TINJAUAN PUSTAKA Studi Struktur Sekretori Getah Kuning dan Pengaruh Kalsium terhadap Cemaran Getah Kuning pada Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Asal dan Distribusi Manggis Garcinia merupakan marga yang besar dan terutama dijumpai di daerah tropik. Manggis G. mangostana L. satu-satunya marga Garcinia yang dikenal sebagai tanaman budidaya. Tanaman ini terutama dibudidayakan di Asia tenggara dan juga dipercaya tempat manggis berasal. Telah dilaporkan bahwa spesies liar di Malaysia, yaitu G. hombroniana Piere 2n = 48 dan G. malaccensis T. Anderson 2n = 42, merupakan tanaman asli di Malaysia. Tanaman manggis kemungkinan tanaman allotetraploid 2n = 90 yang merupakan hibrida dari kedua spesies di atas Richards, 1990; Verheij, 1992. Di Indonesia manggis tersebar hampir di semua pulau dengan luas panen lebih kurang 9.354 ha. Daerah dengan luas panen tertinggi adalah Jawa Barat 2.678 ha, diikuti oleh Sumatera Barat 1.049 ha, Jawa Timur 671 ha, Sumatera Utara 657 ha, dan Banten 625 ha Deptan, 2005. Umumnya tanaman manggis yang telah berproduksi saat ini berupa tanaman tua yang sudah berumur puluhan tahun. Sebagian besar tanaman tersebut merupakan tanaman pekarangan atau tumbuh di kebun bersama dengan tanaman buah-buahan lain, seperti duku dan durian dengan jarak tanam yang tidak teratur dan tanpa tindakan pemeliharaan. Botani Manggis merupakan tumbuhan dioecius, dengan tinggi tanaman mencapai 6-25 m. Pohon tegak lurus dengan percabangan simetri membentuk kerucut. Semua bagian tanaman mengeluarkan eksudat getah kuning apabila dilukai Verheij, 1992. Daun manggis tunggal dan duduk berpasangan di sisi ranting. Panjang tangkai daun 1.5-2 cm dengan helaian daun berbentuk bulat telur, bulat panjang atau elips dengan panjang 15-25 cm x lebar 7-13 cm; mengkilap, tebal dan kaku, ujung daun meruncing dan licin. Permukaan atas daun berwarna hijau tua sedangkan bagian bawahnya berwarna hijau kekuningan dengan tulang daun hijau pucat dan menonjol pada kedua sisinya Verheij, 1992. G. mangostana L. merupakan tanaman dioecious dengan bunga betina berdiameter 5-6 cm dan memiliki 4 sepal dan 4 petal dengan tangkai bunga pendek 6 dan tebal. Ke empat sepal tersebut berukuran besar, kuat dan menyirip ganda biseriate. Pada kuncup bunga, dua sepal bagian dalam secara keseluruhan tertutup oleh pasangan luarnya dengan panjang 2 cm, berukuran lebih kecil dengan pinggiran kemerah-merahan. Dua sepal bagian luar panjangnya juga 2 cm berwarna hijau kekuningan, cekung dan tumpul, dua sepal bagian dalam lebih pendek dan berwarna merah muda. Empat petal pada umumnya lebih besar, bulat telur, tumpul, tebal dan berdaging, berwarna hijau kekuningan dan juga dengan pinggiran kemerah-merahan, berukuran lebar 2.5 cm dan panjang 3.0 cm. Benangsari yang jumlahnya banyak tersusun dalam 1-3 kelompok dalam 1-2 baris, membentuk cincin di sekitar dasar ovari. Benangsari ini bebas dan pendek muncul bersamaan pada dasar bunga, panjangnya 0.5 cm, kecil dan memiliki serbuk sari yang steril. Ovari melekat pada dasar bunga , hampir bulat dengan 4-8 ruang Yaacob dan Tindall, 1995. Tipe buah manggis termasuk tipe berri, pipih pada bagian dasarnya dan di bagian pangkalnya terdapat kelopak dan rongga-rongga stigma yang tetap tinggal pada ujung buahnya. Buah berbentuk bulat atau agak pipih dan relatif kecil dengan diameter 3.5-8 cm. Berat buah bervariasi dari 75- 150 g Yaacob dan Tindall, 1995. Perikarp atau kulit buah manggis memiliki permukaan luar yang halus dengan tebal 4-8 mm, keras, berwarna ungu kecoklatan pada bagian luarnya dan ungu pada bagian dalamnya pada buah tua, dan mengandung getah kuning yang pahit Yaacob dan Tindall, 1995. Buah manggis mempunyai 4-8 segmen dan setiap segmen mengandung satu bakal biji diselimuti oleh aril salut biji berwarna putih, empuk dan mengandung sari buah. Tidak semua bakal biji dalam segmen dapat berkembang menjadi biji. Umumnya hanya 1-3 bakal biji yang dapat berkembang menjadi biji. Biji-biji berwarna coklat dengan panjang 2-2.5 cm, lebar 1.5-2.0 cm dan tebalnya antara 0.7- 1.2 cm, terbentuk dari jaringan nuselar dalam buah partenokarpi dan dihasilkan secara klonal karena bersifat apomiksis Yaacob dan Tindall, 1995. Syarat Tumbuh Tanaman manggis dapat tumbuh baik pada daratan rendah sampai ketinggian 1000 m di atas permukaan laut. Di daerah tropis, dengan bertambah tingginya tempat tumbuh pertumbuhan akan semakin lambat dan awal pembungaannya akan semakin lama Verheij, 1992. Ketinggian 460 – 610 m di atas permukaan laut 7 merupakan tempat tumbuh manggis yang optimum. Iklim yang paling cocok untuk tanaman manggis adalah daerah lembab dengan curah hujan merata sepanjang tahun 1.500–2.500 mmtahun dan kelembaban udara sekitar 80 dengan iklim kering pendek Yaacob dan Tindall, 1995. Untuk pertumbuhan yang baik tanaman manggis membutuhkan curah hujan lebih dari 100 mmbulan dengan musim kering yang pendek untuk merangsang pembungaan. Suhu yang dibutuhkan oleh tanaman manggis berkisar antara 25 C – 30 C dengan naungan 40-70 Verheij, 1992; Yaacob dan Tindall, 1995. Tanaman manggis tumbuh baik pada tanah lempung berpasir, gembur banyak mengandung bahan organik dengan drainase yang baik. Permeabilitas tanah yang baik dengan kelembaban tinggi dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman manggis terkait dengan lemahnya sistim perakaran, baik pada saat seedling maupun setelah tanaman dewasa Yaacob dan Tindall, 1995. Di samping itu Yaacob dan Tindall 1995 menyatakan bahwa derajat keasaman tanah optimum untuk pertumbuhan tanaman manggis berkisar antara 5.5-7.0. Pertumbuhan dan Perkembangan Buah Pertumbuhan merupakan perubahan kuantitatif dalam jumlah sel, ukuran dan massa sel yang tercermin dalam kenaikan bobot bagian tanaman Salisbury dan Ross, 1995. Pola pertumbuhan pada buah persik menurut Blake dalam Tukey dan Young 1939, terdiri atas tiga periode pertumbuhan dengan kurva sigmoid ganda. Periode pertama adalah pada saat pertumbuhan buah cepat setelah antesis ditandai dengan meningkatnya volume endokarp paling pesat. Periode kedua dijumpai perkembangan buah yang lambat. Pada periode ketiga, pertumbuhan kembali pesat sampai masa panen. Perkembangan buah dan biji pada Chinese gooseberry Actinidia chinensis Planch, cv.’Monty’ pada interval setelah bunga mekar dilaporkan oleh Hopping 1976. Pembelahan sel di dalam jaringan buah tersebut yaitu perikarp luar, perikarp dalam dan bagian pusat diawali yaitu berturut-turut pada hari ke 23, 33 dan 111 hari setelah bunga mekar. Perkembangan buah merupakan kurva sigmoid ganda yang ditandai dengan periode awal perbesaran sel pada semua jaringan tahap I, 0-58 hari diikuti periode perlambatan pembesaran sel tahap II, 58-76 hari dan akhirnya 8 diikuti dengan periode pembesaran sel-sel di bagian perikarp dalam tahap III, 76- 160 hari setelah bunga mekar. Buah manggis dapat di panen apabila kulitnya berubah dari hijau kekuningan berubah menjadi merah keunguan. Umur panen buah manggis berkisar antara 104 – 110 hari setelah bunga mekar Dirjen Hortikultura, 2007. Indeks panen didasarkan pada perkembangan intensitas warna pada kulit buah perikarp. Jumlah getah akan berkurang seiring dengan kematangan buah, padatan total terlarut meningkat dan keasaman konstan Nakasone dan Paull, 1977. Indeks panen warna kulit buah manggis ditetapkan berdasarkan Standar Operasional Prosedur SOP manggis dapat dilihat pada Tabel 1 PKBT, 2007. Tabel 1 Indeks kemasakan buah manggis Indeks warna Deskripsi Warna buah kuning kehijauan, kulit buah masih banyak mengandung getah dan buah belum siap dipetik. 1 Warna kulit buah hijau kekuningan, buah belum tua dan getah masih banyak. Isi buah masih sulit dipisahkan dari daging kulit. Buah belum siap dipanen. 2 Warna kulit buah hijau kemerahan dengan bercak merah hampir merata. Buah hampir tua dan getah mulai berkurang. Isi buah masih sulit dipisahkan dari daging kulit. Buah dapat dipetik untuk tujuan ekspor. 3 Warna kulit buah merah kecoklatan. Kulit buah masih bergetah. Isi buah sudah dapat dipisahkan dari daging kulit. Buah tepat dipetik untuk tujuan ekspor. 4 Warna kulit buah merah keunguan. Kulit buah masih sedikit bergetah. Isi buah sudah dapat dipisahkan dari daging kulit dan buah dapat dikonsumsi. Buah tepat dipetik untuk tujuan ekspor. 5 Warna kulit buah ungu kemerahan. Buah mulai masak dan siap dikonsumi. Getah telah hilang dan isi buah mudah dilepaskan. Buah lebih sesuai untuk pasar domestik. 6 Warna kulit buah ungu kehitaman. Buah sudah masak. Buah sesuai untuk pasar domestik dan siap saji. 9 Studi Anatomi Perkembangan Buah Studi anatomi perkembangan buah cherry Prunus ceracus L. dilakukan oleh Tukey dan Young 1939. Dari hasil studi tersebut dijumpai tiga karakteristik periode perkembangan buah yaitu, tahap I diawali saat bunga mulai mekar selama 20 hingga 22 hari; tahap II periode pertengahan yang perkembangannya lambat selama 12 hingga 16 hari; dan tahap III periode perkembangan cepat hingga pematangan buah yang memerlukan 21 hingga 23 hari. Perubahan ukuran pada buah selama tiga tahapan perkembangan terlihat pada studi ini oleh akibat pembelahan sel dan perbesaran sel dalam proporsi yang bervariasi pada jaringan berbeda pada waktu yang berbeda Tukey dan Young, 1939. Perkembangan perikarp pada buah peach Prunus persica tidak berjalan dalam satu tahapan yang seragam. Pada awal perkembangan buah hingga umur delapan minggu, tebal perikarp meningkat dari 1,7 menjadi 37 mm, diikuti dengan periode ke dua selama empat minggu perkembangan perikarp yang melambat, dan akhirnya pada periode ke tiga yaitu setelah tiga minggu ditandai dengan laju perkembangan perikarp yang tinggi dan berakhir dengan kematangan buah Harrold, 1935. Studi embriologi pada buah manggis sudah pernah dilakukan oleh Lan 1984. Hasil studi tersebut dilaporkan bahwa anter manggis bersifat tetrasporangiate dengan tipe ovul anatropus bitegmig dan mikrofil dibentuk oleh integumen luar. Perkembangan kantong embrio tipe poligonum dan endosperma merupakan tipe nuklear. Perkembangan embrio adventif integumentary tidak teratur dan kadang-kadang di dalam kantong embrio yang sama mungkin dapat dijumpai beberapa embrio yang dewasa berbentuk lurus. Selaput biji berkembang dari integumen luar. Biji tidak endospermous dan menunjukkan perkecambahan hipogeal dan 10 dari biji yang berkecambah menghasilkan semaian yang banyak poliembrio. Getah Kuning Gamboge Salah satu masalah utama yang terdapat pada buah manggis adalah gamboge yang ditunjukkan oleh adanya getah kuning yang mencemari kulit dipermukaan luar dan daging buah Morton, 1987; Yaacob dan Tindall, 1995. Buah yang telah tercemari getah kuning akan menurun kualitasnya sehingga tidak layak untuk diekspor. Gamboge getah kuning yang mengucur dari saluran getah seringkali 10 mengotori buah manggis. Jika getah ini menembus ke dalam segmen daging buah yang berwarna puttih, daging buah akan menjadi kuning dan rasanya pahit. Gamboge juga sering dijumpai berbentuk bintik kuning pada kulit buah Verheij, 1992. Gamboge yang merupakan eksudat resin yang dijumpai pada berbagai tanaman dari suku Guttiferae berasal dari saluran resin yang rusak Asano et al., 1996; Pankasemsuk et al., 1996. Getah kuning dapat dijumpai pada buah muda maupun yang sudah masak. Penyakit gamboge merupakan penyakit fisiologis dengan gejala mengerasnya daging buah dan kemudian menjadi coklat kemerahan, sementara kulit buah dan daging buah kehilangan warna karena resin yang berwarna kuning dan rasa daging buahnya menjadi pahit. Penyakit getah kuning merupakan gejala fisiologis yang berkaitan dengan turgoritas sel yang menyusun kulit buah, yaitu pecahnya dinding sel penyusun jaringan endokarp akibat terjadi perubahan air tanah yang cukup fluktuatif dan ekstrim selama manggis sedang dalam fase perkembangan buah sehingga terjadi perubahan tekanan turgor. Pada saat itulah dinding sel yang tidak terlalu kuat pecah dan mengeluarkan getah kuning Syah, 2007; Verheij, 1992. Sedangkan spot getah kuning pada kulit luar buah tidak hanya disebabkan oleh faktor endogen tetapi juga karena adanya gangguan luar mekanis misalnya curah hujan berlebihan, angin, benturan, penanganan panen yang tidak hati-hati sehingga menyebabkan rusaknya kulit buah dan tusukangigitan serangga misalnya Capsids Yaacob dan Tindall, 1995; Syah, 2007; Verheij, 2002. Buah yang terserang getah kuning pada bagian arilnya, sulit dibedakan dengan buah yang benar-benar sehat, sebelum buah manggisnya sendiri dibuka. Oleh karena itu menyulitkan dalam proses seleksi buah yang terbebas dari serangan getah kuning PKBT, 2007. Namun, seiring dengan perkembangan teknologi, adanya getah kuning diaril buah dapat dideteksi dengan gelombang ultrasonik Nasution, 2006; Sandra, 2007. Sunarjono 1998 menyatakan bahwa getah kuning timbul akibat tusukan Helopeltis antonii yang mengeluarkaan toksin sehingga daging buah atau bekas tusukan menjadi kuning. Di sisi lain, ada pendapat yang melaporkan bahwa penyakit getah kuning bukanlah disebabkan oleh faktor fisiologis ataupun hama, melainkan disebabkan oleh patogen. Berdasarkan hasil penelitian yang pernah dilakukan di 11 Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, serangan getah kuning pada buah manggis berkaitan dengan serangan cendawan Fusarium oxysforum. Apabila cendawan tersebut menginfeksi buah manggis muda dengan bantuan kutu buah, maka cendawan tersebut akan terinkubasi pada buah dalam jangka waktu yang cukup lama, dan gejala getah kuning akan muncul setelah buah matang Kurniadhi, 2008 Kandungan Kimia Manggis dan Kerabatnya Getah kuning yang merupakan eksudat resin dari berbagai tanaman suku Guttiferae umumnya digunakan sebagai pewarna dan obat tradisional. Sebagai contoh adalah getah kuning pada tanaman G. hanburyii yang dimanfaatkan sebagai obat leukimia. Untuk tanaman manggis, penelitian yang telah dilakukan adalah mengisolasi senyawa pada bagian daun dan kulit buah perikarp manggis, sedangkan penelitian yang mengungkap tentang kandungan senyawa pada getah kuning baik yang ada di kulit permukaan luar maupun yang dijumpai di aril belum pernah dilaporkan Menurut Asano et al, 1995 dari getah kuning G. hanburyii telah diisolasi 11 senyawa xanton sitotoksik yaitu gambogin, morellin, dimethyl acetal, isomoreollin B, moreollic acid, gambogenic acid, gambogenin, isogambogenin, desoxygambogenin, gambogenin dimethyl acetal, gambogellic acid dan hanburin. Parveen et al. 1991 telah mengisolasi dan mengkarakterisasi senyawa triterpen dari daun G. mangostana. Parveen dan Khan 1988 melaporkan 2 senyawa xanton yaitu 1,5,8–Trihydroxy–3-methoxy-2 [methyl-2-butenyl] xanton dan 1,6-hydroxy-3- methoxy-2[3-methyl-2-butenyl] xanton yang di isolasi dari daun G. mangostana melalui studi 1 H NMR, IR dan mass spektra. Gapalakrishnan dan Balagonesan 2000 melaporkan 2 senyawa xanton yaitu 2,7-di-3-methylbut-2-enyl-1,3,8- trihydroxy-4-methyl-xanton dan 2,8,-di-3-methylbut -2-enyl-7-carboxy-1,3- dihydroxy xantone yang di isolasi dari kulit buah G. mangostana. Selanjutnya Ketsa dan Atantee 1998 melaporkan bahwa kulit buah manggis G. mangostana L. mengandung senyawa fenol dan lignin. 12 Struktur Sekretori pada Tanaman Produk sekretori yang disekresi oleh tanaman dijumpai dalam bentuk bervariasi yang merupakan senyawa organik kompleks, seperti minyak volatil minyak esensial, cairan atau deposit yang tidak berbentuk yang disebut gum, resin, lateks, lendir, garam mineral, dan berbagai senyawa kimia seperti alkaloid, tanin, terpen, dan glikosida. Pada umumnya, senyawa kimia tersebut dihasilkan bersamaan dan disekresi pada struktur khusus atau sel yang disebut struktur sekretori dan sel sekretori Dickison, 2000; Esau 1974; Esau, 1977; Fahn 1990. Senyawa yang disekresikan oleh tanaman dapat berperan sebagai pertahanan tanaman terhadap serangga, herbivora dan patogen yang membahayakan dan sebagai daya tarik terhadap hewan polinator. Kadangkala peran senyawa yang disekresikan sering tidak diketahui Dickison, 2000; Harborne, 1988; Esau, 1977; McGarvey dan Croteau, 1995. Pada banyak tanaman yang berbeda memiliki saluran sekretori yang memanjang, duktus, atau rongga yang dikelilingi oleh sel pensekresi yang disebut sel epitelial. Struktur sekretori pada tanaman bisa dijumpai di bagian eksternal atau internal tubuh tanaman. Struktur sekretori internal dapat berupa sel-sel sekretori itu sendiri sel minyak, sel mirosin dan sel idioblas, rongga sekretori kelenjar minyak, duktus sekretorikanal saluran resin dan saluran gum, dan latisifer saluran getah. Rongga sekretori dan duktus sekretorikanal berbeda dengan sel sekretori, karena adanya ruangan interselular pada rongga dan duktus sekretori akibat dari luruhnya sekelompok sel ruang lisigen, membesarnya ruang antar sel ruang skizogen, atau kombinasi keduanya ruang skizolisigen Dickison, 2000; Esau, 1974; Esau, 1977; Fahn, 1990. Getah kuning yang dihasilkan oleh manggis diduga merupakan getah lateks. Diduga struktur sekretori penghasil getah kuning pada manggis adalah latisifer. Latisifer merupakan struktur sekresi pada tanaman yang terdiri dari deretan sel yang terjadi secara lisigen dan berisi cairan lateks. Berdasarkan strukturnya latisifer dikelompokkan menjadi 2 kelompok utama yaitu latisifer beruas articulated laticifer dan latisifer tak beruas non-articulated laticifer. Pada beberapa tanaman latisifer tak beruas berkembang menjadi latisifer tak bersekat dan tak bercabang non - articulated unbranched laticifers, atau latisifer tak bersekat dan bercabang yang 13 disebut non articulated branched laticifers. Latisifer bersekat di bedakan menjadi latisifer bersekat yang tidak bercabang articulated non-anastomosing unbranched laticifers dan latisifer bersekat yang bercabang yang articulated anatomising branched laticifers Dickison, 2000; Fahn, 1990; Esau 1974. Lateks yang merupakan suatu suspensi atau emulsi berbeda-beda pada berbagai spesies, misalnya suspensi partikel karet tersusun atas partikel karet {C 5 H 9 n}, lilin, resin, protein, minyak-minyak esensial, alkaloid, getah. Lateks berperan dalam proses penutupan luka, sebagai pertahanan terhadap insekta predator, dan pertahanan terhadap mikroorganisme Fahn, 1990; Dickison, 2000. Dinding sel latisifer seluruhnya bersifat primer yang mengandung selulosa dan sebagian besar merupakan substansi pektat dan hemiselulosa. Dinding-dinding ini sangat terhidrasi, baik dinding tebal maupun dinding tipis yang tidak berbeda dari dinding-dinding sel parenkima disekitarnya, bersifat sangat elastis. Fahn, 1990; Esau, 1974. Peran Kalsium Terhadap Struktur Dinding Sel Kalsium merupakan komponen yang penting di dalam dinding sel dan membran sel. Unsur kalsium berperan penting dalam penyusunan struktur dinding sel sebagai Ca-pektat dalam lamela tengah Marschner, 1995. Ikatan kalsium dengan pektin sangat bergantung terhadap ketersediaan muatan negatif grup karboksilat grup uronic, yang kemungkinan akan diblokir oleh esterifikasi metil. Oleh karena itu, sintesis dan metabolisme pektin pada dinding sel mempengaruhi pembentukan kalsium struktural Huang et al., 2005. Defisiensi kalsium pada leci cenderung menyebabkan pecah buah Huang et al., 2005. Waktu aplikasi kalsium terhadap pecahnya buah berkaitan dengan pola penyerapan kalsium oleh buah selama perkembangannya. Aplikasi kalsium dipengaruhi oleh anion yang menyertainya sehingga perlu dipilih kombinasi formulasi kalsium yang tepat Huang et al., 2005. Kalsium yang telah masuk ke bagian perikarp ditranslokasi ke bagian dinding sel. Kalsium merupakan unsur yang sifatnya kurang mobil, oleh karena itu perlu dilakukan penambahan agen pengkelat seperti asam organik asam sitrat dan NAA Huang et al., 2005. 14 Aplikasi Kalsium Melalui Pengapuran Tanah di desa Karacak Kecamatan Leuwiliang pada umumnya memiliki keasaman yang tinggi yaitu dengan pH sekitar 4. Selain itu kandungan kalsium pada tanah menurut hasil penelitian Gunawan 2007 sebesar 0.98 me100g dan Liferdi 2007 sebesar 0.87 me100g termasuk kategori sangat rendah. Oleh karena itu tindakan pengapuran perlu dilakukan. Pengapuran pada tanah masam memberikan manfaat menaikkan pH tanah, menambah unsur-unsur Ca dan Mg, menambah ketersediaan unsur-unsur P, Mo, persentase kejenuhan basa, mengurangi keracunan Fe, Mn dan Al, serta memperbaiki kehidupan mikroorganisme tanah. Hardjowigeno, 1989; Soepardi, 1983; Buckman Brady, 1969.. Pada umumnya bahan kapur untuk pertanian adalah berupa kalsium karbonat CaCO 3 , dolomit CaMgCO 3 2 , kapur bakar CaO, dan kapur hidrat CaOH 2 Hardjowigeno, 1989; Collings, 1955; Pearson Adams, 1967. Dolomit mengandung 21.6 Ca dan 13.1 Mg Pearson Adams 1967. Unsur Ca berperan dalam mempertahankan integritas sel dan permeabilitas membran, sedangkan unsur magnesium berperan pertumbuhan tanaman pembentukan klorofil dan berperan dalam sistem enzim sebagai aktivator Marschner, 1995; Sanchez, 1976; Hardjowigeno, 1989. Pengaruh Aplikasi Kalsium Melalui Penyemprotan pada Buah Kalsium merupakan unsur yang penting bagi pertumbuhan tanaman. Unsur kalsium di organ tubuh tanaman diperlukan untuk membentuk lamela tengah baru. Kalsium diserap tanaman dalam bentuk ion-ion Ca 2+ . Kalsium merupakan bagian integral dari dinding sel. Kalsium mempengaruhi ketegaran dinding sel dengan membentuk ikatan silang dengan rantai pektik Marschner, 1995. Beberapa penelitian menunjukkan aplikasi kalsium efektif dalam mengurangi pecah buah pada sweet cherries Brown et al., 1995; Glenn dan Poovaiah, 1989. Huang et al. 2005 melaporkan aplikasi kalsium umumnya mengurangi pecah buah, tetapi efeknya bervariasi dengan waktu aplikasi dan formulasi kalsium. Callan 1986 melaporkan bahwa pemberian CaOH 2 lebih efektif dibandingkan dengan CaCl 2 dalam mengurangi pecah buah pada sweet cherry. Menurut Huang et al. 2005 penyemprotan garam CaNO 3 2 pada buah leci jauh lebih efektif dibandingkan dengan perlakuan CaCl 2 . 15 Kalsium masuk ke buah dapat melewati lapisan kutikula dan stomata. Huang et al. 2005 melaporkan stomata terdapat dalam jumlah sedikit pada epidermis buah leci, oleh karena itu hanya sebagian kecil kalsium yang menempel pada permukaan buah yang dapat diserap. Kondisi iklim seperti kelembaban dan temperatur mempengaruhi tingkah laku stomata yang berpengaruh terhadap penyerapan kalsium. Aplikasi kalsium dengan cara disemprotkan pada buah merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kandungan kalsium pada jaringan buah sehingga diharapkan dapat mengurangi rusakpecahnya sel-sel penyusun jaringan buah. Setelah kalsium memasuki perikarp, kalsium harus ditranslokasikan pada dinding sel. Huang et al. 2005 melaporkan penyemprotan tunggal kalsium dengan formulasi berbeda pada tiga stadia perkembangan buah menunjukkan, pemberian kalsium paling efektif terjadi pada stadia awal 2 minggu setelah antesis, diikuti dengan pemberian kalsium sebelum perkembangan aril.

BAB III STUDI MORFOLOGI DAN ANATOMI PERKEMBANGAN