Optimalisasi Rendemen Gula Melalui Pemanfaatan Teknologi Produksi pada Pabrik Gula Sei Semayang PT Perkebunan Nusantara II (Persero)

(1)

OPTIMALISASI RENDEMEN GULA MELALUI PEMANFAATAN TEKNOLOGI PRODUKSI PADA PABRIK GULA SEI SEMAYANG

PT PERKEBUNAN NUSANTARA II (PERSERO)

GELADIKARYA

Oleh : AZHARUDDIN NIM : 097007010

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(2)

PERSETUJUAN GELADIKARYA

Judul Geladikarya : Optimalisasi Rendemen Gula Melalui Pemanfaatan Teknologi Produksi pada Pabrik Gula Sei Semayang PT Perkebunan Nusantara II (Persero)

Nama : Azharuddin

NIM : 097007010

Program Studi : Magister Manajemen

Menyetujui : Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga, M. Eng Ketua

Prof. Dr. Ir. Darwin Sitompul, M. Eng Anggota

Ketua Program Studi Direktur Sekolah Pascasarjana


(3)

RINGKASAN EKSEKUTIF

Optimalisasi rendemen gula penting dilaksanakan untuk meningkatkan hasil produksi pengolahan gula. Adanya pembelian mesin baru dan perbaikan mesin lama di Pabrik Gula Sei Semayang (PGSS) PT Perkebunan Nusantara II (Persero) mulai tahun 2010 hingga akhir tahun 2012 sebesar Rp. 40 Miliar yang diharapkan meningkatkan rendemen gula dari 5,53% di tahun 2009, menjadi 6,7% pada tahun 2013, tidak sesuai dengan target perusahaan yaitu sebesar minimal tingkat rendemen gula adalah 7%, maka permasalahan yang akan dicari pemecahannya melalui penelitian geladi karya ini ialah rendahnya tingkat rendemen yang dicapai oleh mesin-mesin produksi.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya capaian rendemen dalam pemanfaatan mesin-mesin produksi dan mengetahui pengaruh pemanfaatan teknologi produksi serta mengidentifikasi faktor yang paling dominan yang dapat mempengaruhi optimalisasi rendemen gula. Tujuan lainnya adalah merumuskan kebijakan untuk peningkatan efektifitas pemanfaatan teknologi baru yang digunakan dalam proses produksi dalam upaya peningkatan atau optimalisasi rendemen gula.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasional. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan atau berkorelasi dengan satu atau lebih faktor lain berdasarkan koefisien korelasi. Pengumpulan data melalui wawancara, kuesioner kepada 60 (enam puluh) karyawan, dan studi dokumentasi.

Analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferential. Hasil penelitian menunjukkan faktor technoware,

humanware, infoware, dan organware memberikan pengaruh secara signifikan terhadap optimalissi rendemen gula di PGSS, sebesar 71,3% terhadap optimalisasi rendemen gula, sedangkan 28,7% dipengaruhi faktor lain yang tidak diteliti pada penelitian ini. Faktor technoware merupakan faktor yang paling kuat mempengruhi optimalisasi rendemen gula di PGSS sebesar 36,40%. Hal ini menunjukkan mesin dan peralatan yang baik dan terintegrasi menjadi faktor penting dalam optimalisasi rendemen gula. Kebijakan perusahaan agar memperhatikan integrasi teknologi di setiap stasiun produksinya.


(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa geladikarya yang berjudul:

“OPTIMALISASI RENDEMEN GULA MELALUI PEMANFAATAN

TEKNOLOGI PRODUKSI PADA PABRIK GULA SEI SEMAYANG PT PERKEBUNAN NUSANTARA II (PERSERO)”

adalah benar hasil karya sendiri yang belum pernah dipublikasikan. Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan dengan jelas.

Medan, Juni 2014 Yang Membuat Pernyataan


(5)

RIWAYAT HIDUP

Azharuddin lahir di Medan, tanggal 23 Maret 1982, anak ketiga dari tiga bersaudara dari orang tua pasangan Bapak Drs. H. Hisbullah Hamid dan Ibu Dra. Hj. Halawani. Menikah dengan Siti Rahmananda Nst. S.Farm pada tahun 2011 dan memiliki anak Al Fatih Azda Natanegara pada tahun 2012.

Riwayat Pendidikan

SD/MI Negeri Filial Medan Sunggal, Medan Tamat Tahun 1994 SMP/MTsS Pon. Pes. Nurul Hakim Tembung, Deli Serdang Tamat Tahun 1997

SMA/MA Negeri I Medan Tamat Tahun 2000

Program Studi Arsitektur Pertamanan/Lansekap Jurusan Budidaya Pertanian

Institut Pertanian Bogor Tamat Tahun 2005

Riwayat Pekerjaan

Sekretaris Yayasan dan Guru di YP. Al Azhar Medan Sunggal 2005-Sekarang Konsultan Agronomi dan Arsitektur Lansekap 2005-Sekarang Wirausaha/Direktur CV. Aznet Tani Teknikindo 2008-Sekarang


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis kehadirat Allah S.W.T. atas berkat dan rahmat-Nya,

penulis dapat menyelesaikan Geladikarya ini dengan judul: “Optimalisasi

Rendemen Gula Melalui Pemanfaatan Teknologi Produksi pada Pabrik Gula Sei

Semayang PT Perkebunan Nusantara II (Persero)”.

Geladikarya ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam meraih Gelar Magister Manajemen sesuai dengan kurikulum Program Studi Magister Manajemen Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara Medan.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc (CTM), SpA(K) sebagai Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Darwin Sitompul, M.Eng selaku Ketua Program Studi Magister Manajemen Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai Anggota Komisi Pembimbing.

4. Bapak Dr. Ir. Nazaruddin, MT selaku Sekretaris Program Studi Magister Manajemen Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga, M. Eng selaku Ketua Komisi Pembimbing.

6. Para Bapak dan Ibu Dosen yang mengajar di Magister Manajemen Universitas Sumatera Utara.

7. Bapak Ir. M. Agus Hasan, BSc selaku Manajer Pabrik Gula Sei Semayang, Bapak John Elvis A, ST selaku Pembimbing Lapangan Mahasiswa Penelitian sekaligus Asisten Putaran di Pabrik Gula Sei Semayang, beserta seluruh staf dan karyawan Pabrik Gula Sei Semayang dan Kantor Direksi PT Perkebunan Nusantara II.

8. Para staf di sekretariat akademik Magister Manajemen Universitas Sumatera Utara.


(7)

9. Buya Drs. H. Hisbullah Hamid dan Ummi Almarhumah Dra. Hj. Halawani sebagai Orang Tua penulis, istri penulis Siti Rahmananda Nst, S. Farm, anak penulis Al Fatih Azda Natanegara dan seluruh Keluarga yang selalu mendoakan dan mendukung penulis.

Penulis mengucapkan terimakasih atas bantuan yang diberikan sehingga Geladikarya ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Penulis menyadari keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki sehingga geladikarya ini masih belum sempurna. Saran-saran yang telah diberikan maupun kritik dari semua pihak sangat berguna dalam penyusunan Geladikarya ini, sehingga dapat mencapai sasaran dan manfaat bagi yang memerlukannya.

Medan, Juni 2014


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN ... i

RINGKASAN EKSEKUTIF ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN…… ...…………. 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Hasil Penelitian ... 4

1.5 Batasan dan Ruang Lingkup Penelitian ... 4

BAB II LANDASAN TEORI ... 6

2.1 Optimalisasi ... 6

2.2 Rendemen Gula ... 6

2.3 Pemanfaatan Teknologi Produksi ... 8

2.4 Pengolahan Tebu dan Raw Sugar menjadi Gula ... 10

2.4.1 Pemanenan dan Pengumpulan Tebu ………. 11

2.4.2 Penggilingan Tebu (Stasiun Gilingan) ………... 12

2.4.3 Pemurnian Nira (Stasiun Pemurnian) ……… ... 12

2.4.4 Penguapan Nira (Stasiun Penguapan) ……… 13

2.4.5 Kristalisasi (Stasiun Masakan) ……….. 13

2.4.6 Pemisahan (Stasiun Putaran) ……… 13

2.4.7 Penyelesaian (Pengeringan dan Pengemasan) ………….. 13

2.5 Faktor-Faktor yang Dapat Mempengaruhi Optimalisasi Rendemen Gula ……….. 14


(9)

2.5.1 Technoware ... 16

2.5.1.1 Penimbangan Bahan Baku ………. 19

2.5.1.2 Penggilingan ……….. 19

2.5.1.3 Pemurnian ……….. 20

2.5.1.4 Penguapan ……….. 21

2.5.1.5 Kristalisasi ……….. 21

2.5.1.6 Putaran ………... 21

2.5.1.7 Pengeringan, Pendinginan dan Pengemasan ….. 22

2.5.1.8 Produk ……… 23

2.5.2 Humanware ...….. 23

2.5.3 Infoware ... 25

2.5.4 Organware ... 27

2.6 Penelitian Terdahulu ... 28

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS ... 30

3.1 Kerangka Konseptual ... 30

3.2 Hipotesis ... 35

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 36

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 36

4.2 Jenis Penelitian ... 32

4.3 Populasi dan Sampel ... 37

4.4 Jenis dan Sumber Data ... 38

4.5 Teknik Pengumpulan Data ... 38

4.6 Analisis Data ... 39

4.6.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 39

4.6.2 Analisis Statistik Inferential ... 42

4.6.2.1 Uji Validitas ………... 43

4.6.2.2 Uji Reliabilitas ……… 43

4.6.2.3 Uji Normalitas ... 44

4.6.2.4 Uji Regresi Linier Berganda ... 44

4.6.2.4.1 Uji F Secara Simultan Serempak (Uji-F) ... 45


(10)

4.6.2.4.2 Uji t Secara Parsial (Uji-t) ……….. 45

4.6.2.4.3 Uji Determinasi R2 ……… 46

4.6.2.4.4 Persamaan Regresi ……… 46

BAB V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 47

5.1 Pabrik Gula Sei Semayang ... 40

5.2 Technoware/Perangkat Teknik ... 52

5.3 Humanware/Perangkat Manusia ... 61

5.4 Infoware/Perangkat Informasi ... 62

5.5 Organware/Perusahaan Organisasi ... 63

BAB VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 64

6.1 Analisis Statisitik Deskriptif ... 64

6.1.1 Variabel Technoware ... 64

6.1.2 Variabel Humanware ... 69

6.1.3 Variabel Infoware ... 71

6.1.4 Variabel Organware ... 72

6.1.5 Variabel Optimalisasi Rendemen Gula ... 74

6.2 Analisis Statisitik Inferential ... 75

6.2.1 Hasil Uji Validitas ... 76

6.2.2 Hasil Uji Reliabilitas ... 77

6.2.3 Uji Normalitas ………... 77

6.2.4 Hasil Regresi Linier Berganda ... 78

6.2.4.1 Uji F Secara Simultan ... 78

6.2.4.2 Uji t Secara Parsial ... 79

6.2.4.3 Hasil Uji Determinasi R2 ... 81

6.2.4.5 Persamaan Regresi ………... 82

6.3 Pembahasan ………... 82

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 76

7.1 Kesimpulan ... 84

7.2 Saran ... 85


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1 Tingkat Rendemen di Pabrik Gula Sei Semayang Tahun

2008-2013 …….. ... 2

Tabel 2.1 Parameter Kinerja Stasiun Penimbangan Bahan Baku ... 19

Tabel 2.2 Parameter Kinerja Stasiun Penggilingan ... 20

Tabel 2.3 Parameter Kinerja Stasiun Pemurnian ... 20

Tabel 2.4 Parameter Kinerja Stasiun Penguapan... 21

Tabel 2.5 Parameter Kinerja Stasiun Kristalisasi ... 21

Tabel 2.6 Parameter Kinerja Stasiun Putaran ... 22

Tabel 2.7 Parameter Kinerja Stasiun Pengeringan, Pendinginan dan Penyaringan ... 22

Tabel 2.8 Parameter Kinerja Produk ... 23

Tabel 3.1 Penilaian Pengaruh Optimalisasi Teknologi Faktor Technoware,Humanware,Infoware dan Organware ... 32

Tabel 5.1 Data Investasi PGSS Tahun 2010-2013 ... 59

Tabel 6.1 Hasil Kinerja Stasiun Penimbangan Bahan Baku di PGSS ... 64

Tabel 6.2 Parameter Kinerja Stasiun Penggilingan di PGSS ... 65

Tabel 6.3 Hasil Kinerja Stasiun Pemurnian di PGSS ... 65

Tabel 6.4 Hasil Kinerja Stasiun Penguapan di PGSS ... 65

Tabel 6.5 Hasil Kinerja Stasiun Kristalisasi di PGSS ... 66

Tabel 6.6 Hasil Kinerja Stasiun Putaran di PGSS ... 66

Tabel 6.7 Hasil Kinerja Stasiun Pengeringan, Pendinginan, dan Penyaringan di PGSS Pemurnian di PGSS ... 66

Tabel 6.8 Hasil Kinerja Stasiun Penggilingan di PGSS ... 67

Tabel 6.9 Distribusi Technoware yang Mempengaruhi Optimalisasi Rendemen Gula ... 68

Tabel 6.10 Kategori Technoware ... 69

Tabel 6.11 Distribusi Humanware yang Mempengaruhi Optimalisasi Rendemen Gula ... 69


(12)

Tabel 6.12 Kategori Humanware ... 70

Tabel 6.13 Distribusi Infoware yang Mempengaruhi Optimalisasi Rendemen Gula ... 71

Tabel 6.14 Kategori Infoware ... 72

Tabel 6.15 Distribusi Organware yang Mempengaruhi Optimalisasi Rendemen Gula ... 72

Tabel 6.16 Kategori Organware ... 73

Tabel 6.17 Kategori Pemanfaatan Teknologi Produksi ... 74

Tabel 6.18 Distribusi Optimalisasi Rendemen Gula ... 75

Tabel 6.19 Kategori Optimalisasi Rendemen Gula ... 75

Tabel 6.20 Hasil Uji Validitas Item Quesioner ... 76

Tabel 6.21 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Penelitian ... 77

Tabel 6.22 Hasil Uji Normalitas Data Penelitian ... 78

Tabel 6.23 Hasil Uji-F Secara Simultan ... 79

Tabel 6.24 Hasil Uji-t Secara Parsial... 79

Tabel 6.25 Hasil Uji Determinasi R2 ... 81


(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 5.1 Pabrik Gula Sei Semayang PTPN II (Persero) ... 49

Gambar 5.2 Alat Berat membantu Penempatan Tebu yang akan digiling ... 52

Gambar 5.3 Tebu diangkat ke Tempat Penggilingan dengan Cane Handling 54

Gambar 5.4 Tebu yang dikumpulkan di Halaman Pabrik . ... 55

Gambar 5.5 Stasiun Masakan ... 56

Gambar 5.6 Mesin LGF (Low Grade Fugal). ... 57

Gambar 5.7 Pengemasan Gula ... 58

Gambar 5.8 Bagan Proses Pembuatan Gula di PGSS ... 58

Gambar 5.9 Mesin Lama dan Baru High Grade Fugal di Stasiun Putaran... 60

Gambar 5.10 Peralatan Monitoring di Stasiun Gilingan.. ... 62

Gambar 5.11 Spanduk Motto di PGSS . ... 63


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Kuesioner ... i

Lampiran 2 Master Data Penelitian ... v

Lampiran 3 Hasil Pengolahan Data ... vi


(15)

RINGKASAN EKSEKUTIF

Optimalisasi rendemen gula penting dilaksanakan untuk meningkatkan hasil produksi pengolahan gula. Adanya pembelian mesin baru dan perbaikan mesin lama di Pabrik Gula Sei Semayang (PGSS) PT Perkebunan Nusantara II (Persero) mulai tahun 2010 hingga akhir tahun 2012 sebesar Rp. 40 Miliar yang diharapkan meningkatkan rendemen gula dari 5,53% di tahun 2009, menjadi 6,7% pada tahun 2013, tidak sesuai dengan target perusahaan yaitu sebesar minimal tingkat rendemen gula adalah 7%, maka permasalahan yang akan dicari pemecahannya melalui penelitian geladi karya ini ialah rendahnya tingkat rendemen yang dicapai oleh mesin-mesin produksi.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya capaian rendemen dalam pemanfaatan mesin-mesin produksi dan mengetahui pengaruh pemanfaatan teknologi produksi serta mengidentifikasi faktor yang paling dominan yang dapat mempengaruhi optimalisasi rendemen gula. Tujuan lainnya adalah merumuskan kebijakan untuk peningkatan efektifitas pemanfaatan teknologi baru yang digunakan dalam proses produksi dalam upaya peningkatan atau optimalisasi rendemen gula.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasional. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan atau berkorelasi dengan satu atau lebih faktor lain berdasarkan koefisien korelasi. Pengumpulan data melalui wawancara, kuesioner kepada 60 (enam puluh) karyawan, dan studi dokumentasi.

Analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferential. Hasil penelitian menunjukkan faktor technoware,

humanware, infoware, dan organware memberikan pengaruh secara signifikan terhadap optimalissi rendemen gula di PGSS, sebesar 71,3% terhadap optimalisasi rendemen gula, sedangkan 28,7% dipengaruhi faktor lain yang tidak diteliti pada penelitian ini. Faktor technoware merupakan faktor yang paling kuat mempengruhi optimalisasi rendemen gula di PGSS sebesar 36,40%. Hal ini menunjukkan mesin dan peralatan yang baik dan terintegrasi menjadi faktor penting dalam optimalisasi rendemen gula. Kebijakan perusahaan agar memperhatikan integrasi teknologi di setiap stasiun produksinya.


(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kapasitas produksi gula untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di Indonesia di masa ini tergolong masih rendah. Kementerian Pertanian bahkan merevisi target produksi gula Indonesia di tahun 2014. Jika sebelumnya pemerintah mematok target produksi gula di tahun 2014 mencapai 5,7 juta ton, namun melihat kondisi di lapangan, kementerian pertanian hanya berani mematok target produksi gula di tahun 2014 sebesar 3,1 juta ton (agroindonesia.co.id, 2012).

Penurunan target produksi gula tersebut antara lain dipicu oleh sulitnya mendapatkan lahan baru untuk perluasan perkebunan tebu. Untuk mencapai target produksi sebesar 5,7 juta ton, dibutuhkan lahan tebu baru seluas 350.000 hektar. Namun kenyataannya, program ekstensifikasi tersebut tidak berjalan mulus. Lahan yang diperlukan belum juga bisa diperoleh.

Menurut Ketua Umum Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI), Soemitro Samadikun, salah satu permasalahan yang dihadapi dalam industri gula di Indonesia adalah rendahnya rendemen tebu. Saat ini, kebanyakan pabrik gula di dalam negeri hanya mampu mengolah tebu dengan tingkat rendemen sekitar 7%.

Di beberapa negara lain, tingkat rendemennya sudah di atas 10%, Bahkan, sebagian diantaranya, seperti Brasil, Kuba dan sejumlah negara produsen gula utama di dunia, kebanyakan pabrik gulanya sudah bisa mencapai rendemen sekitar 14%. Dengan tingkat rendemen 7%, Indonesia mampu memproduksi gula sekitar 2,4 juta ton. Jika saja rendemen bisa ditingkatkan lagi, misalnya menjadi minimal 10%, maka produksi gula Indonesia bisa mencapai sekitar 3,5 juta ton. Apalagi jika rendemen bisa mencapai angka 14%, maka target swasembada gula akan bisa diraih (agroindonesia.co.id, 2012).

PT Perkebunan Nusantara II (Persero) yang berkantor pusat di Tanjung Morawa Sumatera Utara memiliki Pabrik Gula Sei Semayang yang terletak di


(17)

Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Menurut Direktur Utama PTPN II Tanjung Morawa Ir. Bhatara Muda Nasution, produktivitas tebu PTPN II diharapkan naik menjadi 85-87 ton per hektar dari realisasi 2011 hanya 79,94 ton per hektar. Rendemen tebu juga diharapkan bertambah menjadi 7% di tahun 2013 dari rendemen 2011 sebesar 6,38% (agroindonesia.co.id, 2012).

Dari paparan ini terlihat jelas bahwa PT Perkebunan Nusantara II (Persero) tepatnya pada Pabrik Gula Sei Semayang menghadapi masalah yaitu rendahnya pencapaian rendemen (www.kpbptn.co.id, 2012). Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan langsung di Pabrik Gula Sei Semayang (PGSS) ini, diketahui bahwa pada tahun 2010 PGSS tidak melakukan pengolahan gula karena alat banyak yang mengalami kerusakan.

Dengan adanya perbaikan mesin lama dan penambahan mesin baru yang dimulai tahun 2010, terjadi peningkatan rendemen dimana sebelumnya pada tahun 2009 rendemen yang diperoleh adalah 5,53%, setelah dilakukan perbaikan mesin lama dan penambahan mesin baru, rendemen tahun 2011 menjadi 6,38%. Dan naik menjadi 6,70% di tahun 2013, Namun target perusahaan minimal 7% belum terpenuhi.

Dari data diperoleh terdinya kenaikan rendemen dari tahun ke tahun seperti terlihat pada tabel 1.1.

Tabel 1.1 Tingkat Rendemen di Pabrik Gula Sei Semayang Tahun 2008 – 2013

No. Tahun Tingkat Rendemen (%)

1 2008 6,29

2 2009 5,53

3 2010 Tidak berproduksi

4 2011 6,38

5 2012 6,50

6 2013 6,70

Pabrik gula ini membukukan pembelian mesin baru dan perbaikan mesin lama sebesar Rp. 40 Miliar pada tahun 2012. Adapun yang dilakukan PT


(18)

Perkebunan Nusantara II (persero) dalam mentransformasi cara pemakaian mesin baru dan cara memperbaiki atau pemasangannya adalah dengan melibatkan karyawan PTPN II (Persero) bersama perusahaan penjual barang tersebut dalam instalasi/pemasangan dan diskusi perabaikan mesin baru tersebut.

Untuk menaikkan produksi gula, di dua pabrik gula PTPN II (Pesero) ini, pihak manajemen mengganggarkan dana untuk pembelian mesin baru, disamping pengadaan mesin-mesin baru pihak manajemen juga menganggarkan dana untuk perbaikan beberapa mesin lama pabrik dengan investasi sekitar Rp. 200 Miliar dalam beberapa tahunnya, yang digunakan untuk membeli/memperbaiki mesin-mesin penunjang untuk menghasilkan gula yang baik dan diharapkan bisa meningkatkan rendemen gula yang dihasilkan.

Dengan adanya investasi untuk perbaikan mesin lama dan pembelian mesin baru, diharapkan dapat meningkatkan kapasitas rendeman gula. Namun meskipun perusahaan telah menambah dan memperbaiki mesin produksinya namun hasil yang didapat belum sesuai dengan target.

Karenanya perlu dikaji apakah sudah di optimalkan pemanfaatan teknologi baru dengan adanya mesin-mesin baru itu di pabrik gula ini. Sehubungan dengan rencana dan kebijakan investasi tersebut, perlu diteliti seberapa efektif masing masing fasilitas yang telah tersedia dan mesin-mesin yang akan di adakan akan termanfaatkan dalam mendongkrak atau meningkatkan rendemen gula untuk mendekati tingkat yang seharusnya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka diketahui meskipun sejak tahun 2010 perusahaan telah mengeluarkan dana yang besar untuk perbaikan mesin lama dan pembelian mesin baru, capaian rendemen dari kemanfaatan mesin-mesin produksi tersebut tidak sesuai dengan harapan. Peningkatan rendemen pada tahun 2013 menjadi 6,7% tidak sesuai dengan target perusahaan yaitu sebesar minimal tingkat rendemen gula adalah 7%, maka permasalahan yang akan dicari pemecahannya melalui penelitian geladi karya ini ialah rendahnya tingkat rendemen yang di capai oleh mesin-mesin produksi.


(19)

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan maka penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan:

a. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya capaian rendemen dalam pemanfaatan mesin-mesin produksi dan mengetahui pengaruh pemanfaatan teknologi produksi serta mengidentifikasi faktor yang paling dominan yang dapat mempengaruhi optimalisasi rendemen gula. b. Merumuskan kebijakan untuk peningkatan efektifitas pemanfaatan teknologi

baru yang digunakan dalam proses produksi dalam upaya peningkatan atau optimalisasi rendemen gula.

1.4 Manfaat Hasil Penelitian a. Bagi penulis :

Menambah wawasan dalam mengaplikasikan pendekatan optimalisasi teknologi baru dan optimalisasi teknologi produksi di Pabrik Gula Sei Semayang PT Perkebunan Nusantara II (Persero).

b. Bagi program Magister Manajemen (MM) USU :

Sebagai bahan referensi penelitian lebih lanjut yang terkait dengan masalah faktor yang mempengaruhi dalam optimalisasi teknologi baru pada suatu pabrik.

c. Bagi PT Perkebunan Nusantara II (Persero) :

Penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan masukan dalam membuat kebijaksanaan untuk memecahkan masalah tingkat optiomalisasi atau efektivitas perbaikan dan pembelian mesin teknologi produksi untuk meningkatkan rendemen gula.

1.5 Batasan dan Ruang Lingkup Penelitian

Batasan penelitian yang dilakukan di Pabrik Gula Sei Semayang (PGSS) adalah dalam proses produksi pengolahan tebu dan raw sugar dalam menghasilkan gula, dimana penelitian ini dilaksanakan setelah adanya perbaikan


(20)

dan pembelian mesin baru yang dimulai pada tahun 2010 setelah PGSS tidak beroperasi di tahun 2010 karena alat produksi yang tidak mendukung. Data yang digunakan adalah data dari tahun 2010 sampai tahun 2014, dipilihnya PGSS ini karena permasalahan di Pabrik Gula yang lain di Sumatera Utara relatif sama, yaitu dalam hal meningkatkan rendemen dengan cara perbaikan mesin lama dan pembelian mesin baru.

Ruang lingkup penelitian ini adalah pada proses produksi pengolahan tebu dan raw sugar menjadi gula, dan yang bukan pada proses budidayanya. Selain itu ruang lingkup penelitian ini juga hanya yang berkaitan dengan manajemen teknologi.


(21)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Optimalisasi

Optimalisasi secara umum adalah sebuah proses untuk menghasilkan nilai terbaik, dari beberapa faktor yang tersedia. Dalam matematika dan ilmu komputer optimasi atau optimalisasi mengacu pada pemilihan elemen terbaik dari beberapa set alternatif yang tersedia. Dalam kasus yang paling sederhana, ini berarti memecahkan masalah-masalah untuk meminimalkan atau memaksimalkan fungsi dengan sistematis dengan memilih nilai-nilai variabel integer atau real dari dalam set yang diperbolehkan. Secara umum, pengertian optimalisasi adalah

pencarian nilai “terbaik dari yang tersedia” dari beberapa fungsi yang diberikan pada suatu konteks.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bahwa optimalisasi berasal dari kata optimal artinya terbaik atau tertinggi. Mengoptimalkan berarti menjadikan paling baik atau paling tinggi. Sedangkan optimalisasi adalah proses mengoptimalkan sesuatu, dengan kata lain proses menjadikan sesuatu menjadi paling baik atau paling tinggi (1990:682). Jadi, optimalisasi adalah suatu proses mengoptimalkan sesuatu atau proses menjadikan sesuatu menjadi paling baik. 2.2 Rendemen Gula

Rendemen gula adalah tingkat persentase akhir produksi gula yang dihasilkan, dibandingkan dengan tebu ataupun raw sugar awal yang di produksi. Rendemen gula sangat penting dalam produksi gula ini, semakin tinggi rendemennya maka semakin baik produksinya. Rendemen gula dihasilkan dari rendemen tebu dan proses pengolahannya menjadi gula.

Di beberapa negara lain, tingkat rendemennya sudah di atas 10%, Bahkan, di beberapa negara, seperti Brasil, Kuba dan sejumlah negara produsen gula utama di dunia, kebanyakan pabrik gulanya sudah bisa mencapai rendemen sekitar 14%. (www.agroindonesia.co.id, 2012). Dengan tingkat rendemen 7%,


(22)

Indonesia mampu memproduksi gula sekitar 2,4 juta ton. Jika saja rendemen bisa ditingkatkan lagi, misalnya menjadi minimal 10%, maka produksi gula Indonesia bisa mencapai sekitar 3,5 juta ton. Apalagi jika rendemen bisa mencapai angka 14%, maka target swasembada gula akan bisa diraih.

Diantara faktor yang mempengaruhi tingkat rendemen gula yang dihasilkan adalah kadar gula (sukrosa) pada tanaman tebu, proses panen dan pasca panen tebu, hingga pengolahannya sampai menghasilkan gula. Pada pengolahan tebu maupun raw sugar menjadi gula siap konsumsi, diperlukan teknologi produksi yang tepat sehingga menghasilkan rendemen gula yang optimal, yang dapat mengoptimalkan keuntungan bagi perusahaan.

Menurut literatur lain rendemen gula disebut juga dengan istilah rendemen tebu. Dimana rendemen tebu adalah kadar kandungan gula didalam batang tebu yang dinyatakan dengan persen. Bila dikatakan rendemen tebu 10 %, artinya ialah bahwa dari 100 kg tebu yang digilingkan di Pabrik Gula akan diperoleh gula sebanyak 10 kg. (www.kppbumn.depkeu.go.id, 2013). Ada 3 macam rendemen, yaitu: rendemen contoh, rendemen sementara, dan rendemen efektif. Penjelasan ketiga rendemen tersebut adalah sebagai berikut:

1 Rendemen Contoh

Rendemen ini merupakan contoh yang dipakai untuk mengetahui apakah suatu kebun tebu sudah mencapai masak optimal atau belum. Dengan kata lain rendemen contoh adalah untuk mengetahui gambaran suatu kebun tebu berapa tingkat rendemen yang sudah ada sehingga dapat diketahui kapan kapan saat tebang yang tepat dan kapan tanaman tebu mencapai tingkat rendemen yang memadai.

Rumus : Nilai nira x Faktor rendemen = Rendemen . 2 Rendemen Sementara

Perhitungan ini dilaksanakan untuk menentukan bagi hasil gula, namun sifatnya masih sementara. Hal ini untuk memenuhi ketentuan yang menginstruksikan agar penentuan bagi hasil gula dilakukan secepatnya setelah


(23)

tebu petani digiling sehingga petani tidak menunggu terlalu lama sampai selesai giling namun diberitahu lewat perhitungan rendemen sementara.

Cara mendapatkan rendemen sementara ini adalah dengan mengambil nira perahan pertama tebu yang digiling untuk dianalisis di laboratorium untuk mengetahui berapa besar rendemen sementara tersebut.

Rumus : Rendemen Sementara = Faktor Rendemen x Nilai Nira.

3 Rendemen Efektif

Rendemen efektif disebut juga rendemen nyata atau rendemen terkoreksi. Rendemen efektif adalah rendemen hasil perhitungan setelah tebu digiling habis dalam jangka waktu tertentu.Perhitungan rendemen efektif ini dapat dilaksanakan dalam jangka waktu 15 hari atau disebut 1 periode giling sehingga apabila pabrik gula mempunyai hari giling 170 hari, maka jumlah periode giling adalah 170/15 = 12 periode. Hal ini berarti terdapat 12 kali rendemen nyata/efektif yang bisa diperhitungkan dan diberitahukan kepada petani tebu.

Tebu yang digiling di suatu pabrik gula jelas hanya sebagian kecil saja yang akan menjadi gula. Kalau 1 kuintal tebu mempunyai rendemen 10 % maka hanya 10 kg gula yang didapat dari 1 kuintal tebu tersebut. Data ini dapat diambil dari bagian laboratorium pabrik yang mendata pada tiap harinya. Data yang digunakan data sekitar tahun 2012 setelah mesin diperbaiki/diperbaharui.

2.3 Pemanfaatan Teknologi Produksi

Dunia usaha saat ini sangat membutuhkan kegiatan manajemen yang baik juga disertai dengan kegiatan engineeringnya dalam menghadapi persaingan global. Hal ini diperkuat dengan kenyataan bahwa keberhasilan suatu unit usaha tidak hanya ditentukan oleh kemampuan merancang sistem usaha untuk menghasilkan keluaran yang mempunyai nilai tambah dan mampu berkompetisi, tetapi ternyata ditentukan pula oleh kemampuan manajerial mengantisipasi lingkungan usaha.

Kemampuan dalam manajemen teknologi semakin diperlukan mengingat lingkungan usaha yang selalu berubah yang pada gilirannya berakibat perlunya


(24)

perubahan-perubahan baik yang berkaitan dengan faktor hardware, software, brainware, organware, maupun infowarenya. Semua ini mendorong kita untuk dapat memahami lebih baik tentang pentingnya peran Manajemen Teknologi.

Menurut Sinulingga, S. (2010) teknologi adalah transformasi pengetahuan ilmiah dalam bentuk aplikasi untuk memecahkan masalah praktis. Dengan perkataan lain teknologi adalah alat manusia untuk mengitervensi proses alamiah untuk tujuan praktis.

Menurut Nazaruddin (2008) teknologi adalah cara dan metode untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Dalam hal ini tidak mungkin hanya dikaitkan dengan perangkat kerasnya saja, tetapi juga dikaitkan dengan teknologi yang berupa perangkat lunak dalam bentuk kemampuan yang tertanam dalam diri manusia, lembaga dan ilmu (body of knowledge), tidak mungkin dibeli melainkan dikembangkan secara sistematik dengan memanfaatkan sumberdaya manusia dan mengacu pada tata nilai dari dalam negeri sendiri.

Konsep manajemen teknologi terus berkembang dan sulit untuk dirumuskan karena sifatnya yang multi disiplin. Menurut Nazaruddin (2008) lingkup manajemen dapat dipandang dari suatu proses manajemen. Dengan kata lain untuk mengurangi risiko dari kompleksitas dan ketidakpastian, perusahaan perlu melakukan perencanaan teknologi, baik perencanaan jangka pendek maupun jangka pandang (Babcock, Daniel L., 1996).

Salah satu rumusan yang dikemukakan oleh task force management technology meneyebutkan bahwa : Manajemen teknologi merupakan disiplin yang menjembatani bidang engineering dan science dengan bidang manajemen yang ditujukan untuk perencanaan (planning), pengembangan (development), dan implementasi (implementation) teknologi dalam rangka pencapaian sasaran strategic dan operasional suatu organisasi.

Dari rumusan tersebut tercermin bahwa :

1. Manajemen Teknologi merupakan jembatan jurang pemisah antara

engineering /science di satu pihak dan manajemen di pihak lain. 2. Ruang lingkup manajemen teknologi meliputi kegiatan :


(25)

b. Transfer data adaptasi teknologi c. Implementasi teknologi

d. Pengembangan teknologi.

Keempat kegiatan tersebut membuat suatu siklus yang terjadi dalam suatu unit organisasi.

Produksi adalah sebuah proses menghasilkan hasil akhir yang lebih memiliki nilai (value added) dari sebelumnya. Teknologi produksi adalah sebuah teknologi yang dibutuhkan untuk menghasilkan output yang optimal. Output yang optimal dapat memaksimalkan keuntungan yang akan diperoleh oleh suatu perusahaan.

Ada 7 (tujuh) stasiun dalam pengolahan pabrik gula, yaitu stasiun pengumpulan tebu dan pencacahan tebu, stasiun penggilingan tebu, stasiun pemurnian, stasiun penguapan, stasiun masakan, stasiun putaran, dan stasiun pengemasan dan penyimpanan. Masing-masing stasiun berkaitan satu dengan lainnya. Adapun proses pengolahan tebu menjadi Gula pada umumnya adalah seperti terlihat pada Gambar 2.1.

2.4 Pengolahan Tebu dan Raw Sugar menjadi Gula

Perbedaan produksi gula dari tebu dan raw sugar ini adalah proses produksi pada raw sugar hanya dimulai dari stasiun masakan, sedangkan tebu di mulai dari proses pemanenan, pengumpulan, penggilingan, pemurnian dan penguapan terlebuh dahulu, selanjutnya prosesnya sama yaitu pemasakan/ kristalisasi, pemisahan di stasiun putaran, dan stasiun penyelesaian akhir pengeringan, penyaringan ukuran, dan pengemasan.

Tujuan dari proses pengolahan di pabrik gula ini adalah untuk mendapatkan produksi gula setinggi mungkin dan mengurangi kehilangan nira sekecil mungkin selama dalam proses produksi. Untuk mendapatkan atau memproduksi gula jadi (siap dipasarkan) dilakukan beberapa tahap pengolahan dimulai dari proses pemanenan tebu dan digiling, sampai proses pengemasan dan penyimpanan gula.


(26)

Proses selengkapnya antara lain : 1) Pemanenan dan Pengumpulan Tebu 2) Penggilingan Tebu (Stasiun Gilingan) 3) Pemurnian Nira (Stasiun Pemurnian) 4) Penguapan Nira (Stasiun Penguapan) 5) Kristalisasi (Stasiun Masakan) 6) Pemisahan (Stasiun Putaran)

7) Penyelesaian (Pengeringan dan Pengemasan)

Gambar 1. Diagram Alir Proses Pengolahan Tebu. 2.4.1 Pemanenan dan Pengumpulan Tebu

Tebu yang siap panen, adalah tebu yang berusia 10 sampai 12 bulan, bagian yang diambil adalah batang bawah sedekat mungkin dengan tanah sampai


(27)

pada bagian batang atas, dengan menyisakan 30 cm dibawah batang pucuk tebu tersebut. Tebu yang siap diproses haruslah tebu yang BSM yaitu Bersih, Segar dan Matang/masak/manis. Tingkat toleransi kotoran tebu (daun, sampah, tanah, ujung pucuk tebu) yang akan digiling adalah 5 % dari total bobot tebu yang masuk, dan sebaiknya jarak waktu antara panen tebu sampai proses penggilingannya adalah 24 jam. Selanjutnya tebu yang sudah berada di tempat pengumpulan dibawa dengan truk, sorongan dozer, mapun cane handling ke pencacahan tebu atau stasiun penggilingan tebu.

2.4.2 Penggilingan Tebu (Stasiun Gilingan)

Tujuan dari stasiun gilingan adalah untuk memisahkan nira dari sabut atau ampas dengan hasil nira sebanyak – banyaknya dan kandungan saccarosa

dalam ampas sekecil mungkin. Dalam proses penggilingan ini juga dipakai air imbibisi (air panas dengan suhu tertentu) yang digunakan untuk mengurangi kadar nira yang masih ada dalam ampas. Pada prosesnya tebu dicacah dengan ukuran yang sama, lalu di buka sel kulitnya dengan mesin ini, lalu dibawa untuk digiling dan diperas air niranya.

2.4.3 Pemurnian Nira (Stasiun Pemurnian)

Proses ini menghilangkan kandungan kotoran dan bahan non sugar

dalam nira mentah dengan catatan gula reduksi maupun saccarosa jangan sampai rusak selama perlakuan. Bahan non sugar yang dimaksud adalah :

1. Ion – ion organic yang nantinya menghambat pengkristalan dari saccarosa

2. Koloid yang menyebabkan sukarnya pengendapan serta penyaringan. 3. Zat warna yang mungkin terkandung dalam zat lain yang mungkin juga

terikut seperti tanah dan sisa daun.

Macam – macam proses pemurnian yang dilakukan pabrik gula di Indonesia antara lain adalah:

1. Proses Defekasi 2. Proses Sulfitasi 3. Proses Karbonatasi


(28)

2.4.4 Penguapan Nira (Stasiun Penguapan)

Stasiun penguapan ini ditunjukkan untuk menguapkan air pada nira sampai dicapai tingkat kekentalan sekitar 64 brix sehingga didapat nira kental yang telah berkurang 36 % kandungan airnya.

2.4.5 Kristalisasi (Stasiun Masakan)

Dalam stasiun masakan terhadap nira kental yang terlebih dahulu disulfitasi dengan SO2 untuk pemucatan nira kental. Pengkristalan gula dan nira

kental dengan ukuran 0,9 – 1,1 mm.

2.4.6 Pemisahan (Stasiun Putaran)

Pada tahap pemisahan bertujuan untuk memisahkan atau mengambil kristal – kristal dari larutan masakan dan dari stroop. Pemisahannya dipisahkan dalam LGF (Low Grade Fugal) dan HGF (High Grade Fugal).

2.4.7 Penyelesaian (Pengeringan dan Pengemasan)

Pada stasiun penyelesaian ini dilakukan proses pengeringan gula yang berasal dari stasiun putaran sehingga benar-benar kering. Pengeringan dilakukan dengan penyemprotan uap panas dengan suhu ± 70OC, kemudian didinginkan kembali karena gula tidak tahan pada temperatur yang tinggi. Tujuan pengeringan adalah untuk menghindari kerusakan gula yang disebabkan oleh microorganisme,

agar gula tahan lama selama proses penympanan sebelum disalurkan kepada konsumen.

Setelah kering gula diangkut dengan elevator dan disaring pada saringan

vibrating screen. Gula dengan ukuran standar SHS diangkut dengan sugar conveyor yang diatasnya dipasang magnetic saparator untuk menarik logam (besi) yang melekat pada kristal gula dengan menggunakan alat includit fan. Dari alat pengering ini, gula produksi diangkut dengan elevator menuju saringan vibrating screen, kadar moisture 0.05% dengan duhu 30-500c.

Kristal gula yang diturunkan dari putaran SHS melalui grasshoper conveyor menuju jacob evaporator. Kemudian ditumpahkan ke sugar dryer dan


(29)

cooler untuk dikeringkan karena gula hasil putaran hasil SHS masih basah, selain itu menghindari kerusakan gula oleh jamur agar bisa disimpan lebih lama. Pengeringan dilakukan dengan cara penghembusan udara panas dengan temperatur 75oC. Kemudian gula tersebut diangkat ke saringan gula yang mempunyai dua macam ukuran yang berbeda.

Gula halus dan kasar yang tidak memenuhi standar akan dilebur kembali. Gula yang memenuhi standar akan melewati saringan yang dilengkapi dengan magnet yang berguna untuk menangkap partikel-partikel logam yang mungkin terikat dalam gula. Kemudian gula ditumpahkan ke belt konveyor menuju sugar bin yang dilengkapi suatu mesin pengisi dan penimbang serta alat penjahit karung. Dari sugar bin dikeluarkan gula yang beratnya 50 kg perkantongan yang selanjutnya dengan belt konveyor disimpan kegudang penyimpanan gula.

2.5 Faktor-Faktor yang Dapat Mempengaruhi Optimalisasi Rendemen Gula Menurut Nazaruddin (2008) dalam Manajemen Teknologi, dalam suatu proses transformasi, komponen teknologi yang diperlukan secara simultan. Tidak ada proses transformasi yang dapat dilakukan tanpa salah satu dari komponen tersebut. Keempat komponen dasar tersebut akan dijelaskan berikut ini:

1. Fasilitas rekayasa yang disebut technoware, merupakan object embodied technology. Fasilitas rekayasa mencakup peralatan (tools), perlengkapan (equipment), mesin-mesin (machine), alat pengangkutan (vehicles), dan

infrastructure).

2. Kemampuan insani, yang disebut humanware, merupakan person embodied technology. Kemampuan insani ini mencakup pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), kebijakan (wisdom), kreativitas (creativity), dan pengalaman (experience).

3. Informasi yang disebut infoware, merupakan document-embodied technology. Informasi berkaitan dengan proses (proceses), prosedur (procedures), teknik (techniques), metode (methods), teori (theory), spesifikasi (specifications), pengamatan (observation), dan keterkaitan (relationship).


(30)

4. Organisasi, yang disebut organware, merupakan institution-embodied technology. Organisasi mencakup praktik-praktik manajemen (managements practices), linkages, dan pengaturan organisasional (organizational arrangements).

Dari empat faktor diatas, diketahui cara mengukur tingkat efektifitas pemanfatan teknologi. Dengan pengamatan lapangan dan study literature serta maka akan diketahui faktor apa yang bisa memaksimalkan/mengoptimalkan rendemen gula melalui teknologi produksi dalam pemanfaatan teknologi.

Memadukan empat faktor dalam optimalisasi teknologi, perlu diperhatikan. Untuk menghasilkan rendemen yang tinggi, setiap tahapan produksi harus meminimalkan loses (kehilangan) gula/sukrosa pada tiap tahapannya. Dengan menambah literature Pabrik Gula dari beberapa daerah sebagai perbandingan, diharapkan dapat memberikan saran kepada PGSS sehingga output dan value added yang dihasilkan dapat optimal.

Menurut Tarek Khalel (2000) dalam Management Of Technology, yang jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, Teknologi adalah implementasi praktis dari pengetahuan, sarana yang membantu usaha manusia. Hal umum untuk teknologi adalah dari segi hardware, seperti mesin, komputer, atau gadget elektronik yang sangat canggih. Namun, teknologi juga mencakup lebih banyak dari sekedar mesin. Ada beberapa entitas teknologi selain perangkat keras (hardware), termasuk juga perangkat lunak (software) dan keterampilan manusia. Menurut Zeleny (1986) dalam hal teknologi apapun, terdiri dari tiga hal yang saling ketergantungan, saling menentukan, dan sama pentingnya, hal tersebut adalah

1. Peralatan yaitu struktur fisik dan tata letak logis dari peralatan atau mesin yang akan digunakan untuk melaksanakan tugas-tugas yang diperlukan. 2. Software yaitu pengetahuan tentang bagaimana menggunakan perangkat keras


(31)

3. Brainware : alasan menggunakan teknologi dengan cara tertentu. Atau orang yang menggunakan teknologi tersebut. Dengan cara ini juga dapat disebut sebagai pengetahuan.

Sebuah organisasi dapat dianggap sebagai kendaraan untuk memperkenalkan satu atau beberapa teknologi kepada masyarakat. Tujuannya adalah untuk mencapai serangkaian tujuan. Teknologi yang ada dalam bisnis adalah aset teknologi dari bisnis itu. Aset ini karena itu dapat mencakup

hardware. software, brainware, dan know-how. Mereka merupakan pengetahuan kolektif dan kemampuan teknis dari organisasi, termasuk orang-orangnya, peralatan, dan sistem.

Optimalisasi rendemen gula melalui pemanfaatan teknologi produksi dapat dinilai dari keempat faktor tersebut diatas. Untuk mengetahui tingkat pengaruh masing-masing dari keempat faktor ini maka diperlukan beberapa definisi operasional dan indikator kinerjanya dengan suatu ukuran tertentu.

Penilaian kecanggihan teknologi terhadap dampak optimalisasi suatu produksi membutuhkan pengetahuan yang mendalam mengenai teknik dan spesifikasi performansi yang berkaitan. Kriteria umum yang dapat digunakan sebagai acuan pemilihan pengukuran yang spesifik, perlu ditetapkan untuk melakukan penilaian kecanggihan dari keempat komponen teknologi dari suatu fasilitas transformasi.

2.5.1 Technoware

Menurut Nazaruddin (2008) fasilitas rekayasa yang disebut technoware, merupakan object embodied technology. Fasilitas rekayasa mencakup peralatan (tools), perlengkapan (equipment), mesin-mesin (machine), alat pengangkutan (vehicles), dan infrastructure). Dari keterangan diatas technoware ataupun

hardware ini meliputi alat-alat yang dipakai dalam suatu produksi. Dengan adanya pembelian alat baru dan perbaikan mesin lama di suatu pabrik diharapkan dapat meningkatkan output yang diinginkan.


(32)

Penilaian technoware ini terlihat dari beberapa faktor misalnya: 1. Kompleksitas Operasi (Integrasi Teknologi)

2. Presisi

3. Penanganan Bahan 4. Pengendalian Proses

5. Konstribusi Fasilitas Rekayasa

Maksud dari kompleksitas operasi disini adalah penggunaan/pemakaian mesin baru yang lebih praktis dan mudah digunakan. Juga dapat diartikan sejauh mana keberagaman output suatu alat baru yang dioperasikan, atau dalam bahasa lain, kompleksitas operasi yang dinilai dari beberapa aspek, seperti tingkat keluaran, keragaman produk, keragaman masukan material, temperatur, dan tekanan pada operasi. Dengan adanya beberapa stasiun dalam pengolahan disuatu pabrik gula dengan berbagai mesin dan peralatan di setiap stasiun produksinya, maka diperlukan integrasi/keterkaitan teknologi antar satu mesin dengan mesin lainnya. Jika di satu stasiun memakai mesin lama dan lainnya mesin baru dengan teknologi yang berbeda, maka integrasi teknologi akan sulit terwujud. Begitu juga mesin yang diperbaiki maupun mesin yang baru dibeli juga memiliki integrasi teknologi yang berbeda.

Presisi bisa diartikan tingkat toleransi spesifikasi yang diperbolehkan yang berkaitan dengan dimensi, atribut material, parameter proses, atribut komponen, dan lingkungan operasi. Presisi juga dapat diartikan bahwa dalam penggunaan mesin ini diperlukan tingkat ketepatan yang tinggi dalam pengoperasiannya. Dalam hal GKP (Gula Kristal Putih) sebagai output yang dihasilkan bahan baku hanya diperoleh berasalkan tebu dan raw sugar dan dimensi ukuran gula sudah diatur sesuai standar. Mesin baru ini memiliki tingkat toleransi bahan baku yang akan diolah, dari berbagai bentuk dan dimensi. Begitu juga dengan proses pengolahan dan komponen atribut dan lingkungan operasi yang juga dengan proses yang tetap.

Faktor penilaian technoware lainnya adalah penanganan bahan, dimana mesin baru ataupun mesin lama yang diperbaiki dinilai berdasarkan sifat-sifat


(33)

fisik (status, mampu alir, ukuran unit, konfigurasi geometrik, kekasaran, tingkat korositas, keawetan) dari material yang dipindahkan dan kebutuhan pemindahan (rute, metode, kecepatan periodik) dengan memperhatikan material yang dipindahkan), apakah mesin ini memiliki sifat yang awet dari material yang mudah digunakan, otomatis kecepatannya (dapat disesuaikan dengan bahan yang diolahnya dalam periode waktu tertentu), dan dapat digunakan dibergai metode pengolahan produksi bahan baku, serta dapat digunakan dalam waktu yang lama dan dapat disesuaikan dengan teknologi terbaru. Dalam penanganan bahan disini, dapat diartikan bahwa bahan yang akan digunakan memiliki pengaruh dalam proses produksi selanjutnya, karenanya perlu ditangani dengan baik, jika bahan yang akan diolah terseleksi dengan baik maka hasil yang diharapkan juga output yang akan dihasilkan dapat optimal.

Indikator kinerja lainnya adalah pengendalian proses dimana tingkat dan kesulitan pengendalian pemeriksaan dengan memperhatikan peraturan lingkungan, peraturan keselamatan, tingkat standarisasi, pemantauan kualitas, pemantauan proses sudah ada pada alat baru ini. Dan yang terakhir adalah konstribusi fasilitas rekayasa dimana kontribusi fasilitas rekayasa dalam perencanaan, pembuatan, pengoperasian, dan pemasaran memiliki pengaruh besar terhadap produksinya. Output yang dihasilkan atau yang diproduksi lebih besar, proses produksinya lebih cepat, pengoperasiannya lebih mudah.

Selain kemampuan proses, faktor yang juga memegang peranan penting dalam mendukung kelancaran proses adalah kondisi mesin dan peralatan. Kondisi mesin dan peralatan yang baik akan dapat memperkecil tingkat kerusakan dan dapat menekan jam henti dalam pabrik. Kerusakan mesin dapat diantisipasi dengan mengetahui kekritisan mesin dan peralatan sehingga para pengambil keputusan dapat menyusun jadwal perawatan dan perbaikan secara periodik baik selama masa giling ataupun di luar masa giling. Perhitungan mesin kritis didasarkan pada pendapat para pakar atau pihak yang berkompeten dalam bidang tersebut untuk pembobotan kriteria dan indikatornya serta didukung oleh data yang didapat tentang kerusakan dan jam henti selama masa giling. Identifikasi terhadap titik-titik kritis komponen pendukung proses tersebut menggunakan metode ECR (Equipment Critically Rating).


(34)

Ada beberapa parameter kinerja pada setiap stasiun di pengolahan gula yang ada di Indonesia. Berikut disajikan parameter kinerja agar dapat mengukur tingkat optimalisasi rendemen gula melalui pemanfaatan teknologi produksi di sebuah Pabrik Gula.

2.5.1.1 Penimbangan Bahan Baku

Bahan baku tebu diangkut dari kebun dengan truk, sesampai di pabrik akan ditimbang dan dipindahkan ke lori (kereta pengangkut tebu) menuju meja tebu sebagai tempat dimulainya perlakuan pendahuluan pengolahan kristal gula (Martoharsono, 1997). Menurut Soerjadi (1985) bahan baku tebu dari lori dibawa ke meja tebu dan tebu tersebut akan mengalami perlakuan pendahuluan berupa pengupasan dan pencacahan menjadi fraksi yang lebih kecil. Perlakuan pendahuluan dimaksudkan untuk mempermudah pengeluaran nira saat pemerahan nira di stasiun gilingan.

Tabel 2.1 Parameter Kinerja Stasiun Penimbangan Bahan Baku

PARAMETER STANDAR

SYARAT NILAI Satuan

Tingkat kemasakan tebu 24-40 %

Jumlah bahan pengotor (trash) ≤ 5 %

Kesegaran tebu ≤ 24 jam

Pol tebu ≤ 12 %

Kadar nira tebu ≥ 80 %

Kemurnian nira perahan pertama ≥ 85 %

Sumber: Cahyadi (2005) 2.5.1.2 Penggilingan

Tebu yang bentuknya kecil-kecil tersebut kemudian mengalami penggilingan. Penggilingan ini dimaksudkan untuk mengambil nira mentah dari batang tebu dan memisahkannya dari ampas (Soerjadi, 1985). Menurut Rianggoro dan Daryanto (1984) hasil pemerahan tiap gilingan berbeda, semakin ke balakang semakin kecil hasilnya, karena nira yang terperah sebagian ada pada bagian parensia yang dengan penekanan sedikit saja akan terperah dengan %brix terbesar, sedangkan untuk gilingan selanjutnya yang terperah adalah korteks dan epidermis.


(35)

Tabel 2.2 Parameter Kinerja Stasiun Penggilingan PARAMETER

STANDAR SYARAT

NILAI

Satuan PG.

Kecil

PG. Sedang

PG. Besar

Kadar sabut - 14 -16 %

Tingkat Pencacahan (Preparation

Index) > 90 %

Fibre Loading = 200 g/dm2

Imbibisi % sabut ≥ 200 %

Persentase nira mentah tebu ≥ 100 %

Persentase ekstraksi nira > 96 %

Kapasitas giling ≥ 1500 3000 4500 TCD

Sumber: Cahyadi (2005) 2.5.1.3 Pemurnian

Tujuan pemurnian adalah untuk membuang sebanyak-banyaknya zat bukan gula sehingga diperoleh nira yang jernih dan mengusahakan agar kerusakan gula akibat perlakuan proses pabrikasi minimal (Sartono, 1988). Pemurnian dengan susu kapur dilakukan dalam peti defecator (bejana yang berfungsi untuk mencampurkan susu kapur dengan nira mentah) dengan pH 10.

Sebelum dialirkan ke dalam peti defekator, nira mentah dipanaskan pada suhu 75o. Setelah reaksi akan terbentuk endapan Ca-phospat. Selanjutnya dilakukan pemurnian dengan gas SO2 dalam peti sulfitasi sampai pH 7,2. Hasil reaksi berupa endapan CaSO3 yang akan menyelubungi endapan Ca-phospat sehingga akan menghasilkan endapan yang kompak dan porous sehingga mudah ditapis. Hasil akhir pemurnian nira encer dengan kotorannya melalui metode pengendapan dalam peti pengendap (Rianggoro dan Daryanto, 1984).

Tabel 2.3 Parameter Kinerja Stasiun Pemurnian

PARAMETER STANDAR

SYARAT NILAI Satuan

Turbidity nira ≤ 50 ppm

Kadar CaO dalam nira ≤ 80 ppm

Jumlah bahan pengasingan bukan gula ≤ 14 %

Persentase pol blotong ≤ 2 % ≤ 2 %

Persentase blotong terhadap tebu ≤ 3 % ≤ 3 %


(36)

2.5.1.4 Penguapan

Tujuan dari pengendapan adalah untuk memekatkan nira encer, sehingga diperoleh nira dengan kepekatan yang diharapkan (64°Be) (Martoharsono, 1997). Pada proses penguapan terkadang terjadi adanya pergerakan akibat dari kurang sempurnanya proses pemurnian. Pembersihan secara teratur perlu dilakukan untuk memperbaiki proses (Martoharsono, 1997). Parameter Kinerja Stasiun Penguapan dapat dilihat pada tabel 2.4.

Tabel 2.4 Parameter Kinerja Stasiun Penguapan

PARAMETER STANDAR

SYARAT NILAI Satuan

Tingkat kekentalan nira ≥ 65 % brix

Warna nira kental Kuning

Kecoklatan

Suhu nira jernih ≥ 14 °C

Sumber: Cahyadi (2005) 2.5.1.5 Kristalisasi

Kristalisasi adalah proses peningkatan kejenuhan nira dan pembentukan kristal. Tujuan kristalisasi adalah untuk mendapatkan gula kristal sebanyak mungkin secara mudah, sederhana dan ekonomis. Kristalisasi menghasilkan kristal gula dan tetes dalam bentuk campuran yang dapat dipisahkan di stasiun putaran (Martoharsono, 1997).

Tabel 2.5 Parameter Kinerja Stasiun Kristalisasi

PARAMETER STANDAR

SYARAT NILAI Satuan

Kekentalan masakan - 93-94 %brix

Tingkat kemurnian masakan ≥ 85 %

Purity drop - 10 - 15 %

Kerataan kristal rata

Ukuran kristal - 0.8-1.1 Mm

Sumber: Cahyadi (2005) 2.5.1.6 Putaran

Pemutaran difungsikan untuk memisahkan kristal dengan larutannya (stroop) menggunakan proses sentrifugasi dalam saringan sehingga massa akan


(37)

terlempar. Kristal akan tertahan pada dinding saringan dan cairan akan menembus lubang saringan. Masing-masing masakan diputar dalam alat putaran yang berbeda (Soerjadi, 1985). Parameter kinerja stasiun putaran ada pada tabel 2.6.

Tabel 2.6 Parameter Kinerja Stasiun Putaran

PARAMETER STANDAR

SYARAT NILAI Satuan

Kadar air ≤ 1 % brix ≤ 1 %brix

Warna putih putih

Ukuran kristal - 0.8-1.1 mm - 0.8-1.1 Mm

Sumber: Cahyadi (2005)

2.5.1.7 Pengeringan, Pendinginan dan Pengemasan

Dalam alat pengering dan pendingin gula terdapat penghisap debu gula untuk kemudian ditangkap dan dilebur kembali. Seteleh dingin dan kering, gula disaring untuk memisahkan antara gula halus, gula kasar dan gula produk. Gula halus dan gula kasar akan dilebur kembali sedangkan gula produk akan ditimbang dan dikemas (Sartono, 1988). Pengemasan adalah usaha perlindungan terhadap produk dari segala macam kerusakan dengan menggunakan wadah (Soerjadi, 1985).

Gula produk ditimbang dengan timbangan curah dengan skala yang sudah diatur untuk berat bersihnya, dan langsung masuk ke karung dan dijahit secara otomatis. Selanjutnya gula produk dibawa ke gudang yang memenuhi syarat untuk disimpan dan didistribusikan ke konsumen (Martoharsono, 1997). Adapun parameter kinerja stasiun pengeringan, pendinginan dan penyaringan dapat dilihat pada table 2.7.

Tabel 2.7 Parameter Kinerja Stasiun Pengeringan, Pendinginan dan Penyaringan

PARAMETER STANDAR

SYARAT NILAI Satuan

Kadar air gula sentrifugal ≤ 1 %

Suhu gula sebelum masuk

karung ≤ 40 °C

Berat gula per karung = 50 kg

Kemasan

Karung plastik, inner

bag


(38)

2.5.1.8 Produk

Agar dapat dikonsumsi secara lengsung, gula harus memenuhi syarat SNI gula yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Beberapa parameter penilaian kinerja produk ditampilkan dalam tabel 2.8.

Tabel 2.8 Parameter Kinerja Produk PARAMETER

STANDAR

SYARAT NILAI Satuan

GKP 1 GKP 2 GKP 3

Warna kristal ≥ 70 65 60 % ≥ 70 65 60 %

Warna larutan (ICUMSA), IU ≤ 250 350 450 IU

Besar jenis butir - 0.8-1.2 0.8-1.2

0.8-1.2 % b/b - 0.8-1.2 0.8-1.2 0.8-1.2 % b/b

Susut pengeringan ≤ 0.1 0.15 0.2

mm b/b ≤ 0.1 0.15 0.2 mm b/b

Polarisasi (oZ, 20,oC) ≥ 99.6 99.5 99.4 % b/b

Gula reduksi ≤ 0.1 0.15 0.2 % b/b ≤ 0.1 0.15 0.2 % b/b

Abu kondukiviti ≤ 0.1 0.15 0.2

TCD ≤ 0.1 0.15 0.2 TCD

Zat tidak larut ≤ 5 5 5 derajat ≤ 5 5 5 derajat

Belerang dioksida ≤ 30 30 30 mg/kg

Timbal (Pb) ≤ 2 2 2 mg/kg ≤ 2 2 2 mg/kg

Tembaga (Cu) ≤ 2 2 2 mg/kg ≤ 2 2 2 mg/kg

Arsen (As) ≤ 1 1 1 mg/kg ≤ 1 1 1 mg/kg

Syarat SNI gula oleh pemerintah 2.5.2 Humanware

Kemampuan insani, yang disebut humanware, merupakan person embodied technology. Kemampuan insani ini mencakup pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), kebijakan (wisdom), kreativitas (creativity), dan pengalaman (experience). Indikator kinerja untuk mengukur tingkat peranan

humanware dalam meningkatkan rendemen gula dengan adanya peningkatan teknologi adalah:

1. Kreativitas

2. Orientasi berprestasi 3. Orientasi bekerjasama 4. Orientasi melakukan efisiensi 5. Kedisiplinan


(39)

Kreativitas pada pengguna teknologi sangat dibutuhkan untuk menghasilkan output yang diinginkan. Kreativitas dapat dijelaskan dengan kemampuan seseorang dalam berkreasi yang dinilai berdasarkan berbagai aspek seperti kecerdasan, imajinasi, dan intuisi. Jika karyawan di suatu pabrik memiliki kemauan untuk berkreasi yang tinggi maka akan dihasilkan hasil yang akan lebih baik dari hasil sebelumnya. Tingkat pendidikan pada karyawan juga sangat berpengaruh terhadap kemauan dan keberanian karyawan dalam berinovasi, berimajinasi dan kepemilikan kecerdasan dan intuisi yang baik.

Orientasi berprestasi ini terlihat dari banyaknya keinginan karyawan untuk mencapai target yang diinginkan bahkan melakukan hal yang lebih baik lagi. Ada motivasi untuk berprestasi. Keinginan untuk mencapai prestasi yang dinilai berdasarkan aspek-aspek seperti orientasi keberhasilan, keberanian, sifat kompetitif, dan dinamika.

Orientasi bekerjasama adalah kemampuan bekerjasama, yang dinilai berdasarkan aspek-aspek seperti semangat kelompok, penghargaan atas bantuan orang lain, kepekaan sosial, dan penghargaan atas martabat tenaga kerja. Jika di dalam suatu pabrik terdapat penghargaan bagi kerjasama kelompok, misalnya berupa lomba dan pemberian hadiah maka diharapkan tingkat kekompakan dan tingkat kerjasama dapat di capai.

Indikator penilaian humanware selanjutnya adalah orientasi melakukan efisiensi, efisien mengandung pengertian sebagai penggunaan sumber daya minimal untuk menghasilkan output dengan volume yang diharapkan (hasil yang optimum), menggunakan sumber daya secara bijak dan hemat, pengoperasian dengan sesuai sehingga tidak ada sumber daya yang terbuang. Dalam hal indikator penilaian humanware lainnya yaitu keinginan pengguna teknologi untuk melakukan kerja secara efisien, dinilai berdasarkan aspek-aspek seperti kemauan bekerja keras, kesadaran, dan kemauan menerima tanggung jawab.

Kemampuan menghadapi resiko dengan adanya teknologi baru. Kecendrungan untuk mau menanggung resiko yang dinilai berdasarkan


(40)

aspek-aspek seperti kemauan bereksperimen, kesediaan untuk berubah, dan kemauan untuk mengambil inisiatif yang baik. Karyawan dituntut untuk siap berubah kearah yang lebih baik dengan memiliki kemauan untuk berinisiatif dan bereksperimen mau menggunakan dan mempelajari alat baru tersebut.

Indikator penilaian dalam humanware lainnya adalah kedisiplinan. Misalnya karyawan menghargai waktu dan cenderung menggunakannya sebagai sumber daya yang bernilai, yang terlihat dari berbagai aspek seperti pencapaian sasaran berdasarkan waktu, dan fokus ke masa depan. Karyawan melaksanakan tugasnya sesuaitarget dan waktu yang diinginkan. Menggunakan alat teknologi sesuai petunjuk dan prosedur pemakaiannnya.

2.5.3 Infoware

Informasi yang disebut infoware, merupakan document-embodied technology. Informasi berkaitan dengan proses (proceses), prosedur (procedures), teknik (techniques), metode (methods), teori (theory), spesifikasi (specifications), pengamatan (observation), dan keterkaitan (relationship). Indikator penilaian pada faktor infoware adalah adanya ketersediaan informasi tentang sebuah teknologi baru yang berkaitan tentang :

1. Informasi Pengenalan 2. Informasi Penggambaran 3. Informasi Pemilihan 4. Informasi Penggunaan 5. Informasi Pemahaman 6. Informasi Perbaikan 7. Informasi Penilaian

Informasi Pengenalan, dimana kemampuan informasi teknologi yang baru yang tersedia tersebut, membuat pengenalan suatu produksi, seperti gambar, model dan brosur yang membuat deskripsi dasar dengan jelas dan diperlukan. Sehingga informasi pengenalan yang ada untuk dibeli disesuaikan dengan kebutuhan yang ada. Informasi penggambaran yaitu tingkat kejelasan informasi tentang prinsip dasar di belakang penggunaan dari dan mode operasi yang


(41)

menarik, seperti deskripsi proses dan perlengkapan yang ada di dalam teknologi baru tersebut.

Informasi pemilihan yaitu informasi yang memungkinkan untuk memilih dan memasang fasilitas, contoh spesifikasi tentang perlengkapan, tata letak, diagram alir, spesifikasi bahan mentah, sketsa teknik, blue print teknik, perincian pabrikasi, dan sebagainya yang memang sudah ada di mesin yang baru ini. Informasi penggunaan yaitu cara memakai atau menggunakan teknologi. Informasi yang memungkinkan fasilitas yang ada dapat digunakan secara efektif, contohnya tersedianya prosedur operasi standar, rincian setup perlengkapan, petunjuk keselamatan, prosedur jaminan kualitas, dan prosedur perawatan.

Informasi pemahaman dapat dipahami dimana terdapat informasi yang memungkinkan untuk memperbaiki rancangan dan penggunaan fasilitas, contohnya pengembangan produk dan informasi perbaikan proses umum melalui reserve engineering dan penelitian dan pengembangan. Informasi perbaikan dapat dipahami dimana terdapat informasi yang memungkinkan untuk memperbaiki rancangan dan penggunaan fasilitas, contohnya pengembangan produk dan informasi perbaikan proses umum melalui reserve engineering dan litbang. Informasi penilaian dapat dipahami dimana terdapat informasi kecanggihan teknologi dengan kaitan ke fasilitas yang digunakan untuk tujuan spesifik, contohnya informasi yang komprehensif pada pengembangan terakhir dari perancangan, perbaikan, performansi, dan penggunaan fasilitas.

Pada teknologi proses pengolahan tebu menjadi gula, informasi yang diperlukan adalah :

1. Informasi cara penggunaan alat/mesin baru

2. Informasi cara perawatan rutin/mmemperbaiki mesin/peralatan 3. Informasi SOP (Standard Opersional Prosedure)

4. Informasi hasil yang diharapkan pada tiap stasiun

5. Informasi tahapan dan cara yang akan di lakukan pada setiap stasiun 6. Informasi berbagai hasil produksi pada setiap stasiun


(42)

2.5.4 Organware

Organisasi, yang disebut organware, merupakan institution-embodied technology. Organisasi mencakup praktik-praktik manajemen (managements practices), linkages, dan pengaturan organisasional (organizational arrangements). Adapun indikator untu menentukan faktor organware ini memiliki konstribusi terhadap optimalisasi rendemen gula melalui pemanfaatan teknologi produksi adalah :

1. Efektivitas Kepemimpinan 2. Otonomi Kerja

3. Pengarahan Organisasi 4. Keterlibatan Organisasional 5. Orientasi terhadap Stakeholder 6. Iklim Inovasi

7. Integritas Organisasi

Efektivitas kepemimpinan dapat artikan kemampuan organisasi untuk memotivasi karyawan melalui keputusan yang efektif yang terlihat dalam aspek-aspek sasaran organisasi dan visibilitas manajemen puncak. Otonomi kerja dapat diartikan tingkat kemandirian yang diberikan pada karyawan yang dinilai berdasarkan aspek-aspek pendelegasian tugas, sistem kerja informal, dan usaha-usaha untuk meningkatkan enterpreunership.

Pengarahan organisasi dapat artikan perusahaan yang secara keseluruhan diberi arah seperti terlihat melalui perhatian pada perencanaan, pemikiran strate- gik, umpan balik, dan pengenda- lian kerja yang seksama. Keterlibatan organisasional dapat artikan karyawan dilibatkan dalam organisasi, seperti terlihat pada aspek-aspek kebanggan dalam persahabatan, komunikasi dalam organisasi yang baik, kesempatan untuk berkembang, dan penghargaan pada individu dan kelompok.

Orientasi terhadap stakeholder dapat artikan bahwa organisasi berkomitmen memenuhi harapan dari stakeholder (pelanggan, pemegang saham, karyawan, pemasok, pemerintah, dan masyarakat umum). Iklim Inovasi dalam organisasi, dinilai berdasarkan aspek-aspek seperti penilaian perbandingan


(43)

kinerja, penelitian dan pengembangan yang terarah, perspektif internasional, orientasi teknologi dan kepekaan untuk berubah dalam lingkungan bisnis. Integritas dari tindakan organisasi, yang merupakan kesesuaian antara, rencana atau komitmen dengan tindakan nyata organisasi, yang dapat dinilai dari aspek-aspek seperti pelaksanaan etika bisnis dan penghargaan atas prestasi secara nyata. 2.6 Penelitian Terdahulu

Lohjayanti (2007) meneliti Pengendalian Proses Produksi Gula Kristal di PT Rajawali II Unit Pabrik Gula Jati Tujuh-Majalengka, dengan menggunakan Variabel Independen (Mesin dan Peralatan, Kemampuan Proses, SDM, Manajemen, Faktor eksternal) dan Variabel Devenden untuk Peningkatan Produksi Gula. Alat analisis yang digunakan adalah Metode AHP (Analitical Hierarchy Process) Penyusunan hirarki Sistem Penunjang Keputusan Pengendalian Proses. Nilai kepentingan mesin dan peralatan dilihat dari nilai ECR masing-masing peralatan (model komponen kritis) dan nilai kepentingan kemampuan proses dilihat dari keluaran model kemampuan proses. Sedangkan untuk pembobotan faktor SDM, manajemen, dan eksternal dilakukan oleh pakar yang berkompeten di bidang pergulaan.

Hasil penelitiannya adalah Produksi Gula Kristal Putih dengan menggunakan metode AHP (Analitical Hierarchy Process) didapatkan bahwa faktor yang mempengaruhi terkendalinya suatu proses produksi gula kristal antara lain mesin dan peralatan (0,306), kemampuan proses (0,291), SDM (0,179), manajemen (0,129), dan faktor eksternal (0,095). Kaitan penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah faktor yang menyebabkan rendahnya proses produksi gula di suatu pabrik gula. Dalam hal ini faktor technoware adalah mesin dan peralatan, serta kemampuan proses, faktor humanware adalah SDM, faktor

organware adalah manajemen.

Dari penjelasan tentang landasan teori dan penelitian terdahulu, peneliti memilih 4 (empat) faktor yang diduga mempengaruhi optimalisasi rendemen gula melalui pemanfaatan teknologi produksi pada Pabrik Gula Sei Semayang PT Perkebunan Nusantara II (Persero) yakni technoware, humanware, infoware, dan


(44)

organware. Indikator technoware adalah integrasi teknologi, presisi, penanganan bahan dan pengendalian proses. Indikator humanware adalah kreativitas, orientasi berprestasi, orientasi bekerjasama, dan kedisiplinan. Indikator infoware adalah informasi SOP, informasi penggunaan mesin, dan informasi hasil produksi . Indikator organware adalah efektivitas kepemimpinan, otonomi kerja, dan keterlibatan organisasional.


(45)

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Konseptual

Dalam manajemen teknologi, optimalisasi pemanfaatan teknologi produksi itu tergantung kepada empat faktor yaitu :

1. Technoware yaitu perangkat teknologi

2. Humanware yaitu pemakai/manusia yang menggunakan teknologi 3. Infoware yaitu memproses informasi dari sebuah teknologi

4. Organware yaitu mengorganisasikan teknologi agar sesuai dengan tujuan perusahaan.

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual

Optimalisasi Rendemen

Gula

melalui Pemanfaatan Teknologi Produksi

Technoware

Humanware

Infoware

Organware

- Integrasi Teknologi - Presisi

- Penanganan Bahan - Pengendalian Proses

- Kreativitas

- Orientasi berprestasi - Orientasi bekerjasama - Kedisiplinan

- Informasi SOP

- Informasi Penggunaan Mesin - Informasi Hasil Produksi

- Efektivitas Kepemimpinan - Otonomi Kerja


(46)

Optimalisasi rendemen gula melalui pemanfaatan teknologi produksi dalam penelitian ini dibatasi pada 4 (empat) faktor yaitu technoware, humanware, infoware dan organware. Pada penelitian ini juga terdiri dari variabel independen atau variabel yang mempengaruhi yakni technoware (X1), humanware (X2), infoware (X3), dan organware (X4), serta variabel dependen atau variabel yang

dipengaruhi yakni optimalisasi rendemen (Y).

Keempat variabel tersebut dijabarkan dalam bentuk berbagai dimensi sehingga faktor tersebut dapat diukur dalam bentuk tabel definisi operasional variabel seperti terlihat pada tabel 3.1, tabel 3.2, tabel 3.3, dan tabel 3.4. Diharapkan dengan adanya indikator ataupun dimensi ini dapat diketahui dan dinilai faktor apa yang memiliki konstribusi untuk dapat mengoptimalkan rendemen gula, dan dapat diketahui penyebab tidak tercapainya target rendemen yang ditetapkan. Sehingga kebijakan dalam pencapaian target dapat dihasilkan.

Adanya indikator parameter kinerja pada setiap stasiun di pengolahan gula yang ada di Indonesia juga membantu dalam pengukuran tingkat optimalisasi rendemen gula melalui pemanfaatan teknologi produksi di sebuah Pabrik Gula. Pengukuran dilakukan dengan banchmarking (membandingkan) antara standard yang ada, dengan yang dilakukan di PGSS, terutama hal ini ditambahkan dalam faktor technoware, karena menyangkut peralatan dan mesin. Data yang diambil adalah data dari tahun 2011 sampai tahun 2013, atau setelah adanya pembelian mesin baru dan perbaikan mesin lama, data yang digunakan adalah nilai rata-rata dari gabungan ketiga tahun tersebut.

Untuk mengetahui penilaian pengaruh optimalisasi teknologi faktor

humanware, infoware dan organware dilakukan penelitian dengan menggunakan kuesioner kepada karyawan pimpinan dan karyawan pelaksana saja. Penilaian pengaruh optimalisasi teknologi faktor technoware, humanware, infoware dan organware dapat dilihat pada tabel 3.1.


(47)

Tabel 3.1 Penilaian Pengaruh Optimalisasi Teknologi faktor Technoware, Humanware, Infoware dan Organware.

Penilaian Definisi Operasional Indikator Kinerja

Ukuran

Technoware

Mencakup/ Berkaitan dengan: -Peralatan (tools) -Perlengkapan (equipments) -Mesin-mesin (machine) -Alat Pengangkutan (vehicle) -Infrastruktur Fisik (Physycal Infrastructure)

-Sinkronisasi mesin produksi berpengaruh terhadap

rendemen gula, dimana terdapat teknologi baru dan teknologi lama di tiap stasiun produksi gula. Karena

adanya pembelian mesin baru dan perbaikan mesin lama.

-Integrasi Teknologi -Skala Linkert -Toleransi spesifikasi pengoperasian mesin/alat produksi gula yang

diperbolehkan yang berkaitan dengan dimensi, atribut material, parameter proses, atribut komponen, dan lingkungan operasi dalam produksi gula untuk meningkatkan rendemen.

-Presisi -Skala Linkert

-Penilaian yang meliputi sifat-sifat fisik (Tebu Bersih, Masak/ matang, Segar) yang akan diolah dan dari material yang dipindah kan dan kebutuhan pemindahan (rute, metode, kecepatan periodik) dengan memperhatikan material yang dipindahkan)

-Penanganan Bahan

-Skala Linkert

Pemeliharaan rutin agar sesuai standard. Tingkat dan kesulitan pengendalian pemeriksaan dengan memperhatikan peraturan lingkungan, peraturan keselamatan, tingkat standarisasi, pemantauan kualitas, pemantauan proses.

-Pengendalian Proses

-Skala Linkert


(48)

Humanware Mencakup/ Berkaitan dengan: -pengetahuan (knowledge) -keterampilan (skills) -kebijakan (wisdom) -kreativitas (creativity) -pengalaman (experience) -Kemampuan berkreasi terhadap berbagai proses produksi yang dinilai berdasarkan berbagai aspek seperti kecerdasan, imajinasi, dan intuisi

-Kreativitas -Skala Linkert

-Keinginan untuk mencapai prestasi yang dinilai

berdasarkan aspek-aspek seperti orientasi keberhasilan, keberanian, sifat kompetitif, dan dinamika -Orientasi berprestasi -Skala Linkert -Kemampuan bekerjasama, yang dinilai berdasarkan aspek-aspek seperti semangat kelompok, penghargaan atas bantuan orang lain, kepekaan sosial, dan penghargaan atas martabat tenaga kerja.

-Orientasi bekerjasama

-Skala Linkert

-Penegakan disiplin dengan

Reward and Funishment. Menghargai waktu dan cenderung menggunakannya sebagai sumber daya yang bernilai, yang terlihat dari berbagai aspek seperti pencapaian sasaran berdasarkan waktu, dan fokus ke masa depan

-Kedisiplinan -Skala Linkert

Infoware

Mencakup/ Berkaitan dengan: -

Informasi tentang Standard Operasional Prosedure dalam produksi gula.

Informasi SOP -Skala Linkert Tabel 3.1. Lanjutan


(49)

proses (proceses) -prosedur (procedures) - teknik (techniques) - metode (methods) - teori (theory) -spesifikasi (specifications) - pengamatan (observation) -keterkaitan (relationship) -Informasi yang

memungkinkan fasilitas yang ada dapat digunakan secara efektif, contohnya

tersedianya prosedur operasi standar, rincian setup

perlengkapan, petunjuk kesela- matan, prosedur jaminan kuali- tas, prosedur perawatan, dsb Informasi Penggunaan Mesin -Skala Linkert

Informasi mengenai hasil akhir produksi pada setiap stasiun produksi dan tindakan yang dilalukan selanjutnya.

Informasi Hasil Produksi -Skala Linkert Organware Mencakup/ Berkaitan dengan: -praktik-praktik manajemen (managements practises) -linkage -pengaturan organisasioal (organizational arrangements) -Kemampuan organisasi untuk memotivasi karyawan melalui keputusan yang efektif yang terlihat dalam aspek-aspek sasaran organisasi dan visibilitas manajemen puncak

-Efektivitas Kepemimpinan

-Skala Linkert

-Tingkat kemandirian yang diberikan pada karyawan yang dinilai berdasarkan aspek-aspek pendelegasian tugas, sistem kerja informal, dan usaha-usaha untuk meningkatkan enterpreunership -Otonomi Kerja -Skala Linkert

-Karyawan dilibatkan dalam organisasi, seperti terlihat pada aspek-aspek kebanggan dalam persahabatan,

komunikasi dalam organisasi yang baik, kesempatan untuk berkembang, dan

penghargaan pada individu dan kelompok

-Keterlibatan Organisasional

-Skala Linkert Tabel 3.1. Lanjutan


(50)

3.2 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang diajukan, berdasarkan kerangka konseptual yang dibuat.

Hipotesisnya adalah Technoware (X1), Humanware (X2), Infoware (X3),

dan Organware (X4) mempengaruhi optimalisasi rendemen gula (Y) baik secara

simultan maupun secara parsial.

Berikut ini diuraikan hipotesis dari penelitian yakni

H0 : Secara simultan/bersama-sama variabel bebas Technoware(X1), Humanware

(X2), Infoware (X3), dan Organware (X4) tidak berpengaruh signifikan

terhadap variabel terkait optimalisasi rendemen gula (Y).

Ha : Secara simultan/bersama-sama variabel bebas Technoware(X1), Humanware

(X2), Infoware (X3), dan Organware (X4) berpengaruh signifikan terhadap


(51)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini di lakukan di Pabrik Gula Sei Semayang PT Perkebunan Nusantara II (Persero), Jl. Medan-Binjai km 12,5 km Desa Mulyarejo, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan selama 5 (lima) bulan, dimulai bulan November 2013 hingga bulan Maret 2014.

4.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasional. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan atau berkorelasi dengan satu atau lebih faktor lain berdasarkan koefisien korelasi (Sinulingga, 2011). Penelitian ini digolongkan juga pada penelitian survei yaitu dengan melakukan penyelidikan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala yang ada dan mencari keterangan secara factual untuk mendapatkan kebenaran. Metode survei pada umumnya menggunakan kuesioner yang diisi responden dari objek penelitian yang ditetapkan dengan metode tertentu (Sinulingga, 2011).

Penelitian ini juga termasuk penelitian kualitatif, penelitian kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis. Proses dan makna (perspektif subyek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian.

Perbedaan penelitian kuantitatif dengan penelitian kualitatif adalah penelitian kuantitatif berangkat dari teori menuju data, dan berakhir pada penerimaan atau penolakan terhadap teori, sedangkan dalam penelitian kualitatif


(1)

Reliability Optimalisasi (Y)

Scale: ALL VARIABLES

Cas e Proce ss ing Sum m ary

30 100.0

0 .0

30 100.0

Valid Ex cludeda Total Cases

N %

Listw ise deletion bas ed on all variables in the proc edure. a.

Reliability Statis tics

.802 4

Cronbac h's

A lpha N of Items

Item -Total Statis tics

9.7333 1.582 .555 .781

9.6333 1.413 .609 .757

9.5667 1.289 .685 .717

9.7667 1.564 .631 .749

Optima1 Optima2 Optima3 Optima4

Scale Mean if Item Deleted

Scale Varianc e if Item Deleted

Correc ted Item-Total Correlation

Cronbac h's Alpha if Item


(2)

14

Uji Normalitas NPar Tests

PPlot

One -Sam ple Kolm ogor ov-Sm ir nov Te s t

60 .0000000 1.28311588 .109 .109 -.070 .844 .475 N

Mean

Std. Deviation Normal Parametersa,b

A bs olute Positive Negative Mos t Ex treme

Dif f erences

Kolmogorov-Smirnov Z A sy mp. Sig. (2-tailed)

Unstandardiz ed Residual

Test dis tribution is Normal. a.

Calc ulated f rom data. b.

Model De scription

MOD_1

Unstandardiz ed Res idual None

0 0 No periodicity

Not applied Normal es timated es timated Blom's

Mean rank of tied values Model Name

1 Series or Sequenc e Transf ormation

Non-Seasonal Dif f erenc ing Seas onal Dif f erencing Length of Seasonal Period Standardization

Ty pe Location Scale Distribution

Fractional Rank Estimation Method Rank A ss igned to Ties


(3)

Unstandardized Residual

Cas e Proces s ing Sum m ary

60 0 0 Series or Sequenc e Length

User-Mis sing System-Mis sing Number of Mis sing

V alues in the Plot

Unstandardiz ed Res idual

The cases are unw eighted.

Observed Cum Prob

1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0

Expected Cum P

rob

1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0

Normal P-P Plot of Unstandardized Residual

Observed Cum Prob 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0

De

viat

io

n

fro

m

N

or

m

al

0.10 0.05 0.00 -0.05


(4)

16

Regression

Model Sum m aryb

.844a .713 .692 1.32896

Model 1

R R Square

A djusted R Square

Std. Error of the Estimate Predictors: (Constant), Organw are, Technow are, Humanw are, Inf ow are

a.

Dependent V ariable: Optimalisasi Rendemen Gula b.

ANOV Ab

241.197 4 60.299 34.142 .000a

97.137 55 1.766

338.333 59

Regression Residual Total Model 1

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), Organw are, Technow are, Humanw are, Inf ow are a.

Dependent Variable: Optimalisasi Rendemen Gula b.

Coe fficientsa

-7.394 2.377 -3.111 .003

.996 .148 .573 6.719 .000

.269 .122 .188 2.216 .031

-.599 .246 -.425 -2.440 .018

.872 .226 .677 3.866 .000

(Cons tant) Technow are Humanw are Inf ow are Organw are Model

1

B Std. Error Unstandardiz ed

Coef f icients

Beta Standardized

Coef f icients

t Sig.

Dependent V ariable: Optimalisasi Rendemen Gula a.

Res iduals Statisticsa

10.1063 20.2011 16.1667 2.02190 60 -3.57853 3.69826 .00000 1.28312 60

-2.997 1.995 .000 1.000 60

-2.693 2.783 .000 .966 60

Predicted V alue Residual

Std. Predicted V alue Std. Residual

Minimum Max imum Mean Std. Deviation N

Dependent Variable: Optimalisas i Rendemen Gula a.


(5)

Charts

Regression Standardized Residual

3 2 1 0 -1 -2 -3

Frequency

25

20

15

10

5

0

Histogram

Dependent Variable: Optimalisasi Rendemen Gula

Mean =-7.08E-16 Std. Dev. =0.966

N =60

Regression Standardized Predicted Value

2 1

0 -1

-2 -3

Regressi

on

St

andardi

ze

d

Resi

dual

3 2 1 0 -1 -2 -3

Scatterplot


(6)

18

L

am

p

iran

L

ampi

ra

n 4.

S

truktur O

rga

nisasi

M

AN

AJER

IR. M

. A

G

US H

ASAN, BS

c

K a . Dina s T e k ni k Ir. No pli se m G inting K a . Dina s P eng o la ha n H o ldi na r Arit o na ng , ST K a . L a bo ra to rium / Wa kil M a na g em ent SM M Alf ia n H el m i, B sc K a . Dina s T a ta Usa ha N N

Ass. Boiler J.H. Purba, ST

Ass. Cane Yard/Sipil Ir. Nurhidayatullah Srg

Ass. Gilingan Masril E. Tanjung

Ass. Work Shop N N

Ass. Pemurnian Hamdi M. Hasibuan, ST

Ass. Masakan N N

Ass. Putaran Jhon Elvis A, ST

Ass. Listrik/Power Effendy S. Manaor, ST

Ass. Timbangan N N ….

Ass. Admin./Keu. J.L. Simangunsong, SE

Ass. Penguapan/Sek. SMM Suprianto

Ass. Instrument Roberto Perangin-angin

Ass. Laboratorium Cecilia Y.Sembiring, SP

Ass. Limbah /Lingk .Fatricia E. Marpaung, BA

Ass. Water Treantment N N

Ass. Gdg. Hasil/Matrial N N

Ass. SDM/Umum N N

Universitas

Sumatera