Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masjid merupakan pusat kegiatan ibadah dan muamalah bagi umat Islam. Kegiatan ibadah ini mempunyai arti luas, tidak semata-mata tempat shalat dan pengajian dan mengaji, tapi untuk segala kegiatan yang bisa membawa kemaslahatan dunia dan akhirat. Bentuk kegiatan tersebut yaitu ceramah, diskusi, kajian dan pelatihan keagamaan, sosial dan budaya dan iptek bisa dilakukan di masjid. Sebagaimana Allah berfirman dalam Q.S. Attaubah 108 yang berbunyi: +, - . 0 1 -23 “Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar taqwa majid Quba, sejak hari pertama adalah lebih patut kamu bersembahyang didalamnya.” Q.S At-taubah 108 Disamping dapat menggambarkan kuantitas kaum muslimin yang ada, juga dapat menggambarkan kualitas pemahaman dan pengamalan nilai-nilai ajaran Islam. Melalui masjid masyarakat dapat mengembangkan tradisi silaturahmi untuk saling bertukar pikiran. Berbagi pengalaman dan informasi, memecahkan masalah-masalah sosial yang dihadapinya. Sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dari Abi Sa’id Al- Khudri berbunyi “Bahwa tiap potong tanah itu adalah masjid”. Dalam hadist lain Nabi Muhammad SAW menerangkan, “Telah dijadikan masjid itu Bagiku, tempat sujud.” Sedangkan arti masjid itu sendiri berasal dari kata sajada-sujud , salah satunya bermakna mengikuti maupun menyesuaikan diri dengan ketetapan Allah yang berkaitan dengan alam raya sunnatullah. Dengan keterangan ini jelas bahwa arti masjid itu sebenarnya tempat sujud , bukan hanya berarti sebuah gedung atau tempat ibadat tertentu. Dalam perkembangannya fungsi dan peranan masjid seperti yang digambarkan pada masa keemasan Islam itu, tentunya tidak seperti Zaman dahulu, namun tidak berarti bahwa masjid tidak dapat berperan dan berfungsi di dalam pembinaan ummat. Meskipun fenomena yang terjadi pada saat ini bahwa masjid hanya berfungsi apa adanya dan belum berfungsi sebagaimana mestinya. Di zaman Rasulullah masjid salah satunya digunakan sebagai tempat berdakwah, ini berarti masjid amat besar fungsinya dalam dakwah, baik dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah kepada para sahabatnya maupun antar sesama sahabat. Oleh karena itu dakwah merupakan suatu yang amat mulia di dalam Islam dan masjid menjadi sarana utamanya. Dengan demikian menjadi jelaslah bagi kita bahwa masjid di masa Rasulullah tidak hanya digunakan untuk sekedar tempat shalat dan ibadah- ibadah yang sejenisnya, tapi masjid juga difungsikan sebagai lembaga untuk mempererat hubungan dan ikatan jama’ah Islam yang baru tumbuh. Nabi Muhammad SAW mempergunakan masjid sebagai tempat menjelaskan wahyu yang diterimanya, memberikan jawaban atas pertanyaan- pertanyaan para sahabat tentang berbagai masalah, memberi fatwa, mengajarkan agama Islam, membudayakan musyawarah, menyelesaikan perkara-perkara dan perselisihan-perselisihan, tempat mengatur dan membuat strategi militer dan tempat menerima perutusan-perutusan dari semenanjung Arabia. 1 Berdasarkan latar belakang tersebut penulis mengadakan penelitian di daerah Jakarta Timur tepatnya di komplek Billy Moon Kalimalang, yang mana terdapat sebuah masjid yang fungsinya tidak hanya untuk tempat ibadah semata melainkan untuk tempat berdakwah ke daerah-daerah sekitar khususnya dan ke daerah lain pada umumnya. Para pengurus Masjid Raya Baitus Salam berdakwah melalui pengajian-pengajian mingguan, bulanan, selain dengan pengajian para pengurus masjid juga mensiasati dakwahnya dengan membuat buku saku dakwah bil Qolam, yang isinya seputar FiQih, Tasawuf, Aqidah dan lain- lainnya. Berupa penjelasan atas apa-apa yang ditanyakan oleh para jama’ah, yang mana mayoritas para jama’ahnya adalah dari kalangan kelas menengah atas. Dari latar belakang diatas penulis mengambil judul skripsi tentang : “ Manajemen Dakwah Masjid Raya Baitus Salam Komplek Billy Moon Jakarta Timur” 1 Ahmad Yani dan Achmad Satori Ismail, Menuju Masjid Ideal, Jakarta: LP2SI Haramain 2001 Cet. Ke-1 hal 51

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah