Hak dan Kewajiban Para Pihak

44 Dari ketentuan-ketentuan yang termuat dalam suatu isi perjanjian dapat menggambarkan kondisi dan informasi tentang apa yang disepakati oleh para pihak yang membuatnya baik secara tersurat maupun tersirat. Dalam kerjasama yang dilakukan oleh PT.Radio Prapanca Buana Suara Medan dengan PT. Deli Media Televisi dimana kedua belah pihak mengadakan kesepakatan membuat suatu perjanjian dibawah tangan dengan bermaterai cukup dan ditanda tangani oleh kedua belah pihak tanpa ada saksi dan dibuat dalam rangkap dua.

2. Hak dan Kewajiban Para Pihak

Mengenai hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian siaran iklan antara PT. Java Festival Production dengan PT. Radio Kidung Indah Selaras Suara Medan, PT. Deli Media Televisi dengan PT. Prapanca Buana Suara yang terdapat dalam Surat Perjanjian Kerjasama, dapat diuraikan sebagai berikut : a. Pihak Pemberi Pesanan – PT. Java Festival Production dan PT. Deli Media Televisi 1 Hak pemberi pesanan dapat dibagi 2 dua bagian yaitu : a Hak utama, yaitu menerima hasil pesanan secara utuh dan sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat dalam Surat Perjanjian Kerjasama. Maksudnya adalah hasil pesanan, yaitu siaran iklan, telah Universitas Sumatera Utara 45 disiarkan sesuai dengan keinginan pihak pemberi pesan sesuai dengan kesepakatan yang dibuat dengan pihak penerima pesanan dan diselesaikan dengan pihak penerima pesanan sesuai dengan jadwal yang juga telah disepakati. b Hak tambahan, adalah berupa : 1. Mengetahui jalannya pelaksanaan perjanjian siaran iklan. 2. Mengadakan pemantauan jalannya pelaksanaan perjanjian penyiaran iklan apakah sudah sesuai dengan perjanjian atau tidak. 2 Kewajiban pemberi pesanan, dapat dibagi menjadi 2 dua bagian yaitu : a Kewajiban utama adalah melakukan pembayaran sesuai dengan nilai kesepakatan. b Kewajiban tambahan yaitu : 1 Memberi materi iklan yang akan disiarkan. b. Pihak Penerima Pesanan – PT. Radio Kidung Indah Selaras Suara Medan, PT.Radio Prapanca Buana Suara 1 Hak pihak penerima pesanan dapat dibagi menjadi 2 dua bagian yaitu : a Hak utama adalah menerima pembayaran sebesar nilai kesepakatan dengan pihak pemberi pesanan. b Hak tambahan adalah mendapat materi iklan yang akan disiarkan. 2 Kewajiban pihak penerima pesanan dapat dibagi menjadi 2 dua bagian yaitu : Universitas Sumatera Utara 46 a Kewajiban utama adalah menyelesaikan pekerjaan yang telah disepakati dalam Surat Perjanjian Kerjasama, yaitu menyiarkan iklan dari pihak pemberi pesanan. b Kewajiban tambahan antara lain meliputi : 1. Mentaati dan melaksanakan ketentuan umum yang berlaku tentang perjanjian pada umumnya. 2. Mengadakan perencanaan yang baik agar pelaksanaan siaran iklan pesanan dari pihak pemesan dapat dilaksanakan dengan benar dan tepat pada waktunya sesuai dengan kesepakatan. 3. Membuat laporan kepada pihak pemesan apabila terjadi wanprestasi atau keadaan memaksa sehingga tidak dapat dilakukan penyiaran iklan pihak pemesan. Dilihat dari perjanjian yang dibuat oleh PT. Java Festival Production dengan PT. Radio Kidung Indah Selaras Suara Medan, PT. Deli Media Televisi dengan PT. Prapanca Buana SuaraMedan yang tercantum dalam Surat Perjanjian Kerjasama, terlihat adanya unsur perjanjian, yaitu : a Adanya para pihak Para pihak dalam perjanjian ini disebut sebagai subjek perjanjian. Subjek perjanjian dalam perjanjian siaran iklan ini adalah berupa badan hukum, yaitu PT. Java Festival Production di Jakarta denganPT. Radio Kidung Indah Selaras Suara Medan. PT. Deli Media Televisi dengan PT. Prapanca Buana Suara Medan Universitas Sumatera Utara 47 PT. Java Festival Production, PT. Deli Media Televisi dalam hal ini bertindak sebagai pihak pemberi pesanan iklan kepada pihak penerima pesanan iklan, yang dalam perjanjian ini adalah PT. Radio Kidung Indah Selaras Suara Medan, PT. Prapanca Buana Suara Medan b Adanya persetujuan para pihak Dalam perjanjian siaran iklan ini, sebelum ditandatangani pada tanggal 15 September 2010 telah terjadi perundingan yang membicarakan mengenai syarat-syarat subjek dan objek perjanjian. Penandatanganan persetujuan pada tanggal 15 September 2010 tersebut merupakan bukti persetujuan penerimaan syarat oleh kedua belah pihak, bahwa apa yang telah ditawarkan oleh pihak PT. Java Festival Production telah diterima oleh pihak PT. Radio Kidung Indah Selaras Suara Medan demikian juga sebaliknya. Begitu juga halnya PT. Deli Media Televisi dengan PT. Prapanca Buana Suara Medan yang penanda tangananya di Medan tanggal 19 April 2011. c Adanya tujuan yang hendak dicapai Dimaksud dengan tujuan yang hendak dicapai disini terutama adalah memenuhi kebutuhan para pihak. Kebutuhan pihak hanya akan dicapai atau dipenuhi jika mengadakan perjanjian dengan pihak lain. Dalam perjanjian ini terjadi antara dua pihak yaitu PT. Java Festival Production Jakarta dengan PT. Radio Kidung Indah Selaras Suara Medan, PT. Deli Media Televisi dengan PT. Prapanca Buana Suara Medan Pihak PT. Java Universitas Sumatera Utara 48 Festival Production dan PT. Deli Media Televisi mempunyai tujuan untuk mempromosikan kegiatan mereka kepada masyarakat Medan dengan memanfaatkan media radio. Sedangkan pihak PT. Radio Kidung Indah Selaras Suara Medan dan PT. Prapanca Buana Suara Medan tujuannya adalah jelas, dengan menerima pesanan menyiarkan iklan maka akan memberi keuntungan secara finansial yang akan berguna untuk membiayai kerja perusahaan radio tersebut. Tujuan PT. Java Festival Production dan PT. Deli Media Televisi untuk mempromosikan kegiatan mereka kepada masyarakat Medan khususnya, juga secara jelas terlihat tidak bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan, dan ketertiban umum. d Adanya prestasi yang akan dilaksanakan Persetujuan perjanjian siaran iklan ini jelas akan menimbulkan kewajiban pemenuhan prestasi yang harus dipenuhi oleh masing-masing pihak. Secara umum telah dikemukakan diatas, bahwa kewajiban dari pihak PT. Java Festival Production dan PT. Deli Media Televisi adalah membayar sejumlah biaya yang telah disepakati untuk menyiarkan iklan. Sedangkan pihak PT. Radio Kidung Indah Selaras Suara Medan berkewajiban menyiarkan iklan sesuai dengan kesepakatan dengan PT. Java Festival Production: Universitas Sumatera Utara 49 i Sebanyak 80 delapan puluh radio spot promo versi teaser dengan durasi 60” yang ditayangkan sebanyak 4 empat kali per hari pada periode 20 September 2010 sd 10 Oktober 2010. ii Sebanyak 80 delapan puluh radio spot promo versi 1 dengan durasi 60” yang ditayangkan sebanyak 4 empat kali per hari pada periode 11 Oktober 2010 sd 30 Oktober 2010. iii Sebanyak 60 enam puluh adlib promo yang ditayangkan sebanyak 3 tiga kali per hari pada periode 11 Oktober 2010 sd 30 Oktober 2010. PT. Prapanca Buana Suara Medan berkewajiban menyiarkan iklan sesuai dengan kesepakatan dengan PT. Deli Media Televisi: i Memberikan adlips sebanyak 80 spot di radio Trijaya FM dan radio dangdut Indonesia yang merupakan satu grup, PT. Deli Media Televisi berkewajiban: a Menyelenggarakan event “fun Walk” di lapangan merdeka tgl 08 Mei 2011 b Membayar izin dan pajak umbul-umbul di lapangan Merdeka c Media promosi :10 kali terbit di Harian Sindo Medan, 80 spot DeliTV d Logo di1200 kaos, 20 umbul-umbul, 20 spanduk dan backdrop. Universitas Sumatera Utara 50 e Adanya bentuk tertentu tulisan Pentingnya bentuk tertentu ini karena undang-undang yang menyebutkan bahwa hanya dengan bentuk tertentu akan mempunyai kekuatan mengikat dan dapat sebagai bukti yang kuat. Dalam hal ini, bentuk tulisan dari perjanjian siaran iklan antara PT. Java Festival Production dengan PT. Radio Kidung Indah Selaras Suara Medan adalah Surat Perjanjian Kerjasama yang telah ditandatangani pada tanggal 15 September 2010. Begitu juga PT. Deli Media Televisi dengan PT.Prapanca Buana Suara Medan penanda tanganan dilakukan diMedan tanggal 19 April 2003. f Adanya syarat-syarat tertentu sebagai sahnya perjanjian Syarat-syarat tersebut diatas sebenarnya merupakan isi dari perjanjian, karena dari syarat-syarat tersebut dapat diketahui hak dan kewajiban masing-masing pihak. Syarat-syarat mengenai perjanjian siaran iklan antara PT. Java Festival Production dengan PT. Radio Kidung Indah Selaras Suara Medan, PT. Deli Media Televisi dengan PT. Prapanca Buana Suara Medan tercantum dalam Surat Perjanjian Kerjasama. Sesuai dengan Pasal 1320 KUH Perdata, bahwa syarat sahnya suatu perjanjian diperlukan 4 empat syarat yaitu : a. Sepakat mereka yang mengikatkan diri; b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan; c. Suatu hal tertentu; Universitas Sumatera Utara 51 d. Suatu sebab yang halal. 4 empat hal di atas juga yang menjadi dasar dalam perjanjian siaran iklan antara PT. Java Festival Production dengan PT. Radio Kidung Indah Selaras Suara Medan, PT. Deli Media Televisi dengan PT. Prapanca Buana Suara Medan yang tercantum dalam Surat Perjanjian Kerjasama. 1 Sepakat mereka yang mengikatkan diri; Kesepakatan yang terjadi antara PT. Java Festival Production dengan PT. Radio Kidung Indah Selaras Suara Medan mengenai perjanjian siaran iklan tercantum dalam Surat Perjanjian Kerjasama yang ditanda tangani oleh kedua pihak pada tanggal 15September 2010 di kantor PT. Radio Kidung Indah Selaras Suara Medan. Pada penandatanganan Surat Perjanjian Kerjasama tersebut, pihak PT. Java Festival Production diwakili oleh Dewi A.L. Gontha sebagai Direktur Utama, dan pihak PT. Radio Kidung Indah Selaras Suara Medan diwakili oleh Beldi Abas sebagai Direktur Utama media tersebut. PT. Deli Media Televisi dengan PT. Prapanca Buana Suara Medan mengenai perjanjian siaran iklan tercantum dalam Surat Perjanjian Kerjasama yang ditanda tangani oleh kedua pihak padatanggal 15 September 2010 di kantor PT. Prapanca Buana Suara Medan tanggal 19 April 2003 Pada penandatanganan Surat Perjanjian Kerjasama tersebut, pihak PT. Deli Media Televisi diwakili oleh Chairman sebagai Kepala Universitas Sumatera Utara 52 Biro Medan PT. Prapanca Buana Suara Medan diwakili oleh Iskandar sebagai Stasion Manager. Dalam perjanjian siaran iklan ini, Surat Perjanjian Kerjasama merupakan bentuk kata sepakat oleh kedua belah pihak, setelah mereka melakukan negosiasi baik mengenai harga, durasi, periode penyiaran dan syarat-syarat lainnya. 2 Kecakapan untuk membuat suatu perikatan Pembuat perjanjian adalah orang-orang yang memang cakap dalam bertindak. Dalam perjanjian siaran iklan antara PT. Java Festival Production dan PT. Radio Kidung Indah Selaras Suara Medan, kedua pihak telah diwakili oleh orang-orang yang memang mempunyai tugas untuk melakukan atau mewakili para pihak dalam membuat perjanjian. Dari uraian di atas, telah diketahui bahwa kedua orang yang mewakili perusahaan adalah cakap untuk bertindak mewakili masing-masing pihak. 3 Suatu hal tertentu; Syarat ketiga dari syarat sahnya suatu perjanjian adalah suatu hal tertentu. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan ‘hal tertentu’, perlu melihat kepada Pasal 1333 KUH Perdata, yang merupakan penjabaran lebih lanjut dari Pasal 1320 ayat 3 KUH Perdata dalam huruf, yaitu mengenai : Universitas Sumatera Utara 53 a Suatu persetujuan harus mempunyai pokok suatu barang yang paling sedikit dapat ditentukan jenisnya; b Jumlah barang yang tidak tertentu tidak menjadi masalah, asalkan jumlah tersebut dapat ditentukan atau dihitung. Telah dikemukakan di atas, suatu hal tertentu, adalah menyangkut pokok suatu barang yang paling sedikit dapat ditentukan jenisnya dan jumlah barang tidak menjadi masalah asal jumlah tersebut dapat ditentukan atau dihitung. Perjanjian siaran iklan adalah penjualan jasa. Dimana radio sebagai pihak yang menyiarkan iklan akan menawarkan atau menerima tawaran dari pihak lain yang akan menyiarkan iklan. Karena perjanjian penyiaran radio ini adalah perjanjian dengan materi jasa, maka suatu hal tertentu terlihat dalam hal: a. Sejumlah biaya penyiaran iklan yang telah disepakati oleh pihak PT. Java Festival Production dengan PT Radio Kidung Indah Selaras Suara Medan. b. Jenis iklan yang dipesan oleh PT. Java Festival Production adalah jenis iklan spot promo 4 x per hari dan adlib 3x perhari. c. Jenis iklan spot adalah jenis iklan dengan durasi 30 detik atau 60 detik per spot. Pihak PT. Java Festival Production memesan dengan durasi 60 detik per spot. Universitas Sumatera Utara 54 d. Periode dan hari siar. Periode penyiaran iklan PT. Java Festival Production yang akan disiarkan PT. Radio Kidung Indah Selaras Suara Medan adalah 20 September sampai dengan 30 Oktober 2010 setiap hari, dengan hari siar antara Senin sampai dengan Minggu. 4 Suatu sebab yang halal. Dimaksud dengan sebab yang halal dalam Pasal 1320 KUH Perdata bukanlah sebab dalam arti yang menyebabkan atau yang mendorong orang membuat perjanjian, melainkan sebab dalam artiisi perjanjian itu sendiri, yang menggambarkan tujuan yang akan dicapai oleh para pihak. Sesuai dengan Pasal 1337 KUH Perdata, bahwa suatu sebab yang terlarang adalah yang bertentangan dengan undang-undang, berlawanan dengan kesusilaan, dan ketertiban umum. Program kegiatan PT. Java Festival Production yang telah disiarkan oleh PT. Radio Kidung Indah Selaras Suara Medan, sepanjang pengetahuan dan penjelasan baik oleh PT. Java Festival Production dan PT. Radio Kidung Indah Selaras Suara Medan, tidaklah bertentangan dengan Pasal 1337 KUHPerdata, karena hanya memuat uraian-uraian yang memancing konsumen atau masyarakat Medan untuk mengikuti event- event yang dilakukan dan membeli tiket Festival yang akan dilaksanakan di Jakarta. Universitas Sumatera Utara 55 Keempat syarat tersebut diatas, terbagi atas syarat subyektif dan syarat objektif. Jika syarat tersebut tidak terpenuhi maka akan mengakibatkan hal berbeda pula, yaitu : a. Syarat Subjektif, adalah yang menyangkut subjek perjanjian, dalam hal ini ada dua pihak yaitu PT. Java Festival Production dan PT. Radio Kidung Indah Selaras Suara Medan. Kedua pihak tersebut dapat dinilai apakah dalam perjanjian siaran iklan ada kata sepakat untuk mengikatkan diri dan masing-masing pihak cakap untuk membuat perjanjian. Dari penelitian yang dilakukan, syarat subjektif telah terpenuhi. b. Syarat Objektif, dalam hal ini menyangkut objek dari perjanjian, yaitu adanya hal tertentu dan suatu sebab yang halal. Dari yang telah dikemukakan di atas, syarat objektif dalam perjanjian iklan antara PT. Java Festival Production dengan PT. Radio Kidung Indah Selaras Suara Medan juga telah terpenuhi. c. Mengenai Asas-Asas dalam Perjanjian Dalam perjanjian siaran iklan radio, antara PT. Java Festival Production dengan PT. Radio Kidung Indah Selaras Suara Medan, ada beberapa asas hukum yang berlaku seperti sebuah perjanjian. 1 Asas Kebebasan Berkontrak Asas ini terdapat dalam Pasal 1338 KUH Perdata, yang berarti persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Maksud ‘semua’ dalam pasal tersebut Universitas Sumatera Utara 56 meliputi seluruh perjanjian baik yang sudah maupun belum diatur dalam undang-undang. Dengan adanya asas kebebasan berkontrak, maka dapat disimpulkan bahwa sistem hukum perjanjian adalah terbuka, yaitu para pihak boleh mengadakan perjanjian dengan pihak siapa sajadan apa saja, meskipun belum diatur dalam KUH Perdata. Dalam perjanjian siaran iklan, PT. Java Festival Production, telah melakukan asas kebebasan berkontrak. Hal tersebut terlihat, bahwa PT. Radio Kidung Indah Selaras Suara Medan, yang menjadi pilihan bebas untuk mengadakan perjanjian siaran iklannya. Menurut pihak marketing PT. Java Festival Production, PT. Radio Kidung Indah Selaras Suara Medan menjadi pilihannya karena : a. PT. Radio Kidung Indah Selaras Suara Medan merupakan media yang dianggap PT. Java Festival Production mempunyai jumlah pendengar kaum muda paling banyak di wilayah Medan. b. PT. Radio Kidung Indah Selaras Suara Medan mempunyai tarif iklan yang relatif dapat dijangkau oleh PT. Java Festival Production. 2 Asas Konsensuil Kata ‘konselsuilisme’ berasal dari bahasa latin consensus, yang berarti sepakat. Jadi yang dimaksud asas konsensuil adalah perjanjian siaran iklan antara PT. Java Festival Production dengan PT. Radio Kidung Universitas Sumatera Utara 57 Indah Selaras Suara Medan terjadi karena adanya kata sepakat dan kehendak yang bebas dari para pihak yang membuat perjanjian siaran iklan terebut, yaitu Surat Perjanjian Kerjasama. 3 Asas Pacta Sunt Servanda Asas Pacta Sunt Servanda adalah asas yang berarti perjanjian yang dibuat oleh para pihak secara sah telah mengikat para pihak dalam perjanjian atau berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuat perjanjian tersebut. Maka bila terjadi sengketa, isi perjanjian yang akan dijadikan sarana untuk menyelesaikan sengketa tersebut. Maka perjanjian siaran iklan antara PT. Java Festival Production dengan PT. Radio Kidung Indah Selaras Suara Medan yang tertuang dalam Surat Perjanjian Kerjasama, adalah berlaku seperti undang- undang bagi kedua belah pihak. Bila terjadi sengketa antara PT. Java Festival Production dan PT. Radio Kidung Indah Selaras Suara Medan, yang menyangkut perjanjian siaran iklan tersebut, maka isi perjanjian yang tertuang dalam Surat Perjanjian Kerjasama yang dijadikan sarana untuk menyelesaikan masalah. 4 Asas Itikad Baik Pasal 1338 KUH Perdata menyatakan bahwa semua perjanjian wajib dibuat dan dilakukan dengan itikad baik. Itikad baik disini mempunyai arti : Universitas Sumatera Utara 58 a. Pengertian subyektif yaitu kejujuran dalam melakukan perbuatan hukum. b. Pengertian objektif yaitu pelaksanaan perjanjian itu harus didasarkan pada norma kepatutan atau apa yang dirasa patut dalam masyarakat. Perjanjian kerjasama antara PT. Radio Kidung Indah Selaras Suara Medan dengan PT. Java Festival Production dibuat dengan akta tertulis di bawah tangan. Perjanjian tersebut berfungsi sebagai alat bukti sah dan dapat dipergunakan untuk melakukan tuntutan apabila salah satu pihak melakukan wanprestasi. Namun, apabila disangkal oleh para pihak, maka pihak yang tidak menyangkal harus membuktikan kebenaran mengenai apa yang tertulis pada akta dibawah tangan tersebut. Hal ini tentu merupakan salah satu risiko dari suatu akta dibawah tangan. Dalam perjanjian kerjasama antara PT. Radio Kidung Indah Selaras Suara Medan dengan PT. Java Festival Production dituntut sejelas mungkin tentang hak dan kewajiban, sanksi, waktu berlakunya perjanjian kerjasama, dan hal-hal yang perlu dilakukan dan disepakati bersama. Tanpa adanya kejelasan dari isi dalam perjanjian kerjasama dapat merugikan salah satu pihak merupakan kelemahan suatu perjanjian dan isi dalam perjanjian kerjasama tersebut harus dipenuhi atau dilaksanakan oleh kedua belah pihak, apabila tidak maka pihak yang tidak memenuhi perjanjian tersebut harus bertanggung jawab. 65 65 Djulmiaji, F.X., 2001, Perjanjian Kerja, Bumi Aksara, Jakarta, hal. 58. Universitas Sumatera Utara 59 Adapun maksud dipersyaratkannya perjanjian tertulis dalam suatu kerjasama, karena hubungan kerjasama yang mempunyai prinsip saling memerlukan dan menguntungkan itu diikat dalam suatu perjanjian dengan akta dibawah tangan untuk memberikan dasar atau landasan dalam hubungan kerjasama tersebut. Dengan demikian, bahwa dasar hubungan antara PT. Radio Kidung Indah Selaras Suara Medan dengan PT. Java Festival Production adalah suatu perjanjian kerjasama yang berisi hak dan kewajiban para pihak. Perjanjian pemasangan iklan yang terjadi antara PT. Radio Kidung Indah Selaras Suara Medan dengan PT. Java Festival Production dikategorikan sebagai perjanjian tidak bernama yaitu perjanjian yang muncul seiring dengan perkembangan masyarakat. Perjanjian kerjasama ini tidak diatur di dalam KUHPerdata, tetapi terdapat di dalam masyarakat. Jumlah perjanjian ini tidak terbatas dengan nama yang disesuaikan dengan kebutuhan pihak-pihak yang mengadakannya, seperti perjanjian kerjasama iklan. Perjanjian tidak bernama menurut J. Satrio merupakan perjanjian- perjanjian yang belum mendapat pengaturannya secara khusus dalam undang- undang. 66 Demikian pula dengan perjanjian kerjasama ini, tidak mempunyai nama tertentu dan tidak diatur secara khusus. Dalam buku ke-III KUHPerdata kita dapat mencari dasar hukumnya dari perbuatan perjanjian kerjasama yaitu dengan menafsirkan buku ke-III KUHPerdata tersebut sebagai penganut asas kebebasan berkontrak. Dalam hal memuat suatu perjanjian, tegasnya dapat dilihat dalam pasal 66 J. Satrio, Op.Cit, hal. 149. Universitas Sumatera Utara 60 1338 ayat 1 KUHPerdata yang menyatakan : “Semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”. Berpedoman pada ketentuan tersebut, maka perjanjian apa saja yang dibuat menurut persyaratan yang telah ditentukan oleh undang-undang adalah sah dan mempunyai kekuatan hukum untuk mengikat para pihak yang telah mengadakannya. Sebenarnya yang dimaksud dengan pasal tersebut tidak lain adalah menyatakan bahwa orang bebas membuat segala bentuk perjanjian yang disukainya, asal tidak melanggar ketentuan dari pasal 1320 KUHPerdata. Perjanjian kompensasi yang dilakukan oleh PT. Prapanca Buana Suara Medan dengan dengan para klien secara pembayaran penuh dan barter, seperti kompensasi barter dengan pihak hotel dengan membayar setengah harga ditambah dengan voucher, kaos, stiker, dalam contoh lainya kompensasi terhadap Chevrolet Spark dimana selama satu tahun pengiklanan pembayaran dengan memberikan satu unit mobil Chevrolet. Universitas Sumatera Utara 61

BAB III PENYELESAIAN SENGKETA DALAM PERJANJIAN PEMASANGAN

IKLAN MELALUI RADIO A. Wanprestasi Setiap perjanjian pasti mempunyai akibat hukum, minimal terhadap para pihak yang membuatnya. Hal yang sama juga berlaku terhadap perjanjian tentang kerjasama investasi yang dilakukan oleh investor dengan perusahaan pialang berjangka. Akibat hukum dari perjanjian biasanya baru akan kelihatan apabila salah satu pihak melakukan pelanggaran wanprestasi terhadap kesepakatan yang dibuat dan disepakati dalam perjanjian. Dengan adanya pelanggaran tersebut biasanya pihak yang lain akan meminta pihak yang melanggar atau melakukan wanprestasi untuk memenuhi kewajibannya sesuai dengan yang disepakati. Biasanya apabila pihak yang melakukan wanprestasi tidak memenuhi maka akan dikenakan sanksi sesuai yang disepakati atau akan dilakukan penyelesaian dengan cara tertentu sesuai yang disepakati dalam perjanjian. Ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang wanprestasi dalam perjanjian siaran iklan antara PT. Java Festival Production dengan PT. Radio Kidung Indah Selaras Suara Medan diatur dalam salah satu pasal yang ada dalam Surat Perjanjian Kerjasama. Adanya wanprestasi dalam perjanjian siaran iklan ini mengacu pada salah satu pasal dalam Surat Perjanjian Kerjasama, yaitu Pasal 6 Surat Perjanjian Kerjasama : Universitas Sumatera Utara 62 “Dalam hal setelah perjanjian ditandatangani, baik Pihak kedua maupun Pihak pertama tidak memenuhi salah satu atau lebih kewajiban-kewajibannya atau pernyataan atau jaminannya menuru perjanjian ini, atau karena alasan apapun kecuali keadaan kahar sebagaimana diatur dalam Pasal 7, maka perjanjian ini dapat diakhiri”. Pasal diatas berarti bahwa pihak penerima pesanan akan menjamin penyiaran akan berlangsung sesuai dengan jadwal yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. Namun juka penerima pesanan tetap akan melakukan wanprestasi dalam pelaksanaan perjanjian iklan ini maka diatur juga dalam pasal lain dalam perjanjian siaran iklan tersebut. Tindakan wanprestasi dalam Surat Perjanjian Kerjasama, dinyatakan sebagai berikut : “Pemberi order setuju bahwa penerima tidak menjamin suatu ketepatan waktu atau tanggal siaran, tetapi apabila karena satu dan lain hal suatu siaran tidak dapat dilaksanakan pada hariwaktu yang telah direncanakan, penerima akan mengganti dengan waktu lain”. Maka jika penerima pesanan, yaitu pihak PT. Radio Kidung Indah Selaras Suara Medan, telah melanggar ketentuan-ketentuan yaitu dengan tidak menyiarkan iklan pihak penerima pesanan sesuai dengan waktu yang telah disepakati maka pihak pemberi pesanan, yaitu PT. Java Festival Production, dapat menuntut pihak penerima pesanan sesuai dengan pasal tersebut di atas, yaitu mengganti penyiaran iklan dengan waktu lain yang telah disepakati. Jika terjadi wanprestasi dari pihak penerima pesanan sewajarnya memberi tahu kepada pihak pemberi pesanan. Hal tersebut sesuai dengan asas itikad baik dari sebuah perjanjian. Pemberitahuan wanprestasi dari penerima pesanan kepada pemberi Universitas Sumatera Utara 63 pesanan sewajarnya juga disampaikan tanpa harus menunggu pihak pemberi pesanan melayangkan teguran atau surat peringatan kepada pihak penerima pesanan, apalagi dalam hal ini, belum tentu pihak pemberi pesanan selalu mengawasi apakah penyiaran iklan berjalan sebagaimana mestinya seperti yang telah diperjanjikan oleh kedua belah pihak. Keadaan memaksa atau lebih dikenal dengan overmacht, dalam sebuah perjanjian kurang lebih mempunyai arti peristiwa yang terjadi di luar dugaan atau kemampuan baik oleh pihak penerima pesanan atau pihak pemberi pesanan, dimana peristiwa tersebut berada di luar kekuasaan manusia yang berakibat tidak dapat dilaksanakan pemenuhan prestasi oleh salah satu pihak. Di dalam perjanjian siaran iklan yang tercantum dalam Surat Perjanjian Kerjasama antara PT. Java Festival Production dengan PT. Radio Kidung Indah Selaras Suara Medan diatur tentang keadaan memaksa atau overmacht, yaitu dalam pasal 7 sebagai berikut: 1 Peristiwa kahar adalah suatu kejadian di luar kemampuan wajar salah satu pihak sehingga pihak yang bersangkutan tidak mungkin melaksanakan kewajibannya berdasarkan Perjanjian ini, yang dalam perjanjian ini secara limitatif dimaksudkan sebagai banjir, gempa bumi, gunung meletus, kebakaran, peledakan bom, sabotase perang, huru-hara di Jakarta atau wilayah lain di Indonesia yang berpengaruh terhadap penyelenggaraan event, terputusnya hubungan listrik dilokasi penyelenggaraan event, adanya larangan berkunjung travel banwarning dari Negara asal artis Universitas Sumatera Utara 64 internasional yang menyebabkan artis internasional tidak datang ke Indonesia, orang tua dan atau keluarga artis meninggal dunia, keputusan atau pelanggaran oleh pemerintah, perijinan, pemogokan dan perubahan kebijaksanaan pemerintah Republik Indonesia yang mempunyai akibat negative secara material terhadap kemampuan salah satu pihak ataupun para pihak secara bersamaan dalam memenuhi kewajibannya berdasarkan perjanjian ini. 2 Pihak kedua maupun pihak pertama secara sendiri-sendiri tidak dapat menggunakan keadaan kahar ini sebagai alasan untuk mengakhiri perjanjian. Pengakhiran perjanjian berdasarkan alasan keadaan kahar ini hanya dapat dilakukan dengan persetujuan para pihak. 3 Para pihak dapat dibebaskan dari kewajibannya apabila terjadi keadaan kahar sebagaimana diuraikan dalam Pasal 7.1. apabila keadaan tersebut secara material dapat dibuktikan telah menyebabkan salah satu pihak tidak dapat melaksanakan kewajibannya sebagaimana diatur dalam perjanjian ini. 4 Dalam hal terjadi keadaan kahar sebagaimana diuraikan dalam Pasal 7.1. para pihak sepakat dalam waktu 7 hari kalender sejak terjadinya keadaan kahar, mengadakan musyawarah lebih lanjut mengenai kelanjutan perjanjian ini, yang kemudian akan dituangkan dalam suatu persetujuan tambahan addendum atau pengakhiran dari perjanjian ini. Universitas Sumatera Utara 65 Dalam Surat Perjanjian Kerjasama sudah mengatur tentang keadaan memaksa atau overmacht, maka jika hal tersebut terjadi akan diselesaikan dengan mengacu kepada perjanjian tersebut. Dalam KUH Perdata dianggap sebagai keadaan memaksa atau overmacht apabila sesuai dengan ajaran keadaan memaksa, dikenal ada dua teori yaitu : 1. Teori Mutlak terus menerus, yaitu dimaksud adalah benda yang menjadi objek perikatan musnah diluar kesalahan debitur, yaitu PT. Radio Kidung Indah Selaras Suara Medan. Dalam perjanjian penyiaran iklan, bisa saja benda yang menjadi objek perikatan yang ada di tangan PT. Radio Kidung Indah Selaras Suara Medan, seperti terkena kebakaran, banjir, dan gempa bumi, sehingga menyebabkan materi iklan hancur. Hancurnya materi iklan tersebut menyebabkan iklan tidak dapat disiarkan. 2. Teori Relatif sementara, yang dimaksud disini adalah karena menyangkut perbuatan debitur sendiri, yaitu pihak PT. Radio Kidung Indah Selaras Suara Medan. Bisa saja iklan dari PT. Java Festival Production tidak dapat disiarkan oleh pihak PT. Radio Kidung Indah Selaras Suara Medan misalnya karena ada perintah dari Pemerintah untuk dengan segera mengumumkan adanya keadaan perang, epidemi penyakit, atau PEMILU. Pada terjadinya keadaan memaksa atau overmacht dalam perjanjian siaran iklan tersebut, maka pihak PT. Radio Kidung Indah Selaras Suara Medan harus membuktikan kepada pihak pemberi pesanan yaitu PT. Java Festival Production Universitas Sumatera Utara 66 bahwa telah terjadi keadaan memaksa atau overmacht tersebut. Jika pihak pemberi pesanan berhasil membuktikan timbulnya keadaan tersebut, maka akan terluput atau terhindar dari tuntutan pihak pemberi pesanan, baik penghukuman untuk memenuhi perjanjian maupun membayar ganti rugi. Artinya dalam keadaan memaksa ini debitur atau penerima pesanan tidak dapat dipersalahkan, karena timbulnya diluar kemauan dan kemampuan pihak debitur. Jika keadaan memaksa karena teori relatif sementara seperti tersebut diatas, perjanjian penyiaran iklan masih dapat dilakukan, yaitu dengan mengganti waktu penyiaran iklan. Tetapi pergantian waktu penyiaran iklan tersebut, harus terlebih dahulu diberitahukan kepada pihak pemesan iklan, bahwa telah terjadi keadaan memaksa atau overmacht, sehingga iklan tidak dapat disiarkan sesuai dengan perjanjian dan akan diganti dilain hari.

B. Penyelesaian Sengketa Dalam Perjanjian Siaran Iklan Melalui Radio

Pada dasarnya setiap perjanjian yang dibuat para pihak harus dapat dilaksanakan dengan sukarela atau itikad baik, namun dalam kenyataannya perjanjian yang dibuatnya seringkali dilanggar. Persoalannya kini, bagaimanakah cara penyelesaian sengketa yang terjadi diantara pihak. Pola penyelesaian sengketa dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu: 1. Melalui pengadilan, dan 2. Alternatif penyelesaian sengketa. Universitas Sumatera Utara 67 Penyelesaian sengketa melalui pengadilan adalah suatu pola penyelesaian sengketa yang terjadi antara pihak yang diselesaikan oleh pengadilan. Putusannya bersifat mengikat. Sedangkan penyelesaian sengketa melalui alternative penyelesaian sengketa Alternative Dispute Resolution = ADR adalah lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapatan melalui prosedur yang telah disepakati para pihak, yakni penyelesaian di luar pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli Pasal 1 ayat 10 Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Pilihan Penyelesaian Sengketa. Apabila mengacu ketentuan Pasal 1 Ayat 10 Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999, maka cara penyelesaian sengketa melalui ADR dibagi menjadi lima cara, yaitu: 1. Konsultasi 2. Negosiasi 3. Mediasi 4. Konsiliasi, atau 5. Penilaian ahli. Menurut ketentuan umum Pasal 1 angka 1UU No 30 Tahun arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar pengadilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa. Dalam pasal 1 angka 10 dijelaskan pengertian alternatif penyelesaian sengketa yaitu Lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapati melalui Universitas Sumatera Utara 68 prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian di luar pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi atau penilaian ahli. Selain pengertian arbitrase menurut Undang-Undang Nomor 30 tahun 1999, perlu kita memperkaya pemahaman tentang artbitrase dengan mengutip beberapa pendapat para ahli hukum terkemuka di antaranya sebagai berikut: 1. Subekti bukunya Aneka Perjanjian mengemukakan bahwa pemutusan suatu sengketa oleh seseorang atau orang yang ditunjuk oleh para pihak yang bersengketa di luar hakim atau pengadilan. 2. Sudikno Mertokusumo mengemukakan bahwa arbitrase adalah suatu prosedur penyelesaian sengketa di luar pengadilan yang berdasarkan persetujuan pihak-pihak yang bersangkutan diserahkan kepada seorang wasit atau lebih. 3. Z. Asikin Kusumaatmadja, Arbitration is the business community regulatory of disputes Arbitrase adalah aturan komunitas bisnis menyelesaikan sengketa di antara mereka. 4. Sidik Saraputra, Arbitration is a simple proceeding voluntarily choice by parties who want a dispute determined by an impartial judge of own mutual selection, who decision based on the marits of the case they agreed to accept as final and binding Arbitrase adalah tindakan atau cara bekerja yang sederhana yang dipilih oleh para pihak dengan suka rela yang menginginkan suatu penyelesaian sengketa yang diputuskan oleh seorang Universitas Sumatera Utara 69 wasit yang tidak berat sebelah atas pilihan mereka sendiri untuk memutuskan beralaskan isi dari perkara, mereka kemudian setuju untuk menerima putusan yang final dan mengikat. Berdasarkan sejumlah pengertian arbitrase, kita mendapat gambaran yang memadai tentang esensi arbitrase. Namun, ada satu pertanyaan apakah semua perkara dapat dibawa peradilan arbitrase, hal ini tidak dapat dijumpai secara mitatif dalam Undang-Undang Arbitrase No. 30 Tahun 1999. Undang-undang yang terdiri dari atas 11 sebelas bab terbagi ke dalam 82 delapan puluh dua pasal ini hanya menegaskan secara umum dalam Pasal 5 yang berbunyi sebagai berikut. 1. Sengketa yang dapat diselesaikan melalui arbitrase hanya sengketa di bidang perdagangan dan mengenai hak yang menurut hukum dan peraturan perundang-undangan dikuasai sepenuhnya oleh pihak yang bersengketa. 2. Sengketa yang tidak dapat diselesaikan melalui arbitrase adalah sengketa yang menurut peraturan perundang-undang tidak dapat diadakan perdamaian. Sesungguhnya pengecualian di atas dapat disimpulkan bahwa arbitrase dapat dilakukan terhadap kasus perdagangan, penguasaan hak sepenuhnya ada pada para pihak, dan terhadap perbuatan tindakan yang menurut peraturan perundang-undangan dimungkinkan perdamaian. Pasal 3 ayat 1 UU No. 14 1970 tidak memperinci perbuatan apa yang tidak diperbolehkan diselesaikan melalui arbitrase. Apabila merujuk pada Pasal 616 yang menegaskan sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara 70 Tidak diperkenankan atas ancaman kebatalan untuk mengaadakan suatu persetujuan perwasitan mengenai penghibahan atau penghibah-wasiat, nafkah, mengenai perceraian atau perpisahan dari meja dan tempat tidak antara suami dan istri, mengenai kedudukan hukum seseoran ataupun mengenai lain-lain sengketa tentang mana oleh ketentuan undang-undang tidak diperbolehkan mengadakan suatu perdamaian. H.M.N. Purwosucipto memberikan ulasan terhadap sengketa bidang apa saja yang dapat diselesaikan melalui arbitra dengan melihat sejarah yang dibentuk untuk kepentingan pedagang. Adapun sengketa tersebut dapat berupa penyelesaian mengenai: a. jual beli perusahaan, b. perjanjian perburuhankerja, c. makelar dan komisioner, d. perjanjian pengangkutan dan lain-lain. 67 “Penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan diselenggarakan untuk mencapai kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya ganti-rugi danatau mengenai tindakan tertentu untuk menjamin tidak akan terjadi kembali atau tidak akan terulang kembali kerugian yang diderita konsumen” Dalam penjelasan pasal 3 ayat 1 undang-undang Nomor 14 tahun 1970 tentang pokok-pokok kekuasaan kehakiman Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1970 Nomor 74, Tambahan lembaran Negara nomor 2952 menegaskan bahwa, “penyelesaian perkara di luar pengadilan atas dasar perdamaian atau melalui arbitrase tetap diperbolehkan, akan tetapi putusan arbiter hanya mempunyai kekuatan 67 HMN. Purwosucipto. Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia Perwasiatan, Kepailitan dan Penundaan Pembayaran II. Jakarta: Jambatan. 1983, hlm. 1-2. Universitas Sumatera Utara 71 eksekutorial setelah memperoleh izin atau perintah untuk dieksekusi executoir dari pengadilan”. 68 Walaupun pasal 615 Rv sudah dihapus dengan berlakunya UU nomor 30 tahun 2000, namun ada baiknya kita merujuk peraturan lama yang membuka peluang penyelesaian alternatif sengekta di luar pengadilan. Menurut Rechtverorderings Rv pasal 615ayat 1 jelaskan sebagai berikut: “Adalah diperkenankan kepada siapa saja, yang terlibat dalam suatu sengketa yang mengenai hak-hak yang berada dalam kekuasaanya, untuk menyerahkan pemutusan sengketa tersebut kepada seorang atau lebih wasit”. Teknis pelaksanaan eksekutorial dari putusan alternatif penyelesaian sengketa ADR di luar pengadilan harus merujuk pada UU No. 30 tahun 1999 pasal 59 ayat 10. Ketentuan tersebut menetapkan sebagai berikut: “Dalam waktu paling lama 30 tiga puluh hari terhitung sejak tanggal putusan diucapkan, lembar asli atau salinan otentik putusan arbitras diserahkan dan didaftarkan oleh arbiter atau kuasanya kepada panitera Pengadilan Negeri. Putusan arbitrase bersifat final dan mempunyai kekuatan hukum tetap dan mengingkat para pihak Pasal 60 UU nomor 30 Tahun 1999.” 69 Di dalam literatur juga disebutkan dua pola penyelesaian sengketa, yaitu the binding adjudicative procedure dan the non binding adjudicative procedure. 1. The binding adjudicative procedure, yaitu suatu prosedur penyelesaian sengketa yang di dalam memutuskan perkara, hakim menjatuhkan putusan 68 Lihat Penjelasan Undang-undang Nomor 30 Tahun 1990 69 Ade Maman, 2002, Aspek Hukum Dalam Ekonomi, Global Ghalia Indonesia, Jakarta, hlm. 82 Universitas Sumatera Utara 72 yang mengikat para pihak. Bentuk penyelesaian sengketa ini dapat dibagi menjadi empat macam, yaitu: 1 Ligitasi 2 Arbitrase 3 Mediasi-Arbitrase, dan 4 Hakim Partikelir. 70 2. The nonbinding adjudicative procedure, yaitu suatu proses penyelesaian sengketa yang di dalam memutuskan perkara, hakim atau orang yang ditunjuk tidak mengikat para pihak. Bentuk penyelesaian sengketa ini dapat dibagi menjadi enam macam, yaitu: 1 Konsiliasi 2 Mediasi 3 Mini-Trial 4 Summary Jury Trial 5 Neutral Expert Fact-Finding, dan 6 Early Expert Neutral Evaluation. 71 Kedua penyelesaian sengketa itu berbeda antara satu dengan yang lainnya oleh institusi tersebut. Pada the binding adjudicative procedure, prosedur putusan yang dihasilkan oleh institusi yang memutuskan perkara adalah mengikat para pihak, sedangkan dalam the nonbinding adjudicative procedure, putusan yang dihasilkan 70 Salim HS, Op.Cit, hlm. 137 71 Ibid, hlm. 139. Universitas Sumatera Utara 73 tidak mengikat para pihak. Artinya dengan adanya putusan itu, para pihak dapat menyetujui atau menolak isi putusan tersebut. Persamaan dari kedua pola penyelesaian sengketa tersebut adalah sama-sama memberikan putusan atau pemecahan dalam suatu kasus. 72 Penyelesaian sengketa dalam perjanjian kerjasama pemasangan iklan melalui radio berdasarkan Perjanjian Kerjasama bila tidak dapat dimediasi oleh KPI adalah melalui klarifikasi dan musyawarah di antara para pihak untuk selanjutnya dapat mengakhiri perjanjian, dan terhadap masyarakat. Untuk lebih jelasnya, hal ini tertuang dalam Undang-undang No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase Pasal 14 tentang penyelesaian sengketa para pihak dalam perjanjian kerjasama, sebagai berikut: 1 Para pihak setuju bahwa segala perselisihan yang timbul sehubungan dengan perjanjian ini dan pelaksanaannya akan diselesaikan secara musyawarah. 2 Apabila dalam jangka waktu 14 empat belas hari sejak timbulnya perselisihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13.1 di atas, para pihak tidak dapat mencapai suatu kata sepakat atas penyelesaian perselisihan tersebut maka para pihak dengan ini setuju dan sepakat untuk menyelesaikannya berdasarkan ketentuan Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI. Arbitrase ini akan dilangsungkan di Jakarta oleh 3 orang arbiter sesuai dengan ketentuan-ketentuan BANI. 72 Ibid, hlm. 140-141. Universitas Sumatera Utara 74 3 Ketentuan Pasal 15.3 ini merujuk kepada arbitrase sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Pilihan Penyelesaian Sengketa UU Arbitrase, dan oleh karenanya mengikat para pihak untuk mengajukan seluruh sengketa sesuai dengan UU Arbitrase tersebut. 4 Putusan oleh BANI adalah bersifat final, mengikat dan tidak dapat dilawab. Para pihak setuju untuk mengesampingkan Pasal 48 1 UU Arbitrase dan oleh karenanya tunduk kepada prosedur BANI. Dalam rangka melaksanakan putusan arbitrase, para pihak setuju untuk memilih domisili hukum dan permanen di Kantor Panitera Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, tanpa mengesampingkan hak dari para pihak untuk melaksanakan putusan arbitrase di pengadilan maupun dimana asset dari pihak tersebut berada. Penyelesaian sengketa terhadap pelaksanaan perjanjian yang tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya apakah karena wanprestasi atau karena keadaan darurat perlu dirumuskan dalam perjanjian. Perumusan suatu perjanjian secara lengkap dan tertulis akan lebih baik daripada perjanjian secara lisan. Walter Woon mengatakan: Sebuah kontrak tidak harus menulis kecuali beberapa undang-undang khusus mensyaratkan bahwa begitu. Sebuah kontrak lisan adalah hanya sebagai baik sebagai salah satu yang dicetak dan ditandatangani dalam darah. Masalah dengan kontrak lisan adalah salah satu bukti, pemeriksaan bahwa kontrak itu memang dibuat dan membuktikan syarat-syarat kontrak. Masalah proff kurang di mana seseorang memiliki kontrak tertulis. Sebuah kontrak tertulis Universitas Sumatera Utara 75 yang baik akan menetapkan ketentuan utama dari perjanjian. Masalah dalam kasus seperti ini adalah salah satu penafsiran dari bukti. 73 Dengan demikian penyelesaian sengketa dalam perjanjian kerjasama pemasangan iklan adalah dengan menggunakan dua cara yaitu musyawarah untuk mufakat dan arbitrase. Namun terdapat kelemahan dalam prosedur penyelesaian sengketa dengan musyawarah karena tidak dirinci secara jelas bagaimana musyawarah itu dilakukan. Penyelesaian sengketa dengan jalan musyawarah atau dengan menggunakan mediator lebih mudah untuk dilaksanakan, karena penyelesaian sengketa melalui pengadilan memerlukan proses yang lama yang diawali adanya gugatan, jawaban atas gugatan, replik, duplik, kesimpulan, pembuktian, dan putusan pengadilan. Pada umumnya memakan waktu satu tahun di Pengadilan Negeri, belum lagi apabila ada banding dan kasasi di Mahkamah Agung. Penyelesaian sengketa dengan jalan musyawarah tidak memerlukan waktu yang lama, biaya relatif murah dan memberikan keadilan bagi para pihak. Sebab musyawarah untuk mendapatkan kata mufakat tidak memerlukan hukum acara perdata. Peraturan yang baik tidak ada artinya kalau ia tidak ditegakkan. Hak kekayaan intelektual juga demikian. Itulah sebabnya TRIP’s memuat ketentuan khusus tentang Enforcement of Intellectual Property Rights yang merupakan Part III dan yang terdiri dari lima seksi, masing-masing berjudul: 73 Walter Woon, 1995, Basic Business Law in Singapore, Prentice Hall, Singapore, hlm. 45. Universitas Sumatera Utara 76 SectionI : General Obligations SectionII : Civil and Administrative Procedures and Remedies SectionIII : Provisional Measures SectionIV : Special Requirements Related to Border easures SectionV : Criminal Procedures Sebagai prinsip umum, dalam General Obligation pada rection I disebutkan bahwa ketentuan tentang hak kekayaan intelektual yang terdapat dalam undang- undang suatu negara harus diikuti dengan langkah-langkah penegakan hukum, untuk: 1 Mencegah terciptanya hambatan terhadap peraturan internasional, 2 Mengatur pengamanan terhadap pelanggaran. TRIPs juga memperingatkan agar prosedur penegakan hukum tidak rumit dan mahal atau jangka waktu penyelesaian yang tidak masuk akal, misalnya akibat sidang yang tertunda-tunda. Persyaratan minimal lain adalah mesti adanya kesempatan bagi para pihak untuk meninjau keputusan yang sudah diberikan oleh badan pemberi hak atas penolakan permohonan hak kekayaan intelektual. Walaupun beberapa negara membuat badan khusus guna menyelesaikan masalah hak kekayaan intelektual, TRIPs sendiri tidak mensyaratkannya. 74 Sehingga negara-negara bebas untuk menyelesaikan dengan peraturanya masing-masing. Section 2 dari Part III memuat berbagai ketentuan tentang tata cara penyelesaian perdata dan administratif. Antara lain mengenai hukum acara yang adil 74 ibid. hlm. 41 Universitas Sumatera Utara 77 dan wajar, beban pembuktian, penetapan sementara pengadilan injunctions, ganti rugi, hak atas informasi identifikasi tergugat dan prosedur administratif. Menurut hukum Indonesia adalah ketentuan tentang penetapan sementara oleh pengadilan sebelum ada perkara. Atas permintaan pihak yang merasa hak kekayaan intelektualnya dilanggar, otoritas peradilan memiliki kewenangan untuk memerintahkan salah satu pihak untuk menghentikan pelanggaran, antara lain dengan mencegah masuknya ke dalam jalur perdagangan barang-barang impor yang terlibat dalam pelanggaran hak kekayaan intelektual, segera setelah keterangan clearance dari bea-cukai. 75 Ketentuan ini dekat dengan pengambilan langkah- langkah sementara dan segera provisional measures seperti yang diatur dalam Section 3. TRIPs membolehkan negara anggotanya mengatur bahwa badan peradilan berwenang untuk memerintahkan si pelanggar hak kekayaan intelektual memberitahukan kepada pemegang hak mengenai identitas pihak ketiga yang terlibat dalam produksi dan distribusi barang atau jasa yang hak kekayaan intelektualnya dilanggar dan yang menyangkut jalur produksinya, kecuali jika hal ini menjadi tidak proposional dibanding dengan besarnya pelanggaran 76 TRIPs juga mengatur, badan peradilan negara anggota memiliki kewenangan to order prompt and effective provisional meansures, yang meliputi langkah-langkah: 75 Ibid, hlm.44. 76 Ibid, hlm. 47 Universitas Sumatera Utara 78 1. pencegahan masuknya produk yang berkaitan dengan pelanggaran hak kekayaan intelektual; 2. penyimpanan bukti yang berkaitan dengan pelanggaran hak kekayaan intelektual. Selanjutnya pengadilan berwenang meminta pemohon menyampaikan bukti- bukti untuk meyakinkan bahwa pemohon benar-benar pemegang hak yang dilanggar, atau bahwa pelanggaran hak betul terjadi, serta meminta pemohon untuk menyerahkan jaminan keuangan guna melindungi si tergugat dari kemungkinan penyalahgunaan. 77 Section 4 berjudul Special Requirements Related to BorderMeasures merupakan upaya penegakan hukum melalui jalur tindakan di perbatasan oleh pihak bea-cukai. Ditentukan bahwa negara-negara anggota mengatur tata cara yang memungkinkan pemegang hak yang mempunyai dasar untuk mencurigai telah terjadinya importasi barang-barang palsu atau bajakan mengajukan permohonan tertulis pada pihak yang berwenang untuk menunda pengeluaran barang-barang tersebut ke dalam peredaran. 78 Akhirnya Section 5 mengatur tentang Criminal Procedures mengatur mengenai kewajiban negara untuk menyelesaikan perkara pidana paling kurang dalam penanggulangan merek dagang palsu atau pembajakan hak cipta dalam skala komersial, termasuk pemberian hukuman badan danatau denda uang yang cukup sebagai upaya menakut-nakuti deterent. Dalam hal tertentu penanggulangan ini 77 Ibid, hlm. 50 78 Ibid, hlm. 51 Universitas Sumatera Utara 79 dapat diwujudkan pada penyitaan atau pemusnahan barang-barang yang bersangkutan. 79 Persoalan ini menyebabkan DPR meminta agar Pemerintah mengkonfirmasikan lagi hal termaksud kepada instansi yang kompeten, dan hal itu telah dilakukan oleh Pemerintah. 80 Secara praktis penggunaan Pengadilan Niaga untuk penyelesaian gugatan perdata di bidang hak kekayaan intelektual membantu eksistensi pengadilan itu. Sebab dari lima pengadilan niaga yang ada saat ini 109 hanya Pengadilan Niaga Jakarta Pusat yang baru berperan secara menonjol. Ketentuan tentang pengadilan niaga ini secara mutatis mutandis berlaku bagi bidang-bidang hak kekayaan intelektual yang lain, kecuali rahasia dagang. 81 Sistem hak kekayaan intelektual ingin mengambil manfaat kehadiran pengadilan niaga, yang seperti kita ketahui lahir bersamaan dengan pemberdayaan hukum kepailitan di Indonesia. 82 Pengadilan niaga merupakan bagian dari pengadilan negeri. Motif utama kehadiran pengadilan niaga dimaksudkan adalah untuk dapat menyelesaikan gugatan 79 Ibid, hlm. 61 80 batas Pihak Pemerintah telah mengadakan audiensi sebanyak 2 kali ke Mahkamah Agung, yaitu tanggal 24 Mei 2002 dan tanggal 27 Mei 2002, masing-masing bertemu dengan Wakil Ketua MA E. Lotulung, serta Laica Marzuki dan Abdul Rahman Saleh, Dari kedua pertemuan itu, pihak MA mendukung ide penggunaan engadilan niaga bukan PTUN, atas dasar kepentingan perlunya penyelesaian perkara, satu hal yang mutlak disyaratkan dalam transaksi yang berkaitan dengan kepentingan ekonomi. Itulah sebabnya dalam hukum acara tentang penggunaan pengadilan niaga itu, ditetapkan juga waktu penyelesaian perkara. 81 Achmad Zen Umar Purba, 2005, Hak Kekayaan Intelektual Pasca Trips, PT. Alumni, Bandung, hlm.81 82 Pengadilan Niaga dibentuk berdasarkan Perpu No. I Tahun 1998 yang disahkan dengan Undang-undang Nomor 4 Tahun 1998 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- undang Nomor 1 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-undang tentang Kepailitan Menjadi Undang- undang. UU tentang kepailitan telah ada sejak Hindia Belanda, yaitu Het Herziene Inlandsch Reglement HIR S. 1905 No. 217 jo S. 1906 No. 348. Masalah kepailitan diaktualkan sebagai akibat krisis moneter 1997. Universitas Sumatera Utara 80 kepailitan secara cepat dan efisien, sebab kepailitan adalah masalah yang secara teoretis sederhana. Berhubung kehadiran kreditor sangat erat hubungannya dengan iklim investasi hak-hak mereka perlu lebih diperhatikan dari sudut hukum. Penyelesaian masalah kepailitan akan berdampak amat besar bagi pembangunan. UU Hak Cipta, dan semua undang-undang di bidang hak kekayaan intelektual yang lain kecuali rahasia dagang merujuk pengadilan niaga sebagai sarana penyelesaian sengketa perdata. Tetapi yang penting bukan hanya institusinya, sebab seperti masalah kepailitan, pengadilan niaga hanya bisa bekerja berdasarkan hukum acara yang dibuat untuk itu. Undang-undang yang menyangkut masalah hak kekayaan intelektual juga menetapkan hukum acaranya sendiri. Penggunaan pengadilan niaga mendapatkan perhatian yang cukup serius dari kalangan DPR. Persoalannya adalah apakah pengadilan niaga tepat mengingat sebagian besar gugatan lebih ditujukan pada penolakan pendaftaran, yang merupakan tindakan yang datang dari lembaga negara yang karena itu, menurut mereka, lebih tepat ditangani oleh pengadilan tata usaha negara PTUN. 83 83 Achmad Zen Umar Purba, 2005, Hak Kekayaan Intelektual Pasca Trips, PT. Alumni, Bandung, hlm.129 Universitas Sumatera Utara 81

BAB IV PERLINDUNGAN PEMERINTAH TERHADAP LEMBAGA PENYIARAN

DAN KONSUMEN DARI IKLAN YANG MENYESATKAN A. Hak Lembaga Penyiaran Salah satu bentuk penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang komunikasi dan informasi adalah dengan ditemukannya rancangan khusus penyebaran informasi secara cepat dan akurat. Berkat perkembang teknologi komunikasi dan informasi tersebut arus berita dapat berjalan sangat cepat, sehingga mampu meniadakan jarak ruang dan waktu antara dua tempat di muka bumi dan bahkan antara bumi dengan ruang angkasa. Berbagai produk teknologi komunikasi dan informasi, termasuk di dalam media radio memiliki ciri khas yaitu menjanjikan kecepatan, ketepatan, kepraktisan dalam penyajian berita. Proses penyelenggaraan siaran radio atau televisi merupakan proses yang panjang rumit, namun dituntut untuk tetap berjalan di atas landasan pola pikir dan tindakan yang cepat, dinamis, praktis, tepat dan berkualitas. Ini dapat dicapai dengan dukungan teknologi komunikasi dan informasi. Siaran radio dan televisi saat ini dapat berlangsung 24 jam untuk setiap harinya, jadi tidak ada waktu yang kosong. Tak ada hari tanpa siaran. 84 84 J.B. Wahyudi, 1994, Dasar-dasar Manajemen Penyiaran, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hlm. 1-2. Mengingat siaran radio dan televisi memiliki dampak yang sangat luas di masyarakat, maka peranan perencanaan {planning programming menjadi sangat penting. Setiap acara yang dipilih, diproduksi dan disiarkan harus melalui perencanaan yang sempurna, sehingga dapat dikatakanRadio Universitas Sumatera Utara 82 Siaran bagaikan tamu setiap keluarga, atau bagaikan menu makanan yang dapat memuaskan atau meracuni siapa saja yang memakannya. Siaran menjadi sangat efektif untuk membentuk opini publik, sehingga orang-orang yang bertarung dalam kancah politik praktis memanfaatkan siaran tersebut untuk menyisipkan senjata potensial mereka yang disebut video politik di antara mata acara yang disajikan. Pertumbuhan yang pesat di bidang usaha penyiaran radio di Indonesia, pada kondisi belum adanya UU Penyiaran dan Kode Etik Penyiaran. 85 Tahun 1997 pemerintah Indonesia menerbitkan UU siaran, yakni UU No. 24 Tahun 1997. Dengan undang-undang itu, pemerintah memberikan batasan dalam penyelenggaraan siaran agar lembaga penyiaran tersebut tetap berada pada fungsinya yaitu sebagai media informasi sekaligus sebagai media pendidikan dan hiburan yang memperkuat ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya serta pertahanan dan keamanan. Di dalam UU No. 24 Tahun 1997 ini juga pemerintah mengenakan sanksi administratif dan ketentuan pidana atas pelanggaran yang dilakukan oleh lembaga penyiaran. Khusus dalam kaitannya dengan perlindungan neighboring rights radio dan televisi dapat menyiarkan hasil rekaman dengan membayar royalti kepada pemegang is Planning. Penyelenggaraan siaran merupakan kerja kolektif. Manusia pengelola siaran, teknik dan administrasi harus mampu bekerja sama secara efektif dan efisien, untuk menghasilkan output siaran yang berkualitas dan sesuai dengan norma etika dan estetika yang berlaku. 85 Pada waktu itu keberadaan radio dan televisi swasta hanya diatur melalui Surat Keputusan Menteri Penerangan. Untuk penyiaran televisi diatur melalui S.K. Menpen No. 111KepMenpen 1990, yang telah disempurnakan melalui S.K. Menpen No. 04AKepMenpen1992 dan S.K Menpen No. 84AKepMenpen1993, yang mtinya raengizinkan RCTI, SCTV, TPI, ANTE, INDOSIAR VISUAL MANDIRI IVM menyelenggarakan siaran nasional, baik meng jaringan telestrial maupun jasa satelit. Universitas Sumatera Utara 83 hak exsclusive. Pemegang hak eksklusif itu adalah lembaga penyiaran pertama atau untuk pertama kalinya menyiarkan acara itu. Adapun hak-hak yang dimiliki oleh lembaga siaran itu adalah: 1. Moral Rights, merupakan hak dari seorang performer untuk disebutkan namanya dalam kaitannya dengan pertunjukan mereka dan hak untuk menolak kerugian yang ditimbulkan akibat dari pertunjukan mereka. 2. Exclusive Rights, dalam hal reproduksi, distribusi, rental dan rekaman suatu secara on-line on-line availability of sound recording terhadap tunjukan mereka. 3. Hak untuk memperoleh pembayaran yang wajar dari siaran dan komunikasi kepada khalayak dari penayangan ulang siaran mereka. Bila diamati dan diperhatikan masalah moral rights atau hak morale kita segera akan mengetahui bahwa hak moral merupakan hak dasar yang dimiliki oleh performers artis, penyanyi, pemusik dan orang-orang yang berakting, berpidato, mendeklamasikan, memainkan maupun menampilkan karya seni dan kesusastraan dan cerita rakyat 86 untuk disebutkan namanya. Dalam menampilkan sebuah lagu di radio atau televisi, penyiar radio wajib menyebutkan nama penyanyi dan penciptanya begitu juga musisinya. Performers atau pemegang hak mempunyai hak untuk mendapatkan pembayaran yang wajar dari hasil siaran yang dilakukan oleh lembaga-lembaga penyiaran. Hal ini merupakan yang wajar saja, karena ran ini mendapatkan 86 WIPO Performances and Phonograms Treaty, Article 2 a. Universitas Sumatera Utara 84 keuntungan atau fee dari produsen-produsen produk yang ditawarkan di radio atau televisi tersebut dalam bentuk iklan. Jadi sebenarnya radio dan televisi maupun lembaga penyiaran lainnya telah memperoleh keuntungan juga. Jadi wajar saja kalau mereka juga harus membayar kembali kepada performers dalam bentuk royalti. Inilah wujud dari property rights yang dimiliki oleh performers. Pembayaran royalti adalah merupakan salah satu bentuk implementasi merupakan pengakuan atas hak cipta secara umum,dan secara khusus hak atas neighboring rights dikalangan lembaga penyiaran. Hal ini juga tak lain adalah sebagai konsekuensi logis akibat berlakunya ketentuan Indonesia, lagi pula Indonesia adalah sebagai salah satu peserta penandatanganan Konvensi Roma yang di dalamnya mengatur ketentuan tentang neigboring rights ini. 87 Bagi khalayak pemirsa siaran, yang diperhatikan hanyalah siaran. Khalayak tidak mau tahu liku-liku penyelenggaraan siaran. Bagi khalayak hanya ada satu sikap, yaitu “siaran harus baik dan mampu memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka tentang informasi dan hiburan. Khalayak sebagai konsumen bersifat heterogen, sehingga sangat sulit memenuhi selera khalayak melalui siaran. Bagi khalayak, siaran yang baik adalah wajar, tetapi kalau siaran tidak baik dan bahkan salah, khalayak akan langsung menuding kesalahan itu tanpa ampun. 87 Kewajiban untuk ikut serta dalam Konvensi Roma, adalah amanah yang disahkan oleh Persetujuan TRIPs Universitas Sumatera Utara 85 Selera khalayak harus menjadi salah satu acuan dalam merencanakan siaran, namun pengelola siaran pun harus bijaksana, janganlah semua selera khalayak dipenuhi mengingat sifat khalayak yang heterogen. Pengelola siaran harus mampu mengombinasikan selera khalayak dengan kebijaksanaan, nilai-nilai norma, etika, estetika dan aturan main yang berlaku. Dalam hal ini khususnya pengelola bidang perencanaan siaran harus bekerja di atas kesadaran bahwa siaran radio memiliki dampak sangat luas di masyarakat. Di satu pihak, khalayak menghendaki siaran yang berkualitas, menarik dan menghibur tetapi di lain pihak pengelola siaran menyadari betapa besar pengaruh siaran terhadap khalayak. Kedua kepentingan ini harus dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan kebijakan penyiaran di atas landa: kesadaran, bahwa siaran sebagai tamu keluarga harus melalui aspirasi khalayak dan menjunjung tinggi nilai- nilai moral dan keadilan yang dianut masyarakat dan bila siaran dianggap sebagai menu makanan harus menjadi makar sehat dan bergizi bagi khalayak, bukan makanan yang mengandung racun. Siaran harus dirancang agar dapat meningkatkan martabat manusia, baik sebagai makhluk individu, sosial dan makhluk Tuhan. Siaran harus dapat diambil manfaatnya bagi khalayak. Khalayak hanya akan memperhatikan mata acara yang memang menarik dan bermanfaat bagi dirinya. Itulah sebabnya, satu-satunya cara untuk ”memaksa khalayak agar mau memperhatikan mata acara siaran, hanyalah dengan menyajikan Universitas Sumatera Utara 86 mata acara yang dinamis, menarik, bermanfaat, komunikatif dan tidak menyinggung perasaan khalayak, misalnya menggurui atau membanggakan khalayak secara berlebihan overacting. Lembaga penyiaran mempunyai berbagai bentuk di antaranya adalah radio, televisi, kabel transmisi dan berbagai sarana multimedia lainnya. Biasa lembaga penyiaran ini menyiarkan kembali pertunjukan-pertunjukan dari pada artis berupa tanda, gambar-gambar maupun suara-suara. Pada dasar khalayak masyarakat serta aparat kurang begitu mengetahui. Semula memang pemerintah hanya menempatkan siaran sebagai sarana sepenuhnya untuk kepentingan pemerintah. Namun sejak tahun 1966, pemerintah mulai mengizinkan pihak swasta berperan serta dalam penyelenggan siaran radio. Meskipun radio swasta sudah beroperasi, pemerintah tetap menempati organisasi RRI di bawah wewenangnya, dengan memberikan status pada sebagai Unit Pelaksana Teknis UPT di bawah Departemen Penerangan. RRI selama kurun waktu 48 tahun 1945-1993 telah mengalami perkembangan sangat pesat, baik di bidang perangkat keras maupun lunak, tetapi tidak pernah diimbangi dengan perkembangan status dan manajemen. Dapat disimpulkan bahwa RRI pasti menghadapi permasalahan manajer yang sangat berat dan rumit, atau dengan kata lain penerapan manajemen bagaikan lingkaran setan yang tak akan pernah terselesaikan secara tuntas. Universitas Sumatera Utara 87 Tampilnya lembaga siaran radio dan televisi menyebabkan adanya cenderungan pergeseran pandangan masyarakat melihat siaran tidak hanya sebagai sarana idil, tetapi sekarang masyarakat telah menempatkan siaran sebagai komoditi atau sarana industri yang dipergunakan untuk meraih keuntungan materi. Masyarakat menempatkan siaran sebagai sarana hiburan dan penambah informasi dan bukan sarana untuk menggurui atau menjadi alat politik yang mewakili kepentingan para politisi atau kelompok tertentu dalam pencapaian tujuan politik praktisnya. Siaran RRI dan TVRI yang semula berorientasi pada misi pemerintah, kini I mulai mengalihkan orientasinya seperti siaran radio dan televisi swasta yakni berorientasi pada profit dengan sasaran khalayak yang sama. Mau tidak mau antara siaran pemerintah dan siaran swasta harus bersaing merebut perhatian pemirsa. Lembaga siaran, pemerintah untuk mampu bersaing melawan siaran swasta dalam menarik perhatian khalayak harus melakukan pembenahan ke dalam, baik status maupun manajemennya. Tanpa pembenahan ke dalam, lembaga siaran pemerintah akan ditinggalkan khalayak untuk berpaling ke siaran radio swasta atau luar negeri. Diperlukan pandangan yang realistis terhadap organisasi penyiaran yang dikelola oleh pemerintah pada situasi dan kondisi peta penyiaran di Indonesia yang telah berubah secara drastis. Universitas Sumatera Utara 88 Sejalan dengan ketentuan yang berlaku di Indonesia, terdapat beberapa status badan usaha yang dapat dipilih oleh organisasi penyiaran, baik yang dimiliki pemerintah maupun swasta, yaitu: a. Badan Usaha Milik Negara BUMNBUMD.

b. Badan Usaha Swasta Murni c. Badan Usaha Gabungan Pemerintah-Swasta

Bagi badan usaha swasta murni dapat berorientasi pada profit, sedang bagi BUMNBUMD orientasi ditetapkan sebagai berikut:

a. Perolehan keuntungan materi. b. Pemerataan pelayanan.

c. Pengembangan kebijakan Pemerintah Keppres No. 291984 dan PP No. 3 1983 dan pengembangan industri dalam negeri. Intinya adalah di samping tujuan keuntungan, harus sarat juga dengan misi sosial. Bagi badan usaha gabungan, modal ditanggung bersama antara pemerintah dan swasta. Dalam pengoperasian lembaga penyiaran harus memper timbangkan segala sesuatunya secara hati-hati, karena benda abstrak siaran bukan benda pemuas badaniah tetapi batiniah, dengan kekuatan luar biasa untuk mengubah sikap, pendapat dan perilaku manusia. Jadi, organisasi siaran yang Universitas Sumatera Utara 89 memiliki output siaran tidak dapat disamakan dengan produk riil seperti mobil, makanan, pesawat terbang dan sebagainya. Stasiun penyiaran RRI dan TVRI harus dipertimbangkan secara khusus, agar lembaga siaran tersebut mampu berkembang secara sehat, karena peranannya sebagai media massa elektronika yang membawa misi pembangunan guna pemberdayaan masyarakat tanpa melepaskan unsur hiburan informasi. Lembaga siaran pemerintah dalam hal siaran memang harus berorientasi pada misi pemerintah, tetapi status organisasi tidak perlu diberlakukan sebagai unit pelaksana teknis UPT, sehingga terkena peraturan birokrasi yang ketat, yang akan mematikan sifat dinamis dan kreatif sebagaimana layaknya sifat yang harus ada pada organisasi penyiaran. Tidaklah berlebihan bila pada organisasi siaran pemerintah diberi status persero khusus atau status yang tidak memungkinkan pemerintah terlalu banyak mencampuri urusan operasional penyiaran sehari-hari. Setidaknya, lembaga siaran pemerintah harus diberi kebebasan dalam operasional sehari-hari, termasuk di dalamnya mendirikan anak perusahaan yang mendukung jalannya proses penyiaran. Lembaga siaran yang dikelola pemerintah maupun swasta harus mampu bersaing menghadapi siaran radio-radio luar negeri, khususnya dalam merebut perhatian khalayak, karena bagaimanapun juga misi pemerintah yang diselipkan ke dalam setiap mata acara siarannya harus sampai kepada khalayak. Universitas Sumatera Utara 90 Siaran berdampak luas di semua segi kehidupan masyarakat. Ia dapat menjadi sarana yang bersifat persuasif, stimulatif, coersive, dan menghibur. Siaran radio memiliki kemampuan untuk memotivasi perubahan di masyarakat. Apakah itu perubahan sosial budaya, tingkah laku, sikap dan pendapat, bahkan sesuatu yang bersifat ideologis dan filosofis. Semua ini dapat terjadi berkat dukungan teknologi informasi yang akhir-akhir ini berkembang dengan pesat. Berkat dukungan teknologi informasi, mobilitas informasi tidak mungkin lagi dibatasi oleh ruang dan waktu. Teknologi informasi telah menjadi jarak ruang dan waktu. Teknologi informasi telah menjadi jarak ruang dan waktu menjadi nol atau mengimpit, seperti yang diungkapkan oleh William Paishey, yang berbunyi: Technological change has placed communication in the front line of a social revolution. Ucapan William Paisley ini sudah terbukti dengan leburnya ideologi komunis ke dalam ideologi liberal di Uni Soviet dan negara-negara Eropa Timur, termasuk robohnya tembok Berlin yang terkenal kokoh dan angker tersebut pada tahun 1989. Dengan demikian, bagi yang jeli mengamati perkembangan siaran di kawasan Asia Pasifik ini, akan menjadi was-was karena Indonesia cukup terbuka terhadap siaran luar negeri, apalagi dalam bidang pertelevisian. Cukup bijaksana, bahwa pemerintah Indonesia mengirim arus informasi global yang melanda Indonesia dengan mengizinkan pihak swasta untuk berpartisipasi mengelola siaran, hanya sayangnya aturan main untuk itu belum ada. Diakui atau tidak, aturan main itu ada dalam manajemen penyiaran yang Universitas Sumatera Utara 91 hingga saat ini belum dikelola secara tepat dan benar. Antara pemerintah dan khalayak, belum ada kesamaan pandang terhadap penyiaran, meskipun usia RRI sudah cukup untuk itu, bahkan pakar di bidang manajemen penyiaranpun belum ada. Disadari atau tidak, bahwa siaran radio dapat mengubah ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, HANKAM, hukum, norma, etika, estetika, adat-istiadat dan nilai-nilai budaya bangsa. Bila hal ini sudah disadari, apakah perhatian terhadap siaran masih akan tetap seperti ini? Namun, kita pun menyadari bahwa semua ini dapat berubah tergantung pada kemauan politik political will dari pemerintah. Untuk menyelesaikan permasalahan ini, pihak pemerintah bersama masyarakat harus merumuskan secara bersama apa makna siaran dan akan dipergunakan untuk meningkatkan kesejahteraan dan martabat bangsa Indonesia. Dalam membahas masalah ini, semua pihak harus bertitik tolak dari ideologi Pancasila yang mengutamakan keseimbangan disemua segi kehidupan. Ini dapat diterapkan di dunia penyiaran dengan menempatkan siaran pada titik yang dapat dipergunakan untuk pencapaian tujuan idil sekaligus materiil. Tujuan idil dan materiil dicapai secara bersamaan tanpa ada pihak-pihak yang merasa dirugikan. Medium radio merupakan salah satu produk teknologi komunikasi informasi yang harus dikelola secara dinamis dan kreatif, sehingga manajemen yang paling cocok diteranpkan untuk mengelola organisasi penyiaran adalah manajemen dinamismodern dan bukan manajemen lain yang tidak sesuai, seperti Universitas Sumatera Utara 92 manajemen perkantoran, karena sifat kerja perkantoran sangat berbeda dengan penyiaran. Mengingat sifat penyiaran yang dinamis dan kreatif, maka di dalam tubuh organisasi penyiaran diperlukan lebih banyak manajer dan bukan pemimpin yang otoriter. Masalah yang timbul dalam pengelolaan penyiaran hanya dapat diselesaikan dengan tindak manajemen yang tepat dan benar. Tindak administratif tidak akan pernah menyelesaikan permasalahan yang timbul dalam penyiaran. Hal ini dikarenakan bidang penyiaran lebih menekankan kualitas output siaran daripada kuantitas. Berdasarkan uraian di atas, maka kepada RRI harus segera diberikan status yang memungkinkan manajemen penyiaran dapat diterapkan secara profesional di dalam tubuh organisasi RRI. Sebagai contoh dapat dikemukakan, bahwa RRI saat ini telah memiliki Balai Diklat yang sangat lengkap baik sarana, prasana, dan staf pengajarnya. Namun, setiap lulusan dan Balai Diklat setelah kembali bekerja di lapangan, tidak dapat mengembangkan ilmu dan keterampilan yang diperoleh karena selalu terbentuk pada manajemen birokrasi yang berlaku. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa kreativitas personel, sebagai salah satu kunci keberhasilan penyelenggaraan siaran tidak dapat berkembang dengan sehat karena selalu terbentur pada penerapan manajemen birokrasi perkantoran. Dalam kaitannya dengan penegakan hukum bidang hak cipta khususnya Universitas Sumatera Utara 93 neighboring rights, kendala yang dihadapi adalah:

1. Kurangnya pemahaman hukum aparat penegak hukum tentang aspek juridis