BAB II PEMBAHASAN
A. Tinjauan Teori Hukum Adat
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, terdapat tiga makna kata adat yang relatif dapat dipakai dalam karya tulis ilmiah ini, yakni: 1 berarti aturan
perbuatan dan sebagainya yang lazim diturut atau dilakukan sejak dahulu kala; 2 cara kelakuan dan sebagainya yang sudah menjadi kebiasaan;
kebiasaan; 3 wujud gagasan kebudayaan yang terdiri atas nilai-nilai budaya, norma, hukum, dan aturan yang satu dengan lainnya berkaitan menjadi suatu
sistem
4
. Untuk makna terminologis hukum adat, ada banyak definisi yang diberikan para ahli hukum dan atropologi dan banyak perselisihan. Namun,
patut dikemukakan bahwa hukum adat memiliki batasan berdasarkan unsur- unsur yang membentuknya,
5
yakni : 1.
Adanya tingkah laku yang terus menerus dilakukan oleh masyarakat; 2.
Tingkah laku tersebut teratur dan sistematis; 3.
Tingkah laku tersebut mempunyai nilai sakral; 4.
Adanya keputusan kepala adat atau pimpinan suku; 5.
Adanya sanksi atau akibat hukum; 6.
Tidak tertulis; 7.
Ditaati dalam masyarakat.
4
KBBI Offline, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Aplikasi diakses melalui http:kbbi.web.id
pada 13 Mei 2015.
5
Bewa Ragawino, Pengantar dan Asas-Asas Hukum Adat Indonesia, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Padjadjaran. Diakses melalui
http:pustaka.unpad.ac.id pada 13 Mei 2015.
Dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia, hukum adat diakui ketentuan-ketentuan berikut :
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia, khususnya pada Pasal
18B ayat 2 Bab IV : Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum
adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia, yang diatur dalam undang-undang. 2.
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa UU No. 62014, khususnya pada Bab XIII Ketentuan Khusus Desa Adat.
3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 Tahun 2014 Permendagri No.
522014 tentang Pedoman Pengakuan dan Perlindungan Masyarakat Hukum Adat.
4. Khusus di Kabupaten Kutai Kartanegara, di daerah dimana kekuasan
kesultanan Kutai Martapura dan Kutai Kartanegara ing Martapura berpusat, terdapat dua peraturan daerah yang masih berlaku, yakni Peraturan Daerah
Nomor 7 Tahun 2000 tentang Pemberdayaan, Pelestarian, Perlindungan dan Pengembangan Adat Istiadat dan Lembaga Adat Dalam Wilayah Kabupaten
Kutai serta Peraturan Dearah Nomor 13 Tahun 2006 tentang Lembaga Kemasyarakatan dan Lembaga Adat.
Secara eksplisit, pengaturan tentang hukum adat di Indonesia sebenarnya terdapat di dalam UU No. 62014 dan Permendagri No. 522014. Bahkan dalam
Permendagri tersebut, istilah hukum adat ditetapkan dengan makna berikut :
Seperangkat norma atau aturan, baik yang tertulis maupun tidak tertulis, yang hidup dan berlaku untuk mengatur tingkah laku manusia yang bersumber pada
nilai budaya bangsa Indonesia, yang diwariskan secara turun temurun, yang senantiasa ditaati dan dihormati untuk keadilan dan ketertiban masyarakat,
dan mempunyai akibat hukum atau sanksi. Pasal 1 poin 3 Dalam ketentuannya, hukum adat hanya dapat diberlakukan di desa adat
yang di dalamnya terdapat masyarakat hukum adat, yakni berarti : Warga negara Indonesia yang memiiki karakteristik khas, hidup berkelompok secara
harmonis sesuai hukum adatnya, memiliki ikatan pada asal usul leluhur dan atau kesamaan tempat tinggal, terdapat hubungan yang kuat dengan tanah dan
lingkungan hidup, serta adanya sistem nilai yang menentukan pranata ekonomi, politik, sosial, budaya, hukum dan memanfaatkan satu wilayah
tertentu secara turun temurun. Pasal 1 poin 1 Permendagri No. 522014. Sementara dalam penjelasan UU No. 62014, yang dimaksud dengan desa adat
adalah sebuah kesatuan masyarakat hukum adat yang secara historis mempunyai batas wilayah dan identitas budaya yang terbentuk atas dasar
teritorial yang berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat desa berdasarkan hak asal usul. Berdasarkan peraturan perundang-undangan
tersebut, sekarang ini sebuah komunitas tidak dapat serta merta menjadi masyarakat hukum adat dan sebuah wilayah tidak dapat pula secara instan
mendapat status desa adat, melainkan melalui proses birokrasi yang cukup rumit. Ada syarat dan tahapan yang harus dilalui.
B. Identifikasi Suku Kutai