1. Unit Percontohan Usaha Pelestarian Ssumberdaya Alam UPUPSA 2. Rancangan UP-UPSA dan Areal Dampaknya

III. SISTEM AGROFORESTRY PADA PROGRAM PENGHIJAUAN

3. 1. Unit Percontohan Usaha Pelestarian Ssumberdaya Alam UPUPSA

UP-UPSA merupakan model usaha tani lahan kering terpadu. Setiap satuan unit UP-UPSA luas lahan yang dipergunakan sebagai contoh adalah seluas ± 10 Ha per unit yang dipergunakan untuk memperagakan teknik-tenik rehabilitasi lahan dan konservasi tanah dan intensifikasi pertanian lahan kering yang baik dengan memperhatikan kemampuan lahan yang bersangkutan. Adapun kegiatan yang dilakukan dalam pembuatan UP-UPSA adalah : 1.Pembuatan Rancangan UP-UPSA dan sekaligus Rancangan areal dampaknya lokasi, peta, pembuatan blok, peserta, pola tanam, penyuluhan dan sebagainya. 2. Pelaksanaan pembuatan UP-UPSA a. Pembuatan bangunan konservasi - Pembuatan teras - Saluran pembuangan air Water Way - Saluran pembagi Diversion Ditch - Bendungan pengendali Check Dam b. Pembuatan tanaman - Penyiapan lapangan - Pembibitan - Penanaman - Pemeliharaan tanaman 3. Pemantapan status lahan

3. 2. Rancangan UP-UPSA dan Areal Dampaknya

Rancangan dampak UP-UPSA merupakan hal yang tidak dapat Yunasfi : Penerapan Sistem Agroforestry Pada Program Penghijauan dan Konservasi Tanah, 2007 USU Repository © 2008 dipisahkan karena menjadi satu dengan Rancangan UP-UPSA yang bersangkutan. Isi dari Rancangan tersebut antara lain : a. Risalah umum UP-UPSA b. Rencana teknik dan rencana buatan UP-UPSA c. Rencana perlakuan Dalam rancangan UP-UPSA terdapat kegiatan pembagian blok yang disesuaikan dengan kondisi lapangan serta keadaan masyarakat. Pembagian blok dapat mengikuti 3 tiga Pola alternatif sebagai berikut : 1. Areal dampak dibagi ke dalam ± 4 blok, yang masing-masing merupakan target dampak tahunan. Secara skematis pembagian blok seperti ini dicontohkan pada Gambar 1. A,B,C,D = Nama blok rencana dampak tahunan = Lokasi UP-UPSA inti A D B C Gambar 1. Blok areal dampak 2. Areal dampak dibagi dalam ± 4 blok dan masing-masing blok dibagi ke dalam sub blok. Tahap rehabilitasi dilaksanakan mengikuti pembagian sub blok tersebut, seperti terlihat pada Gambar 2. Gambar 2. Sub Blok areal dampak Yunasfi : Penerapan Sistem Agroforestry Pada Program Penghijauan dan Konservasi Tanah, 2007 USU Repository © 2008 3. Areal dampak dibagi kedalam 4 blok yang mengitari unit percontohan. Blok yang merupakan target dampak tahun pertama adalah blok yang terletak disekitar UP-UPSA dan selanjutnya diteruskan pada blok-blok disebelah luarnya Gambar 3. Gambar 3. Areal dampak mengitari unit contoh 3 .3. Pembuatan Bangunan Konservasi 1. Pembuatan teras a. Teras Datar level terrace Teras datar dibuat pada tanah dengan kemiringan kurang dari 3 dengan tujuan memperbaiki pengaliran air dan pembasahan tanah. Teras datar dibuat dengan jalan menggali tanah menurut garis tinggi dan tanah galiannnya ditimbunkan ke tepi luar, sehingga air dapat tertahan dan terkumpul. Pematang yang terjadi ditanami dengan rumput Gambar 4. b. Teras Kridit ridge terrace Teras kridit dibuat pada tanah yang landai dengan kemiringan 3 - 10 , bertujuan untuk mempertahankan kesuburan tanah. Pembuatan teras kridit di- mulai dengan membuat jalur penguat teras sejajar garis tinggi dan ditanami dengan tanaman seperti caliandra. Yunasfi : Penerapan Sistem Agroforestry Pada Program Penghijauan dan Konservasi Tanah, 2007 USU Repository © 2008 Gambar 4. Teras Datar Jarak antara jalur adalah 5 - 12 m. Jalur tanaman tersebut menahan sedimen hasil erosi yang tertimbun disebelah dalam larikan, sehingga permukaan tanah bagian atas turun dan bagian bawah dekat jalur tanaman akan naik. Bidang olah teras menjadi datar atau mendapat kemiringan tertentu, sehingga erosi dapat dihentikan. Proses tersebut dapat dipercepat dengan cara menarik tanah ke bawah setiap kali dilakukan pengolahan tanah Gambar 5. Gambar 5. Teras Kridit Yunasfi : Penerapan Sistem Agroforestry Pada Program Penghijauan dan Konservasi Tanah, 2007 USU Repository © 2008 c. Teras Guludan cotour terrace Teras guludan dibuat pada tanah yang mempunyai kemiringan 10 - 50 dan bertujuan untuk mencegah hilangnya lapisan tanah Gambar 6. Gambar 6. Teras Guludan d. Teras Bangku bench terrace Teras bangku dibuat pada lahan dengan kelerengan 10 - 30 dan bertujuan untuk mencegah erosi pada lereng yang ditanami palawija Gambar 7. selokan teras bangunan terjunan dari ps. batu Gambar 7. Penampang melintang teras bangku dan penampang membujur saluran pembuangan air Yunasfi : Penerapan Sistem Agroforestry Pada Program Penghijauan dan Konservasi Tanah, 2007 USU Repository © 2008 2. Saluran Pembuangan Air Water Way Saluran pembuangan dibuat untuk menampung sisa air permukaan yang tidak meresap ke dalam tanah. Sebelum saluran dibuat, sedapat mungkin dimanfaatkan saluran alam. Bentuk penampang melintang saluran biasanya parabolik, trapesium atau segitiga. Agar dasar dan tepi saluran tidak cepat terkikis, maka 14 dari permukaan saluran diperkuat dengan gubalan rumput dan untuk mencegah hanyutnya gubalan dipatok dengan bambu atau diusahakan agar permukaan gubalan rumput sama tinggi dengan permukaan tanah yang tidak ditanami rumput. Kecepatan aliran air dapat diatur dengan cara mengatur kemiringan saluran dan jenis serta kerapatan rumput, disesuaikan dengan sifat ketahanan tanah terhadap erosi. Apabila kecepatan yang dikehendaki tidak dapat diperoleh karena kemiringan yang terlalu besar, sepanjang saluran dibuat trucuk dan terjunan. Trucuk dibuat dengan kemiringan 1 : 4 atau dengan gubalan rumput dengan kemiringan 1 : 1. Pada tanah padas gubalan rumput tidak diperlukan. 3. Saluran Pembagi Diversion Ditch Saluran pembagi dibuat pada lereng dan bertujuan menangkap aliran air permukaan dan membelokkan ke saluran pembuangan, gunanya untuk mengamankan tempat bangunan tertentu, seperti bangunan pertanian, teras, dan sebagainya. Kemiringan saluran adalah 0,3 , sedang lebar dan dalamnya tergantung kepada luas daerah dimana aliran permukaan akan ditampung. Tepi sebelah dalam saluran ditanami dengan tanaman teras sehingga air dapat tersaring dan saluran tidak cepat penuh oleh sedimen hasil erosi. Kemiringan tepi saluran 1 : 1. 4. Bendungan Pengendali Check Dam Bendungan pengendali atau Check Dam adalah waduk kecil dengan konstruksi khusus, dibuat di daerah berbukit dengan kemiringan lapangan di bawah 30 . Bendungan pengendali bertujuan untuk menampung air permukaan dan sedimen hasil erosi, meningkatkan jumlah air yang Yunasfi : Penerapan Sistem Agroforestry Pada Program Penghijauan dan Konservasi Tanah, 2007 USU Repository © 2008 meresap ke dalam tanah. Daerah aliran bendungan pengendali tidak lebih dari 150 Ha dan tinggi badan tanggul maksimum 10 m. Tempat dimana bendungan akan dibuat harus mempunyai kecekungan dengan daya tampung air yang besar. Oleh karena itu perlu diketahui perbandingan yang tepat antara luas bendungan pengendali dan daerah alirannya. Dengan diketahui perbandingan antara luas daerah aliran dan luas bendungan pengendali, akan mempermudah menentukan arah miringnya saluran pembagi yang akan dibuat. Dalam pembuatan bangunan konservasi ini dapat dipadukan dengan Teknologi Lahan Pertanian Miring TLPM adalah suatu paket teknologi mengenai konservasi tanah dan produksi pangan dengan beberapa cara konservasi tanah yang berbeda secara terpadu pada suatu lahan. Pada prinsipnya TLPM adalah suatu metode penanaman tanaman dengan jalur 3 - 5 m diantara tanaman penambat nitrogen yang ditanam menurut kontur. Jenis penambat N ini ditanam rapat, ketika tanaman tersebut mencapai tinggi 1.5 - 2 m dipangkas pada ketinggian 40 cm dan hijauannya ditempatkan di antara jalur tanaman sebagai pupuk organik. Teknologi Lahan Pertanian Miring merupakan suatu pola agroforestry, hal ini dapat dilihat dengan adanya suatu pola tanam campuran yang dapat dianggap sebagai suatu bentuk agroforestry karena didalamnya terdapat jalur-jalur tanaman seperti kopi, coklat, jeruk dan buah-buahan. Diantara jalur tanaman tahunan tersebut ditanami dengan tanaman pangan seperti biji-bijian jagung, padi gogo, gandum, dll, kacang-kacangan kedelai, kacang tanah, dll, kentang, nanas, melon dll. Adanya rotasi tanaman memungkinkan petani untuk panen beberapa kali dalam setahun. Dalam sistem TLPM juga ditanam tanaman untuk produksi kayu pertukangan, industri dan kayu bakar di sekeliling lahan pertanian sebagai tanaman pembatas atau pagar. Contoh jenis-jenis tanaman yang dapat digunakan untuk pembatas tersebut adalah mahoni, cemara, turi, dan lain- lain. Selama dalam tahap pengembangan TLPM ini diperlukan kriteria sebagai berikut : Yunasfi : Penerapan Sistem Agroforestry Pada Program Penghijauan dan Konservasi Tanah, 2007 USU Repository © 2008 1. Membantu dalam mempertahankan struktur dan kesuburan tanah 2. Dapat diterapkan pada paling sedikit 50 persen lahan pertanian berbukit 3. Dapat diterima oleh tradisi masyarakat 4. Berfokus pada petani kecil 5. Ekonomis Beberapa keuntungan dari TLPM adalah sederhana, mudah dilaksanakan, murah dan tepat guna bagi pertanian lahan kering. Merupakan teknologi yang dikembangkan untuk petani yang peralatannya sederhana, modalnya sedikit dan mengetahui sedikit tentang pertanian. Dalam sistem TLPM ini seorang petani dapat menanam jenisjenis tanaman yang sudah mereka kenal dan dapat juga menerapkan pola pertanian yang lama. Jika petani meninggalkan lahan pertanian mereka yang menggunakan sistem TLPM tersebut, maka tanaman penambat N tetap tumbuh hingga menaungi areal tanaman sekitarnya. Sebelum lahan ditanami kembali, tanah telah diperkaya oleh sejumlah besar N yang difiksasi oleh tanaman, selain itu tidak terjadi erosi. Kayunya dapat dipanen untuk keperluan kayu bakar atau arang. Pembuatan Tanaman Faktor terpenting dalam hal pemilihan tanaman untuk penghijauan adalah tempat tumbuh yang sesuai, kemudian baru manfaat baik ekonomi maupun manfaat tidak langsung lainnya seperti hidrologi, kesuburan tanah, kenyamanan lingkungan, konservasi flora dan lain-lain. Beberapa kriteria penetapan jenis pohon untuk tujuan penghijauan adalah sebagai berikut : 1. Mampu tumbuh ditempat terbuka dibawah sinar matahari penuh jenis pionir intolerant, beriap besar. 2. Mampu bersaing dengan alang-alang dan gulma lainnya, tumbuh awal tinggi dan cepat serta agresif cepat menutup tanah. 3. Mudah bertunas lagi bila dipangkas atau terbakar. 4. Sesuai dengan keadaan tanah kurus, miskin hara, tanah asam dan tahan kekeringan. 5. Dapat cepat bersimbiosa dengan jasad renik tanah : mikoriza, bakteri dan sebagainya. Jenis-jenis legume sangat baik. 6. Biji atau bagian vegetatif untuk pembiakannya mudah diperoleh dan disimpan. Yunasfi : Penerapan Sistem Agroforestry Pada Program Penghijauan dan Konservasi Tanah, 2007 USU Repository © 2008 7. Disenangi oleh rakyat karena mempunyai manfaat yang ganda, termasuk untuk makanan ternak dan kayu bakar. a. Penyiapan Lahan Penyiapan lahan meliputi kegiatan antara lain pemasangan ajir untuk menentukan jarak dan arah larikan atau jalur tanaman serta pengolahan tanah untuk pembuatan lobang tanaman. Pemasangan ajir di lahan yang diolah seluruhnya, dilakukan sesudah pengolahan tanah. Pengolahan tanah dikerjakan pada akhir musim kemarau atau bersamaan dengan pembuatan teras. Pemupukan organik dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah atau pupuk organik dicampur dengan tanah lapisan atas lobang galian tanaman. Jarak tanam ditentukan di lapangan sesuai dengan rencana atau tergantung pada jenis tanamannya bila ditanam secara penuh dengan tanaman tahunan. Lobang tanaman dibuat dengan ukuran yang sesuai dengan persyaratan teknis untuk jenis tanaman yang akan digunakan. b. Pembibitan Bibit yang akan ditanam, dipilih yang memenuhi persyaratan : pertumbuhannya subur, tidak cacat dan segar, bebas dari hama dan penyakit, dengan jumlah yang cukup serta telah memenuhi persyaratan umur dari bibit yang bersangkutan. Tergantung pada jenis tanaman, bibit disiapkan dalam bentuk : anakan dalam bumbung, stump, cabutan, atau poles. Bibit yang telah disiapkan harus segera diangkutdipindahkan ke lapangan. c. Penanaman Penanaman dilakukan pada awal musim penghujan oleh anggota kelompok pada lahan masing-masing atau secara serentak dengan dipimpindigerakkan oleh Ketua Kelompok. Penanaman dilakukan pada lobang tanaman atau larikanjalur tanaman yang telah dipersiapkan. Untuk bibit yang dalam kantong plastik, bumbung dibuka perlahan-lahan jangan sampai tanahnya pecah, bibit diletakkan pada lobang tanaman kemudian diisi tanah gembur dengan hati- hati serta dipadatkan dan tanah disekitar batang ditinggikan. Yunasfi : Penerapan Sistem Agroforestry Pada Program Penghijauan dan Konservasi Tanah, 2007 USU Repository © 2008 d. Pemeliharaan Tanaman Pemeliharaan tanaman meliputi penyiangan dan pendangiran serta penyulaman. Penyiangan dan pendangiran dimaksudkan untuk membersihkan rumput pengganggu atau gulma tanaman dan menggemburkan tanah di seke- liling tanaman. Penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang mati atau kurang sehat dengan tanaman sejenis, dikerjakan pada saat-saat hujan terbanyak. 3 .4. Pemantapan Status Lahan Status lahan areal dampak UP-UPSA dapat berupa : 1. Lahan milik yang digarap sendiri 2. Lahan milik yang digarap petani penggarap 3. Lahan adat 4. Lahan negara 5. Lahan desa, dan lain-lain. Bagi petani yang menggarap lahan bukan miliknya, petugas di lapangan hendaknya membantu pengurusan status lahan dan status hubungan antara petani penggarap dengan petani pemilik, desa, atau pemerintah, sehingga petani penggarap cukup merasa mantap atau merasa aman dalam menggarap lahan. Usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh petugas lapangan diantaranya mengadakan pendekatan-pendekatan kepada Kepala Desa, Pemuka adat setempat, Petugas Agraria, Camat dan lain-lain. Status lahan yang diusahakan tersebut dapat berupa : 1. Sertifikat tanah 2. Surat izin penggarapan lahan bagi lahan negara dan lahan desa 3. Perjanjian bagi hasil antara petani penggarap dan petani pemilik lahan. Yunasfi : Penerapan Sistem Agroforestry Pada Program Penghijauan dan Konservasi Tanah, 2007 USU Repository © 2008

3. 5. Unit Percontohan Usaha Pertanian Menetap UP-UPN