Pengukuran pH dan Potensial Redoks Eh tanah Analisis Data Karakteristik contoh tanah gambut 1. pH dan Potensial Redoks Eh tanah

d. Pengukuran pH dan Potensial Redoks Eh tanah

Pengukuran pH dan Eh dilakukan pada saat T 24 dengan menggunakan pH meter dan Eh meter. Berikut ini mekanisme pengukuran pH, antara lain: ujung elektroda pada pHmeter dimasukkan ke dalam tabung inkubasi, ilustrasinya dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3 Ilustrasi pengukuran pH dengan menggunakan pH meter. Sedangkan mekanisme pengukuran Eh, antara lain: ujung elektroda pada Eh meter dimasukkan ke dalam tabung inkubasi dan ujung elektroda yang lain pada Eh meter ditempelkan pada elektroda platina yang terpasang di tabung inkubasi. Berikut ini ilustrasi mekanisme pengukuran Eh yang ditunjukkan pada Gambar 4. Gambar 4 Ilustrasi pengukuran Eh dengan menggunakan Eh meter.

e. Analisis Data

Data potensi produksi CH 4 dan CO 2 dikolerasikan dengan sifat kimia tanah dengan menggunakan analisis regresi. HASIL

a. Karakteristik contoh tanah gambut 1. pH dan Potensial Redoks Eh tanah

Pengukuran pH dan potensial redoks Eh dilakukan pada waktu yang sama, yaitu setiap 5 hari. Dari hasil pengukuran pada 4 daerah yang berbeda, diketahui bahwa nilai rata-rata pH bervariasi antara 3.86-4.86 Lampiran 6. Berdasarkan Gambar 5, daerah Tegal Arum memiliki kisaran pH tertinggi dan daerah Dwipa memiliki kisaran terendah. Nilai Eh pada 4 daerah yang berbeda juga menunjukkan pola fluktuasi yang berbeda- beda. Nilai tersebut berkisar antara -37.44 sampai dengan + 536.64 mV Lampiran 7. Berdasarkan Gambar 6, diketahui bahwa daerah Tegal Arum, Pematang Panjang, Dwipa dan Simpang Jaya menunjukkan pola penurunan nilai Eh dimulai pada pengamatan kedua atau 7 HSP. Akan tetapi hanya daerah Tegal Arum yang mengalami penurunan yang sangat tajam mencapai nilai -62.37 pada pengamatan 22 HSP, dengan nilai rata-rata - 37.44 Lampiran 7. Sedangkan daerah Simpang Jaya memiliki nila kisaran Eh tertinggi, yaitu +536.64. 2. Sifat fisik dan kimia Tabel 1 menyajikan hasil analisis sifat fisik dan kimia contoh tanah gambut sebelum dilakukan percobaan. Sifat fisik contoh tanah gambut ditunjukkan dengan tekstur, berupa pasir, debu dan liat. Daerah Tegal Arum dan Pematang Panjang tidak ditemukan pasir, debu dan liat. Sedangkan daerah Dwipa dan Simpang Jaya memperlihatkan kandungan debu dan liat yang cukup tinggi, yaitu secara berturut-turut 41 dan 43 kandungan debu, dan 59 dan 56 kandungan liat. Hasil analisis sifat kimia contoh tanah gambut ditunjukkan dengan kandungan C- organik, kandungan N, P, K, Fe dan S total, kation-kation basa Ca, Mg, K dan Na kapasitas tukar kation KTK, kejenuhan basa KB, asam humat dan asam fulvat. Nilai kandungan C-organik pada 4 daerah pengambilan contoh tanah gambut sangat bervariasi. Nilai kandungan C-organik pada daerah Tegal Arum, Pematang Panjang, Dwipa dan Simpang Jaya, yaitu secara berturut-turut 31.51, 53.07, 7.18 dan 5.7 Nilai kandungan N total pada 4 daerah pengambilan contoh tanah gambut tidak jauh berbeda. Jumlah kation-kation basa, seperti Ca, Mg, K dan Na pada Tegal Arum, Pematang Panjang, Dwipa dan Simpang Jaya , yaitu secara berturut-turut 3.2 cmol+kg, 10 cmol+kg, 2.38 cmol+kg dan 2.92 cmol+kg. Nilai kapasitas tukar kation KTK pada tanah gambut umumnya tinggi. Hal tersebut dapat ditunjukkan pada hasil analisis tanah daerah Pematang Panjang memperlihatkan nilai KTK tinggi, yaitu sebesar 114.39 cmol+kg, kemudian diikuti dengan daerah Tegal Arum, Dwipa dan Simpang Jaya, secara berturut-turut 52.5 cmol+kg, 29.06 cmol+kg dan 24.52 cmol+kg. Kejenuhan basa menunjukkan presentase jumlah kation basa yang dapat dipertukarkan terhadap nilai KTKnya. Daerah Simpang Jaya memperlihatkan nilai kejenuhan basa tinggi, sebesar 12. Kemudian daerah Tegal Arum, Pematang Panjang dan Dwipa memiliki nilai kejenuhan basa yang tidak jauh berbeda. Kandungan P dan K yang terekstrak HCl 25, sebagai P 2 O 5 dan K 2 O menunjukkan nilai yang sangat bervariasi. Kandungan P dan K pada daerah Tegal Arum dan Pematang Panjang tidak jauh berbeda, yaitu sebesar 54.7 ppm dan 52.7 ppm kandungan P, 407 ppm dan 449 ppm kandungan K. Sedangkan daerah Dwipa dan Simpang Jaya memperlihatkan kandungan P rendah, yaitu sebesar 11.3 ppm dan 21.4 ppm kandungan K, 283 ppm dan 281 ppm kandungan K. Asam humat dan asam fulvat merupakan asam-asam organik yang terkandung di dalam bahan organik tanah. Daerah Pematang Panjang memiliki asam humat dan asam fulvat yang paling besar, yaitu sebesar 18.03 dan 7.68 . Daerah Tegal Arum, Dwipa dan Simpang Jaya memperlihatkan kandungan asam humat dan asam fulvat rendah, sebesar 7.74, 2.42 dan 1.88 asam humat dan 4.46, 0.74 dan 1 asam fulvat. Fe total terendah dan S total tertinggi, yaitu sebesar 0.76 dan 0.32. Sedangkan daerah Pematang Panjang, Dwipa dan Simpang Jaya memiliki nilai Fe dan S total, berturut-turut sebesar 1.16, 3.14 dan 2.91 Fe-Total dan 0.19, 0.12 dan 0.12 S-Total. Tabel 1 Hasil analisis sifat fisik dan kimia tanah sebelum percobaan Sifat Fisik dan Kimia Tegal Arum Pematang Panjang Dwipa Simpang Jaya pasir - - 1 debu - 41 43 liat - 59 56 C-organik Walkley Black 31.51 53.07 7.18 5.7 N total Kjeldahl 1.33 0.91 0.21 0.29 Ca 1.42 4.08 0.64 1.12 Mg 0.59 4.65 1.1 0.94 K 0.81 0.9 0.56 0.55 Na 0.38 0.37 0.08 0.31 Jumlah 3.2 10 2.38 2.92 KTK 52.5 114.39 29.06 24.52 Kejenuhan Basa 6 9 8 12 P total ppm Bray 1 54.7 52.7 11.3 21.4 K total ppm Morgan 407 449 283 281 Asam Humat 7.74 18.03 2.42 1.86 Asam Fulvat 4.46 7.68 0.74 1 Fe 0.76 1.16 3.14 2.91 S 0.32 0.19 0.12 0.12 Tekstur tanah Nilai Tukar Kation H 4 -Acetat 1N, pH7 cmol+kg Total - - N Tabel 2 Potensi produksi CH 4 dan CO 2 mgkg tanahhari dari beberapa daerah pengambilan contoh tanah gambut beserta standar deviasi Nama Daerah Produksi CH 4 mgkg tanahhari ± standar deviasi Produksi CO 2 mgkg tanahhari ± standar deviasi Tegal Arum 0.408 ± 0.052 83.19 ± 4.5 Pematang Panjang 0.402 ± 0.594 170.82 ± 62.56 Dwipa 0.002 ± 0.002 43.84 ± 6.29 Simpang Jaya 0.001 ± 0.0 41.9 ± 2.48 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5 6 2 7 12 17 22 27 32 37 42 47 52 57 62 67 72 77 82 87 92 Hari Setelah Penggenangan HSP p H Tegal Arum Pematang Panjang Dwipa S impang Jaya Pada pengamatan 67 HSP tidak dilakukan pengukuran karena kerusakan alat Gambar 5 pH dari beberapa daerah pengambilan contoh tanah gambut. -200 -100 100 200 300 400 500 600 700 2 7 12 17 22 27 32 37 42 47 52 57 62 67 72 77 82 87 92 Hari Setelah Penggenangan HSP P o te n sia l R e d o k s m V Tegal Arum Pematang Panjang Dwipa S impang Jaya Pada pengamatan 52 HSP tidak dilakukan pengukuran karena kerusakan alat Gambar 6 Potensial Redoks Eh dari beberapa daerah pengambilan contoh tanah gambut. 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 1.9 2 1 6 11 16 21 26 31 36 41 46 51 56 61 66 71 76 81 86 91 Hari Setelah Penggenangan HSP P o te ns i P r o d uks i C H 4 m g k g h ari Tegal Arum Pematang Panjang Dwipa S impang Jaya Gambar 7 Potensi Produksi CH 4 dari berbagai daerah pengambilan contoh tanah gambut. b. Potensi Produksi CH 4 Potensi produksi CH 4 selama 91 HSP hari setelah penggenangan menunjukkan variasi pada setiap pengukurannya. Dari hasil pengamatan pada 4 daerah yang berbeda diperoleh produksi CH 4 bervariasi antara 0.01- 0.408 mgkg tanahhari. Tabel 2 menunjukkan bahwa daerah Tegal Arum memiliki produksi CH 4 tertinggi, yaitu sebesar 0.408 mg kg tanahhari. Sedangkan produksi CH 4 terendah dijumpai pada daerah Simpang Jaya, yaitu sebesar 0.01 mgkg tanahhari. Potensi produksi CH 4 selama 91 HSP pada daerah Tegal Arum dan Pematang Panjang berfluktuasi di setiap pengamatannya. Hal tersebut dapat terlihat pada Gambar 7. Produksi CH 4 tertinggi pada daerah Tegal Arum dan Pematang Panjang ditunjukkan pada pengamatan 76 dan 41 HSP. Sedangkan pada daerah Dwipa dan Simpang Jaya, produksi CH 4 tertinggi ditunjukkan pada pengamatan 26 dan 6 HSP Lampiran 4 .

c. Potensi Produksi CO