anggota komunitas tergantung penyesuaian diri setiap individu terhadap faktor fisik dan biotik yang ada di tempat tersebut. Dengan demikian pada suatu
komunitas, pengendali kehadiran spesies dapat berupa satu atau beberapa spesies tertentu atau dapat juga sifat fisik habitat. Namun tidak ada batas yang jelas antara
keduanya, sebab keduanya dapat beroperasi bersama-sama atau saling mempengaruhi Barbour
et al
.,
dalam
Djufri 2012. Distribusi semua tumbuhan di alam dapat disusun dalam tiga pola dasar,
yaitu acak, teratur dan mengelompok. Pola distribusi demikian erat hubungannya dengan kondisi lingkungan. Organisme pada suatu tempat bersifat saling
berinteraksi, sehingga tidak terikat berdasarkan kesempatan semata, dan bila terjadi gangguan pada suatu organisme atau sebagian faktor lingkungan akan
berpengaruh terhadap keseluruhan komunitas. Menurut Greig-Smith 1983, bila seluruh faktor yang berpengaruh terhadap kehadiran spesies relatif kecil, maka
faktor kesempatan lebih berpengaruh, dimana spesies yang bersangkutan berhasil hidup di tempat tersebut, hal ini biasanya menghasilkan pola distribusi acak
Djufri, 2012. Tumbuhan yang hidup secara alami pada suatu tempat, membentuk suatu
kumpulan yang di dalamnya setiap individu menemukan lingkungan yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam kumpulan ini terdapat pula kerukunan
hidup bersama asosiasi, dan hubungan timbal balik interaksi yang saling menguntungkan, sehingga terbentuk suatu derajat keterpaduan Resosoedarmo
Soedjiran, 1989.
2.5. Karbon Tesimpan
Hutan alami merupakan penyimpan karbon tertinggi bila dibandingkan dengan sistem penggunaan lahan SPL pertanian, dikarenakan keragaman pohonnya
yang tinggi, dengan tumbuhan bawah dan seresah di permukaan tanah yang banyak. Melalui proses fotosintesis karbon dioksida di udara diserap oleh tanaman
dan di ubah menjadi karbohidrat, kemudian disebarkan ke seluruh tubuh tanaman dan akhirnya ditimbun dalam tubuh tanaman berupa daun, batang, ranting, bunga
dan buah. Proses penimbunan C dalam tubuh tanaman hidup dinamakan proses sekuestrasi C- sequestration. Dengan demikian mengukur jumlah C yang
Universitas Sumatera Utara
disimpan dalam tubuh tanaman hidup biomasa pada suatu lahan dapat menggambarkan banyaknya karbon dioksida di atmosfer yang diserap oleh
tanaman. Sedangkan pengukuran C yang masih tersimpan dalam bagian tumbuhan yang telah mati nekromasa secara tidak langsung menggambarkan karbon
dioksida yang tidak dilepaskan ke udara lewat pembakaran Hairiah Rahayu, 2007.
Potensi biomassa pohon sangat dipengaruhi antara hubungan volume pohon dengan karbon tersimpan di pohon. Semakin besar volume pohon, maka
semakin besar juga karbon tersimpan di pohon tersebut Rahayu
et al.
, 2012. Menurut Simamora 2013, vegetasi hutan memiliki potensi karbon tersimpan
lebih besar dibandingkan karbon tersimpan di lahan perkebunan. Herianto dan Subiandono 2012, jumlah biomasa suatu kawasan diperoleh dari produksi dan
kerapatan yang diduga dari pengukuran diameter, tinggi, berat jenis dan kepadatan setiap jenis pohon.
Pada ekosistem dengan komunitas tumbuhannya sempurna dan keanekaragaman spesies tumbuhannya tinggi, maka produksi karbon dioksida
baik oleh aktivitas organisme pengurai, proses respirasi, maupun penggunaan bahan bakar fosil akan diimbangi dengan proses pengikatan fiksasi karbon
dioksida oleh tumbuh-tumbuhan. Hal demikian menyebabkan ekosistem hutan hujan tropis memiliki kemampuan yang lebih besar dalam mereduksi pencemaran
udara khususnya yang disebabkan gas karbon di udara. Telah diketahui bahwa meningkatnya kandungan karbon dioksida di udara akan menyebabkan kenaikan
suhu bumi yang terjadi karena efek rumah kaca, panas yang dilepaskan dari bumi diserap oleh karbon dioksida di udara dan dipancarkan kembali ke permukaan
bumi, sehingga proses tersebut akan memanaskan bumi. Oleh karena itu, keberadaan ekosistem hutan memiliki peranan penting dalam mengurangi gas
karbon dioksida yang ada di udara melalui pemanfaatan gas karbon dioksida dalam proses fotosintesis oleh komunitas tumbuhan hutan Indriyanto, 2006.
Mikroorganisme tanah sangat berperan terhadap dekomposisi bahan organik tanah dan sebagai produk akhir dari proses ini adalah pelepasan CO
2
Barchia, 2009. Oleh karena itu mengukur jumlah karbon dalam biomassa pada suatu lahan dapat menggambarkan banyaknya CO
2
di atmosfer yang diserap oleh
Universitas Sumatera Utara
tanaman, dan pengukuran karbon dalam bagian tanaman yang telah mati nekromassa dapat menggambarkan CO
2
yang tidak dilepaskan ke udara melalui pembakaran. Siklus biogeokimia karbon mencakup pertukaranperpindahan
karbon diantara biosfer, pedosfer, geosfer, hidrosfer, dan atmosfer bumi Sutaryo, 2009, sedangkan respirasi organisme akan mengembalikan CO
2
ke atmosfer Campbell
et al.
, 2003. Hutan, tanah laut dan atmosfer semuanya menyimpan karbon yang
berpindah secara dinamis diantara tempat-tempat penyimpanan tersebut sepanjang waktu.Tempat penyimpanan ini disebut dengan kantong karbon aktif
active carbon pool
. Penggundulan hutan akan mengubah kesetimbangan carbon dengan meningkatkan jumlah karbon yang berada di atmosfer dan mengurangi karbon
yang tersimpan di hutan, tetapi hal ini tidak menambah jumlah keseluruhan karbon yang berinteraksi dengan atmosfer. Simpanan karbon lain yang penting
adalah deposit bahan bakar fosil. Simpanan karbon ini tersimpan jauh di dalam perut bumi dan secara alami terpisah dari siklus karbon di atmosfer, kecuali jika
simpanan tersebut di ambil dan dilepaskan ke atmosfer ketika bahan-bahn tersebut dibakar. Semua pelepasan karbon dari simpanan ini akan menambah karbon yang
berada di kantong karbon aktif
activecarbon pool
. Tumbuhan akan mengurangi
karbon di atmosfer CO
2
melalui proses fotosinthesis dan menyimpannya dalam jaringan tumbuhan. Sampai waktunya karbon tersebut tersikluskan kembali ke
atmosfer, karbon tersebut akan menempati salah satu dari sejumlah kantong karbon Hardjana, 2011.
Ada enam jenis gas rumah kaca GRK yang dapat menimbulkan pemanasan global dan dibicarakan di UNFCC yaitu : karbon dioksida CO
2
, metan CH
4
, nitrat oksida N
2
O, dan gas-gas yang mengandung fluor seperti Hydrofluorocarbon HFC
5
, perfluorocarbon PFCs, dan sulphur hexafluoride SF
6
. Dari keenam gas rumah kaca tersebut, karbon dioksida mengambil porsi terbesar sekitar 75. Dalam upaya pencegahan terjadinya perubahan iklim maka
harus dilakukan penjagaan konsentrasi karbon dioksida tidak melebihi 450 bagian persejuta volume ppm, agar tidak menimbulkan dampak negatif perubahan iklim
Dewan Nasional Perubahan Iklim, 2013.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 METODE PENELITIAN