PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING BERBANTUAN MIND MAP TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP DAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 POLLUNG.

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING BERBANTUAN MIND MAP TERHADAP KEMAMPUAN

PEMAHAMAN KONSEP DAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 POLLUNG

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

BENNY AGUS SIMANUNGKALIT NIM.8136176006

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2016


(2)

(3)

(4)

(5)

i ABSTRAK

BENNY AGUS SIMANUNGKALIT. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbantuan Mind Map Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep dan Berpikir Kritis Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Pollung. Tesis Medan. Program Studi Pendidikan Fisika Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan: (1) kemampuan pemahaman konsep siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan mind map dan model pembelajaran ekspositori, (2) kemampuan berpikir kritis siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan mind map dan model pembelajaran ekspositori. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen. Populasi penelitian adalah siswa kelas XI SMA Negeri 1 Pollung. Pemilihan sampel dilakukan secara random dengan mengacak kelas. Instrumen yang digunakan terdiri dari: (1) tes pemahaman konsep berupa pilihan berganda, (2) tes kemampuan berpikir kritis berupa uraian. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan uji t sampel bebas. Dari hasil penelitian uji hipotesis terdapat perbedaan, maka disimpulkan bahwa: (1) Kemampuan pemahaman konsep siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan mind map lebih baik dibandingkan dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran ekspositori, (2) Kemampuan berpikir kritis siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan mind map lebih baik dibandingkan dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran ekspositori.

Kata kunci: Inkuiri Terbimbing, Ekspositori, Mind Map, Pemahaman Konsep, Berpikir Kritis


(6)

ABSTRACT

BENNY AGUS SIMANUNGKALIT. Effect of Guided Inquiry Learning Model Against Assisted Mind Map Capability Understanding of Concept and Critical Thinking Student Class XI SMAN 1 Pollung. Thesis, Medan, Study Program Physics Education, Postgraduate, Medan State University, 2016.

This study aims to determine differences: (1) the ability of understanding the concept of students that learned with a learning model of guided inquiry assisted mind map and model of expository, (2) critical thinking skills of students that learned with a learning model of guided inquiry assisted mind map and model of expository . This research was a quasi experimental. The study population was a class XI student of SMAN 1 Pollung. Sample selection was done randomly to randomize the class. The instrument used consisted of: (1) test understanding of concepts such as multiple choice, (2) test the ability of critical thinking in the form of a description. The data were analyzed by independent sample t-test. From the results of hypothesis tested there was a difference, it was concluded that: (1) the ability of understanding the concept of students that learned with a learning model of guided inquiry aided mind map better than students who use the model of expository, (2) critical thinking skills of students that learned with assisted guided inquiry learning model mind map better than students who use expository learning model.

Keywords: Guided Inquiry, Mind Map, Expository, Understanding of Concept , Critical Thinking


(7)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, sehingga tesis yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbantuan Mind Map Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep dan Berpikir Kritis Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Pollung” dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang direncanakan. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Magister Pendidikan pada program studi pendidikan Fisika di Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan tesis ini, antara lain:

1. Bapak Prof. Dr. H. Sahyar, M.S., M.M selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika Pascasarjana UNIMED sekaligus narasumber I dan Bapak Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan Fisika Pascasarjana UNIMED sekaligus narasumber II, karena ditengah-tengah kesibukannya telah memberikan saran, masukan, serta arahan yang kritis, baik selama kegiatan perkuliahan, maupun dalam rangka perbaikan dan penyempurnaan tesis ini;

2. Terkhusus pada Ibu Dr. Derlina, M.Si, dan Bapak Dr. Karya Sinulingga, M.Si. selaku dosen pembimbing tesis yang telah mendampingi, membimbing, serta memotivasi penulis dalam sejak awal hingga selesainya tesis ini dengan baik sesuai yang diharapkan;


(8)

3. Ibu Dr. Sondang R. Manurung, M.Pd sebagai narasumber III dalam penyusunan tesis ini yang telah memberikan saran dan masukan yang membangun demi penyempurnaan tesis ini;

4. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Fisika PPs Unimed yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama perkuliahan berlangsung;

5. Bapak Albert Banjarnahor, S.Pd selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Pollung beserta seluruh dewan guru yang telah memberikan waktu, kesempatan dan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian;

6. Teristimewa penulis ucapkan pada Ayahanda A. Simanungkalit dan Ibunda T. Simanjuntak, yang telah secara terus menerus memberikan motivasi, doa, serta kasih sayang yang tak pernah henti, serta Keluarga B.T. Silalahi/Lasmarianami Simanungkalit, Keluarga Pdt. Sahat Silalahi/ Mei Evalina Simanungkalit, Natan, Agatha, Hotasi dan Keluarga Hendri Apriadi Simanungkalit/Arauna Perangin-angin yang senantiasa memberikan motivasi dan doa kepada penulis dalam menyelesaikan studi di Unimed hingga selesainya tesis ini;

7. Terkasih Nova W. Manik yang selalu menyemangati tanpa henti kepada penulis hingga menyelesaikan tesis ini;

8. Teman-teman seperjuangan kelas B-2 Pendidikan Fisika yang juga telah memberikan semangat, motivasi, ruang, serta waktu kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini;


(9)

v

9. Sahabat penulis Junando Pandiangan, Amos Tarigan dan seluruh kawan-kawan Debagor Tanjung Pura yang selalu memberi motivasi dan dorongan kepada penulis sampai penyelesaian tesis ini;

10. Teman-teman Octa Science yang selalu memberikan motivasi maupun doa-doanya bagi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini tepat waktu.

Kiranya Tuhan Yang Maha Esa yang dapat membalas kebaikan yang telah saudara berikan kepada penulis dan mudah-mudahan kita selalu dalam lindungan-Nya. Namun, penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam segi isi maupun teknik penulisan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi penelitian selanjutnya serta bermanfaat dalam menambah ilmu pengetahuan.

Medan, Maret 2016


(10)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 8

1.3 Batasan Masalah ... 8

1.4 Rumusan masalah ... 8

1.5 Tujuan penelitian ... 9

1.6 Manfaat Penelitian ... 9

1.7 Defenisi Operasional ... 10

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teoritis ... 12

2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran ... 12

2.1.2 Model Pembelajaran Inkuiri ... 13

2.1.3 Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 16

2.1.3.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 17

2.1.3.2 Sistem Sosial Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 20

2.1.3.3 Peran Guru dalam Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing .... 21

2.1.3.4 Dampak Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 23

2.1.3.5 Sistem Pendukung Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing .... 25

2.1.3.6 Prinsip Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 25

2.1.3.7 Keunggulan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 26

2.1.3.8 Teori Belajar Melandasi Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 27

2.1.3.8.1 Teori Belajar Konstruktivisme ... 27

2.1.3.8.2 Teori Perkembangan Kognitif Piaget ... 29

2.1.3.8.3 Teori Belajar Bruner ... 30

2.1.4 Model Pembelajaran Ekspositori ... 32


(11)

vii

2.1.6 Pengertian Belajar ... 35

2.1.7 Pemahaman Konsep ... 36

2.1.8 Berpikir Kritis ... 39

2.1.9 Penelitian Relevan ... 45

2.2 Kerangka Konseptual ... 47

2.2.1 Tingkat Pemahaman Konsep Fisika Siswa yang Dibelajarkan Dengan Menerapkan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbantuan Mind Map Dan Model Pembelajaran Ekspositori ... 47

2.2.2 Tingkat Berpikir Kritis Siswa Yang Dibelajarkan Dengan Menerapkan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbantuan Mind Map Dengan Model Pembelajaran Ekspositori. ... 48

2.3 Hipotesis Penelitian ... 50

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 51

3.2 Populasi dan Sampel ... 51

3.2.1 Populasi Penelitian ... 51

3.2.2 Sampel Penelitian ... 51

3.3 Variabel Penelitian ... 51

3.4 Jenis dan Desain Penelitian ... 52

3.4.1 Jenis Penelitian ... 52

3.4.2 Desain Penelitian ... 52

3.5 Prosedur Penelitian ... 53

3.6 Instrumen Penelitian ... 56

3.6.1 Instrumen Tes Kemampuan Pemahaman Konsep ... 56

3.6.1.1 Validitas Isi Tes Kemampuan Pemahaman Konsep ... 57

3.6.1.2 Validitas Butir Soal Tes Kemampuan Pemahaman Konsep ... 57

3.6.1.3 Reliabilitas Tes Kemampuan Pemahaman Konsep ... 59

3.6.1.4 Tingkat Kesukaran Tes Kemampuan Pemahaman Konsep ... 60

3.6.1.5 Daya Pembeda Tes Kemampuan Pemahaman Konsep ... 61

3.6.2 Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kritis ... 62

3.6.2.1 Validitas Isi Tes Kemampuan Berpikir Kritis ... 64

3.6.2.2 Validitas Butir Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis ... 65

3.6.2.3 Reliabilitas Tes Kemampuan Berpikir Kritis ... 66

3.6.2.4 Tingkat Kesukaran Tes Kemampuan Berpikir Kritis ... 67

3.6.2.5 Daya Pembeda Tes Kemampuan Berpikir Kritis ... 68

3.7 Teknik Analisis Data ... 69

3.7.1 Analisis Data Deskriptif ... 69

3.7.2 Analisis Data Pemahaman Konsep dan Kemampuan Berpikir Kritis ... 70


(12)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ... 72 4.1.1 Deskripsi Hasil Penelitian Kemampuan Pemahaman Konsep .. 72 4.1.2 Deskripsi Hasil Penelitian Kemampuan Berpikir Kritis ... 75 4.1.3 Analisis Statistik Inferensial Kemampuan Pemahaman

Konsep ... 77 4.1.4 Analisis Statistik Inferensial Kemampuan Berpikir Kritis ... 82 4.2 Pembahasan ... 87 4.2.1 Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Fisika

Siswa dengan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

Berbantuan Mind Map dan Model Pembelajaran Ekspositori .... 87 4.2.2 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dengan

Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbantuan

Mind Map dan Model Pembelajaran Ekspositori ... 92 BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ... 95 5.2 Saran ... 95


(13)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Inkuiri Terbimbing ... 18

Tabel 2.2 Fase Model Pembelajaran Ekspositori ... 33

Tabel 2.3 Indikator Kemampuan Pemahaman Konsep ... 39

Tabel 2.4 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis ... 41

Tabel 2.5 Penelitian Relevan ... 45

Tabel 3.1 Rancangan Eksperimen ... 53

Tabel 3.2 Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemahaman Konsep ... 56

Tabel 3.3 Deskripsi Kategori Validitas Butir Soal ... 58

Tabel 3.4 Hasil Perhitungan Validitas Butir Soal ... 58

Tabel 3.5 Deskripsi Kategori Reliabilitas Butir Soal ... 59

Tabel 3.6 Deskripsi Kategori Tingkat Kesukaran ... 60

Tabel 3.7 Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Instrumen ... 60

Tabel 3.8 Deskripsi Kategori Daya Pembeda ... 61

Tabel 3.9 Hasil Perhitungan Daya Pembeda ... 62

Tabel 3.10 Kisi-kisi Tes Kemampuan Berpikir Kritis ... 63

Tabel 3.11 Pedoman Penskoran Kemampuan Berpikir Kritis ... 63

Tabel 3.12 Hasil Analisis Validitas Tes Kemampuan Berpikir Kritis ... 66

Tabel 3.13 Deskripsi Kategori Reliabilitas Butir Soal ... 67

Tabel 3.14 Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Instrumen ... 68

Tabel 3.15 Deskripsi Kategori Daya Pembeda ... 68

Tabel 3.16 Hasil Perhitungan Uji Daya Pembeda ... 69

Tabel 4.1 Data Pretes Kemampuan Pemahaman Konsep ... 73

Tabel 4.2 Data Postes Kemampuan Pemahaman Konsep ... 74

Tabel 4.3 Data Pretes Kemampuan Berpikir Kritis ... 75

Tabel 4.4 Data Postes Kemampuan Berpikir Kritis ... 76

Tabel 4.5 Uji Normalitas Data Pretes dan Postes Kemampuan Pemahaman Konsep ... 77

Tabel 4.6 Uji Homogenitas Data Pretes Kemampuan Pemahaman Konsep ... 80


(14)

Tabel 4.8 Uji-t Sampel Bebas Tes Kemampuan Pemahaman Konsep ... 81

Tabel 4.9 Uji Normalitas Data Pretes dan Postes Kemampuan Berpikir Kritis ... 83

Tabel 4.10 Uji Homogenitas Data Pretes Kemampuan Berpikir Kritis ... 85

Tabel 4.13 Uji Homogenitas Data Postes Kemampuan Berpikir Kritis ... 86


(15)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Hubungan Antara Variabel Penelitian ... 52

Gambar 3.2 Skema Pelaksanaan Penelitian ... 55

Gambar 4.1 Pretes Kemampuan Pemahaman Konsep ... 73

Gambar 4.2 Postes Kemampuan Pemahaman Konsep ... 74

Gambar 4.3 Pretes Kemampuan Berpikir Kritis ... 75

Gambar 4.4 Postes Kemampuan Berpikir Kritis ... 76

Gambar 4.5 Histogram Normalitas Data Pretes Kelas Eksperimen KPK ... 78

Gambar 4.6 Histogram Normalitas Data Pretes Kelas Kontrol KPK ... 78

Gambar 4.7 Histogram Normalitas Data Postes Kelas Eksperimen KPK ... 79

Gambar 4.8 Histogram Normalitas Data Postes Kelas Kontrol KPK ... 79

Gambar 4.9 Histogram Normalitas Data Pretes Kelas Eksperimen KBK ... 83

Gambar 4.10 Histogram Normalitas Data Pretes Kelas Kontrol KBK ... 84

Gambar 4.11 Histogram Normalitas Data Postes Kelas Eksperimen KBK .... 84

Gambar 4.12 Histogram Normalitas Data Postes Kelas Kontrol KPK ... 85

Gambar 4.13 Rata-rata Nilai Pretes dan Postes KPK ... 88


(16)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. RPP, Bahan Ajar dan LKS -1 ... 100

Lampiran 2. RPP, Bahan Ajar dan LKS -2 ... 114

Lampiran 3. RPP, Bahan Ajar dan LKS -3 ... 130

Lampiran 4. Instrumen Tes Kemampuan Pemahaman Konsep ... 145

Lampiran 5. Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kritis ... 154

Lampiran 6. Lembar Validitas Isi Kemampuan Pemahaman Konsep ... 158

Lampiran 7. Tabel Uji Validitas Butir Soal Pemahaman Konsep ... 167

Lampiran 8. Tabel Uji Reliabilitas Pemahaman Konsep ... 169

Lampiran 9. Tabel Uji Tingkat Kesukaran Pemahaman Konsep ... 171

Lampiran 10. Tabel Uji Daya Pembeda Pemahaman Konsep ... 173

Lampiran 11. Lembar Validitas Isi Kemampuan Berpikir Kritis ... 175

Lampiran 12. Tabel Uji Validitas Berpikir Kritis ... 181

Lampiran 13. Tabel Uji Reliabilitas Berpikir Kritis ... 183

Lampiran 14. Tabel Uji Tingkat Kesukaran Berpikir Kritis ... 185

Lampiran 15. Tabel Uji Daya Pembeda Berpikir Kritis ... 187

Lampiran 16. Data Pretes dan Postes Kemampuan Pemahaman Konsep ... 189

Lampiran 17. Data Pretes dan Postes Kemampuan Berpikir Kritis ... 191

Lampiran 18. Analisis Data Pretes dan Postes Pemahaman Konsep ... 193

Lampiran 19. Analisis Data Pretes dan Postes Berpikir Kritis ... 200

Lampiran 20. Dokumentasi Penelitian ... 207


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah salah satu upaya dalam meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, berbudi luhur, cerdas, kreatif dan bertanggung jawab. Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling utama dan dominan. Proses belajar ini dapat terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungan sehingga belajar dapat terjadi kapan saja, dengan siapa saja dan dimana saja. Berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan tergantung pada proses belajar yang dialami seseorang (Slameto, 2003).

Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah proses pembelajaran yang lemah. Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas di arahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi; otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari (Sanjaya, 2007).

Mata pelajaran fisika sebagai salah satu cabang dari sains yang mempelajari gejala-gejala alam dan peristiwa alam baik yang dapat dilihat maupun yang bersifat abstrak. Dalam hal ini merupakan tantangan bagi guru yang berperan sebagai mediator dan fasilitator harus mampu merancang pembelajaran yang tepat agar siswa dapat memahami gejala-gejala alam dan peristiwa alam baik yang dapat dilihat atapun yang bersifat abstrak. Pembelajaran fisika perlu disesuaikan dengan cara fisikawan terdahulu dalam memperoleh pengetahuan. Dalam pembelajaran fisika harus diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam (Permendiknas, 2006). Oleh sebab itu, dalam pembelajaran fisika menekankan pada pemberian pengalaman langsung dan berpusat pada siswa.


(18)

2

Adapun tujuan mata pelajaran Fisika di SMA yang telah dicanangkan oleh Badan Standarisasi Nasional Pendidikan agar peserta didik mempunyai kemampuan sebagai berikut: 1) Meningkatkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaanNya; 2) Mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, konsep dan prinsip IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; 3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran terhadap adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat; 4) Melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bersikap dan bertindak ilmiah secara berkomunikasi; 5) Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan serta sumber daya alam; 6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan; 7) Meningkatkan pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya (BNSP, 2006).

Mata pelajaran fisika umumnya dirasakan sulit oleh peserta didik, karena fisika menuntut siswa untuk memahami konsep dalam proses pembelajaran fisika dan sebagian besar peserta didik belum mampu menghubungkan materi yang dipelajari dengan pengetahuan yang digunakan. Selain itu, penggunaan sistem pembelajaran yang tradisional yakni peserta didik hanya diberi pengetahuan secara lisan (ceramah) sehingga peserta didik menerima pengetahuan secara abstrak tanpa mengalami sendiri. Belajar fisika hanya menghafal persamaan tanpa memperhatikan konsep sehingga menyebabkan kesulitan dalam proses pembelajaran. Dari menghafal persamaan, siswa belum dapat memahami arti fisis dari persamaan tersebut secara benar, sehingga pembelajaran yang bermakna belum mampu diperoleh. Untuk itu perlu dirancang pengemasan pendidikan yang sejalan dengan hakekat belajar dan mengajar yakni bagaimana siswa belajar, bagaimana guru mengajar, bagaimana pesan pembelajaran di dalam bahan ajar itu, bukan semata-mata pada hasil belajar, tetapi lebih menitik beratkan kepada konsep dan pemahaman materi yang dalam (Trianto,2007).


(19)

3

Agar tujuan tersebut dapat tercapai, peranan guru sebagai pengajar sangat penting. Hendaknya, guru dapat menyajikan materi dengan baik dan siswa dilibatkan dalam proses belajar-mengajar. Oleh karena itu, pemilihan metode pembelajaran oleh guru sangat penting dalam kegiatan belajar-mengajar. Pemilihan model pembelajaran harus disesuaikan dengan topik yang dibahas karena tiap topik sifatnya berbeda-beda, hal ini dimaksudkan agar siswa terlibat langsung dalam proses belajar sehingga diharapkan siswa mampu mengingat materi tersebut berdasarkan pengalamannya (Rizali, 2009).

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru bidang studi fisika di SMA Negeri 1 Polung pada tahun 2015, diperoleh nilai rata–rata ujian fisika siswa adalah 65. Ketuntasan Kompetensi Minimal (KKM) di sekolah tersebut untuk mata pelajaran fisika adalah 70. Dari hasil wawancara tersebut, beberapa kendalapun ditemukan dalam proses pembelajaran. Pertama, pembelajaran fisika banyak mengandung prinsip, konsep, dan teori yang abstrak sulit dipahami oleh siswa. Kedua, siswa kurang optimal saat mengikuti pembelajaran sehingga pemahaman konsep siswa kurang baik dan berakibat siswa hanya menghafal materi. Ketiga, kemampuan berpikir kritis yang terlihat dalam proses pembelajaran hanya aspek bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru dan frekuensinya masih kecil. Keempat, pemilihan model pembelajaran dan metode pembelajaran yang dibelajarkan tidak sesuai dengan materi belajar. Dari beberapa kendala tersebut mengakibatkan banyak siswa yang memperoleh hasil belajar kurang dari batas ketuntasan dan kemampuan berpikir kritis siswa kurang baik.

Untuk permasalahan pembelajaran yang demikian perlu dilakukan upaya antara lain melakukan inovasi dalam pembelajaran, yakni guru dengan kompetensi yang diharapkan mampu memilih model pembelajaran yang tepat agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan dan tercapai secara optimal. Pembelajaran yang dipilih harus dapat melibatkan siswa secara aktif, sehingga siswa dapat belajar langsung dan menguasai konsep yang ingin ditanamkan dalam proses pembelajaran tersebut dan siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya dalam menyelesaikan permasalahan fisika.


(20)

4

Pemahaman konsep dan prinsip-prinsip fisika merupakan prasyarat keberhasilan belajar fisika untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi yang nantinya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pemahaman konsep dan prinsip fisika tentunya akan diperoleh melalui kegiatan belajar. Berdasarkan dampak kompetensi tersebut, pemahaman merupakan unsur yang sangat mendasar. Kemampuan ini umumnya mendapat penekanan dalam proses belajar mengajar. Siswa dituntut untuk memahami atau mengerti sesuatu yang diajarkan, mengetahui sesuatu yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya. Jika kemampuan pemahaman konsepnya belum dipahami maka akan kesulitan untuk mencapai keberhasilan dalam belajar fisika.

Hasil temuan Bukhori (2012) memperlihatkan bahwa model pembelajaran berbasis inkuiri dapat meningkatkan pemahaman konsep fisika. Selain itu, pendekatan pembelajaran berbasis inkuiri dapat meningkatkan kompetensi guru dalam kegiatan pembelajaran. Setelah diberi pembelajaran dengan model pembelajaran inkuiri ternyata juga dapat mengembangkan perilaku baik siswa yang terkait dengan perubahan pemahaman konsep fisika, juga meningkatkan nilai yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal, selalu aktif, komunikatif, dan bergairah dalam belajar. Begitu juga yang dikemukakan oleh Sutikno (2010) bahwa inkuiri terbimbing mampu meningkatkan minat dan pemahaman konsep fisika siswa.

Selain meningkatkan pemahaman konsep, tujuan pembelajaran fisika adalah mengembangkan kemampuan berpikir. Berpikir kritis memungkinkan siswa untuk menganalisis pikirannya dalam menentukan pilihan dan menarik kesimpulan dengan cerdas. Apabila anak diberi kesempatan untuk menggunakan pemikiran dalam tingkatan yang lebih tinggi di setiap tingkat kelas, pada akhirnya mereka akan terbiasa membedakan antara kebenaran dan kebohongan, penampilan dan kenyataan, fakta dan opini, pengetahuan dan keyaninan. Kemampuan berpikir kritis merupakan cara berpikir reflektif dan beralasan yang difokuskan pada pengambilan keputusan untuk memecahkan masalah (Ennis, 1985). Dengan demikian, proses mental ini akan memunculkan kemampuan berpikir kritis siswa untuk dapat menguasai fisika secara mendalam.


(21)

5

Salah satu pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya adalah model pembelajaran. Hasil temuan Kurniawati (2014) mengemukakan inkuiri terbimbing mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah model pembelajaran yang melibatkan guru mengidentifikasikan masalah dan menyampaikan banyak pertanyaan yang mengacu pada prosedur (Wening, 2010). Model inkuiri terbimbing merupakan suatu model pembelajaran yang melatih siswa dalam menemukan permasalahan dan melakukan penyelidikan sampai akhirnya memperoleh kesimpulan tentang permasalahan (Joyce, 1996).

Walaupun telah disebutkan bahwa pembelajaran inkuiri memiliki beberapa keuntungan positif, tetapi berdasarkan hasil observasi di lapangan didapatkan bahwa kenyataannya sampai saat ini masih ada siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran. Kekurangaktifan siswa ini menimbulkan kesulitan dalam menguasai konsep dan mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya. Pernyataan tersebut sesuai dengan kesimpulan penelitian Ornek (2008) yang menyatakan bahwa kesulitan siswa dalam menguasai konsep fisika disebabkan oleh kurang bekerja keras dalam pembelajaran. Keadaan ini memungkinkan proses belajar dan konsentrasi siswa kurang maksimal. Sebab itu, perlu dilakukan integrasi pembelajaran inkuiri terbimbing dengan bantuan media lainnya seperti bantuan Mind map.

Mind map merupakan peta rute yang hebat bagi ingatan, memungkinkan menyusun fakta dan pikiran sedermikian rupa sehingga cara kerja alami otak dilibatkan sejak awal. Ini berarti mengingat informasi akan lebih mudah dan lebih bisa diandalkan daripada menggunakan teknik pencatatan tradisional. Dengan Mind map, daftar informasi yang panjang bisa dialihkan menjadi suatu diagram berwarna, sangat teratur, dan mudah diingat yang bekerja selaras dengan cara kerja alami otak dalam melakukan berbagai hal (Buzan, 2012). Sehingga model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan mind map ini dapat diterapkan lebih efektif lagi dan mampu mengoptimalkan pemahaman konsep serta kemampuan berpikir kritis siswa.


(22)

6

Model pembelajaran ekspositori kurang tepat untuk diterapkan pada pembelajaran fisika karena sesungguhnya fisika merupakan bagian dari sains secara sistematis, sehingga fisika bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan beberapa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu latihan inkuiri (Sanjaya, 2007). Metode ceramah yang digunakan dalam proses pembelajaran fisika dapat menghambat kemampuan pemahaman konsep fisika, karena siswa hanya mendengar dan mengingat apa yang disampaikan oleh guru, tanpa terlibat langsung dalam proses belajar. Sehingga model ini dinilai kurang mampu dalam meningkatkan kemampuan pemahaman konsep dan berpikir kritis siswa.

Pemahaman materi fisika memerlukan pemikiran dan penalaran agar dapat menyelesaikan masalah fisika. Pada tingkat pendidikan tinggi, berpikir kritis mencakup pemahaman argumen dan meyakini, menilai argumen secara kritis dan meyakininya dan mengembangkan dan mempertahankan argumen dengan mendukung secara kuat dan penuh keyakinan (Sarwi, 2012). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis bukan materi bahan ajar tetapi suatu proses atau aktivitas yang selayaknya dimasukkan dalam pembelajaran materi apapun pada level pendidikan tertentu. Dalam penyelesaian masalah fisika diperlukan berpikir logis dan berpikir prosedural karena masalah fisika bersumber dari gejala alam dan materi yang kompleks memerlukan tahapan berpikir mulai berpikir dasar sampai berpikir tingkat tinggi.

Salah satu faktor eksternal yang dapat mempengaruhi perkembangan kognitif siswa adalah guru. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Slameto (2003) yakni, guru memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas siswa dalam belajar dan guru harus benar-benar memperhatikan dan memikirkan serta merencanakan proses belajar mengajar yang menarik bagi siswa agar siswa berminat dan semangat belajar dan siswa ikut serta dalam proses belajar mengajar, sehingga pengajaran tersebut menjadi efektif.


(23)

7

Namun kenyataannya masih ditemukan beberapa kelemahan mendasar seperti, pembelajaran tematik, pembelajaran kontekstual (CTL), kemampuan melakukan evaluasi belum dipahami secara utuh oleh guru. Pemahaman guru terkait dengan materi ajar hanya sekedar “text” belum “contex”, demikian juga dengan kemampuan guru dalam mengaitkan materi dengan materi lain. Guru harus diajak berubah dengan dilatih terus menerus dalam pembuatan satuan pelajaran, metode pembelajarannya yang berbasis inquiry, discovery, contextual teaching and learning, menggunakan alat bantunya, menyusun evaluasinya, dan perubahan filosofisnya (Rizali, 2009).

Menyikapi masalah tersebut, perlu diadakan suatu upaya yang dilakukan oleh guru untuk menggunakan model pembelajaran yang membuat siswa lebih tertarik dalam belajar fisika agar dapat meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa dalam bidang fisika. Setiap model mengajar atau pembelajaran harus mengandung suatu rasional yang didasarkan pada teori, berisi serangkaian langkah strategi yang dilakukan guru maupun siswa, didukung dengan sistem penunjang atau fasilitas pembelajaran, dan metode untuk mengevaluasi kemajuan belajar siswa. Model pembelajaran yang dapat memberikan siswa untuk memahami dan mengaplikasikan konsep fisika serta meningkatkan keterampilan berpikir kritis salah satunya adalah melalui inkuiri terbimbing yang terpusat pada siswa (student centre). Di dalam kegiatan inkuiri terbimbing berbantuan mind map ini siswa dapat mengembangkan diri untuk berpikir yang lebih luas, mengingat konsep yang diberikan dengan mudah, dapat memecahkan masalah, mengarahkan mereka ke dalam penyelidikan, membantu siswa mengidentifikasikan masalah secara konseptual dan metodologi.

Berdasarkan pernyataan yang telah diungkapkan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbantuan Mind Map Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep dan Berpikir Kritis Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Pollung”.


(24)

8

1.2 Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan terdapat beberapa permasalahan yang diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Pemahaman konsep fisika siswa masih rendah ditunjuk dari data tes kemampuan pemahaman konsep.

2. Model pembelajaran yang diterapkan dalam proses pembelajaran masih kurang variatif.

3. Pembelajaran masih kurang melibatkan peran aktif siswa.

4. Proses pembelajaran kurang merangsang siswa untuk memahami konsep yang dipelajari.

5. Siswa belum dapat mengembangkan pemikiran yang kritis tentang pelajaran fisika.

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, agar penelitian ini dapat lebih terarah dan mencapai sasaran yang diinginkan, penulis melakukan pembatasan masalah. Adapun batasan masalah tersebut adalah sebagai berikut : 1. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI SMAN 1 Pollung T.P. 2015/2016. 2. Model pembelajaran yang diterapkan dalam proses pembelajaran fisika adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan mind map dan model pembelajaran ekspositori.

3. Penelitian ini meninjau pemahaman konsep fisika siswa. 4. Penelitian ini meninjau berpikir kritis siswa tentang fisika.

5. Materi pokok dalam penelitian ini adalah materi Elastisitas dan Getaran kelas XI semester I SMAN 1 Pollung T.P. 2015/2016.

1.4 Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah dan identifikasi masalah dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah:


(25)

9

1. Apakah terdapat perbedaan kemampuan pemahaman konsep siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan mind map dan model pembelajaran ekspositori?

2. Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan mind map dan model pembelajaran ekspositori?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, identifikasi masalah dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui apakah terdapat perbedaan kemampuan pemahaman konsep

siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan mind map dan model pembelajaran ekspositori. 2. Mengetahui apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa yang

dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan mind map lebih dan model pembelajaran ekspositori.

1.6 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:

1. Memberikan gambaran pada pelaksanaan pendidikan tentang penerapan khususnya model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan mind map dan pengaruhnya terhadap peningkatan pemahaman konsep fisika siswa dan berpikir kritis siswa.

2. Bagi penulis memberikan informasi kepada guru tentang penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan mind map dan model pembelajaran ekspositori.

3. Menumbuhkan perhatian siswa dalam pembelajaran dan merangsang pemikiran sehingga menimbulkan pemahaman konsep fisika dan peningkatan berpikir kritis siswa.


(26)

10

1.7 Defenisi Operasional

Untuk memperjelas istilah yang digunakan dalam penelitian ini, agar tidak menimbulkan perbedaan penafsiran, maka diberikan suatu defenisi operasional sebagai berikut:

1. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

Model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah model pembelajaran penyelidikan atau penemuan sendiri yang diyakini terhadap suatu bukti baru untuk mencapai pemahaman yang lebih baik, melalui proses dan metode eksplorasi dan mengetes gagasan-gagasan baru yang melibatkan sikap-sikap untuk mencari penjelasan dan menghargai gagasan orang lain, terbuka terhadap gagasan baru, berpikir kritis, jujur dan kreatif. Adapun langkah-langkah dalam model inkuiri terbimbing dalam penelitian ini adalah:

1. Menyajikan masalah

2. Mengumpulkan data verifikasi berupa pengumpulan informasi, data mentabulasi data dan mengkarifikasi data

3. Pengumpulan data eksperimentasi, 4. Organisasi data dan formulasi kesimpulan

5. Analisis proses inkuiri dalam hal ini membimbing peserta didik untuk memahami pola penemuan yang dilakukan dan melihat kelemahan atau kesalahan yang mungkin terjadi.

2. Model Pembelajaran Ekspositori

Model pembelajaran langsung adalah model yang dirancang dalam proses pembelajaran yang menggunakan metode ceramah, diskusi dan penyampaian informasi yang langsung diberikan oleh guru kepada siswa. Adapun langkah-langkah dalam model pembelajaran langsung adalah :

(1) Persiapan (Preparation) (2) Penyajian (Presentation) (3) Korelasi (Correlation)

(4) Menyimpulkan (Generalization) (5) Mengaplikasikan (Application)


(27)

11

3. Mind Map

Mind map adalah peta pikiran yang dikembangkan oleh guru agar dapat memudahkan siswa mengingat materi pelajaran yang disusun berdasarkan ide pokok atau konsep yang menunjukkan hubungan antara ide-ide tersebut dengan ide utama. Adapun tujuan mind map dalam penelitian ini adalah sebagai media bantu siswa untuk mengingat materi pelajaran dengan mudah.

4. Pemahaman Konsep

Pemahaman konsep dapat diartikan sebagai suatu proses menerjemahkan suatu konsep kedalam suatu bentuk, kemudian menafsirkan tanda ataupun simbol dari suatu teori sehingga dapat membandingkan, mengklasifikasikan, memberikan contoh dan mampu meramalkan penyelesaian suatu masalah melalui pemikiran intelektual yang tinggi. Indikator kemampuan pemahaman konsep yang digunakan dalam penelitian ini yang mengacu pada pendapat Anderson & Krathwohl (2001) yaitu: (1) menginterpretasikan/menafsirkan; (2) mencontohkan; (3) mengklasifikasikan; (4) menyimpulkan; (5) membandingkan; (6) menjelaskan.

5. Kemampuan Berpikir Kritis

Kemampuan berpikir kritis adalah suatu kegiatan atau proses kognitif dan tindakan mental untuk memperoleh pengetahuan, pemahaman dan keterampilan agar mampu menemukan jalan keluar dan melakukan keputusan secara deduktif, induktif dan evaluatif sesuai dengan tahapannya yang dilakukan dengan berpikir secara mendalam tentang hal-hal yang dapat dijangkau oleh pengalaman seseorang, pemeriksaan dan melakukan penalaran yang logis. Penelitian ini mengacu terhadap indikator kemampuan berpikir kritis yaitu: (1) memberikan penjelasan sederhana; (2) membangun kemampuan dasar; (3) menyimpulkan; (4) penjelasan lebih lanjut; (5) strategi dan taktik.


(28)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dan pembahasan maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Kemampuan pemahaman konsep siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan mind map sebesar 74,73 lebih baik daripada model pembelajaran ekspositori sebesar 69,14.

2. Kemampuan berpikir kritis siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan mind map sebesar 70,54 lebih baik daripada model pembelajaran ekspositori sebesar 64,29.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil dan kesimpulan penelitian ini, maka peneliti memiliki beberapa saran untuk menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan mind map sebagai berikut:

1. Guru membiasakan pembelajaran dengan pembelajaran inkuiri terbimbing sehingga siswa akan terbiasa melakukan komunikasi baik secara lisan maupun tulisan.

2. Untuk menunjang keberhasilan implementasi pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan mind map, diperlukan bahan ajar yang menarik, untuk itu LKS siswa harus dirancang berdasarkan permasalahan kontekstual yang dekat dengan keseharian siswa dan menantang siswa untuk menyelesaikannya melalui proses menemukan.

3. Sebaiknya guru memperhatikan : (a) cara mengajukan pertanyaan atau tipe soal yang mampu membangkitkan rasa ingin tahu siswa, (b) bagaimana agar selama menyelesaikan masalah siswa tidak tergantung penuh pada bantuan guru, (c) bagaimana menciptakan suasana diskusi antar siswa dengan siswa yang lain agar diskusi tidak dominan dikuasai oleh siswa yang memiliki kemampuan tinggi.


(29)

96

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, O. W., & Krathwohl, D. R. 2001. A Taxonomy for Learning Teaching and Assessing. New York: Addison Wesley Longman.

Arends, R. I. 2008. Learning to Teach. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Arikunto, S. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Bassham, G., Irwin, W., Nardone, H., & Wallace, J.M. 2008. Critical Thinking: A

Student Introduction, 2nd edition. Singapore: McGraw-Hill Company, Inc BNSP. 2006. Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta Bukhori, M.A.F. 2012. Pembelajaran Berbasis Inkuiri Untuk Optimalisasi Pemahaman Konsep Fisika Pada Siswa di SMA Negeri 4 Magelang, Jawa Tengah. Berkala Fisika Indonesia 4(1):11-21

Buzan, T. 2012. Buku Pintar Mind Map. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Costa, A.L. 1988. (Ed): Developing Minds: A Resource Book for Teaching Thinking. Alexandria, Virginia: Association for Supervision and Curriculum Developing (ASCD).

Dahar, R.W.1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Deta. U.A., Suparmi, dan S. Widha. 2013. Pengaruh Metode Inkuiri Terbimbing dan Proyek, Kreativitas Serta Keterampilan Proses Sains Terhadap Prestasi Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia Vol 9(1), hal 28-34 Dimyati & Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Cetakan Kedua. Jakarta:

PT Rineka Cipta, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan RI

Ennis, R.H. 1985. A Concept Of Critical Thinking. Harvard Educational Review, Vol 32 (1): 81-111

Fisher, A. 2009. Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar. Terjemahan Benjamin Hadinata. Jakarta: Erlangga

Gulo, W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Grasindo

Hamzah, U. 2008. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif. Jakarta : Bumi Aksara

Hassoubah, Z. (2007). Mengasah Pikiran Kreatif dan Kritis: Disertai Ilustrasi dan Latihan. Bandung : Nuansa Cendia


(30)

97

Heong, Y. M., Yunos, J. M., Hassan, R. B., Othman, W. B., Kiong, T. T. 2011. The Perception of The Level of Higher Order Thinking Skills among Technical Education Students. International Conference on Social Science and Humanity journal 5 (2): 281-285

Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia

Jack, G.U. 2013. Concept Mapping and Guided Inquiry as Effective Techniques for Teaching Difficult Concepts in Chemistry: Affect on Students Academic Archievement. Journal of Education and Practice 6 (2): 11-12 Joyce, B.Weil, M and Calhoun,E. 2009. Models of Teaching (8 th ed). Boston:

Allyn & Bacon

Karakuyu, Y. 2010. The Effect of Concept Mapping on Attitude and Achievement in a Physics Course. International Journal of The Physical Sciences 5(6): 724-737.

Khan, M. S., Hussain, S., Ali, R., Majoka, M. I., and Ramzan, M. 2011. Effect of Inquiry Method on Achievement of Students in Chemistry at Secondary Level. International Journal of Academic Research, 3(1): 955-959.

Kuhlthau, C.C, Maniotes, L.K and Caspari, A.K. 2007. Guided Inquiry : Learning in the 21st Century School. Libraries Unlimited

Kurniawati, I.D., Wartono, dan M. Diantoro. 2014. Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Integrasi Peer Instruction Terhadap Penguasaan Konsep dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia Vol 10 (1): 36-46

Memes, W. 2000. Model Pembelajaran Fisika. Departemen Pendidikan Nasional Mulyasa, E. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Ornek, Funda, William R. Robinson, and Mark P. Haugan. 2008. What Makes Physics Difficult?.Purdue University, West Lafayette, USA. International Journal of Environmental & Science Education, 3 (1):30–34

Permendiknas. 2006. Kurikulum 2006 Standar Isi. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Rizali, A. 2009. Dari Guru Konvensional Menuju Guru Profesional. Jakarta: Grasindo


(31)

98

Sagala, S. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. Jakarta: Kencana

Sanjaya, W. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana

Santoso, S. 2008. Panduan Lengkap Menguasai SPSS 16. Jakarta: PT.Elex Media Komputindo

Sarwi, A. Rusilowati, dan S. Khanafiyah. 2012. Implementasi Model Eksperimen Gelombang Open-Inquiry Untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis Mahasiswa Fisika. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 8 (1): 41-50 Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta:

Rineka Cipta

Sochibin, A, P. Dwijananti, P. Marwoto. 2009. Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terpimpin Untuk Peningkatan Pemahaman Dan Keterampilan Berpikir Kritis. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 5 (1): 96-101

Sudarmini, Y, Kosim dan Hadiwijaya, A.S. 2015. Pembelajaran Fisika Berbasis Inkuiri Terbimbing Dengan Menggunakan LKS Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Ditinjau Dari Sikap Ilmiah Siswa Madrasah Aliyah Qamarul Huda Bagu Lombok Tengah. Jurnal Penelitian Pendidikan IPA 1(1) : 35-48

Sudjana, N. 2002. Dasar - dasar Proses Belajar Mengajar . Bandung: Sinar Baru Algensindo

Sugiarto,I. (2004). Mengoptimalkan daya kerja otak dengan berpikir holistik dan kreatif. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Suparno, P. 2007. Metodologi Pembelajaran Fisika. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma

Sutikno, Wahyudin dan A. Isa. 2010. Keefektifan Pembelajaran Berbantuan Multimedia Menggunakan Metode Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Minat Dan Pemahaman Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 6 (1): 58-62

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme. Jakarta: Prestasi Pustaka

Villalon, J., & Calvo, R. A. 2011. Concept Maps as Cognitive Visualizations of Writing Assignments. Educational Technology and Society, 14(3): 16–27.


(32)

99

Wena, M.2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer.Jakarta: Bumi Aksara.

Wening, C.J. 2010. Level of Inquiry: Using Inquiry Spectrum Learning Sequences to Teach Science. Journal of Physics Teacher Education Online 5(3): 7-8 Wijayanti, P.I, Mosik , dan N. Hindarto. 2010. Eksplorasi Kesulitan Belajar Siswa

Pada Pokok Bahasan Cahaya dan Upaya Peningkatan Hasil Belajar Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 6 (1): 1-5

Winkel, W.S. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo.

Yogihati, C.I. 2010. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Fisika Umum Melalui Pembelajaran Bermakna Dengan Menggunakan Peta Konsep. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 6 (2) 104-107


(1)

3. Mind Map

Mind map adalah peta pikiran yang dikembangkan oleh guru agar dapat memudahkan siswa mengingat materi pelajaran yang disusun berdasarkan ide pokok atau konsep yang menunjukkan hubungan antara ide-ide tersebut dengan ide utama. Adapun tujuan mind map dalam penelitian ini adalah sebagai media bantu siswa untuk mengingat materi pelajaran dengan mudah.

4. Pemahaman Konsep

Pemahaman konsep dapat diartikan sebagai suatu proses menerjemahkan suatu konsep kedalam suatu bentuk, kemudian menafsirkan tanda ataupun simbol dari suatu teori sehingga dapat membandingkan, mengklasifikasikan, memberikan contoh dan mampu meramalkan penyelesaian suatu masalah melalui pemikiran intelektual yang tinggi. Indikator kemampuan pemahaman konsep yang digunakan dalam penelitian ini yang mengacu pada pendapat Anderson & Krathwohl (2001) yaitu: (1) menginterpretasikan/menafsirkan; (2) mencontohkan; (3) mengklasifikasikan; (4) menyimpulkan; (5) membandingkan; (6) menjelaskan.

5. Kemampuan Berpikir Kritis

Kemampuan berpikir kritis adalah suatu kegiatan atau proses kognitif dan tindakan mental untuk memperoleh pengetahuan, pemahaman dan keterampilan agar mampu menemukan jalan keluar dan melakukan keputusan secara deduktif, induktif dan evaluatif sesuai dengan tahapannya yang dilakukan dengan berpikir secara mendalam tentang hal-hal yang dapat dijangkau oleh pengalaman seseorang, pemeriksaan dan melakukan penalaran yang logis. Penelitian ini mengacu terhadap indikator kemampuan berpikir kritis yaitu: (1) memberikan penjelasan sederhana; (2) membangun kemampuan dasar; (3) menyimpulkan; (4) penjelasan lebih lanjut; (5) strategi dan taktik.


(2)

95

Berdasarkan hasil penelitian, dan pembahasan maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Kemampuan pemahaman konsep siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan mind map sebesar 74,73 lebih baik daripada model pembelajaran ekspositori sebesar 69,14.

2. Kemampuan berpikir kritis siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan mind map sebesar 70,54 lebih baik daripada model pembelajaran ekspositori sebesar 64,29.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil dan kesimpulan penelitian ini, maka peneliti memiliki beberapa saran untuk menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan mind map sebagai berikut:

1. Guru membiasakan pembelajaran dengan pembelajaran inkuiri terbimbing sehingga siswa akan terbiasa melakukan komunikasi baik secara lisan maupun tulisan.

2. Untuk menunjang keberhasilan implementasi pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan mind map, diperlukan bahan ajar yang menarik, untuk itu LKS siswa harus dirancang berdasarkan permasalahan kontekstual yang dekat dengan keseharian siswa dan menantang siswa untuk menyelesaikannya melalui proses menemukan.

3. Sebaiknya guru memperhatikan : (a) cara mengajukan pertanyaan atau tipe soal yang mampu membangkitkan rasa ingin tahu siswa, (b) bagaimana agar selama menyelesaikan masalah siswa tidak tergantung penuh pada bantuan guru, (c) bagaimana menciptakan suasana diskusi antar siswa dengan siswa yang lain agar diskusi tidak dominan dikuasai oleh siswa yang memiliki kemampuan tinggi.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, O. W., & Krathwohl, D. R. 2001. A Taxonomy for Learning Teaching and Assessing. New York: Addison Wesley Longman.

Arends, R. I. 2008. Learning to Teach. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Arikunto, S. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Bassham, G., Irwin, W., Nardone, H., & Wallace, J.M. 2008. Critical Thinking: A

Student Introduction, 2nd edition. Singapore: McGraw-Hill Company, Inc BNSP. 2006. Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta Bukhori, M.A.F. 2012. Pembelajaran Berbasis Inkuiri Untuk Optimalisasi Pemahaman Konsep Fisika Pada Siswa di SMA Negeri 4 Magelang, Jawa Tengah. Berkala Fisika Indonesia 4(1):11-21

Buzan, T. 2012. Buku Pintar Mind Map. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Costa, A.L. 1988. (Ed): Developing Minds: A Resource Book for Teaching Thinking. Alexandria, Virginia: Association for Supervision and Curriculum Developing (ASCD).

Dahar, R.W.1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Deta. U.A., Suparmi, dan S. Widha. 2013. Pengaruh Metode Inkuiri Terbimbing dan Proyek, Kreativitas Serta Keterampilan Proses Sains Terhadap Prestasi Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia Vol 9(1), hal 28-34 Dimyati & Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Cetakan Kedua. Jakarta:

PT Rineka Cipta, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan RI

Ennis, R.H. 1985. A Concept Of Critical Thinking. Harvard Educational Review, Vol 32 (1): 81-111

Fisher, A. 2009. Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar. Terjemahan Benjamin Hadinata. Jakarta: Erlangga

Gulo, W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Grasindo

Hamzah, U. 2008. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif. Jakarta : Bumi Aksara

Hassoubah, Z. (2007). Mengasah Pikiran Kreatif dan Kritis: Disertai Ilustrasi dan Latihan. Bandung : Nuansa Cendia


(4)

Heong, Y. M., Yunos, J. M., Hassan, R. B., Othman, W. B., Kiong, T. T. 2011. The Perception of The Level of Higher Order Thinking Skills among Technical Education Students. International Conference on Social Science and Humanity journal 5 (2): 281-285

Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia

Jack, G.U. 2013. Concept Mapping and Guided Inquiry as Effective Techniques for Teaching Difficult Concepts in Chemistry: Affect on Students Academic Archievement. Journal of Education and Practice 6 (2): 11-12 Joyce, B.Weil, M and Calhoun,E. 2009. Models of Teaching (8 th ed). Boston:

Allyn & Bacon

Karakuyu, Y. 2010. The Effect of Concept Mapping on Attitude and Achievement in a Physics Course. International Journal of The Physical Sciences 5(6): 724-737.

Khan, M. S., Hussain, S., Ali, R., Majoka, M. I., and Ramzan, M. 2011. Effect of Inquiry Method on Achievement of Students in Chemistry at Secondary Level. International Journal of Academic Research, 3(1): 955-959.

Kuhlthau, C.C, Maniotes, L.K and Caspari, A.K. 2007. Guided Inquiry : Learning in the 21st Century School. Libraries Unlimited

Kurniawati, I.D., Wartono, dan M. Diantoro. 2014. Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Integrasi Peer Instruction Terhadap Penguasaan Konsep dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia Vol 10 (1): 36-46

Memes, W. 2000. Model Pembelajaran Fisika. Departemen Pendidikan Nasional Mulyasa, E. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Ornek, Funda, William R. Robinson, and Mark P. Haugan. 2008. What Makes Physics Difficult?.Purdue University, West Lafayette, USA. International Journal of Environmental & Science Education, 3 (1):30–34

Permendiknas. 2006. Kurikulum 2006 Standar Isi. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Rizali, A. 2009. Dari Guru Konvensional Menuju Guru Profesional. Jakarta: Grasindo


(5)

Sagala, S. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. Jakarta: Kencana

Sanjaya, W. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana

Santoso, S. 2008. Panduan Lengkap Menguasai SPSS 16. Jakarta: PT.Elex Media Komputindo

Sarwi, A. Rusilowati, dan S. Khanafiyah. 2012. Implementasi Model Eksperimen Gelombang Open-Inquiry Untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis Mahasiswa Fisika. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 8 (1): 41-50 Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta:

Rineka Cipta

Sochibin, A, P. Dwijananti, P. Marwoto. 2009. Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terpimpin Untuk Peningkatan Pemahaman Dan Keterampilan Berpikir Kritis. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 5 (1): 96-101

Sudarmini, Y, Kosim dan Hadiwijaya, A.S. 2015. Pembelajaran Fisika Berbasis Inkuiri Terbimbing Dengan Menggunakan LKS Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Ditinjau Dari Sikap Ilmiah Siswa Madrasah Aliyah Qamarul Huda Bagu Lombok Tengah. Jurnal Penelitian Pendidikan IPA 1(1) : 35-48

Sudjana, N. 2002. Dasar - dasar Proses Belajar Mengajar . Bandung: Sinar Baru Algensindo

Sugiarto,I. (2004). Mengoptimalkan daya kerja otak dengan berpikir holistik dan kreatif. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Suparno, P. 2007. Metodologi Pembelajaran Fisika. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma

Sutikno, Wahyudin dan A. Isa. 2010. Keefektifan Pembelajaran Berbantuan Multimedia Menggunakan Metode Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Minat Dan Pemahaman Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 6 (1): 58-62

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme. Jakarta: Prestasi Pustaka

Villalon, J., & Calvo, R. A. 2011. Concept Maps as Cognitive Visualizations of Writing Assignments. Educational Technology and Society, 14(3): 16–27.


(6)

Wena, M.2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer.Jakarta: Bumi Aksara.

Wening, C.J. 2010. Level of Inquiry: Using Inquiry Spectrum Learning Sequences to Teach Science. Journal of Physics Teacher Education Online 5(3): 7-8 Wijayanti, P.I, Mosik , dan N. Hindarto. 2010. Eksplorasi Kesulitan Belajar Siswa

Pada Pokok Bahasan Cahaya dan Upaya Peningkatan Hasil Belajar Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 6 (1): 1-5

Winkel, W.S. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo.

Yogihati, C.I. 2010. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Fisika Umum Melalui Pembelajaran Bermakna Dengan Menggunakan Peta Konsep. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 6 (2) 104-107