Strategi dalam Pendidikan Karakter

2. Strategi dalam Pendidikan Karakter

Menurut Hidayatullah 2010: 39, Strategi dalam pendidikan karakter dapat dilakukan melalui sikap-sikap di bawah ini. a. Keteladanan Orang tua harus bisa menjadi figur bagi anak-anaknya dan harus bisa menjadi panutan yang bisa mereka andalkan bagi anak-anak dalam mengarungi kehidupannya. b. Penanaman disiplin Pada hakikatnya disiplin adalah suatu ketaatan yang sungguh- sungguh yang didukung kesadaran untuk menunaikan tugas dan kewajiban serta berperilaku menurut aturan atau tata kelakuan yang seharusnya berlaku dalam suatu lingkungan tertentu. c. Pembiasaan Anak akan tumbuh dalam lingkungan yang mengajarinya dan merupakan suatu kebiasaan yang dihadapi setiap hari. Pembiasaan harus dilakukan karena pembentukan karakter memerlukan waktu yang relatif lama. d. Menciptakan suasana yang kondusif Lingkungan dapat dikatakan sebagai proses pembudayaan anak yang dipengaruhi kondisi yang setiap saat dihadapi dan dialami anak. e. Integrasi dan internalisasi Pendidikan karakter harus terintegrasi dan terinternalisasi dalam berbagai aspek kehidupan Metode pendidikan karakter di sekolah dikemukakan oleh Koesoema 2010: 212-217 adalah dengan cara sebagai berikut. a. Keteladanan, anak belajar lebih menekankan dari apa yang mereka lihat. Hal ini lebih menekankan pada seorang pendidik dalam hal ini adalah guru, tidak hanya pada pembelajaran yang ada di kelas tetapi juga dari diri seorang guru tersebut serta kehidupan nyata di luar kelas. b. Menentukan prioritas, pendidikan karakter menghimpun banyak kumpulan nilai yang dianggap penting dalam pelaksanaan dan realisasi atas visi lembaga pendidikan, lembaga pendidikan semestinya menentukan tuntutan standar atas karakter yang akan ditawarkan kepada peserta didik, setiap pribadi juga harus memahami prioritas nilai yang akan ditekankan dalam pendidikan karakter di dalam lembaga pendidikan di mana tempat mereka bekerja. c. Mengajarkan, salah satu hal penting dalam pendidikan karakter adalah mengajarkan nilai-nilai itu sehingga anak didik memiliki gagasan konseptual, tentang nilai-nilai pemandu perilaku yang bisa dikembangkan dalam mengembangkan karakter pribadinya. d. Praksis prioritas, lembaga pendidikan harus mampu membuat verifikasi sejauh mana visi sekolah telah dapat direalisasikan dalam lingkup pendidikan melalui berbagai macam unsur yang ada dalam lembaga pendidikan itu sendiri. e. Refleksi, karakter yang ingin diajarkan oleh lembaga pendidikan melalui berbagai macam program dan kebijakan senantiasa perlu dievaluasi dan direfleksikan secara kritis dan berkesinambungan. Manusia dapat mengatasi diri dan meningkatkan kualitas hidupnya dengan adanya refleksi. Refleksi ini dimaksudkan untuk melihat sejauh mana lembaga pendidikan sudah berhasil atau masih gagal dalam melaksanakan pendidikan karakter. Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku secara khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara yang dapat dikembangkan melalui tahap pengetahuan, pelaksanaan, dan kebiasaan. Karakter tidak sebatas hanya melalui pengetahuan saja. Seseorang yang berpengetahuan belum tentu mampu bertindak sesuai dengan pengetahuan yang dimiliknya jika tidak dibiasakan untuk melakukan kebaikan tersebut. Karakter dikembangkan melalui tahap pengetahuan knowing. Pelaksanaan acting, dan kebiasaan habit. Lickona dalam Megawangi 2004: 111 menyatakan bahwa diperlukan tiga komponen pendidikan karakter yang baik components of good character yaitu pengetahuan tentang moral moral knowing, penguatan emosi tentang moral moral feeling, perbuatan bermoral moral action. Thomas Lickona dalam Megawangi 2004: 47 berpendapat bahwa ada sepuluh ide besar atau disebut “Ten Big Ideas” dalam membentuk karakter di keluarga yaitu: a moralitas penghormatan, b perkembangan moralitas penghormatan berjalan secara bertahap, c mengajarkan prinsip saling menghormati, d mengajarkan dengan contoh, e mengajarkan dengan kata-kata, f mendorong anak untuk merefleksikan diri, g mengajarkan anak untuk mengemban tanggung jawab, h keseimbangan antara kebebasan dan kontrol, i cintai anak, j mengajarkan moral dan menciptakan keluarga bahagia secara kebersamaan. Dari pendapat-pendapat di atas pendidikan karakter dapat ditanamkan melalui strategi sebagai berikut. a. Pembelajaran, bahwa pendidikan karakter dapat diajarkan kepada anak-anak melalui pembelajaran mengenai hal yang baik atau buruk, juga menjelaskan mengenai pelanggaran serta sanksi yang diberikan berkaitan dengan norma serta nilai yang berlaku dalam masyarakat. b. Pembiasaan, setelah diajarkan langkah selanjutnya anak-anak dibiasakan untuk melakukan hal yang baik. Jika anak-anak sudah terbiasa melakukan hal yang baik maka sikap tersebut secara otomatis akan terbentuk pada diri anak. c. Berkesinambungan, pendidikan karakter tidak hanya diberikan pada tahap tertentu saja tetapi juga harus dilakukan secara berkesinambungan serta anak-anak diajari sesuai dengan umur, perkembangan serta tingkat pemahamannya. d. Keteladanan, pendidikan karakter harus diberikan melalui keteladanan dari orang tua kepada anak, dari guru kepada siswa, atasan kepada bawahan. Orang yang dianggap dapat memberi contoh harus bisa menjadi teladan dalam sikap juga perilakunya.

3. Tujuan Pendidikan Karakter