Landasan Teori TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

dilahirkan, dan karenanya ritus itu meresap kedalam dirinya dari luar, sebagaimana bagian ritus lain dari kebudayaannya dan itu merupakan karya masyarakat bukan dari emosi atau pikiran individu Pritchard, 1984:60. Adanya upacara keagamaan yang dijalankan menjelaskan bahwa manusia dalam mengatasi masalah serius yang dapat menimbulkan kegelisahan, berusaha mengatasinya dengan memanipulasikan makhluk dan kekuatan supernatural. Untuk itu digunakan upacara keagamaan, dan ini merupakan gejala agama yang utama atau “agama” sebagai perbuatan religion action. Menurut Havilland 1985: 197, upacara keagamaan mempunyai fungsi yang utama, yaitu untuk mengurangi kegelisahan dan untuk memantapkan kepercayaan kepada diri sendiri, yang penting untuk memelihara keadaan manusia agar tetap siap untuk menghadapi realitas. Inilah yang merupakan nilai agama untuk menghadapi hidup.

B. Landasan Teori

Teori yang digunakan dalam mengkaji Keberadaan Aliran Kejawen “Sapta Darma” Studi Kasus di Persatuan Warga Sapta Darma Kabupaten Kendal adalah teori fenomenologi. Fenomenologi berasal dari istilah fenomena yang mengacu pada apa yang sudah pasti dalam persepsi kesadaran dari individu yang sadar, dengan demikian fenomenologi terdiri atas usaha untuk menjabarkan fenomena kesadaran Phillipsan, 1972:121 dalam Hamdanah, 2005: 25. Husserl memahami fenomenologi sebagai suatu analisa diskriptive mengenai kedalaman dan semua bentuk kesadaran dan pengalaman. Sebagai methode, fenomenologi mempelajari dan melukiskan ciri-ciri intrinsik dan subyek manusia serta kesadarannya Hamdanah, 2005: 26. Fenomenologi seperti yang dikatakan Husserl Cambell,1994: 233 dalam Hamdanah, 2005:26 memeriksa dan menganalisa kehidupan batiniyah individu, yakni pengalaman-pengalamannya mengenai fenomena atau penampakan sebagaimana terjadi dalam apa yang disebut “ arus kesadaran”, seperti dikatakan Jackson 1966: 1 dalam Hamdanah 2005:26 fenomenologi menentang pemujaan atas hasil pemikiran ilmiah. Jadi obyektivisme dan subyektivisme harus diabaikan, karena yang diutamakan adalah pengalaman sebagai jalan menuju kebenaran. Bagi Husserl, kesadaran selalu merupakan kesadaran akan sesuatu hal, oleh karena itu kesadaran mempunyai dua aspek yang saling melengkapi, yaitu proses sadar proces of being conscious: cotigo dan obyek dari kesadaran itu sendiri cogitatum implikasi dari pandangan ini adalah bahwa kesadaran tersebut sangat erat kaitannya dengan dengan maksud itention orangnya. Dengan hadirnya maksud dalam kesadaran maka kesadaran selalu memberikan makna terhadap obyek yang dihadapi. Husserl menambahkan bahwa kesadaran yang mengandung maksud tersebut diarahkan pada bidang kehidupan life world, dan bidang ini tidak lain merupakan dunia antar- subyek intersubjective, artinya manusia yang berada dalam dunia tersebut saling berhubungan, sehingga kesadaran yang terbentuk diantara mereka memiliki sifat sosial Hamdanah 2005:26-27. Penelitian ini mencoba mengungkapkan pandangan anggota Persada Kabupaten Kendal mengenai ajaran-ajaran Sapta Darma dan untuk mengetahui bentuk praktek-praktek keagamaan yang dilakukan oleh Persada Kabupaten Kendal. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan fenomenologi, yang lebih memusatkan perhatian pada dimensi makna dan pengetahuan Warga Sapta Darma mengenai pandangannya, dalam konteks ini penelitian berusaha mengungkapkan pandangan penghayat atau Warga Sapta Darma mengenai ajaran-ajaran Sapta Darma itu sendiri.

C. Kerangka Berfikir