Study Penggolongan Darah A, B, Ab, O Melalui Analisa Secara Biokimiawi Klinis

(1)

STUDY PENGGOLONGAN DARAH A, B, AB, O MELALUI

ANALISA SECARA BIOKIMIAWI KLINIS

SKRIPSI

RIPKA TARIGAN

080822028

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

ii

PERSETUJUAN

Judul : STUDY PENGGOLONGAN DARAH A, B, AB, O

MELALUI ANALISA SECARA BIOKIMIAWI KLINIS

Kategori : SKRIPSI

Nama : RIPKA TARIGAN

Nomor Induk Mahasiswa : 080822028

Program Studi : SARJANA (S1) KIMIA EKSTENSI Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di Medan, Juni 2010

Komisi Pembimbing

Pembimbing II Pembimbing I

Prof.Dr. RA. Harlinah S. P. W, M. Sc Drs. Firman Sebayang, MS NIP 130175778 NIP 195607261985031001

Diketahui/Disetujui oleh

Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,

Dr.Rumondang Bulan Nst, M. S NIP 195408301985032001


(3)

iii

PERNYATAAN

STUDY PENGGOLONGAN DARAH A, B, AB, O MELALUI ANALISA SECARA BIOKIMIAWI KLINIS

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2010

RIPKA TARIGAN 080822028


(4)

iv

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang, dengan limpahan karunia-Nya kertas kajian ini berhasil diselesaikan dalam waktu yang telah ditetapkan.

Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Drs.Firman Sebayang, MS dan Prof. DR.R.A.Harlinah S.P.W, M.Sc selaku dosen pembimbing pada penyelesaian skripsi ini yang telah memberikan panduan dan penuh kepercayaan kepada saya untuk menyempurnakan kajian ini. Panduan ringkas yang padat dan professional yang telah diberikan kepada saya agar penulis dapat menyelesaikan tugas ini. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Ketua dan Sekretaris Departemen DR. Rumondang Bulan Nst, M.S dan Drs. Firman Sebayang, M.S, Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, semua dosen pada Departemen Kimia FMIPA USU, pegawai di FMIPA USU, dan rekan-rekan kuliah. Akhirnya tidak terlupakan kepada kedua orang tua saya Bapak B Tarigan dan Ibu M br Sembiring dan, keluarga, serta sahabat-sahabat yang selama ini telah banyak memberikan bantuan, semangat, dan doa yang saya perlukan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa akan membalasnya.


(5)

v

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian mengenai jenis golongan darah A, B, AB, O dengan jenis reagen yang menunjukkan reaksi aglutinasi hanya golongan darah A, golongan darah B, golongan darah AB, untuk golongan darah O tidak ada terjadi reaksi aglutinasi.

Ini terjadi karena perbedaan monomer dalam membran sel.


(6)

vi

STUDY A, B, AB, O BLOOD GROUP WITH ANALISED CLINIS BIOCHEMISTRY

ABSTRACT

The effect of to kinds of reagens was showing Aglutination reaction only for A blood group, B blood group, AB blood group, were as the O blood group no aglutination reaction. These were caused by the different monomer on the cell membranes.


(7)

vii

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan ii

Pernyataan iii

Penghargaan iv

Abstrak v

Abstract vi

Daftar Isi vii

BAB 1 PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Perumusan Masalah 3

1.3 Pembatasan Masalah 3

1.4 Tujuan Penelitian 4

1.5 Manfaat Penelitian 4

1.6 Metodologi Penelitian 4

1.7 Lokasi Penelitian 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5

2.1 Kegunaan Penentuan Golongan Darah A, B, AB,O 5

2.2 Sifat Umum Darah 5

2.3 Transfusi Darah 7

2.3.1. Manfaat Transfusi Darah 7

2.3.2. Sifat Fisikokimia Darah 9

2.3.3. Sel – Sel Darah 9

2.4 Golongan Darah 11

2.4.1. Sistem Golongan Darah A B O 11

2.4.2. Antibodi Dalam Sistem ABO 14

BAB 3 BAHAN & METODE PENELITIAN 18

3.1. Alat – alat 18

3.2. Bahan 18

3.3. Prosedur Kerja 18

3.4. Skema Prosedur Kerja 19

3.4.1. Skema Cara Pengambilan Sampel dari Vena 19

3.4.2. Skema Prosedur Kerja 20


(8)

viii

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 21

4.1. Jenis Golongan Darah 21

4.1.1. Golongan Darah A 21

4.1.2. Golongan Darah B 21

4.1.3. Golongan Darah AB 22

4.1.4. Golongan Darah O 22

4.2. Pembahasan 23

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 24

5.1. Kesimpulan 24

5.2. Saran 24

DAFTAR PUSTAKA 25


(9)

v

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian mengenai jenis golongan darah A, B, AB, O dengan jenis reagen yang menunjukkan reaksi aglutinasi hanya golongan darah A, golongan darah B, golongan darah AB, untuk golongan darah O tidak ada terjadi reaksi aglutinasi.

Ini terjadi karena perbedaan monomer dalam membran sel.


(10)

vi

STUDY A, B, AB, O BLOOD GROUP WITH ANALISED CLINIS BIOCHEMISTRY

ABSTRACT

The effect of to kinds of reagens was showing Aglutination reaction only for A blood group, B blood group, AB blood group, were as the O blood group no aglutination reaction. These were caused by the different monomer on the cell membranes.


(11)

 

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejarah Perkembangan Golongan Darah

Sejak ratusan tahun yang lalu ahli – ahli telah berpendapat, bahwa penderita – penderita yang kekurangan darah seperti orang – orang yang mengalami perdarahan yang hebat, seperti akibat kecelakaan, peperangan, persalinan atau penyakit –penyakit perdarahan dapat ditolong dengan penambahan darah ke dalam tubuh penderita tersebut.

Mula – mula William Harvey telah melakukan transfusi darah pada penderita kekurangan darah, tetapi banyak menyebabkan kematian dan ada juga yang berhasil secara kebetulan. Juga sudah pernah dicoba memindahkan darah binatang, seperti darah kelinci, darah domba tetapi menyebabkan kematian.

Pernah dikakukan percobaan oleh dokter pribadi Raja Perancis Lwiss ke XIV memberikan darah domba pada orang gila tersebut, karena dia berpendapat dan orang beranggapan pada waktu itu domba bersifat peramah. Tetapi ternyata mengakibatkan kematian, sehingga sejak itu dilarang untuk melakukan pemindahan darah (transfusi darah).

Lalu pada Tahun 1900 Dr.Karl Landsteiner mengumumkan penemuannya tentang golongan darah manusia. Sejak penemuan inilah pemindahan darah (transfusi) darah ini tidak lagi berbahaya, sudah dapat menolong penderita – penderita yang kekurangan darah. Dengan ditemukannya golongan darah oleh Dr.Karl Landsteiner, dapatlah dijelaskan sebab – sebab kematian yang dulu akibat dari transfusi darah. Pada penyelidikannya juga dia dapat menemukan zat – zat yang dapat menghalangi pembekuan darah, sehingga darah yang diambil dari tubuh tidak segera membeku. Selain itu dia menemukan, bahwa dengan penambahan larutan glukosa ke dalam darah dapat memperpanjang hidup


(12)

 

Erythrocyt diluar tubuh manusia. Dengan penemuan, darah sudah dapat disimpan sebelum ditransfusikan kedalam tubuh penderita.

Pada perang dunia ke II, akibat banyaknya korban – korban yang mengalami perdarahan – perdarahan juga memberi kesempatan untuk penyelidikan – penyelidikan sehingga pengetahuan mengenai penyimpanan darah ini dapat dilakukan secara intensif, sehingga transfusi darah dapat ditunjukkan untuk pengobatan – pengobatan dan juga penelitian tentang penggunaan bagian – bagian dari darah.

Juga semakin majunya ilmu pengetahuan mengenai golongan darah ini, semakin banyak digunakan pada bagian – bagian lain, seperti dalam bidang kriminal. Golongan darah dapat juga membantu mencari identitas seseorang, seperti bercak – bercak darah yang ditemukan akibat pembunuhan dapat membantu petugas kepolisian. Dalam menentukan keturunan, golongan darah ini juga dapat membantu, karena golongan darah si anak akan bergantung pada golongan darah kedua orang tuanya.

Dalam kebanyakan pengamatan, pencampuran darah yang berasal dari 2 orang yang berbeda akan menyebabkan timbulnya pengendapan sel – sel darah merah. Peristiwa pengendapan sel tersebut dinamai sebagai aglutinasi. Pengamatan selanjutnya memperlihatkan, bahwa peristiwa ini melibatkan sel darah merah dan bagian cair dari darah, yaitu serum atau plasma.

Penemuan Golongan darah ini dilandasi oleh adanya Interaksi Antigen-Antibodi. Antibodi adalah molekul protein (immunoglobulin) yang memiliki satu atau lebih tempat perlekatan (combining sites) yang disebut paratope. Antigen adalah molekul asing yang mendatangkan suatu respon spesifik dari limfosit.

Sejak tahun 1900 sampai dengan tahun 1962 telah dikenal orang dengan baik, 12 macam system golongan darah, yang penting dalam bidang transfusi darah dan kehamilan. Golongan dimaksud adalah system – system : ABO, MNSs, P, Rhesus, Lutheran, Kell, Lewis, Duffy, Kidd, Ausberger, Xg dan Doombrok. Dan masih ada lagi system – system golongan darah


(13)

 

lainnya seperti Diego, Sutter yang ditemukan pada beberapa ras bangsa saja dan lainnya.

Didalam transfusi darah hanya system ABO yang merupakan golongan terpenting untuk tujuan – tujuan klinis. System golongan darah lainnya dianggap kurang mempunyai arti klinis karena termasuk memiliki antigen – antigen yang lemah, dan antibodynya baru timbul setelah mengalami transfusi yang berulangkali. Dan zat anti-nya biasanya mempunyai suhu optimum reaksi yang rendah ( dibawah 370 C ), sehingga tidak mempunyai arti klinis yang berarti.

ANTIGEN GOLONGAN DARAH

Antigen – antigen golongan darah berada pada permukaan luar kulit sel darah merah. Penelitian para ahli menunjukkan bahwa antigen golongan darah ini merupakan polysaccharida yang komplek dengan berat molekul kira – kira 200.000.

ZAT ANTI / ANTIBODY GOLONGAN DARAH

Zat anti ini termasuk Gol : protein globulin, berada bebas didalam plasma / serum.

1.2 Perumusan Masalah

Bagaimana reaksi yang terjadi pada pemeriksaan golongan darah melalui analisa secara Biokimia Klinis ?

1.3 Pembatasan Masalah

a. Penelitian ini menggunakan sampel yang berasal dari darah manusia dengan jumlah sampel sebanyak 5 sampel setiap masing-masing jenis golongan darah yang berbeda.

b. Bahan sampel yang diambil dewasa, untuk jenis kelamin Gender. c. Pasien harus sehat tidak menderita kelainan darah

d. Volume darah yang dipakai masing-masing kotak 50µl dan reagen yang dipakai masing-masing kotak 50µl.


(14)

 

1.4 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui reaksi yang terjadi pada pemeriksaan Golongan Darah melalui Analisa secara Biokimiawi Klinis.

1.5 Manfaat Penelitian

Untuk memberikan informasi kepada masyarakat mengenai Study penggolongan darah A, B, AB, O melalui analisa secara biokimiawi klinis.

1.6 Metodologi Penelitian

Pemeriksaan Golongan Darah dilakukan dengan metode Gruber – Durham dengan prinsip kerja melalui aglutinasi dari masing-masing reagen yang spesifik untuk setiap golongan darah.

1.7 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Klinik Prodia, Jl. S. Parman No.17 / 223 G Medan. 


(15)

 

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kegunaan Penentuan Golongan Darah A, B, AB, O

Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah.

Informasi tentang golongan darah A, B, O seseorang mutlak diperlukan dalam keadaan yang berhubungan dengan transfusi darah, baik sebagai donor, maupun sebagai resipien. Oleh karena itu, sepatutnya seseorang mengetahui dengan pasti akan golongan darahnya sendiri, yang dapat dilakukannya dengan memeriksakan darahnya ke laboratorium. Golongan darah juga berfungsi sebagai salah satu petanda ( marker ) genetik, yang ikut menjadi bagian dari identitas seseorang.

2.2. Sifat Umum Darah

Secara umum fungsi darah ialah sebagai berikut :

1. Alat transpor makanan, yang diserap dari saluran cerna dan diedarkan ke seluruh tubuh.

2. Alat transpor O2 , yang diambil dari paru-paru atau insang untuk dibawa ke seluruh tubuh.

3. Alat transpor bahan buangan dari jaringan ke alat-alat ekskresi seperti paru-paru (gas), ginjal dan kulit (bahan terlarut dalam air) dan hati untuk diteruskan ke empedu dan saluran cerna sebagai tinja (untuk bahan yang sukar larut dalam air). Http://www. Wordpress.com diakses tanggal 3 januari 2010

Darah adalah cairan berwarna merah pekat. Warnanya merah cerah di dalam arteri dan berwarna ungu gelap di dalam vena, setelah melepas sebagian oksigen ke jaringan ( menyebabkan perubahan warna ) dan menerima produk sisa dari jaringan.Pembentukan sel darah berlangsung di dalam sumsum tulang dan sel-sel yang matang ( matur ) akan dilepas ke dalam aliran darah. Terbentuk 8 macam sel


(16)

 

yang berbeda dan semua dihasilkan dari satu jenis sel batang pluripoten yang akan menurunkan 5 garis keturunan sel yang berbeda. Garis mieloblas menghasilkan tiga jenis sel granulosit, sedangkan garis monoblas dan limfoblas menghasilkan sel agranulosit. Eritrosit (sel darah merah ) dan trombosit dibentuk dari garis keturunannya masing-masing.

Darah selalu dihubungkan dengan kehidupan, baik berdasarkan kepercayaan saja maupun atas dasar bukti pengamatan. Penggunaan darah yang berasal dari individu lain dan diberikan secara langsung ke dalam pembuluh darah juga sudah lama pula dilakukan, paling tidak sejak abad pertengahan. Pada mulanya, pemberian darah seperti ini dan yang kini dikenal sebagai transfusi tidak dilakukan dengan landasan ilmiah, tidak mempunyai indikasi yang jelas dan dilakukan secara sembarang saja. Tindakan ini lebih banyak dilakukan atas dasar yang lebih bersifat kepercayaan, misalnya darah sebagai lambang kehidupan. Indikasi juga tidak jelas, bukan terutama untuk mengobati penyakit atau memperbaiki keadaan karena perdarahan. Lebih sering hal ini dilakukan untuk tujuan seperti peremajaan jaringan ( rejuvenilisasi ). Mohamad Sadikin (2010)

Sejak 100 tahun yang lalu ahli-ahli telah berpendapat, bahwa penderita-penderita yang kekurangan darah seperti orang-orang yang mengalami perdarahan yang hebat, seperti akibat kecelakaan, peperangan, persalinan ataupun penyakit-penyakit pendarahan dapat ditolong dengan penambahan darah kedalam tubuh penderita tersebut.

Sel – sel darah merupakan bagian figuratif atau berbentuk sehingga dapat dilihat oleh mata, meskipun dengan bantuan alat mikroskop. Sel – sel darah terdiri atas Sel darah merah, lekosit, dan trombosit. Ketiga macam sel ini berasal sel – sel asal yang sama disumsum tulang. Sel – sel asal di sumsum tulang tersebut

selanjutnya berdiferensiasi sehingga mengambil bentuk yang berbeda – beda. Setelah matang, sel – sel tersebut keluar dari sumsum tulang dan masuk ke dalam darah dan berada di tempat ini dalam jumlah yang berbeda dan menjalankan fungsi yang berbeda – beda pula. Bahkan lekosit, seperti yang telah diuraikan terdiri atas 5 jenis sel dengan morfologi berbeda, ternyata juga mempunyai peran yang berbeda – beda pula.


(17)

 

Morfologi sel darah merah adalah sel yang terbanyak di dalam darah. Karena sel ini mengandung senyawa yang berwarna merah, yaitu hemoglobin, maka dengan sendirinya darah berwarna merah.

2.3. Transfusi Darah

Transfusi darah adalah suatu proses pekerjaan memindahkan darah atau pemberian darah dari orang yang sehat kepada orang yang sakit. Ahli-ahli yang terdahulu sudah berpendapat, bila seseorang kehilangan darah yang banyak harus diganti dengan darah atau bila seseorang kekurangan darah harus ditambah dengan darah, agar organ-organ tubuh berfungsi normal.

Kira-kira 100 tahun yang lalu sudah mulai dicoba melakukan transfusi, tetapi ternyata banyak menimbulkan bahaya atau kematian, sehingga sempat dilarang melakukan transfusi itu. Tetapi pada tahun 1900 setelah Dr.Karl Landsteiner menemukan golongan darah dan setelah ditemukan sel darah dapat diperpanjang hidupnya dalam larutan gula dan juga setelah ditemukannya anticoagulant, maka transfusi mulai berkembang dan banyak yang tertolong orang-orang yang kehilangan darah atau orang yang kekurangan darah. Sebenarnya transfusi itu sangat penting dan seharusnya merupakan program nasional, tetapi sesuai dengan kondisi dan kemampuan negara hal ini belum merupakan masalah yang begitu dipikirkan.

2.3.1 Manfaat Transfusi Darah

a. Menambah jumlah darah yang beredar dalam badan orang yang sakit, yang darahnya berkurang karena sesuatu sebab misalnya operasi atau perdarahan sewaktu melahirkan, kecelakaan.

b. Menambah kemampuan darah dalam badan si sakit untuk membawa zat asam atau O2, misalnya untuk penyakit-penyakit dimana sel-sel darahnya tidak berfungsi dengan baik, sehingga sel-sel darah itu cepat pecah dalam badan sendiri dan kemampuan darah untuk mengolah zat asam jadi berkurang. Disini jumlah CC darah penderita sama saja dengan orang biasa, tetapi kalau darahnya ada 5 liter, yang berfungsi baik hanya 3 liter.


(18)

 

Transfusi darah adalah suatu cara membantu pengobatan dan transfusi darah tidak bisa berdiri sendiri, jadi membantu cara pengobatan yang sudah ada. Suatu Kekhususan dari transfusi darah adalah sumber untuk darah itu terbatas. Sumber darah adalah tubuh manusia sendiri, dan tidak semua orang bisa menjadi donor, dan darah tidak dapat dibuat secara synthetis. Penentuan pasien yang akan diberi transfusi darah harus tepat dan diyakini benar-benar bahwa transfusi darah akan menolong sisakit.

Ukuran orang-orang yang menderita Thalasemia, yaitu penyakit darah dimana sel-sel darahnya tidak bisa hidup sepanjang waktu yang normal, penghancuran sel darahnya lebih cepat, sedangkan tubuh tidak bisa mengikuti pembuatan sel darah lebih cepat, sehingga pada umur tertentu terjadi kekurangan darah, untuk ini harus diberi transfusi darah sesuai dengan kebutuhannya. Biasanya penderita ini akan meninggal pada usia muda / sebelum berusia 10 tahun.

Bahaya transfusi darah diberikan kepada orang yang tidak kehilangan darah, misalnya untuk penderita Thalasemia tadi, ialah terjadinya penimbunan zat besi. Satu liter darah mengandung 50 mg zat besi. Tubuh kita hanya mampu mengeluarkan kelebihan itu sebanyak 1 mg perhari. Jadi dapat terjadi kelebihan zat besi di dalam tubuhnya, yang memerlukan pengobatan tersendiri (Haemosiderosis). Transfusi darah bukanlah pekerjaan yang tanpa resiko. Pada saat sekarang telah dipikirkan efisiensi penggunaan darah, yaitu darah tidak diberikan secara keseluruhan kepada orang sakit, tetapi apa yang dibutuhkan saja. Misalnya apabila yang dibutuhkan hanya sel darah merah, maka yang diberi hanya sel darah merahnya saja.

Darah umumnya dipandang sebagai cairan tubuh yang kental, berwarna merah dan tidak transparan serta berada dalam suatu ruang tertutup yang dinamai sebagai sistem pembuluh darah. Uraian yang demikian tentang darah lebih bersifat deskriptif, hanya menyebutkan apa yang dilihat, dari pada bersifat definitif, yang bersifat menguraikan secara analitis tetapi ringkas tentang hakikat sesuatu yang didefinisikan tersebut. Batasan yang tepat bahwa defenisi Darah adalah jaringan tubuh yang berbeda dengan jaringan tubuh lain,berada dalam konsistensi cair, beredar dalam suatu sistem tertutup yang dinamakan sebagai


(19)

 

pembuluh darah dan menjalankan fungsi transpor berbagai bahan serta fungsi homeostasis.Gandasoebrata.R (1995)

Penggolongan darah sebagai suatu jaringan didasarkan atas defenisi jaringan, yaitu sekelompok sel atau beberapa jenis sel, yang mempunyai bentuk yang sama dan menjalankan fungsi tertentu. Hanya saja, berbeda dengan jaringan lain,sel-sel yang terdapat dalam darah dan dinamai sebagai sel-sel darah tidaklah terikat satu sama lain membentuk suatu struktur yang bernama organ, melainkan berada dalam keadaan suspensi dalam suatu cairan. Dengan demikian, darah dapat dibagi 2 bagian besar. Bagian pertama adalah unsur yang berbentuk atau figuratif, yang dapat dilihat dengan bantuan mikroskop. Bagian kedua adalah unsur tidak berbentuk atau non-figuratif. Dinamakan demikian karna bagian ini tidak dapat dilihat secara kasat mata dengan bantuan alat apapun. Kehadiran unsur ini hanya dapat diketahui secara kimia. Dengan demikian dapatlah dikatakan,bahwa bagian ini terdiri atas berbagai bahan yang terlarut di dalam cairan darah.

2.3.2 SIFAT FISIKOKIMIA DARAH

Darah, seperti yang telah didefinisikan dan yang dapat dilihat, adalah suatu cairan tubuh yang kental dan berwarna merah. Kedua sifat utama ini, yaitu warna merah dan kental, membedakan darah dari cairan tubuh yang lain. Kekentalan ini disebabkan oleh banyaknya senyawa dengan berbagai macam berat molekul, dari yang kecil sampai yang besar seperti protein, yang terlarut di dalam darah.

Warna merah, yang memberi ciri yang sangat khas bagi darah, disebabkan oleh adanya senyawa yang berwarna merah dalam sel-sel darah merah yang tersuspensi dalam darah.

2.3.3 SEL-SEL DARAH

Apabila setetes darah diletakkan di atas kaca objek yang bersih dan kering kemudian dibuat sediaan hapus dan diwarnai dengan pewarnaan May Grunwald-Giemsa, secara garis besar akan tampak sel-sel yang dapat dibagi dalam 3 kelompok besar :

1. Sel-sel bulat, tidak berinti dan berwarna merah kebiruan homogen, jumlahnya sangat banyak di seluruh lapangan pandangan. Sel-sel inilah yang memberi


(20)

10 

 

warna merah kepada darah, sehingga dinamai sebagai sel darah merah atau eritrosit.

2. Sel-sel yang berinti, dengan bentuk inti dan ukuran sitoplasma bermacam-macam, yang dapat dijumpai disana sini dalam lapangan pandangan. Oleh karena sel-sel ini tidak memberi warna merah kepada darah, sel-sel ini dinamakan sebagai sel darah putih atau lekosit.

Membran sel darah merah mengandung banyak protein dan karbohidrat berbeda yang mampu memicu pembentukan antibodi. Saat ini terdapat 26 sistem golongan darah, yang terdiri dari 194 antigen yang merupakan produk dari 27 gen. Untuk sebagian kecil antigen, peran biologiknya sudah diketahui; untuk sebagian kecil lain, komposisi kimiawi molekul sudah diketahui; dan untuk sebagian besar lainnya, struktur, fungsi, dan penyebab imunogenisitasnya masih merupakan misteri. Namun, gen-gen yang menentukan antigen sel darah merah tampaknya mengikuti hukum-hukum pewarisan mendelian.

Apabila individu memiliki suatu pola genetik spesifik ( genotipe ), antigen-antigen ini biasanya mengekspresikan diri pada sel darah merah ( fenotipe ). Pola pewarisan ini disebut Kodominan. Secara kimiawi, antigen sel darah merah mungkin berupa protein seperti substansi golongan darah Rh, M, dan N, atau karbohidrat pada kerangka lemak atau protein seperti substansi golongan darah ABH, Lewis, Ii, dan P. Antigenisitas berbagai senyawa ini dipengaruhi oleh sifat biologi dan kimiawi, ukuran molekul, dan konfigurasi tiga dimensinya. Sebagian substansi golongan darah, seperti antigen Lewis, tersebar di seluruh jaringan tubuh. Yang lain lebih terbatas di sel darah merah seperti antigen Rh dan substansi golongan darah Kell.

Aspek paling praktis dari antigen-antigen pada sel darah merah ini adalah kemampuannya memicu pembentukan antibodi apabila ditransfusikan kepada resipien. Muncul bukti bahwa beberapa kelainan pada antigen sel darah merah berkaitan dengan predisposisi penyakit tertentu.

2.4 GOLONGAN DARAH


(21)

11 

 

2.4.1. SISTEM GOLONGAN DARAH ABO

Golongan darah adalah hasil dari pengelompokkan darah berdasarkan ada atau tidaknya substansi antigen pada permukaan sel darah merah ( eritrosit ). Antigen tersebut dapat berupa karbohidrat, protein, glikoprotein, atau glikolipid. Golongan darah manusia bersifat herediter, dan sangat tergantung pada golongan darah kedua orang tua manusia yang bersangkutan.

Darah perlu digolongkan untuk banyak kepentingan, khususnya untuk Transfusi Darah. Karl Landsteiner menemukan, bahwa darah manusia yang ditransfusikan ke manusia lain dapat inkompatibel, dan menimbulkan aglutinasi ( si penerima darah terlihat syok dan ikterik / kuning ). Transfusi dengan darah yang inkompatibel antara donor dan resipien ( penerima ) dapat berakibat fatal. Selain itu, golongan darah dapat bermanfaat untuk kepentingan forensik dan penentuan ayah sebagai metode penentu paling sederhana.

Berikut Tabel dari Golongan Darah dalam sistem ABO

Golongan darah sistem ABO dibagi berdasarkan struktur antigen permukaan eritrosit, yang disebut juga sebagai aglutinogen.


(22)

12 

 

Molekul sebagai penentu golongan darah dalam sistem ABO ada 4 macam, yaitu: 1. D-galactose

2. N-acetylgalactosamine 3. N-acetylglucosamine 4. L-fucose

Harper H. (1971)

1. Golongan darah A memiliki antigen permukaan A. Antigen A tersusun dari 1 molekul fukosa, 2 molekul galaktosa, 1 molekul N-asetil galaktosamin, dan 1 molekul N-asetil glukosamin.

2. Golongan darah B memiliki antigen permukaan B. Antigen B ini sedikit berbeda dengan antigen A, dimana antigen ini tersusun dari molekul N-asetil galaktosamin digantikan oleh 1 molekul galaktosa.

B B


(23)

13 

 

3. Orang dengan golongan darah AB memiliki dua macam antigen permukaan, yang merupakan kombinasi dari antigen A dan antigen B.

4. Golongan darah O semula dianggap tidak memiliki antigen permukaan, namun terbukti bahwa golongan darah O masih memiliki ikatan karbohidrat pada permukaan eritrositnya yang terdiri atas 1 molekul fukosa, 1 molekul N-asetil glukosamin, dan 2 molekul galaktosa. Gugus ini tidak bersifat imunogenik, sehingga anggapan golongan darah O tidak memiliki antigen permukaan masih bisa diterima.

B

O


(24)

14 

 

Yang kelebihan N-acetylgalactosamine akan menjadi golongan A, dan kelebihan D-galactose menjadi golongan B.

Sebelum D-galaktosa dapat menerima monomer karbohidrat yang menentukan aktivitas A atau B, molekul ini harus sudah mengikat monomer karbohidrat fukosa. Suatu gugus D-galaktosa yang sudah mengikat fukosa, tetapi tanpa N-asetilgalaktosamin aktif-A atau D-galaktosa aktif B, memiliki aktivitas antigenik yang disebut H. Sel-sel yang hanya memiliki konfigurasi monomer karbohidrat aktif-H tidak memiliki aktivitas A atau B dan disebut golongan O.

Glikosiltransferase yang ditentukan oleh gen A dan B bergantung pada adanya substansi H prekursor untuk pengaktifannya. Perlekatan fukosa ke D-galaktosa menyediakan prekursor ini. Perlekatan fukosa diperantarai oleh enzim lain, fukosa-transferase, yang keberadaannya ditentukan oleh gen H. Gen H terletak di luar lokus ABO dan ditemukan di kromosom 19. Gen H sangat sering dijumpai, dan hampir semua orang memiliki substansi H pada sel darah mereka. Beberapa orang bersifat homozigot untuk suatu gen inaktif di tempat itu, yang disebut h. Karena orang dengan dua gen h tidak dapat menghasilkan enzim yang diperlukan untuk melekatkan fukosa, sel-sel darah mereka tidak memiliki aktivitas H.

2.4.2. Antibodi dalam sistem ABO

Walaupun anti-A dan anti-B bereaksi secara kuat dan spesifik dengan antigen sel darah merah yang sesuai, rangsangan bagi terbentuknya Anti-A dan Anti-B bukanlah pajanan ke sel darah merah. Ikatan galaktosa dengan N-asetilgalaktosamin yang sama atau galaktosa yang menjadi ciri glikosfingolipid sel darah merah juga dijumpai di dinding sel bakteri. Pajanan lingkungan yang terus menerus terhadap antigen-antigen yang tersebar luas ini memicu pembentukan antibodi pada individu yang mampu mengembangkan imun, asalkan antigennya bukan ”konstituen diri” dari sel darah merah individu yang bersangkutan. Orang dengan golongan A hanya membentuk anti-B, dan mereka dengan golongan B hanya memiliki anti-A. Orang dengan golongan O memiliki anti-A dan anti-B, sedangkan individu AB tidak memiliki kedua antibodi tersebut.


(25)

15 

 

Bakteri di lingkungan juga memiliki ikatan galaktosa-fukosa yang memperlihatkan aktivitas H. Namun anti-H jarang dijumpai karena hampir semua sel darah merah memiliki antigen H dalam jumlah yang berkisar dari sedikit sampai bermakna. Anti-A dan anti-B merupakan aglutinin kuat, yang mudah dibuktikan di laboratorium. Dalam sirkulasi, keduanya menyebabkan destruksi cepat melalui perantaraan komplemen terhadap semua sel yang tidak sesuai yang kebetulan masih ke aliran darah. Kecuali untuk beberapa sel janin yang masuk ke aliran darah ibunya selama kehamilan dan persalinan, satu-satunya cara sel yang tidak cocok golongan ABO nya masuk ke dalam sirkulasi adalah melalui transfusi yang salah identifikasinya. Identifikasi pasien, sampel darah, atau darah donor yang tidak tepat, atau pencatatan yang salah, merupakan penyebab tersering reaksi transfusi inkompatibel-ABO hemolitik.

Sebagian besar aktivitas anti-A dan anti-B terletak pada kelas IgM imunoglobulin, yang menghasilkan aglutinasi cepat dan / atau hemolisis. Namun, sebagian aktivitas adalah IgG, dan antibodi dari kelas ini melekat ke permukaan sel tanpa langsung mempengaruhi viabilitas. Anti-A atau anti-B kelas IgG mudah melewati plasenta dan dapat menyebabkan penyakit hemolitik pada neonatus. Orang dengan golongan O lebih sering memiliki IgG anti-A dan Anti-B dibandingkan orang dengan golongan A atau B. Penyakit hemolitik ABO pada bayi baru lahir hampir seluruhnya mengenai bayi yang lahir dari ibu dengan golongan O. Jouvenceaux (1978)

Perubahan dalam Tipe ABO pada berbagai penyakit

Melemahnya antigen A dapat terjadi pada beberapa orang yang mengidap leukemia akut atau pada penyakit mieloproliferatif kronis dengan evolusi leukemik. Kanker tertentu, terutama kanker kolon, mungkin berkaitan dengan akuisisi antigen B yang disebut B didapat. B didapat juga dapat terjadi pada infeksi gram-negatif tertentu dan obstruksi usus. Dengan demikian, pada penyakit ini kadang-kadang pasien dari fenotipe golongan O mungkin memperoleh B dan tampak sebagai golongan B, atau seseorang dengan golongan A mungkin memperoleh B dan menjadi golongan AB.


(26)

16 

 

Berdasarkan penelitian dari Lindsey Kinball Institute, New York, yang menemukan bahwa Alpha galactosidase, suatu enzim yang disarikan dari kopi, dapat mengubah golongan darah B menjadi O. Yang membedakan sel darah merah golongan B dari O adalah adanya kelebihan satu molekul D-galactose dalam sel darah merah golongan darah B.

Enzim galactosidase dimanfaatkan untuk melepaskan satu molekul D-galactose yang berlebih tadi sehingga susunan molekulnya sama dengan sel darah merah golongan O.

Adapun isi dari reagen golongan darah A, B, O, AB ini terdapat dari Invitro culture supernatants dari immunoglobulin sel tikus, kemudian dicampur dengan buffer phosphate, sodium chloride,dimana terjadi Anti serum A berwarna biru, Antiserum B berwarna kuning, Antiserum AB tidak berwarna.

BCSH. Clin Lab Haem. (1990)

Setelah darah ditetesi serum maka akan terjadi beberapa kemungkinan yang akan menunjukkan golongan darah tersebut. Beberapa kemungkinan tersebut yaitu:

a. Jika serum anti-A menyebabkan aglutinasi pada tetes darah,maka individu tersebut memiliki aglutinogen tipe A (golongan darah A)

b. Jika serum anti-B menyebabkan aglutinasi, individu tersebut memiliki aglutinogen tipe B (golongan darah B)

c. Jika kedua serum anti-A dan anti-B menyebabkan aglutinasi induvidu tersebut memiliki aglutinogen tipe A dan tipe B (golongan darah AB)

d. Jika kedua serum anti-A dan anti-B tidak mengakibatkan aglutinasi,maka individu tersebut tidak memiliki aglutinogen (golongan darah O).

(Wijaya. 2009)


(27)

17 

 

Struktur ABO Antigen


(28)

18 

 

BAB 3

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3.1 Alat-alat

- Kartu Golongan Darah - Mikropipet 50ul

- Batang Pengaduk

3.2 Bahan

- Darah

- Antiserum A ... ORTHO - Antiserum B ... ORTHO - Antiserum AB ... ORTHO

3.3 Prosedur Kerja

- Tulis identitas pasien pada kartu golongan darah

- Teteskan masing-masing 50 ul darah EDTA ke dalam masing-masing kotak pada kartu

- Tambahkan 50 ul antiserum yang sesuai dengan kode kotak - Campur masing-masing dengan pengaduk dan putar

- Interpretasikan hasil dan cantumkan diatas kotak


(29)

19 

 

3.4 Skema Prosedur Kerja

3.4.1. Skema Cara Pengambilan Sampel dari Vena

lengan dikebat oleh torniquiet/ difungsi vena

disinfektan lengan yang akan diambil darahnya

lalu diambil darah tersebut sebanyak 1 CC Pasien

Hasil


(30)

20 

 

3.4.2. Skema Prosedur Kerja

dibagi ke dalam 3 kotak kartu golongan darah masing-masing 50 µl

ditambahkan 50µl anti serum yang sesuai kode kotak

diaduk dengan alat pengaduk sampai bercampur secara merata pada masing-masing kotak golongan darah

dilihat apakah ada terjadi aglutinasi atau tidak 150 µl Darah

Hasil


(31)

21 

 

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1Jenis Golongan Darah

4.1.1. Golongan Darah A

4.1.2. Golongan Darah B


(32)

22 

 

4.1.3. Golongan Darah AB

4.1.4. Golongan Darah O


(33)

23 

 

4.2. Pembahasan

Dari data jumlah pasien yang mendonorkan darah, ternyata persentase penyediaan Donor darah yaitu : - golongan darah A = 30%

- golongan darah B = 30% - golongan darah AB = 15%

- golongan darah O = 25%

Masing – masing golongan itu diuji penggolongannya untuk setiap golongan lima (5) orang yaitu untuk golongan darah A = 5 pasien,

golongan darah B = 5 pasien, golongan darah O = 5 pasien, golongan darah AB = 5 pasien.

Untuk menentukan penggolongan darah A, B, O, AB ternyata menggunakan reagen yang sama yaitu antiserum A, antiserum B, antiserum AB.

Apabila diketahui tidak terjadi aglutinasi pada uji antiserum A, antiserum B,

Antiserum AB, maka ini dikatakan Golongan darah O.


(34)

24 

 

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa meskipun reagennya sama untuk Semua golongan darah tapi hasil berbeda seperti itulah cara menentukan golongan darah.

5.2 Saran

Kepada peneliti lebih lanjut disarankan supaya test penggolongan darah lebih lengkap hendaknya digunakan test penggolongan darah lainnya seperti rhesus test, Kell test, Lewis test, Dufty test, dll.


(35)

25 

 

DAFTAR PUSTAKA

Bach JF., (1979) Imunologie, Edisi 1, Flammarion, Paris

Cormane RH dan Ashgar SS., (1981), Current Topics in Immunologies. Series 15. Immunology and Skin Disease.Edward Arnold,London.

Dale M.M dan Foreman J.C., (1984) Textbook of immunopharmacology, Edisi 1, Blackwell Scientific Publication, Oxford, US.

Dausset, J., Immunohematologie : Biologique et Clinique, Flammarion, Paris Gandasoebrata.R., (1995), Penuntun Laboratorium Klinik Edisi ke VIII, hal : 61 – 63.

Http://www. Wordpress.Com, 2010 diakses tanggal 3 januari 2010

Harper H., (1971), Review of Physiological Chemistry, Edisi 13, Lange Medical Publication, Los Altos,California.

Harper H., (2009),Ilustrated Biochemistry, Edisi 27, hal : 645 – 646.

Jouvenceaux, (1978), Immunohematologie, Edisi 1, Simep, Lyon, France. Mohamad Sadikin, (2001), Biokimia Darah, Widya Medika, Jakarta.


(36)

26 

 

Peakman. M. dan Vergani. D., (1997). Basic and Clinical Immunology, Edisi 1, ChurchillLivingstone, NY,USA.

Wijaya Gede Eka, (2009), Golongan Darah


(1)

21   

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Jenis Golongan Darah


(2)

4.1.3. Golongan Darah AB


(3)

23   

4.2. Pembahasan

Dari data jumlah pasien yang mendonorkan darah, ternyata persentase penyediaan Donor darah yaitu : - golongan darah A = 30%

- golongan darah B = 30% - golongan darah AB = 15%

- golongan darah O = 25%

Masing – masing golongan itu diuji penggolongannya untuk setiap golongan lima (5) orang yaitu untuk golongan darah A = 5 pasien,

golongan darah B = 5 pasien, golongan darah O = 5 pasien, golongan darah AB = 5 pasien.

Untuk menentukan penggolongan darah A, B, O, AB ternyata menggunakan reagen yang sama yaitu antiserum A, antiserum B, antiserum AB.

Apabila diketahui tidak terjadi aglutinasi pada uji antiserum A, antiserum B,


(4)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa meskipun reagennya sama untuk Semua golongan darah tapi hasil berbeda seperti itulah cara menentukan golongan darah.

5.2 Saran

Kepada peneliti lebih lanjut disarankan supaya test penggolongan darah lebih lengkap hendaknya digunakan test penggolongan darah lainnya seperti rhesus test, Kell test, Lewis test, Dufty test, dll.


(5)

25   

DAFTAR PUSTAKA

Bach JF., (1979) Imunologie, Edisi 1, Flammarion, Paris

Cormane RH dan Ashgar SS., (1981), Current Topics in Immunologies. Series 15. Immunology and Skin Disease.Edward Arnold,London.

Dale M.M dan Foreman J.C., (1984) Textbook of immunopharmacology, Edisi 1, Blackwell Scientific Publication, Oxford, US.

Dausset, J., Immunohematologie : Biologique et Clinique, Flammarion, Paris Gandasoebrata.R., (1995), Penuntun Laboratorium Klinik Edisi ke VIII, hal : 61 – 63.

Http://www. Wordpress.Com, 2010 diakses tanggal 3 januari 2010


(6)