dalam Barnett 1972 menyatakan bahwa bahan-bahan emollient digunakan sebagai pencegahan terhadap kekeringan pada kulit.
Beberapa tipe produk yang dapat digunakan untuk menjaga kelembaban kulit dapat dikelompokkan menjadi skin lotion, emulsi minyak dalam air baik
dengan atau tanpa perekat, emulsi air dalam minyak serta campuran antara minyak dan lilin tanpa adanya kandungan air Wilkinson et al., 1962.
Kulit menjadi kering sebagai akibat dari kekurangan air di stratum corneum
, kelembaban yang rendah, hidarasi yang tidak cukup dari lapisan bawah epidermal dan pergerakan air Keithler, 1956. Kehilangan air dari
lapisan corneum dipengaruhi oleh lingkungan sekitar temperatur, kelembaban, angin, dan adatidaknya lapisan minyak Jellinek, 1970.
Menurut Brown dalam Wilkinson et al.,1962, kulit mengandung beberapa komponen kimia, diantaranya kalsium, magnesium, sodium,
potasium, fosfor dan silikon.
B. SKIN LOTION
Lotion merupakan salah satu bentuk emulsi, didefinisikan sebagai
campuran dari dua fase yang tidak bercampur, yang distabilkan dengan sistem emulsi dan jika ditempatkan pada suhu ruang berbentuk cairan yang dapat
dituang. Proses produksi skin lotion adalah dengan cara mencampurkan bahan-bahan yang larut dalam fase air pada bahan-bahan yang larut dalam
fase lemak, dengan cara pemanasan dan pengadukan Schmitt, 1996. Lotion
merupakan produk kosmetika berupa cairan yang digunakan untuk memelihara kesehatan kulit dan tetap menjaga kesehatan. Lotion terdiri
dari sebuah emulsi berbentuk ow minyak dalam air atau oil in water. Emulsi adalah suatu campuran koloid dari dua cairan atau lebih yang tidak
saling melarutkan tetapi ingin saling terpisah antagonis karena mempunyai berat jenis yang berbeda. Cairan yang terdispersi disebut fase internal atau
uncontinous phase sedangkan cairan yang mendispersi pendispersi disebut
fase eksternal atau continous phase Barnett, 1972. Hand and body lotion
umumnya berbentuk emulsi minyak dalam air ow, dimana minyak merupakan fase terdispersi internal dan air merupakan
fase pendispersi eksternal. Tipe skin lotion umumnya terdiri dari 10-15 fase minyak, 5-10 humektan, dan 75-85 fase air. Karakteristik dasarnya
mempunyai kemampuan melembabkan kulit dengan segera dan mengurangi kekeringan kulit atau gejala kulit kering Balsam et al., 1972.
Lotion digunakan untuk mempertahankan kelembaban kulit,
melembutkan kulit, mencegah kehilangan air, membersihkan kulit dan mempertahankan bahan aktif, pelarut, pewangi, dan pengawet Schmitt,
1996. Fungsi utama skin lotion untuk perawatan kulit adalah sebagai pelembut emollient. Hasil akhir yang diperoleh tergantung dari daya campur
bahan baku dengan bahan lainnya untuk mendapatkan kelembaban, kelembutan dan perlindungan dari kekeringan. Bahan-bahan yang berfungsi
sebagai pelembut adalah mineral oil, ester isopropil, alkohol alifatik, turunan lanolin, alkohol dan trigliserida serta asam lemak. Sedangkan bahan pelembab
diantaranya adalah gliseril, propilen glikol, dan sorbitol dengan kisaran penggunaan pelembut dan pelembab masing-masing 0,5 - 15 .
Ditambahkan oleh Keithler 1956, metode yang digunakan pada pembentukan emulsi pada produk skin lotion sangat penting. Pada kebanyakan
emulsi kosmetika, 2 fase secara terpisah dipanaskan pada suhu yang sama, kemudian fase yang satu dituangkan ke fase yang lainnya dan dipanaskan
pada temperatur yang sama dengan pengadukan. Pengadukan terus dilakukan sampai emulsi dapat didinginkan pada suhu kamar.
Pada umumnya skin lotion disusun oleh komponen-komponen emulsifier pengemulsi, humektan, emolien, bahan aktif, dan air Keithler,
1956. Sedangkan menurut Barnett 1972, bahan penyusun skin lotion terdiri dari astringent, antiseptik, alkohol, humektan, minyak, lemak, pengemulsi,
surfaktan, dan emolien. Komponen bahan pengawet dan pewangi menurut Keithler 1956 juga
penting untuk ditambahkan tetapi harus stabil pada suhu, pencahayaan dan kelembaban. Mitsui 1997, menambahkan skin lotion merupakan campuran
dari air, alkohol, emolien, humektan, bahan pengental, pengawet dan pewangi.
Emulsifier atau pengemulsi yang digunakan dalam pembuatan skin lotion
hampir sama dengan pembuatan krim, triethanolamin stearat dan oleat adalah emulsifier yang umum digunakan. Selain itu asam stearat juga dapat
digunakan dalam formulasi sesuai dengan sifatnya yang dapat menghasilkan kilauan yang khas pada produk skin lotion Wilkinson et al., 1962.
Menurut Mitsui 1997, asam stearat dapat diproduksi dengan dua cara yaitu : 1 dengan mengekstraksi cairan asam asam oleat dari asam lemak
yang berasal dari lemak sapi; 2 dengan proses destilasi asam lemak yang berasal dari minyak kacang kedelai atau minyak biji kapas. Asam stearat yang
tersedia secara komersial seringkali merupakan campuran asam-asam lemak C16 dan C18.
Gliseril monostearat dalam formulasi dapat berfungsi sebagai emulsifier pada skin lotion. Emulsi yang dihasilkan oleh komponen ini sangat stabil pada
pH 7. Lotion yang diformulasikan menggunakan gliseril monostearat biasanya sangat tebal dan berat. Selain sebagai emulsifier, gliseril monostearat juga
berfungsi sebagai emolien Wilkinson et al., 1962. Sedangkan menurut Barnett 1972, gliseril monostearat merupakan emollient wax like thickeners
dengan polyethylene glycol 400 efektif digunakan pada konsentrasi yang rendah sebagai bahan pengental dan penstabil. Konsentrasi yang berlebih dari
bahan-bahan ini harus dihindarkan karena dapat menyebabkan atau menghasilkan ‘gel’ pada skin lotion. Gliseril monostearat diperoleh melalui
gliserolisis trigliserida dengan gliserol Schmitt, 1996. Gliseril monostearat memiliki rumus molekul C
21
H
42
O
4
pada konsentrasi penggunaan 0,5-5 dapat meningkatkan viskositas emulsi secara
langsung Balsam et al., 1972. Gliseril monostearat adalah suatu zat berbentuk flakes seperti lilin yang larut dalam pelarut organik dengan titik
leleh 56-58 °C Gliseril monostearat sering digunakan sebagai agen aktifitas
permukaan surface active agent dan sebagai zat tambahan makanan. Humektan merupakan salah satu bagian terpenting pada skin lotion.
Semua alkohol polihidrat termasuk kedalam jenis humektan karena mempunyai struktur alkohol. Humektan merupakan zat yang melindungi
emulsi dari ‘pengeringan’, zat ini penting untuk produk-produk pelembab dan
pasta gigi Schmitt, 1996. Ditambahkan oleh Wilkinson dan Moore 1982 bahwa humektan merupakan senyawa material higroskopis yang dapat
menarik uap air dari udara sampai beberapa derajat. Sedangkan menurut Balsam et al., 1972 humektan adalah suatu zat pengatur perubahan
kelembaban antara produk dengan udara, di atas kulit dan zat ini paling luas digunakan dalam hand and body lotion dan cream dibanding produk
kosmetika lainnya, terlebih yang tujuan utamanya sebagai pelembab. Humektan ditambahkan pada produk skin lotion terutama pada produk
dengan tipe emulsi minyak dalam air untuk mengurangi kekeringan ketika produk disimpan pada suhu ruang. Humektan juga membantu dalam
menyediakan kontrol untuk mengurangi rata-rata kehilangan air dan peningkatan viskositas. Terdapat 3 jenis humektan yaitu, anorganik humektan,
metal-organik humektan, dan organik humektan Wilkinson et al., 1962. Humektan yang digunakan dalam pembuatan skin lotion saat ini ada
yang bersifat alami, misalnya sorbitol dan ada juga yang berupa zat-zat kimia yang merupakan salah satu bentuk dari alkohol, misal polietilen glikol.
Humektan sintetis ini biasanya akan menjadi masalah bila kelembaban sekeliling lebih rendah, karena zat humektan tadi akan menyerap air dari kulit
manusia sehingga kulit akan berubah menjadi kering dan kondisi ini memudahkan kulit mengalami iritasi Simanjutak, 2000. Syarat dasar
humektan adalah harus mempunyai kemampuan menyerap air yang baik, mempertahankan penyerapan air kelembaban pada kulit, menguap paling
rendah, berbaur yang baik dengan unsur lain, harus aman, tidak berwarna dan tidak berbau, serta tawar Takeo, 1997.
Humektan yang paling penting adalah gliserol, yang diperoleh dari proses saponifikasi trigliserida, dan sorbitol [C
6
H
8
OH
6
], suatu alkohol heksa Mitsui, 1997. Gliserin merupakan humektan yang paling baik digunakan
dalam pembuatan skin lotion. Menurut de Navarre 1945, dalam produksi oil in water hand lotion
yang berhubungan dengan konsistensinya, penggunaan gliserin akan menghasilkan skin lotion dengan karakteristik skin lotion yang
terbaik sedangkan penggunaan propilen glikol dan sorbitol menunjukkan hasil skin lotion
dengan konsistensi menyerupai gel. Komposisi yang digunakan
pada formula berkisar 3-10 . Penggunaan gliserin yang terlalu besar dapat menyebabkan komponen higroskopik ini mempertahankan skin lotion dari
kekeringan dan mencegah terjadinya hidrasi pada kulit. Tabel 1. Syarat-syarat humektan yang ideal
Kemampuan higroskopis
Produk harus dapat menyerap kelembaban dari atmosfer dan menahannya sampai keadaan pada
kondisi normal dari kelembaban atmosfer Viskositas
Viskositas yang rendah dari humektan dapat menyebabkannya mudah dicampur pada produk,
tetapi viskositas yang tinggi mencegah creaming atau pemisahan dari emulsi atau membuat suspensi
stabil Kecocokan
Humektan harus cocok dengan bahan penyusun lainnya
Warna, bau, rasa Warna yang baik, bau dan rasa yang essensial
Tingkat keracunan Humektan tidak mengandung racun
Korosi Humektan tidak boleh korosif terhadap bahan
kemasan Stabilitas
Humektan harus non volatil dan tidak boleh berbentuk padatkristal pada suhu yang normal
Reaksi Humektan harus netral pada reaksi yang terjadi
Ketersediaan bahan Humektan harus tersedia dan bila memungkinkan
tidak terlalu mahal Sumber : Wilkinson dan Moore 1982
Menurut Mitsui 1997, gliserin merupakan humektan yang sudah digunakan sejak lama dalam pembuatan skin lotion. Gliserin diperoleh dari
hasil samping industri sabun atau asam lemak dari tanaman dan hewan. Gliserin tidak berwarna dan tidak berbau ketika mengalami dehidrasi. Gliserin
berfungsi sebagai penarik air, penahan dan penyimpan air dan penyuplai sumber air pada celah lapisan cornified di permukaan kulit Barnett, 1972.
Emolien pelunak, zat yang mampu melunakan kulit didefinisikan sebagai sebuah media, bila digunakan pada lapisan kulit yang keras dan kering
akan mempengaruhi kelembutan kulit dengan adanya hidrasi ulang Schmitt, 1996. Menurut Burton dalam Barnett 1972 emolien terdiri dari dua
kelompok, yaitu dapat larut dalam air dan dapat larut dalam minyak. Dalam skin lotion, emolien yang digunakan memiliki titik cair yang
lebih tinggi dari suhu kulit. Fenomena ini dapat menjelaskan timbulnya rasa nyaman, kering, dan tidak berminyak bila skin lotionkrim dioleskan pada
kulit. Oleh karena itu dalam membuat formula skin lotion harus diperhatikan fungsi utama dari pengunaan skin lotion yang melembutkan tangan, mudah
dan cepat menyerap pada permukaan kulit, tidak meninggalkan lapisan tipis, tidak menimbulkan lengket pada kulit setelah pemakaian, tidak mengganggu
pernafasan normal tangan, antiseptis, memiliki bau yang khas menyegarkan dan memiliki warna yang menarik dan tetap Schmitt, 1996.
Emolien yang digunakan dalam formulasi skin lotion sangat terbatas pada beberapa jenis. Cetil alkohol adalah emolien yang juga berfungsi sebagai
bahan pengental. Cetil alkohol yang umum digunakan berkisar antara 1-3 pada formulasi produk. Semakin besar konsentrasi alkohol yang digunakan
pada formulasi, emulsi yang terbentuk akan semakin tebal dan padat, dan kemungkinan akan terjadi granulasi Wilkinson dan Moore, 1982.
Cetil alkohol diproduksi dengan cara destilasi fraksional alkohol yang disaponifikasi oleh minyak. Selain itu cetil alkohol juga dapat diproduksi
dengan cara destilasi fraksional lemak sapi yang telah direduksi. Cetil alkohol merupakan lemak putih agak keras yang mengandung gugusan kelompok
hidroksil dan digunakan sebagai penstabil emulsi pada produk emulsi seperti krim dan skin lotion Mitsui, 1997.
Cetil alkohol C
15
H
33
OH yaitu lilin yang berwarna, tidak larut dalam air, bersinar mengkilap, bersisik dengan bentuk mikrokristalin, leleh pada
suhu 48-45 °C, jika dicampur dengan 25 cc alkohol dan dipanasi akan
terbentuk warna jernih. Pada umumnya larut dalam kloroform, eter dan alkohol panas tetapi tidak larut dalam air Tono, 1996. Cetil alkohol terbukti
paling efektif sebagai pelembut karena bersifat hidrofobik, yaitu memproduksi
film penghambat yang menghindari hidrasi dari kulit kering Balsam et al., 1972.
Trietanolamin HOCH
2
CH
2 3
N adalah cairan higroskopis, kental, berbau amonia, larut dalam kloroform, air dan alkohol, mendidih pada suhu 335
°C Tono, 1996. Trietanolamin sering disingkat TEA, suatu zat berbentuk cairan
kental yang bersifat higroskopis dan sering digunakan pada kosmetika. Alpha hydroxy acids
dapat mengatasi kulit kering dengan dua cara. Pertama, alpha hydroxy acids membantu meningkatkan pergantian sel mati
yaitu dengan menghilangkan kekeringan, sel kulit yang keriput dan menggantinya dengan sel kulit baru. Kedua, penggunaan alpha hydroxy acids
secara kontinyu dapat meningkatkan jumlah hyaluronic acid pada kulit www.skincarerx.comhand-lotions.html
. Selain itu, asam ini bekerja pada lapisan stratum corneum bagian dasar, mengatasi semen yang mengikat kulit
mati. Hal tersebut meningkatkan pergantian kulit mati dan memperbaharui struktur stratum corneum sehingga akan membuat kulit lebih fleksibel, lebih
halus, dan lebih lembab www.skincarerx.comaha.html
. Beberapa minyak juga dapat digunakan dalam pembuatan skin lotion.
Minyak yang umumnya digunakan yaitu almond, olive, sesame, minyak kapas dan minyak jagung. Minyak tersebut digunakan karena mengandung
kelompok lipofilik Barnett, 1972. Selain itu, pada pembuatan skin lotion juga sering ditambahkan
pengawet sebesar 0,1-0,2 Schmitt, 1996. Pengawet yang digunakan sebagai tambahan pada produk menyebabkan tidak dapat tumbuhnya mikroba
karena pengawet bersifat anti mikroba. Pengawet juga harus ditambahkan pada suhu yang tepat pada saat proses pembuatan, yaitu antara 35-45
°C agar tidak merusak bahan aktif yang terdapat dalam pengawet tersebut yang dapat
mengganggu emulsi yang terbentuk. Pengawet yang baik memiliki persyaratan yaitu efektif mencegah tumbuhnya berbagai macam organisme
yang dapat menyebabkan penguraian bahan, dapat larut dalam berbagai konsentrasi yang digunakan dan tidak menimbulkan bahaya racun secara
internal dan eksternal pada kulit.
Air merupakan komponen yang paling besar persentasenya dalam pembuatan skin lotion. Air merupakan substansi yang paling reaktif diantara
bahan-bahan penyusun produk kosmetika. Pada kosmetika, air merupakan bahan pelarut dan bahan baku yang tidak berbahaya dibandingkan bahan baku
lainnya, tetapi air mempunyai sifat korosi. Air murni juga mengandung beberapa zat pencemar, untuk itu air yang digunakan untuk produk kosmetika
harus dimurnikan terlebih dahulu Wilkinson et al., 1962. Pada sistem emulsi, air juga memainkan peranan penting sebagai emolien yang efektif dan
sebagai fase pendispersi dalam tipe air dalam minyak dan satu-satunya plasticizer
pada stratum corneum Barnett, 1972. Air yang digunakan juga dapat mempengaruhi kestabilan dari emulsi
yang dihasilkan. Menurut Keithler 1956, stabilitas emulsi juga tergantung pada penambahan air yang sebanyak elektrolit yang dapat larut yang secara
langsung mempengaruhi produk. Lotion
merupakan salah satu contoh produk emulsi. Stabilitas emulsi menunjukkan kestabilan suatu bahan dimana emulsi yang terdapat dalam
bahan tidak mempunyai kecenderungan untuk bergabung dengan partikel lain dan membentuk lapisan yang terpisah. Emulsi yang baik mempunyai sifat
tidak berubah menjadi lapisan-lapisan, tidak berubah warna dan tidak berubah konsistensinya selama penyimpanan. Menurut Nowak 1962, faktor mekanis
dan proses pembentukan emulsi pada skin lotion merupakan faktor kritis dalam stabilitas emulsi dan viskositas.
Menurut Suryani et al., 2000 beberapa usaha untuk mempertahankan stabilitas sebelum proses pembuatan emulsi yaitu antara lain pemilihan jenis
dan jumlah pengemulsi dan stabilizer. Temperatur yang tepat pada saat proses pembentukan emulsi juga memberikan pengaruh pada terbentuknya emulsi
yang stabil. Viskositas merupakan salah satu parameter penting untuk menunjukkan
stabilitas produk maupun untuk penanganan suatu produk kosmetika selama penanganan dan distribusi produk Schmitt, 1996. Thickening agents atau
bahan pengental digunakan untuk mengatur kekentalan produk sehingga
sesuai dengan tujuan penggunaan kosmetika tersebut dan mempertahankan kestabilan dari produk tersebut Mitsui, 1997.
Selain itu, menurut Strianse 1996, bahan pengental berfungsi sebagai pengikat fasa minyak dan fasa air yang terkait dengan hidrofil lipofil balance
yaitu keseimbangan antara komponen yang larut air dan larut minyak tidak larut air. Bahan pengental yang digunakan dalam skin lotion atau foundation
bertujuan untuk mencegah terpisahnya partikel dari emulsi. Umumnya water soluble polymers
digunakan sebagai bahan pengental yang diklasifikasikan sebagai polimer natural, semi sintetis polimer, dan polimer sintetis Mitsui,
1997. Menurut Schmitt 1996, pengental-pengental polimer seperti gum- gum alami, derivatif selulose dan karbomer lebih sering digunakan dalam
emulsi dibandingkan dalam formulasi berbasis surfaktan. Selain polimer, bahan pengental dengan berat molekul tinggi seperti
PEG-6000 distearat, tallowet-60 miristilglikol atau PEG-120 metil glukosa dioleat juga dapat digunakan pada pembuatan skin lotion. Keuntungan dari
penggunaan tallowet-60 miristil glikol adalah bahan pengental ini stabil terhadap hidrolisis pada suhu tinggi atau pada pH yang sangat ekstrim. Efek
samping bahan pengental dengan berat molekul tinggi adalah bahan-bahan ini mempengaruhi sifat-sifat alir bahan yang menyebabkan meningkatnya aliran
Newtonian. Sedangkan sistem yang terkentalkan oleh garam atau polimer menunjukkan sifat alir yang pseudoplastik Schmitt, 1996. Menurut Strianse
1996, penggunaan thickener dalam pembuatan skin lotion biasa digunakan dalam proporsi yang kecil yaitu di bawah 2,5 .
Penampilan produk akhir juga dapat merupakan bagian yang penting. Beberapa industri memilih skin lotion yang berwarna, sedangkan sebagian
yang lain memilih yang putih. Pemakaian cetil alkohol pada formulasi menambahkan warna putih pada emulsi. Warna ini juga dapat dihasilkan oleh
pemakaian asam stearat, semakin besar pemakaian asam stearat maka warna putih akan semakin berkilau Barnett, 1972.
Penambahan pewangi pada produk juga merupakan upaya agar produk yang dihasilkan mendapatkan tanggapan yang positif. Hanya saja penambahan
pewangi haruslah dilakukan pada suhu yang tepat pada proses pembuatan skin
lotion . Pada proses pembuatan skin lotion pewangi dipanaskan pada suhu
35 °C dan ditambahkan pada suhu kamar agar tidak merusak emulsi yang telah
terbentuk Nowak, 1962.
C. DIMETHICONE