perhatian. Dengan demikian periklanan merupakan bentuk komunikasi massa, komunikasi yang dilakukan oleh suatu pengiklan (perusahaan) untuk mengkomunikasikan sesuatu kepada konsumen melalui (media).34 Agar pengiklan dapat berkomunikasi secara efektif dan efisien dengan konsumen, mereka dibantu biro iklan untuk merancang pesan iklan yang kreatif dapat menarik konsumen untuk melihat,


(38)

mendengar, lalu membaca melalui media (televisi, radio, surat kabar, majalah,

billboard, dan sebagainya).35

Dalam kenyataannya, penyampaian pesan kepada konsumen melalui iklan akan selalu mendapat hambatan berupa pesan-pesan lain yang saling berebut perhatian audience-nya. Oleh karena itu, pesan iklan harus menarik agar dapat merebut perhatian dan mudah diingat konsumen.

Pemasangan iklan digunakan untuk mencapai sasaran jangka pendek dan jangka panjang perusahaan. Sasaran jangka pendek yaitu menyampaikan pesan secara luas kepada calon pembeli yang prospektif (awarness). Dalam pelaksanaannya, terdapat berbagai jenis periklanan, seperti:36

a) National advertising

b) Retail advertising

c) Cooperative Advertising

d) Trade Advertising

e) Industrial Advertising

f) Farm Advertising

Sebuah iklan diciptakan melalui sebuah proses yang cukup panjang. Secara umum gambaran proses penciptaan sebuah iklan adalah menentukan segmentasi pasar, mengetahui motivasi pembelian, menciptakan pesan yang efektif, memilih media yang tepat, dan mengevaluasi setiap langkah yang diambil. Hal ini dapat dilakukan setelah pengarahan singkat (briefing) dari klien.37 Setelah semua informasi didapatkan, langkah selanjutnya adalah

35Ibid, hlm. 54.

36 Mohammad Suyanto, 2007, Strategi Perancangan Iklan Outdoor Kelas Dunia, Andi,

Yogyakarta, hlm. 72-73.


(39)

menentukan posisi produk, perencanaan pesan, dan perencanaan media.38 Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

a) Penjelasan Produk b) Pengumpulan Data c) Sasaran

d) Memosisikan Merek e) Kreativitas Pesan Iklan.39

2. Konsepsi

Suatu kerangka konsepsional merupakan kerangka yang menggambarkan hubungan antara konsep-konsep khusus yang akan diteliti. Suatu konsep merupakan gejala yang akan diteliti akan tetapi merupakan suatu abstraksi dari gejala tersebut.40Agar tidak terjadi perbedaan pengertian tentang konsep-konsep yang dipergunakan dalam penelitian ini, maka perlu diuraikan pengertian-pengertian konsep yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut.

Tanggung jawab adalah kewajiban menanggung segala sesuatunya.41 Tanggung jawab dalam hukum dimaksudkan sebagai keterikatan para pihak terhadap ketentuan-ketentuan hukum dalam menjalankan usahanya, dalam penelitian ini adalah tanggung di bidang perdata.

Lembaga Penyiaran adalah organisasi penyelenggara siaran yang berbentuk badan hukum, yang melakukan penyiaran atas suatu karya siaran dengan

38Mohammad Suyanto,Op.Cit, hlm. 74. 39Ibid, hlm. 76-77.

40Soerjono Soekanto, 1986,Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, hlm. 132. 41Kamus Besar Bahasa Indonesia.


(40)

menggunakan transmisi dengan atau tanpa kabel atau melalui sistem elektromagnetik.42

Radio adalah salah satu bentuk media massa elektronik yang melakukan siaran dalam bentuk audio.

Iklan adalah suatu bentuk komunikasi massa yang dilakukan oleh suatu perusahaan untuk mengkomunikasikan informasi tentang produk yang dihasilkannya kepada konsumen.43

Pihak ketiga adalah masyarakat luas ataupun pemilik hak kekayaan intelektual yang merasa dirugikan kepentingannya akibat penyiaran iklan tersebut.

G. Metode Penelitian 1. Spesifikasi Penelitian

Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian, maka sifat penelitian ini adalah deskriptif analitis, yaitu suatu analisis data yang berdasarkan pada teori hukum yang bersifat umum diaplikasikan untuk menjelaskan tentang seperangkat data yang lain.44

Metode penelitian yang digunakan adalah yuridis normatif, yaitu penelitian dengan melakukan penelusuran terhadap norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam hal perjanjian pemasangan iklan.

42UU No. 19 Tahun 2002, tentang Hak Cipta, Pasal 1 point 12. 43Mohammad Suyanto,Op.Cit,hlm. 53.

44Bambang Sunggono, 2001, Metodologi Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta,


(41)

2. Jenis dan Sumber Data

Pada penelitian hukum, bahan pustaka merupakan data dasar yang dalam penelitian digolongkan sebagai data sekunder. Data sekunder tersebut mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, sehingga meliputi surat-surat pribadi, buku-buku harian, buku-buku sampai dokumen-dokumen resmi yang dikeluarkan oleh Pemerintah.45

Dalam penelitian ini data sekunder yang digunakan, yaitu:

a. Bahan-bahan hukum primer, yaitu berhubungan dengan Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Kitab Undang-undang Hukum Perdata dan Peraturan-peraturan yang berkaitan dengan perjanjian.

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, berupa hasil penelitian, artikel, buku-buku referensi, media informasi lainnya.

c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum penunjang yang memberi pentunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum sekunder, berupa kamus hukum, kamus umum, dan jurnal.

3. Teknik dan Alat Pengumpul Data

Pengumpulan data dilakukan dengan penelurusan kepustakaan. Untuk mendapatkan hasil yang objektif dan dapat dibuktikan kebenarannya serta dapat

45Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 1995, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan


(42)

dipertanggungjawabkan hasilnya, maka data dalam penelitian ini diperoleh melalui alat pengumpul data dengan cara sebagai berikut:

a) Studi dokumen, yaitu pengumpulan data dengan melakukan penelaahan kepada bahan pustaka atau data sekunder yang meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier.

b) Wawancara yang dibantu dengan pedoman wawancara dengan nara sumber yang hanya berperan sebagai informan, yaitu manajemen radio Kiss FM. Wawancara dilakukan dengan berpedoman pada pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu.

4. Analisis Data

Setelah diperoleh data sekunder berupa bahan hukum primer, sekunder dan tertier, maka dilakukan inventarisir dan penyusunan secara sistematik, kemudian diolah dan dianalisa dengan menggunakan metode analisis kualitatif. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan menggunakan logika berpikir deduktif, yakni berpikir dari hal yang umum menuju kepada hal yang khusus atau spesifik dengan menggunakan perangkat normatif sehingga dapat memberikan jawaban yang jelas atas permasalahan dan tujuan penelitian.


(43)

BAB II

PERJANJIAN KERJASAMA PEMASANGAN IKLAN MELALUI RADIO

A. Perjanjian Kerjasama dalam Praktek 1. Perjanjian Kerjasama

Penafsiran Perjanjian disebutkan Jika terjadi sengketa antara para pihak dan atas sengketa tersebut tidak ada pengaturan yang jelas dalam perjanjian disepakati para pihak, bukan berarti perjanjian belum mengikat para pihak atau dengan sendirinya batal demi hukum. Karena pengadilan dapat mengisi kekosongan hukum tersebut melalui penafsiran untuk menemukan hukum yang berlaku bagi para pihak yang berlaku bagi para pihak yang membuat perjanjian.46 Pasal 1313 KUH Perdata memberikan definisi tentang perjanjian sebagai berikut: “Perjanjian adalah suatu perbuatan, dimana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih”. Dengan demikian perjanjian merupakan kesepakatan antara dua orang atau dua pihak, mengenai hal-hal pokok yang menjadi objek dari perjanjian. Kesepakatan itu timbul karena adanya kepentingan dari masing-masing pihak yang saling membutuhkan.

Perjanjian juga dapat disebut sebagai persetujuan, karena dua pihak tersebut setuju untuk melakukan sesuatu. Perjanjian kerjasama dalam suatu bisnis bisa dilakukan secara formal maupun informal, hal ini disesuaikan dengan jenis


(44)

29

kerjasama yang hendak dilakukan. Selain itu, pembuatan perjanjian kerjasama bisa disesuaikan dengan kesepakatan semua pihak yang terlibat didalamnya.

Sebagaimana telah diutarakan di atas, timbulnya perjanjian standar di dalam lalu lintas hukum kontrak Nasional dan Internasional dilandasi oleh kebutuhan akan pelayanan yang efektif dan efisien kegiatan transaksi. Oleh karena itu, karakter utama dari sebuah perjanjian standar adalah pelayanan yang cepat (efisien) terhadap kegiatan transaksi yang tinggi namun tetap dapat memberikan kekuatan serta kepastian hukum (efektif).

Agar perjanjian standar dapat memberi pelayanan yang cepat, isi dan syarat (conditional) perjanjian standar harus ditetapkan terlebih dahulu secara tertulis dalam bentuk formulir, kemudian digandakan dalam jumlah tertentu sesuai dengan kebutuhan. Formulir-formulir tersebut kemudian ditawarkan kepada para konsumen secara massal, tanpa memperhatikan perbedaan kondisi mereka satu yang lain.

Karakter tersebut di atas menyebabkan para konsumen dapat melakukan tawar-menawar mengenai isi perjanjian. Dengan kata lain, pada konsumen tidak memiliki posisi tawar-menawar yang sama dengan produsen. Dalam banyak hal para konsumen hanya dapat menerima atau menolak isi perjanjian yang ditetapkan sepihak oleh produsen secara keseluruhan atau secara utuh. Mengenai hal ini Hood Philips,47menyatakan sebagai berikut.


(45)

30

"Kontrak-kontrak (kontrak standar) adalah dari jenis-cuti-itu, karena di sini pelanggan tidak dapat bar di atas syarat-syarat:satunya pilihan adalah untuk menerima dalam toto atau menolak layanan sama sekali."

Dalam uraian di atas, karakter dari suatu perjanjian standar dapat dikemukakan secara berurutan sebagai berikut.

1. Isi kontrak telah ditetapkan secara tertulis dalam bentuk formulir yang digandakan.

2. Penggandaan kontrak dimaksudkan untuk melayani permintaan para konsumen yang berfrekuensi tinggi sering dan banyak/massal).

3. Konsumen dalam banyak hal menduduki posisi tawar-menawar (kedudukan transaksional) yang lebih rendah daripada produsen.

Dari karakter-karakter tersebut di atas, akhirnya dirumuskan bahwa pengertian kontrak standar itu adalah perjanjian yang isinya telah ditetapkan terlebih dahulu secara tertulis berupa formulir-formulir yang digandakan dalam jumlah tidak terbatas, untuk ditawarkan kepada para konsumen tanpa memperhatikan perbedaan kondisi para konsumen.48

Fungsi kontrak dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu fungsi yuridisi dan fungsi ekonomis. Fungsi yuridis kontrak adalah dapat memberikan kepastian hukum bagi para pihak, sedangkan fungsi ekonomis adalah menggerakkan (hak


(46)

31

milik) sumber daya dari nilai penggunaan yang lebih rendah menjadi nilai yang lebih tinggi.

Mark Zimmerman juga mengemukakan pandangan orang Barat tentang fungsi kontrak, Ia mengemukakan bahwa:

"Bagi orang-orang Barat, kontrak adalah dokumen hukum yang mengatur hak-hak dan kewajiban-kewajiban dari para pihak yang membuatnya. Apabila terjadi perselisihan mengenai pelaksanaan perja di antara para pihak, dokumen hukum itu akan dirujuk untuk penyelesaian perselisihan itu. Apabila perselisihan tidak dapat diselesai dengan mudah melalui perundingan di antara para pihak sendiri (karena memakan waktu dan tenaga yang tidak sedikit), mereka akan menylesaikan melalui proses litigasi di pengadilan. Isi kontrak itu yang akan dijadikan dasar oleh hakim untuk menyelesaikan pertikaian itu " Sutan Remy Sjahdeini49. Di samping itu, menurut Abdullah kontrak berfungsi untuk mengamankan transaksi bisnis. Suatu kontrak dalam bisnis sangatlah penting, karena dari kontrak itu paling tidak dapat diketahui:

1. Perikatan apa yang dilakukan, kapan, dan di mana kontrak tersebut dilakukan;

2. Siapa saja yang saling mengikatkan diri dalam kontrak tersebut;

3. Hak dan kewajiban para pihak, apa yang harus, apa yang boleh, dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh para pihak;

4. Syarat-syarat berlakunya kontrak tersebut;

5. Cara-cara yang dipilih untuk menyelesaikan perselisihan dan pilihan domisili hukum yang dipilih bila terjadi perselisihan antara para pihak;


(47)

32

6. Kapan berakhirnya kontrak atau hal-hal apa saja yang mengakibatkan berakhirnya kontrak tersebut;

7. sebagai alat kontrol bagi para pihak, apakah masing-masing pihak telah menunaikan kewajiban atau prestasinya atau belum ataukah malah telah melakukan suatu wanprestasi;

8. sebagai alat bukti bagi para pihak apabila di kemudian hari terjadi perselisihan di antara mereka, misalnya salah satu pihak wanprestasi. Termasuk juga apabila ada pihak ketiga yang mungkin keberatan dengan suatu kontrak dan mengharuskan kedua belah pihak untuk membuktikan hal-hal yang berkaitan dengan kontrak dimaksud.

Apabila kita perhatikan pendapat di atas, dapat dikemukakan bahwa fungsi utama dari kontrak adalah fungsi yuridis. Fungsi yuridis dari kontrak adalah:

1. mengatur hak dan kewajiban para pihak; 2. mengamankan transaksi bisnis; dan

3. mengatur tentang pola penyelesaian sengketa yang timbul antara kedua belah pihak.

Mengingat pentingnya suatu kontrak dalam suatu transaksi bisnis maka tentunya dalam pembuatan kontrak bisnis diperlukan persyaratan-persyaratan tertentu sehingga kontrak bisnis tersebut tetap berada dalam koridor aturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam praktik di Indonesia dan juga


(48)

negara-33

negara yang menganut sistemcivil law,proses pembuatan kontrak bisniscivillaw

melibatkan notaris.

Pada dasarnya setiap pembuatan perjanjian memerlukan biaya, biaya-biaya tersebut meliputi:

1. biaya penelitian, meliputi biaya penentuan hak milik yang mana yang diinginkan dan biaya penentuan bernegosiasi;

2. biaya negosiasi, yang meliputi biaya penyiapan, biaya penulisan kontrak, dan biaya tawar-menawar dalam uraian yang rinci;

3. biaya monitoring, yaitu biaya penyelidikan tentang objek; 4. biaya pelaksanaan, meliputi biaya persidangan dan arbitrase; dan 5. biaya kekeliruan hukum, yang merupakan biaya sosial. Biaya ini akan

muncul apabila hakim membuat kesalahan dalam memutus suatu kasus. Hal ini akan membuat kesalahan pada kasus-kasus berikutnya.50 a. Pihak-Pihak Dalam Perjanjian Pemasangan Iklan

Munir Fuady berpendapat agar suatu perjanjian oleh hukum dianggap sah sehingga mengikat kedua belah pihak, maka kontrak tersebut haruslah memenuhi syarat-syarat tertentu51Bentuk dari kontrak dapat dibedakan menjadi dua

50H. Salim, dkk, 2008,Perancangan Kontrak & Memorandum of Understanding (MOU), Sinar

Grafika, Jakarta, hlm.25

51Munir Fuady, 2001,Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis), Citra aditya Bakti,


(49)

34

macam,yaitu tertulis dan lisan perjanjian tertulis adalah perjanjian yang dibuat oleh para pihak dalam bentuk tulisan.52

Selanjutnya dalam doktrin ilmu hukum yang berkembang digolongkan ke dalam:

1. Dua unsur pokok yang menyangkut subyek yang mengadakan perjanjian (unsur Subyektif)

2. Dua unsur pokok lainnya yang berhubungan langsung dengan obyek perjanjian (unsur Obyektif).53

Perjanjian yang tidak memenuhi syarat subyektif yaitu tidakadanya kesepakatan mereka yang membuat perjanjian dan kecakapan membawa konsekuensi perjanjian yang dibuatnya itu dapat dibatalkan oleh pihak yang merasa dirugikan namun selama yang dirugikan tidak mengajukan gugatan pembatalan maka perjanjian yang dibuat itu tetap berlaku terus. Apabila syarat subyektif tidak dipenuhi yaitu tidak adanya hal tertentu dan sebab yang halal, perjanjian yang dibuat para pihak sejak dibuatnya perjanjian telah batal atau batal demi hukum.

Dalam melakukan pemasangan iklan perlu adanya perjanjian atas kesepakatan para pihak yang melakukan hal tersebut. Pihak–pihak yang melakukan pemasangan iklan tersebut yaitu Stasiun Radio atau lembaga

52Salim HS, 2005,Perkembangan Hukum Kontrak di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 32 53Kartini Mulyadi & Gunawan Widjaya, 2005, Perikatan yang Lahir dari Perjanjian, Raja


(50)

35

penyiaran terhadap pemasang iklan apakah pribadi atau organisasi dan badan hukum.

b. Kerjasama Pemasangan Iklan

Hukum Perjanjian bersifat terbuka dan dapat dikatakan mempunyai suatu asas kebebasan berkontrak, artinya kebebasan yang diberikan seluas-luasnya kepada siapapun juga untuk mengadakan perjanjian yang berisi apa saja asalkan tidak melanggar undang-undang, ketertiban umum, dan kesusilaan. Mereka boleh membuat ketentuan-ketentuan sendiri yang menyimpang dari pasal-pasal dalam hukum perjanjian, sedangkan pasal-pasal dari hukum perjanjian merupakan hukum pelengkap, yang berarti pasal-pasal tersebut dapat dikesampingkan manakala dikehendaki oleh pihak-pihak yang membuat suatu perjanjian.

Berdasarkan jenis perjanjian tersebut, maka perjanjian kerjasama tentang pemasangan iklan di lembaga penyiaran radio termasuk perjanjian konsensuil, karena perjanjian dianggap sah setelah terjadi konsensus atau sepakat antara para pihak yang membuat perjanjian, yaitu antara pihak lembaga penyiaran radio dengan produsen pemasang iklan.

Menurut Pasal 1319 KUH Perdata, perjanjian dibedakan menjadi 2(dua) macam, yaitu:54

1) Perjanjian Bernama(nominaat)

Perjanjian bernama adalah perjanjian-perjanjian yang diatur dandiberi nama oleh pembentuk undang-undang, berdasarkan tipe yang paling


(51)

36

banyak terjadi sehari-hari. Perjanjian ini terdapat dalam Bab V-Bab XVIII KUH Perdata.55

2) Perjanjian Tidak Bernama(innominaat)

Perjanjian tidak bernama yaitu perjanjian yang tidak diatur dalam KUH Perdata, tetapi tumbuh di masyarakat. Lahirnya perjanjianini disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan pihak-pihak yang mengadakannya, seperti perjanjian kerjasama, perjanjian pemasaran, perjanjian pengelolaan.56

Berdasarkan uraian di atas, dapat kita ketahui bahwa perjanjian kerjasama tentang pemasangan iklan di lembaga penyiaran radio termasuk Perjanjian Tidak Bernama (innominaat). Menurut Pasal 1319 KUH Perdata, baik perjanjian yang bernama maupun tidak bernama (semua perjanjian baik yang diatur dalam KUH Perdata Buku III Bab V sampai dengan Bab XVIII dan yang terdapat di luar Buku III KUHPerdata) tunduk pada ketentuan-ketentuan umum dari KUH Perdata Buku III Bab I dan Bab II.57

Subyek perjanjian adalah para pihak yang membuat perjanjian. Adapun subyek perjanjian dalam perjanjian kerjasama ini adalah:

1. Lembaga penyiaran radio sebagai pemberi pelayanan penyiaran iklan kepada konsumen.

2. Produsen sebagai pemasang iklan di lembaga penyiaran radio.

Sedangkan yang dimaksud dalam obyek perjanjian adalah prestasi. Prestasi dalam perjanjian kerjasama ini adalah pelayanan kamar bagi Konsumen.

55Mariam Darus Badrulzaman, 2001, Kompilasi Hukum Perikatan, PT. Citra Aditya Bakti,

Bandung, hlm 67.

56Ibid.


(52)

37

Berdasarkan Pasal 1601 KUH Perdata selain perjanjian-perjanjianuntuk melakukan sementara jasa-jasa, yang diatur oleh ketentuan-ketentuan yang khusus untuk itu dan oleh syarat-syaratyang diperjanjikan, dan jika itu tidak ada, oleh kebiasaan, maka adalah dua macam perjanjian dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk melakukan pekerjaan bagi pihak yang lainnya dengan menerima upah. Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa perjanjian kerjasama ini merupakan perjanjian untuk melakukan pekerjaan.

Pada dasarnya suatu perjanjian tidak harus dibuat dalam suatu bentuk tetentu, artinya dapat dibuat dalam bentuk tertulis dan dapat juga juga dalam bentuk yang tidak tertulis. Akan tetapi ada beberapa jenis perjanjian yang oleh undang-undang diharuskan dibuat dalam bentuk tertulis. Mengenai bentuk perjanjian yang dibuat secara tertulis dapat berbentuk akta notaris dan akta dibawah tangan. Akta di bawah tangan dapat berupa perjanjian baku (Perjanjian standar) dan bentuk perjanjian bukan standar. Khusus untuk perjanjian yang tidak termasuk dalam perjanjian yang diisyaratkan undang-undang untuk dibuat dalam bentuk tertulis, jika dibuat alam bentuk tertulis (akta) hanya dimaksudkan untuk memudahkan dalam pembuktian apabila terjadi sengketa di kemudian hari.

Dalam prakteknya, perjanjian kerjasama tentang pemasangan iklan di lembaga penyiaran radio adalah dalam bentuk akta dibawah tangan. Perjanjian kerjasama dalam hal ini dinyatakan sah dan dibuat secara tertulis dan ditandatangani oleh kedua belah pihak yang terkait di atas meterai.


(53)

38

Akta mempunyai fungsi formil (formalitas causa) dan fungsi sebagai alat bukti (probationis causa). Akta sebagai fungsi formil artinya bahwa suatu perbuatan hukum akan menjadi lebih lengkap apabila dibuat suatu akta. Fungsi akta lainnya adalah sebagai alat pembuktian. Dibuatnya akta oleh para pihak yang terikat dalam suatu perjanjian ditujukan untuk pembuktian dikemudian hari. Akta otentik merupakan alat pembuktian yang sempurna bagi kedua belah pihak dan ahli warisnya serta sekalian orang yang mendapat hak darinya tentang apa yang dimuat dalam akta tersebut (vide Pasal 165 HIR, Pasal 285 Rbg, dan Pasal 1870 KUHPerdata). Akta otentik merupakan bukti yang mengikat yang berarti kebenaran dari hal-hal yang tertulis dalam akta tersebut harus diakui hakim, yaitu akta tersebut dianggap sebagai benar selama kebenarannya itu tidak ada pihak lain yang dapat membuktikan sebaliknya.

Sebaliknya, akta dibawah tangan dapat menjadi alat pembuktian yang sempurna terhadap orang yang menandatangani serta para ahli warisnya dan orang-orang yang mendapat hak darinya hanya apabila tandatangan dalam akta dibawah tangan tersebut diakui oleh orang terhadap siapa tulisan itu hendak dipakai. (vide Pasal 1857 KUHPerdata). Apabila suatu akta dibawah tangan tidak disangkal oleh para pihak, berarti mereka mengakui dan tidak menyangkal kebenaran apa yang tertulis pada akta dibawah tangan tersebut, sehingga sesuai pasal 1857 KUHPerdata akta dibawah tangan tersebut memperoleh kekuatan pembuktian yang sama dengan akta otentik.


(54)

39

B. Pelaksanaan Perjanjian Siaran Iklan melalui Radio 1. Perjanjian Siaran Iklan

Perjanjian siaran iklan yang dilakukan oleh PT. Java Festival Production yang berkedudukan di Jakarta dengan PT. Radio Kidung Indah Selaras Suara di Medan dimulai dengan adanya kehendak dari pihak PT. Java Festival Production untuk mendukung terlaksananya acara Java Soulnation Festival (JSF) yaitu sebuah Festival Musik yang akan diselenggarakan di Istora Senayan Jakarta. Bahwa untuk melaksanakan event tersebut, PT. Java Festival Production perlu mendapat dukungan media elektronik, yaitu radio untuk mempromosikan kegiatan tersebut melalui iklan.58

Menurut Mohammad Ridwan59, PT. Radio Kidung Indah Selaras Suara Medan menjadi pilihan, karena dua sebab :

a. PT. Radio Kidung Indah Selaras Suara Medan merupakan media yang tepat yang dianggap memenuhi target pendengar paling banyak di Medan, yaitu kaum muda.

b. PT. Radio Kidung Indah Selaras Suara Medan mempunyai tarif iklan yang relatif dapat dijangkau oleh PT. Java Festival Production.

58Perjanjian kerjasama antara PT. Java Festival Production dengan PT. Radio Kidung Indah

Selaras Suara No. 0006/PKS-MP/JSF-RKISS/IX/2010.

59Mohammad Ridwan, Radio Promotion PT. Java Festival Production, wawancara melalui


(55)

40

Dengan dua alasan di atas tersebut, maka PT. Java Festival Production mulai mengadakan perjanjian siaran iklan dengan PT. Radio Kidung Indah Selaras Suara Medan. Proses negosiasi perjanjian penyiaran iklan antara PT. Java Festival Production dengan PT. Radio Kidung Indah Selaras Suara Medan dimulai dengan PT. Java Festival Production menyatakan maksudnya untuk mempromosikan kegiatannya kepada PT. Radio Kidung Indah Selaras Suara Medan selama enam minggu untuk wilayah Medan sekitarnya, dengan jenis iklan radio spot promo versiteaserdengan durasi 60”, radio spot promo versi 1 dengan durasi 60”, serta adlib promo.

PT. Radio Kidung Indah Selaras Suara Medan setelah mendengar maksud dan keinginan PT. Java Festival Production, kemudian menghitung total biaya dari iklan PT. Java Festival Production tersebut.Kemudian PT. Java Festival Production mengusahakan penurunan harga dan pihak PT. Radio Kidung Indah Selaras Suara Medan mempertimbangkan, kemudian tercapai kesepakatan biaya iklan antara PT. Java Festival Production dengan PT. Radio Kidung Indah Selaras Suara Medan.

Proses selanjutnya adalah pembuatan perjanjian kerjasama iklan atau dikenal dengan Surat Perjanjian Kerjasama yang dilaksanakan di kantor PT. Radio Kidung Indah Selaras Suara Medan pada tanggal 15 September 2010.Pada saat penandatanganan surat perjanjian iklan, PT. Java Festival Production diwakili oleh Dewi A.L Gontha sebagai Direktur Utama PT. Java Festival


(56)

41

Production dan pihak PT. Radio Kidung Indah Selaras Suara Medan diwakili oleh Beldi Abas sebagai Station Manager. Penandatanganan Surat Perjanjian Kerjasama antara PT. Java Festival Production dengan PT. Radio Kidung Indah Selaras Suara Medan merupakan bukti kesepakatan-kesepakatan yang ada dalam proses negosiasi.

Pembuatan sebuah perjanjian kerjasama bukan sekedar ditujukan untuk menghindari masalah atau pula untuk menyelesaikan permasalahan yang muncul. Namun ada beberapa hal lain yang menjadi tujuan dibuatnya sebuah perjajian kerjasama pada berbagai macam aktivitas manusia yang melibatkan hubungan dua pihak atau lebih pada sebuah transaksi.

Beberapa tujuan pembuatan perjanjian kerjasama tersebut diantaranya adalah:

1. Sebagai acuan dalam proses kegiatan, dengan demikian semua aktivitas yang akan dilakukan oleh semua pihak yang terlibat dalam proses kerjasama, harus mengacu pada ketentuan yang sudah diatur dalam surat perjanjian kerjasama.

2. Kepastian transaksi, dengan adanya surat perjanjian tersebut akan memberikan ketenangan semua pihak dalam transaksi tersebut. Hal ini mengingat di dalam surat perjanjian kerjasama biasanya tercantum mengenai ketentuan bagi mereka yang tiak menepati ketentuan yang sudah disepakati dalam proses kerjasama.

3. Indikator tingkat transaksi. Semakin detail dan resmi sebuah surat perjanjian kerjsama dibuat, menunjukkan bahwa nilai transaksi yang menjadi objek kerjasama semakin tinggi, sehingga hal ini bisa menjadi sebuah penilaian awal bagi pihak-pihak yang ingin menjalin kerjasama.

4. Panduan untuk menyelesaikan permasalahan yang mungkin timbul. Dalam surat perjanjian kerjasama pasti disebutkan mengenai proses


(57)

42

yang akan diambil apabila pihak-pihak yang terlibat kerjasama terdapat perbedaan sehingga menimbulkan perselisihan.60

Perjanjian kerjasama tentang pemasangan iklan di lembaga penyiaran radio merupakan perjanjian kontraktual yang dilakukan dibawah tangan (bukan merupakan perjanjian notarial).61Dalam perjanjian kerjasama ini, secara sepihak lembaga penyiaran radio telah menetapkan sejumlah kewajiban bagi mitranya demi mengamankan kepentingan usahanya, sekaligus membatasi sedemikian rupa hak-hak lainnya tersebut. Berbagai klausula eksonerasi (exoneration clause) dirumuskan di dalamnya, sehingga tampak seolah-olah pihak lembaga penyiaran radio tidak mempunyai kewajiban yang cukup berarti. Dengan demikian, asas keseimbangan dalam hukum perjanjian tidak terakomodasi dalam hal ini, yang selanjutnya juga kurang mencerminkan asas keadilan.

Dibuatnya perjanjian kerjasama tentang pemasangan iklan di lembaga penyiaran radio tersebut dalam bentuk akta di bawah tangan didasarkan oleh efesiensi waktu dan biaya. Dalam merancang perjanjian pihak lembaga penyiaran radio menggunakan standar kontrak, dimana hal-hal yang menyangkut pelaksanaan perjanjian kerjasama pemasangan iklan merupakan ketentuan standar yang telah ditetapkan oleh lembaga penyiaran radio. Langkah ini dilakukan dengan tujuan untuk menciptakan syarat dan kondisi yang sama dalam setiap perjanjian kerjasama pemasangan iklan kepada setiap produsen sebagai

60Anne Ahira, Membuat Perjanjian Kerjasama. AnneAhira.com, diakses tanggal 30 Oktober

2011

61Hasil Wawancara dengan Beldi Abas, Station Manager PT. Radio Kidung Indah Selaras Suara


(1)

122

persidangan dengan mengacu pada keadilan kedua belah pihak serta penyelesaian sengketa melalui peradilan sebaiknya lebih ditingkatkan peranannya. Perlindungan Pemerintah terhadap lembaga penyiaran dan konsumen atas iklan menyesatkan lebih aktif dalam membuat undang-undang pengawasan dan penegakan hukum. Dalam hal ini KPI lebih ketat serta lebih berperan aktif mengontrol keberadaan Lembaga-Lembaga Penyiaran agar tidak terjadi konflik ditengah masyarakat baik terhadap Lembaga Penyiaran maupun terhadap pemasang iklan dan masyarakat serta memberikan ketegasan dalam peraturan dan penindakan hukum.


(2)

Ahmadi Miru dan Sutarman Yudo , 2004,Hukum Perlindungan Konsumen, Rajawali Press, Jakarta.

Ali Acmad, 1996,Menguak Tabir Hukum, Chandra Pratama, Jakarta. Ali, H. Zainuddin, 2009,Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta.

Agus Yudha Hernoko, 2010, Hukum Perjanjian Asas Proporsionalitas dalam Kontrak Komersial, Prenada Media Group, Jakarta.

Ashshofa, Burhan, 1998,Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta.

Badrulzaman, Mariam Darus, 1986,Mencari Sistem Hukum Benda Nasional,Alumni, Bandung.

___________, 2001,Kompilasi Hukum Perikatan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.

Bly, Robert W., 2006, The Complete Ideal’s Guide: Direct Marketing. Prenada Media Group, Jakarta.

Burhan Ashshofa, 1998,Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta. Djulmiaji, F.X., 2001,Perjanjian Kerja, Bumi Aksara, Jakarta.

Frank Jefkins, 1997, Periklanan, diterjemahkan oleh Haris Munandar, edisi Ketiga, Jakarta

Friedmann Lawrence, 1984,American Law, WW Norton & Company, New York-London.

Fuady, Munir, 2001, Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis), Citra aditya Bakti, Bandung.


(3)

124

H. Salim, dkk, 2008, Perancangan Kontrak & Memorandum of Understanding (MOU), Sinar Grafika, Jakarta.

HS, Salim, 2005, Perkembangan Hukum Kontrak di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta,

HMN. Purwosucipto. 1983, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia Perwasiatan, Kepailitan dan Penundaan Pembayaran (II). (Jambatan Jakarta).

H.O.K. Saidin,Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, PT Raja Grafindo, Jakarta, Handri Raharjo, 2010,Hukum Perjanjian di Indonesia, Pustaka Yustisia, Jakarta. Hasibuan, Otto, 2008,Hak Cipta di Indonesia, PT. Alumni, Bandung.

Hernoko, Agus Yudha, 2010, Hukum Perjanjian Asas Proporsionalitas dalam Kontrak Komersial, Prenada Media Group, Jakarta.

HS Salim, 2006, Hukum Kontrak, Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, Sinar Grafika, Jakarta.

Hood Philips, 1960,First Book of English Law.

J. Satrio, 1999,Hukum Perikatan‐Perikatan Pada Umumnya, Alumni, Bandung. J.B. Wahyudi, 1994, Dasar-dasar Manajemen Penyiaran, Gramedia Pustaka Utama,

Jakarta,

JM.Van Dunne dan Van der Burght,Gr. 1988, Perbuatan Melawan Hukum, Dewan Kerja sama Ilmu Hukum Belanda dengan Indonesia, Proyek Hukum Perdata, Ujung Pandang.

Jefkins, Frank, 1997, Periklanan, diterjemahkan oleh Haris Munandar, edisi Ketiga, Grafindo, Jakarta.

Kelsen Hans, 2006,Teori Hukum Murni,(Dasar-Dasar Ilmu Hukum Normatif), Terjemahan Raisul Muttaqien, (Nuansa Bandung, Bandung).


(4)

Maman, Ade, 2002,Aspek Hukum Dalam Ekonomi, Global Ghalia Indonesia, Jakarta. Mars, S.B. dan J. Soulsby, 2006, Hukum Perjanjian, Aliha Bahasa: Abdulkadir

Muhammad, Alumni, Bandung.

Morissan, 2010, Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu, Prenada Media Group, Jakarta.

Nasution, AZ dkk, 1994,Naskah Akademik Peraturan Perundang-Undangan Dalam Hal Makanan Dan Minuman,(BPHN), Jakarta,

_______, 2002,Hukum Perlindungan Konsumen,Suatu Pengantar,(Diadit Media, Jakarta).

Nasution, Bahder Johan, 2008,Metode Penelitian Hukum, Mandar Maju, Bandung. Nurdewata, Mukti Fajar, et al, 2010, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan

Empiris, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Patrik, Purwahid, 2004,Dasar-dasar Hukum Perikatan, Mandar Maju, Bandung. Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia, 2006,Etika Pariwara Indonesia, Jakarta. Prodjodikoro, Wiryono, 2000,AzasAzas Hukum Perjanjian, Mandar Maju, Bandung Purba, Achmad Zen Umar, 2005, Hak Kekayaan Intelektual Pasca Trips, PT.

Alumni, Bandung.

Radbruch Gustav, 1950,Legal Philosopy, in the Philosophies of lask, Radbruch and Dabin Translate by Kurt wilk (Harvard University Press,Massachusett Raharjo, Satjipto, 2006,Membedah Hukum Progresif, Buku Kompas, Jakarta. Raharjo Satjipto, 1986,Ilmu Hukum, (Alumni,Bandung).

Saefullah H.E., 1998,Tanggung Jawab Produsen Terhadap Akibat Hukum Yang Ditimbulkan dari Produk Pada Era Pasar Bebas, Makalah Dalam Seminar Nasional Perspektif Hukum Perlindungan Konsumen Dalam Sistem HukumNasionalMenghadapi Era Perdagangan Bebas,Diselenggarakan Oleh Fakultas Hukum UNISBA,Bandung.


(5)

126

_______, Hukum Kontrak, 2006, Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak. Sinar Grafika, Jakarta.

Satrio, J, 1999,Hukum Perikatan, Perikatan Pada Umumnya, Alumni, Bandung. S.B. Marsh dan J. Soulsby, 2006, Hukum Perjanjian, Alih Bahasa: Abdulkadir

Muhammad, Alumni, Bandung.

Shiofie , Yusuf, 2003,Perlindungan Konsumen dan Instrumen-Instrumen Hukumnya, (Citra Aditya Bakti, Bandung.

Soekanto, Soerjono, 1986,Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta.

________ dan Sri Mamudji, 1995, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Suharnoko, 2008, Hukum Perjanjian – Teori dan Analisa Kasus, Prenada Media. Jakarta.

Sunggono, Bambang, 2001, Metode Penelitian Hukum. Raja Grafika Persada. Jakarta.

_________________, 2001, Metodologi Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Suyanto, Mohammad, 2007,Strategi Perancangan Iklan Outdoor Kelas Dunia, Andi Yogyakarta.

Syahmin, 2005,Hukum Kontrak Internasional, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Tim Lindsay dkk, 2006,Hak Kekayaan Intelektual, PT.Alumni Bandung.

Walter Woon, 1995, Basic Business Law in Singapore, Prentice Hall, Singapore. Wirjono Prodjodikoro, 2000, Azas-azas Perjanjian, Mandar Maju, Bandung. W. Miclitz Hans, Desember 1998,(RUUPK dimata Pakar Perlindungan Konsumen


(6)

B. Perundang-undangan:

Kitab Undang-udang Hukum Perdata UU No. 19 Tahun 2002, tentang Hak Cipta

UU No. 8 Tahun 1999, tentang Perlindungan Konsumen

Peraturan Komisi Penyiaran Indonesia Sumatera Utara No.02/P/KPI/2009 C. Lainnya:

Perjanjian Kerjasama antara PT. Java Festival Production dengan PT. Radio Kidung Indah Selaras Suara No. 006/PKS-MP/JSF-RKISS/IX/2010

Badan Pembina Hukum Nasional, Laporan Tim Pengkajian Hukum Tentang Aspek Hukum dan Etika Bisnis Periklanan di Indonesia, Jakarta: Departemen Kehakiman Republik Indonesia, 1993/1994.

Tugas dan Kewenangan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Otoritas KPI dalam Pengawasan Penyiaran, http://72legalogic.wordpress.com/2009/03/27/tugas-dan-kewenangankomisi-penyiaran-indonesia-kpi/, diakses pada tanggal 1 Oktober 2011