PENDAHULUAN Second Messenger cAMP

I. PENDAHULUAN

Kelompok hormon dengan jumlah hormon yang paling besar merupakan hormon-hormon yang bersifat hidrofilik dan terikat pada reseptor membran plasma sel sasaran. Efek fisologis yang ditimbulkan kelompok hormon ini cepat dan terminasi efek pun berlangsung cepat. Hormon-hormon ini akan berkomunikasi dengan proses metabolisme intraselluler melalui senyawa yang digolongkan sebagai second messenger. 1,2 Berdasarkan sistem second messenger yang terinduksi akibat pengikatan hormon dan reseptor membran plasma diketahui kelompok second messenger seperti cAMP, cGMP, Ca2+, Inositol 1,4,5-trifosfat IP 3 , diasilgliserol dan tirosin kinase. 1,3,4 . Gambar 1. Selanjutnya dibawah ini akan dibahas molekul cAMP sebagai second messenger Mutiara Indah Sari : Camp, 2007 GAMBAR 1. Pengaktifan second messenger oleh ikatan hormon dan reseptor membranplasma,httpwww. umanitoba.cafacultiesmedicinephysiologygrad_ students

II. Second Messenger cAMP

Konsep second messenger timbul dari pengamatan Earl Sutherland dan rekan- rekannya. Percobaan yang dilakukan Sutherland pada tahun 1950an telah membuka terobosan utama ke arah pemahaman cara hormon bekerja pada tingkat molekuler. Tujuan awal adalah menentukan bagaimana Epineprin dan Glukagon menyebabkan pemecahan glikogen, yaitu bentuk cadangan glukosa di hepar. 1 Sutherland menemukan bahwa hormon-hormon tadi berikatan pada reseptor-reseptor di membran plasma sel hepar, di tempat itu juga memicu pembentukan cAMP. cAMP merupakan second messenger yang dibentuk dari senyawa ATP oleh kerja enzim Adenilat Siklase dengan adanya Mg 2+ yang membentuk suatu kompleks dengan ATP untuk bertindak sebagai substrat untuk reaksi .1,4 Mg 2+ ATP cAMP + PPi + H + Adenilat siklase cAMP disintesis dengan mengubah ATP ke suatu bentuk siklik. Gugus 3’-OH pada unit ribosa menyerang gugus α -fosforil ATP untuk ikatan fosfodiester, yang disertai pembebasan pirofosfat. Reaksi ini bersifat agak endergonik 5 cAMP mempunyai peranan yang sangat menentukan dalam proses kerja sejumlah hormon. Beberapa kriteria penelitian telah diterapkan untuk menentukan Mutiara Indah Sari : Camp, 2007 apakah cAMP berperan sebagai second messenger dalam pelaksanaan aktifitas tertentu oleh suatu hormon, yaitu : 6 1. Adenilat siklase pada sel sasaran harus dapat dirangsang oleh hormon yang mempengaruhi sel itu. 2. Perubahan konsentrasi cAMP pada sel sasaran harus terjadi mendahului atau bersamaan dengan efek akhir rangsangan hormon. Keragaman konsentrasi hormon harus sesuai dengan keragaman kadar cAMP 3. Efek biologik hormon harus dapat ditiru dengan dengan penambahan cAMP atau senyawa yang sejenis pada sel sasarannya misalnya : dibutiril cAMP Konsentrasi cAMP dapat meningkat atau menurun oleh pengaruh berbagai hormon. Epineprin meningkatkan kadar cAMP yang tinggi di dalam sel-sel otot dan perubahan yang relatif kecil dalam sel-sel hati . cAMP juga merupakan second messenger untuk banyak hormon selain epinefrin. Beberapa hormon yang menggunakan cAMP sebagai second messenger adalah : 1,4,5 - - Hormon perangsang folikel Hormon perangsang folikel - Hormon lutein Hormon lutein - Hormon perangsang tiroid d Hormon perangsang tiroi - Gonadotropin korionik - Kalsitonin - Kortikotropin - Epinefrin - Norepinefrin - Glukagon Mutiara Indah Sari : Camp, 2007 - Vasopresin hormon antidiuretik - Lipotropin - Hormon paratiroid - Hormon perangsang melanosit Pengaktifan Adenilat Siklase Enzim adenilat Siklase berada pada permukaan internal membran plasma mengkatalisasi pembentukan cAMP dari ATP. Adenilat siklase merupakan suatu glikoprotein dengan BM 150.000 yang mengandung beberapa segemen transmembran. Pengaktifan enzim Adenilat siklase oleh hormon berlangsung dengan pengantaraan protein pengatur yang tergantung GTP. Protein pengatur yang mengendalikan adenilat siklase ini disebut sebagai protein G stimulator diberi simbol Gs yang terdiri atas tiga subunit α , β , γ . Bila terdapat hormon, hampir semua Gs terdapat dalam bentuk yang tidak aktif, yaitu terikat dengan GDP. 1,6 Pengikatan hormon pada reseptor memicu pertukaran GDP terikat dengan GTP. Kompleks hormon reseptor berikatan pada protein G, merangsang pembebasan GDP terikat dan memungkinkan GTP masuk. Subunit α yang mengandung GTP Gs α -GTP memisahkan diri dari subunit βγ . Kemudian adenilat siklase diaktifkan oleh Gs α -GTP. Dengan demikian, aliran informasi adalah dari kompleks hormon reseptor ke Gs dan kemudian ke adenilat siklase. 1,6 Gambar 2 Mutiara Indah Sari : Camp, 2007 GAMBAR 2. Sistem pengaktifan cAMP, Devlin T M, PhD. 2002 Mutiara Indah Sari : Camp, 2007 cAMP biasanya secara relatif memiliki waktu paruh yang pendek dan didegradasi dengan cepat oleh cAMP fosfodiesterase. Adanya enzim hidrolisis ini menjamin proses pergantian sinyal cAMP dengan cepat., dengan demikian juga penghentikan proses biologik yang cepat begitu stimulus hormonal dihilangkan. Inhibitor fosfodiesterase adalah derivat metilxantin akan meningkatkan cAMP intrasel serta meniru atau memperpanjang masa kerja hormon . 1,7 .Gambar 3 GAMBAR 3 . Pengaktifan dan hidrolisis cAMP, Raff A et al, 2002 Mutiara Indah Sari : Camp, 2007 I I n n b b i i s s i i A A d d e e n n i i l l a a t t S S i i k k l l a a s s e e perantari inhibisi ini. Hormon yang melakukan inhibisi lase adalah: - aktifitas ribosiltransferase–ADP yang m dan air dalam jumlah yang besar yang menimbulkan diare. Proses yang berlangsung Sejumlah interaksi hormon-reseptor akan menginhibisi adenilat siklase yang akhirnya dapat menghambat pembentukan cAMP. Inhibisi ini biasanya terjadi melalui suatu kompleks subunit yang serupa dengan subunit yang merangsang adenilat siklase kecuali bahwa subunit α , α i, mem terhadap adenilat sik - Asetilkolin - α s Adrenergik - Angiotensin II Somastostatin Beberapa kasus inhibisi seperti ini dapat juga tejadi melalui βγ . Toksin Pertusis menghambat inaktifasi dari adenilat siklase melalui eningkatkan ribosilasi ADP pada subunit α i . 1,3 Selain itu, subunit α dari protein Gs mengandung suatu GTPase intrinsik. GTP yang berikatan pada subunit- α Gs terhidrolisis dalam jangka waktu beberapa menit menjadi GDP oleh kerja enzim GTPase ini. Toksin kolera, yang dikenal sebagai aktifator irreversibel enzim siklase, menyebabkan ribosilasi pada α s, membuat inaktif enzim GTPase , dengan demikian α s dibekukan dalam bentuk aktif. Inhibisi enzim ini menimbulkan penghambatan hidrolisis GTP yang menyebabkan aktifitas adenilat siklase berlanjut terus. Pada sel intestinal aktifitas enzim ini selanjutnya akan menyebabkan terbukanya saluran klorida yang menyebabkan kehilangan ion klorida Mutiara Indah Sari : Camp, 2007 cepat ini menyebabkan keadaan serius yaitu dehidrasi dan kehilangan elektrolit. . 1,3 Gambar 4 Cholera toxin Pertussis toxin G G A A M M B B A A R R 4 4 . . P P e e n n g g h h a a m m b b a a t t a a n n i i n n h h i i b b i i s s i i a a d d e e n n i i l l a a t t s s i i k k l l a a s s e e d d a a n n p p e e n n g g h h a a m m b b a a t t a a n n G G T T P P a a s s e e http www. umanitoba.cafacultiesmedicinephysiologygrad_students I I I I I I . . P P E E N N G G A A K K T T I I F F A A N N P P R R O O T T E E I I N N K K I I N N A A S S E E O O L L E E H H c c A A M M P P Efek cAMP terjadi melalui pengaktifan suatu protein kinase A PKA. PKA merupakan sebuah molekul heterotetramer terdiri atas 2 subunit pengatur R, regulatory dan 2 subunit katalitik C, catalytic. Bila tidak terdapat cAMP, kompleks Mutiara Indah Sari : Camp, 2007 R 2 C 2 secara katalitik tidak aktif. Pengikatan cAMP pada rantai pengatur akan membebaskan rantai katalitik yang memiliki aktifitas enzim. 1,4,6 Gambar 5 4 cAMP + R2C2 2 R-2cAMP + 2C PKA yang sudah aktif ini kemudian mengkatalisis pemindahan fosfat fosforilasi dari ATP ke residu serin atau treonin yang spesifik pada banyak sasaran dan mengakibatkan perubahan pada aktifitasnya. Terdapat lebih 100 buah enzim PKA dengan berbagai spesifisitas terhadap substratnya. 1,4,6 Pentingnya serta luasnya cakupan PKA dapat dilihat pada contoh-contoh berikut ini : 1. Pada metabolisme glikogen , foasforilasi dua enzim oleh PKA mengakibatkan pemecahan cadangan glukosa yang berupa polimer dan menghentikan sintesis glikogen. 2. Sel epitel mengandung saluran klorida yang disebut cystic fibrosis transmembrane regulator CFTR, pengatur hantaran transmembra pada fibrosis kistik. Saluran ini terbuka pada fosforilasi ranah pengatur CFTR yang dikatalisis oleh PKA. Pengaturan saluran ini terganggu pada fibrosis kistik, kelainan genetik yang paling terkenal dapat mematikan di antara bangsa-bangsa Kaukasus. 3. PKA merangsang ekspresi gen-gen spesifik melalui fosforilasi aktifator transkripsi yang disebut cAMP–response element binding protein CREB Mutiara Indah Sari : Camp, 2007 GAMBAR 5. Pengaktifan protein kinase oleh cAMP Devlin T M, PhD. 2002

IV. VASOPRESIN HORMON ANTIDIURETIK BEKERJA MELALUI PENGAKTIFAN cAMP