2. Jenis dan Sumber Data
Pada penelitian hukum, bahan pustaka merupakan data dasar yang dalam penelitian digolongkan sebagai data sekunder. Data sekunder tersebut mempunyai
ruang lingkup yang sangat luas, sehingga meliputi surat-surat pribadi, buku-buku harian, buku-buku sampai dokumen-dokumen resmi yang dikeluarkan oleh
Pemerintah.
45
Dalam penelitian ini data sekunder yang digunakan, yaitu: a. Bahan-bahan hukum primer, yaitu berhubungan dengan Undang-undang,
Peraturan Pemerintah, Kitab Undang-undang Hukum Perdata dan Peraturan-peraturan yang berkaitan dengan perjanjian.
b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, berupa hasil penelitian, artikel, buku-buku
referensi, media informasi lainnya. c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum penunjang yang memberi
pentunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum sekunder, berupa kamus hukum, kamus umum, dan jurnal.
3. Teknik dan Alat Pengumpul Data
Pengumpulan data dilakukan dengan penelurusan kepustakaan. Untuk mendapatkan hasil yang objektif dan dapat dibuktikan kebenarannya serta dapat
45
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 1995, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm. 23.
Universitas Sumatera Utara
dipertanggungjawabkan hasilnya, maka data dalam penelitian ini diperoleh melalui alat pengumpul data dengan cara sebagai berikut:
a Studi dokumen, yaitu pengumpulan data dengan melakukan penelaahan kepada bahan pustaka atau data sekunder yang meliputi bahan hukum
primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. b Wawancara yang dibantu dengan pedoman wawancara dengan nara
sumber yang hanya berperan sebagai informan, yaitu manajemen radio Kiss FM. Wawancara dilakukan dengan berpedoman pada pertanyaan
yang telah disusun terlebih dahulu.
4. Analisis Data
Setelah diperoleh data sekunder berupa bahan hukum primer, sekunder dan tertier, maka dilakukan inventarisir dan penyusunan secara sistematik, kemudian
diolah dan dianalisa dengan menggunakan metode analisis kualitatif. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan menggunakan logika berpikir deduktif, yakni
berpikir dari hal yang umum menuju kepada hal yang khusus atau spesifik dengan menggunakan perangkat normatif sehingga dapat memberikan jawaban yang jelas
atas permasalahan dan tujuan penelitian.
Universitas Sumatera Utara
28
BAB II PERJANJIAN KERJASAMA PEMASANGAN IKLAN MELALUI RADIO
A. Perjanjian Kerjasama dalam Praktek 1. Perjanjian Kerjasama
Penafsiran Perjanjian disebutkan Jika terjadi sengketa antara para pihak dan atas sengketa tersebut tidak ada pengaturan yang jelas dalam perjanjian
disepakati para pihak, bukan berarti perjanjian belum mengikat para pihak atau dengan sendirinya batal demi hukum. Karena pengadilan dapat mengisi
kekosongan hukum tersebut melalui penafsiran untuk menemukan hukum yang berlaku bagi para pihak yang berlaku bagi para pihak yang membuat perjanjian.
46
Pasal 1313 KUH Perdata memberikan definisi tentang perjanjian sebagai berikut: “Perjanjian adalah suatu perbuatan, dimana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih”. Dengan demikian perjanjian merupakan kesepakatan antara dua orang atau dua pihak, mengenai
hal-hal pokok yang menjadi objek dari perjanjian. Kesepakatan itu timbul karena adanya kepentingan dari masing-masing pihak yang saling membutuhkan.
Perjanjian juga dapat disebut sebagai persetujuan, karena dua pihak tersebut setuju untuk melakukan sesuatu. Perjanjian kerjasama dalam suatu bisnis
bisa dilakukan secara formal maupun informal, hal ini disesuaikan dengan jenis
46
Suharnoko Hukum, 2004, Perjanjian Teori dan Kasus Predana, Media Grup, Jakarta, hlm.15
Universitas Sumatera Utara
29
kerjasama yang hendak dilakukan. Selain itu, pembuatan perjanjian kerjasama bisa disesuaikan dengan kesepakatan semua pihak yang terlibat didalamnya.
Sebagaimana telah diutarakan di atas, timbulnya perjanjian standar di dalam lalu lintas hukum kontrak Nasional dan Internasional dilandasi oleh
kebutuhan akan pelayanan yang efektif dan efisien kegiatan transaksi. Oleh
karena itu, karakter utama dari sebuah perjanjian standar adalah pelayanan yang cepat efisien terhadap kegiatan transaksi yang tinggi namun tetap dapat
memberikan kekuatan serta kepastian hukum efektif. Agar perjanjian standar dapat memberi pelayanan yang cepat, isi dan
syarat conditional perjanjian standar harus ditetapkan terlebih dahulu secara tertulis dalam bentuk formulir, kemudian digandakan dalam jumlah
tertentu sesuai dengan kebutuhan. Formulir-formulir tersebut kemudian ditawarkan
kepada para konsumen secara massal, tanpa memperhatikan perbedaan kondisi mereka satu yang lain.
Karakter tersebut di atas menyebabkan para konsumen dapat melakukan tawar-menawar mengenai isi perjanjian. Dengan kata lain, pada konsumen tidak
memiliki posisi tawar-menawar yang sama dengan produsen. Dalam banyak hal para konsumen hanya dapat menerima atau menolak isi perjanjian yang
ditetapkan sepihak oleh produsen secara keseluruhan atau secara utuh. Mengenai hal ini Hood Philips,
47
menyatakan sebagai berikut.
47
Hood Philips, 1960, First Book of English Law, hlm. 268.
Universitas Sumatera Utara
30
Kontrak-kontrak kontrak standar adalah dari jenis-cuti-itu, karena di sini pelanggan tidak dapat bar di atas syarat-syarat:satunya pilihan adalah untuk
menerima dalam toto atau menolak layanan sama sekali.
Dalam uraian di atas, karakter dari suatu perjanjian standar dapat dikemukakan secara berurutan sebagai berikut.
1. Isi kontrak telah ditetapkan secara tertulis dalam bentuk formulir yang digandakan.
2. Penggandaan kontrak dimaksudkan untuk melayani permintaan para konsumen yang berfrekuensi tinggi sering dan banyakmassal.
3. Konsumen dalam banyak hal menduduki posisi tawar-menawar kedudukan transaksional yang lebih rendah daripada produsen.
Dari karakter-karakter tersebut di atas, akhirnya dirumuskan bahwa pengertian kontrak standar itu adalah perjanjian yang isinya telah ditetapkan
terlebih dahulu secara tertulis berupa formulir-formulir yang digandakan dalam jumlah tidak terbatas, untuk ditawarkan kepada para konsumen tanpa
memperhatikan perbedaan kondisi para konsumen.
48
Fungsi kontrak dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu fungsi yuridisi dan fungsi ekonomis. Fungsi yuridis kontrak adalah dapat memberikan kepastian
hukum bagi para pihak, sedangkan fungsi ekonomis adalah menggerakkan hak
48
Syahmin, 2005, Hukum Kontrak Internasional, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm. 142.
Universitas Sumatera Utara
31
milik sumber daya dari nilai penggunaan yang lebih rendah menjadi nilai yang lebih tinggi.
Mark Zimmerman juga mengemukakan pandangan orang Barat tentang fungsi kontrak, Ia mengemukakan bahwa:
Bagi orang-orang Barat, kontrak adalah dokumen hukum yang mengatur hak-hak dan kewajiban-kewajiban dari para pihak yang membuatnya.
Apabila terjadi perselisihan mengenai pelaksanaan perja di antara para pihak, dokumen hukum itu akan dirujuk untuk penyelesaian perselisihan
itu. Apabila perselisihan tidak dapat diselesai dengan mudah melalui perundingan di antara para pihak sendiri karena memakan waktu dan
tenaga yang tidak sedikit, mereka akan menylesaikan melalui proses litigasi di pengadilan. Isi kontrak itu yang akan dijadikan dasar oleh
hakim untuk menyelesaikan pertikaian itu Sutan Remy Sjahdeini
49
. Di samping itu, menurut Abdullah kontrak berfungsi untuk mengamankan
transaksi bisnis. Suatu kontrak dalam bisnis sangatlah penting, karena dari kontrak itu paling tidak dapat diketahui:
1. Perikatan apa yang dilakukan, kapan, dan di mana kontrak tersebut dilakukan;
2. Siapa saja yang saling mengikatkan diri dalam kontrak tersebut; 3. Hak dan kewajiban para pihak, apa yang harus, apa yang boleh, dan
apa yang tidak boleh dilakukan oleh para pihak; 4. Syarat-syarat berlakunya kontrak tersebut;
5. Cara-cara yang dipilih untuk menyelesaikan perselisihan dan pilihan domisili hukum yang dipilih bila terjadi perselisihan antara para pihak;
49
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
32
6. Kapan berakhirnya kontrak atau hal-hal apa saja yang mengakibatkan berakhirnya kontrak tersebut;
7. sebagai alat kontrol bagi para pihak, apakah masing-masing pihak telah menunaikan kewajiban atau prestasinya atau belum ataukah malah
telah melakukan suatu wanprestasi; 8. sebagai alat bukti bagi para pihak apabila di kemudian hari terjadi
perselisihan di antara mereka, misalnya salah satu pihak wanprestasi. Termasuk juga apabila ada pihak ketiga yang mungkin keberatan
dengan suatu kontrak dan mengharuskan kedua belah pihak untuk membuktikan hal-hal yang berkaitan dengan kontrak dimaksud.
Apabila kita perhatikan pendapat di atas, dapat dikemukakan bahwa fungsi utama dari kontrak adalah fungsi yuridis. Fungsi yuridis dari kontrak adalah:
1. mengatur hak dan kewajiban para pihak; 2. mengamankan transaksi bisnis; dan
3. mengatur tentang pola penyelesaian sengketa yang timbul antara kedua belah pihak.
Mengingat pentingnya suatu kontrak dalam suatu transaksi bisnis maka tentunya dalam pembuatan kontrak bisnis diperlukan persyaratan-persyaratan
tertentu sehingga kontrak bisnis tersebut tetap berada dalam koridor aturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam praktik di Indonesia dan juga negara-
Universitas Sumatera Utara
33
negara yang menganut sistem civil law, proses pembuatan kontrak bisnis civillaw
melibatkan notaris. Pada dasarnya setiap pembuatan perjanjian memerlukan biaya, biaya-
biaya tersebut meliputi: 1. biaya penelitian, meliputi biaya penentuan hak milik yang mana yang
diinginkan dan biaya penentuan bernegosiasi; 2. biaya negosiasi, yang meliputi biaya penyiapan, biaya penulisan
kontrak, dan biaya tawar-menawar dalam uraian yang rinci; 3. biaya monitoring, yaitu biaya penyelidikan tentang objek;
4. biaya pelaksanaan, meliputi biaya persidangan dan arbitrase; dan 5. biaya kekeliruan hukum, yang merupakan biaya sosial. Biaya ini akan
muncul apabila hakim membuat kesalahan dalam memutus suatu kasus. Hal ini akan membuat kesalahan pada kasus-kasus berikutnya.
50
a. Pihak-Pihak Dalam Perjanjian Pemasangan Iklan
Munir Fuady berpendapat agar suatu perjanjian oleh hukum dianggap sah sehingga mengikat kedua belah pihak, maka kontrak tersebut haruslah memenuhi
syarat-syarat tertentu
51
Bentuk dari kontrak dapat dibedakan menjadi dua
50
H. Salim, dkk, 2008, Perancangan Kontrak Memorandum of Understanding MOU, Sinar Grafika, Jakarta, hlm.25
51
Munir Fuady, 2001, Hukum Kontrak Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis, Citra aditya Bakti, Bandung, hlm. 33.
Universitas Sumatera Utara
34
macam,yaitu tertulis dan lisan perjanjian tertulis adalah perjanjian yang dibuat oleh para pihak dalam bentuk tulisan.
52
Selanjutnya dalam doktrin ilmu hukum yang berkembang digolongkan ke dalam:
1. Dua unsur pokok yang menyangkut subyek yang mengadakan perjanjian unsur Subyektif
2. Dua unsur pokok lainnya yang berhubungan langsung dengan obyek perjanjian unsur Obyektif.
53
Perjanjian yang tidak memenuhi syarat subyektif yaitu tidakadanya kesepakatan mereka yang membuat perjanjian dan kecakapan membawa
konsekuensi perjanjian yang dibuatnya itu dapat dibatalkan oleh pihak yang merasa dirugikan namun selama yang dirugikan tidak mengajukan gugatan
pembatalan maka perjanjian yang dibuat itu tetap berlaku terus. Apabila syarat subyektif tidak dipenuhi yaitu tidak adanya hal tertentu dan sebab yang halal,
perjanjian yang dibuat para pihak sejak dibuatnya perjanjian telah batal atau batal demi hukum.
Dalam melakukan pemasangan iklan perlu adanya perjanjian atas kesepakatan para pihak yang melakukan hal tersebut. Pihak–pihak yang
melakukan pemasangan iklan tersebut yaitu Stasiun Radio atau lembaga
52
Salim HS, 2005, Perkembangan Hukum Kontrak di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 32
53
Kartini Mulyadi Gunawan Widjaya, 2005, Perikatan yang Lahir dari Perjanjian, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm. 93.
Universitas Sumatera Utara
35
penyiaran terhadap pemasang iklan apakah pribadi atau organisasi dan badan hukum.
b. Kerjasama Pemasangan Iklan
Hukum Perjanjian bersifat terbuka dan dapat dikatakan mempunyai suatu asas kebebasan berkontrak, artinya kebebasan yang diberikan seluas-luasnya
kepada siapapun juga untuk mengadakan perjanjian yang berisi apa saja asalkan tidak melanggar undang-undang, ketertiban umum, dan kesusilaan. Mereka boleh
membuat ketentuan-ketentuan sendiri yang menyimpang dari pasal-pasal dalam hukum perjanjian, sedangkan pasal-pasal dari hukum perjanjian merupakan
hukum pelengkap, yang berarti pasal-pasal tersebut dapat dikesampingkan manakala dikehendaki oleh pihak-pihak yang membuat suatu perjanjian.
Berdasarkan jenis perjanjian tersebut, maka perjanjian kerjasama tentang pemasangan iklan di lembaga penyiaran radio termasuk perjanjian konsensuil,
karena perjanjian dianggap sah setelah terjadi konsensus atau sepakat antara para pihak yang membuat perjanjian, yaitu antara pihak lembaga penyiaran radio
dengan produsen pemasang iklan. Menurut Pasal 1319 KUH Perdata, perjanjian dibedakan menjadi 2dua
macam, yaitu:
54
1 Perjanjian Bernama nominaat Perjanjian bernama adalah perjanjian-perjanjian yang diatur dandiberi
nama oleh pembentuk undang-undang, berdasarkan tipe yang paling
54
Salim H.S., Op.Cit, hlm 47.
Universitas Sumatera Utara
36
banyak terjadi sehari-hari. Perjanjian ini terdapat dalam Bab V-Bab XVIII KUH Perdata.
55
2 Perjanjian Tidak Bernama innominaat Perjanjian tidak bernama yaitu perjanjian yang tidak diatur dalam
KUH Perdata, tetapi tumbuh di masyarakat. Lahirnya perjanjianini disesuaikan
dengan kebutuhan-kebutuhan
pihak-pihak yang
mengadakannya, seperti perjanjian kerjasama, perjanjian pemasaran, perjanjian pengelolaan.
56
Berdasarkan uraian di atas, dapat kita ketahui bahwa perjanjian kerjasama tentang pemasangan iklan di lembaga penyiaran radio termasuk Perjanjian Tidak
Bernama innominaat. Menurut Pasal 1319 KUH Perdata, baik perjanjian yang bernama maupun tidak bernama semua perjanjian baik yang diatur dalam KUH
Perdata Buku III Bab V sampai dengan Bab XVIII dan yang terdapat di luar Buku III KUHPerdata tunduk pada ketentuan-ketentuan umum dari KUH
Perdata Buku III Bab I dan Bab II.
57
Subyek perjanjian adalah para pihak yang membuat perjanjian. Adapun subyek perjanjian dalam perjanjian kerjasama ini adalah:
1. Lembaga penyiaran radio sebagai pemberi pelayanan penyiaran iklan kepada konsumen.
2. Produsen sebagai pemasang iklan di lembaga penyiaran radio. Sedangkan yang dimaksud dalam obyek perjanjian adalah prestasi.
Prestasi dalam perjanjian kerjasama ini adalah pelayanan kamar bagi Konsumen.
55
Mariam Darus Badrulzaman, 2001, Kompilasi Hukum Perikatan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm 67.
56
Ibid.
57
Salim H.S., Op.cit., hlm 47.
Universitas Sumatera Utara
37
Berdasarkan Pasal
1601 KUH
Perdata selain
perjanjian-perjanjianuntuk melakukan sementara jasa-jasa, yang diatur oleh ketentuan-ketentuan yang
khusus untuk itu dan oleh syarat-syaratyang diperjanjikan, dan jika itu tidak ada, oleh kebiasaan, maka adalah dua macam perjanjian dengan mana pihak yang satu
mengikatkan dirinya untuk melakukan pekerjaan bagi pihak yang lainnya dengan menerima upah. Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa perjanjian kerjasama
ini merupakan perjanjian untuk melakukan pekerjaan. Pada dasarnya suatu perjanjian tidak harus dibuat dalam suatu bentuk
tetentu, artinya dapat dibuat dalam bentuk tertulis dan dapat juga juga dalam bentuk yang tidak tertulis. Akan tetapi ada beberapa jenis perjanjian yang oleh
undang-undang diharuskan dibuat dalam bentuk tertulis. Mengenai bentuk perjanjian yang dibuat secara tertulis dapat berbentuk akta notaris dan akta
dibawah tangan. Akta di bawah tangan dapat berupa perjanjian baku Perjanjian standar dan bentuk perjanjian bukan standar. Khusus untuk perjanjian yang tidak
termasuk dalam perjanjian yang diisyaratkan undang-undang untuk dibuat dalam bentuk tertulis, jika dibuat alam bentuk tertulis akta hanya dimaksudkan untuk
memudahkan dalam pembuktian apabila terjadi sengketa di kemudian hari. Dalam prakteknya, perjanjian kerjasama tentang pemasangan iklan di
lembaga penyiaran radio adalah dalam bentuk akta dibawah tangan. Perjanjian kerjasama dalam hal ini dinyatakan sah dan dibuat secara tertulis dan
ditandatangani oleh kedua belah pihak yang terkait di atas meterai.
Universitas Sumatera Utara
38
Akta mempunyai fungsi formil formalitas causa dan fungsi sebagai alat bukti probationis causa. Akta sebagai fungsi formil artinya bahwa suatu
perbuatan hukum akan menjadi lebih lengkap apabila dibuat suatu akta. Fungsi akta lainnya adalah sebagai alat pembuktian. Dibuatnya akta oleh para pihak
yang terikat dalam suatu perjanjian ditujukan untuk pembuktian dikemudian hari. Akta otentik merupakan alat pembuktian yang sempurna bagi kedua belah pihak
dan ahli warisnya serta sekalian orang yang mendapat hak darinya tentang apa yang dimuat dalam akta tersebut vide Pasal 165 HIR, Pasal 285 Rbg, dan Pasal
1870 KUHPerdata. Akta otentik merupakan bukti yang mengikat yang berarti kebenaran dari hal-hal yang tertulis dalam akta tersebut harus diakui hakim, yaitu
akta tersebut dianggap sebagai benar selama kebenarannya itu tidak ada pihak lain yang dapat membuktikan sebaliknya.
Sebaliknya, akta dibawah tangan dapat menjadi alat pembuktian yang sempurna terhadap orang yang menandatangani serta para ahli warisnya dan
orang-orang yang mendapat hak darinya hanya apabila tandatangan dalam akta dibawah tangan tersebut diakui oleh orang terhadap siapa tulisan itu hendak
dipakai. vide Pasal 1857 KUHPerdata. Apabila suatu akta dibawah tangan tidak disangkal oleh para pihak, berarti mereka mengakui dan tidak menyangkal
kebenaran apa yang tertulis pada akta dibawah tangan tersebut, sehingga sesuai pasal 1857 KUHPerdata akta dibawah tangan tersebut memperoleh kekuatan
pembuktian yang sama dengan akta otentik.
Universitas Sumatera Utara
39
B. Pelaksanaan Perjanjian Siaran Iklan melalui Radio 1. Perjanjian Siaran Iklan
Perjanjian siaran iklan yang dilakukan oleh PT. Java Festival Production yang berkedudukan di Jakarta dengan PT. Radio Kidung Indah Selaras Suara di
Medan dimulai dengan adanya kehendak dari pihak PT. Java Festival Production untuk mendukung terlaksananya acara Java Soulnation Festival JSF yaitu
sebuah Festival Musik yang akan diselenggarakan di Istora Senayan Jakarta. Bahwa untuk melaksanakan event tersebut, PT. Java Festival Production perlu
mendapat dukungan media elektronik, yaitu radio untuk mempromosikan kegiatan tersebut melalui iklan.
58
Menurut Mohammad Ridwan
59
, PT. Radio Kidung Indah Selaras Suara Medan menjadi pilihan, karena dua sebab :
a. PT. Radio Kidung Indah Selaras Suara Medan merupakan media yang tepat yang dianggap memenuhi target pendengar paling banyak di
Medan, yaitu kaum muda. b. PT. Radio Kidung Indah Selaras Suara Medan mempunyai tarif iklan
yang relatif dapat dijangkau oleh PT. Java Festival Production.
58
Perjanjian kerjasama antara PT. Java Festival Production dengan PT. Radio Kidung Indah Selaras Suara No. 0006PKS-MPJSF-RKISSIX2010.
59
Mohammad Ridwan, Radio Promotion PT. Java Festival Production, wawancara melalui telephon
Universitas Sumatera Utara
40
Dengan dua alasan di atas tersebut, maka PT. Java Festival Production mulai mengadakan perjanjian siaran iklan dengan PT. Radio Kidung Indah
Selaras Suara Medan. Proses negosiasi perjanjian penyiaran iklan antara PT. Java Festival Production dengan PT. Radio Kidung Indah Selaras Suara Medan
dimulai dengan PT. Java Festival Production menyatakan maksudnya untuk mempromosikan kegiatannya kepada PT. Radio Kidung Indah Selaras Suara
Medan selama enam minggu untuk wilayah Medan sekitarnya, dengan jenis iklan radio spot promo versi teaser dengan durasi 60”, radio spot promo versi 1 dengan
durasi 60”, serta adlib promo. PT. Radio Kidung Indah Selaras Suara Medan setelah mendengar maksud
dan keinginan PT. Java Festival Production, kemudian menghitung total biaya dari iklan PT. Java Festival Production tersebut.Kemudian PT. Java Festival
Production mengusahakan penurunan harga dan pihak PT. Radio Kidung Indah Selaras Suara Medan mempertimbangkan, kemudian tercapai kesepakatan biaya
iklan antara PT. Java Festival Production dengan PT. Radio Kidung Indah Selaras Suara Medan.
Proses selanjutnya adalah pembuatan perjanjian kerjasama iklan atau dikenal dengan Surat Perjanjian Kerjasama yang dilaksanakan di kantor PT.
Radio Kidung Indah Selaras Suara Medan pada tanggal 15 September 2010.Pada saat penandatanganan surat perjanjian iklan, PT. Java Festival Production
diwakili oleh Dewi A.L Gontha sebagai Direktur Utama PT. Java Festival
Universitas Sumatera Utara
41
Production dan pihak PT. Radio Kidung Indah Selaras Suara Medan diwakili oleh Beldi Abas sebagai Station Manager. Penandatanganan Surat Perjanjian
Kerjasama antara PT. Java Festival Production dengan PT. Radio Kidung Indah Selaras Suara Medan merupakan bukti kesepakatan-kesepakatan yang ada dalam
proses negosiasi. Pembuatan sebuah perjanjian kerjasama bukan sekedar ditujukan untuk
menghindari masalah atau pula untuk menyelesaikan permasalahan yang muncul. Namun ada beberapa hal lain yang menjadi tujuan dibuatnya sebuah perjajian
kerjasama pada berbagai macam aktivitas manusia yang melibatkan hubungan dua pihak atau lebih pada sebuah transaksi.
Beberapa tujuan pembuatan perjanjian kerjasama tersebut diantaranya adalah:
1. Sebagai acuan dalam proses kegiatan, dengan demikian semua aktivitas yang akan dilakukan oleh semua pihak yang terlibat dalam
proses kerjasama, harus mengacu pada ketentuan yang sudah diatur dalam surat perjanjian kerjasama.
2. Kepastian transaksi, dengan adanya surat perjanjian tersebut akan memberikan ketenangan semua pihak dalam transaksi tersebut. Hal ini
mengingat di dalam surat perjanjian kerjasama biasanya tercantum mengenai ketentuan bagi mereka yang tiak menepati ketentuan yang
sudah disepakati dalam proses kerjasama.
3. Indikator tingkat transaksi. Semakin detail dan resmi sebuah surat perjanjian kerjsama dibuat, menunjukkan bahwa nilai transaksi yang
menjadi objek kerjasama semakin tinggi, sehingga hal ini bisa menjadi sebuah penilaian awal bagi pihak-pihak yang ingin menjalin
kerjasama.
4. Panduan untuk menyelesaikan permasalahan yang mungkin timbul. Dalam surat perjanjian kerjasama pasti disebutkan mengenai proses
Universitas Sumatera Utara
42
yang akan diambil apabila pihak-pihak yang terlibat kerjasama terdapat perbedaan sehingga menimbulkan perselisihan.
60
Perjanjian kerjasama tentang pemasangan iklan di lembaga penyiaran radio merupakan perjanjian kontraktual yang dilakukan dibawah tangan bukan
merupakan perjanjian notarial.
61
Dalam perjanjian kerjasama ini, secara sepihak lembaga penyiaran radio telah menetapkan sejumlah kewajiban bagi mitranya
demi mengamankan kepentingan usahanya, sekaligus membatasi sedemikian rupa hak-hak lainnya tersebut. Berbagai klausula eksonerasi exoneration clause
dirumuskan di dalamnya, sehingga tampak seolah-olah pihak lembaga penyiaran radio tidak mempunyai kewajiban yang cukup berarti. Dengan demikian, asas
keseimbangan dalam hukum perjanjian tidak terakomodasi dalam hal ini, yang selanjutnya juga kurang mencerminkan asas keadilan.
Dibuatnya perjanjian kerjasama tentang pemasangan iklan di lembaga penyiaran radio tersebut dalam bentuk akta di bawah tangan didasarkan oleh
efesiensi waktu dan biaya. Dalam merancang perjanjian pihak lembaga penyiaran radio menggunakan standar kontrak, dimana hal-hal
yang menyangkut pelaksanaan perjanjian kerjasama pemasangan iklan merupakan ketentuan
standar yang telah ditetapkan oleh lembaga penyiaran radio. Langkah ini dilakukan dengan tujuan untuk menciptakan syarat dan kondisi yang sama dalam
setiap perjanjian kerjasama pemasangan iklan kepada setiap produsen sebagai
60
Anne Ahira, Membuat Perjanjian Kerjasama. AnneAhira.com, diakses tanggal 30 Oktober 2011
61
Hasil Wawancara dengan Beldi Abas, Station Manager PT. Radio Kidung Indah Selaras Suara pada tanggal 2 September 2011 di Medan.
Universitas Sumatera Utara
43
mitra. Sehingga tidak terdapat diskriminasi perlakuan syarat dan kondisi dalam perjanjian kerjasama pemasangan iklan yang harus dipatuhi oleh pihak mitra.
62
Setiap kontrak kerjasama pemasangan iklan dibuat terdiri dari 2 dua rangkap yang sama isi dan kekuatan hukumnya, masing-masing bermeterai
cukup dan ditanda tangani oleh para pihak terkait.
63
Dari perjanjian kerjasama pemasangan iklan tersebut diatas dapat disimpulkan pihak produsen sebagai
pemasang iklan tinggal menandatangani perjanjian tersebut tanpa negosiasi yang berarti. Sehingga prinsip “taked or lived” yang biasa terjadi dalam suatu
perjanjian standar berlaku juga terhadap perjanjian kerjasama pemasangan iklan, walaupun sebenarnya perjanjian pengadaan kerjasama pemasangan iklan
bukanlah perjanjian baku atau standar karena pihak pemasang iklan mempunyai hak untuk ikut serta dalam merumuskan perjanjian.
Pihak pemasang iklan cendrung mengabaikan mekanisme perancangan kontrak, isi kontrak dan akibat-akibat hukumnya. Hal ini dapat diketahui
berdasarkan hasil penelitian lapangan, pihak pemasang iklan hanya berorientasi kepada
penjualan produk,
sedangkan permasalahan
kontrak kerjasama
pemasangan iklan yang akan ditandatangani dilakukan tanpa negosiasi lebih lanjut.
64
Hal ini merupakan indikator lemahnya posisi tawar pihak pemasang iklan dalam pembuatan perjanjian kerjasama pemasangan iklan. Salah satu
bagian yang terpenting dalam suatu perjanjian adalah isi perjanjian itu sendiri.
62
Loc, cit.
63
Loc, cit.
64
Hasil Wawancara dengan Mohammad Ridwan.
Universitas Sumatera Utara
44
Dari ketentuan-ketentuan yang termuat dalam suatu isi perjanjian dapat menggambarkan kondisi dan informasi tentang apa yang disepakati oleh para
pihak yang membuatnya baik secara tersurat maupun tersirat. Dalam kerjasama yang dilakukan oleh PT.Radio Prapanca Buana Suara
Medan dengan PT. Deli Media Televisi dimana kedua belah pihak mengadakan kesepakatan membuat suatu perjanjian dibawah tangan dengan bermaterai cukup
dan ditanda tangani oleh kedua belah pihak tanpa ada saksi dan dibuat dalam rangkap dua.
2. Hak dan Kewajiban Para Pihak