21
seperti ini beberapa guru mengguna kan taktik “menyangkal”, bahwa segala
sesuatunya adalah salah dengan praktik-praktik sekarang. Mereka menentang kewenangan-kewenangan untuk membuktikan bahwa praktik-praktik sekarang
yang baru tidak sama baiknya dengan praktik-praktik sebelumnya. Respon lainnya adalah guru-guru yang menggunakan taktik tersebut
menyatakan, bahwa mereka bertanggung jawab terhadap inovasi. Mereka menganggap bahwa setiap masalah yang ada merupakan masalah
kemasyarakatan yang ruang ligkupnya jauh lebih luas daripada masalah- masalah yang inheren dalam persekolahan.
Sekarang ini banyak sekolah yang semakin peka terhadap kebutuhan untuk melibatkan guru-guru secara langsung dalam pengembangan kebijakan
sebagai akibat dari inovasi dan perubahan-perubahan di sekolah. Banyak bukti yang mendukung bahwa guru-guru yang terlibat secara langsung dan secara
personal dalam pengambilan keputusan-keputusan sebagai akibat dari praktk- praktik inovasi akan lebih mendukung inovasi-inovasi tersebut daripada guru-
guru yang tidak terlibat baik secara langsung atau secara personal. Sesuai dengan kondisi tersebut, para administrator sekolah yang peka
dan yang ingin agar inovasi yang diadopsi didukukng secara antusias oleh guru-guru atau sebaliknya ditentang secara aktif oleh mereka, mereka akan
berusaha lebih jauh mencari bantuan guru apabila kebijakan yang dihasilkan dalam perubahan-perubahan direnungkan lebih jauh. Perlu dipahami bahwa
semuanya ini baru sebagian dari reaksi-reaksi guru terhadap inovasi. Selanjutnya dapat dianalisis reaksi-reaksi lainnya dari para guru terhadap
inovasi-inovasi dalam pendidikan.
E. Populasi Siswa yang Berubah : Suatu Tantangan bagi Guru-guru Sekolah Menengah
Pada dasarnya harapan yang paling nyata dari para guru sekolah menengah adalah mereka mengajar siswa. Tanpa komponen instruksional dari
tanggung jawabnya., dapat dikatakan bahwa konsep yang menyeluruh dari guru perlu dikaji ulang.
Sekarang ini, guru-guru sekolah menengah menghadapi tantangan besar dalam konteks jumlah siswa yang diajar bukan hanya karena jumlah
22
siswa yang terdaftar sekarang ini di sekolah menengah lebih banyak dari tahun- tahun sebelumnya, tapi juga karena semakin meningkatnya persentase
kehadiran siswa sehari-hari di kelas. Untuk memperoleh beberapa perspektif tentang situasi tersebut, perlu
diperhatikan lonjakan populasi siswa yang bersekolah jika dibandingkan dengan beberapa dekade sebelumnya. Ada sejumlah faktor yang berkonstribusi
pada peningkatan persentase siswa yang bersekolah. Pertama, Faktor berlakunya undang-undang yang membatasi kesempatan kerja bagi anak-anak
sampai berusia 18 tahun. Ini merupakan salah satu faktor yang paling berpengaruh mengapa semakin banyak siswa yang melanjutkan pendidikan ke
jenjang sekolah menengah. Kedua, Faktor sosial, dan kondisi-kondisi yang mendukung seperti meningkatnya anggaran untuk pendidikan, harapan
mencapai masa depan yang lebih baik dan sebagainya.
BAB III TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB GURU
A. Guru sebagai Pengajar
Kita akan memfokuskan keadaan guru yang mempunyai tugas pengajaran dan hal-hal yang berlawanan antara tugas pengajaran dan
tanggung jawab yang lainnya. Pengajaran di dalam kelas adalah tugas pokok seorang guru. yaitu
untuk mengajar dan memperhatikan siswa, serta mempelajari motivasi individu untuk mencari identitas, sebagaimana yang dilakukan guru pada waktu pertama
kali mengajar. Banyak guru pemula menganggap bahwa di dalam kelas mereka bebas melaksanakan tugas pengajaran, tetapi pada waktu pertama kali mereka
mengajar, banyak guru pemula terkejut karena mereka harus mengadakan pembelajaran dengan sistem tertentu.
23
Banyak guru pemula terkejut setelah mereka menyadari bahwa mereka tidak begitu menikmati pengajarannya di sekolah, karena tidak punya otonomi
pengajaran di sekolah sebagaimana yang mereka bayangkan semula. Seorang guru harus dapat meminimalkan hal-hal yang berhubungan
dengan tugas pengajaran.
B. Guru sebagai Menejer