36 membaca media cetak, menonton TV dan mendengar radio tentang PUG.
Indikatornya yaitu mencari dan menerima informasi tentang PUG dari media komunikasi massa. Dikategorikan menjadi tiga kategori: rendah 1 kali
membaca, menonton TV dan mendengar radio, sedang 2- 5 kali membaca, menonton TV dan mendengar radio, tinggi 5 kali membaca, menonton TV
dan mendengar radio.
3. Persepsi dan Partisipasi Aparat Pemda dalam Pengarusutamaan Gender
di Era Otonomi Daerah.
• Persepsi dalam pengarusutamaan gender bagi aparat Pemda di era otonomi
daerah adalah penilaian dan pernyataan responden tentang pengarusutamaan gender, yang diukur dengan menggunakan Tujuh Program Pokok
pembangunan pemberdayaan perempuan di era otonomi daerah KPP, 2004 1 kelembagaan dan pembudayaan norma kesetaraan gender, 2 peningkatan
peranserta masyarakat, 3 harmonisasi peraturan perundang-undangan, 4 pendidikan dan pelatihan, 5 penelitian dan pengembangan, 6 pembinaan
kerjasama, 7 pengawasan, pengendalian, dan evaluasi. Setiap indikator dikembangkan menjadi beberapa pernyataan yang akan dinilai responden.
Penilaian menggunakan skala berjenjang, dengan ketentuan 1 = tidak setuju; 2 = ragu-ragutidak tahu; 3 = setuju.
• Partisipasi dalam pengarusutamaan gender bagi aparat pemerintah daerah di
era otonomi daerah adalah keterlibatan secara fisik dan emosional responden yang mendorongnya untuk memberikan kontribusi dalam pelaksanaan strategi
pengarusutamaan gender serta ikut bertanggung jawab dalam aktifitas tersebut. Dalam hal ini responden diminta untuk memberikan pernyataan atas
pertanyaan yang tersedia, yaitu: 1 Perencanaan: apakah dalam penetapan program di masing-masing bidang telah dilakukan hal-hal yang meliputi a
Identifikasi masalah mengikutsertakan keterlibatan perempuan; b Penentuan tujuan terdiri dari masukan
input , keluaran output, efek effect dan dampak impact sudah mempertimbangkan perbedaan pengalaman, aspirasi,
kebutuhan dan permasalahan perempuan dan laki-laki dalam proses penyusunan; c Sudah mempertimbangkan empat aspek yakni partisipasi,
akses, manfaat dan kontrol yang dilakukan setara antara perempuan dan laki-
37 laki dalam perencanaan. 2 Pelaksanaan: apakah dalam pelaksanaan telah
didukung oleh ketersediaan anggaran budget, karakteristik anggaran
responsif gender KPP, 2004 adalah: a anggaran responsif gender bukan merupakan anggaran yang terpisah bagi laki-laki atau perempuan; b fokus
pada kesetaraan dan pengarusutamaan gender dalam semua aspek penganggaran; c meningkatkan keterlibatan aktif dan partisipasi stakeholder
perempuan; d monitoring dan evaluasi belanja dan penerimaan pem erintah dilakukan dengan responsif gender; e meningkatkan efektifitas penggunaan
sumber -sumber untuk mencapai kesetaraan gender dan pengembangan SDM perempuan. 3 Pemantauan dan Evaluasi: apakah telah dilakukan
pengumpulan dan penganalisis an data dan informasi untuk menilai kelayakan serta pencapaian sasaran dan tujuan kebijakan, program, dan kegiatan
pembangunan yang responsif gender baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun pasca pelaksanaan. penilaian menggunakan skala
berjenjang, dengan ketentuan Tidak Pernah 1 kali, Kadang-kadang 1-3 kali dan Selalu 3 kali. Pengukuran peubah ini dilakukan dengan cara
memberi skor kepada bentuk partisipasi responden. Skor dari setiap bentuk partisipasi dijumlahkan untuk mendapat skor total.
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Penelitian ini didesain dengan metode survai Singarimbun dan Effendy, 1995. Penelitian menekankan pada upaya melakukan kajian mendalam terhadap
program pengintegrasian isu gender ke dalam program menurut bidang pembangunan di lingkungan Pemda Lampung Timur dalam rangka otonomi
daerah. Menurut Atherton dan Klemmack dalam Soehartono 1998 penelitian
dengan desain ini akan memberikan gambaran tentang suatu masyarakat atau suatu kelompok orang tertentu atau gambaran tentang suatu gejala atau hubungan
antara dua gejala atau lebih.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian adalah di Lingkungan Pemda Kabupaten Lampung Timur yang sesuai dengan berbagai bidang pembangunan dalam strategi PUG
yaitu: Kesehatan, Pertanian, KB, Hukum, Politik dan Pemerintahan, Ekonomi dan Ketenagakerjaan, Pendidikan, Sosial dan Agama. Bidang-bidang pembangunan
tersebut tersebar di Dinas -dinas, Kantor-kantor, Badan -badan, Sekretariat dan Kecamatan-Kecamatan di Lingkungan Pemerintahan Daerah Kabupaten Lampung
Timur 16 Dinas, 5 Kantor, 4 Badan, 2 Sekretariat dan 23 kecamatan. Waktu penelitian ini telah dilaksanakan selama dua bulan yaitu bulan
Oktober sampai dengan bulan November 2005. Data dianalisis setelah semua terkumpul dan diselesaikan akhir bulan Desember 2005.
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh pejabat struktural pada 16 Dinas, 5 Kantor, 4 Badan, 2 Sekretariat dan juga pejabat kecamatan di lingkungan Pemda
Kabupaten Lampung Timur yang berjumlah kurang lebih 676 jabatan terisi dari total 717 jabatan atau masih ada 41 jabatan yang lowongbelum terisi Sumber:
Data Kepegawaian Kabupaten Lampung Timur Oktober 2005. Populasi distratifikasi berdasar eselon yang dimiliki oleh PNS sesuai dengan jabatannya di
Pemda Kabupaten Lampung Timur. Populasi dimaksud merupakan pelaksana program pembangunan menurut bidangnya masing-masing yang mengharuskan
39 Pengarusutamaan Gender masuk kedalam setiap program pembangunan pada
masing-masing sektor. Populasi penelitian tidak homogen berdasarkan golongan, tetapi masih dapat dikelompokkan ke dalam kelompok-kelompok yang relatif
homogen. Menurut Arikunto 1993 bahwa berdasarkan tingkat homogenitas populasi maka sampel penelitian dapat diambil sebesar 10 -15 persen. Karena itu
penelitian ini mengambil sampel sebesar 67,6 dibulatkan menjadi 68 orang dari 676 orang yang menduduki jabatan struktural di Pemda Lampung Timur. Teknik
pengambilan sampel menggunakan simple random sampling sampel acak
sederhana dengan kriteria responden adalah 1 menjadi PNS dan memegang jabatan struktural di Pemda Lampung Timur minimal eselon-4 atau golongan III,
2 mengerti tentang gender atau telah mendapatkan informasi tentang gender.
Data dan Instrumentasi
Data yang dikumpul dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan dengan cara:
1. Menggunakan kuesioner terstruktur sebagai instrumen. Kuesioner terdiri dari tiga bagian, yaitu a berhubungan dengan karakteristik aparat pemda, b
berhubungan dengan perilaku komunikasi aparat pemda, c berhubungan dengan persepsi dan partisipasi aparat pemda dalam pengarusutamaan gender.
2.
Melakukan wawancara terbuka berdasarkan kuesioner untuk memperoleh keterangan lanjut yang tidak terungkap dari hasil kuesioner.
3.
Observasi, mengadakan pengamatan langsung pada responden untuk menguji kebenaran jawaban pada kuesioner.
Sedangkan data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini dikumpulkan melalui pencatatan data pada arsip kantor di Kabupaten Lampung Timur, BPS dan
literatur penunjang la innya.
Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Validitas instrumen dilakukan dengan menyesuaikan isi kuesioner terhadap: 1 penelitian yang berkaitan dengan perilaku komunikasi aparat pemda
dan pengarusutamaan gender dalam otonomi daerah; 2 memperhatikan saran dari para ahli, terutama komisi pembimbing; 3 memperhatikan pandangan -
40 pandangan dari dinas -d inas serta lembaga terkait dengan pengarusutamaan gender
dalam semua sektor pembangunan; 4 literatur terkait yang mencakup berbagai teori yang relevan, dan kenyataan yang terjadi di lapangan.
Reliabilitas instrumen yang digunakan dilakukan dengan cara: 1 memberikan keterangan tentang pengisian kuesioner kepada responden; 2
melakukan uji coba kuesioner pada 20 orang PNS yang memiliki karakteristik yang relatif sama dengan responden penelitian. Uji coba kuesioner tersebut
dilakukan kepada PNS yang bekerja pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lampung Timur. Hal ini untuk mengetahui “kemampuan” kuesioner, sehingga
tidak menimbulkan bias jawaban. Pengukuran reliabilitas dilakukan dengan menggunakan teknik belah dua
split half. Skor total dua belahan dikorelasikan dengan teknik korelasi Rank Spearman
r
s
dengan rumus:
dimana: N = Total pengamatan
di = beda antara dua pengamatan
Sumber: Spearman dalam Siegel 1988
Nilai korelasi yang diperoleh r dikorelasikan kembali untuk mencari nilai korelasi keseluruhan R dengan menggunakan rumus:
dimana: R = angka reliabilitas keseluruhan item
r = angka korelasi belahan pertama dan belahan kedua
Sumber: Singarimbun dan Effendi 1989 Kriteria pernyataan dikatakan valid bila skor pernyataan tersebut
berkorelasi positif dan nyata dengan skor jawaban r hit r tab dengan db = n –2 dan a = 0.05. Variabel reliable jika koefisien reliabilitas R positif dan nyata,
dimana R hit r hit dari masing-masing pernyataan. Pengujian validitas dan reliabilitas kuesioner dilakukan dengan menggunakan Program SPSS 13.0 for
Windows.
N 6 S di
2
i = 1 r
s =
1 N
3
- N
2 X r R =
1 + r
41
Metode Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
1. Analisis frekuensi untuk mengetahui distribusi dan sebaran dari kategori variabel yang diamati.
2. Analisis deskriptif untuk menjelaskan data secara umum, sehingga data yang terdapat pada tabel frekuensi dapat diintepretasikan dengan cermat.
3. Analisis Chi-Kuadrat ?² untuk mengetahui hubungan antar variabel nominal pada variabel karakteristik individu jenis kelamin dengan ordinal pada
variabel pengarusutamaan gender di era otonomi daerah. Prosedur Uji yang digunakan adalah sebagai berikut:
• Hipotesis statistik yang diuji
H : Tidak terdapat hubungan antara variabel yang digunakan
H
1
: Terdapat hubungan antara variabel yang digunakan •
Statistik Uji yang digunakan adalah rumus ?² untuk dua sample independen Siegel, 1988 adalah :
r k ?² =
S S Oij Eij
²
i = 1 j = 1
Eij
dimana:
Oij =
Jumlah observasi untuk kasus-kasus yang dikategorikan dalam baris ke-I pada kolom ke-j.
Eij = Banyak kasus yang diharapkan di bawah Ho untuk kategori dalam baris ke-i pada kolom ke-j.
r k
S S = jumlah semua baris r dan semua kolom k i=1
j=1
• Untuk menguji keeratan hubungan dari kedua variabel yang diuji
digunakan Koefisien Kontingensi © dengan rumus Siegel, 1988:
C =
v
?² dimana: N + ?² N = Total pengamatan
di = beda antara dua pengamatan 4. Analisis korelasi
Rank Spearman
r
s
untuk mengetahui hubungan antar variabel ordinal pada karakteristik individu kecuali jenis kelamin dengan
42 variabel perilaku komunikasi, karakteristik individu dengan persepsi dan
partisipasi aparat dalam pengarusutamaan gender, dan perilaku komunikasi dengan persepsi dan partisipasi aparat dalam pengarusutamaan gender. Rumus
Uji Korelasi Rank Spearman
r
s
Siegel, 1988 yang digunakan adalah:
N
6
Σ
di
2 1=1
r
s
= 1 - N
3
– N dimana
:
r
s
= koefisien korelasi rank Spearman
N = Total pengamatan d
i
= beda antara dua pengama tan
• Hipotesis statistik yang diuji
Ho: Tidak terdapat hubungan antara variabel yang digunakan H1: Terdapat hubungan antara variabel yang digunakan
• Statistik Uji yang digunakan:
t
=
r
s
√
N – 2 1-
r
s
dimana:
r
s
= koefisien korelasi rank Spearman
N = Jumlah Sampel
t
=
t
hit
yang selanjutnya dibandingkan dengan
t
tabel
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Pelaksanaan Program Pengarusutamaan Gender PUG di Era Otonomi Daerah
Struktur Administrasi Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Timur
Sejak dilaksanakannya otonomi daerah pada tanggal 1 Januari 2001 setiap kabupatenkota telah membangun struktur administrasi pemerintah yang sesuai
dengan kebutuhan masing-masing. Secara umum, pemerintah kabupaten dipimpin oleh seorang Bupati. Di bawah Bupati ada Wakil Bupati dan di bawah
Wakil Bupati ada Sekretariat Daerah yang dipimpin oleh seorang Sekretaris Daerah. Sekretaris Daerah dibantu oleh beberapa asisten dan di bawah para
asisten adalah kepala-kepala bagian yang membawahi beberapa kepala sub-bagian dan staf. Variasi akan struktur pemerintah daerah akan dijumpai pada tingkat
asisten ke bawah. Jumlah asisten, bagian, dan sub-bagian di setiap kabupatenkota berbeda-beda dan unik untuk setiap kabupaten kota.
Di Kabupaten Lampung Timur, Sekretaris Daerah membawahi empat Asisten, yaitu Asisten I Bidang Pemerintahan, Asisten II Bidang Ekonomi
Pembangunan, Asisten III Bidang Administrasi, dan Asisten IV Bidang Umum. Di bawah Asisten I dan III masing-masing terdapat dua bagian, sedangkan
Asisten II dan IV masing-masing membawahi tiga bagian. Pelayanan mengenai pemberdayaan perempuan dilaksanakan oleh Sub-Bagian Pemberdayaan
Perempuan di bawah Bagian Sosial, Asisten II Bidang Ekonomi Bagan Struktur Organisasi Pemda Kabupaten Lampung Timur terlampir.
Dalam struktur paralel yang juga bertanggungjawab kepada bupati adalah dinas-dinas sektoral. Jumlah dan nama dinas -dinas sektoral juga unik untuk setiap
kabupaten. Di Lampung Timur terdapat 25 instansi sektoral yang terdiri dari 16 dinas, 4 badan dan 5 kantor. Selain itu juga terdapat sekelompok instansi
fungsional yang disebut Muspida Musyawarah Pimpinan Daerah yang terdiri dari Kepolisian, Militer, Kejaksaan Negeri dan DPRD. Muspida bersama bupati
memimpin kabupaten . Di antara instansi tersebut di atas, Bappeda mempunyai peranan penting
dalam hal pengambilan keputusan di bidang perencanaan pembangunan dan
44 alokasi anggaran pembangunan APBD yang diajukan oleh seluruh sektor.
Sementara itu DPRD berperan memberikan persetujuan atas anggaran pembangunan yang diajukan oleh Bappeda. DPRD juga berperan dalam
menerima atau menolak Laporan Pertanggungjawaban Bupati. Secara administratif, wilayah kabupaten dibagi lagi ke dalam wilayah
kecamatan yang dikepalai oleh camat. Setiap kecamatan juga membawahi beberapa desakelurahan kampung. Desakelurahankampung adalah unit
administrasi terkecil dalam sistem pemerintahan daerah di era otonomi. Desakelurahankampung dipimpin oleh seorang kepala desakampung atau lurah.
Di kecamatan juga ditempatkan petugas lapangan dari beberapa instansi, misalnya pertanian, peternakan, keluarga berencana, kesehatan, kehutanan, perkebunan, dan
pendidikan. Mereka bertanggungjawab langsung menyampaikan dan melaksanakan program dan proyek yang telah ditentukan oleh instansi masing -
masing. Di dalam struktur pemerintahan kabupaten di era otonomi daerah, terdapat
tiga lapisan tanggungjawab dan pembagian kerja. Pemahaman atas mekanisme pemerintahan kabupaten di era otonomi daerah adalah penting untuk menetapkan
strategi Pengarusutamaan Gender PUG. Bupati dan wakil bupati adalah penunjukkan politis, dan mereka adalah pembuat kebijakan yang utama di
kabupaten dibantu oleh para pejabat eselon II. Dalam administrasi kabupaten, eselon II terdiri dari sekretaris daerah, para asisten, dan para kepala
dinasbadankantor. Masing -masing pejabat eselon II adalah juga pengambil kebijakan yang utama dikantornya. Strategi PUG untuk para pejabat eselon II ini
harus difokuskan dalam bentuk advokasi, sehingga mereka memahami prinsip dan manfaat PUG untuk perencanaan kebijakan dan program. Dukungan politik dari
bupati dengan mengeluarkan Surat Keputusan mengenai pelaksanaan PUG di Kabupaten Lampung Timur akan membuat advokasi kepada pejabat eselon II
sehingga mendapat efek optimal. Advokasi juga harus ditargetkan bagi anggota DPRD dengan tujuan agar
mereka memahami manfaat PUG. DPRD mempunyai peran penting untuk menyetujui atau menolak rencana dan anggaran pembangunan yang diajukan oleh
pemerintah daerah.
45 Lapisan kedua struktur menejemen dalam administrasi kabupaten terdiri
dari Kepala Sub-Dinas atau Kepala Bagian dan tingkat kecamatan. Kelompok ini merupakan pegawai pemerintah dengan jabatan eselon III. Para pejabat ini adalah
pembuat keputusan yang menganalisis, menilai dan melapor kepada pejabat eselon II. Mereka juga mempunyai tanggungjawab untuk mengawasi kegiatan
sehari-hari para pegawai yang lebih rendah untuk urusan administrasi dan menejemen di kantor sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing, para
pejabat ini harus memiliki suatu pemahaman mengenai aspek teknis PUG sangat penting untuk diberikan kepada para pejabat menengah ini, karena mereka berada
dalam posisi untuk menyusun program pembangunan sehingga mereka harus mengumpulkan, menganalisis dan menggunakan informasi yang berkaitan dengan
masalah-masalah gender. Kelompok pegawai yang paling rendah dalam administrasi kabupaten
adalah para pelaksana yang tidak memiliki tanggungj awab pengambilan keputusan atau analisis. Mereka adalah pegawai yang termasuk pada eselon IV
dan staf biasa tanpa eselon. Fungsi kelompok staf ini utamanya adalah melaksanakan pekerjaan yang diberikan kepadanya oleh pejabat menengah atau
pejabat lain yang lebih tinggi eselonnya. Eselon IV b iasanya masih memiliki fungsi sebagai pengambil keputusan dalam strategi pelaksanaan proyek.
Kelompok ini harus diberikan pelatihan untuk mendapat pemahaman mengenai aspek teknis PUG oleh karena mereka adalah para pegawai yang
bertanggungjawab atas operasionalisasi proyek ditempat kerjanya, khususnya mereka yang menangani data dan informasi.
Di tingkat kecamatan dan lapangan, para petugas lapangan, misalnya para penyuluh, berperan penting dalam pelaksanaan PUG karena mereka secara
langsung berinteraksi dengan penduduk laki-laki dan perempuan dalam komunitas dan juga pelaporannya mengenai masalah gender yang terjadi di lapangan.
Namun demikian kelompok pegawai ini hanya bekerja sesuai buku panduan yang disediakan oleh atasan mereka, sehingga selama buku petunjuk pelaksanaan yang
diberikan kepadanya tidak mengatakan kepada mereka untuk melakukan pendekatan responsif gender, maka mereka tidak akan melakukannya.
46
Perencana an Strategik Program Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Lampung Timur
Program pemberdayaan perempuan di Kabupaten Lampung Timur sudah dilaksanakan sejak terbentuknya Kabupaten Lampung Timur secara definitif
melalui Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Lampung Timur Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 46, Tambahan lembaran
Negara Nomor 3825. Struktur organisasi yang bertanggungjawab atas pelaksanaan program pemberdayaan perempuan, yaitu Sub Bagian Kesehatan dan
Pemberdayaan Perempuan di Bagian Sosial Pemda Lampung Timur yang merupakan perangkat daerah yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada
Bupati Lampung Timur melalui Sekretaris Kabupaten. Organisasi dan tata kerja Bagian Sosial Setdakab Lampung Timur dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah
Kabupaten Lampung Timur Nomor 39 tahun 2000 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD dan Pemerintah
Kecamatan Kabupaten Lampung Timur. Bagian Sosial mempunyai tugas menyiapkan koordinasi kegiatan di bidang keagamaan, pendidikan dan
kebudayaan, kesehatan, kesejahteraan generasi muda, olahraga dan peranan wanita.
Di dalam Perencanaan Strategik Renstra Tahun 2001 – 2005 Bagian Sosial Setda Kabupaten Lampung Timur, mencantumkan 6 enam kebijakan
yang dilakukan, yaitu: 1 memantapkan koordinasi d inasinstansi di wilayah Kabupaten Lampung Timur, 2 orientasi peningkatan sumberdaya manusia
melalui pelatihan, 3 memantapkan pendidikan yang religius, 4 memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat, 5 mendorong
upaya tindakan preventif daripada kuratif, dan 6 mendorong partisipasi perempuan dalam pembangunan
. Program Pemberdayaan perempuan yang dilakukan dengan sasaran
terwujudnya peran aktif perempuan dalam pembangunan melalui kebijaksanaan
mendorong partisipasi perempuan dalam pembangunan , dilaksanakan melalui
program peningkatan peran masyarakat dan kemampuan kelembagaan PUG. Kegiatan yang dilakukan yaitu: 1 membentuk kelembagaanorganisasi
perempuan di tingkat kecamatan di wilayah Kabupaten Lampung Timur, 2
47 melakukan pelatihan menejemen organisasi perempuan, 3 pembinaan
peningkatan peranan wanita dan kesetaraan gender, 4 membina desa-desa binaan peningkatan peranan wanita menuju keluarga sehat dan sejahtera, 5 melakukan
pendataan statistik gender, 6 membentuk tim pengelola program peningkatan peranan wanitaP2W di tingkat kabupaten, 7 melaksanakan semiloka kesetaraan
gender, 8 melakukan studi banding pengarusutamaan gender, 9 melaksanakan penataran P2W, dan 10 revitalisasi program P2W tingkat kabupaten Renstra
Bagian Sosial Kabupaten Lampung Timur, 2001-2005. Jika dibandingkan dengan sepuluh kabupatenkota yang berada di wilayah
Propinsi Lampung maka hanya di Kabupaten Lampung Timur dan Kabupaten Tanggamus, kegiatan Pemberdayaan Perempuan masih ditangani oleh Sub Bagian
dengan golongan eselon IV. Di Kota Bandar Lampung organisasi dan tata kerja yang mengatur urusan pemberdayaan perempuan berada di bawah Dinas Sosial
dan Pemberdayan Perempuan, begitu juga di tujuh kabupatenkota lain telah ditangani oleh Bagian Pemberdayaan Perempuan di bawah Sekretariat
KabupatenKota eselon III. Belum terbentuknya organisasi dan tata kerja khusus yang menangani pemberdayaan perempuan di Kabupaten Lampung Timur
menyebabkan konstribusi pemerintah daerah terhadap kegiatan pemberdayaan perempuan relatif masih rendah. Contohnya dalam proses penerbitan SK Bupati
tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan di Kabupaten Lampung Timur, sampai saat ini belum ada Surat Keputusan Bupati, yang merupakan
payung hukum pelaksanaaan PUG di Kabupaten Lampung Timur. Hal tersebut menyebabkan proses sosialisasi PUG belum berjalan sesuai dengan harapan,
sedangkan secara nasional PUG dalam pembangunan sudah diinstruksikan oleh Presiden sejak Tahun 2000. Contoh lainnya adalah yaitu belum ditempatkannya
program pemberdayaan perempuan sebagai program prioritas dalam Rencana Strategis Daerah yang menyebabkan partisipasi perempuan dalam pembangunan
ditempatkan dalam urutan terakhir dalam enam kebijakan renstra Bagian Sosial Kabupaten Lampung Timur.
48
Pelaksanaan Program Pengarusutamaan Gender PUG di Kabupaten Lampung Timur
Pelaksanaan PUG di Kabupaten Lampung Timur secara teknis dilaksanakan oleh Sub Bagian Kesehatan dan Pemberdayaan Perempuan pada
Bagian Sosial Sekretariat Derah Kabupaten Lampung Timur. Bupati adalah sebagai penanggung jawab operasional di tingkat kabupaten. Dasar pelaksanaan
kegiatan PUG di Kabupaten Lampung Timur masih berpedoman pada Keputusan Bupati Lampung Timur Nomor: B.157a05UK2002, tentang Pembentukan Tim
Koordinasi Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Lampung Timur Tahun 2002. Tim Koordinasi Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Lampung Timur tersebut
merupakan unsur koordinasi dari semua kegiatan dinasinstansi terkait dan kegiatan-kegiatan lembaga non pemerintah dalam upaya pemberdayaan
perempuan. Tim Koordinasi Pemberdayaan Perempuan ini terdiri dari bupati sebagai pembina, tim pengarah, tim pengelola teknis, kelompok kerja dan
sekretariat tim yang berkedudukan di Kasubbag Kesehatan dan Pemberdayaan Perempuan Sekretariat Kabupaten Lampung Timur dengan susunan keanggotaan
tim dan susunan personalia sebagaimana tercantum pada Lampiran 3 dan 4. Tugas Tim Koordinasi Pemberdayaan Perempuan dan Sekretariat Tetap
Kabupaten Lampung Timur adalah sebagai berikut: 1 Tim Pengarah, menetapkan kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi
programproyek dan kegiatan pembangunan daerah dalam rangka Pemberdayaan Perempuan di Kabupaten Lampung Timur; 2 Tim Pengelola Teknis
Pemberdayaan Perempuan melakukan koordinasi perumusan kebijakan teknis perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi programproyek dan kegiatan
pembangunan daerah dalam rangka peningkatan pemberdayaan perempuan Kabupaten Lampung Timur; 3 Sekretariat Tetap, melaksanakan pelayanan
administrasi untuk membantu pelaksanaan tugas tim pengarah dan tim pengelola teknis pemberdayaan perempuan; 4 Pokja Pengarusutamaan Gender,
memfasilitasi badan, dinas, kantor, lembaga teknis dan unit organisasi lainnya untuk mengintegrasikan PUG dalam aspek perencanaan, pelaksanaan, pemantauan
dan evaluasi kebijakan programproyek dan kegiatan pembangunan daerah Kabupaten Lampung Timur; 5 Pokja Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan
49 PKHP, memfasilitasi badan, dinas, kantor, lembaga teknis dan unit organisasi
lainnya untuk mengintegrasikan program Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan PKHP dalam aspek perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi
kebijakan programproyek dan kegiatan pembangunan daerah Kabupaten Lampung Timur; 6 Pokja Peningkatan Kesejahteraan dan Perlindungan Anak
PKPA, memfasilitasi badan, dinas, kantor, lembaga teknis dan unit organisasi lainnya untuk Peningkatan Kesejahteraan dan Perlindungan Anak PKPA dalam
aspek perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi kebijakan programproyek dan kegiatan pembangunan daerah Kabupaten Lampung Timur.
Anggaran PUG untuk Kabupaten Lampung Timur diperoleh dari APBD Kabupaten Lampung Timur, APBD Propinsi Lampung dan APBN melalui Biro
Pemberdayaan Perempuan Propinsi Lampung. Sektor-sektor yang menjadi bidang garapan program PUG yaitu bidang
kesehatan, hukum, politik dan pemerintahan, ekonomi dan ketenagakerjaan, pendidikan, sosial dan agama, dan demografi. Sampai penelitian berlangsung
Program Pemberdayaan Perempuan dan KPA Kabupaten Lampung Timur berdasarkan bidang-bidang yang sudah dilaksanakan adalah sebagai berikut:
1 Bidang Kesehatan: Kegiatan PUG yang telah dilakukan:
a. Mengadakan Pelatihan Kader Posyandu dan Bina Keluarga Balita BKB, dengan jumlah peserta 100 orang kader perempuan, hasil yang diperoleh
yaitu tersedianya perangkat kader Posyandu dan BKB yang efektif dan berkesinambungan dan tersedianya fasilitas untuk peningkatan mutu
kader Posyandu dan BKB di Kabupaten Lampung Timur; b. Mengadakan Pembinaan dan Pemantauan Pengelolaan Kelompok Bina
Keluarga Balita BKB di Desa Raman Aji Kecamatan Raman Utara dengan jumlah peserta 57 Ibu Balita, hasil yang diperoleh yaitu terjadinya
peningkatan kemampuan kader Posyandu dan BKB di Desa; c. Mengikuti Lomba Bina Keluarga Balita BKB ke tingkat Propinsi pada
hari Kamis, tanggal 4 Agustus 2005 dengan melibatkan 57 Ibu Balita dan mendapat Juara Harapan I;
50 d. Memberikan pelayanan kepada Bayi dengan jumlah peserta bayi laki-laki
10.307 anak dan bayi perempuan 11.546 anak untuk peningkatan kesehatan bayi, memberikan pelayanan kepada 43.707 orang ibu
menyusui untuk peningkatan kesehatan ibu menyusui dan anak, memberikan pelayanan kepada 24.039 orang ibu hamil untuk memberi
kesadaran agar memeriksakan diri minimal 4 kali selama masa kehamilannya, memberikan pelayanan kepada 22.496 orang ibu bersalin
dalam rangka penurunan kematian ibu melahirkan, dan memberi pelayanan imunisasi kepada 21.853 orang bayi untuk meningkatkan
kesehatannya. e. Mengadakan pembin aan kepada 200 KK di Desa Sri Gading dan Desa
Karang Anyar Kecamatan Labuhan Maringgai dalam rangka kegiatan Peningkatan Peran Perempuan menuju Keluarga Sehat dan Sejahtera
P3KSS, Desa Karanganyar mendapat Juara I dan berhak mengikuti lomba serupa di Tingkat Propinsi;
f. Mengadakan pembinaan Gerakan Sayang Ibu GSI di Desa Gondang Rejo Kecamatan Pekalongan dan Mengikuti lomba GSI ke tingkat
Propinsi Lampung dengan mendapat hasil sebagai Juara Harapan I. 2 Bidang Hukum:
Kegiatan PUG yang telah dilakukan: a. Penyuluhan hukum terpadu dan pembentukan kelompok Kadarkum kepada
1.080 peserta laki-laki dan 1.020 perempuan untuk meningkatkan kesadaran hukum masyarakat;
b. Mengadakan sosialisasi Undang-Undang no.23 tahun 2004 tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga dengan jumlah peserta 10
orang laki-laki dan 173 orang perempuan. 3 Bidang Ekonomi dan Ketenagakerjaan:
Kegiatan PUG yang telah dilakukan yaitu: a. Pelatihan kepada 160 orang peserta perempuan tentang pemberdayaan
singkong menjadi makanan bermutu, untuk usulan ekonomi produktif dalam meningkatkan penghasilan keluarga;
51 b. Melaksanakan Pelatihan Achievement Motivation Training AMT dalam
rangka meningkatkan jiwa kemitrausahaan dengan jumlah peserta 69 orang laki-laki dan 40 orang peserta perempuan; Tindak lanjut dari kegiatan ini
yaitu dengan memberikan Fasilitas Pinjaman dengan kredit murah kepada 4 UKM.
c. Pelatihan Menejemen Keuangan dan Akuntansi Koperasi untuk meningkatkan keterampilan pengurus koperasi dalam bidang akuntansi
yang diikuti oleh 35 orang pes erta laki-laki dan 15 orang peserta perempuan.
4 Bidang Pendidikan: Kegiatan PUG yang telah dilakukan adalah:
a. Memberikan bantuan Alat Permainan Education APE di 23 Kecamatan untuk menumbuhkembangkan imajinasi dan kreatifitas anak-anak.
b. Keaksaraan Fungs ional dengan kegiatan baca, tulis, hitung dan keterampilan usaha untuk pemberantasan buta huruf ekonomi produktif
dengan jumlah peserta laki-laki 10 orang dan 212 orang wanita 5 Bidang Sosial dan Agama:
Kegiatan yang dilakukan berupa Pemberdayaan dan Peningkatan Sumberdaya Wanita Rawan Sosial Ekonomi WRSE dengan jumlah peserta sebanyak 88
orang perempuan, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan teknis kaum perempuan perdesaaan dalam rangka menampilkan peranan sosial
mereka dalam keluarga, baik secara individual atau secara kelompokorganisasi secara efektif dan harmonis. Kegiatan ini sudah
dilaksanakan sejak tahun 2001, hingga saat ini sebanyak 88 orang telah berhasil menjadi motivator lokal untuk menggerakkan usaha kecil di
perdesaan. 6 Bidang Demografi:
Kegiatan yang telah dilakukan adalah: a. Kesertaan ber KB Pembinaan peserta KB aktif terhadap 3.287 akseptor
laki-laki dan 123.703 akseptor perempuan, sehingga diperoleh binaan sejumlah 129.990 akseptor KB atau 69,95 persen dari Pasangan Usia
Subur PUS sebanyak 181.534 pasangan. Jenis akseptor yang digunakan
52 yaitu: KB Suntik 59,34 persen, pil KB 26,92 persen, susuk KB 6,48
persen, AKDRIUD 4,78 persen, MOWTubektomi 1,57 persen. b. Melakukan pembinaan Bina Keluarga Balita BKB, hasil yang diperoleh
yaitu terbinanya 46 kelompok BKB di 23 Kecamatan dan terjadi peningkatan pengetahuan kader terhadap pelaksanaan BKB. Tindak lanjut
dari pembinaan ini yaitu kegiatan POSYANDU yang dilakukan oleh masing-masing kelompok dengan agenda berupa pemberian makanan
tambahan, penimbangan, penggunaan KMS dan imunisasi rutin untuk balita.
Kondisi Sumberdaya Perempuan dalam Bidang Pendidikan
Pendidikan merupakan salahsatu penentu kualitas sumber daya manusia. Salah satu peran pendidikan adalah untuk meningkatkan kualitas hidup
masyarakat. Semakin tinggi tingkat pendidikan suatu masyarakat maka akan semakin tinggi tingkat kualitas kehidupan masyarakat.
Hasil Susenas Tahun 2004 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Lampung Timur yang berumur 10 tahun ke atas yang tergolong buta huruf
mencapai angka 7,95 persen. Angka ini lebih rendah dibandingkan pada tahun 2002 dan tahun 2003 yang mencapai angka 18,52 persen dan 10,94 persen atau
ada peningkatan jumlah penduduk yang melek huruf dapat baca tulis. Persentas e jumlah penduduk yang tergolong buta huruf tersebut terdiri dari perempuan
sebanyak 51.318 Jiwa, sedangkan penduduk laki-laki berjumlah 20.672 Jiwa. Dari jumlah penduduk sekitar 909 ribu jiwa, 79,68 persen diantaranya
adalah penduduk berumur 10 tahun ke atas. Tingkat pendidikan penduduk Kabupaten Lampung Timur secara kualitas masih perlu ditingkatkan, terbukti dari
masih tingginya Persentase penduduk yang tidakbelum tamat SD sebesar 36,35 persen dan dan sebagian besar yang tidakbelum tamat SD adalah perempuan
sebesar 40,80 persen. Tabel 1 menunjukkan bahwa untuk seluruh jenjang pendidikan, jumlah perempuan yang bersekolah lebih sedikit jika dibandingkan
dengan laki-laki.
53 Tabel 1 Persentase penduduk usia 10 tahun ke atas menurut pendidikan
tertinggi yang ditamatkan dan jenis kelamin di Kabupaten Lampung Timur, tahun 2004
Pendidikan Perempuan
Laki-laki Total
TdkBelum Tamat SD
40,80 32,21
36,35 SDSederajat
31,77 33,46
32,64 SLTPSederajat
17,73 20,55
19,19 SLTASederajat
9,12 12,66
10,96 D1 Ke atas
0,58 1,12
0,86 Jumlah
100,00 100,00
100,00 Sumber: BPS Kabupaten Lampung Timur, 2004
Kondisi Sumberdaya Perempuan di Sektor PublikPemerintahan
Kedudukan dan peran perempuan dalam sektor publikpemerintahan masih rendah. Sampai dengan tahun 2005 hanya terdapat satu orang camat perempuan di
Lampung Timur yaitu di kecamatan Sukadana. Bahkan dari lima kelurahan di kecamatan Sukadana tidak satupun ada lurah yang perempuan. Sedangkan dari
233 Kepala Desa hanya 7 tujuh kepala desa yang dijabat oleh perempuan lihat Tabel 2.
Tabel 2 Jumlah kepala daerah menurut wilay ah pemerintahan dan jenis kelamin di Kabupaten Lampung Timur, tahun 2005
Kepala Daerah Wilayah
Pemerintahan Perempuan
Laki-laki Total
Desa 7
226 233
Kelurahan 5
5 Kecamatan
1 22
23 Kabupaten
1 1
Sumber: BKD Pemda Kabupaten Lampung Timur, 2005 Di kalangan birokrasi Kabupaten Lampung Timur bahkan terjadi
penurunan partisipasi perempuan. Pada masa Bupati sebelumnya, tahun 2000- 2003 ada 1 satu orang perempuan menjabat sebagai kepala Kantor
Kependudukan dan Catatan Sipil, eselon II, tetapi pada saat ini tahun 2005 tidak ada satupun kepala BadanDinasKantor yang dijabat perempuan lihat Tabel 3.
54 Tabel 3 Jumlah dan persentas e pejabat yang menduduki jabatan struktural
menurut eselon dan jenis kelamin di Kabupaten Lampung Timur, 2005 Eselon
Perempuan Laki-laki
Total II
- 24 100
24 III
6 4,69 122 95,31
128 IV
58 11,07 466 88,93
524 Jumlah
64 9,47 612 90.53
676 Sumber: BKD Pemda Kabupaten Lampung Timur, 2005
Tabel 3 menunjukkan bahwa tidak ada seorangpun perempuan yang menduduki jabatan eselon II, untuk eselon III Persentase pejabat wanita hanya
4,69 persen, dan eselon IV hanya 11,07 persen. Secara keseluruhan perempuan yang menduduki jabatan pada eselon III dan IV hanya 9,47 persen , sedangkan
laki-laki yang menduduki jabatan eselon II, III dan IV sebesar 90,53 persen.
Karakteristik Responden
Karakteristik responden di Pemerintahan Daerah Kabupaten Lampung Timur yang diamati dan diduga berhubungan nyata secara statistik dengan
persepsi dan partisipasi aparat dalam pelaksanaan program PUG, meliputi 1 usia, 2 jenis kelamin, 3 pendidikan, 4 jabatan, 5 golongan Tabel 6.
Usia
Tabel 4 menunjukkan bahwa sebaran usia responden bervariasi dari 20 tahun sampai lebih dari 41 tahun. Responden dalam penelitian ini berjumlah
sebanyak 68 orang yang terdiri dari 48 orang laki-laki 70,6 dan 20 orang 29,4 perempuan. Usia perempuan terbanyak adalah pada kelompok usia 31-40
tahun yaitu pada kategori dewasa. Akan tetapi untuk laki-laki terbanyak pada kelompok usia di atas 41 tahun yaitu pada kategori tua. Hal ini disebabkan antara
lain, pada awal pembentukan Kabupaten Lampung Timur Pemekaran Kabupaten Lampung Tengah pada Tahun 1999, jumlah pegawai yang berminat pindah ke
Lampung Timur dari Lampung Tengah terbanyak adalah laki-laki. Baru pada tahun 2002, ada penerimaan pegawai baru sehingga terjadi penambahan jumlah
pegawai perempuan yang sekaligus diterima sebagai CPNS.
55 Tabel 4 Jumlah dan persentase responden aparat pemerintah daerah Kabupaten
Lampung Timur berdasar usia dan jenis kelamin, tahun 2005
Jenis Kelamin Kategori Usia
Laki-laki Perempuan
Jumlah Persentase
20-30 tahun 31-40 tahun
41 tahun 16
32 4
12 4
4 28
38 5,9
41,2 52,9
48 20
68 100
Menurut informasi yang diperoleh, pada awal pemekaran Kabupaten Lampung Timur minat aparat perempuan untuk pindah dari Kabupaten Lampung
Tengah kabupaten induk sebelum pemekaran ke Kabupaten Lampung Timur sangat kecil, khususnya para aparat yang bukan penduduk asli Lampung Timur.
Pertimbangan keluarga menjadi alasan bagi mereka untuk tidak berminat pindah ke Lampung Timur, antara lain karena tidak direstui oleh suami bagi mereka yang
sudah berkeluarga dan tidak diizinkan oleh orang tua bagi mereka yang masih belum berkeluarga.
Jenis Kelamin
Berdasarkan jenis kelamin, mayoritas responden terpilih yang menduduki jabatan struktural di Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Timur berjenis
kelamin laki-laki, yakni sebanyak 48 orang 70,6 dan responden perempuan sebanyak 20 orang 29,4. Jumlah responden laki-laki yang lebih banyak ini
terjadi karena pada saat penarikan sampel peluang laki-laki lebih besar untuk dipilih dimana populasi jabatan struktural yang diduduki oleh laki-laki adalah
sebanyak 612 90,53 dari 676 jabatan struktural. Untuk penyebaran data berdasar perbedaan gender maka hanya terdapat empat 4 responden pejabat
struktural perempuan yang berusia kurang dari 30 tahun. Sementara tidak ad a pejabat struktural laki-laki yang berusia di bawah 30 tahun. Kondisi tersebut
berbeda pada responden yang berusia lebih dari 41 tahun. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa jumlah responden pejabat struktural laki-laki berjumlah 32
responden atau sebesar 47,1 persen dibanding dengan hanya 4 responden atau sebesar 5,9 persen pejabat struktural perempuan. Hal tersebut menunjukkan
bahwa mayoritas responden pejabat struktural di pemda Kabupaten Lampung Timur masih lebih banyak dijabat oleh laki-laki dengan kategori tua yaitu telah
56 berusia di atas 41 tahun. Selanjutnya dari data yang diperoleh maka jumlah
responden pejabat struktural yang berusia antara 30 tahun-40 tahun dengan kategori dewasa berjumlah 16 pejabat struktural laki-laki atau sebesar 23,53
persen dan 12 pejabat struktural perempuan atau sebesar 17,65 persen. Berdasarkan observasi dan perbandingan data sekunder yang diperoleh di
lapangan, pejabat struktural di Pemda Kabupaten Lampung Timur memang didominasi oleh jenis kelamin laki-laki. Data kepegawaian per Oktober 2005 data
sekunder menunjukkan bahwa dari total jumlah 676 jabatan struktural yang ada, tercatat sebanyak 612 jabatan struktural dijabat oleh laki-laki dan hanya sebanyak
64 jabatan struktural dipegang oleh perempuan.
Pendidikan
Pendid ikan responden aparat di Kabupaten Lampung Timur terbanyak adalah sarjana S1 pada kategori tinggi, dan ini berlaku sama baik pada aparat
perempuan maupun laki-laki. Bahkan aparat perempuan ada yang berpendidikan S2 kategori sangat tinggi sedangkan laki-laki tidak ada Tabel 5..
Tabel 5. Jumlah dan persentase responden aparat pemerintah daerah Kabupaten Lampung Timur berdasar pendidikan dan jenis kelamin, 2005
Jenis Kelamin Persentase
Total Kategori
Pendidikan Laki-laki
Perempuan Laki-laki
Perempuan Jumlah
SMA Diploma
S 1 S 2
6 9
33 4
1 11
4 12,50
18,75 68,75
0,00 20,00
5,00 55,00
20,00 10
10 44
4 14,7
14,7 64,7
5,9 48
20 100,00
100,00 68
100,0
Untuk tingkat pendidikan strata satu S1 jumlah responden laki-laki yang berpendidikan S1 secara kumulatif dibandingkan dengan responden perempuan
cukup berbeda, yaitu 33 orang dari 48 responden 68,75 sedangkan perempuan 11 orang dari 20 responden 55.0. Secara umum pejabat-pejabat struktural di
Pemda Kabupaten Lampung Timur telah berpendidikan S1 dengan kategori tinggi, sedangkan tingkat pendidikan terendah SMA dengan kategori rendah.
57
Jabatan
Tabel 6 menunjukkan bahwa berdasar tingkat jabatan sebagian besar jabatan responden adalah Kasubbag atau eselon IV-A, yaitu sebanyak 36 orang
atau sebesar 52,9 persen. Sementara itu, 22 responden atau sebesar 32,5 persen mempunyai jabatan sebagai Kepala Seksi Kasi atau setara dengan eselon IV-A,
dan sebagai kepala bagian atau eselon III -A berjumlah 6 responden atau sebesar 8,8 persen. Untuk jabatan kepala sub-dinas dan camat masing-masing berjumlah 2
responden atau sebesar 2,9 persen. Data ini menunjukkan bahwa level struktural menengah merupakan mayoritas jabatan responden, untuk laki-laki terbanyak
pada jabatan Kassubbag 27 orang dari 48 respond en laki-laki dan perempuan terbanyak pada jabatan Kasi 10 orang dari 20 orang responden perempuan.
Penyebaran jabatan berdasarkan perbedaan jenis kelamin menunjukkan bahwa untuk jabatan Kepala Bagian yang merupakan jabatan level tinggi dalam
struktur pemerintahan daerah, tidak ada satupun responden perempuan yang menduduki jabatan tersebut.
Tabel 6. Jumlah dan persentase responden aparat pemerintah daerah Kabupaten Lampung Timur berdasarkan jabatan dan jenis kelamin, 2005
Jenis Kelamin
Persentase Total
Kategori Jabatan
Laki-laki Perempuan
Laki-laki Perempuan
Jumlah Kasi
Kasubbag Kasubdin
Camat Kabag
12 27
2 1
6 10
9 1
25,00 56,25
4,17 2,08
12,50 50,00
45,00 0,00
5,00 0,00
22 36
2 2
6 32,5
52,9 2,9
2,9 8,8
48 20
100,00 100,00
68 100,0
Untuk jabatan Kasubbag tercatat sebanyak 27 orang laki-laki dari 48 responden atau sebesar 56,25 persen dan perempuan sebanyak sembilan orang
dari 20 responden atau sebesar 45,00 persen. Sedang untuk jabatan kepala seksi yang merupakan jabatan struktur level rendah jumlah pejabat struktural laki-laki
sebanyak 12 orang dari 48 responden atau sebesar 25 persen sedangkan perempuan sebanyak 10 orang dari 20 responden atau sebesar 50 persen.
58
Golongan
Sebanyak 58 responden aparat 85.3 yang menjadi responden penelitian lebih banyak berasal dari golongan III baik golongan IIIa sampai
IIId, atau jabatan struktural tingkat sedang. Sebanyak 10 orang responden atau 14,7 persen telah menduduki jabatan struktural tingkat tinggi, yaitu golongan IV
Tabel 7. Tabel 7. Jumlah dan persentase responden aparat pemerintah daerah Kabupaten
Lampung Timur berdasarkan golongan dan jenis kelamin, 2005
Jenis Kelamin Persentase
Total Kategori
Golongan Laki-laki
Perempuan Laki-laki
Perempuan Jumlah
Golongan III Golong an IV
40 8
18 2
83,33 16,67
90,00 10,00
58 10
85,3 14,7
48 20
100,00 100,00
68 100
Berdasar perbedaan jenis kelamin, sebanyak 40 orang laki-laki dari 48 responden atau sebesar 83,33 persen dan sejumlah 18 orang perempuan dari 20
responden atau sebesar 90,00 persen termasuk dalam kategori pejabat struktural golongan III. Sementara pada responden bergolongan IV diperoleh data bahwa
pejabat struktural laki-laki berjumlah 8 orang dari 48 responden atau sebesar 16,77 persen sedangkan pejabat struktural perempuan sebanyak 2 orang dari 20
responden atau sebesar 10,00 persen. Secara proporsional golongan III di dominasi oleh responden perempuan 90, sedangkan golongan IV didominasi
oleh responden yang berjenis kelamin laki-laki 16,67. Dari hasil wawancara mendalam dengan responden dan setelah
dibandingkan dengan data lapangan yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa peran perempuan di sektor pemerintahan masih relatif kecil. Hal ini antara
lain disebabkan oleh berbagai kendala seperti nilai dan norma masyarakat setempat yang masih mempersepsikan peran utama perempuan hanya di sektor
domestik. Misalnya, norma di masyarakat yang menyatakan bahwa anak perempuan lebih diperlukan dalam membantu orang tua menyelesaikan tugas
sehari-hari di rumah, sedang anak laki-laki bertanggungjawab dalam membantu menambah pendapatan rumahtangga yang akhirnya merupakan alasan kuat untuk
menempatkan laki-laki di sektor publik..
59
Perilaku Komunikasi Aparat Pemda Kabupaten dalam Pengarusutamaan Gender PUG di Era Otonomi Daerah
Faktor yang berhubungan dengan perilaku komunikasi Aparat Pemda Kabupaten Lampung Timur yang diamati dalam PUG adalah keterdedahan pada
saluran komunikasi interpersonal dan keterdedahan pada saluran komunikasi massa. Gambaran perilaku komunikasi Aparat Pemda Kabupaten Lampung Timur
dalam PUG dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Jumlah dan persentase responden aparat pemerintah daerah Kabupaten
Lampung Timur berdasarkan perilaku komunikasi dan jenis kelamin, 2005
Jenis Kelamin Persentase
Total No
Perilaku Komunikasi
Kate gori Laki- laki
Perempuan Laki- laki
Perempuan Jumlah
1 Keterdedahan
pada saluran komunikasi
interpersonal Tinggi
Sedang Rendah
10 10
28 4
4 12
20,83 20,83
58,33 20,00
20,00 60,00
14 14
40 20,59
20,59 58,82
Total 48
20 100,00
100,00 68
100 2
Keterdedahan pada saluran
komunikasi massa
Tinggi Sedang
Rendah 4
28 16
2 11
7 8,33
58,33 33,33
10,00 55,00
35,00 6
39 23
8,82 57,35
33,82 Total
48 20
100,00 100,00
68 100
Tabel 8 memperlihatkan bahwa sebanyak 58,82 persen dari aparat Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Timur mengalami keterdedahan pada
saluran komunikasi interpersonal dalam PUG, seperti diskusi, seminar-seminar, rapat-rapat dinas, maupun obrolan tergolong pada ketegori rendah, terdiri dari 28
orang laki-laki 58,33 dari 48 responden dan 12 orang perempuan 60 dari 20 responden. Rendahnya keterdedahan responden terhadap informasi PUG
diakibatkan oleh kurangnya penerimaan informasi mengenai hal tersebut. Selama ini kegiatan sosialisasi tentang gender dan PUG hampir tidak pernah dilaksanakan
kecuali pada awal dibentuknya bagian pemberdayaan perempuan dalam struktur Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Timur.
Kegiatan sosialisasi PUG lebih banyak dilaksanakan langsung oleh Biro Pemberdayaan Perempuan Propinsi Lampung dengan mengundang peserta dari
kabupatenkota. Kegiatan sosialisasi PUG yang selama ini dilakukan lebih banyak berupa sosialisasi dengan dana stimulan dari KPP-RI yang disalurkan melalui
60 Biro Pemberdayaan Perempuan Propinsi Lampung yang berada di bawah Bagian
Sosial yaitu Sub Bagian Kesehatan dan Pemberdayaan Perempuan. Sedang pelatihan teknis, seperti Pelatihan Kader Posyandu dan BKB yang berbasis gender
lebih banyak ditujukan kepada aparat perempuan dari DinasInstansi yang berwenang mensosialisasikan PUG di lingkup aparat Pemda Kabupaten Lampung
Timur. Kemudian kegiatan ini diturunkan ke tiap unit kerja melalui atasan masing-masing unit kerja. Padahal menurut responden yang berwenang
menginformasikan permasalahan gender seharusnya adalah dari bagian pemberdayaan perempuan dan bukan dari atasan langsung unit kerja karena
atasan langsung mereka tidak menguasai persoalan gender. Dampak yang terjadi yaitu sebagian besar aparat laki-laki belum mengerti tentang makna gender, dari
48 respond en laki-laki hanya 10 responden yang mempersepsikan gender dengan benar yaitu bisa menjelaskan mana perbedaan perempuan dan laki-laki yang
bersifat bawaan sebagai ciptaan Tuhan dan mana yang merupakan bentukan budaya yang dikonstruksikan, dipelajari dan disosialisasikan, sisanya 10
responden menyatakan ragu-ragu dan 28 responden memaknai gender sebagai jenis kelamin perempuan.
Akan tetapi keterdedahan aparat di Pemerintahan Daerah Kabupaten Lampung Timur pada saluran komunikasi massa sebagian besar tergolo ng pada
kategori sedang, yaitu ditemukan pada 39 responden 57,35, yang terdiri dari 28 orang laki-laki dari 48 responden 58,33 dan 11 orang perempuan dari 20
responden 55. Media massa yang dapat diakses oleh mereka adalah surat kabar, televisi, radio, leaflet, spanduk, dan selebaran. Informasi yang mereka
peroleh dari media tersebut umumnya adalah tentang pemberdayaan perempuan secara umum dan bukan tentang PUG. Sebanyak 39 responden terdiri dari 28
laki-laki dan 15 perempuan atau sekitar 57,35 persen menyatakan kadang-kadang terdedah terhadap seluran komunikasi massa dalam mencari informasi tentang
PUG. Hal ini menggambarkan bahwa informasi tentang PUG melalui saluran komunikasi massa
jarang menerpa para aparat d i Pemerintahan Daerah Lampung Timur. Hal ini antara lain disebabkan oleh lokasi Kabupaten Lampung Timur
yang terletak di ujung kota Lampung dan jauh dari pusat kota sehingga akses aparat terhadap informasi gender dari pusat kota menjadi relatif sulit. Media
61 massa yang dapat lebih mudah diakses, seperti televisi dan radio ternyata lebih
banyak dimanfaatkan untuk memperoleh informasi yang bersifat hiburan. Sedangkan untuk tayangan tentang gender hanya enam orang responden 4 laki-
laki dan 2 perempuan dari 68 responden yang menyatakan sering menyaksikan siaran tentang Pemberdayaan Perempuan melalui media massa elektronik, yaitu
dari Lampung TV. Demikian pula halnya dengan keterdedahan terhadap media komunikasi cetak. Koran lokal “Radar Lampung” yang paling sering dibaca oleh
responden ternyata hanya rubrik yang bersifat hiburan dan berita ringan lainnya, dan tidak pernah ada rubrik khusus tentang gender atau PUG dalam media
tersebut. Sebanyak 23 dari 68 responden 33,82 menyatakan bahwa mereka tidak pernah membaca informasi tentan g gender dari media cetak koran lokal
dan media spanduk.
Persepsi dan Partisipasi Aparat Pemda Kabupaten dalam Pengarusutamaan Gender PUG di Era Otonomi Daerah
Persepsi dan partisipasi merupakan salahsatu faktor yang diduga berhubungan dalam PUG di Pemerintahan Daerah Kabupaten Lampung Timur.
Persepsi merupakan penilaian dan pernyataan Aparat Pemda Kabupaten Lampung Timur tentang PUG yang antara lain diukur dengan menggunakan
Tujuh Program Pokok pembangunan pemberdayaan perempuan di era Otda serta kegiatan PUG dalam berbagai bidang pembangunan. Sedangkan partisipasi
adalah keterlibatan fisik dan emosional responden yang mendorongnya untuk berkontribusi dalam pelaksanaan strategi PUG serta ikut bertanggungjawab dalam
aktifitas tersebut KPP, 2004. Tabel 9 menunjukkan bahwa Aparat Pemda Kabupaten Lampung Timur
menyatakan setuju terhadap program PUG. Lebih dari 50 persen responden setuju dan sepakat dengan program-program PUG karena secara normatif konsep PUG
dapat mereka terima, selain sudah merupakan program yang sudah ditetapkan dari pusat untuk dilaksanakan di daerah. Mereka yang menyatakan tidak setuju
karena umumnya masih ragu-ragu dalam melaksanakannya karena minimnya informasi yang mereka terima tentang PUG. Penyebab lain adalah ketiadaan
petunjuk pelaksanaan Juklak dan petunjuk teknis Juknis tentang PUG dari Sub Bagian Kesehatan dan Pemberdayaan Perempuan. Namun sebagian kecil aparat
62 laki-laki masih ada yang tidak setuju dengan dengan program PUG, sedangkan
aparat perempuan hampir tidak ada yang menyatakan tidak setuju dalam program PUG.
Tabel 9. Jumlah dan persentase responden aparat pemerintah daerah Kabupaten Lampung Timur berdasarkan persepsi tentang program PUG dan jenis
kelamin, 2005
Jenis Kelamin Persentase
Total No
Program PUG Persepsi
Laki- laki
Perempuan Laki-
laki
Perempuan
Jumlah
1. Tentang PUG dalam
pembangunan nasional yang dilakukan melalui
Kebijakan Satu Pintu KSP atau ”One Door
Policy” Setuju
Ragu-ragu Tidak setuju
32 10
6 16
4 66,67
20,83 12,50
80 20
48 14
6 70,58
20,59 8,83
2. Tentang Kegiatan yang
dilakukan dalam PUG Setuju
Ragu-ragu Tidak setuju
31 13
4 15
5 64,58
27,08 8,33
75 25
46 18
4 67,65
26,47 5,88
3. Tentang Program pokok
pembangunan pemberdayaan
perempuan 2005-2009 mencakup 7 macam.
Setuju Ragu-ragu
Tidak setuju 35
11 2
17 3
72,92 22,92
4,17 85
15 52
14 2
76,47 20,59
2,94 4.
Tentang Pentingnya Tujuh Program pokok
pembangunan pemberdayaan
perempuan di era Otonomi Daerah ini.
Setuju Ragu-ragu
Tidak setuju 37
9 2
15 5
77,08 18,75
4,17 75
25 52
14 2
76,47 20,59
2,94
5 Tentang Kegiatan PUG
dalam pembangunan Diklat
Setuju Ragu-ragu
Tidak setuju 35
9 4
15 5
72,92 18,75
8,33 75
25 50
14 4
73,53 20,59
5,88 6
Tentang Kegiatan PUG dalam pembangunan
Kesehatan Setuju
Ragu-ragu Tidak setuju
37 7
4 17
3 77,08
14,58 8,33
85 15
54 10
4 79,41
14,71 5,88
7 Tentang Kegiatan PUG
dalam pembangunan KB
Setuju Ragu-ragu
Tidak setuju 34
12 2
16 4
70,83 25,00
4,17 80
20 50
16 2
73,53 23,53
2,94 8
Tentang Kegiatan PUG dalam pembangunan
Ekonomi dan Ketenagakerjaan
Setuju Ragu-ragu
Tidak setuju 37
7 4
15 5
77,08 14,58
8,33 75
25 52
12 4
76,47 17,65
5,88 9
Tentang Kegiatan PUG dalam pembangunan
Politik dan Hukum Setuju
Ragu-ragu Tidak setuju
33 13
2 13
7 68,75
27,08 4,17
65 35
46 20
2 67,65
29,41 2,94
10 Tentang Kegiatan PUG
dalam pembangunan Kesos
dan Agama
Setuju Ragu-ragu
Tidak setuju 33
10 5
15 4
1 68,75
20,83 10,42
75 20
5 48
14 6
70,59 20,59
8,82 11
Tentang Kegiatan PUG dalam pembangunan
Hankam Setuju
Ragu-ragu Tidak setuju
32 14
2 12
8 66,67
29,17 4,17
60 40
44 22
2 64,71
32,35 2,94
63
Tabel 10 menunjukkan bahwa sebanyak 70,58 persen responden menyatakan kadang-kadang berpartisipasi dalam perencanaan program PUG di
masing-masing unit kerja. Hal ini disebabkan mer eka belum memahami strategi PUG yang sudah menjadi program pemerintah pusat. Selain itu, kegiatan yang
dilakukan oleh Tim Koordinasi Pemberdayaan Perempuan juga masih terpisah dari masing-masing unit kerja, dan lebih banyak bersifat formalitas. Apalagi,
belum adanya SK Bupati tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan di Kabupaten Lampung Timur menyebabkan rendahnya partisipasi aparat dalam
perencanaan program PUG karena payung hukum yang menjadi dasar pelaksanaan kegiatan yang mengintegrasikan PUG dalam setiap kegiatan di
masing-masing lembagainstansi secara tertulis tidak ada. Begitu juga dengan petunjuk pelaksanaan serta petunjuk teknis tentang PUG sebagai dasar
operasionalisasi program juga tidak ada. Hal ini diperkuat dengan sebanyak 67,65 persen responden yang menyatakan bahwa mereka kadang-kadang
berpartisipasi dalam pelaksanaan program PUG, bahkan 50.00 persen responden menyatakan tidak pernah berpartisipasi dalam pemantauan dan evaluasi dari
kegiatan tersebut dengan alasan seperti yang dikemukakan tentang ketiadaan aspek legalitas.
Rendahnya partisipasi responden dalam pelaksanaan PUG selain disebabkan oleh oleh unsur ketidaktahuan, juga karena mereka tidak dilibatkan
dalam kegiatan yang responsif gender. Kurangnya pemahaman aparat tentang keharusan dari Inpres No.9 tentang PUG yang mengharuskan tiap unit kerja
memasukkan komponen gender mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program, menyebabkan tingkat partisipasi responden rendah. Hal ini diperkuat
dengan adanya pemahaman parsial yang beranggapan bahwa yang berwenang dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengevaluasian program yang responsif
gender hanya Sub Bagian Kesehatan dan Pemberdayaan Perempuan. Dan tugas merekalah untuk menyosialisasikan PUG kepada masing-masing unit ker ja
melalui atasan langsung. Walaupun Inpres No. 9 sudah mewajibkan setiap daerah melaksanakan strategi PUG, karena di era Otda dikembalikan kepada kebijakan
64 daerah untuk melaksanakannya, sehingga Surat Keputusan Bupati yang akan bisa
mengadvokasi aparat untuk melaksanakan kegiatan PUG dengan baik. Tabel 10. Jumlah dan persentase responden aparat pemerintah daerah Kabupaten
Lampung Timur berdasarkan partisipasi dalam kegiatan PUG dan jenis kelamin, 2005
Jenis Kelamin No
Kegiatan Partisipasi
Laki- laki Perempuan
Jumlah 1.
Perencanaan Selalu
Kadang- kadang Tidak Pernah
8 33
7 2
15 3
10 48
10 14,71
70,58 14,71
2. Pelaksanaan
Selalu Kadang- kadang
Tidak Pernah 30
18 16
4 46
22 67,65
32,35 3.
Pemantauan dan Evaluasi
Selalu Kadang- kadang
Tidak Pernah 25
23 2
7 11
2 32
34 2,94
47,06 50,00
Pengujian Hipotesis
Dalam penelitian kuantitatif, dimana instrumen yang digunakan lebih bersifat statistikal umumnya lebih mengarah pada pembuktian hipotesis.
Pembuktian hipotesis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah melihat hubungan antarvariabel yang terdiri dari karakteristik individu aparat, perilaku
komunikasi, persepsi dan partisipasi. Pengujian hipotesis ini menggunakan dua alat yaitu analisis chi square
χ
2
untuk uji yang salah satunya adalah berdas arkan skala nominal yaitu jenis kelamin, dan alat analisis lainnya adalah korelasi rank
spearman
r
s
. Kedua analisis ini sebenarnya digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antar variabel yang diujikan. Hasil pembahasan selengkapnya
akan dipilah menjadi tiga bagian yang disesuaikan dengan hipotesis yang ada, yaitu:
1. Hipotesis 1