Radio USUKOM 107,7 FM Sebagai Radio Berbasis Kampus (Studi Kualitatif Opini Peserta Audisi Penyiar Tentang Radio USUKOM 107,7 FM Sebagai Radio Berbasis Kampus)

(1)

RADIO USUKOM 107,7 FM SEBAGAI RADIO BERBASIS KAMPUS (Studi Kualitatif Opini Peserta Audisi Penyiar Tentang Radio USUKOM 107,7

FM Sebagai Radio Berbasis Kampus)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Komunikasi

Disusun Oleh: F A K H R I Z A

090922034

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh: Nama : Fakhriza

NIM : 090922034 Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul : RADIO USUKOM 107,7 FM SEBAGAI RADIO

BERBASIS KAMPUS (Studi Kualitatif Opini Peserta Audisi Penyiar Tentang Radio USUKOM 107,7 FM Sebagai Radio Berbasis Kampus)

Medan, Agustus 2011

Pembimbing Ketua Departemen

DR. Nurbani, M.Si

NIP. NIP. 196208281987012001

Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A

Dekan

NIP. 196805251992031002 Prof. Dr. Badaruddin, M.Si


(3)

ABSTRAKSI

Skripsi ini berjudul: Radio USUKOM 107,7 FM Sebagai Radio Berbasis Kampus (Studi Kualitatif Opini Peserta Audisi Penyiar Radio USUKOM 107,7 FM Sebagai Radio Berbasis Kampus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran opini para Peserta Audisi Penyiar tentang Radio USUKOM 107,7 FM sebagai radio berbasis kampus. Berkaitan dengan hal tersebut peneliti menggunakan Teori Komunikasi, Komunikasi Massa, Pola Penyiaran Radio, Opini Publik dan Teori Uses and Gratifications. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode deskriptif, yaitu metode yang berusaha memaparkan situasi atau peristiwa, tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesa atau membuat prediksi menggambarkan suatu fenomena. Responden dalam penelitian ini adalah Mahasiswa USU yang menjadi peserta Audisi Penyiar Radio USUKOM FM dengan jumlah 9 orang. Teknik penarikan sampel menggunakan metode Purposive Sampling. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah melalui observasi, penelitian lapangan atau interview, dan studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa opini Peserta Audisi Penyiar terhadap Radio USUKOM FM sangat beragam, namun banyak dititikberatkan kepada kelemahan atau kekurangan Radio USUKOM FM yang menyatakan bahwa sulitnya memperoleh jaringan frekwensi radio, minimnya program acara, dan singkatnya waktu siaran perharinya. Walaupun demikian, harapan untuk pembenahan sarana dan prasarana serta manajemen siaran Radio USUKOM 107,7 FM sangat dinantikan oleh Mahasiswa USU secara umum dan para peserta audisi penyiar secara khusus untuk kemajuan radio kebanggaan kampus USU.


(4)

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati, Penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, dan inayah-NYA kepada Penulis, sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Radio USUKOM 107,7 FM Sebagai Radio Berbasis Kampus (Studi Kualitatif Opini Peserta Audisi Penyiar Tentang Radio USUKOM 107,7 FM Sebagai Radio Berbasis Kampus), untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Sarjana (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Komunikasi. Tak lupa shalawat berangkaikan salam penulis haturkan kepada Junjungan Alam Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa manusia dari alam kebodohan ke alam yang penuh ilmu pengetahuan.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat dalam penulisan skripsi ini mengingat terbatasnya waktu, pengetahuan, dan kemampuan Penulis. Oleh karena itu, dengan hati yang tulus dan ikhlas Penulis menerima kritik dan saran yang membangun dari pembaca yang nantinya berguna di hari yang akan datang. Dalam menyelesaikan skripsi ini Penulis banyak mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak.

Ucapan terimakasih dari dasar hati yang terdalam, Penulis persembahkan kepada Ayahanda Hasbi Harun dan Ibunda Mayta yang selalu memberikan do’a, dukungan moril dan materil, serta kasih sayang yang selalu dicurahkan kepada Penulis. Tidak lupa pula ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Kakanda Fidia, Faisal, serta Adinda Fira Nita dan Yuraida atas do’a, nasehat, dan


(5)

masukan yang diberikan kepada Penulis. Terimakasih yang setulus-tulusnya juga penulis sampaikan kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Fatma Wardi Lubis, M.A selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Dayana, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Nurbani, M.Si, selaku dosen pembimbing yang banyak memberikan masukan, bimbingan dan dorongan kepada penulis. Terima kasih atas pengetahuan dan wawasan baru yang diberikan kepada penulis, semua itu sangat berarti bagi penulis.

5. Ibu Dra. Mazdalifah, M.Si selaku dosen wali yang telah membantu dan memotivasi Penulis.

6. Kak Icut, Kak Maya, dan kak Ros yang selalu ada di departemen yang setia membantu penulis dalam menyelesaikan urusan administrasi.

7. Seluruh Dosen/Staf Pengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, khususnya para dosen Departemen Ilmu Komunikasi. Terimakasih yang tulus penulis sampaikan atas jasa-jasa yang telah diberikan selama masa perkuliahan.

8. Seluruh perangkat yang berada di dalam manajemen Radio USUKOM 107,7 FM, terima kasih banyak atas segala bantuan yang telah diberikan.


(6)

9. Sahabat-sahabat penulis: Alm. Arroyyan, Ari One, Rozi, Andika, Furqan, Rizki Wijaya, Sony, Iqbal Tinggi, Iqbal Lebar, Akmal, Khowasi, Depo.

10. Teman-teman kampus: Bang Ridha, Bang Arif, Bang Olo, Bang Wan Mohd, Bang Accun, Bang Raynaldi, Bang Janwardi, Bang Sihar, Mila, Sama, Dwi, Endah Aceh, Endah Jawa, Desnien, Tetty, Si Pal, Topik, Wahyu, dan semua yang tidak mungkin disebutkan satu persatu.

11. Para sahabat KOMPAS-USU: Wanol, Yudha, Tanjung, Roganda, Iyat, Tia, Ana, Ivay, Adel, Arif, Bang Sardi, Bang Remon, Bang Dony, Bang Ipol, Kak Sarah, Kak Ibid.

12. Angkatan Jemari Rimba 16: Deddy, Gibran, Ardi, Wanol, Yudha, Tanjung, Ripa, Depo, Yuraida, Tika, Putri, Oshin, Devi, Sherni, dan Imel.

13. Semua pihak yang secara sadar atau tidak, telah ikut serta membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis mengucapkan rasa terimakasih yang tulus.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih atas bantuan yang telah diberikan oleh semua pihak, semoga ALLAH SWT akan membalasnya dengan limpahan rahmat kepada kita semua. Harapan penulis semoga skripsi ini kelak dapat berguna dan jika terdapat kesalahan penulis memohon maaf serta menerima kritik dan saran yang bersifat membangun.

Medan, Agustus 2011 Penulis,


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah ... 1

I.2 Perumusan Masalah ... 5

I.3 Pembatasan Masalah ... 6

I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

I.4.1 Tujuan Penelitian ... 6

I.4.2 Manfaat Penelitian ... 7

I.5 Kerangka Teori ... 7

I.5.1 Komunikasi ... 8

I.5.2 Komunikasi Massa ... 9

I.5.3 Radio ... 13

I.5.4 Opini Publik ... 14

I.5.5 Teori Uses And Gratifications ... 17

I.6 Kerangka Konsep ... 21

I.7 Model Teoritis ... 22

I.8 Konsep Operasional ... 22

I.9 Definisi Operasional ... 23

BAB II URAIAN TEORITIS II.1 Komunikasi ... 25

II.2 Komunikasi Massa ... 29

II.3 Perkembangan Radio ... 34

II.3.1 Pola Penyiaran Radio ... 36

II.3.2 Manajemen Siaran ... 42

II.4 Opini Publik ... 47

II.4.1 Pengertian Opini ... 47

II.4.2 Pengertian Publik ... 48

II.4.3 Pengertian Opini Publik ... 49

II.4.4 Kekuatan Opini Publik ... 51

II.5 Teori Uses and Gratifications ... 52

BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 57

III.1.1 Sejarah Singkat Berdirinya Universitas Sumatera Utara ... 57

III.1.2 Sejarah Perkembangan Universitas Sumatera Utara ... 58

III.2 Sejarah Singkat Radio USUKOM 107,7 FM ... 60

III.2.1 Struktur Organisasi ... 63


(8)

III.2.3 Maksud dan Tujuan Pendirian Radio USUKOM 107,7 FM ... 64

III.2.4 Karakteristik Radio USUKOM 107,7 FM ... 64

III.3 Metode Penelitian ... 68

III.4 Teknik Pengumpulan Data ... 69

III.5 Teknik Analisis Data ... 73

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Pelaksanaan Pengumpulan Data ... 76

IV.2 Teknik Pengolahan Data ... 78

IV.3 Uraian Karakteristik Responden ... 78

IV.3 Uraian Hasil Wawancara Responden ... 92

BAB V PENUTUP V.1 Kesimpulan... 103

V.2 Saran ... ... 105 DAFTAR PUSTAKA


(9)

ABSTRAKSI

Skripsi ini berjudul: Radio USUKOM 107,7 FM Sebagai Radio Berbasis Kampus (Studi Kualitatif Opini Peserta Audisi Penyiar Radio USUKOM 107,7 FM Sebagai Radio Berbasis Kampus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran opini para Peserta Audisi Penyiar tentang Radio USUKOM 107,7 FM sebagai radio berbasis kampus. Berkaitan dengan hal tersebut peneliti menggunakan Teori Komunikasi, Komunikasi Massa, Pola Penyiaran Radio, Opini Publik dan Teori Uses and Gratifications. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode deskriptif, yaitu metode yang berusaha memaparkan situasi atau peristiwa, tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesa atau membuat prediksi menggambarkan suatu fenomena. Responden dalam penelitian ini adalah Mahasiswa USU yang menjadi peserta Audisi Penyiar Radio USUKOM FM dengan jumlah 9 orang. Teknik penarikan sampel menggunakan metode Purposive Sampling. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah melalui observasi, penelitian lapangan atau interview, dan studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa opini Peserta Audisi Penyiar terhadap Radio USUKOM FM sangat beragam, namun banyak dititikberatkan kepada kelemahan atau kekurangan Radio USUKOM FM yang menyatakan bahwa sulitnya memperoleh jaringan frekwensi radio, minimnya program acara, dan singkatnya waktu siaran perharinya. Walaupun demikian, harapan untuk pembenahan sarana dan prasarana serta manajemen siaran Radio USUKOM 107,7 FM sangat dinantikan oleh Mahasiswa USU secara umum dan para peserta audisi penyiar secara khusus untuk kemajuan radio kebanggaan kampus USU.


(10)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Sejalan dengan perubahan dan perkembangan zaman yang bergerak semakin cepat, masyarakat membutuhkan informasi secara cepat akurat tentang perkembangan terakhir situasi segala aspek kehidupan. Salah satu media yang cukup efektif dalam rangka penyebaran informasi yang dapat menyentuh segenap lapisan masyarakat adalah radio. Banyak stasiun radio yang mengudara, mereka muncul dengan segmentasi khusus di bidang tertentu. Ada yang membidik pendengar dari sisi usia, jenis kelamin, jenis musik, dan ragam acara. Dari semua acara yang di hadirkan, lagu menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan.

Radio merupakan salah satu media komunikasi massa. Semua media massa mempunyai fungsi yang sama sebagai alat untuk memberi informasi. Yang artinya, melalui isinya orang dapat mengetahui dan memahami sesuatu. Sebagai alat yang mendidik artinya melalui isinya dapat meningkatkan pengetahuan dan moral seseorang. Sebagai alat penghibur artinya melalui isinya seseorang dapat terhibur, menyenangkan hati, memenuhi hobbi, dan mengisi waktu luang (Munthe, 1996: 11).

Radio menjadi media yang abadi. Kehadirannya menjadi pionir alat komunikasi masyarakat. Sempat diragukan dengan kehadiran televisi dan internet, radio justru tidak terusik. Fleksibilitas yang dimilikinya menjadi kunci dan tidak bisa disaingi oleh media dalam bentuk yang berbeda. Televisi harus ditonton dalam suasana tertentu karena ada gambar yang disajikan. Koran hanya bisa


(11)

banyak lagi dari menonton televisi. Radio memiliki kelebihan yang tidak mungkin disaingi. Bisa dinikmati sambil tiduran, menyetir mobil, dan bahkan sambil berlalu. Itu mungkin yang menjadi resep radio dapat bertahan di semua zaman.

Radio menjadi sangat fleksibel bagi penikmatnya. Karena itulah media ini menjadi pilihan utama dalam berbagai kesempatan. Sebagai sarana hiburan, lantunan suara penyiar dan kombinasi lagu pilihan adalah pengisi waktu yang tepat. Jika membutuhkan berita, radio berita juga memiliki kecepatan berita yang tidak bisa ditandingi. Radio dapat menyiarkan peristiwa bersamaan dengan kejadiannya, karena mereka hanya memerlukan line telepon. Bandingkan dengan televisi yang membutuhkan peralatan yang lebih banyak termasuk satelit untuk melakukan siaran langsung. Maka dengan berbagai keunggulan itu pula yang menjadikan radio sebagai pilihan utama masyarakat.

Seiring dengan itu bisnis radio pun menggeliat, terutama setelah kran frekuensi terbuka lebar. Segmentasi pun kemudian di patok dengan ketat. Kita bisa memilih radio menurut usia, mulai dari radio anak-anak, radio anak SMP, radio anak SMA, radio mahasiswa, radio pekerja muda atau eksekutif muda (walaupun para pengangguran juga termasuk di dalam kelompok usia ini), radio dewasa, dan radio paruh baya. Segmentasi itu masih dipilih lagi dengan spesifikasi seperti anak muda yang suka hura-hura, dan anak muda yang lebih senang diskusi, atau radio perempuan paruh baya yang aktif dan enerjik seperti karyawan kantor, pengusaha perempuan atau aktivis, atau radio paruh baya yang kalem seperti para ibu rumah tangga.

Yang dimaksud dengan istilah radio adalah keseluruhan sistem gelombang suara yang dipancarkan dari sebuah stasiun dan kemudian diterima


(12)

oleh berbagai pesawat penerima (Sunarjo, 1995: 277). Dengan demikian yang dimaksud dengan istilah radio bukan hanya bentuk fisiknya saja, tetapi antara bentuk fisik dengan kegiatan radio adalah saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Karena itu apabila pengertian radio tersebut dipisahkan satu persatu ataupun diperinci secara fisik, maka yang dimaksud dengan radio adalah keseluruhan daripada pemancar, studio, dan pesawat penerima sekaligus. Penyampaian pesan melalui radio siaran dilakukan dengan menggunakan bahasa lisan; kalaupun ada lambang-lambang non verbal, yang dipergunakan jumlahnya sangat minim, umpamanya tanda pada saat akan memulai acara warta berita dalam bentuk bunyi telegrafi atau bunyi salah satu alat musik. Keuntungan radio siaran bagi komunikan ialah sifatnya yang santai dan flexibel (Sendjaja, 1993: 18).

Dengan demikian karena sifatnya yang auditif ini mendorong masyarakat lebih menyukainya sebagai salah satu media massa yang cepat digemari dengan kemudahan penerimaan tanpa memerlukan keahlian khusus. Radio sebagai salah satu penyebar informasi merupakan industri yang selalu berkembang, yang mampu menciptakan lapangan serta kesempatan kerja lain, serta menghidupkan industri lain yang terkait. Radio juga merupakan industri tersendiri yang memiliki peraturan dan norma-norma yang menghubungkan institusi tersebut dengan masyarakat dan institusi sosial lainnya.

Radio USUKOM 107,7 FM adalah radio komunitas kampus yang sudah on air sejak tanggal 25 Agustus 2007. Di usianya yang masih tergolong muda,

Radio USUKOM 107,7 FM telah memberikan sumbangsihnya di dalam penyebaran informasi serta menjadi media hiburan bagi masyarakat kampus yang


(13)

tinggal di sekitar kampus USU Medan. Dengan beragam program acara menarik yang di tawarkan, Radio USUKOM 107,7 FM mulai menjadi sebuah stasiun radio yang diperhitungkan dan di gemari oleh komunitas mahasiswa.

Radio USUKOM 107,7 FM sebagai radio komunitas memiliki perbedaan dengan Pengelolaan radio komunitas memperhatikan aspek keterlibatan masyarakat kampus atau komunitas. Tujuan kegiatan penyiaran di radio komunitas melayani kebutuhan informasi masyarakatnya sehingga keterlibatan mereka dalam merumuskan program sangat penting.

Radio swasta berdiri untuk meraih pendengar sebanyak-banyaknya sehingga aspek rating sangat diperhitungkan sebagai ukuran gengsi radio. Hidup dan matinya radio swasta terletak pada pemasukan iklan sehingga seluruh kreativitas diukur dari segmen pasar yang disasar. Secara garis besar radio komunitas mengutamakan kepentingan dan kebutuhan masyarakat di wilayah tempat radio tersebut, sementara radio swasta diarahkan kepada segmen pasar.

Radio USUKOM 107,7 FM menyajikan tema-tema yang dibutuhkan oleh komunitasnya, tidak jaran lokal dan kebiasaan berbicara daerah setempat. Hal berbeda yang banyak dijumpai di radi terlihat modern dan gaul (http://id.wikipedia.org/wiki/Radio).

Radio sebagai salah satu media massa tetap berkembang dan tidak ditinggalkan oleh peminatnya walaupun sekarang sudah banyak alternatif media lain. Jika dibandingkan dengan media cetak terbitan mahasiswa (pers mahasiswa), eksistensi radio kampus dirasakan kurang maksimal dan jarang dibahas. Bahkan


(14)

kurang mendapat perhatian baik dari birokrat kampus maupun mahasiswanya sendiri. Meski demikian para pegiat radio kampus tetap berusaha menjalankan kegiatan mereka meski dengan dana, alat dan waktu yang terbatas. Bahkan banyak di antara radio-radio kampus di Indonesia yang telah lama vakum namun ada yang masih tetap bertahan meski banyak mengalami kendala.

Dalam melihat permintaan pasar, radio mahasiswa akan mementingkan keberadaan dirinya di antara media radio lainnya disamping media cetak dan televisi, seperti halnya Radio USUKOM 107,7 FM yang beralamat di Jln. Dr. Sofyan, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara (FISIP USU.

Dengan dilatarbelakangi oleh beragam uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti Radio USUKOM 107,7 FM sebagai stasiun radio berbasis kampus dengan meneliti opini para peserta Audisi Penyiar Radio USUKOM 107,7 FM yang merupakan mahasiswa Universitas Sumatera Utara.

I.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka dapat dikemukakan perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

"Bagaimanakah Opini Peserta Audisi Penyiar Tentang Radio USUKOM 107,7 FM Sebagai Radio Berbasis Kampus?”

I.3 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka peneliti melakukan pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah yang diteliti adalah:


(15)

1. Penelitian ini bersifat kualitatif, yang hanya memaparkan suatu situasi atau peristiwa secara sistematis, tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi.

2. Penelitian ini dilakukan terbatas pada opini Peserta Audisi Penyiar terhadap Radio USUKOM 107,7 FM sebagai radio kampus.

3. Objek penelitian ini adalah Peserta Audisi Penyiar Radio USUKOM FM yang merupakan Mahasiswa Universitas Sumatera Utara.

4. Penelitian mulai dilakukan pada bulan Maret sampai selesai.

I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan terhadap suatu masalah sudah pasti mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Dengan adanya tujuan akan mendorong seseorang untuk melakukan usaha sedapat mungkin agar tujuan tersebut dapat dicapai.

I.4.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui opini Peserta Audisi Penyiar Radio tentang siaran Radio USUKOM 107,7 FM sebagai stasiun radio berbasis kampus.

2. Untuk mengetahui alasan Peserta Audisi Penyiar Radio dalam mendengar siaran-siaran Radio USUKOM 107,7 FM.

3. Untuk mengetahui hal-hal apa saja yang diterima oleh Peserta Audisi Penyiar Radio setelah mendengar siaran-siaran Radio USUKOM 107,7 FM.


(16)

I.4.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut:

1. Secara teoritis, untuk menerapkan ilmu yang diterima peneliti selama menjadi mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU, serta menambah cakrawala pengetahuan dan wawasan peneliti terhadap dunia penyiaran radio.

2. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian di bidang Ilmu Komunikasi, khususnya Komunikasi Massa.

3. Secara praktis, data yang diperoleh dari penelitian ini dapat menjadi masukan bagi manajemen Radio USUKOM 107,7 FM dan perangkatnya yang berkompeten dalam merumuskan kebijaksanaan siarannya.

I.5 Kerangka Teori

Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti permasalahannya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana akan disoroti (Nawawi, 1995: 39-40).

Kerlinger menyebutkan teori merupakan himpunan konstruk (konsep), definisi, dan preposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala-gejala dengan menjabarkan relasi di antara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rakhmat, 2004: 6). Dalam penelitian ini, teori yang dianggap relevan adalah Teori Komunikasi, Teori Komunikasi Massa, Pola Penyiaran Radio, Opini Publik, dan Teori Uses and Gratifications.


(17)

I.5.1 Komunikasi

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris Communication berasal dari kata latin Communicatio, dan bersumber dari kata Communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna. Akan tetapi, pengertian komunikasi yang dipaparkan diatas sifatnya dasariah, dalam arti kata bahwa komunikasi itu minimal harus mengandung kesamaan makna antara dua pihak yang terlibat.

Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilangsungkan secara efektif, para peminat komunikasi sering kali mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam karyanya, The structure And Function Of Communication In Society. Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk

menjelaskan komunikasi adalah menjawab pertanyaan sebagai berikut: “Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect “.

Paradigma Lasswell diatas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi 5 unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni (Effendi, 2004: 10): a. Komunikator (Communicator, Source, Sender).

b. Pesan (Message) c. Media (Channel)

d. Komunikan (Communicant, Communicate) e. Efek (Impact, Influence)

Wibur Schramm, seorang ahli komunikasi, dalam karyanya, “Communication Research in the United States”, menyatakn bahwa komunikasi akan berhasil apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka acuan (frame of reference), yakni paduan pengalaman dan pengertian


(18)

(collection of experiences and meanings) yang pernah diperoleh komunikan (Effendy, 2000: 13).

Proses komunikasi pada hakekatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa berupa gagasan, informasi, atau opini yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa merupakan keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan, kegairahan dan sebagainnya yang timbul dari lubuk hati.

Jadi komunikasi akan berhasil apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator menimbulkan dampak atau efek tertentu pada komunikan dengan tujuan unuk memberitahu atau mengubah sikap atau pendapat dari si komunikan.

I.5.2 Komunikasi Massa

Komunikasi Massa sebagai bagian dari komunikasi memiliki definisi sederhana yang dikemukakan oleh Brittner, yakni; komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (Ardianto, 2004: 3). Definisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh Gerbner. Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berdasarkan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri (Dalam Ardianto, 2004: 4).

Joseph A. Devito dalam bukunya, Communicology: An Introduction To The Study Of Communication, menampilkan definisinya mengenai komunikasi

massa dengan lebih tegas, yakni sebagai berikut (Dalam Ardianto, 2004: 3):

Pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada


(19)

khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang mebaca atau semua orang yang menonton TV, agaknya ini berarti bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya agak sukar untuk didefinisikan.

Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh

pemancar-pemancar yang audio atau visual. Komunikasi massa barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan menurut bentuknya: TV, radio, surat kabar, majalah, film, buku, dan pita.

Seperti yang dikatakan oleh Severin dan Tankard, komunikasi massa adalah keterampilan, seni, dan ilmu, dikaitkan dengan pendapat Devito bahwa komunikasi massa itu ditujukan kepada massa dengan melalui media massa dibandingkan dengan jenis komunikasi lainnya, maka komunikasi massa mempunyai ciri-ciri khusus yang disebabkan oleh sifat-sifat komponennya. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut (Dalam Effendi, 2004: 22-25):

- Komunikasi Massa Berlangsung Satu Arah - Komunikator Melembaga

- Pesan Yang Bersifat Umum

- Media Komunikasi Massa Menimbulkan Keserempakan. - Komunikan Komunikasi Massa Bersifat Heterogen

Media massa atau pers adalah suatu istilah yang mulai dipergunakan pada tahun 1920-an untuk mengistilahkan jenis media massa yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas.dalam pembicaraan sehari-hari istilah ini sering disingkat menjadi media.

Masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah memiliki ketergantungan dan kebutuhan terhadap media massa yang lebih tinggi daripada masyarakat dengan


(20)

tingkat ekonomi tinggi karena pilihan mereka yang terbatas. Masyarakat dengan tingkat ekonomi lebih tinggi memiliki lebih banyak pilihan dan akses banyak media massa, termasuk bertanya langsung pada sumber/ahli dibandingkan mengandalkan informasi yang mereka dapat dari media massa tertentu (www.wikipedia.com/wiki/media_massa

Media massa terdiri dari media massa cetak, elektronik, dan media online seperti dibawah ini (Ardianto, 2004: 104-144):

)

a. Surat Kabar b. Majalah c. Radio siaran d. Televisi e. Film

f. Komputer dan Internet

Selain memiliki ciri-ciri, komunikasi massa juga memiliki fungsi. Fungsi komunikasi massa bagi masyarakat terdiri dari surveillance (pengawasan), interpretation (penafsiran), linkage (ketertarikan), transmission of values

(penyebaran nilai), dan entertainment (hiburan) (Ardianto, 2004: 16 – 20).

Gejala umum yang dapat dilihat dari suatu proses adalah bahwa proses merupakan suatu peristiwa yang berlangsung secara kontinyu, tidak diketahui kapan mulainya dan kapan akan berakhirnya. Dalam operasionalnya, proses memerlukan berbagai komponen (elemen) penunjang. Demikian pula dengan komunikasi yang pada hakikatnya merupakan suatu proses, berlangsungnya komunikasi sudah pasti memerlukan berbagai komponen (elemen). Pengertian


(21)

komponen di sini adalah bagian-bagian yang terpenting dan mutlak harus ada pada suatu keseluruhan atau kesatuan (Ardianto, 2004: 32).

Willbur Schramm mengatakan bahwa untuk berlangsungnya suatu kegiatan komunikasi, minimal diperlukan tiga komponen yaitu source, message, destination atau komunikator, pesan, komunikan. Apabila salah satu dari ketiga

komponen tersebut tidak ada, maka komunikasi tidak dapat berlangsung. Namun demikian, selain ketiga komponen tersebut masih terdapat komponen lainnya yang berfungsi sebagai pelengkap. Artinya, jika komponen tersebut tidak ada, maka tidak berpengaruh terhadap komponen lainnya. Oleh karena itu, komponen-komponen utama (komunikator – pesan – komunikan) mutlak harus ada pada proses komunikasi.

Pengertian proses komunikasi massa pada hakikatnya merupakan proses pengoperan lambang-lambang yang berarti, yang dilakukan melalui saluran (channel), biasanya dikenal dengan media printed (press), media auditif (radio), media visual (gambar, lukisan) atau media audio visual (televisi dan film). Yang dimaksud dengan media di sini adalah alat yang digunakan untuk mencapai massa (sejumlah orang yang tidak terbatas). Dari uraian tersebut dapat dijelaskan bahwa komunikasi massa merupakan suatu proses yang melukiskan bagaimana komunikator menggunakan teknologi media massa secara proporsional guna menyebarluaskan pesannya melampaui jarak untuk mempengaruhi khalayak dalam jumlah yang banyak.

Harold D. Lasswell seorang ahli politik di Amerika Serikat mengemukakan suatu ungkapan yang sangat terkenal dalam teori dan penelitian komunikasi massa. Ungkapan tersebut merupakan suatu formula dalam


(22)

menentukan scientific study dari suatu proses komunikasi massa dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: who (siapa), says what (berkata apa), in which channel (melalui saluran apa), to whom (kepada siapa), with what effect (dengan efek apa)?

I.5.3 Radio

Radio merupakan media komunikasi massa periodik yang memiliki kemampuan menjangkau khalayak yang luas dalam waktu bersamaan. Disamping itu, harga pesawatnya yang relatif murah sehingga khalayak banyak yang memilikinya. Berdasarkan data pemilikan radio, selama dua dasawarsa terakhir ini terus berkembang.

Dengan jumlah yang cukup besar itu radio akan memiliki potensi yang besar dalam menyebarluaskan informasi. Persoalannya adalah bagaimana memanfaatkan semaksimal mungkin kemampuan yang dimiliki radio, agar setiap program yang disajikan memberikan manfaat.

Salah satu aspek yang dapat menentukan keberhasilan radio adalah berkaitan dengan program-program acara yang disiarkan. Rangkaian acara yang menarik diformulasikan kedalam program yang meliputi waktu pagi, siang dan malam. Program tersebut merupakan suatu rangkaian yang dikemas dalam satu format. Setiap stasiun pada pada dasarnya harus mempunyai format yang jelas. Format setiap stasiun dapat menjadi ciri khas dari stasiun yang bersangkutan. Dengan demikian format menjadi penting bagi suatu stasiun pemancar radio, karena akan berkaitan juga dengan segmentasi khalayak. Dalam hal ini radio


(23)

Bahana Kusuma mengkhususkan target pendengarnya pada anak muda, namun pada prakteknya radio ini juga dikonsumsi oleh khalayak yang heterogen, yaitu: a. Kalangan dunia usaha

b. Ibu rumah tangga c. Mahasiswa/Pelajar d. Petani/Buruh

I.5.4 Opini Publik

Opini adalah suatu ekspresi tentang sikap mengenai suatu masalah yang bersifat kontroversial. Opini tersebut timbul sebagai hasil pembicaraan tentang masalah yang kontroversial yang menimbulkan pendapat berbeda-beda (Sastropoetro, 1990: 41).

Opini timbul sebagai suatu jawaban terbuka terhadap suatu persoalan atau isu. Subyek dari suatu opini biasanya adalah masalah baru. Opini berupa reaksi pertama dimana orang mempunyai perasaan ragu-ragu dengan sesuatu yang lain dari kebiasaan, ketidakcocokan dan adanya perubahan penilaian. Unsur-unsur ini mendorong orang untuk saling mempertahankannya (Djoenarsih, 1984: 31).

Sedangkan perkataan publik melukiskan sekelompok manusia yang berkumpul secara spontan yang memiliki syarat-syarat:

a. Dihadapi oleh suatu persoalan (issue)

b. Berbeda pendapatnya mengenai persoalan ini dan berusaha untuk menanggulangi persoalannya.

c. Sebagai akibat keinginan mengadakan diskusi dengan mencari jalan keluar (Susanto, 1985: 47).


(24)

Disini publik masih merupakan bentuk spontan yang tidak berbentuk, yang tidak diorganisasikan. Pokok persoalan dari pembentukan publik demikian ini adalah bahwa mereka menghadapi persoalan, diikat (sementara) oleh persoalan yang minta pemecahan (Susanto, 1985: 48).

Maka dapat disimpulkan bahwa opini publik atau dikenal dengan pendapat umum adalah kesatuan pendapat yang muncul dari sekelompok orang yang berkumpul secara spontan, membicarakan issue yang kontroversial, mendiskusikannya dan berusaha untuk mengatasinya. Ketika isu atau opini itu keluar maka jelas sekali bahwa komunikasi yang dilakukan oleh komunikator melalui media menghasilkan efek dan efek komunikasi massa inilah yang dikenal dengan sebutan opini publik. Dan proses munculnya opini ini harus melalui beberapa tahap, yaitu; efek kognitif, efek afektif, dan efek konatif.

Efek kognitf berhubungan dengan pikiran atau penalaran, sehingga khalayak yang semula tidak tahu, yang tadinya tidak mengerti menjadi mengerti, yang tadinya bingung menjadi merasa jelas. Contoh pesan komunikasi melalui media massa yang menimbulkan efek kognitif antara lain berita, tajuk rencana, artikel dan sebagainya. Efek afektif berkaitan dengan perasaan. Akibat dari pemberitaan di media itu yang akhirnya menimbulkan perasaan tertentu pada khalayak, dan perasaan ini hanya bergejolak didalam hati saja. Dan yang terakhir adalah efek konatif, dimana efek ini berkaitan dengan niat, tekad, upaya, usaha yang memiliki kecenderungan memunculkan sebuah tindakan atau kegiatan. Efek konatif tidak langsung muncul sebagai akibat terpaan media massa, melainkan harus melalui efek kognitf dan efek afektif terlebih dulu. Dan opini publik


(25)

merupakan hasil akhir dari proses tersebut dan masuk pada efek konatif (Effendy, 2003: 318-319).

Jika kita lihat lebih dalam lagi yang namanya opini publik itu sangat berkaitan erat dengan sikap dari individu, baik secara pribadi maupun kelompok. Dan pada dasarnya yang membentuk opini publik itu adalah sikap pribadi seseorang maupun sikap kelompoknya, karena itu sikap akan ditentukan oleh pengalaman individu dan kelompoknya.

Leonard W. Doob merumuskan opini publik yang kompeten atau memenuhi syarat adalah:

1. Fakta yang dipakai sebagai titik tolak dari perumusan opini publik, diberi nilai baik oleh masyarakat luas.

2. Dalam penggunaan fakta (atau keadaan dimana suatu sikap justru diambil karena tidak adanya fakta), orang sampai pada kesimpulan dan kesepakatan akan tindakan yang harus diambil untuk memecahkan masalah (Susanto, 1985: 101).

Doob menyebut pendapat harus dinyatakan sebagai actual publik opinion. Pendapat harus dinyatakan sebelum dinilai karena segala sesuatu yang

belum melalui proses komunikasi masih merupakan proses yang ada pada diri seseorang. Dalam hubungannya dengan hal ini perlu diperhatikan pendapat Irish dan Protho mengenai pendapat yaitu, bahwa pernyataan yang telah mengalami proses komunikasi disebut opinion sedangkan bila perasaan tadi belum dinyatakan, maka ia masih merupakan attitude (sikap). Selanjutnya sebagai unsur ketiga disebutkan bahwa diperluksn adanya issue atau masalah agar sesuatu dapat


(26)

dinilai sebagai pendapat umum. Issue bahkan harus merupakan issue sosial (Susanto, 1985).

Suatu pendapat akan menjadi issue apabila ia mengandung unsur memungkinkan pro dan kontra suatu pendapat tentang suatu kejadian yang telah dinyatakan. Dengan sendirinya, pendapat memiliki obyek dan tujuan tertentu dan karena menggandung unsur pro dan kontra maka dengan demikian ia akan menimbulkan adanya pendapat baru yang menyenangkan atau tidak baginya (Susanto, 1985).

I.5.5 Teori Uses And Gratification

Herbert Blumer dan Elihu Katz adalah orang pertama yang mengenalkan teori ini. Teori kegunaan dan kepuasan ini dikenal pada tahun 1974 dalam bukunya The Uses of Mass Comunications: Current Perspectives on Gratification Research. Teori uses and gratifications milik Blumer dan katz ini mengatakan

bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan menggunakan media tersebut. Dengan kata lain, pengguna media adalah pihak yang aktif dalam proses komunikasi. Pengguna media berusaha untuk mencari sumber media yang paling baik dalam usaha memenuhi kebutuhannya, artinya teori uses and gratifications mengasumsikan bahwa pengguna mempunyai pilihan alternatif

untuk memuaskan kebutuhannya (Nurudin, 2003: 181).

Pada awal kemunculan media massa, khalayak dianggap sebagai korban dari kekuatan media. Dengan kata lain, khalayak akan menerima setiap informasi yang disajikan oleh media massa, tanpa ada selektivitas. Teori ini dikenal dengan Teori Magic Bullet. Pandangan ini kemudian digantikan oleh Teori Limited


(27)

Effect, yang menyebutkan efek perorangan anggota individu berbeda dan kehidupan sosial meminimalkan efek media. Di dalam pandangan individu yang berbeda, kekuatan media dibentuk oleh faktor perorangan seperti tingkat inteligensia dan penghargaan diri, dimana kekuatan media dibatasi oleh organisasi khalayak dan keanggotaan dalam kelompok. Namun demikian, teori ini tetap memandang bahwa khalayak bersifat pasif.

(http://www.mhhe.com/mayfiledpub.westturner/instructor).

Di tahun 1942, teori ini dikritik oleh Herta Herzoa dan Paul Lazasfield. Ketika itu mereka mempelajari bahwa pendengar radio memiliki kebutuhan yang berbeda dan mempunyai selektivitas dalam penggunaan radio. Penilitian inilah merupakan reaksi terhadap Teori Magic Bullet, yang kemudian digunakan sebagai dasar Teori Uses and Gratification. Penelitian ini menegaskan khalayak media aktif, meghancurkan ketentuan paradigma efek media yang dominant pada tahun 1950-an. Tidak ada lagi yang berkata “apa yang dilakukan media kepada khalayak (what media do it the people)”, tertapi “apa yang dilakukan khalayak kepada media (what people do to the media)”. Teori ini sendiri diperkenalkan oleh Ellihu Katz akhir tahun 1950.

(http://www.ascusc.org/jcmc/vo16/issue1/eberseld/html).

Uses and Gratifications Model merupakan pengembangan dari jarum

hipodermik. Model ini tidak tertarik pada apa yang dilakukan media pada diri seseorang, tetapi ia tertarik pada apa yang dilakukan orang terhadap media. khalayak dianggap aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya.

Studi ini memusatkan perhatian pada penggunaan (uses) media untuk mendapatka kepuasaan (gratifications) atas kebutuhan seseorang. Sebagian besar


(28)

perilaku khalayak akan dijelaskan melalui berbagai kebutuhan dan kepentingan individu. Model ini meneliti asal mula kebutuhan manusia secara psikologis dan sosial, yang menimbulkan harapan tertentu dari media massa atau sumber-sumber lain dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan. Penelitian yang menggunakan uses dan gratification memusatkan pehatian pada kegunaan isi media untuk memperoleh gratifikasi atau pemenuhan kebutuhan (Ardianto dkk, 2004: 70).

Model Uses and Gratifications membahas juga motif-motif dan alternatif fungsional untuk memenuhi kebutuhan. Sebagaian besar individu mempunyai kebutuhan dasar untuk mengadakan interaksi sosial, yang kemudian berharap bahwa konsumsi dan penggunaan media massa tertentu akan memenuhi sebagian kebutuhannya. Hal ini menuntun pada kegiatan menonton program televisi, membaca majalah atau surat kabar dan juga mendengarkan radio. Kegiatan ini menghasilkan gratifikasi kebutuhan, tetapi dapat pula menimbulkan ketergantungan dan perubahan kebiasaan pada individu. Dalam hal ini penggunaan media dapat dikatakan merupakan alternative fungsional bagi interaksi yang sesungguhnya.

Teori uses dan Gratifications lebih menekankan pada pendekatan manusiawi di dalam melihat media. Artinya manusia mempunyai otonomi, wewenang untuk memperlakukan media. Teori ini mempertimbangkan apa yang dilakukan orang pada media, yaitu menggunakan media untuk pemuas kebutuhannya. Penganut teori ini meyakini bahwa individu sebagai mahluk supra-rasional dan sangat selektif. Menurut para pendirinya, Elihu Katz; Jay G. Blumler; dan Michael Gurevitch (dalam Jalaluddin Rakhmat, 1984), uses and gratifications meneliti asal mula kebutuhan secara psikologis dan sosial, yang menimbulkan


(29)

harapan tertentu dari media massa atau sumber-sumber lain, yang membawa pada pola terpaan media yang berlainan (atau keterlibatan pada kegiatan lain), dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan.

Katz, Blumer dan Gurevitch (dalam Ardianto, 2004: 71) menjelaskan mengenai asumsi dasar dari pendekatan Uses and Gratifications:

1. Khalayak dianggap aktif, artinya sebahagian penting dari penggunaan media massa diasumsikan mempunyai tujuan.

2. Dalam proses komunikasi massa, inisiatif untuk mengaitkan pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada khalayak.

3. Media massa harus saling bersaing dengan sumber-sumber lain untuk memuaskan kebutuhannya. Kebutuhannya yang dipenuhi media lebih luas. Bagaimana kebutuhan ini terpenuhi melalui konsumsi media amat bergantung kepada perilaku khalayak yang bersangkutan.

4. Tujuan pemilih media massa disimpulkan dari data yang diberikan anggota khalayak artinya, orang dianggap cukup mengerti untuk melaporkan kepentingan dan motif pada situasi-situasi tertentu.

5. Penilaian tentang arti kultural dari media massa harus ditangguhkan sebelum diteliti lebih dahulu orientasi khalayak.

Sementara Schramm dan Porter dalam bukunya Men, Women, Message and Media (1982) pernah memberikan formula untuk menjelaskan bekerjanya

teori uses and gratifications.

Janji Imbalan

--- = Probabilitas Seleksi Upaya yang Diperlukan


(30)

Imbalan disini bisa berarti imbalan yang saat itu juga diterima (segera) atau imbalan yang tertunda. Imbalan itu memenuhi kebutuhan khayalak. Upaya yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut sangat bergantung pada tersedia tidaknya media dan kemudahan memanfaatkannya. Bila membagi janji imbalan dengan upaya yang diperlukan, maka akan memperoleh probabilitas seleksi dari media massa tertentu (Nurudin, 2003: 182).

I.6 Kerangka Konsep

Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai. Untuk itu kerangka konsep dapat berupa teori-teori baru yang akan diuji atau pengembangan teori-teori yang sudah ada dan bahkan berupa kemungkinan-kemungkinan implementasi hasil penelitian bagi kehidupan nyata. Perumusan kerangka konsep itu merupakan bahan yang akan menuntun dalam merumuskan hipotesis penelitian (Nawawi, 2001: 40).

Kerangka konsep disusun sebagai perkiraan teoritis dan hasil yang akan dicapai, secara dianalisa secara kritis berdasarkan bahan persepsi (pengamatan) yang dimiliki dan kerangka konsep disusun sebagai perkiraan teoritis dan hasil yang dicapai. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel, yaitu opini Peserta Audisi Penyiar Radio terhadap siaran Radio USUKOM 107,7 FM sebagai radio berbasis kampus.

Berdasarkan kerangka teori yang telah dipaparkan sebelumnya maka ada beberapa konsep yang harus dioperasionalisasikan:


(31)

1. Siaran Radio USUKOM 107,7 FM sebagai radio berbasis kampus 2. Opini Peserta Audisi Penyiar Radio.

I.7 Model Teoritis

I.8 Konsep Operasional

Konsep Operasional berfungsi untuk memudahkan kerangka konsep dalam penelitian. Maka berdasarkan kerangka konsep, dibuatlah operasionalisasi variabel-variabel untuk membentuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian.

Variabel Teoritis Variabel Operasional

Siaran Radio USUKOM 107,7 FM Sebagai Radio Berbasis Kampus

a. Program Siaran b. Jadwal Acara c. Strategi Siaran d. Kekuatan Siaran e. Kelemahan Siaran

Opini Peserta Audisi Penyiar Radio

a. Manfaat Bagi Pendengar b. Kepuasan yang Diperoleh c. Frekwensi Mendengarkan Radio d. Waktu Mendengarkan

e. Durasi/Hari

f. Program yang Didengarkan Siaran Radio USUKOM 107,7 FM

sebagai radio Berbasis Kampus

Opini Peserta Audisi Penyiar Radio


(32)

g. Acara Favorit h. Penyiar Favorit i. Materi yang Disukai

I.9 Definisi Konsep Operasional

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep di atas maka dibuat operasional variabel yang berfungsi untuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian, yaitu sebagai berikut:

1. Variabel Siaran Radio USUKOM 107,7 FM Sebagai Radio Berbasis Kampus

a. Program Siaran : Acara yang disiarkan radio, meliputi musik, berita, atau informasi.

b. Jadwal Siaran : Waktu siaran suatu acara.

c. Strategi Siaran : Pemilihan acara, jadwal acara, dan penyiarnya.

d. Kekuatan Siaran : Nilai lebih atau keistimewaan radio. e. Kelemahan Siaran : Kekurangan dari radio.

2. Variabel Opini Mahasiswa

a. Manfaat Bagi Pendengar : Manfaat yang diperoleh responden dari mendengarkan siaran radio. b. Kepuasan yang Diperoleh : Kepuasan yang diperoleh responden


(33)

c. Frekuensi Mendengarkan Radio : Berapa sering mendengarkan radio dalam sehari.

d. Waktu Mendengarkan : Waktu mendengarkan radio, apakah pagi, siang atau sore.

e. Durasi/Hari : Lamanya mendengarkan siaran radio dalam sehari.

f. Program yang Didengarkan : Acara yang biasanya didengarkan oleh responden.

g. Acara Favorit : Acara yang paling disukai responden. h. Penyiar Favorit : Penyiar yang paling disukai

responden.

i. Materi yang Disukai : Materi yang banyak diminati responden.


(34)

BAB II

URAIAN TEORITIS

Teori merupakan proposisi yang menggambarkan satu gejala terjadi. Proposisi-proposisi yang dikandung dan yang membentuk teori terdiri atas beberapa konsep yang terjalin dalam bentuk hubungan sebab-akibat. Teori menyajikan kerangka sehingga konsep dan variabel mendapatkan arti penting, dalam teori juga terkandung konsep teoritis yang berfungsi menggambarkan realitas dunia yang dapat diobservasi (Suyanto dkk, 2005 : 34).

Adapun beberapa teori yang digunakan di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

II.1 Komunikasi

Kata komunikasi berasal dari bahasa Latin, communis yang berarti “sama” atau dalam bahasa Inggris: common. Komunikasi merupakan suatu proses sosial yang sangat mendasar dan vital dalam kehidupan manusia. Dikatakan mendasar karena setiap masyarakat manusia, baik yang primitif maupun yang modern, berkeinginan mempertahankan suatu persetujuan mengenai berbagai aturan sosial melalui komunikasi. Dikatakan vital karena setiap individu memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan individu-individu lainnya sehingga meningkatkan kesempatan individu itu untuk tetap hidup (Rakhmat, 1985: 1).

Komunikasi merupakan unsur penting bagi kehidupan manusia. Sebagai konsekuensi makhluk sosial, setiap manusia akan melaksanakan kegiatan komunikasi bila ingin mengadakan relasi dengan pihak lain. Oleh sebab itu


(35)

terjadinya komunikasi adalah sebagai konsekuensi. Kata lain yang mirip dengan komunikasi adalah komunitas (community) yang juga menekankan kesamaan atau kebersamaan. Komunitas merujuk pada sekelompok orang yang berkumpul atau hidup bersama untuk mencapai tujuan tertentu, dan mereka berbagi makna dan sikap. Tanpa komunikasi tidak ada komunitas. Komunikasi bergantung pada pengalaman dan emosi bersama, dan komunikasi berperan dan menjelaskan kebersamaan itu. Oleh karena itu, komunikasi juga berbagi bentuk-bentuk komunikasi yang berkaitan dengan seni, agama dan bahasa, dan masing-masing perspektif, pandangan yang mengakar kuat dalam sejarah komunikasi tersebut.

Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilangsungkan secara efektif, para peminat komunikasi sering kali mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam karyanya, The structure And Function Of Communication In Society. Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk

menjelaskan komunikasi adalah menjawab pertanyaan sebagai berikut: “Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect “.

Paradigma Lasswell diatas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi 5 unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni (Effendi, 2004: 10):

a. Komunikator (Communicator, Source, Sender). b. Pesan (Message)

c. Media (Channel)

d. Komunikan (Communicant, Communicate) e. Efek (Impact, Influence)


(36)

Definisi komunikasi dari John B. Hoben mengasumsikan bahwa komunikasi itu (harus) berhasil: “Komunikasi adalah pertukaran verbal pikiran atau gagasan”. Asumsi di balik definisi tersebut adalah bahwa suatu pikiran atau gagasan secara berhasil dipertukarkan. Sebagian definisi lainnya tidak otomatis mensyaratkan keberhasilan ini, seperti definisi komunikasi dari Bernard Berelson dan Gary Steiner: “Komunikasi adalah transmisi informasi”. Jadi definisi tersebut tidak mensyaratkan bahwa informasi harus diterima atau dimengerti (Mulyana, 2005: 54).

Komunikasi menurut Everet M. Rogers (Cangara, 2000: 19) adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. Komunikasi terdiri dari beberapa unsur, yaitu:

1. Komunikator: atau sering disebut sumber, pengirim, pembicara atau originator. Sumber adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi. Sumber boleh jadi seorang individu, kelompok, organisasi, perusahaan atau bahkan suatu negara.

2. Pesan: apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima. Pesan merupakan seperangkat simbol verbal dan/atau nonverbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan atau maksud sumber tadi. Pesan mempunyai tiga komponen : makna, symbol yang digunakan untuk menyampaikan makna, dan bentuk atau organisasi pesan. Simbol terpenting adalah kata-kata (bahasa) yang dapat merepresentasikan objek (benda), gagasan, dan perasaan, baik ucapan (percakapan, wawancara, diskusi, ceramah, dan sebagainya) ataupun tulisan (surat, esai, artikel, novel, puisi, famflet, dan sebagainya). Kata-kata


(37)

memungkinkan kita berbagi pikiran dengan orang lain. Pesan juga dapat dirumuskan secara nonverbal, seperti melalui tindakan atau isyarat anggota tubuh (acungan jempol, anggukan kepala, senyuman, tatapam mata, dan sebagainya), juga melalui musik, lukisan, patung , tarian, dan sebagainya.

3. Komunikan: orang yang menerima atau menterjemahkan pesan. Sering juga disebut sasaran/tujuan, penyandi balik, khalayak, pendengar, penafsir.

4. Media: atau saluran, yakni alat atau wahana yang digunakan sumber untuk menyampaikan pesannya kepada penerima. Saluran boleh jadi merujuk pada bentuk pesan yang disampaikan kepada penerima, apakah saluran verbal atau saluran nonverbal. Pada dasarnya saluran komunikasi manusia adalah dua saluran, yakni cahaya dan suara, meskipun kita bias juga mengggunakan kelima indra kita untuk menerima pesan dari orang lain. Saluran juga merujuk pada cara penyajian pesan, apakah langsung atau lewat media cetak atau media elektronik.

5. Efek: apa yang terjadi pada penerima pesan tersebut, misalnya penambahan pengetahuan (dari tidak tahu menjadi tahu), terhibur, perubahan sikap (dari tidak setuju menjadi setuju), perubahan keyakinan, perubahan perilaku (dari tidak bersedia membeli barang yang ditawarkan menjadi sedia membelinya, atau dari tidak bersedia memilih partai politik tertentu menjadi bersedia memilihnya dalam pemilu, dan sebagainya.

Dalam proses penyampaian informasi, komunikator menggunakan media dalam melancarkan komunikasinya. Media merupakan alat atau sarana untuk meneruskan pesan komunikasi dengan bahasa. Pentingnya peranan media disebabkan efesiensinya dalam mencapai komunikan. Penyebaran informasi


(38)

sebagai salah satu aktivitas sosial jelas akan dapat menimbulkan efek, baik itu efek yang diinginkan ataupun efek yang tidak diinginkan. Komunikasi dalam penerapannya bukan hanya bersifat normatife yaitu orang lain mengerti dan tahu tetapi juga persuasif yaitu agar orang lain bersedia menerima satu paham atau keyakinan, melakukan suatu perbuatan atau kegiatan. Proses komunikasi haruslah terdapat unsur-unsur kesamaan makna agar tidak terjadi suatu pertukaran pikiran atau pengertian, antara komunikator dan komunikan.

Ada yang berpendapat komunikasi adalah sebuah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan melalui saluran tertentu. Ada pula yang menyebutkan komunikasi sebagai suatu proses penyampaian pesan (berupa lambing, suara, gambar dan lain-lain) dari sumber kepada sasaran (audience) dengan menggunakan saluran tertentu. Demikian pula komunikasi melalui radio siaran. Pesan dalam komunikasi yang demikian tentu saja disampaikan dalam sarana itu baik berupa ucapan penyiar, lagu-lagu atau bentuk-bentuk siaran kata lainnya.

Menurut Wilbur Scharmm (dalam Suprapto, 2006: 3-4) menyatakan komunikasi sebagai suatu proses berbagi (sharing process), yaitu “komunikasi berasal dari kata-kata (bahasa) latin communis yang berarti umum (common) atau bersama. Apabila kita berkomunikasi (commonness) dengan seseorang yaitu kita berusaha berbagi informasi, ide atau sikap.

II.2 Komunikasi Massa

Sekarang kita tidak bisa lagi menyamakan “komunikasi massa” atau “media massa” dengan “jurnalisme” dalam menyebut media selain Koran dan


(39)

majalah. Setiap komunikasi membutuhkan medium atau sarana pengirim pesan seperti kolom di koran atau gelombang siaran. Namun komunikasi massa merujuk ke keseluruhan institusinya yang merupakan pembawa pesan, koran, majalah, stasiun pemancar, yang mampu menyampaikan pesan-pesan kejutaan orang nyaris serentak. Oleh sebab itu komunikasi massa dapat diartikan dalam dua cara, pertama, komunikasi oleh media, dan kedua komunikasi untuk massa. Namun ini tidak berarti komunikasi massa adalah komunikasi massa untuk semua orang. Media tetap cenderung memilih khalayak, dan demikian pula sebaliknya khalayakpun memilih-milih media (Peterson dkk, 2003: 18).

Komunikasi massa adalah proses penyampaian informasi, ide dan sikap kepada banyak orang, biasanya dengan menggunakan mesin, atau media yang diklasifikasikan kedalam media massa seperti radio siaran, televisi siaran, surat kabar, majalah dan film (Suprapto, 2006: 11).

Pengertian komunikasi massa merupakan bentuk komuniksi yang menggunakan saluran media dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh dan terpencar, sangat heterogen, dan menimbulkan efek tertentu. Ahli komunikasi Joseph A. Devito dalam buku “Komunikasi Massa Suatu Pengantar” merumuskan defenisi komunikasi massa yang pada intinya merupakan penjelasan tentang pengertian massa, serta tentang media yang digunakannya. Devito mengemukakan defenisinya dalam dua item: pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang dirtujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya.

Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemanca yang audio atau audio visual (Ardianto, 2004: 6). Rahmat


(40)

merangkum defenisi komunikasi massa tersebut menjadi “komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonym melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat” (Ardianto dkk, 2004: 3-7).

Menurut Severin dan Tankad yang dikutip Suprapto (Pengantar Teori Komunikasi, 2006: 13-14) bedasarkan sifat-sifat komponen, komunikasi massa mempunyai ciri-ciri khusus sebagai berikut :

1. Berlangsung satu arah

Bandingkan dengan komunikasi antar pesona yang berlangsung dua arah. Dalam komunikasi massa feedback baru akan diperoleh setelah komunikasi berlangsung. Kalaupun bisa, sifatnya tertunda. Misalnya, kita mengirimkan ketidaksetujuan pada berita itu melalui rubrik surat pembaca. Jadi komunikasi yang hanya berjalan satu arah itu akan memberikan konsekuensi umpan balik yang sifatnya tertunda atau tidak langsung.

2. Komunikator pada komunikasi masssa melembaga

Komunikator dalam komunikasi massa itu bukan satu orang, tetapi kumpulan orang-orang. Artinya, gabungan antar berbagai macam unsure dan bekerja satu sama lain dalam sebuah lembaga. Lembaga yang dimaksud adalah menyerupa sebuah sistem. Yang dimaksud sistim disini adalah “sekelompok orang, pedoman dan media yang melakukan suatu kegiatan mengolah, menyimpan, menuangkan ide, gagasan, symbol, lambing menjadi pesan dalam membuat keputusan untuk mencapai satu kesepakatan dan saling pengertian satu sama lain dengan mengolah pesan itu menjadi sumber informasi. Menurut Alexis


(41)

S. Tan (1981) komunikator dalam komunikasi massa adalah organisasi sosial yang mampu memproduksi pesan dan mengirimkannya secara serempak, kesejumlah khalayak yang banyak dan terpisah. Komunikator dalam komunikasi massa biasanya adalah media massa (surat kabar, jaringan televisi, stastiun radio, majalah atau penerbit buku). Media massa ini bisa disebut organisasi sosial karena merupakan kumpulan beberapa individu yang bertanggung jawab dalam proses komunikasi massa tersebut.

Dengan demikian, komunikator dalam komunikasi massa setidak-tidaknya punya ciri kumpulan individu, dalam komunikasi individu tersebut terbatasi perannya dengan sistem dalam media massa, pesan yang disebarkan atas nama media yang bersangkutan dan bukan atas nama pribadi unsur-unsur yang terlibat, dan apa yang dikemukakan oleh komunikator biasanya untuk mencapai keuntungan atau mendapatkan laba secara ekonomi.

3. Pesan-pesan bersifat umum

Pesan-pesan dalam komunikasi massa itu tidak ditujukan kepada satu orang atau satu kelompok masyarakat tertentu. Dengan kata lain, pesan-pesannya ditujukan pada khalayak yang plural. Oleh karena itu, pesan-pesan yang dikemukakannya pun tidak boleh bersifat khusus, yang artinya pesan itu memang tidak disengaja untuk golongan tertentu.

4. Melahirkan keserempakan

Dalam komunikasi massa ada keserempakan dalam proses penyebaran pesanpesannya. Serempak disini berarti khayalak bisa menikmati media massa tersebut hampir bersamaan. Hanya karena wilayah jangkauannya saja yang


(42)

berbeda memungkinkan perbedaan penerimaan. Tetapi, komunikator dalam media massa itu berupaya meyiarkan informasinya secara serentak.

5. Komunikasi-komunikasi massa bersifat heterogen

Kemajemukan audience komunikasi massa menyebabkan pelaksana komunikasi massa harus benar-benar mempersiapkan semua ide atau informasi yang akan disampaikan sebaik mungkin sebelum disebarluaskan.

Disamping memiliki cir-ciri khusus, komunikasi massa juga mempunyai fungsi bagi masyarakat. Adapun fungsi komunikasi massa menurut Dominick yang dikutip Ardianto (Komunikasi Massa Suatu Pengantar, 2004: 15-18) adalah sebagai berikut :

1. Pengawasan (Surveillance)

Pengawasan mengacu kepada yang kita kenal sebagai peranan berita dan informasi dari media massa. Media mengambil tempat para pengawal yang memperkerjakan pengawasan.

2. Interpretasi (Interpretation)

Media massa tidak hanya menyajikan fakta atau data, tetapi juga informasi beserta interpretasi mengenai suatu peristiwa tertentu. Contoh yang paling nyata dari fungsi ini adalah tajuk rencana surat kabar dan komentar radio atau siaran televisi.

3. Hubungan (Linkage)

Media massa mampu menghubungkan unsu-unsur yang terdapat didalam. masyarakat yang tidak bisa dilakukan secara langsung oleh saluran perseorangan. Fungsi hubungan yang dimiliki media yang sedemikian


(43)

berpengaruhnya kepada masyarakart yang dijuluki “public making” ability of the mass media atau kemampuan membuat sesuatu menjadi umum dari media

massa. 4. Sosialisasi

Sosialisasi merupakan transmisi nilai-nilai yang mengacu kepada cara-cara dimana seseorang mengadopsi perilaku atau nilai-nilai dari suatu kelompok. Media massa menyajikan penggambaran masyarakat dan dengan membaca, mendengar dan menonton maka seseorang mempelajari bagaimana khalayak berperilaku dan nilai-nilai apa yang penting.

5. Hiburan (Entertainment)

Fungsi hiburan sangat jelas tampak pada televisi, film, radio dan rekaman suara. Fungsi menghibur tiada lain tujuannya adalah untuk mengurangi ketegangan pikiran khalayak, karena dengan membaca berita-berita ringan atau melihat tayangan hiburan di televisi dapat membuat pikiran khalayak segar kembali.

II.3 Perkembangan Radio

Perkembangan radio siaran di Indonesia dimulai dari masa penjajahan Belanda, Penjajahan Jepang, zaman kemerdekaan, dan zaman orde baru (Ardianto, 2004: 117-119).

a. Zaman Belanda

Radio siaran yang pertama di Indonesia (waktu itu bernama Nederlands Indie – Hindia Belanda), ialah Bataviase radi siaran Vereniging (BRV) di Batavia,


(44)

yang resminya didirikan pada tanggal 16 Juni 1925, pada saat Indonesia masih dijajah Belanda, dan berstatus swasta.

b. Zaman Jepang

Ketika Belanda menyerah pada Jepang pada tanggal 8 Maret 1942, sebagai konsekuensinya, radio siaran yang tadinya berstatus perkumpulan swasta dinonaktifkan dan diurus oleh jawatan khusus bernama Hoso Kanri Kyoku, merupakan pusat radio siaran yang berkedudukan di Jakarta, serta mempunyai cabang-cabang yang dinamakan Hoso Kyoku di Bandung, Purwakarta, Yogyakarta, Surakarta, Semarang, Surabaya, dan Malang. Rakyat Indonesia pada masa ini hanya boleh mendengarkan siaran dari Hoso Kyoku saja.

c. Zaman Kemerdekaan.

Dengan demikian, ketika Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, tidak dapat disiarkan langsung melalui radio siaran karena radio siaran masih dikuasai oleh Jepang. Tak lama kemudian dibuat pemancar gelap yang berhasil berkumandang di udara radio siaran denagn stasiun call “Radio Indonesia Merdeka”.

d. Zaman Orde Baru

Sampai akhir tahun 1966 RRI adalah satu-satunya radio siaran di Indonesia yang dikuasai dan dimiliki oleh pemerintah. Peran dan fungsi radio siaran ditingkatkan. Selain berfungsi sebagai media informasi dan hiburan, pada masa orde baru, radio siaran melalui RRI menyajikan acara pendidikan dan persuasi (Effendy, 2007: 156-166).


(45)

Lembaga penyiaran radio Indonesia sesuai Undang-undang No.32 tahun 2002 tentang penyiaran, terdiri atas lembaga penyiaran publik, lembaga penyiaran komersial, lembaga penyiaran komunitas, dan lembaga penyiaran berlangganan. a. Lembaga Penyiaran Publik

Lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum yang didirikan oleh negara, bersifat independent, netral, tidak komersial, dan berfungsi memberikan pelayanan untuk kepentingan masyarakat.

b. Lembaga Penyiaran Komersial

Lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum Indonesia, yang bidang usahanya khusus menyelenggarakan siaran radio.

c. Lembaga Penyiaran Komunitas

Lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum Indonesia, didirikan oleh komunitas tertentu, bersifat independen, dan tidak komersial, dengan daya pencar rendah, luas wilayah jangkauan terbatas, serta untuk melayani kepentingan komunitasnya.

d. Lembaga Penyiaran Berlangganan

Merupakan lembaga penyiaran berbentuk badan hukum Indonesia,yang bidang usahanya menyelenggarakan jasa penyiaran berlangganan melalui satelit, melalui kabel dan melalui terrestrial (Djuroto, 2007: 64-66).

II.3.1 Pola Penyiaran Radio

Menurut yang tertera di dalam Undang-Undang No.32 tahun 2002, penyiaran adalah kegiatan pemancar luasan siaran melalui sarana pemancaran dan


(46)

atau sarana transmisi darat, di laut atau di antariksa dengan menggunakan spektrum frekwensi radio melalui udara, kabel atau media lainnya untuk dapat diterima secara serentak dan bersamaan oleh masyarakat dengan perangkat penerima siaran (Riswandi, 2009: 1).

Penyiaran radio adalah media komunikasi massa dengar, yang menyalurkan gagasan informasi dalam bentuk suara secara umum dan terbuka, berupa program yang teratur dan berkesinambungan (Riswandi, 2009: 1).

Ketika para pengelola stasiun penyiaran radio merencanakan untuk beroperasi, salah satu faktor yang menjadi kajian khusus adalah cara menetapkan target pendengar. Apalagi dimasa sekarang ini kompetisi sedemikian tinggi sehingga target pendengar menjadi prioritas (Prayudha, 2004: 23). Dari target pendengar dapat ditentukan suatu pola penyiaran.

Pada umumnya terdapat dua metode penggolongan bahan siaran yang dianut oleh badan-badan radio siaran di dunia. Yang pertama adalah metode menurut “unsur acara siaran”, yang kedua menurut “tujuan acara siaran” (Effendi, 1990: 114-117).

Berdasarkan unsur acara siaran, bahan siaran dibagi menjadi dua golongan yaitu:

a. Pembagian menurut unsur acara siaran

1. Siaran kata 2. Siaran seni suara

Yang dimaksud dengan siaran kata adalah segala bahan siaran yang pokok isinya dilukiskan dengan kata-kata (spoken words). Sedang yang dimaksud


(47)

dengn seni suara adalah segala bentuk kesenian yang pokok isinya dilukiskan dengan musik.

Seperti halnya dengan negara-negara lain yang tergabung dalam Asian Broadcasting Union (ABU) dan European Broadcasting Union (EBU), dalam

menentukan penggolongan acara siaran, Indonesia mengikuti pola yang dianut oleh UNESCO. Berikut ini adalah penggolongan jenis-jenis acara siaran:

b. Pembagian menurut tujuan acara siaran

1. Siaran pemberitaan dan penerangan a. Warta Berita

b. Reportase

c. Penerangan Umum d.Pengumuman 2. Siaran Pendidikan

a. Siaran Kanak-Kanak b. Siaran Remaja c. Siaran Sekolah d. Siaran Pedesaan e. Siaran Keluarga f. Siaran Agama g. Siaran Wanita h. Pengetahuan Umum 3. Siaran Kebudayaan


(48)

b. Kesenian Daerah c. Apresiasi Seni 4. Siaran Hiburan

a. Musik Daerah b. Musik Indonesia c. Musik Asing d. Hiburan Ringan 5. Siaran Lain-lain

a. Ruangan Iklan

b. Pembukaan/Penutup Siaran

Tujuan utama memproduksi acara siaran radio adalah untuk menarik minat masyarakat agar mau mendengarkan atau menjadi pendengar setianya. Dalam membuat atau menyusun siaran radio, harus berpedoman pada tiga fungsi medium radio, yaitu:

1. Siaran radio sebagai media penerangan (information). 2. Siaran radio sebagai sarana pendidikan (education). 3. Siaran radio sebagai tempat hiburan (entertainment).

Selain memperhatikan tiga fungsi siaran radio tersebut, pembuat atau penyusun acara siaran harus memperhatikan keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki oleh medium radio. Keterbatasan itu antara lain:

1. Radio hanya bisa dikonsumsi oleh indera pendengaran/telinga (ear catching) 2. Radio tidak dapat dipertontonkan (visual) tingkah laku/action dari orang-orang


(49)

3. Pendengar radio sifatnya perseorangan (individual) dan hidup dalam psycolically independen yang kompleks. Itu sebabnya pendengar radio

senantiasa berubah-ubah.

Disamping memperhatikan keterbatasan-keterbatasan radio, hal lain yang perlu diperhatikan adalah sifat pendengar radio. Pendengar adalah sasaran komunikasi massa melalui media radio siaran. Komunikasi dapat dilakukan efektif, apabila pendengar terpikat perhatiannya, tertarik terus minatnya, mengerti, tergerak hatinya dan melakukan kegiatan apa yang diinginkan si pembicara. Berikut ini adalah sifat-sifat pendengar radio siaran yang turut menentukan gaya bahasa radio (Effendi, 1990: 85-86) :

a. Heterogen

Pendengar adalah massa, sejumlah orang yang sangat banyak yang sifatnya heterogen, terpencar-pencar di berbagai tempat. Dan mereka berbeda dalam jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, dan kebudayaan. Dan selain itu pendengar berbeda dalam pengalaman dan keinginan, tabeat, dan kebiasaan, yang kesemuanya itu menjadi dasar pola bagi gaya bahasa sebagai penyalur pesan kepada pendengar.

b. Pribadi

Karena pendengar berada dalam keadaan heterogen, terpencar-pencar di berbagai tempat dan umumnya dirumah-rumah maka sesuai isi pesan akan dapat diterima dan dimengerti, kalau sifatnya pribadi (personal) sesuai dengan situasi dimana pendengar itu berada. Sesuatu uraian disampaikan kepada pendengar yang berada di rumahnya itu secara pribadi. Pembicara radio seolah-olah bertamu dan memberikan uraian kepada seseorang dalam suatu rumah tangga.


(50)

c. Aktif

Pada mulanya para ahli komunikasi mengira bahwa pendengar radio sifatnya pasif. Ternyata tidak demikian. Hal ini telah dibuktikan oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Wilbur Schramm, Paul Lazarsfeld dan Raymond Bauer, ahli-ahli komunikasi di AS. Mereka semua berpendapat bahwa pendengar radio sebagai sasaran komunikasi massa jauh daripada pasif. Apabila mereka menjumpai sesuatu yang menarik dari sebuah stasiun radio, mereka aktif berpikir, aktif melakukan interpretasi, mereka bertanya-tanya pada dirinya, apakah yang diucapkan oleh penyiar atau seorang penceramah radio atau pembaca berita, benar atau tidak.

d. Selektif

Pendengar sifatnya selektif. Ia dapat dan akan memilih program radio siaran yang disukainya. Pabrik pesawat radio menyadari hal itu, maka setiap pesawat radio dilengkapi dengan alat yang memungkinkan mereka melakukan pilihannya itu. Dengan memutar knop jarum gelombang pada pesawat radionya, pendengar dapat mencari apa yang disenanginya, baik program musik maupun uraian atau drama siaran dalam negeri maupun luar negeri.

Begitu banyak stasiun radio siaran, tidak terhitung sudah, dengan aneka jenis acara siarannya yang masing-masing berlomba-lomba untuk memikat perhatian pendengar. Yang tidak memenuhi selera pendengar, sudah tentu akan sia-sialah isi siaran yang diancarkannya itu. Oleh karena itulah maka dalam proses komunikasi massa, unsur pendengar banyak diteliti, karena sasaran yang kompleks ini menyangkut berbagai segi sosiologis, psikologis, edukatif, kultural, dan bahkan juga politis dan ekonomis.


(51)

Dikarenakan sifat pendengar yang aktif dan selektif maka setiap stasiun radio berusaha semaksimal mungkin untuk dapat meraih sebanyak mungkin pendengar. Sambil terus membina hubungan baik dengan pendengar setia, satu stasiun berusaha merebut pendengar stasiun lain. Inilah perang stasiun radio, yang hanya dibekali oleh acara sebagai senjatanya.

II.3.2 Manajemen Siaran

Sampai saat ini, yang masih menjadi kendala bagi banyak stasiun radio adalah mendesain acara. Penyelenggara siaran terus berusaha memperbaiki dan menyempurnakan acaranya.

Agar acara yang disiarkan menarik, ada beberapa petunjuk yang dapat dijadikan sebagai patokan. Sasarannya harus jelas, acaranya spesifik, memiliki kebutuhan, beragam waktu penyiaran yang tepat, orisinil, kualitas terjaga, disamping bahasanya harus sederhana (Munthe, 1996: 58-61).

1. Acara harus sesuai sasaran

Pastikanlah siapa sasaran yang akan di tuju. Hal ini penting untuk memudahkan pengelola siaran dalam mengolah bahan siaran. Jangan beranggapan bahwa suatu acara dapat ditujukan kepada siapa saja. Bila hal ini terjadi, maka pembahasan bisa jadi melebar tidak terarah.

Pengalaman menunjukkan acara-acara yang tidak mempunyai sasaran yang konkrit tidak pernah populer dan biasanya akan turun dengan sendiri.

2. Acara harus spesifik

Isi acara hendaknya membahas materi yang khusus. Umpamanya saja bidang masalahnya olahraga, maka isinya hanya mempersoalkan salah satu


(52)

cabang olahraga, misalnya sepakbola. Dalam hal ini isinya tidak mempersoalkan sepak takraw, bulu tangkis, dan lain-lain.

Jadi hanya satu topik yang dibahas secara menyeluruh. Artinya, dalam membahas harus diperhatikan aspek yang terkait dengan bidang olahraga sepakbola.

3. Acara harus utuh

Pembahasan materi harus terjaga dan tidak keluar dari konsep yang telah dipatok. Mulai dari pengantar, permasalahan, pembahasan, dan penyelesaian masalah secara sistematis. Misalnya dari topik sepakbola di atas, pengantar acara dapat berisi paparan perkembangan sepakbola di Indonesia, mempertanyakan tentang sepakbola di negeri ini yang sulit berkembang. Pembahasan berisi jawaban mengapa sulit berkembang dan jawaban bagaimana agar dapat berkembang.

Pada akhirnya di bagian penyelesaian dijabarkan tentang usulan sebagai jalan keluar untuk mengembangkan olahraga sepakbola di Indonesia. Dengan demikian sistematika dan kesinambungan tetap terjaga.

4. Kemasan acara harus bervariasi

Acara dikemas dalam bentuk yang bervariasi. Variasi dapat ditampilkan dalam dua bentuk yaitu dialog dan monolog. Dalam dialog dapat ditampilkan dua orang atau lebih yang memiliki warna suara berbeda. Kontras warna suara ini sangat mendukung acara karena radio merupakan media audio yang hanya mampu menstimuli indera pendengaran. Dengan warna suara yang berbeda memudahkan pendengar untuk mengenali tokoh-tokoh yang terlibat dalam dialog tersebut.


(53)

Umumnya pendengar lebih menyukai acara yang disajikan dalam bentuk dialog. Sedangkan dalam bentuk monolog penyelenggara siaran dapat membuat variasi dengan menampilkan dua orang penyiar secara bergantian menyampaikan topik bahasan.

5. Acara harus ditempatkan pada waktu yang tepat

Pengelola program harus yakin bahwa waktu yang dipilih untuk penyiaran suatu acara sudah tepat. Ketepatan ini didasari pada kebiasaan mendengar dari khalayak. Dengan demikian, acara tersebut akan efektif.

6. Acara harus orisinil

Penyelenggara siaran harus menyajikan acara yang benar-benar hasil kerja tim kreatif studio tersebut. Bukan tiruan, dalam arti acara seperti ini pernah disajikan stasiun lain yang kemudian dimodifikasi di sana-sini sehingga tampaknya orisinil. Acara tiruan tidak akan membawa banyak keuntungan bagi stasin radio yang pertamakali menyajikan acara tersebut. Sedangkan stasiun radio yang meniru akan dicap sebagai stasiun plagiat.

7. Acara harus disajikan dengan kualitas baik

Mutu tekhnik suatu acara ikut menentukan sukses tidaknya acara di pasar. Pendengar selalu menuntut hasil yang prima tanpa noise (gangguan). Sebab pendengar sangat mendambakan kenyamanan dalam mendengarkan suatu acara siaran. Jangan sekali-kali menerima ungkapan yang menyatakan bahwa penyajian masalah tekhnik adalah nomor dua setelah produk. Anggapan ini tidak benar, sebab antara acara dan tekhnik berjalan seiring, sama-sama ikut menentukan.


(54)

Yang penting diingat adalah konsep memberikan yang terbaik kepada pendengar wajib menjadi pegangan penyelenggara siaran.

8. Acara harus disajikan dengan bahasa sederhana

Gunakan bahasa sederhana, artinya bahasa yang dipakai sehari-hari atau bahasa pergaulan. Jangan disajikan acara dengan bahasa ilmiah, kata-kata asing, atau kata-kata baru. Pendengar akan mengalami kesulitan mencerna isi acara. Sebab tidak semua pendengar memiliki kemampuan yang merata sehingga kemudahan menangkap isi acara berbeda-beda. Apabila ada kalimat yang tidak dapat meminta agar pembawa acara mengulangi kalimat tersebut seperti jika ia membaca suratkabar. Usahakan menghindari kalimat-kalimat asing, angka-angka pecahan, juga kalimat-kalimat yang terbalik.

Yang tak kalah penting dari semua hal yang telah diuraikan sebelumnya adalah seorang penyiar (announcer). Penyiar adalah orang yang menyajikan materi siaran kepada para pendengar. Materi siaran tersebut adalah hasil yang telah di olah oleh bagian produksi siaran berdasarkan program yang telah disusun oleh staf khusus. Sampainya sebuah acara kepada para pendengar adalah hasil kerja sama penyiar, operator siaran, dan petugas pemancar.

Sasaran komuniksi seorang penyiar berjumlah jutaan orang, tetapi jumlah yang demikian banyak itu terdiri dari unit-unit kecil, seseorang atau sebuah keluarga. Seorang yang berkomunikasi dengan pendengarnya adalah bagaikan sedang bertamu kepada sebuah rumah. Baginya penghuni rumah tersebut anonim. Ia tidak kenal kepadanya, sebagai seorang tamu yang berkunjung kepada orang yang tidak dikenalnya, jelas ia harus ramah. Karena orang-orang yang didatangi itu heterogen, baik pekerjaan, usia, jenis kelamin, maka informasi yang


(55)

disampaikan kepada tuan rumah harus dapat diterima, dimengerti dan menarik perhatian, dan selanjutnya semuanya berminat untuk melakukan apa yang diserukan penyiar.

Faktor lain yang perlu dicantumkan ialah bahwa pendengar itu aktif. Ia tidak pasif. Ia tidak begitu saja menerima isi pesan yang diutarakan oleh seorang penyiar. Ia mungkin menerima tetapi mungkin juga menolak. Ia bisa jadi memberikan reaksi yang lain daripada yang diharapkan penyiar. Hal ini telah dibenarkan oleh Wilbur Schramm.

Ditinjau dari segi seni bicara (speech), pekerjaan penyiar merupakan suatu pekerjaan yang benar-benar khas (highly specialized). Pekerjaan tersebut memang dapat dipelajari seperti pekerjaan lainnya, tetapi untuk menjadi penyiar seorang harus memiliki kualifikasi yang tepat dan keinginan untuk memahirkan dirinya dalam lapangan penyiaran radio.

Sehubungan dengan itu, Ben G. Henneke telah menghimpun beberapa hal penting dalam announcing, lalu merumuskannya menjadi apa yang ia sebut “announcer’s skill” meliputi hal-hal sebagai berikut:

1. Komunikasi gagasan (communications of ideas)

2. Komunikasi kepribadian (communication of personality)

3. Proyeksi kepribadian (projection of personality) yang mencakup: a. Keaslian (naturalness)

b. Kelincahan (vitality)

c. Keramah-tamahan (friendliness)

d. Kesanggupan menyesuaikan diri (adaptability) 4. Pengucapan (pronounciation)


(56)

5. Kontrol suara (voice controle) yang mencakup: a. Pola titi-nada (pitch)

b. Kerasnya suara (loudness) c. Tempo (time)

d. Kadar suara (quality) (Effendy, 1990: 129)

Yang juga kiranya patut diketengahkan dalam soal penyiaran ini, ialah apa yang disyaratkan oleh Columbia Broadcasting System (CBS), sebuah badan radio siaran terkenal di AS, bagi seorang penyiar.

Dua hal yang disyaratkan oleh CBS:

1. Gaya bicara yang baik dan pengucapan yang cermat, tidak mengandung logat daerah (excellent diction and accurate pronounciation not identifiablewith any particular section).

2. Kepribadian suara yang mengutarakan yang khas tanpa dibuat-buat (voice and air personality which is distinguished without affectation)

(Effendy, 1990:130)

II.4 Opini Publik

II.4.1 Pengertian Opini

Menurut William Albig (Sunarjo, 1984: 31), opini adalah suatu pernyataan mengenai sesuatu yang sifatnya bertentangan atau "an opinion is some expression on controversial point". Selanjutnya Albig mengemukakan bahwa

pendapat atau opini itu dinyatakan kepada sesuatu hal yang kontroversial atau sedikit-dikitnya terdapat pandangan yang berlainan mengenai masalah tersebut.


(57)

Suatu hal atau sesuatu masalah yang nyata dan jelas tidak dapat menjadi subjek opini publik. Subjek opini publik biasanya adalah mengenai masalah-masalah yang baru. Opini berupa reaksi pertama di mana orang mempunyai rasa ragu-ragu terhadap suatu masalah yang lain dari kebiasaan, ketidakcocokan dan adanya perubahan penilaian, sehingga unsur-unsur tersebut mendorong untuk saling mempertentangkannya. Dengan demikian, pengertian opini mempunyai dua unsur, yaitu:

1. Pernyataan;

2. Mengenai masalah yang bertentangan

Pendapat atau opini itu tidak akan timbul bila tidak ada pertentangan dan pertentangan itu harus dinyatakan. Adapun pendapat-pendapat itu dapat dinyatakan dengan kata-kata atau ditunjukan dengan tingkah laku atau dengan suatu bentuk tingkah laku yang lain.

Sunarjo (1984: 24) menjelaskan opini (pendapat) mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a. Selalu diketahui dari pernyataan-pernyataan;

b. Merupakan sintesa atau kesatuan dari banyak pendapat; c. Mempunyai pendukung dalam jumlah yang besar.

II.4.2 Pengertian Publik

Menurut Mayor Polak (Sunarjo, 1984: 19), publik atau khalayak ramai adalah sejumlah orang yang mempunyai minat sama terhadap suatu persoalan tertentu. Mempunyai minat yang sama tidak berarti mempunyai pendapat yang sama. Dengan demikian, publik adalah sejumlah orang yang berminat dan merasa


(58)

tertarik terhadap suatu masalah dan berhasrat mencari suatu jalan keluar dengan mewujudkan tindakan yang konkret.

Sedangkan pengertian publik menurut Soekamto adalah kelompok yang tidak merupakan kesatuan. Interaksi terjadi secara tidak langsung melalui media komunikasi baik media komunikasi secara umum misalnya pembicaraan secara pribadi, desas-desus, melalui media komunikasi massa misalnya surat kabar, radio, televisi, dan sebagainya.

Bogadus mengatakan bahwa publik itu adalah sejumlah besar orang antara yang satu dengan yang lain tidak saling mengenal, akan tetapi semuanya mempunyai perhatian dan minat yang sama terhadap suatu masalah (Sumarno, 1990: 24).

Herbert Blumer (Sastropoetro, 1990: 108) mengemukakan ciri-ciri publik sebagai berikut:

1. Dikonfrontasikan atau dihadapkan pada suatu isu; 2. Terlibat dalam diskusi mengenai isu tersebut;

3. Memiliki perbedaan pendapat tentang cara mengatur isu.

II.4.3 Pengertian Opini Publik

Opini publik adalah unsur-unsur dari pandangan, perspektif dan tanggapan masyarakat mengenai suatu kejadian, keadaan, dan desa-desus tentang peristiwa-peristiwa tertentu.

Para ilmuwan mengungkapkan berbagai rumusan yang satu sama lain berbeda akan batasan opini publik. Cutlip dan Center (Sastropoetro, 1990: 70) menyatakan bahwa opini publik adalah sejumlah akumulasi pendapat individual


(59)

tentang suatu isu dalam pembicaraan secara terbuka dan berpengaruh terhadap sekelompok orang. Dengan demikian, opini publik terbentuk melalui suatu kegiatan berupa debat pembicaraan, atau pertukaran informasi antara individi-individu yang berada dalam suatu kelompok.

Sedangkan menurut Clyde, opini publik adalah penilaian sosial mengenai suatu masalah yang penting dan berarti, berdasarkan proses pertukaran-pertukaran yang sadar dan rasional oleh khalayaknya (Sumarno, 1990: 19).

Irish dan Protho (Susanto, 1985: 91) menyatakan bahwa suatu pendapat harus dinyatakan terlebih dahulu agar dapat dinilai sebagai opini publik. Hal ini disebabkan karena sesuatu yang belum dinyatakan belum bisa disebut opini karena belum mengalami proses komunikasi. Suatu pendapat akan menjadi isu apabila mengandung unsur kemungkinan pro dan kontra suatu pendapat (tentang suatu kejadian) yang telah dinyatakan. Dengan demikian, ia akan menimbulkan adanya pendapat baru yang menyenangkan atau tidak baginya.

Selanjutnya Irish dan Protho (Susanto, 1985: 92) menambahkan bahwa suatu isu akan menjadi isu sosial apabila ia menyebabkan orang lain akan membentuk pendapatnya (dan menyatakannya) atau memberikan tanggapannya atas persoalan yang dibahas oleh pendapat semula. Dengan demikian, opini publik merupakan opini yang mengandung unsur-unsur berikut:

1. Adanya masalah atau situasi yang bersifat kontroversial;

2. Adanya publik yang secara spontan terpikat kepada masalah tersebut, melibatkan diri ke dalamnya dan berusaha memberikan pendapatnya;

3. Adanya kesempatan bertukar pikiran atau berdebat mengenai masalah yang kontroversial tersebut.


(1)

PEDOMAN WAWANCARA

Nama :

Fakultas/Jurusan :

Umur : ... Tahun Jenis Kelamin :

1) Pria 2) Wanita Asal Daerah :

Suku :

I. Siaran Radio USUKOM 107,7 FM Sebagai Radio Berbasis Kampus 1. Menurut kamu, bagaimanakah program siaran Radio USUKOM FM?

1) Menarik

2) Tidak menarik

2. Bagaimanakah menurut kamu susunan jadwal acara Radio USUKOM FM? 1) Sesuai

2) Tidak sesuai

3. Bagaimanakah pendapat kamu mengenai strategi siaran Radio USUKOM FM?

1) Sesuai

2) Tidak Sesuai

4. Apakah Radio USUKOM FM memiliki kekuatan siaran?

No Kekuatan Kekuatan Siaran

Baik Tidak Baik

1 Materi

2 Program Siaran 3 Penyiar

4 Waktu Siaran

5. Menurut kamu, apa kelemahan Radio USUKOM FM?

No Kekuatan Kelemahan Radio USUKOM FM

1 Penyiar 2 Materi


(2)

II. Opini Mahasiswa FISIP USU

6. Apakah motivasi kamu mendengar siaran Radio USUKOM FM? 1) Mendengarkan musik

2) Mencari informasi

3) Mengisi waktu kosong

4) Mengikuti perkembangan lagu atau band terbaru

7. Apakah Siaran Radio USUKOM FM memberi manfaat bagi pendengar?

1) Bermanfaat

2) Tidak bermanfaat

8. Menurut pendapat kamu, apakah siaran Radio USUKOM FM memberi kepuasan bagi pendengar?

1) puas

2) Tidak puas

9. Bagaimanakah frekwensi kamu mendengarkan siaran Radio USUKOM FM? 1) Sering (4-5 kali dalam seminggu)

2) Jarang (2-3 kali dalam seminggu)

10. Kapankah waktu kamu mendengarkan siaran Radio USUKOM FM? 1) Pagi (08.00-10.00 WIB)

2) Siang (11.00-13.00 WIB)

3) Sore (14.00-15.00 WIB)

11. Berapa lamakah kamu mendengarkan siaran Radio USUKOM FM dalam sehari?

1) Lebih dari 3 jam

2) 2-3 jam

3) Kurang dari 2 jam

12. Program acara Radio USUKOM FM manakah yang kamu dengarkan? No. Program Acara

Radio USUKOM FM Sering Jarang

Tidak Pernah 1 Musik

2 Informasi/Tips/Berita 3 Titip Salam


(3)

13. Apakah acara Favorit kamu di Radio USUKOM FM? Program Acara Radio USUKOM

FM

Acara Favorit Coffee Morning

Request Time Lunch Break Indoholic Movie Time Men’s Corner

Sobat Kampus On The Air Ladies Vaganza

14. Siapa Penyiar di Radio USUKOM FM yang menjadi favorit kamu? 1) Ezzy

2) Rizqin

3) Nenda

4) Ande 5) Yudhi 6) Tri 7) Harry

15. Apakah materi siaran Radio USUKOM FM yang kamu sukai? 1) Musik

2) Bahas topik (info dan tips)

3) Titip salam

4) Bahas penyanyi/band terbaru.

16. Menurut pendapat kamu bagaimana cara penyiar Radio USUKOM FM dalam menyampaikan materi siaran/acaranya?

1) Menarik

2) Tidak Menarik

17. Apakah saran kamu untuk acara atau program siaran baru Radio USUKOM FM yang perlu untuk dibuat?

... ...


(4)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman

Gambar 1 : Model Teoritis ... 22

Gambar 2 : Proses Beroperasinya Teori Uses and Gratifications ... 55

Gambar 3 : Struktur Organisasi Universitas Sumatera Utara ... 60

Gambar 4 : Logo Radio USUKOM 107,7 FM ... 62

Gambar 5 : Struktur Dewan Penyiaran Komunitas ... 67

Gambar 6 : Badan Pelaksana Penyiaran Komunitas ... 68


(5)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

Tabel 1 : Konsep Operasional ... 22

Tabel 2 : Program Acara Radio USUKOM 107,7 FM ... 65

Tabel 3 : Asal Fakultas Responden ... 79

Tabel 4 : Umur Responden ... 80

Tabel 5 : Jenis Kelamin Responden ... 81

Tabel 6 : Asal Daerah Responden ... 82

Tabel 7 : Suku Responden ... 83

Tabel 8 : Program Siaran Radio USUKOM FM ... 84

Tabel 9 : Susunan Jadwal Acara Radio USUKOM FM ... 85

Tabel 10 : Strategi Siaran Radio USUKOM FM ... 86

Tabel 11 : Kekuatan Siaran Radio USUKOM FM ... 87

Tabel 12 : Kelemahan Siaran Radio USUKOM FM ... 88

Tabel 13 : Motivasi Mendengarkan Siaran Radio USUKOM FM ... 89

Tabel 14 : Nilai Manfaat Siaran Radio USUKOM FM ... 90

Tabel 15 : Nilai Kepuasan Siaran Radio USUKOM FM ... 91

Tabel 16 : Frekwensi Mendengarkan Siaran Radio USUKOM FM ... 92

Tabel 17 : Waktu Mendengarkan Siaran Radio USUKOM FM ... 93

Tabel 18 : Lama Mendengarkan Siaran Radio USUKOM FM dalam Sehari ... 94

Tabel 19 : Program acara Radio USUKOM FM yang Didengarkan ... 95

Tabel 20 : Acara Favorit Di Radio USUKOM FM ... 96

Tabel 21 : Penyiar Favorit Di Radio USUKOM FM ... 97

Tabel 22 : Materi Siaran Radio USUKOM FM Yang Disukai ... 98

Tabel 23 : Cara Penyiar Radio USUKOM FM Dalam Menyampaikan Materi Siaran ... 99

Tabel 24 : Saran Untuk Acara Atau Program Siaran Baru Radio USUKOM FM Yang Perlu Dibuat ... 100


(6)

B I O D A T A

Nama : FAKHRIZA

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat/Tanggal lahir : Lhoksukon/01 Maret 1986

Gol. Darah : B

Agama : Islam

Alamat : Jln. Safiatuddin No.53 Blang Seunibong-Langsa

Pendidikan :

- TK Bhayangkari Langsa 1991-1992 - SD Negeri 6 Langsa 1992-1999 - SLTP Negeri 1 Langsa 1999-2002 - SMU Negeri 1 Langsa 2002-2005

- DIII Bahasa Inggris, Fakultas Sastra USU-Medan (sekarang bernama Fakultas Ilmu Budaya) 2006-2009

Orangtua

- Ayah : Hasbi Harun

- Ibu : Mayta

Saudara

- Kakak : Fidia

- Abang : Faisal


Dokumen yang terkait

Pola Penyiaran Radio Bahana Kusuma FM (99,5 MHz) Dan Minat Dengar (Studi Deskriptif Tentang Pola Penyiaran Radio Bahana Kusuma FM Dalam Menarik Minat Dengar Anak Muda Kota Kabanjahe)

4 88 132

Radio Er-Dammah 107,7 FM sebagai media dakwah Islam

0 14 62

PROFESIONALISME PENYIAR PADA RADIO JARINGAN SWASTA(Studi Deskriptif Kualitatif tentang Profesionalisme Penyiar di Trijaya FM PROFESIONALISME PENYIAR PADA RADIO JARINGAN SWASTA (STUDI DESKRIPTIF KUALITATIF TENTANG PROFESIONALISME PENYIAR DI TRIJAYA FM YOGY

0 3 12

Peran Rapma FM sebagai Radio Komunitas Kampus Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 10 20

MOTIF DAN KEPUASAN PENDENGAR RADIO GAPURA KLEWER 107,7 FM Motif Dan Kepuasan Pendengar Radio Gapura Klewer 107,7 FM (Studi Komparatif Kesenjangan antara Motif dan Kepuasan Pendengar Radio Gapura Klewer 107,7 FM Surakarta).

0 2 14

MOTIF DAN KEPUASAN PENDENGAR RADIO GAPURA KLEWER 107,7 FM Motif Dan Kepuasan Pendengar Radio Gapura Klewer 107,7 FM (Studi Komparatif Kesenjangan antara Motif dan Kepuasan Pendengar Radio Gapura Klewer 107,7 FM Surakarta).

0 1 14

PENDAHULUAN Motif Dan Kepuasan Pendengar Radio Gapura Klewer 107,7 FM (Studi Komparatif Kesenjangan antara Motif dan Kepuasan Pendengar Radio Gapura Klewer 107,7 FM Surakarta).

1 9 46

RADIO KOMUNITAS SEBAGAI RADIO DAKWAH Radio Komunitas Sebagai Radio Dakwah (Analisis Deskriptif Kualitatif Radio Bani Adam FM sebagai Radio Komunitas Dakwah di Boyolali).

0 1 14

PENDAHULUAN Radio Komunitas Sebagai Radio Dakwah (Analisis Deskriptif Kualitatif Radio Bani Adam FM sebagai Radio Komunitas Dakwah di Boyolali).

0 2 25

STRATEGI KOMUNIKASI RADIO KOMUNITAS USUKOM FM DALAM MEMPERTAHANKAN EKSISTENSINYA

0 0 16