Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbantuan Video terhadap Hasil Belajar Siswa SMA
(Kuasi Eksperimen di SMA Negeri 19 Kabupaten Tangerang)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
DYAH FATMA WATI 1111016300035
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2016
(2)
Wati, NIM. 1 I 1 101 630003 5, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, tlniversitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munagasah sesuai ketentuan yang ditetapkan fakultas.
Jakarta, ,April 201,6
Yang mengesahkan,
Pembimbing II
009
Devi Solehat. M. Pd
NIP. bing I
Drs.
nAi[lP";;
M. siNIP. t952 0701 t97903 1
t *t- :
(3)
Fatnoa Wati,
NIM 1111016300035,
diajukan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah danKeguruan (FITK)
UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta dan dinyatakah lulus dalamujian munaqasah pada tanggal dihadapan dewan penguji. Karena
itu,
penulis mernperoleh gelas Sl (S.Pd) dalam bidang pendidikan Fisika.Jakarta, Panitia Ujian Munaqasah
Tanggal
Ketua Panitia (Ketua Prodi Pendidikan Fisika)
Tanda Tangan
DwiNanto. P.hD
NIrP . 197903 1 9 200901 1 009
Penguji I
Diah Mulhayatiah. M.Pd
NIP .19790309 200g01 2 016
Penguji II
Kinkin Suartini. M.Pd
NIP . 797 80406 200604 2 003
ll-ob-
lntV-tGLwtL
*.}o
l C/b
,fiob,L
Mengetahui
arbiyah dan Keguruan
203 1 007 atullah
'*
(4)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama
TempatlTgl.Lahir NIM
Jurusan / Prodi Judul Skripsi
Dosen Pembimbing
Dyah Fatna Wati
Kebumen
/
l2Desember 1993 1111016300035Pendidikan IPA / Pendidikan Fisika
Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbantuan Video terhadap Hasil Belajar Siswa SMA
: 1. Drs. Hasian Poharq M.Si 2. Devi Solehat, M.Pd
dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.
Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.
iakarta,
April 2016 TGL.D7gADF77
DyahFafinaWati NIM. 1111016300035
(5)
Inkuiri Terbimbing Berbantuan Video terhadap Hasil Belajar Siswa SMA. Skripsi Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.
Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan video terhadap hasil belajar siswa kelas XI pada Konsep Hukum Gravitasi Newton. Penelitian ini dilakukan di kelas XI IPA 3 sebagai kelas kontrol dan XI IPA 4 sebagai kelas eksperimen SMAN 19 Kabupaten Tangerang. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan desain
nonequivalent control group design dan teknik penentuan sampel berdasarkan teknik purposive sampling. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2016. Instrumen yang digunakan adalah tes objektif tipe pilihan ganda dan instrumen nontes berupa angket. Data hasil instrumen tes dianalisis secara kuantitatif, sedangkan data hasil instrumen nontes dianalisis secara kualitatif, sehingga menghasilkan data berupa persentase yang dikonversi menjadi data kualitatif. Berdasarkan analisis data tes, disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan video terhadap hasil belajar siswa pada konsep hukum gravitasi Newton. Hasil tersebut didasarkan pada uji hipotesis menggunakan Mann- Whitney terhadap data posttest. Nilai signifikansi (2-tailed)
sebesar 0,012 sedangkan nilai taraf signifikansi sebesar 0,05 atau nilai signifikansi
(2-tailed) < 0,05. Pembelajaran menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan video lebih unggul dalam meningkatkan jenjang kognitif C1, C3, dan C4 dengan kategori sedang, namun peningkatan tertinggi terdapat pada jenjang C1 (mengingat) dan C4 (menganalisis) sebesar 0,70. Selanjutnya, hasil analisis data nontes menunjukan bahwa secara keseluruhan penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan video memperoleh respon positif dari siswa yaitu dengan persentase sebesar 77% pada kategori baik.
Kata Kunci : Model Pembelajaran, Inkuiri Terbimbing, Video, Hasil Belajar, Hukum gravitasi Newton.
(6)
Inquiry Learning Model of the Video Assisted on learning Outcomes of Senior High School Students. Undergraduate Thesis of Physics Education Program, Science Education Department. Faculty of Tarbiya and Teacher Training, State Islamic University of Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.
The aim of this research is to find out the effect of using guided inquiry learning model to the video-assisted learning outcomes of students of class XI on Newton's Law of Gravity Concept. This research was done in class XI IPA 3 as the control class and XI IPA 4 as an experimental class at SMAN 19 Kabupaten Tangerang. The method used in this study was Quasi-Experimental design with nonequivalent control group design and sampling technique based on a purposive sampling technique. The research was conducted in February 2016. The instruments used are objective type multiple choice test and non-test instruments in the form of a questionnaire. The result of data were analyzed by quantitatively test instruments, while the instrument non-test were analyzed by qualitatively, then the result of the data is percentage, the data converted into a percentage of qualitative data. Based on the test of data analysis, it was concluded that there is a significant effect from learning model with assisted video by using guided inquiry learning outcomes of students to the concept of Newton's law of gravity. The result of hypothesis testing using the Mann-Whitney test on posttest data. The value significance (2-tailed) is 0,012 while the significance level is 0,05 or the value of significance (2-tailed) < 0,05. Learning by using guided inquiry learning model with assisted video is more effective and make students understand in improving the cognitive levels C1, C3 and C4 with a medium category, but the higher increase in the level of C1 (remember) and C4 (analyze) at 0,70. Furthermore, non-test data analysis showed that the overall use of guided inquiry learning model-assisted video obtained a positive response from the students that with a percentage of 77% in good categories.
Keywords: Learning Model, Guided Inquiry, Video, Results Learning, and Newton's Law of Gravity
(7)
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta para sahabat serta umatnya yang senantiasa berada dalam lindungan-Nya.
Skripsi ini dapat terselesaikan bukan semata-mata karena kemampuan peneliti saja. Atas ridho Allah SWT, penulis dapat menulis skripsi yang berjudul
“Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbantuan Video terhadap Hasil Belajar Siswa SMA”.
Selama melaksanakan kegiatan penelitian dan menyusun skripsi, penulis banyak mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis dengan ketulusan hati menyampaikan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Baiq Hana Susanti, M. Sc, selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dwi Nanto, Ph.D selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 4. Bapak Drs. Hasian Pohan, M. Si, selaku dosen pembimbing I. Terima kasih
atas ilmu, didikan, dorongan, semangat, waktu luang yang diberikan untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Ibu Devi Solehat, M. Pd, selaku dosen pembimbing II. Terima kasih atas ilmu, didikan, dorongan, semangat, waktu luang yang diberikan untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Ibu Diah Mulhayatiah, M.Pd, selaku dosen penguji I. Terima kasih atas saran, didikan dan waktu luang yang diberikan untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
(8)
8. Seluruh dosen dan staf jurusan pendidikan IPA, khususnya Prodi Pendidikan Fisika, yang telah memberikan ilmu dan pengalaman selama perkuliahan. 9. Bapak Drs. E. Ruslan Siradz selaku kepala SMAN 19 Kabupaten Tangerang,
yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis.
10. Ibu Fadhulil Jannah, S.Si., M.Pd. selaku guru bidang studi fisika SMAN 19 Kabupaten Tangerang yang telah membantu penulis selama penelitian.
11. Dewan guru, staf tata usaha dan siswa-siswi SMAN 19 Kabupaten Tangerang yang telah memberikan bantuan selama melakukan penelitian.
12. Teristimewa untuk kedua orang tuaku tercinta, ayahanda Solikhun dan ibunda Martini yang telah memberi kasih sayangnya tak terbatas dan senantiasa menjadi obat dari segala lelah serta pemicu untuk selalu bangkit. Tak lupa teruntuk adikku tercinta Ananda Yuli Nurhayati dan Amalia Nur Azizah yang selalu mengingatkan dikala lengah dan menemani disaat letih.
13. Teman-teman seperjuangan Kece (Amel, Maria, Lita, Meng, Lika, Meri, dan Diyono), Rovi Afriana dan Mira Kusmira terima kasih do’a, motivasi dan dukungan yang luar biasa untuk penulis.
14. Teman-teman seperjuangan Kosan Mawar (Matul, Racem, Umi, Eno, Mayang, Jamilah, Delis, dan Fatma) yang telah memberikan bantuan dan inspirasi. 15. Teman-teman keluarga Fisika 2011 dan kakak tingkat yang telah menemani,
memberikan semangat dan dukungan yang luar biasa untuk penulis.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan penyusunan skripsi ini sangat dinantikan. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Aamiin.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Jakarta, 1 April 2016
(9)
Error! Bookmark not defined.
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ... Error! Bookmark not defined.
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ... Error! Bookmark not defined.
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 6
C. Pembatasan Masalah ... 6
D. Rumusan Masalah ... 7
E. Tujuan Peneitian ... 7
F. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Teoritis ... 8
1. Hakikat Belajar ... 8
2. Model Pembelajaran Inkuiri ... 9
3. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 14
4. Media Pembelajaan ... 17
(10)
C. Kerangka Berpikir ... 32
D. Hipotesis Penelitian ... 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 34
B. Metode Penelitian ... 34
C. Desain Penelitian ... 34
D. Populasi dan Sampel ... 35
E. Variabel Penelitian ... 35
F. Teknik Pengumpulan Data ... 35
G. Instrumen Penelitian ... 36
1. Instrumen Tes ... 36
2. Instrumen Nontes ... 37
H. Kalibrasi Instrumen ... 38
1. Kalibrasi Instrumen Tes ... 38
2. Kalibrasi Instrumen Nontes ... 43
I. Teknik Analisis Data Tes ... 43
1. Uji Prasyarat Analisis Data Tes ... 43
2. Analisis Data Tes ... 45
J. Analisis Data Nontes ... 48
K. Hipotesis Statistik ... 50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 51
1. Hasil Pretest ... 51
2. Hasil Posttest ... 52
3. Rekapitulasi Hasil Belajar... 54
4. Hasil Uji Prasyarat Analisis Statistik ... 57
5. Uji Hipotesis ... 58
(11)
B. Saran ... 66 DAFTAR PUSTAKA ... 61
(12)
Gambar 2.2 Benda pada Ketinggian tertentu ... 28 Gambar 2.3 Kerangka Berpikir ... 33 Gambar 4.1 Grafik Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Kelas Kontrol
dan Kelas Eksperimen ... 51 Gambar 4.2 Grafik Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Kelas Kontrol
dan Kelas Eksperimen ... 53 Gambar 4.3 Grafik Hasil Pretest dan Posttest Kelas Kontrol dan Kelas
Eksperimen pada Jenjang Kognitif ... 55 Gambar 4.4 Grafik Peningkatan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas
(13)
Tabel 3.1 Desain Penelitian ... 34
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Tes ... 36
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Respon Siswa ... 38
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Observasi Aktivitas Siswa ... 38
Tabel 3.5 Interpretasi Validitas ... 39
Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Instrumen Tes ... 39
Tabel 3.7 Interpretasi Reliabilitas ... 40
Tabel 3.8 Interpretasi Taraf Kesukaran ... 41
Tabel 3.9 Hasil Taraf Kesukaran Instrumen Tes ... 41
Tabel 3.10 Interpretasi Daya Pembeda ... 42
Tabel 3.11 Hasil Uji Daya Pembeda Instrumen Tes ... 42
Tabel 3.12 Uji Validitas Instrumen Nontes ... 42
Tabel 3.13 Kategori Uji Normalitas ... 44
Tabel 3.14 Kategori Uji Homogenitas ... 45
Tabel 3.15 Kategori N-Gain ... 48
Tabel 3.16 Kategori Uji Angket Siswa ... 48
Tabel 3.17 Interpretasi Angket Siswa ... 49
Tabel 4.18 Rubrik penilaian Akivitas Siswa ... 49
Tabel 4.1 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 52
Tabel 4.2 Ukuran Pemusataan dan Penyebaran Data Hasil Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 53
Tabel 4.3 Pemusatan dan PenyebaranData Hasil Pretest dan Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 54
Tabel 4.4 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Uji Normalitas Pretest dan Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 57
(14)
Tabel 4.7 Hasil Angket Respon Siswa terhadap Model Pembelajaran
Inkuiri Terbimbing Berbantuan Video ... 60 Tabel 4.7 Hasil Observasi Aktivitas Siswa ... 61
(15)
A. Kisi-Kisi Instrumen Tes ... 71
B. Uji Coba Instrumen Tes ... 72
C. Validitas Hasil Uji Instrumen ... 118
D. Reliabilitas Hasil Uji Instrumen ... 119
E. Taraf Kesukaran Hasil Uji Instrumen ... 120
F. Daya Pembeda Hasil Uji Instrumen ... 121
G. Rekapitulasi Hasil Validasi ... 122
H. Rekapitulasi Hasil Wawancara ... 124
I. Kisi-Kisi Instrumen Nontes (Angket) ... 126
J. Instrumen Nontes (Angket) ... 127
K. Print Screen Media Video ... 129
L. LKS Inkuiri Terbimbing ... 133
M. Validasi Ahli Media ... 152
N. Validasi Ahli Materi ... 156
Lampiran 2 Proses Penelitian A. Kisi-Kisi Instrumen Valid ... 160
B. Hasil Pretest Kelas Kontrol ... 188
C. Hasil Pretest Kelas Eksperimen ... 191
D. Uji Normalitas Hasil Pretest ... 194
E. Uji Homogenitas Hasil Pretest ... 195
F. Uji Hipotesis Hasil Pretest ... 196
G. Lembar Jawaban ... 197
H. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 198
I. Lembar Observasi ... 243
Lampiran 3 Pasca Penelitian A. Hasil Posttest Kelas Kontrol ... 249
(16)
F. Perhitungan Nilai Rata-rata Jenjang Kognitif saat
Pretest dan Posttest ... 258
G. Perhitungan Peningkatan Hasil Belajar pada Jenjang Kognitif Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 262
H. Hasil Angket Respon Siswa ... 263
I. Hasil Observasi Aktivitas Siswa ... 265
Lampiran 4 Surat-Surat Penelitian A. Surat Permohonan Observasi ... 266
B. Surat Keterangan Wawancara ... 267
C. Surat Permohonan Izin Penelitian ... 269
D. Surat Keterangan Penelitian ... 270
E. Lembar Uji Validasi Instrumen Nontes ... 271
F. Lembar Uji Referensi ... 273
(17)
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah salah satu aspek yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, dengan pendidikan manusia dapat meningkatkan pengetahuan, wawasan dan pengalaman. UNESCO
(United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization)
merupakan badan organisasi internasional pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan PBB yang didirikan tahun 1945 dan mulai berlaku tahun 1946. UNESCO memiliki tujuan untuk mendukung perdamaian dan keamanan dengan kerja sama antar negara melalui bidang pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan.1 Empat pilar pendidikan yang dikenalkan oleh UNESCO guna menciptakan proses pembelajaran yang efektif, yaitu learning to know, learning to do, learning to live together, dan learning to be.2 Hal ini menjadikan pendidikan menuju ke arah pembangunan sistem pendidikan yang berkualitas dan pembelajaran sepanjang hayat.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 menyatakan bahwa:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.3
Sesuai dengan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, setiap warga negara mempunyai peranan penting dalam pendidikan. Setiap warga
1 UNESCO, Basic Text, (Paris: United Nations Educational, Scientific and Cultural
Organization, 2014), h. 6.
2 Groep T, The Four Pillars of Education, 2015,(www.groept.be).
3 Undang-Undang R.I Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(18)
negara Indonesia berhak mendapatkan pelayanan pendidikan yang baik sesuai dengan standar proses pendidikan. Keberhasilan seorang guru di lapangan menjadi ujung tombak dari ketercapaian tujuan pendidikan. Hal ini menuntut guru agar memiliki kemampuan merancang dan mengimplementasikan pembelajaran yang tepat. Keterampilan guru dalam menggunakan media pembelajaran dan bahan ajar akan lebih menciptakan lingkungan belajar yang efektif.
Perencanaan pembelajaran sangat diperlukan dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran di dalam kelas. Dalam mengajar, guru harus memahami bahwa setiap mata pelajaran membutuhkan penanganan atau perencanaan yang berbeda-beda. Hal ini dikarenakan setiap mata pelajaran memiliki karakteristik pokok bahasan yang berbeda-beda, salah satunya mata pelajaran yang diajarkan pada siswa SMA adalah fisika.
Fisika merupakan salah satu bidang ilmu pengetahuan alam yang paling mendasar, karena berhubungan dengan perilaku dan struktur benda.4 Ruang lingkup fisika meliputi fakta-fakta, konsep, teori, hukum dan fenomena-fenomena di alam semesta. Proses pemahaman awal harus dilakukan sebaik mungkin agar tujuan dari pembelajaran fisika dapat tercapai. Siswa dapat berperan aktif dan ikut serta dalam pembelajaran untuk membangun sendiri pengetahuannya. Hal ini sesuai degan Piaget yang menyatakan bahwa setiap individu sejak kecil sudah memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri.5
Pembelajaran fisika di sekolah memiliki beberapa permasalahan, hal ini didapat dari studi pendahuluan dengan mewawancarai guru dan murid di salah satu SMA Negeri di daerah Balaraja. Hasil wawancara menyebutkan bahwa Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk pembelajaran fisika adalah 75. Nilai ini menjadi tolak ukur kemampuan siswa dalam memahami pelajaran tersebut. Namun, pada kenyataanya hasil belajar fisika siswa masih dibawah
4 Douglas C.Giancoli, Fisika Jilid I (terjemahan), Terj. Yuhilza Hanum, (Jakarta:
Erlangga, 2001), h. 1.
5 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(19)
KKM. Rendahnya hasil belajar diketahui berdasarkan wawancara bahwa siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep yang diajarkan. Selain itu, terlalu banyak rumus yang harus dihapalkan, sulitnya mempelajari konsep yang abstrak, dan sulitnya memecahkan persoalan-persoalan yang berhubungan dengan konsep fisika.
Guru bidang studi fisika menjelaskakan bahwa pembelajaran umumnya dilakukan dengan penjelasan konsep dan penjabaran rumus secara sistematis. Mengingat jarangnya guru dalam melakukan praktikum membuat siswa dan guru belajar secara konvensional. Pandangan ini membuat guru sebagai satu-satunya sumber informasi dalam pembelajaran yang hanya berperan sebagi proses transfer informasi dari guru kepada siswa. Siswa hanya menerima dan menghafalkan konsep yang telah diajarkan tanpa adanya keterlibatan secara aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini berpengaruh pada pemahaman konsep fisika siswa sehingga hasil belajar fisika siswa pun ikut rendah.
Konsep fisika yang bersifat abstrak kadang membuat siswa menjadi bingung dengan apa yang mereka pelajari. Keterbatasan ruangan dan waktu membuat beberapa konsep fisika menjadi sulit diamati dan sulit diajarkan pada siswa. Salah satu konsep fisika yang sulit untuk diajarkan adalah Hukum gravitasi Newton. Konsep Hukum gravitasi Newton banyak menyajikan peristiwa-peristiwa yang jauh dan benda-benda yang berukuran besar. Sehingga sulit dihadirkan di kelas hal ini menjadi alasan guru lebih memilih metode ceramah dalam menyampaikan konsep fisika.
Permasalahan di atas memerlukan solusi terbaik guna memperbaiki kondisi pembelajaran fisika agar lebih bermakna dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan pemaparan permasalahan diatas diperlukan model pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa dalam membangun pemahaman yang menekankan pada keaktifan siswa dalam belajar. Penggunaan model pembelajaran yang inovatif dapat memberikan kesempatan siswa untuk menemukan sendiri pengetahuannya. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model inkuiri terbimbing.
(20)
Pembelajaran inkuiri memiliki ciri-ciri dimana dalam proses pembelajarannya siswa mengkonstruk sendiri pemahamannya dengan melakukan aktivitas eksperimen, dan penyelidikan (investigasi) terhadap konsep yang sedang dipelajari. Pembelajaran inkuiri terbimbing memberikan banyak arahan kepada siswa yang belum terbiasa menggunakan pembelajaran inkuiri. Pada model ini terdapat beberapa tahapan, diawali dengan tahap menyajikan masalah, berhipotesis, merencanakan percobaan, malakukan percobaan, menganalisis data dan menarik kesimpulan. Pada tahapan penyajian masalah guru memberikan pertanyaan yang dapat menimbulkan rasa ingin tahu siswa. Hal ini sesuai dengan pernyataan Gormally dkk. bahwa inkuiri terbimbing memberikan arahan lebih banyak karena kurangnya pengalaman dan pengetahuan pada tingkat perkembangan kognitif yang digunakan dalam pemikiran abstrak.6
Model pembelajaran inkuiri mengajak siswa untuk menanya, meminta keterangan atau penyelidikan sehingga siswa dapat belajar aktif secara mental dan fisik.7 Dalam pembelajaran dapat terjadi komunikasi dua arah bahkan banyak arah sehingga siswa berperan aktif dalam pembelajaran. Sehingga peran guru hanya sebagai fasilitator, dimana siswa menemukan sendiri pemahamannya sehingga dapat memaksimalkan hasil belajar. Dalam mencari informasi siswa dapat melakukan suatu penyelidikan terhadap permasalahan yang diangkat. Informasi yang diperoleh dapat dikumpulkan melalui pengamatan langsung pada praktikum. Namun, jika suatu percobaan tidak dapat dilakukan data dapat diberikan kepada siswa disertai keterangan mengenai instrumen dalam pengumpulan data tersebut.8 Sehingga siswa dapat mengonstruk suatu konsep dan mengaplikasikannya untuk menyelesaikan
6 C. Gomally, dkk., Lessons Learned About Implementing an Inquiry-Based
Curriculum in a College Biology Laboratory Classroom, Journal of College Science Teaching, 2011, Vol. 40 (3), h. 46.
7 Wahyudin, dkk., Keefektifan Pembelajaran Berbantuan Multimedia Menggunakan
Metode Inkuiri Terbimbing, Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 2010, h. 59.
8Luluk Mufidah, “Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Program Moodle untuk
Meningkatkan Motivassi dan Hasil Belajar Siswa”, Jurnal Pendidikan Sains, Vol. 2 (1), 2014, h.19.
(21)
suatu pemasalahan yang berhubungan dengan konsep tersebut. Jika dilihat dari pemaparan di atas aktivitas penyeledikan dalam praktikum mampu memberikan pengalaman langsung kepada siswa, namun penggunaan laboratorium di sekolah belum dioptimalkan.
Proses penyelesaian suatu permasalahan pada konsep fisika yang abstrak perlu bantuan media pembelajaran guna membantu siswa dalam memahami konsep tersebut. Penyajian media yang mampu menghadirkan fenomena-fenomena dan benda-benda makro yang dapat menepis keterbatasan ruang, jarak dan waktu. Oleh karena itu, diperlukan suatu media yang dapat menvisualisasian konsep yang sulit dijangkau dan memberikan kemudahan siswa dalam melakukan kegiatan inkuiri. Berdasarkan pemaparan di atas dipilihlah media pembelajaran berbentuk video.
Penggunaan video bertujuan agar konsep yang sulit dijangkau dapat divisulisasikan dengan baik dan memudahkan siswa dalam mempelajari konsep tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Catlin Tucker yang menyatakan bahwa penggunaan video dapat mendorong siswa dalam penyelidikan yang membuat konsep abstrak jauh lebih bermakna.9 Selain itu menurut penelitian yang dilakukan Salovaara menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis inkuiri yang didukung komputer dapat meningkatkan penggunaan strategi kognitif yang mendukung pembelajaran.10 Sehingga diharapkan penggunaan video melalui komputer dalam pembelajaran dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Pembelajaran fisika melalui model pembelajaran inkuiri diharapkan siswa dapat berperan aktif dalam membangun konsep berdasarkan pengalaman langsung dibantu oleh metode diskusi dan praktikum. Pembelajaran yang bersifat student center memberikan keleluasaan kepada siswa dalam mengasah bakat dan kemampuannya dalam belajar. Untuk dapat mengkonkritkan materi yang abstrak pembelajaran dibantu dengan video sebagai media yang mampu
9 Catlin Tucker, Teachers’ Guide to Using Videos, 2013, p. 9, (http://ww2.kqed.org). 10Hanna Salovaara, An Exploration of Students’ strategy Use in Inquiry-Based
Computer-Supported Collaborative Learning, Journal of Computer Assisted Learning 21, 2005. p. 1.
(22)
memberikan visualisasi kepada siswa mengenai konsep yang diajarkan. Berdasarkan pemaparan diatas, maka penulis tertarik untuk mengangkat
masalah ini dalam sebuah penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing berbantuan Video terhadap Hasil Belajar Siswa SMA.”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang dapat diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut:
1. Kurangnya aktivitas siswa dalam pelaksanaan pembelajaran fisika. Sehingga belum memaksimalkan keterampilan siswa dalam melakukan praktikum.
2. Kurangnya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Interaksi yang terjadi dalam kelas antara siswa dan guru dapat membantu siswa memahami konsep yang diajarkan.
3. Hasil belajar siswa yang masih relatif rendah.
4. Sulitnya menghadirkan konsep fisika dengan benda-benda yang berukuran makro ke dalam kelas sehingga sulit untuk diamati.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, peneliti membatasi masalah pada penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Konsep fisika yang diteliti adalah Hukum gravitasi Newton.
2. Tahapan inkuiri yang digunakan mengikuti tahapan yang diungkapkan oleh Eggen dan Kauchak, yaitu menyajikan pertanyaan, merumuskan hipotesis, merancang percobaan, melakukan percobaan, mengumpulkan dan analisis data, dan membuat kesimpulan.
3. Hasil belajar siswa diukur pada penilaian ranah kognitif yang mengacu pada Taksonomi Bloom yang telah direvisi. Ranah kognitif yang diukur dalam penelitian ini meliputi kemampuan mengingat (C1), memahami (C2), mengaplikasikan (C3) dan menganalisis (C4).
(23)
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan batasan masalah yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan video terhadap terhadap hasil belajar siswa?
2. Apakah terdapat peningkatan hasil belajar siswa setelah menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan video?
3. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan video?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui ada tidaknya pengaruh pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan video terhadap terhadap hasil belajar siswa SMA.
2. Mengetahui ada tidaknya peningkatan hasil belajar siswa setelah menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan video. 3. Mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran inkuiri terbimbing
berbantuan video pada konsep Hukum gravitasi Newton.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Memberikan kemudahan siswa dalam mengingat, memahami, menerapkan dan menganalisis pembelajaran fisika sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat pada konsep Hukum gravitasi Newton.
2. Memberi alternatif pembelajaran yang inovatif atau inspiratif dalam pembelajaran konsep Hukum gravitasi Newton.
3. Memberikan informasi tentang pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan video pada konsep Hukum gravitasi Newton.
(24)
A. Kajian Teoritis 1. Hakikat Belajar
Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil panglamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.1 Menurut Wina Sanjaya, belajar adalah proses berpikir yang menekankan pada proses pencarian dan menemukan pengetahuan melalui interaksi antara individu dengan lingkungan.2 Dalam penelitian-penelitian pendidikan sains mengungkapkan bahwa belajar sains merupakan suatu proses konstruktif yang menghendaki partisipasi aktif siswa.3
Pengertian belajar menurut Arsyad merupakan suatu proses kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hayat. Salah satu tanda bahwa orang itu telah belajar adalah perubahan tingkah laku pada tingkat pengetahuan keterampilan dan sikap.4 Dengan demikian, perubahan tingkah laku ini yang akan mempengaruhi hasil akhir dari suatu pembelajaran. Selain itu, menurut Oemar Hamalik belajar merupakan suatu proses atau kegiatan, dan bukan suatu hasil yang bukan hanya mengingat akan tetapi mengalami.5 Proses belajar yang inovatif didukung dengan adanya perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang diperlukan dalam
1 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013),
h. 4.
2 Wina sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Bandung: Kencana, 2008), h.107.
3 Ratna Willis Dahar, Teori-teori belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Erlangga, 2011),
h.152.
4 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 1. 5
(25)
belajar mengajar berupa silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa (LKS), instrumen evaluasi, media pembelajaran dan buku ajar siswa.6
Berdasarkan beberapa pendapat diatas disimpulkan belajar merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman dengan adanya perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan.
2. Model Pembelajaran Inkuiri
Model pembelajaran adalah suatu pola atau perencanaan yang digunakan untuk merencanakan pembelajaran di kelas. Istilah model pembelajaran memiliki makna lebih luas dibandingkan strategi, metode dan prosedur. Adapun menurut Trianto, model pembelajaran adalah suatu perencanaan yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Model pembelajaran mengarahkan pada pembelajaran yang membantu siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.7 Suatu model pembelajaran memiliki ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi pembelajaran yaitu memiliki latar belakang yang rasional, memiliki landasan pemikiran bagaimana siswa belajar, adanya aktivitas pendidik yang terstruktur, dan pengaturan lingkungan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.8
Kata inkuiri dalam bahasa inggris inquiry, berarti bertanya, pemeriksaan atau penyelidikan. Inkuiri sebagai proses umum yang dilakukan manusia dalam mencari dan memahami rangkaian informasi. Informasi, pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat fakta-fakta tetapi hasil menemukan sendiri.9 Pembelajaran inkuiri mengajak siswa untuk secara langsung terlibat proses ilmiah dalam jangka waktu yang relatif singkat. Inkuiri merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada siswa
(Student centered approach).10 Sehingga siswa memiliki peran yang sangat
dominan dalam proses pembelajaran guna mengkontruksi pengetahuannya sendiri. Adapun menurut Ibrahim Bilgin “Teaching and learning processes during which
6 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-progresif, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2013), Cet 6, h. 201.
7Ibid, h. 22.
8 A. Wahab Jufri, Belajar dan Pembelajaran Sains, (Bandung:2013), h.89. 9 Trianto, op.cit., h. 114.
(26)
learners ask their own questions, plan their own inquiries, analyze and discuss their findings and construct their own understandings proves learning to be more effective and long-lasting.”11
Pembelajaran inkuiri merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran yang berbasis kontekstual dimana siswa diharapkan memiliki keterampilan berpikir dari hasil menemukan sendiri. Menurut Alan Colburn menyatakan bahwa inkuiri merupakan suatu pengolahan kelas dimana siswa dilibatkan secara aktif melalui pemecahan masalah melalui diskusi, berpusat pada siswa dan aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh siswa.12 Pendapat lain Rutherford dan Ahlgren menyatakan pengertian inkuiri ilmiah tidak begitu saja diambil dari konteks penyelidikan tertentu, tetapi inkuiri lebih tepat dikaitkan dengan tahapan-tahapan yang mengarah pada pengetahuan ilmiah13
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri merupakan pembelajaran yang berpusat pada siswa, sehingga siswa dapat berperan aktif dalam menemukan dan memahami konsep yang dipelajari. Hal ini secara langsung membuat siswa menjadi lebih percaya diri dengan adanya langkah-langkah inkuiri tersebut
a. Ciri-ciri Model Pembelajaran Inkuiri
Ada beberapa hal yang menjadi ciri-ciri model pembelajaran inkuiri yaitu sebagai berikut:14
1) Model pembelajaran menekankan pada aktivitas siswa secara maksimal dalam mencari dan menemukan konsep.
11Ibrahim Bilgin, “The Effects of Guided Inquiry Instruction Incorporating A Cooperative
Learning Approach On University Students’ Achievement of Acid And Bases Concepts and Attitude
Toward Guided Inquiry Instruction”, Journal Scientific Research and Essay, Vol. 4 (10),2009, pp. 1038.
12 Alan Colburn, An Inquiry Primer, (California University: Science Scope, 2000), h.42. 13 Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h.120.
14 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(27)
2) Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri, sehingga siswa diharapkan dapat menumbuhkan rasa percaya diri.
3) Tujuan pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis atau mengembangkan pemikiran sebagai bagian dari proses mental.
b. Kelebihan Model Pembelajaran Inkuiri
Pembelajaran inkuiri merupakan pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa dalam menemukan jawaban dari suatu permasalahan. Hal ini dikarenakan model pembelajaran inkuiri memiliki kelebihan yaitu sebagai berikut:15
1) Merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik siswa secara seimbang, sehingga pembelajaran ini lebih bermakna.
2) Dapat memberi ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
3) Dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. 4) Sesuai dengan pekembangan psikologi pembelajaran yang menganggap belajar
adalah proses perubahan tingkah laku karena adanya pengalaman.
Selain itu menurut Roestiyah keunggulan dari pembelajaran inkuiri adalah dapat membentuk dan menggembangkan “self concept” pada diri siswa, membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru, mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja sehingga dapat bersifat objektif, jujur dan terbuka, mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya sendiri, memberi kepuasan yang bersifat interinsik, memberi stimulus siswa untuk belajar, memberikan kebebasan siswa sehingga lebih mandiri, menghindari cara-cara belajar yang tradisional dan mengembangkan bakat atau kecakapan siswa.
(28)
c. Keterbatasan Model Pembelajaran Inkuiri
Selain memiliki kelebihan adapun kelemahan dari pembelajaran inkuiri diantaranya sebagai berikut:16
1) Sulitnya mengontrol kegiatan siswa dalam pembelajaran dan memantau keberhasilan siswa.
2) Sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbenturnya dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
3) Membutuhkan waktu yang panjang untuk mengimplementasikannya.
4) Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka pembelajaran akan sulit diimplementasikan.
d. Jenis-jenis Model Pembelajaran Inkuiri
Standard for Science Teacher Preparation membedakan tingkatan inkuiri kedalam 3 tingkatan, yaitu:17
1) Discovery/Structured Inquiry
Dalam tingkatan ini tindakan utama guru ialah mengidentifikasi permasalahan dan proses, sementara siswa mengidentifikasi alternatif hasil.
2) Guide Inquiry
Tahap guided inquiry mengacu pada tindakan utama guru ialah mengajukan permasalahan, siswa mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah.
3) Open inquiry
Tindakan utama ialah guru memaparkan konteks penyelesaian masalah kemudian siswa yang mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah.
Menurut Alan Colburn membagi inkuiri menjadi 4 macam yaitu sebagai berikut:18
16 Sanjay, loc.cit.
17 National Science Teachers Association, Standard for Science Teacher Preparation,
2016, p. 18, (www.nsta.org).
(29)
1) Structured Inquiry
Dalam inkuiri terstruktur, guru mengarahkan siswa dalam melakukan percobaan dengan terlebih dahulu menentukan parameter dan prosedur kerja beserta alat dan bahan.
2) Guided Inquiry
Guru memberikan suatu tema permasalahan dan memberitahukan bahan-bahan yang dibutuhkan, tetapi tidak memberikan prosedur kerja.
3) Free Inquiry
Siswa memformulasikan suatu permasalahan dan menentukan sendiri alat, bahan dan prosedur kerjanya.
4) Learning Cycle
Siswa dilibatkan dalam aktivitas pengenalan konsep baru. Guru kemudian menyediakan permasalahan sehingga siswa dapat menemukan konsep dengan konteks yang berbeda.
Untuk meningkatkan pembelajaran inkuiri dapat ditimbulkan dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:19
1) Membimbing kegiatan laboratorium
Guru memberikan petunjuk yang luas kepada siswa dan sebagian besar perencanaannya dibuat oleh guru. Siswa melakukan kegiatan penyelidikan untuk menemukan konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang ditetapkan guru. 2) Modifikasi inkuiri
Guru hanya menyediakan masalah-masalah dan menyediakan alat bahan yang diperlukan untuk memecahkan masalah secara perseorangan maupun kelompok. Bantuan yang diberikan berupa pertanyaan-pertanyaan yang membuat siswa dapat berpikir dan menemukan cara penelitian yang tepat. 3) Kebebasan inkuiri
Siswa mempelajari dan mengerti tentang bagaimana memecahkan suatu permasalahan dan memperoleh pengetahuan cukup tentang mata pelajaran tertentu. Guru mengundang siswa melibatkan diri dalam kegiatan kebebasan
(30)
inkuiri kemudian siswa mengidentifikasi dan merumuskan macam-macam masalah yang akan dipelajari.
4) Inkuiri pendekatan peranan
Siswa dilibatkan dalam proses pemecahan masalah yang cara-caranya serupa dengan cara yang biasa digunakan oleh ilmuan. Siswa diberi permasalahan dan pertanyaan yang telah direncanakan dengan teliti, mengundang siswa dalam kegiatan merancang eksperimen, merumuskan hipotesis, menetapkan pengawasan dan seterusnya.
5) Mengundang ke dalam inkuiri
Proses kegiatan melibatkan siswa dalam dalam tim-tim yang terdiri dari 4 anggota untuk memecahkan masalah, masing-masing anggota diberi tugas suatu peran yang berbeda beda seperti: koordinator tim, penasihat teknis, merekam data dan proses penilaian.
6) Teka-teki bergambar
Salah satu teknik yang digunakan untuk motivasi dan mengambil perhatian siswa dalam diskusi kelompok kecil. Hal ini dapat meningkatkan cara berpikir kritis dan kreatif siswa.
7) Synectics lesson
Synectics memusatkan pada keterlibatan siswa dalam membuat berbagai macam bentuk kiasan supaya membuka intelegensinya dan mengembangkan daya kreativitasnya.
8) Kejelasan nilai-nilai
Evaluasi diadakan untuk mengetahui keuntungan pendekatan ini terutama menyangkut sikap, nilai-nilai dan pembentukan self concept siswa.
3. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Model inkuiri terbimbing (Guide Inquiry) merupakan model pembelajaran dengan tahapan mengacu pada tindakan utama guru yaitu mengajukan permasalahan, siswa menentukan proses dan penyelesaian masalahnya.20 Sehingga
(31)
dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertindak secara aktif mencari jawaban dari permasalahan yang diberikan oleh guru. Adapun menurut Massialas inkuiri terbimbing merupakan metode pengajaran yang dapat membuat siswa bergerak identifikasi masalah, berhipotesis, merumuskan hipotesis, pengumpulan data, verifikasi hasil dan menarik kesimpulan.21 Model ini merupakan jenis model
yang menyediakan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas untuk membantu siswa. Siswa dituntut untuk mengembangkan cara kerja dalam mencari jawaban dari pertanyaan yang diberikan oleh guru.22
Kuhlthau, Maniotes, dan Caspari menyatakan bahwa inkuiri terbimbing adalah inkuiri yang dibimbing oleh guru agar siswa mendapat pemahaman yang mendalam dan pandangan pribadi melalui berbagai sumber informasi.23 Selain itu inkuiri terbimbing adalah pembelajaran yang direncanakan dengan hati-hati, diawasi dan ditargetkan dari tim pustakawan sekolah dan guru kepada siswa, dipandu kurikulum berbasis unit penyelidikan yang mendalam dan pemahaman yang mendalam dari topik mereka.24 Pada inkuiri terbimbing peran guru diubah menjadi pemandu, mereka bekerja sama dengan siswa dalam mendefinisikan pertanyaan permasalahan dan memberikan nasehat mengenai prosedur dan pelaksanaan. Siswa harus memiliki pengalaman sebelumnya untuk dapat bekerja secara independen25
Pembelajaran inkuiri terbimbing menjadikan guru seorang fasilitator yang menentukan permasalahan, menyediakan segala sesuatu, fakta-fakta dan meminta siswa untuk menentukan prosedur kerja, membuat generalisasi dan melaporkan
21 Bakke M. Matthew, dkk., A Study On The Effects of Guided Inquiry Teaching Method
On Students Achievement in Logic, International Researchers, Vol. 2 (1), 2013, 136.
22 Jufri, op.cit., h.98.
23 Carol C. Kuhlthau, “Guide Inquiry: School Libraries in the 21th Century”, School
Libraries Worldwide, Vol. 16 (1), h. 23.
24 Ross J. Tood, et. All., A toolkit and Handbook For Tracking and Assessing Student
Learning Outcomes of Guide Inquiry Through The School Library. (Rutgers University: Institute for Museum and Library Service, 2005), h. 8.
25 Josef Trna, dkk., Implementation of Inquiry-Based Scince Education in Science Teacher
(32)
hasil.26 Adapun komponen-komponen inkuiri terbimbing menurut Igelsurd dan Leonard terdapat empat macam yaitu pengenalan, bahan, prosedur dan diskusi.27
Keingintahuan akan mengarahkan siswa pada proses inkuiri karena dapat memunculkan pertanyaan atau masalah serta usaha untuk menemukan jawaban dari pertanyaan permasalahan. Bertanya adalah cara untuk menciptakan rasa ingin tahu pada siswa. Oleh karena itu pendidik harus mampu menjadi penanya yang baik dan bukan sekedar penjawab pertanyaan. Selain itu mereka dapat memfasilitasi siswa dalam proses pencarian dan perumusan jawaban atas pertanyaaan yang diberikan.
Peranan aktif dari siswa sangat diperlukan agar dapat terpenuhi tujuan dari pembelajaran tersebut. Aktivitas jasmani dan mental dapat mendukung siswa dalam belajar. Aktivitas siswa dapat digolongkan ke dalam beberapa hal seperti berikut ini:28
a. Aktivitas visual, seperti membaca, menulis, melakukan eksperimen dan demonstrasi.
b. Aktivitas lisan seperti bercerita, membaca sajak, tanya jawab, diskusi dan menyanyi.
c. Aktivitas mendengarkan, seperti mendengarkan penjelasan guru, ceramah dan pengarahan.
d. Aktivitas gerak, seperti praktikum, melukis dan menari.
e. Aktivitas menulis, seperti mengarang, membuat makalah, dan menulis hipotesis.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa inkuiri terbimbing merupakan pembelajaran yang memberikan siswa kesempatan untuk berperan aktif dalam mengontruk pemahamannya sendiri, memecahkan masalah dan menentukan proses penyelesaiannya sendiri yang didapat dari beberapa sumber informasi. Dimana guru hanya memilih topik atau bahasan, pertanyaan dan menyediakan materi.
26 Jufri, op. cit., h. 97.
27 Irinoye, dkk. Relative Effectiveness of Guided Inquiry and Demontration Methods on
Students Performance in Practical Chemistry in Secondary Schools in Osun State, Nigeria. Advances in Social Science Reaserch Journal, Vol. 2 (2). 2014. p. 22.
(33)
a. Tahapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Berikut tahapan pembelajaran inkuiri berdasarkan kemampuan yang dinyatakan oleh Eggen dan Kauchak, sebagai berikut:29
1) Mengajukan pertanyaan
Kegiatan inkuiri dimulai dari permasalahan yang diajukan. Pada tahap ini guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah dan mengelompokan siswa. Guru memberikan suatu fenomena dan mengajukan permasalahan.
2) Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi permasalahan yang dapat diuji dengan data. Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk memberi pendapat dalam membentuk hipotesis. Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidikan.
3) Merancang percobaan
Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis yang akan dilakukan. Guru membimbing siswa mengurutkan langkah-langkah percobaan.
4) Melakukan percobaan
Guru membimbing siswa mendapatkan informasi melalui percobaan. 5) Mengumpulkan dan menganalisis data
Guru memberikan kesempatan pada tiap kelompok untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul.
6) Membuat Kesimpulan
Langkah penutup dari pembelajaran inkuiri adalah membuat kesimpulan sementara berdasarkan data yang diperoleh.
4. Media Pembelajaran
Istilah media berasal dari bahasa latin yaitu medius yang berarti ‘tengah’,
‘perantara’ atau ‘pengantar’. Pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis atau elektronis untuk
(34)
mengungkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.30 Dengan kata lain media memiliki peran sebagai pembawa atau penghubung dari satu sisi ke sisi yang lain.
Media pembelajaran berperan sebagai alat pembawa pesan (the carriers of message) dari beberapa sumber saluran ke penerima pesan (the receiver of the message).31 Selain itu media pembelajaran dapat dipahami sebagai salah satu alat yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif.32 Menurut Seels dan Glasgow pengelompokan jenis media dilihat dari segi perkembangan teknologi dibagi menjadi dua kategori, yaitu sebagai berikut:33
a. Media Tradisional
1) Visual diam yang diproyeksikan yaitu proyeksi opaque (tak tembus pandang), proyeksi overhead, slides, dan filmstrips.
2) Visual yang diproyeksikan yaitu gambar, poster, charts, grafik, diagram, dan papan info.
3) Audio yaitu rekaman piringan dan pita kaset.
4) Penyajian multimedia yaitu slide plus suara (tape) dan multi-image.
5) Visual dinamis yang diproyeksikan yaitu film, televisi, dan video.
6) Cetak yaitu buku cetak, modul, workbook, majalah ilmiah, dan lembar lepas. 7) Permainan yaitu teka-teki, simulasi, dan permainan papan.
8) Realia yaitu model, dan contoh. b. Media Media Teknologi Mutakhir
1) Media berbasis telekomunikasi yaitu telekonfren, dan kuliah jarak jauh. 2) Media berbasis mikroprosesor yaitu computer-assisted instruction,
permainan komputer, sistem tutor intelijen, interaktif, hypermedia, dan
compact disc.
30 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada, 2013), Cet. 16,
h. 3.
31 Trianto, op.cit., h. 234.
32 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran (Sebuah Pendekatan Baru), (Jakarta: Gaung
Persada Press, 2010), h. 7.
(35)
Secara umum manfaat dari penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar sebagai berikur:34
a. Memperjelas penyajian pesan dan informasi. b. Meningkatkan dan mengarahkan perhatian siswa.
c. Mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu, seperti misalnya:
1) Objek yang terlalu besar, dapat digantikan dengan gambar, foto, slide, realita, film atau model.
2) Objek yang terlalu kecil, dibantu dengan proyektor mokro, film atau gambar.
3) Kejadian yang langka terjadi dimasa lalu, dapat ditampilkan dengan melalui rekaman video, film, foto ataupun secara verbal.
4) Objek terlalu rumit, dapat ditampilkan secara konkret melalui model, atau simulasi komputer.
5) Kejadian yang dapat membahayakan, dapat ditampilkan secara simulasi komputer.
6) Peristiwa alam yang membutuhkan waktu cukup panjang, dapat ditampilkan melalui film, video atau simulasi komputer.
d. Memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa di lingkungan mereka.
Selain itu menurut Trianto media pembelajaran dapat memberikan manfaat pada pembelajaran di kelas, diantaranya sebagai berikut:35
a. Bahan disajikan menjadi lebih jelas maknanya bagi siswa dan tidak bersifat verbalistik.
b. Metode pembelajaran lebih bervariasi.
c. Siswa menjadi lebih aktif melakukan beragam aktivitas. d. Pembelajaran lebih menarik.
e. Mengatasi keterbatasan ruang.
Prinsip penggunaan media pada kegiatan belajar mengajar adalah media yang digunakan dapat mempermudah siswa dalam memahami materi pelajaran.
34 Ibid., h. 29. 35 Trianto, loc. cit.
(36)
Penggunaan ini harus dipandang dari sudut kebutuhan siswa. Adapun prinsip yang harus diperhatikan sebagai berikut:36
a. Media digunakan harus sesuai dan diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
b. Media digunakan sesuai dengan materi pembelajaran. Setiap materi memiliki kekhasan dan kekompleksan tersendiri.
c. Media pembelajaran harus sesuai dengan minat, kebutuhan dan kondisi siswa. Guru perlu memperhatikan kemampuan dan gaya belajar murid-muridnya. d. Media yang digunakan harus memperhatikan efektivitas dan efisien.
e. Media yang digunakan harus sesuai dengan kemampuan guru dalam mengoperasikannya.
5. Media Video
a. Pengertian Media Video
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia video diartikan sebagai rekaman gambar hidup atau program televisi.37 Dengan kata lain video merupakan tayangan gambar yang bergerak yang disertai suara. Media video merupakan salah satu media audio visual yang melibatkan indera pendengaran dan pengelihatan dalam satu proses.38 Menurut Arief S. Sadiman video digunakan sebagai peralatan pemain ulang (play back) dari suatu program (rekaman).39
Penyajian video dalam memudahkan dalam memaparkan informasi, menjelaskan kosep-konsep yang rumit, mengajarkan keterampilan, memperpanjang waktu dan mempengaruhi sikap.40 Kemampuan video dalam memanipulasi waktu dapat mengajak siswa untuk menjelajahi waktu dan tempat. Objek-objek yang terlalu kecil, terlalu besar, berbahaya dan bahkan tidak dapat dikunjungi dapat
36 Sanjaya, op.cit., h.173.
37 Dendy Sugono, dkk., Kamus Bahasa Indonesia. (Jakarta: Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional, 2008), h. 1608.
38 Yuhdi Munadhi, op.cit., h. 56.
39 Arief S. Sadiman, dkk, Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan
Pemanfaatanya, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h.282.
40 Cecep Kustandi dan Bambang Sutjipto, Media Pembelajaran: Manual dan Digital.
(37)
disajikan melalui video. Selain itu media video memiliki tujuan dalam penyampaian pembelajaran. Adapun hubungan media video dengan tujuan pembelajaran sebagai berikut: 41
1) Memberikan pengalaman tak terduga kepada siswa. 2) Memperlihatkan sesuatu yang awalnya tidak bisa dilihat.
3) Menampilkan studi kasus tentang kehidupan sebenarnya yang dapat memicu diskusi.
4) Menunjukan penggunaan alat atau perkakas.
5) Memberikan pengalaman kepada siswa untuk merasakan suatu keadaan.
b. Kelebihan media video
Media video memiliki beberapa kelebihan dalam penggunaanya. Kelebihan media video, sebagai berikut:42
1) Mengatasi keterbatasan jarak dan waktu.
2) Video dapat diulangi bila perlu menambah kejelasan. 3) Pesan yang disampaikannya cepat dan mudah diingat. 4) Mengembangkan pikiran dan pendapat para siswa. 5) Mengembangkan pikiran dan pendapat para siswa.
6) Memperjelas hal-hal abstrak dan memberi gambaran yang lebih realistik 7) Mempengaruhi emosi seseorang.
8) Sangat baik menjelaskan suatu proses dan keterampilan. 9) Semua siswa dapat belajar menggunakan video
10) Menumbuhkan motivasi dan minat dalam belajar.
11) Dengan video penampilan siswa dapat dilihat kembali dan dievaluasi. Selain itu kelebihan video menurut Arief S. Sadiman sebagai berikut:43
1) Dapat menarik perhatian siswa.
2) Dengan alat perekam pita video, sejumlah besar penonton dapat memperoleh informasi dari para ahli.
41 Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, (Yogyakarta: Diva
Press, 2013), h.302.
42 Munadhi, op.cit., h. 127. 43 Sadiman, h. 74-75.
(38)
3) Demonstrasi yang sulit dapat dipersiapkan dan direkam sebelumnya sehingga pada waktu mengajar guru dapat memusatkan perhatian siswa.
4) Menghemat waktu dan rekaman dapat di putar berulang-ulang. 5) Keras lemahnya suara dapat diatur dan disesuaikan.
6) Dapat mengamati objek yang sedang bergerak atau objek yang berbahaya. 7) Video dapat dihentikan untuk diamati dengan seksama.
8) Ruangan tidak perlu digelapkan untuk penyajiannya.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan kelebihan media video adalah dapat mengatasi keterbatasan jarak dan waktu serta menjelaskan peristiwa secara jelas sehingga dapat memotivasi siwa dalam proses pembelajaran.
c. Kekurangan Media video
Selain kelebihan yang dimiliki oleh video, media ini pun memiliki kekurangan sebagai berikut:44
1) Perhatian penonton sulit dikuasai.
2) Sifat komunikasi bersifat satu arah dan harus diimbangi dengan pencarian bentuk umpan balik yang lain.
3) Kurang mampu menampikan detail dari objek yang disajikan secara sempurna. 4) Memerlukan peralatan yang mahal dan kompleks.
6. Hakikat Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan informasi tentang karakteristik, tingkat kemampuan manusia secara tidak langsung, yaitu melalui respon seseorang terhadap sejumlah stimulus atau pertanyaan.45 Bukti bahwa seseorang telah belajar
adalah akan tampak perubahan pada aspek pengetahuan, pengertian, kebiasaan,
44Ibid.
45 Harun Rasyid dan Mansur, Penelitian Hasil Belajar, (Bandung: CV Wacana Prima,
(39)
keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, budi pekerti dan sikap. Adapun Horward Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yaitu: 46 1) Ketrampilan atau kebiasaan.
2) Pengetahuan dan pengertian. 3) Sikap dan cita-cita.
Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan intruksional menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang membaginya menjadi tiga ranah yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Untuk ranah kognitif didasarkan pada ranah kognitif Taksonomi Bloom yang telah direvisi. Kategori dalam ranah sebagai berikut:47 1) Mengingat
Proses mengingat adalah mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari memori jangka panjang. Pengetahuan mengingat penting sebagai bekal untuk belajar bermakna dan menyelesaikan masalah karena pengetahuan tersebut dipakai dalam tugas-tugas yang kompleks.
2) Memahami
Siswa dapat memahami bila mereka dapat mengkontruksi makna dari pesan-pesan pembelajaran, baik tulisan maupun lisan yang disampaikan melalui pembelajaran, buku, atau layar komputer. Proses kognitif dalam kategori memahami meliputi menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan.
3) Mengaplikasikan
Proses kognitif mengaplikasikan melibatkan penggunaan proses prosedur tertentu untuk mengerjakan soal latihan atau menyelesaikan masalah. Proses kognitif yang dilakukan siswa adalah mengeksekusi atau melaksanakan dan mengimplementasikan.
46 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2009), Cet. 14, h. 22.
47 Lorin W. Anderson and David R. Krathwohl (eds), Kerangka Landasan untuk
Pembelajaran dan Asesmen: Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom, Terj. Agung Prihantoro, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 99-128.
(40)
4) Menganalisis
Proses menganalisis melibatkan proses memecah-mecah materi jadi bagian kecil dan menentukan bagaimana hubungan antara bagian dan antara setiap bagian dan struktur keseluruhannya. Proses kognitif yang dilakukan siswa adalah membedakan, mengorganisasi dan mengatibusikan.
5) Mengevaluasi
Proses mengevaluasi didefinisikan sebagai membuat keputusan berdasarkan kriteria dan standar. Kategori mengevaluasi mencakup proses-proses kognitif memeriksa dan mengeritik.
6) Menciptakan
Proses menciptakan melibatkan proses penyusunan elemen-eleman jadi sebuah keseluruhan yang koheren atau fungsional. Siswa diminta membuat produk baru dan mengorganisasi sejumlah elemen atau bagian jadi suatu pola atau struktur yang tidak ada sebelumnya. Proses kognitif yang dilakuakan siswa adalah merumuskan atau membuat hipotesis, merencanakan atau mendesain, dan mengkontruksi.
Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu sebagai berikut:48
1) Reciving (menerima), yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dll. 2) Responding (jawaban), yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap
rangsangan yang datang dari luar. Hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab rangsangan dari luar yang datang kepada dirinya. 3) Valuing (penilaian) berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala
tadi. Dalam evaluasi ini termasuk di dalamnya kesediaan menerima nilai, latar balakang, atau pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan terhadap nilai tersebut.
(41)
4) Organisasi, yakni pengembangan diri dari nilai ke dalam satu sistem organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan dan prioritas nilai yang telah dimilikinya.
5) Karakteristik nilai, yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.
Hasil belajar psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan dan kemampuan bertindak individu. Ada tujuh aspek ranah psikomotoris yaitu:49
1) Persepsi, yakni menyadari stimulus, menyeleksi stimulus terarah sampai menerjemahkan dalam pengamatan stimulus terarah pada kegiatan yang ditampilkan.
2) Kesiapan, berkaitan dengan kesiapan melakukan suatu kegiatan tertentu, termasuk kesiapan mental, fisik dan emosional.
3) Respon termimpin, meliputi kemampuan menirukan gerakan, gerakan coba-coba dan performance yang memadai menjadi tolak ukur.
4) Mekanisme, yakni kebiasaan yang berasal dari respon yang dipelajari, gerakandilakukan dengan mantap dan penuh keyakinan.
5) Respon kompleks, berkaitan dengan gerak motorik yang memerlukan pola gerakan yang kompleks.
6) Penyesuaian, berkaitan dengan pola gerakan yang telah berkembang dengan baik, sehingga dapat menguubah pola gerakannya.
7) Menciptakan, yakni keterampilan tingkat tinggi dimana tingkatan ini harus memiliki kemampuan untuk menghasilkan pola gerakan baru.
Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini memfokuskan pada hasil belajar fisika yang terbatas pada ranah kognitif meliputi C1 (mengingat) sampai dengan C4 (menganalisis).
(42)
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu sebagai berikut:50
1) Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor internal meliputi faktor jasmaniah, faktor psikologi dan faktor kelelahan.
2) Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor eksternal meliputi faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.
7. Hukum Gravitasi Newton
Gambar 2.1 Peta Konsep Hukum Gravitasi Newton
50 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010),
h. 54.
Hukum Gravitasi Newton
Gaya gravitasi Bumi
Medan Gavitasi Bumi
Hukum Kepler
Hukum I Kepler Resultan gaya
Gravitasi
Percepatan Gravitasi
Hukum III Kepler Hukum II
(43)
a. Hukum gravitasi Newton
Sebelum tahun 1686, Sir Isaac Newton menyatakan hukum tentang gravitasi. Dia mengamati bahwa suatu benda yang dilepaskan dari ketinggian tertentu di atas permukaan Bumi akan selalu jatuh bebas ke permukaan Bumi (tanah). Hal itu disebabkan karena pada benda tersebut bekerja gaya tarik yang disebut gaya gravitasi.51
Newton mengajukan hukum gravitasi umum Newton, yang berbunyi
sebagai berikut: “Semua partikel di dunia ini menarik semua partikel lain dengan gaya yang berbanding lurus dengan hasil kali massa partikel-partikel itu yang berbanding terbalik dengan kuadrat jarak diantaranya. Gaya ini bekerja sepanjang garis yang menghubungkan kedua partikel itu.” Besarnya gaya gravitasi, secara matematis ditiliskan sebgai berikut:52
Keterangan:
F = gaya gravitasi (N) m1 = massa benda 1 (kg)
m2 = massa benda 2 (kg)
r = jarak antara kedua benda (m)
G = konstanta gravitasi (6,67 x 10-11 Nm2kg-2)
Nilai konstanta gravitasi G ditentukan dari hasil percobaan yang dilakukan oleh Henry Cavendish pada tahun 1798 dengan menggunakan sebuah neraca torsi yang diperhalus dan sangat peka. Neraca ini disebut neraca Cavendish.
b. Medan Gravitasi
Ruang disekitar suatu yang bermassa, dimana benda bermassa, dimana benda bermassa lainnya dalam ruang ini akan mengalami gaya gravitasi disebut medan gravitasi.53 Kuat medan gravitasi ditulis secara matematis sebagai berikut:54
51 Marthen Kanginan, Fisika untuk SMA Kelas XI semester 1, (Jakarta: Erlangga, 2002), h.
114.
52 Purwoko dan Fendi, Physics For Seniur High School Year XI, (Jakarta: Yudistira, 2010),
h. 111.
53 Marten Kanginan, op. cit., h. 115.
54 Douglas C.Giancoli, Fisika Jilid I (terjemahan), (Jakarta: Erlangga, 2001), h. 150.
(44)
………(2.2) Kuat medan gravitasi merupakan gaya gravitasi yang bekerja pada benda bermassa yang diam dan tidak dipercepat. Sedangkan gaya gravitasi pada benda bermassa yang bekerja pada benda jatuh bebas disebut percepatan gravitasi.
Gambar 2.1 Benda pada ketinggian tertentu
Nilai perbandingan percepatan gravitasi antara benda B dan A adalah:
= �²
= � �
=
=(
+ ℎ)
Membandingkan percepatan gravitasi antara sebuah planet (gp) dengan percepatan
gravitasi Bumi (gb). Nilai perbandingan percepatan gravitasi antara sebuah planet
dan planet lain adalah:
= �
² �
= �
�
�� � =
� �� �
c. Kelajuan Benda untuk Mengorbit
Suatu benda yang dilemparkan secara horizontal dari tempat-tempat yang dekat dengan permukaan Bumi akan mengikuti lintasan parabola dan suatu waktu
= �
rA=R
B
A
rB=R+h h
Bumi
……….…(2.3)
(45)
akan jatuh kembali kepermukaan Bumi. Satelit bergerak mengitar bumi dengan kelajuan v berlawanan arah jarum jam. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:
� = √ �
d. Hukum-hukum Kepler
Johannes Kepler (1571 – 1630), telah menghasilkan sejumlah karya astronomi yang menjelaskan mengenai gerak planet di sekitar matahari. Kepler mempelajari posisi planet-planet yang dikumpulkan oleh Tycho Brahe (1546 – 1601) mengenai posisi planet-planet di luar angkasa.55 Kepler menemukan tiga
hukum yang berhubungan dengan peredaran planet terhadap matahari yang diuraikan sebagi berikut:56
1) Hukum I Kepler
Hukum I Kepler berbunyi: Semua planet bergerak di dalam lintasan elips yang mempunyai matahari sebagai salah satu titik pusat (hukum lintasan).
2) Hukum II Kepler
Hukum II Kepler berbunyi: Sebuah garis yang menghubungkan sebaran planet ke matahari akan membersihkan luasan yang sama di dalam waktu yang sama (hukum luas)
3) Hukum III Kepler
Hukum III Kepler berbunyi: Kuadrat dari periode setiap planet mengelilingi matahari adalah sebanding dengan pangkat tiga dari jarak rata-rata planet ke matahari (hukum perioda).
Hukum ini dapat ditulis secara matematis sebagai berikut:
² = �
55Ibid., h. 156.
56 David Halliday, Fisika Jilid 1 Edisi Ketiga, Terj. Pantur Silaban dan Erwin Sucipto,
(Bandung: Erlangga, 1985), h.499.
……….…(2.5)
(46)
Keterangan:
T = periode revolusi
R = jari-jari rata-rata orbit planet
k = tetapan yang memiliki nilai sama untuk semua planet
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Beberapa hasil penelitian yang berhubugan dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan video adalah sebagai berikut:
1. Penelitian Rabiah Al Adawiyah Anwar yang berjudul “Penerapan
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbantuan Media Video untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMP”. Hasil penelitian diperoleh bahwa siswa di kelas tersebut mengalami peningkatan dalam literasi sains dengan nilai rata-rata gain yang dinormalisasikan sebesar 0,52 dengan kategori sedang. Sehingga penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan media video dapat meningkatkan literasi sains.57
2. Jurnal Wahyudin, dkk. yang berjudul “Keefektifan Pembelajaran Berbantuan Multimedia Menggunakan Metode Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Minat dan Pemahaman Siswa” menunjukan Pemahaman siswa meningkat dari
60% siswa yang dinyatakan tidak paham pada siklus I menjadi 5% siswa yang dinyatakan tidak paham untuk siklus II. Hasil analisis tanggapan siswa terhadap pengajaran diperoleh rata – rata tanggapan siswa sebelum tindakan sebesar 72,90%. Setelah tindakan,nilai rata – rata tanggapan siswa meningkat menjadi 76,81%. 58
3.Penelitian Luluk Mufidah yang berjudul “Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Program Moodle untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa” menunjukan bahwa tidak ada perbedaan motivasi belajar siswa yang diajarkan dengan percobaan dan siswa yang diajarkan menggunakan video dan
57Rabiah Al Adawiyah Anwar, “Penerapan pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbantuan
Media Video untuk meningkatkan Literasi Sains Siswa SMP”, Skripsi pada Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, 2014, h.1, tidak dipublikasikan.
58 Wahyudin, dkk. Keefektifan Pembelajaran Berbantuan Multimedia Menggunakan
Metode Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Minat dan Pemahaman Siswa, Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, Vol. 6, 2010, h. 58-62.
(47)
animasi dengan program Moodle. Hasil belajar kognitif yang diajarkan menggunakan Moodle lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan percobaan.59
4.Penelitian Dongsong Zhang dkk, yang berjudul “Instructional Video in E-Learning: Assessing the Impact of Intractive Video on Learning Effectiveness”
menunjukan hasil dari pembelajaran menggunakan video bergantung pada interaktivitas. Siswa di lingkungan e-learning disediakan video interaktif mendapat hasil yang lebih baik dalam kemampuan belajar dan tertinggi dari kelas-kelas lain. Siswa yang menggunakan e-learning dengan video tidak interaktif tidak peningkatan yang berarti.60
5. Penelitian Josef Trna dkk, yang berjudul ”Implementation of Inquiry-Based
Scince Education in Science Teacher Training” menunjukan bahwa salah satu faktor negatif utama adalah penggunaan metode pembelajaran yang kurang tepat saat pembelajaran di sekolah. Sehingga dibutuhkan inovasi dalam metode pembelajaran. Metode Inquiry-Based Science Education telah berhasil menjadi metode pendidikan yang cocok untuk memotivasi siswa.61
6. Penelitian Songul Sever dkk, yang berjudul “The Effective Presentation of Inquiry-Based Classroom Experiments Using Teaching Strategies that Employ Video and Demonstration Methods” menunjukan bahwa penggunaan kedua strategi pengajaran dengan menggunakan metode penyajian video dan demonstrasi saling melengkapi sehingga lebih efektif dalam belajar mengajar. Hal ini dapat dijadikan alternatif untuk pengajaran dan strategi yang digunakan di sekolah-sekolah.62
59 Luluk Mufidah, Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Program Moodle untuk
Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa, Jurnal Pendidikan Sains, Vol. 2 (1), 2014, h. 18-27.
60 Dongsong Zhang, dkk. Instructional video in e-learning: Assesing the impact of
interactive video on learning effectiveness, Journal of Information and Management, 2006, pp. 17.
61 Josef Trna, dkk., Implementation of Inquiry-Based Scince Education in Science
Teacher Training, Journal of Education and Instructional Studies in the World, 2012, pp. 199-209.
62 Songul Sever, dkk. The effective Presentation of inquiry-based classroom experiments
using teaching strategies that employ video and demonstration methods. Australian Journal of Education technology, Vol. 29 (3) 2013, pp. 450-463.
(1)
Footrt ote
Paraf Penrbinrbing
11
PenrbimbingII
.\r-icl'
S.
Saclirttan. dkk-
.lladiu
Fetrtlidikcn^Pc'll gc' t' t i t t t t . I ) t' t/g('lll lxt t t g(t n . d un Pe nt u ttfh u f u n1:11
(Jakartr: Raiau uli Pers. 20 l0). h. l1-75.
$
16Harrrrr Rasviel
tlar:
i\'lansur. Penelitittrt Hosil Beloiur. (Bandung: CV Wacana Prirna, 2009), h.II
{w
$
17
Nana
Sudjano,
Peniluian Hasil Proses Belajar Mengojar, (Bandung:PT
Remaja Rosdakarya, 2009), Cet.I4,
h . 2248
Lorin
W.
Andersonand
David
R.
Krathwohl (eds), Kerangka Lundason unfitk Pembelojaran c{an A,sesnlett:Revisi
Taksonorni PenclidikanBloont,
Terj.
Agung
Prihantoro, (Yogyakarta: Pustaka Pelaj ar, 2010), h. 99- 128.q
v
W
49
Nana
Sudjana,
Penilrticut Husil Proses Beloiar fuIettgttictr', (Bandung:PT
Remaja Rosdakarya,2009). Cet. 14. h. 30.
q
6/
q
50
Zulfiani,
Tonih
Feronika, danKinkin
Suartini, Strategi Penrbelctlctran Scrins, (Jakarta: LembagaPenelitian UIhl Jakarta, ?009), h.68-69.
du
5l
Slameto,
Belajar
dan
faktor-faktor
yang Mempengaruhi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h.54.
q
52 Marthen Kanginan, I;i,siks
uiiii*
SivIA KelusXI
semester
l,
(Jakarta: Erlangga, 2002), h. I14.%
S{
53 Punvokodan
Fendi, PhysicsFor
Seniur HighSchool Yecrr
N,
(Jakarta: Yudistira, 2010), h. I 1l.
tP,1
54 Marthen Kanginau,
I;isika
untuk SMA KelcrsXI
semester I , (.Jakarta: E,rlang ga, 2002), h. I 15.
:J
dr
55 Douglas C.Giancoli, Fisiko
Jilid
I
(terjemahan),(Jakarta: Erlang ga., 200 I ), h. 150.
ffi
$
56 Douglas C.Giancoli, Fisika
Jilid
I
(terjentahon),(Jakarla: Erlang ga, 2001 ). h. I 56.
q
Y
.tflq
57
David Halliday,
fisika
Jilid
I
EdisiKetiga,Terl
Pantur Silaban dan
Erwin
Sucipto, (BandungE,rlangga, 1985), h .499.
Mz
t'/':\y21
58
Rabiah
AI
Adau,iyah
Anlar,
"Penerapan pembelajaranInkuiri
Terbimbing
Berbantuan Ir4edia Video unfuk meningkatkan Literasi Sains"(2)
iNo
I I I I I I Footrtote Paraf Penrbimbingr\
PenrbimbingII
59
\\'ahvtrtlin.
dkk.
Keefuktifon
PembelajaranBcr-lrantuan
\'lultirnedia
Menggunakan MetodeInkuiri
Tcrbimbing untuk Meningkatkan I\,linat.larr Pcn:ahan:an Sislva. Jtrrnctl Pencliclikun Fisikrt Indonesict, Vol. 6, 2A 10, h. 58-62.
Dry
60
Luluk Mufidah, PembelajarAn Inkuiri Terbimbing dengan Program
Moodle
untuk MeningkatkanMotivasi
dan Hasil
Belajar Siswa,
Jtu'nul Pendicliktn Sains, Vol . 2 (1), 2014, h. 18-27 .Y
/
61
Dongsong Zhang, dkk. Instructional video
in
e-Iearning: Assesing the impact of interactive video on leanring effectiveness , Jountctl oJ'InJbrmation
ancl Manctgernent, 2006, pp. 17. 62
Josef
Trna,
dkk,,
Implementationof
Inquiry-Based Scince
Educationin
Science Teacher TrairriilB, Journal of Eclttcatiort ond Instrttctionul Sutrlies in the [4/or[d,2AI 2, pp . 199-209.63
Songul Sever, dkk. The effuctive Presentation
of
inquiry-based classroom experiments
usingteaching
strategiesthat
employ
video
and denronstration methods. AustrcrlionJournal a.f
Eclttccttiort technology, Vol . 29 (3) 2013, pp. 450-463.
BAB
III
I
Sugiyono
,, Metocle
Peneiitian
Penelitian Penclidikon (PendekatonKuantitatif,
Kuulitati/,clon R&.D), (Bandung:Alfab eta,2008),
cet.
19, h. 772
Sugiyono
,
Metode
Penelitiun
Peneliticur Pencliclikan (PenctekcttanKuantitotif,
Kttulitatif,clon R&D,1, (Bandung:Alfabeta,2008),
cet.
19, h.79.
3
Suharsimi
Arikunto,
Prosedur
Pettelitictrt(Jakarta: Rineka cipta , 2AA2), h. 173.
"w
<t/{
1
Suharsimi
Arikunto,
Prosedtn'
Peneliticut,(Jakarta: Rineka cipta,,20A2), h. 171.
u
,M/
1/f)
$
5
Suharsimi
Arikunto,
Prosedur
Pertelitiart(Jakafta: Rineka cipta, 2002), h. 183.
e
/w
{u
6Sugivono
, Metode
Penelitian
Penelirian Ferrcliclikan (PendekatanKttantitatif,
Ktrulitutif, clun R&D1, (Bandung:Alfabeta,2008),cet.
19, h.222 {
q
Y
$
{u
q
Q
+t
\
{
at
+e
4
Y
M.
(3)
Footnote
\rtrra
Surliani]. PenilsicrrrHusil
Prtt.;a.v Bclttirtt'.llt
trsttiut'. (Bandung:PT
Renraja Rc'rsdakarva.ll
lttt) ) cet ke'- I 3. h.80.Sulursinri Arikunto.
Dasur-dosur
EvuhrusiPenclidikcrn, (Jakarta: Bumi Aksara ,2A I 5), cet
ke-4. h.73
Paraf
Pembimbing
Trianto, Pengctntcrr Penelitian Penclidikun Bcgi Pengembnngan Profesi Pendclikan clun Tenuga Kependidikctn, (Iakarta: Kencana, 291I ), h. 27
l.
Suharsimi
Arikunto,
Dasar-dasar
Evalussi Pendidikan, (Jakarta: Burni Aksara,20l 5), cet ke-4, h.93.Suharsimi Arikunto,,
Dusur-dctsur
Evctlttusi Pendiclikun, (Jakarta: Bumi Aksara,20l 5), cet ke-4, h.89.Syofian Siregar, Metode Peneliticut Krruntitutif, Jakarta. Kencana.20
l3).
h.55.Suharsimi
Arikunto,
Doscu'-dusar EvcrluusiI3
| fencticlikun, (Jakarta: Bumi Aksara, 2Al5). cet ke-4,h.l
I 5.Guilford,
Ftmdctrnental Ststisticsirt
Ps,u*coiogyund Educatiort, (New York: Mc-graw
Hill,
1985), h.86-88.Sulrarsimi Ai-ikunto,
Dcrsur-dctsor Evuluusi1
5
| Pendidikun, (Jak arta: Bumi Aksara,20l 5), cetke-4, h.223.
Suharsimi
Arikunto,
Dasqr-clctsar Evctluosi Pendidikon, (Jakarta: Bumi Aksarz,2015), cet ke-4. h .225.Suharsimi
Arikunto,
Dcsar-dasctr
Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara ,201 5), cet ke-4. h.229.Suharsimi
Arikunto,
Dctsctr'-dasar Evaluasi Pendidikrut, (Jakarta: Bumi Aksara,201 5), cet ke-4. h.232.Sugiyono
,
Metode
Penelitian
Penelitian Pendidikan (PendekatanKuantitatif,
Ktrulitoti/: clan R&D1, (Bandung:Alfabeta,2008), cet. 19, h.!12.
Sugiyono,
Metode
Penelitiun
Pembimbing
(4)
T I l, I No Footttote
Paraf
Pembir\*
PembimbingII
ll
iStrdjana-
l'Iatodtr Sttttistikt
(Batrdttng: Tarsittl.t()05). h . 241).
5
w
fft
') ^, i
I
I
Kaclir.
Srrrri.r'rikttnttttk Penelititut
Ilnrtt-llmtt Sovirrl. (Jakar-ta: Rosemata Sanlptlnla. 2010). h.t}t.
a
{
23 Sucijana, Meioclu Sturistiket, (Bandllng: Tarsito, 2005), h. 239.
a-r
n
.YV-
,M
Ce'\
24 Sudjana,
Metoda
Stctistiku, (Bandung: Tarsito,2005), h. 241 .
d
ht
dB{
25
Kadir,
Statistiks
untuk
Penelitian Ilmt-llnut
Sosial, (Jak arta Rosemata Sampunl4 20 t
0),
h-273.
26
Kadir,
Stcttistikauntuk
Penelitictrt Ilnru-l!nnt Sosial, (Jakafia: Rosemata Sarnpuffio, 20l0),
h..273
(27
Yanti Herlanti, Tanyu Javt'ab Septttar Pertelition Pendidikun Suins, (Jakarta: Jurusan Pendidikan
IPA FITK
UII{
Jakar-ta, ?008), h .7l.
{
W
28
Suharsimi
Arikunto, Prosedtr
Penelitiurr(Jakarta: Rineka cipta ,2A02), h.284
M
ct{
29
Riduwan dan
Akkdon,
Rrmnrs dun Dutu cluluni Aplikasi Stotistika, (Bandung: Alfabeta , 201 3), h.18.
BAB
IV
I
Luluk Mufidah, Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Program
Moodle
untuk
MeningkatkanMotivasi
dan
Hasil
Belajar
Sisu'a,
Jtrnal
Pendidikan Sains, Vol . 2(l),
2014, h. 1 8.2
Yudhi
Munadi,Mediu
Pembelaiaran (Sehruh PendekatanBaru)
(Jakarta:Gaung
PersadaPress, 2010), h. 19.
qc
W
3
Ninik Maliyah, dkk., Pernbelajaran Fisika dengan
Inkuiri
Terbimbing Melalui Metode Eksperimendan
Demonstrasi
Diskusi Ditinjau
dari Kemampuan Matematik dan Kemampuan Verbal Siswa, JurtrctlInkuiri,
Vol .1,2012,h.232.
4
Noer
Hidayah,dkk.
Penggunaan Media Videodalarn
Meningkatkan
Pernahaman Konsep Peristiwa Alam,Jurnol
DidaktikaDwiia
In.dria (Solo), Vol. 2 (4), 2Al 4, h. 1 .5 A. Wahalr Jufri, Belajcrr dan Pentbelaiaran Ssins.,
(Bandung: Pustaka Reka Cipta, 2A1 3),
h.170._
d0q
) I
q
q
'/
dU
tq
M
V-
d&
$
'tfu
q
*fi4
(5)
/-No
6
Footnote
Paraf Penrbinrbing
t-'..
Pembimbing
II
I.A
Du'i
Arantika.
dkk.
Pengaruh Petlerapani\'trodel Pembelajaran
Inkuiri
clengan Berbautuau IMedia IT terhadap Hasil Belalar IPA sisu'a KelasV
SDNo.
1I
Pemecutan, Jrtrnul ir{inrbur PGSDlJniversitcts Pendiclikan Gonesha, Vol
. 2
(l),
I
Yang
Mengesahktr,
Jakarta,
April
20l6
Pembimbing
II
Devi Solehat. NI. Pd NIP.
009 bing
I
1 97903
,
(6)