Identifikasi Sistem Pengolahan Gula di Pabrik Gula Sei Semayang PT. Perkebunan Nusantara II

IDENTIFIKASI SISTEM PENGOLAHAN GULA
DIPABRIK GULA SEI SEMAYANG
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA II

KHAIRUL RIZAL

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2010

Universitas Sumatera Utara

IDENTIFIKASI SISTEM PENGOLAHAN GULA
DIPABRIK GULA SEI SEMAYANG
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA II

SKRIPSI

OLEH
KHAIRUL RIZAL

040308021/TEKNIK PERTANIAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh
gelar Sarjana pada Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
KHAIRUL RIZAL: Identifikasi Sistem Pengolahan Gula di Pabrik Gula Sei
Semayang PT. Perkebunan Nusantara II. Di bimbing oleh ACHWIL PUTRA
MUNIR dan SYAMMAUN USMAN.
Kebutuhan gula hingga saat ini belum dapat dipenuhi oleh produksi dalam
negeri. Hal ini disebabkan karena kurangnya pabrik-pabrik gula serta keterbatasan
produksi pabrik-pabrik gula yang ada, dan dilain pihak kebutuhan masyarakat
akan gula meningkat pesat. Oleh sebab itu penyimpanan gula cukup penting

dalam memenuhi kebutuhan masyarakat akan gula. Tujuan dari penelitian ini
adalah menganalisis sistem pengolahan gula di Pabrik Gula Sei Semayang PT.
Perkebunan Nusantara II (Persero) dan faktor-faktor dominan yang tarjadi dan
dibutuhkan oleh seluruh stakeholder. Metode penelitian ini dilakukan dengan
pendekatan sistem dengan menggunakan beberapa metode pengambilan data yaitu
quisioner, wawancara, dan diskusi terhadap lingkungan pabrik. Dalam pendekatan
sistem, identifikasi sistem pengolahan gula dilakukan dengan evaluasi aspek yaitu
aspek lingkungan dan aspek sosio-teknik. Aspek lingkungan mengevaluasi
tentang daya dukung lingkungan, sedangkan aspek sosio teknik yaitu
mengevaluasi tingkat kemudahan pekerja dalam melakukan pekerjaan.
Kata kunci: pengolahan gula, produksi, identifikasi sistem.

ABSTRACT
KHAIRUL RIZAL: Identification of Sugar Processing system at Sei
Semayang Sugar Factory PT. Perkebunan Nusantara II. Supervised
by ACHWIL PUTRA MUNIR and SYAMMAUN USMAN.
Based on the fact our domestic sugarance industries haven’t meet the
demand of overall needs of sugar, our goverment shall of anticipate the
increasing amount of sugar demand within the society. This issue occurred
because the lack of sugar factory and limited sugar production has because one of

the most social issues howadays, in order to fulfill the demand of sugar in society.
The purpose of this research was to analize the can sugarance system at PT.
Perkebunan Nusantara II (persero) Sei Semayang Estate and the dominant factor
whish happened and needed by all stakeholder. The reseach was done by system
approach using sereal methods of data collecting, such as quitionaire, interview,
and discussion for environmental condition. In this system, identification of
sugarance system was through aspect such as environment aspect was on
environmental support. While the socio-tecnik evaluates the efficiency of
employees in doing there job.
Keyword: sugar processing, production, system identification

Universitas Sumatera Utara

RINGKASAN

KHAIRUL RIZAL “Identifikasi Sistem Pengolahan Gula di Pabrik Gula
Sei Semayang PT. Perkebunan Nusantara II” dibimbing oleh Achwil Putra Munir
sebagai ketua komisi pembimbing dan Syammaun Usman sebagai anggota komisi
pembimbing.
Tebu (Saccharum officinarum Linn) adalah tanaman untuk bahan baku

gula. Kualitas dari tebu ini akan menentukan kualitas gula. Permintaan akan gula
terus meningkat, namun tidak seiring dengan produktivitasnya yang tidak stabil.
Berbagai permasalahan yang terjadi di dalam pengolahan gula ini harus ditangani,
salah satu metode pemecahan masalah yang digunakan adalah dengan pendekatan
sistem.
Penelitian dilaksanakan di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Sei
Semayang.

Penelitian

ini

bertujuan

untuk

mengenal

dan


memahami

permasalahan-permasalahan yang dominan dalam pengolahan gula di pabrik gula
Sei Semayang. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan sistem dengan
cara menggali informasi dan pengetahuan dari pengelola dan pekerja pabrik dalam
hal pengolahan gula, dengan menggunakan beberapa metode pengambilan data
yaitu kuisioner, wawancara, diskusi, mengidentifikasi masalah dan kebutuhan.
Tahapan kerja pendekatan sistem yaitu melakukan analisis kebutuhan para
stakeholder. Adapun stakeholder yang diikutkan dalam analisis ini yaitu
manajemen PT. Perkebunan Nusantara II Sei Semayang dan masyarakat setempat.
Masing-masing stakeholder mempunyai kebutuhan tersendiri terhadap sistem.
Pihak manajemen PT. Perkebunan Nusantara II Sei Semayang membutuhkan
pengolahan bahan yang secara efektif, faktor produksi seperti kualitas tenaga kerja
dan dan mesin-mesin alat produksi, informasi penting mengenai produksi yang

Universitas Sumatera Utara

bersumber dari riset pengembangan Pabrik gula sekitar yaitu Kuala Madu,
produksi yang tinggi dan keuntungan yang besar. Kerja sama antar perkebunan
tebu milik pabrik atau kebuna milik orang lain harus terjalin keharmonisan dan

kerjasama yang baik. Sedangkan masyarakat sekitar membutuhkan lapangan
pekerjaan dan pembangunan infrastruktur bagi desa mereka.
Tahapan selanjutnya adalah menyatakan ruang lingkup permasalahan yang
terjadi di dalam sistem. Adapun ruang lingkup permasalahan tersebut adalah:
1. Perkembangan kota
Lokasi Pabrik Gula Sei Semayang berada dikawasan yang berbatasan
langsung dengan kota Medan. Di lokasi pabrik terdapat tanah yang sangat luas
dan nyaman untuk dijadikan pemukiman rumah warga. Karena di daerah
sekitar pabrik nyaman ditempati maka para pekerja atau karyawan banyak
yang tinggal menetap di sekitar pabrik.
2. Kualitas tenaga kerja
Usia dominan dari para pekerja sistem berada pada usia 36 hingga 50 tahun.
Diatas usia 50 hingga 60 tahun adalah Usia sudah hampir tidak produktif lagi
dalam sistem sehingga keterbatasan tenaga menjadi permasalahan sistem.
Sedikitnya usia produktif yang bekerja pada sistem merupakan bukti bahwa
bekerja pada pabrik gula menjadi suatu hal yang kurang menarik. Hal ini
muncul karena masyarakat yang produktif lebih tertarik bekerja di luar sistem
seperti di perkotaan yang memiliki banyak pilihan pekerja yang dirasa dapat
meningkatkan taraf hidup.


Universitas Sumatera Utara

3. Kondisi Cuaca
Cuaca merupakan faktor produksi yang sering kali dianggap sebagai kendala
dalam kegiatan produksi. Kegiatan produksi sangat berpengaruh terhadap
faktor ini. Terhambatnya kegiatan produksi sering kali disebabkan oleh cuaca
hujan. Jika cuaca hujan, para pekerja tidak dapat melakukan kegiatan
produksi. Karena berjalannya proses produksi yang disebabkan cuaca hujan
maka upah para karyawan akan berkurang karena tidak ada uang masuk
tambahan.
4. Kondisi Iklim
Tanaman tebu menghendaki daerah yang beriklim panas dan sedang (daerah
tropis dan subtropis). Unsur iklim yang semakin sulit diprediksi adalah curah
hujan. Alat yang digunakan untuk menghitung curah hujan masih dilakukan
dengan sederhana karena hanya menggunakan gelas ukur dan dicatat secara
manual. Minimnya alat untuk menghitung curah hujan membuat prediksi yang
dilakukan seringkali gagal.
5. Sinar Matahari
Radiasi sinar matari sang at diperlukan oleh tanaman tebu untuk pertumbuhan
dan terutama untuk proses fotosintesis yang menghasilkan gula. Jumlah curah

hujan dan penyebarannya di suatu daerah akan menentukan besarnya intesitas
radiasi sinar matahari. Cuaca berawan pada siang maupun malam hari bisa
menghambat pembentukan gula. Pada siang hari, cuaca berawan menghambat
fotosintesis sedangkan pada malam hari menyebabkan naiknya suhu yang bisa
mengurangi akumulasi gula karena meningkatnya proses pernafasan.

Universitas Sumatera Utara

Tahapan terakhir adalah identifikasi sistem dengan mengevaluasi beberapa
aspek yang dianggap cukup penting yaitu aspek lingkungan dan sosio-teknik.
Aspek lingkungan mengevaluasi tentang daya dukung lingkungan, sedangkan
aspek sosio teknik yaitu mengevaluasi tingkat kemudahan pekerja dalam
melakukan pekerjaan.
Hasil identifikasi sistem diinterpretasikan ke dalam diagram kotak gelap
(blackbox diagram) yang terdiri dari input lingkungan, input terkendali dan tidak
terkendali, output terkendali dan tidak terkendali, parameter rancangan sistem,
pengendalian sistem dan pengawasan pengolahan gula.
Hasil analisis identifikasi sistem pengolahan gula diharapkan berguna bagi
pihak manajemen sebagai informasi dan bahan masukan dalam proses
pengambilan keputusan dalam menjaga produktivitas.


Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Negeri Lama pada tanggal 07 Agustus 1986 dari ayah
H. Mursium, MPd dan ibu Hj. Nurainun. Penulis merupakan putra ketiga dari
enam bersaudara.
Tahun 2004 penulis lulus dari SMU Negeri 1 bilah hilir Labuhan Batu dan
lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara melalui jalur Panduan Minat dan
Prestasi (PMP-USU). Penulis memilih program studi Teknik Pertanian,
Departemen Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah mengikuti kegiatan
organisasi IMATETA (Ikatan Mahasiswa Teknik Pertanian) dan ATM
(Agriculture Technology Moslem). Pada tahun 2008, penulis melaksanakan PKL
(Praktek Kerja Lapangan) di Pabrik Kelapa sawit PT. Bahari Dwikencana Lestari,
Kuala simpang Nanggroe Aceh Darussalam.

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian ini.
Adapun judul dari usulan penelitian ini adalah “Identifikasi Sistem
Pengolahan Gula di Pabrik Gula Sei Semayang PT. Perkebunan Nusantara
II”, yang disusun sebagai salah satu syarat untuk dapat mengajukan Proposal
Penelitian di Pabrik Gula Sei Semayang PT. Perkebunan Nusantar II.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Achwil Putra Munir, STP, M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak
Ir. Syammaun Usman, M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang telah
banyak memberikan saran dan arahan sehangga penulis dapat menyusun usulan
penelitian ini dengan baik.
Penulis menyadari bahwa usulan penelitian ini belum sempurna, untuk itu,
penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan
usulan penelitian ini.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih. Semoga usulan penelitian
ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Medan, Januari 2010
Penulis


Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI
ABSTRACT .................................................................................................... v
RINGKASAN ................................................................................................. vi
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ x
KATA PENGANTAR .................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvi
PENDAHULUAN
Latar Belakang ................................................................................................
Tujuan Penelitian ............................................................................................
Penggunaan Penelitian ....................................................................................
Batasan Penelitian ...........................................................................................

1
3
4
4

TINJAUAN LITERATUR
Sejarah Tebu ...................................................................................................
Tebu
.......................................................................................................
Proteksi Tanaman Gula ...................................................................................
Pengolhan Tebu Menjadi Gula ........................................................................
Bahan Dasar Pembuatan Gula .........................................................................
Stasiun Penerimaan .........................................................................................
Stasiun Penggilingan .......................................................................................
Stasiun Pemurnian ..........................................................................................
Stasiun Penguapan ..........................................................................................
Stasiun Masakan .............................................................................................
Stasiun Putaran ...............................................................................................
Pendekatan Sistem ..........................................................................................
Metodologi Sistem ..........................................................................................
Analisis Kebutuhan ..........................................................................................
Identifikasi Sistem ...........................................................................................
Formulasi Masalah...........................................................................................

5
6
6
9
10
11
11
12
12
13
13
14
16
17
18
19

METODOLOGI PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian .........................................................................
Alat dan Bahan ...............................................................................................
Alat
..............................................................................................
Bahan ..............................................................................................
Metode Penelitian ...........................................................................................
Prosedur Penelitian .........................................................................................

21
21
21
21
22
22

HASIL DAN PEMBAHASAN
Struktur Organisasi ..........................................................................................
Produktivitas Pabrik Gula ................................................................................
Kebutuhan Sistem Pengolahan Gula .................................................................
Identifikasi Permasalahan Sistem .....................................................................
Evaluasi Aspek ..............................................................................................

23
24
26
28
30

Universitas Sumatera Utara

Aspek Lingkungan ........................................................................................... 30
Aspek sosio-teknik ........................................................................................... 31
Penyusunan diagram kotak hitam ..................................................................... 34
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................
Kesimpulan
.............................................................................................. 38
Saran
.............................................................................................. 39
DAFTAR FUSTAKA ..................................................................................... 40
LAMPIRAN
.............................................................................................. 42

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR

1. Diagram kotak gelap ................................................................................... 18
2. Grafik Ha tebu giling produksi gula ............................................................ 24
3. Grafik ton tebu/Ha produksi gula ................................................................ 25
4. Grafik ton tebu giling produksi gula ............................................................ 25
5. Grafik Rendemen ........................................................................................ 26
6. Frekuensi usia para pekerja pabrik gula ....................................................... 32
7. Frekuensi pendidikan pekerja pabrik gula .................................................... 33
8. Frekuensi standart operasional pekerja ......................................................... 33
9. Diagram kotak hitam sistem pengolahan gula .............................................. 37

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL

1. Uraian komponen sistem ............................................................................. 20
2. Hasil produksi gula pabrik gula sei semayang ............................................. 24
3. Analisis kebutuhan para stakeholder ........................................................... 28

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN

1. Struktur organisasi perusahaan .................................................................... 42
2. Bagan alir penelitian ................................................................................... 43
3. Laporan manajemen tenaga kerja pabrik gula .............................................. 44
4. Karakteristik pekerja pabrik gula ................................................................. 46
5. Karakteristik teknik kerja pekerja pabrik gula ............................................. 48

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
KHAIRUL RIZAL: Identifikasi Sistem Pengolahan Gula di Pabrik Gula Sei
Semayang PT. Perkebunan Nusantara II. Di bimbing oleh ACHWIL PUTRA
MUNIR dan SYAMMAUN USMAN.
Kebutuhan gula hingga saat ini belum dapat dipenuhi oleh produksi dalam
negeri. Hal ini disebabkan karena kurangnya pabrik-pabrik gula serta keterbatasan
produksi pabrik-pabrik gula yang ada, dan dilain pihak kebutuhan masyarakat
akan gula meningkat pesat. Oleh sebab itu penyimpanan gula cukup penting
dalam memenuhi kebutuhan masyarakat akan gula. Tujuan dari penelitian ini
adalah menganalisis sistem pengolahan gula di Pabrik Gula Sei Semayang PT.
Perkebunan Nusantara II (Persero) dan faktor-faktor dominan yang tarjadi dan
dibutuhkan oleh seluruh stakeholder. Metode penelitian ini dilakukan dengan
pendekatan sistem dengan menggunakan beberapa metode pengambilan data yaitu
quisioner, wawancara, dan diskusi terhadap lingkungan pabrik. Dalam pendekatan
sistem, identifikasi sistem pengolahan gula dilakukan dengan evaluasi aspek yaitu
aspek lingkungan dan aspek sosio-teknik. Aspek lingkungan mengevaluasi
tentang daya dukung lingkungan, sedangkan aspek sosio teknik yaitu
mengevaluasi tingkat kemudahan pekerja dalam melakukan pekerjaan.
Kata kunci: pengolahan gula, produksi, identifikasi sistem.

ABSTRACT
KHAIRUL RIZAL: Identification of Sugar Processing system at Sei
Semayang Sugar Factory PT. Perkebunan Nusantara II. Supervised
by ACHWIL PUTRA MUNIR and SYAMMAUN USMAN.
Based on the fact our domestic sugarance industries haven’t meet the
demand of overall needs of sugar, our goverment shall of anticipate the
increasing amount of sugar demand within the society. This issue occurred
because the lack of sugar factory and limited sugar production has because one of
the most social issues howadays, in order to fulfill the demand of sugar in society.
The purpose of this research was to analize the can sugarance system at PT.
Perkebunan Nusantara II (persero) Sei Semayang Estate and the dominant factor
whish happened and needed by all stakeholder. The reseach was done by system
approach using sereal methods of data collecting, such as quitionaire, interview,
and discussion for environmental condition. In this system, identification of
sugarance system was through aspect such as environment aspect was on
environmental support. While the socio-tecnik evaluates the efficiency of
employees in doing there job.
Keyword: sugar processing, production, system identification

Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pabrik gula di Jawa didirikan pertama kali pada tahun 1637. Hal ini
bermula sejak seorang penduduk diberi ijin untuk memproduksi gula dengan caracara mendekati persyaratan perusahaan besar. Peristiwa ini menandai pula mulai
dikenalnya cara pengusahaan tebu dalam bentuk usaha perkebunan di Indonesia.
Pada mulanya persekutuan dagang Belanda yakni VOC (Verenigde Oost Indische
Compagnie) yang berdiri pada tahun 1602, tidak mencampuri urusan partanian
dan industri gula.
Satu fakta teramat penting tentang gula belakangan ini adalah harganya
yang melambung terus. Hal ini tentu saja menjadi penyumbang kesulitan ekonomi
kebanyakan rakyat yang hidup miskin. Kebutuhan gula nasional Indonesia
mencapai 3,3 juta ton pertahun, sementara produksi dalam negeri hanya 1,7 juta
ton atau hanya 51,51 persen dari kebutuhan nasional.
Maka impor adalah hal yang paling masuk akal dilakukan. Indonesia
adalah pengimpor gula nomor dua terbesar di dunia. Celakanya, harga gula impor
selalu saja lebih murah dibandingkan dengan harga produksi dalam negeri.
Produktivitas gula di Indonesia masih rendah, sementaraefisiensi juga lemah
karena biaya produksi lebih tinggi dari negara-negara lain.
Salah satu tanaman penghasil gula adalah tebu, meskipun terdapat
tanaman lain yang dapat menghasilkan gula, seperti pohon aren yang biasanya
diolah menjadi gula merah dan ada juga yang berasal dari pohon kelapa atau
sering disebut juga sebagai gula jawa.

Universitas Sumatera Utara

Gula yang dihasilkan dari tanaman aren ataupun dari tanaman kelapa
disebut juga gula merah. Dimana gula ini berwarna merah dan jika dilarutkan ke
dalam air akan sangat mempengaruhi warna air sehingga hanya sesuai digunakan
untuk bahan campuran untuk produk-produk makanan tertentu saja.
Gula yang dihasilkan dari tebu biasa juga disebut dengan gula putih atau
juga gula pasir karena berbentuk butiran-butiran kristal putih. Gula ini cocok
digunakan

untuk

campuran

berbagai

produk

makanan

olahan

karena

mempengaruhi warna dari bahan tersebut.
Untuk memenuhi kebutuhan gula ini maka perlu ditingkatkan produksi
gula nasional sehingga dapat menekan angka impor gula nasional. Pabrik gula
yang ada dibawah pengawasan PTPN II sendiri ada 2 (dua) yaitu Pabrik Gula
Kuala Madu dan Pabrik Gula Sei Semayang. Bahan dasar pembuatan gula kedua
pabrik ini adalah tanaman tebu dengan klasifikasi sebagai berikut:
Kingdome

: Plantae

Divisio

: Spermathophyta

Sub Divisio

: Angiospermae

Class

: Monocotyledone

Ordo

: Glumiflorae

Famili

: Graminae

Genus

: saccharum

Spesies

: Saccharum Officinarum L.
Tanaman tebu jenis saccharum officinarum L ini mempunyai sosok yang

tinggi, tegak dan lurus, tidak bercabang dan dapat mencapai ketinggian 3 hingga 5
m atau lebih. Kulit batangnya keras dan mempunyai warna yang beragam, hijau,

Universitas Sumatera Utara

ungu kekuning-kuningan, merah dan kombinasi warna-warna tersebut pada
batangnya terdapat lapisan lilin yang berwarna putih keabu-abuan dan pada
umumnya terdapat pada tanaman tebu yang masih muda. Batang tebu ini beruasruas dan tebu yang baik umumnya mempunyai panjang ruas 10 hingga 30 cm.
Daunnya bersilang ke kiri dan kanan batangnya dan berakat serabut.
Tanaman tebu ini dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis dan sub
tropis yang berada di antara 30 LU hingga 30 LS pada daerah ketinggian 1300
sampai 1300 mdpl. Curah hujan yang cocok adalah 1500 hingga 3000 mm/ tahun
dan suhu optimum pertumbuhannya adalah 24 hingga 30 0C.
Tanaman tebu ini dapat ditanam di tanah vulkanik sampai pada tanah
berpasir, tetapi tebu ini sangat baik ditanam pada tekstur tanah lempung berliat,
lempung berpasir dan lempung berdebu.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengenal dan memahami permasalahanpermasalahan yang dominan dalam pengolahan gula di Pabrik Gula Sei
Semayang. Hasil dari identifikasi diwujudkan dalam bentuk blackbox diagram.
Kegunaan Penelitian
1. Penulis
Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengajukan proposal penelitian di
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
2. Manajemen Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi pihak manajemen sebagai bahan
pertimbangan dan pengawasan pengolahan dalam pengambilan keputusan.

Universitas Sumatera Utara

3. Pihak Lain
Sebagai bahan masukan dan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

Batasan Penelitian
Penelitian sistem pengolahan gula ini dibatasi hanya untuk mengenal dan
memahami sistem tersebut ditinjau dari hasil produksi gula.

Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA

Sejarah Gula

Pada awalnya gula tebu dikenal oleh orang-orang Polinesia, kemudian
menyebar ke India. Pada tahun 510 SM, ketika menguasai India, Raja Darius dari
Persia menemukan ”batang rerumputan yang menghasilkan madu tanpa lebah”.
Seperti halnya pada berbagai penemuan manusia lainnya, keberadaan tebu sangat
dirahasiakan dan dijaga ketat, sedangkan produk olahannya diekspor dan untuk
menghasilkan keuntungan yang sangat besar.
Rahasia tanaman tebu akhirnya terbongkar setelah terjadi ekspansi besarbesaran oleh orang-orang Arab pada abad ketujuh. Ketika mereka menguasai
Persia pada tahun 642 mereka menemukan tanaman tebu yang sedang tumbuh dan
kemudian mempelajari cara pembuatan gula. Selama ekspansi berlanjut mereka
mendirikan pengolahan-pengolahan gula di berbagai daratan lain yang mereka
kuasai, termasuk di Afrika Utara dan Spanyol.
Gula dikenal oleh orang-orang Barat Eropa sebagai hasil dari Perang Salib
pada abad ke-11. Para prajurit yang pulang menceritakan keberadaan ”rempah
baru” yang enak ini. Gula pertama diketahui tercatat di Inggris pada tahun 1099.
Abad-abad berikutnya merupakan periode ekspansi besar-besaran perdagangan
Barat Eropa dengan dunia Timur, termasuk didalamnya adalah impor gula.
Sebagai contoh, dalam sebuah catatan pada tahun 1319 harga gula di London
sebesar ”dua shilling tiap pound”. Nilai ini setara dengan beberapa bulan upah
buruh rata-rata, sehingga dapat dikatakan gula sangatlah mewah pada waktu itu.

Universitas Sumatera Utara

Karena merupakan barang mahal, gula sering kali dianggap sebagi obat.
Banyak petunjuk kesehatan dari abad ke-13 hingga 15 yang merekomendasikan
pemberian gula kepada orang-orang cacat untuk memperkokoh kekuatan mereka.
Secara ekonomi gula sangatlah penting sehingga seluruh kekuatan Eropa
membangun atau berusaha membangun jajahan di pulau-pulau kecil Karibia dan
berbagai pertempuran terjadi untuk menguasai pulau-pulau tersebut. Selanjutnya
tanaman tebu dibudidayakan di berbagai perkebunan besar di kawasan-kawasan
lain di dunia (India, Indonesia, Filipina dan kawasan Pasifik) untuk memenuhi
kebutuhan pasar Eropa dan lokal (Food Info, 2008).

Tebu
Tebu merupakan salah satu sumber energi ”tua” yang dikenal manusia
sekaligus komoditas penting di dunia yang menghasilkan serat, biofuel, pupuk,
selain produk utamanya yaitu gula.
Tebu (Saccharum officinarum Linn) adalah tanaman yang ditanam untuk
bahan baku gula. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis.
Tanaman ini termasuk jenis rumput-rumputan. Umur tanaman sejak ditanam
sampai bisa dipanen mencapai kurang lebih 1 tahun. Di Indonesia tebu banyak
dibudidayakan di pulau Jawa dan Sumatra (KPPBUMN, 2007).

Proteksi Tanaman Tebu
Salah satu faktor penghambat produksi gula adalah adanya serangan hama,
penyakit, dan gulma. Upaya yang tepat pada perlindungan atau proteksi tanaman
dapat menyelamatkan produksi gula kurang lebih 20 persen.

Universitas Sumatera Utara

Hama

Beberapa macam hama yang sering dijumpai pada tanaman tebu adalah
penggerek pucuk, penggerek batang, kutu bulu putih, tikus, uret dan babi hutan.
Uret dan kutu bulu putih merupakan hama utama bagi tanaman tebu di lahan
kering.
Penggerek pucuk, hama ini berupa ulat yang menyerang pucuk tanaman
sehingga mematikan titik tumbuh. Usaha pemberantasannya menggunakan
insektisida carbofuran yang dapat diberikan dengan cara suntikan atau taburan.
Penggerek batang, hama berupa ulat ini merusak ruas-ruas batang tebu
sehingga pada serangan yang parah dapat merobohkan tanaman. Usaha
pengendaliannya dapat dilakukan secara hayati dengan menggunakan parasit
kerawati Tricbograma Spp., dan parasit lalat Diatrae opbaga Striatalis.
Kutu bulu putih, pada daun-daun yang mulai nampak ada kutu bulu putih
segera dipangkas, dimasukkan ke dalam kantong plastik untuk dimusnahkan atau
dibakar. Pada serangan yang sudah luas, pemberantasannya dapat menggunakan
parasit Encarsia flavosculetan atau menggunakan insektisida sistemik misalnya
formation 825 gr/ha atau dimetoat 1000 gram/ha.
Tikus, serangan tikus di daerah-daerah tertentu terjadi hampir setiap tahun,
sehingga kemungkinan kerugian sangat besar. Pada daerah-daerah yang
berbatasan dengan sawah perlu adanya kerjasama dengan petani padi untuk
mengamati adanya serangan tikus pada tanaman padi. Segera setelah panen,
dilakukan gropyokan dan pengasapan pada lubang-lubang persembunyian maupun
pemasangan umpan beracun.

Universitas Sumatera Utara

Penyakit
Beberapa penyakit yang biasa menyerang tanaman tebu antara lain
penyakit mosaik, penyakit pembuluh, luka api (smut), blendok dan pokahbung.
Penyakit mosaik, penyebab penyakit ini adalah virus mosaik. Tanda-tanda
penyakit ini yaitu pada daun terdapat gambaran mosaik berupa garis-garis dan
noda-noda berwarna hijau muda sampai kuning. Penyakit pembuluh, tanaman
yang terserang menampakkan gejala pertumbuhan yang kurang sempurna
terutama tanaman keprasan tampak kerdil. Penyakit blondok, tanda-tanda
serangan penyakit yang disebabkan oleh sejenis bakteri yaitu apabila batang
dibelah tampak pembuluh-pembuluh berwarna kuning tua sampai merah tua.

Gulma
Gangguan gulma dapat menimbulkan kerugian yang cukup besar karena
bisa menyebabkan penurunan bobot tebu. Pengendalian gulma disamping dengan
cara manual ataupun kimiawi menggunakan herbisida, dapat pula dilakukan
secara kultur teknis dengan menciptakan kondisi lingkungan yang dapat menekan
pertumbuhan gulma atau dengan cara mekanis dengan pembajakan dan
penggaruan. Keempat cara tersebut dalam pelaksanaannya dapat dilakukan secara
terpadu. Usaha pengendalian gulma akan dapat memberikan hasil yang baik
apabila pelaksanaannya tepat waktu, cara, alat maupun dosis dan jenis herbisida
yang digunakan (Mubyarto, 1984).

Pengolahan Tebu Menjadi Gula

Universitas Sumatera Utara

Pengolahan tebu menjadi gula berlangsung melalui beberapa tahap yaitu
pemerahan cairan tebu (ekstraksi nira), pembersihan kotoran dari dalam nira,
penguapan dan pemisahan kristal gula. Sebelum sampai ke tahap pengolahan,
didahului dengan tahap panen dan pengangkutan yang merupakan tahap
penyediaan bahan (Mubyarto, 1984).
Setelah tebu ditimbang, tebu seyogianya secepat mungkin diangkut ke
pabrik untuk segera digiling dalam waktu 24 jam. Apabila lebih lama ditahan akan
menurun kualitasnya karena proses inversi terus berjalan atau terjadi penguraian
sukrosa yang akan menurunkan kandungan gulanya. Sebelum digiling tebu
dipotong-potong dalam unit pemotong pendahuluan disebut crushers, pisau
potong rafelaar dan lain-lain untuk kemudian diperah dalam beberapa tahap.
Sistem perah pada umumnya terdiri dari satu unit pra pengolah (crushers, pisau
pemotong, rafelaar, dan lain-lain.), kemudian dikaitkan dengan 4 hingga 6 unit
gilingan. Selain air biasa dapat digunakan air panas untuk air imbibisi di muka
gilingan akhir yang berfungsi memperbaiki ekstraksi gula dari ampas. Sistem
imbibisi yang rasional dapat mengurangi kehilangan gula dari ampas. Nira
perahan gilingan 1 dan 2, ditambah nira yang berasal dari unit pra pengolah
dinamakan nira mentah. Bahan ini diproses lebih lanjut untuk memisahkan gula
dari air dan bagian bukan gula lainnya. Sementara itu nira dari gilingan 3 dan 4
bersama dengan air imbisisi dingin atau panas disirkulasikan kembali dalam unit
operasi perahan.
Untuk membuat gula putih, air kapur diberikan dalam jumlah yang lebih
besar dengan kelebihan air kapur akan membentuk endapan yang tidak larut.
Apabila dipakai asam sulfit melalui SO 2 yang dialirkan ke dalam larutan nira

Universitas Sumatera Utara

mentah, dan kapur yang berlebihan. Prosedur pembuatan gula putih ini disebut
sulfitasi, dimana prosesnya berdasarkan sistem kontiniu. Jika digunakan untuk
menetralkan air kapur yang lebih itu CO 2 atau asam H 2 CO 3 , maka prosedur
pembutan gula putih disebut proses karbonisasi.
Kandungan kapur

yang tinggi di dalam nira encer cenderung

mengakibatkan inkrutasi dalam pan penguapan dan dalam pan pemasakan, yang
menghambat perpindahan panas, sehingga konsumsi uap meningkat. Disamping
itu kandungan kapur yang tinggi mempersukar kristalisasi, pemasakan serta
semakin meningkatnya jumlah molasses, dengan demikian penentuan kandungan
kapur dalam nira encer merupakan analisa yang amat penting dalam rangka
pengawasan produksi gula (Moerdokusumo, 1993).

Bahan Dasar Pembuatan Gula

Ada beberapa bahan dasar yang dapat digunakan sebagai bahan dasar
dalam pembuatan gula. Dalam pembuatan gula pasir digunakan tanaman tebu
sebagai bahan dasarnya. Pada Pabrik Gula Sei semayang dalam memproduksi
gula pasir menggunakan tanaman tebu sebagai bahan dasarnya, yaitu dari genus
saccharum dengan spesies Saccharum officinarum L.

Stasiun Penerimaan

Tebu yang diterima adalah tebu yang layak digiling yaitu cukup umur
antara 11 sampai 12 bulan serta persentase trash maksimal 7%. Bersih dari karas

Universitas Sumatera Utara

(daun kering yang masih menempel pada batang tebu) dan pucuk serta tebu dalam
keadaan segar dan tidak berjamur.
Pohon tebu yang siap panen ditebang kemudian dibersihkan dari klaras
kemudian tebu-tebu tersebut diikat dengan masing-masing ikatan berjumah 25
batang. Tebu-tebu yang sudah diikat diangkut ke pabrik dengan menggunakan
truk dan container.
Tebu-tebu yang diangkut ke pabrik terlebih dahulu ditimbang di bagian
penimbangan. Pada saat masuk tebu beserta truk pembawa tebu ditimbang
beratnya kemudian pada saat truk keluar dari pabrik dengan keadaan kosong truk
tersebut ditimbang kembali, dengan demikian akan didapat jumlah tebu yang
dibawa oleh truk tersebut.
Tebu-tebu tersebut kemudian langsung dimasukkan ke dalam cane feeding
dimana tebu akan diangkut oleh cane carrier untuk diproses. Tebu-tebu tersebut
dimasukkan dengan menggunakan truck tippler atau cane teble dimana kedua alat
ini digerakkan dengan menggunakan sistem elektrik dan sistem hidrolik.

Stasiun Penggilingan
Sebelum tebu-tebu digiling pada stasiun penggilingan, tebu yang telah
ditimbang dimasukkan ke dalam cane feeding lalu dibawa oleh cane carrier,
sebelum digiling tebu-tebu tersebut akan melalui cane leveler dimana tebu-tebu
dipotong oleh cane cutter I, yang terdiri dari 32 mata pisau yang berputar 35003800 rpm akan memotong tebu menjadi ukuran 30 cm. Setelah dipotong dengan
cane cutter I tebu-tebu dipotong kembali pada cane cutter II untuk mendapatkan
potongan-potongan tebu yang lebih kecil (3-5 cm) sehingga luas permukaan

Universitas Sumatera Utara

menjadi lebih luas dan pada saat penggilingan akan didapatkan hasil perasan
berupa nira yang maksimal.

Stasiun Pemurnian
Pada stasiun pemurnian ini bertujuan untuk memisahkan kotoran-kotoran
dalam nira mentah yang terlarut ataupun yang tidak terlarut dengan menghindari
kerusakan sukrosa untuk memperoleh nira jernih. Pada proses pemurnian bahanbahan pembantu yang digunakan yakni phospat, kapur tohor dalam bentuk susu
kapur, belerang dalam bentuk gas (SO 2 ) dan flokulan (Talosep A6-XL).
Penambahan phospat dilakukan jika kadar nira encer kurang dari 300 ppm.
Penambahan phospat pada saat penimbangan nira dimana kapasitas timbangan
adalah 6,5 ton/cycle.

Stasiun Penguapan
Dari stasiun pemurnian maka nira jernih yang dihasilkan dialirkan ke
stasiun penguapan (evaporator). Pada stasiun ini dilakukan penguapan air yang
terdapat di dalam nira jernih encer (±12%) sehingga nira jernih menjadi lebih
pakat yaitu mencapai 62-65 %. Pada stasiun penguapan terdapat empat buah
tangki penguapan dengan suhu yang berbeda-beda. Pada tangki yang pertama dan
kedua adalah 104-105oC pada tangki ketiga pemanasan dilakukan dengan suhu
80-85oC dan pada tangki keempat suhu diturunkan kembali hingga 65-75oC. Suhu
pemanasan yang diatur sedemikian rupa dimaksudkan untuk menghindari
kerusakan gula. Suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan terjadinya reaksi
karamelisasi yang menyebabkan gula membentuk caramel dan berwarna coklat
tua.

Universitas Sumatera Utara

Stasiun Talodura
Dari stasiun penguapan nira kental dengan derajat kekentalan 62-65%
dialirkan ke Stasiun Talodura. Pada stasiun ini dilakukan penambahan susu kapur,
asam phospat dan hasfloc. Penambahan bahan-bahan kimia ini dilakukan pada
tangki reaktor. Penambahan susu kapur dimaksudkan untuk mempertahankan pH
yang masuk dan keluar. Penanbahan asam phospat dan hasfloc bertujuan untuk
mengikat kotoran-kotoran dan mengangkat kotoran-kotoran tersebut sehingga
dapat dipisahkan dari nira jernih. Dari proses ini akan diperoleh nira jernih dan
kotoran-kotoran yang masih mengandung gula hasil pemisahan-pemisahan di
stasiun ini ditampung pada tangki penampung dan dialirkan kembali ke tangki
pemanasan I (Juice heater I) untuk diolah kembali bersama nira mentah.

Stasiun Masakan
Nira kental dari stasiun talodura sebelum dialirkan ke stasiun masakan
terebih

dahulu

dialirkan

ke

tangki

sulfitator.

Pada

tangki

sufitator

dilakukanpenambahan SO 2 sampai pH 5,2-5,6 proses ini dimaksudkan pemucatan
nira dari sulfitator nira kemudian dialirkan ke stasiun masakan.

Stasiun Putaran
Pada stasiun putaran terjadi pemisahan antara kristal-kristal gula dengan
larutannya dari stasiun masakan. Hasil pemisahan akan bertambah baik bila:
-

Kekuatan centrifugal besar (1000-1500 rpm)

-

Waktu putaran menjadi lebih besar, siklus putaran 2-3 menit, pemberian
air siraman 1-5 detik, pemberian steam 5-10 detik.

-

Keadaan gula pasir didalam masakan rata.

Universitas Sumatera Utara

Di Pabrik Gula Sei Semayang terdapat putaran D1 sebanyak 9 unit,
putaran D2 sebanyak 3 unit, putaran B sebanyak 2 unit, putaran A sebanyak 2
unit, putaran AB sebanyak 1 unit dan putaran SHS sebanyak 4 unit.
Setelah dari stasiun putaran maka dilanjutkan dengan pengeringan,
pengepakan, penimbangan dan penggudangan. Tujuan sistem ini adalah mencegah
kerusakan gula sebelum dipasarkan.
(Landherr, 1980).

Pendekatan Sistem
Pendekatan sistem adalah suatu cara untuk menangani suatu masalah.
Pendekatan sistem (system approach) merupakan cara untuk menangani suatu
masalah berdasarkan berpikir kesisteman. Pendekatan sistem terhadap suatu
masalah adalah untuk menangani suatu masalah dengan mempertimbangkan
semua aspek yang terkait dengan masalah itu dan mengkonsentrasikan
perhatiannya kepada interaksi antara aspek-aspek yang terkait dari permasalahan
tersebut. Jadi pendekatan sistem adalah suatu pendekatan pemecahan masalah
yang dilakukan secara menyeluruh (sistematik) (Hariyanto, 2004).
Metode pendekatan sistem merupakan salah satu cara penyelesaian
persoalan yang dimulai dengan dilakukannya identifikasi terhadap adanya
sejumlah kebutuhan-kebutuhan, sehingga dapat menghasilkan suatu operasi dari
sistem yang dianggap efektif (Eriyatno, 2003).
Konsep pengertian sistem sebagai suatu metode ini dikenal dalam
pengertian umum sebagai pendekatan sistem yang merupakan penerapan metode
ilmiah dalam memecahkan suatu masalah. Ada banyak penyebab atas terjadinya
suatu masalah. Jadi pendekatan sistem menyadari adanya kerumitan di dalam

Universitas Sumatera Utara

kebanyakan permasalahan. Misalnya dalam kasus suatu kecelakaan bus masuk
jurang kita tidak bisa menganggap terjadinya kecelakaan akibat bus dijalankan
dengan kecepatan tinggi. Secara singkat dapat dikatakan bahwa banyak manfaat
yang kita peroleh dengan mengambil kesimpulan atau keputusan secara sistematik
ini (Hariyanto, 2004).
Melalui berfikir kesisteman dan pendekatan sistem ini kita akan dapat
melihat permasalahan dengan prespektif yang lebih menyeluruh, yang mencakup
struktur, pola dan proses serta keterkaitan antara komponen-komponen atau
kejadian-kejadian yang ada padanya, jadi tidak hanya kepada kejadian yang
tunggal yang langsung dihadapi. Berdasarkan prespektif yang luas ini kita akan
dapat mengidentifikasi seluruh rangkaian sebab-akibat yang ada dalam
permasalahan tersebut dan menentukan dimana sebaiknya kita harus memulai
tindakan pemecahannya (Hariyanto, 2004).
Beberapa alasan mengapa kita membutuhkan pendekatan sistem dalam
menyelesaikan suatu permasalahan yaitu :
1. Suatu masalah timbul oleh karena lebih dari suatu sebab (situasi)
2. Karena ada berbagai alternatif pemecahan yang potensial yang perlu
dipertimbangkan
3. Setiap pemecahan disamping mendukung tercapainya tujuan yang diinginkan,
juga mempunyai dampak sampingan yang juga harus dipertimbangkan
4. Hasil pemecahan suatu masalah harus dievaluasi baik terhadap pencapaian
tujuan yang diinginkan maupun dampak sampingan yang akan diakibatkannya.
5. Pemecahan suatu masalah bersifat sementara atau tidak langsung karena akan
timbul lagi permasalahan baru (Eriyatno, 2003).

Universitas Sumatera Utara

Metodologi Sistem
Metode untuk penyelesaian persoalan yang dilakukan dengan melalui
pendekatan sistem terdiri dari beberapa tahap proses. Tahap-tahap tersebut
meliputi analisa, rekayasa model, implementasi rancangan, implementasi dan
operasi sistem tersebut. Setiap tahap dalam proses tersebut diikuti oleh suatu
evaluasi berulang untuk mengetahui apakah hasil dari tahap yang telah sesuai
dapat mencakup dengan apa yang diharapkan atau belum. Bila tidak sesuai maka
harus mengulangi kembali tahap tersebut sebelum melanjutkan tahap berikutnya
(Eriyatno, 2003).
Metodologi sistem pada prinsipnya melalui enam tahap analisis sebelum
tahap sintesa (rekayasa), meliputi:
1) Analisa kebutuhan,
2) Identifikasi sistem,
3) Formulasi masalah,
4) Pembentukan alternatif sistem,
5) Determinasi dari realisasi fisik, sosial dan politik,
6) Menentukan kelayakan ekonomi dan finansial.
Langkah 1-6 dilakukan dalam satu kesatuan kerja yang dikenal dengan analisa
sistem (Eriyatno, 2003).
Analisis Kebutuhan
Analisis sistem adalah suatu proses menganalisa sistem dengan sasaran
utama untuk mengembangkan ataupun memodifikasi sistem tersebut. Dengan kata
lain, sistem analisis melibatkan penyelidikan dan desain sistem dalam urutan
untuk mengembangkan sistem akan menjadi lebih baik.

Universitas Sumatera Utara

Analisa kebutuhan merupakan permulaan pengkajian dari suatu sistem.
Analisa kebutuhan selalu menyangkut interaksi antara respon yang timbul dari
seseorang pengambil keputusan (decision maker) terhadap jalannya sistem.
Analisa ini dapat meliputi hasil suatu survei, pendapat seorang ahli, diskusi,
observasi lapangan dan sebagainya (Eriyatno, 2003).
Tahap-tahap dalam analisis sistem meliputi:
1) Mengidentifikasi masalah-masalah dan nilai-nilai komunitas,
2) Menentukan tujuan,
3) Mendefinisikan objektif,
4) Menentukan kriteria,
5) Merancang alternatif aksi untuk mencapai tahap 2 dan 3,
6) Mengevaluasi alternatif aksi, ditinjau dari sisi efektivitas dan biaya,
7) Menguji objektif dan semua asumsi,
8) Mengkaji alternatif-alternatif baru atau melakukan modifikasi atas tahap 5,
9) Menentukan objektif baru atau melakukan modifikasi atas tahap 3, dan
10) Mengulang seluruh tahap hingga solusi memuaskan tercapai, dengan tetap
mempertahankan kriteria, standar, dan nilai
(Khisty dan Lall, 2005).
Bila suatu keputusan dibuktikan dapat berjalan secara kontiniu, pernyataan
tentang berbagai kebutuhan yang sesuai harus memenuhi syarat untuk dibawa
dalam tahap identifikasi sistem.\
Identifikasi Sistem
Identifikasi sistem merupakan suatu mata rantai hubungan antara
pernyataan dari kebutuhan-kebutuhan dengan pernyataan khusus dari masalah

Universitas Sumatera Utara

yang harus dipecahkan untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Yang
penting dalam identifikasi sistem adalah melanjutkan interpretasi diagram lingkar
ke dalam konsep kotak gelap (blackbox) (Eriyatno, 2003).
Identifikasi
menggambarkan

model
perilaku

suatu

sistem dilakukan

terdahulu

dari

sistem

dari
yang

informasi
sedang

yang

berjalan

(past behaviour of the existing system). Melalui berbagai teknik statistik dan
matematik, model diturunkan dimana dicari yang paling cocok (fit) pada data
operasional.

Input Lingkungan

Input tidak terkontrol

Output yang dikehendaki
SISTEM

Input terkontrol

Output yang tidak dikehendaki
Manajemen
Pengendali

Gambar 1. Diagram kotak gelap (Eriyatno, 2003)
Konsep diagram kotak gelap ini diambil dari istilah benda yang digunakan
dalam dunia penerbangan yaitu blackbox. Kotak ini digunakan untuk merekam
segala aktivitas yang terjadi diruang kendali pesawat selama penerbangan
(Soebagyo, 1975).
Masalah kotak hitam berkaitan dengan suatu masalah dimana struktur dari
sistem itu tidak diketahui sehingga perilaku dari sistem itu tidak dapat ditentukan
secara langsung, tetapi harus dilakukan melalui serangkaian percobaan-percobaan
(Gasperz, 1992).

Formulasi Masalah

Universitas Sumatera Utara

Tujuan dari analisis permasalahan adalah untuk mempelajari dan
memahami bidang masalah dengan cukup baik untuk secara menyeluruh
menganalisis masalah, kesempatan dan batasannya. Para pemecah masalah telah
belajar untuk benar-banar memahami sebuah permasalahan sebelum mengajukan
solusi apapun yang mungkin. Masalah tersebut juga harus dianalisis untuk
mencari penyebab dan akibatnya, dan seterusnya sampai penyebab dan akibat
tersebut tidak menghasilkan gejala-gejala masalah lain.
Maksud dari tahap ini untuk mempelajari dan memahami sistem yang ada
dan mengidentifikasi masalah-masalah dan peluang secara lebih spesifik sebagai
lanjutan dari kegiatan tahap studi awal. Pada tahap ini ditentukan pokok-pokok
permasalahan dan peluang yang ditemukan atau dirasakan oleh pihak manajemen
pemakai, tujuan dan pentingnya usaha pengembangan, penentuan ruang lingkup
analisis atau rencana pengembangan lebih lanjut mengenai sistem sekarang
(Jogiyanto, 2001).

Universitas Sumatera Utara

Tabel 1. Uraian komponen sistem
No

KOMPONEN SISTEM

A

INPUT SISTEM

A.1

Input Lingkungan
(Eksogenous)

A.2

A.2.1

URAIAN

1.

2.
Input yang endogen (yang 1.
terkendali dan tidak terkendali)
2.
Input yang terkendali

1.

2.
3.
A.2.2

Input yang tak terkendali

1.
2.
3.

B

OUTPUT SISTEM

B.1

Output yang dikehendaki

1.
2.

B.2

Output yang tak dikehendaki

1.

2.

3.
C

PARAMETER RANCANGAN 1.
2.
SISTEM

3.

D

MANAJEMEN
PENGENDALI

Mempengaruhi sistem, akan tetapi tidak dipengaruhi
sistem
Tergantung pada jenis sistem yang ditelaah.
Merupakan peubah yang sangat perlu bagi sistem untuk
melaksanakan fungsinya yang dikehendaki
Sebagai peubah untuk mengubah kinerja sistem dalam
pengoperasiannya.
Dapat bervariasi selama pengoperasian sistem untuk
mencapai kinerja yang dikehendaki atau untuk
menghasilkan output yang dikehendaki
Perannya sangat penting dalam mengubah kinerja sistem
selama pengoperasian
Dapat meliputi aspek : manusia, bahan, energi, modal
dan informasi.
Tidak cukup penting perannya dalam mengubah kinerja
sistem
Tetapi diperlukan agar sistem dapat berfungsi
Bukan merupakan Input lingkungan (eksogenous) karena
disiapkan oleh perancang.

Merupakan respon sistem terhadap kebutuhan yang telah
ditetapkan (dalam analisis kebutuhan)
Merupakan peubah yang harus dihasilkan oleh sistem
untuk memuaskan kebutuhan yang telah diidentifikasi.
Merupakan hasil sampingan yang tidak dapat
dihindarkan dari sistem yang berfungsi dalam
menghasilkan keluaran yang dikehendaki
Selalu diidentifikasikan dalam tahap identifikasi sistem,
terutama semua pengaruh negatif yang potensial dapat
dihasilkan oleh sistem yang diuji
Sering merupakan kebalikan dari keluaran yang
dikehendaki.
Digunakan untuk menetapkan struktur sistem
Merupakan peubah keputusan penting bagi kemampuan
sistem menghasilkan keluaran yang dikehendaki secara
efisien dalam memenuhi kepuasan bagi kebutuhan yang
ditetapkan
Dalam beberapa kasus kadang-kadang perlu merubah
peubah ini selama pengoperasian sistem untuk membuat
kemampuan sistem bekerja lebih baik dalam keadaan
lingkungan berubah-ubah.
Merupakan faktor pengendalian (kontrol) terhadap
pengoperasian sistem dalam menghasilkan keluaran
yang dikehendaki.

Universitas Sumatera Utara

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Pabrik Gula Sei Semayang PT. Perkebunan
Nusantara II dan dilaksanakan pada bulan Maret hingga bulan April 2009.
Alat dan Bahan
Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah:
1. Alat tulis
2. Komputer
3. Kamera Digital
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah:
1. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari penelitian kerja, baik dari hasil
wawancara, penyebaran kuisioner dan hasil diskusi dengan pihak-pihak yang
berwenang.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak manajemen Pabrik Gula
Sei Semayang PT. Perkebunan Nusantara II.

Universitas Sumatera Utara

Metode Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan pendekatan sistem dengan cara
menggali informasi dan pengetahuan dari pengelola dan pekerja pabrik dalam hal
pengolahan gula, dengan menggunakan beberapa metode pengambilan data yaitu
kuisioner, wawancara, diskusi, mengidentifikasi masalah dan kebutuhan.
Kemudian merumuskannya sebagai bahan penulisan skripsi.
Wawancara dilaksanakan dengan menetapkan pengelola pabrik yang
terkait dengan pertimbangan pengalaman dibidangnya.
Pemilihan responden sosio-teknik dengan purposive sampling terhadap
para pekerja Pabrik Gula Sei Semayang PT. Perkebunan Nusantara II.
Prosedur Penelitian
1. Menentukan pengelola yang berkaitan dengan sistem pengolahan gula
2. Mengidentifikasi masalah-masalah yang terjadi selama memproduksi gula
3. Menentukan ruang lingkup permasalahan yang terjadi pada sistem pengolahan
gula
4. Mengevaluasi, apakah ada hubungan antara aspek lingkungan dan sosialteknik terhadap hasil produksi gula
5. Menyusun diagram kotak hitam (blackbox diagram) sebagai hasil akhir
identifikasi sistem.

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN

Struktur Organisasi
Pabrik Gula Sei Semayang berlokasi di sekitar perkebunan tebu Sei
Semayang dan Pabrik Gu