Pembelajaran Geografi Hidrosfer LANDASAN TEORI

bagi kelangsungan hidup manusia serta untuk kemungkinan kehidupan lebih baik. Seperti halnya ilmu-ilmu, objek studi Geografi dibedakan atas objek material dan objek formal. Objek material Geografi adalah geosfera, yang di dalamnya terdiri atas litosfera, atmosfera, hidrosfer, biosfer, dan antroposfer. Objek formal Geografi adalah keruangan, kelingkungan, dan kewilayahan. Objek formal diartikan sebagai cara pandang atau telaah terhadap fenomena permukaan bumi, baik fenomena fisik maupun nonfisik Suharyono, 2006:6 Pada penelitian ini, hakekat geografi sebagai ekologi manusia yang mana disini ditelaah adaptasi manusia terhadap manusia dan habitatnya dan biomenya. Pendekatan geografi yang digunakan adalah pendekatan lingkungan, yaitu pemanfaatan Waduk Mrica sebagai sumber belajar siswa kelas X SMA Negeri 1 Wanadadi.

B. Pembelajaran Geografi

Ilmu sosial adalah suatu bidang studi yang mempelajari manusia dengan usahanya untuk hidup baik di lingkungan sosial maupun lingkungan fisik. Masing-masing pelajaran akan membentuk pribadi siswa dan dapat membentuk landasan yang berarti untuk siswa selanjutnya. Geografi merupakan salah satu pelajaran yang wajib diterapkan di SMAMA. Geografi mengkaji tentang fenomena-fenomena geosfer yang terjadi di bumi dalam kaitannya dengan hubungan atau susunan keruangan dan kewilayahan. Sumber pembelajaran menurut Miarso dalam Warsita 2008:207 sumber belajar merupakan komponen sistem pembelajaran yang merupakan sumber-sumber belajar yang dirancang terlebih dahulu dalam desain atau pembelajaran yang lengkap untuk mewujudkan terlaksananya proses belajar yang bertujuan dan terkontrol.

C. Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan Hamalik, 2001 : 27-28. Secara umum dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungan. Perilaku itu mengandung pengertian yang luas. Hal ini mencakup pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap dan sebagainya Ali, 2007: 14. Belajar adalah suatu proses usaha yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengamatan sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Dengan belajar manusia dapat mengembangkan potensi-potensi yang dibawanya sejak lahir. Kegiatan belajar dapat berlangsung di mana- mana, Misalnya di lingkungan keluarga, di sekolah, dan di masyarakat. Belajar di sekolah sifatnya formal. Semua komponen dalam proses belajar direncanakan secara sistematis. Komponen guru sangat berperan dalam membantu siswa untuk mencapai hasil belajar yang optimal.

2. Teori-Teori Belajar

a. Belajar menurut pandangan Teori Behavioristik

Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan tingkah lakunya. Sebagai contoh, anak belum berhitung perkalian. Walaupun ia sudah berusaha giat. Dan gurunya pun sudah mengajarkannya dengan tekun, namun jika anak tersebut belum dapat mempraktekkan perhitungan perkalian, maka ia belum dianggap belajar. Karena ia belum menunjukkan perubahan perilaku sebagai hasil belajar. Menurut teori ini yang terpenting adalah masukan atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respons. Dalam contoh di atas, stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa misalnya daftar perkalian, alat peraga, pedoman kerja, atau cara-cara tertentu, untuk membantu belajar siswa, sedangkan respon adalah reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Menurut teori behavioristik, apa yang terjadi di antara stimulus dan respons di antara stimulus dan respon dianggap tidak penting diperlihatkan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. b. Teori belajar menurut Thorndike Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon yaitu reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon yaitu reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran, perasaan, atau gerakantindakan. Dari definisi belajar tersebut maka menurut Thorndike perubahan tingkah laku akibat dari kegiatan belajar itu dapat berwujud kongkrit yaitu dapat diamati, atau tidak kongkrit yaitu yang tidak dapat diamati. Meskipun aliran behavioristik sangat mengutamakan pengukuran, namun ia tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku-tingkah laku yang tidak dapat diamati. c. Teori Belajar Waston Watson adalah seorang tokoh aliran behavioristik yang datang sesudah Thorndike. Menurutnya, belajar adalah proses interaksi adalah proses interaksi antara stimulus dan respon, namaun stimulus dan respon yang dimaksud harus berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan dapat diukur. Dengan kata lain, walaupun ia mengakui adanya perubahan-perubahan mental dari diri seseorang selama proses belajar, namun ia menganggap hal-hal tersebut sebagai faktor-faktor yang tak perlu diperhitungkan. Ia tetap mengkui bahwa perubahan- perubahan mental dalam benak siswa itu penting, namun selama itu tidak dapat menjelaskan apakah seseorang telah belajar atau belum karena tidak dapat diamati. d. Teori Belajar menurut Edwin Guthrie Demikian juga menurut dengan Edwin Guthrie, ia juga menggunakan variabel hubungan stimulus dan respon untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Namun ia mengemukakan bahwa stimulus tidak harus berhubungan dengan kebutuhan atau pemuasan biologis. Dijelaskan bahwa hubungan antara stimulus dan respon cenderung hanya bersifat sementara, oleh sebab itu dalam kegiatan belajar peserta didik perlu sesering mungkin diberikan stimulus agar hubungan antara stimulus dan respon bersifat lebih tetap. Ia juga mengemukakan, agar respon yang muncul sifatnya lebih kuat dan bahkan menetap, maka diperlukan berbagai macam stimulus yang berhubungan dengan respon tersebut. Guthrie juga percaya bahwa hukuman Punishment memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan ampu merubah kebiasaan dan perilaku seseorang.

3. Ciri-Ciri Belajar

William Burton Hamalik, 2001: 31 menyimpulkan uraiannya yang cukup panjang tentang prinsip-prinsip belajar : a. Proses belajar ialah pengalaman, perbuatan, mereaksi, dan melampaui under going. b. Proses melalui bermacam-macam ragam pengalaman dan mata pelajaran yang terpusat pada suatu tujuan tertentu. c. Pengalaman belajar secara maksimum bermakna bagi kehidupan murid. d. Pengalaman belajar bersumber dari kebutuhan dan tujuan murid sendiri yang mendorong motivasi kontinu. e. Proses belajar dan hasil belajar disyarati oleh hereditas dan lingkungan. f. Proses belajar dan hasil usaha belajar secara materiil dipengaruhi oleh perbedaan-perbedaan individual di kalangan murid-murid. g. Proses belajar berlangsung secara efektif apabila pengalaman- pengalaman dan hasil-hasil yang diinginkan disesuaikan dengan kematangan murid h. Proses belajar yang terbaik apabila murid mengetahui status dan kemajuan. i. Proses belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai prosedur. j. Hasil-hasil belajar secara fungsional bertalian satu sama lain, tetapi dapat didiskusikan secara terpisah.

4. Faktor-Faktor Belajar

Menurut Oemar Hamalik 2001:32-33 bahwa prinsip-prinsip belajar hanya memberikan petunjuk umum tentang belajar. Tetapi prinsip- prinsip itu dapat dijadikan hukum belajar yang bersifat mutlak, kalau tujuan berbeda maka dengan sendirinya cara belajar juga berbeda dengan belajar untuk mengembangkan kebiasaan dan sebagainya. Karena itu, belajar yang efektif sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor kondisi yang ada. Faktor-faktor itu adalah sebagai berikut: a. Faktor kegiatan, penggunaan dan ulangan siswa yang belajar melakukan banyak kegiatan baik kegiatan neural system, seperti melihat, mendengarkan, merasakn, berfikir, kegiatan motorik, dan sebagainya maupun kegiatan-kegiatan lainnya yang diperlukan untuk memperoleh pengetahuan, sikap, kebiasaan, dan minat. b. Belajar memerlukan latihan, dengan jalan: relearning, frecalling, dan reviewing agar pelajaran yang belum dikuasai kembali dan pelajaran yang belum dikuasai akan lebih mudah dipahami c. Belajar siswa lebih berhasil. Belajar siswa akan lebih berhasil jika siswa merasa berhasil dan mendapatkan kepuasannya. Belajar hendaknya dilakukan dalm suasana yang menyenangkan. d. Siswa yang belajar perlu mengetahui apakah ia berhasil atau gagal dalam belajarnya. Keberhasilan akan menimbulkan kepuasan dan mendorong belajar lebih baik, sedangkan kegagalan akan menimbulkan frustasi. e. Faktor asosiasi besar manfaatnya dalam belajar, karena semua pengalaman belajar antara yang lama dengan ynag baru, secara berurutan diasosiasikan sehingga menjadi satu kesatuan pengalaman. f. Faktor kesiapan belajar. Murid yang telah siap belajar akan dapat melakukan kegiatan belajar lebih mudah dna lebih berhasil. g. Pengalaman masa lampau bahan appersepsi dan pengertian- pengertian yang telah dimiliki siswa. h. Faktor minat dan usaha, belajar dengan minat mendorong siswa lebih baik daripada belajar tanpa minat. i. Faktor-faktor fisiologis, kondisi badan siswa yang belajar sangat berpengaruh dalam proses belajar. Badan yang lemah, lelah akan menyebabkan perhatian tak mungkin akan melakukan kegiatan belajar yang sempurna. j. Faktor intelegensi, murid yang cerdas akan lebih berhasil dalam kegiatan belajar, karena ia lebih mudah menangkap dan memahami pelajaran dan lebih muda mengingat-ingatnya.

5. Sumber Belajar

a. Pengertian Sumber Belajar

Menurut Association Edutional Comnication and Tehnology AECT sumber belajar yaitu bebagai atau semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan siswa dalam belajar, baik secara terpisah maupun terkombinasi sehingga mempermudah siswa dalam mencapai tujuan belajarnya Daryanto, 2010:64. Sebagaimana telah diuraikan, sumber belajar adalah segala daya yang dapat dimanfaatkan guna member kemudahan kepada seseorang dalam belajarnya. Dalam pengembangan sumber belajar menurut Sudjana dan Rivai 2007:76 itu terdiri atas dua macam, antara lain: 1 Sumber belajar yang dirancang atau secara sengaja dibuat atau dipergunakan untuk membantu belajar-mengajar, bisa disebut learning resources by design sumber belajar yang dirancang. Misalnya buku, brosur, ensiklopedi, film, video, slide, OHP. Semua perangkat keras ini memang secara sengaja dirancang guna kepentingan pengajaran. 2 Sumber belajar dimanfaatkan learning resources by ultization yaitu sumber belajar yang digunakan untuk memberi kemudahan kepada seseorang dalam belajar berupa segala macam sumber belajar yang ada di sekeliling kita.

6. Jenis Sumber Belajar

Sumber belajar juga dapat dibagi menurut jenisnya. Berikut jenis sumber beajar antara lain: a. Pesan message yaitu informasi yang harus disalurkan oleh komponen lain berbentuk ide, fakta, pengertian, dan data. Contoh: bahan-bahan pelajaran. b. Manusia people yaitu orang yang menyimpan informasi atau menyalurkan informasi. Contoh: guru, siswa, pembicara, pemain. c. Bahan materials yaitu sesuatu yang disebut software yang mengandung pesan untuk disajikan melalui pemakaian alat. Contoh: transparansi, internet, film, sildes, tape, buku, gambar, dan sebagainya. d. Peralatan device yaitu sesuatu yang disebut hardware yang menyalurkan pesan untuk disajikan yang ada di dalam software. Contoh: proyektor, komputer, TV, kamera, papan tulis dan sebagainya. e. Teknikmetode technique yaitu prosedur yang disiapkan dalam mempergunakan bahan pelajaran, peralatan, situasi, dan orang untuk menyampaikan pesan. Contoh: ceramah, diskusi, simulasi, kuliah, belajar mandiri. f. Lingkungan setting yaitu situasi sekitar dimana pesan disalurkan atau ditransmisikan. Contoh: ruang kelas, studio, perpustakaan, auditorium Sudjana dan Rivai, 2007:79.

7. Fungsi Sumber Belajar

Menurut Sudrajat 2008 sumber belajar memiliki fungsi. Fungsi sumber belajar antara lain: a. Memungkinkan belajar secara seketika, yaitu mengurangi kesenjangan antara pembelajaran yang bersifat verbal dan abstrak dengan realitas yang sifatnya kongkrit dan memberikan pengetahuan yang sifatnya langsung. b. Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual, yaitu dengan mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional dan memberikan kesempatan bagi siswa untuk berkembang sesuai dengan kemampuannya. c. Meningkatkan produktivitas pembelajaran yaitu membantu guru untuk menggunakan waktu secara lebih baik dan mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga dapat lebih banyak membina dan mengembangkan gairah. d. Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran dengan cara perancangan program pembelajaran yang lebih sistematis; dan pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi oleh penelitian. e. Lebih memantapkan pembelajaran, dengan jalan meningkatkan penyajian informasi dan bahan secara lebih kongkrit. f. Memungkinkan penyajian pembelajaran yang lebih luas, dengan menyajikan informasi yang mampu menembus batas Geografis.

D. Waduk Mrica

1. Definisi Waduk Mrica

Waduk Mrica atau dikenal juga sebagai Bendungan Panglima Besar Jendral Scoedirman, terletak sekitar 9 km barat kota Banjarnegara, Jawa Tengah. Waduk Mrica terletak diantara Kecamatan Wanadadi dan Kecamatan Bawang. Lokasi Waduk Mrica sangat terjangkau, akses jalan kesana sangat mudah, dengan mengendari kendraan umum atau kendaraan pribadi sudah bisa sampai ke Waduk Mrica.

2. Kapasitas

Waduk Mrica merupakan waduk buatan dengan membendung sungai Serayu yang melintasi wilayah Banjarnegara. Bendungan Waduk Mrica mempunyai panjang 6,5 km dan luas 1.250 Ha. Bendungan sebesar ini dihasilkan dengan menenggelamkan 32 desa di 7 kecamatan yang ada disekitar aliran sungai Serayu Banjarnegara.

3. Daya Tarik

Waduk Mrica yang penggunaannya diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tahun 1989 ini, tidak hanya berfungsi sebagai PLTA, tetapi lebih luas lagi untuk kemanfaatan para petani sebagai sarana menstabilkan aliran air irigasi menuju sawah-sawah yang terbentang di wilayah Banjarnegara. Di Area Waduk Mrica juga dikembangkan sebagai lahan rekreasi yang dikemas dengan beragam fasilitas, mulai dari wisata air dayung dan memancing, arena bermainan anak, panggung pertunjukkan terbuka, juga terdapat Padang Golf. Bahkan di aliran sungai bagian hulu terdapat wisata yang bisa memacu adrenalin yaitu Arung Jeram. Lintasan arung Jeram diawali dari Desa Tunggoro menuju Desa Singomerto, Kecamatan Sigaluh dengan panjang rute sekitar 12 km. Suasana di lokasi wisata Waduk Mrica cukup sejuk, karena banyak ditumbuhi pohon-pohon yang rindang E. Outdoor Study 1. Pengertian Outdoor Study Outdoor study dimana lingkungan sebagai sumber belajar merupakan interaksi lingkungan kehidupan dengan siswa. Outdoor study adalah perjalanan yang dilakukan oleh sekolah untuk tujuan pengajaran. Tujuan outdoor study dalam pengajaran Geografi adalah mengembangkan kesadaran akan pola hubungan areal dari lingkungan fisis dan membentuk ketrampilan observasi, meneliti, dan berkomunikasi serta mencatat informasi dan berhubungan dengan apa yang harus dicari Kartawidjaja, 1988: 43-44 Menurut Sudjana dan Rivai 2002:212-214 lingkungan sebagai sumber belajar yang dimaksud yaitu pertama, lingkungan sosial, lingkungan sosial sebagai sumber belajar berkenaan dengan interaksi manusia dengan kehidupan bermasyarakat, seperti organisasi sosial, adat, dan kebiasaan, mata pencaharian, kebudayaan, pendidikan, kependudukan, struktur pemerintah, agama, dan system nilai. Lingkungan sosial tepat digunakan untuk mempelajari ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan. Kedua, lingkungan alam, lingkungan alam berkenaan dengan sesuatu yang sifatnya alamiah, seperti keadaan geografis, iklim, suhu udara, iklim, musim, curah hujan, flora, fauna, sumber daya alam, dan lain sebagainya. Lingkungan alam tepat digunakan untuk bidang studi ilmu pengetahuan alam. Ketiga lingkungan buatan, disamping lingkungan sosial dan alam yang sifatnya alami, ada juga yang disebut lingkungan buatan yakni lingkungan yang disengaja diciptakan atau dibangun manusia untuk tujuan-tujuan tertentu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.lingkungan buatan antara lain irigasibendungan, museum, bendungan, kebun binatang, perkebunan, dan lain sebagainya. Mata pelajaran Geografi merupakan ilmu yang sangat erat hubungannya dengan lingkungan sekitar. Salah satu usaha yang menunjang tercapainya tujuan pembelajaran Geografi adalah dengan metode outdoor study dengan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar. Dalam pembelajaran Geografi guru dituntut untuk mengajak siswa agar dapat memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar yang nyata dan tidak pernah habis. Belajar dengan metode outdoor study dimana lingkungan sebagai sumber belajar berarti menggunakan pendekatan lingkungan. Pendekatan lingkungan adalah suatu strategi pembelajaran yang dilakukan dengan cara memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar dan bahan pelajaran Rustaman, dalam Supriyono, 1997: 53. Pembelajaran outdoor study sangat efektif untuk meningkatkan pemahaman murid mengenai materi yang telah diajarkan di kelas. Murid di ajak ke sebuah tempat yang mampu mewakili materi yang sedang diajarkan. Misalnya ke sebuah museum, kebun, sawah, pasar, toserba, taman reptil, dan masih banyak lagi. Di tempat tersebut, murid dapat melihat dan menemukan hal-hal baru. Guru sebagai fasilitator dapat memberikan workshet kepada murid untuk melatih tanggung jawabnya. Guru hendaknya membuat agenda untuk kegiatan di sana. Sehingga murid terarah dan mudah untuk dikondisikan. Murid diusahakan terjun langsung berhubungan dengan objek outdoor study, hal ini akan semakin mempermudah murid dalam belajar. Namun ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum melaksanakan kegiatan outdoor study. Antara lain; a. Keamanan murid, keamanan menjadi salah satu faktor yang sangat penting sebelum melakukan kegiatan outdoor study. Guru sebaiknya melakukan survey terlebih ke objek outdoor study. Objek outdoor study harus disesuaikan dengan tingkatan murid. b. Waktu, penggunaan waktu perlu diperhatikan. Guru hendaknya membuat agenda apa saja yang akan dilaksanakan di objek outdoor study tersebut. c. Objek, hal ini harus disesuaikan dengan materi yang sedang diajarkan ke siswa. Jangan sampai objeknya bertentangan atau tidak sesuai dengan meteri yang ada. d. Penugasan, diperbanyak dalam aspek praktek langsung di lapangan, sehingga siswa akan semakin senang dalam kegiatan outdoor study. Outdoor study ini selain memprioritaskan pada pengamatan dalam pembelajaran tersebut juga melatih kerjasama dalam kelompok, sehingga dapat mencegah timbulnya agresivitas dalam sistem kompetensi dan keterasingan dalam individu tanpa mengorbankan aspek kognitif. Dengan adanya, bagi siswa yang merasa mampu akan memberikan masukan yang berarti bagi teman kelompoknya pada saat melakukan diskusi maupun mengemukakan pendapat. Keberhasilan yang tercapai karena hubungan antar personil yang saling mendukung, saling mambantu dan peduli di samping itu siswa mempunyai ketrampilan berfikir kritis dan kerjasama, hubungan antar pribadi yang positif dari latar belakang yang berbeda, merupakan bimbingan antar teman, dan tercipta lingkungan orang menghargai nilai- nilai ilmiah yang dapat membangun motivasi belajar pada siswa. Menurut Dale dalam Wina Sanjaya 2006 bahwa pengalaman belajar yang diperoleh siswa dapat melalui proses perbuatan atau mengalami sendiri apa yang dipelajari. Semakin konkret siswa mempelajari bahan pengajaran contohnya pengalaman langsung, maka semakin banyaklah pengalaman yang diperoleh siswa. Melalui outdoor study siswa lebih mendapatkan pengalaman langsung daripada pembelajaran di dalam kelas. Dalam pembelajaran ini siswa didorong untuk belajar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep- konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan pengamatan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri. Metode outdoor study akan mendorong terjadinya proses belajar, saling membelajar kan dan “sharing” pengalaman. Dalam kelompok belajar, siswa belajar mengungkapkan bagaimana mengkaji persoalan, menganalisis dan mencari pemecahan masalah yang dikaji. Dengan cara ini siswa akan terbantu untuk lebih kritis dan dapat melihat kekurangan, inkonsistensi pemikirannya. Dengan demikian siswa akan membantu mengembangkan dan membentuk pengetahuan secara benar. Oleh Karena itu dalam menerapkan konstruktivitas pembelajaran dalam kelompok penggunaan pengalaman untuk membentuk konsep dan kemampuan analisis sangat berperan dalam proses belajar.

2. Manfaat Outdoor Study

Menurut Sudjana dan Rivai 1989: 28 pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar mempunyai beberepa keuntungan, antara lain: a. Kegiatan belajar yang lebih menarik dan tidak membosankan siswa sehingga memotivasi siswa akan lebih baik. b. Hakekat belajar akan lebih bermakna sebab dihadapkan dengan situasi dan keadaan yang sebenarnya dan bersifat alami. c. Bahan-bahan yang dapat dipelajari lebih banyak dan lebih aktual sehingga kebenarannya akurat. d. Kegiatan belajar siswa lebih komprehensif dan lebih aktif sebab dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti mengamati, bertanya atau wawancara, membuktikan, mendokumentasikan, menguji fakta-fakta dan lain-lain. e. Sumber belajar menjadi lebih banyak, sebab lingkungan dapat dipelajari beraneka ragam seperti lingkungan alam, lingkungan buatan dan lain-lain. f. Siswa dapat memahami dan menghayati aspek-aspek kehidupan yang ada di lingkungan, sehingga dapat membentuk pribadi yang tidak asing dengan kehidupan di sekitar serta dapat memupuk cinta lingkungan. Menurut Ronald 1987: 121 lingkungan sekitar dapat digunakan sebagai fasilitas belajar. Peranan lingkungan sekitar antara lain; a. Dapat memberikan semaksimal mungkin pada diri siswa untuk melaksanakan tugas nyata. b. Dapat memperhatikan atau sebagian besar rangsangan yang relevan dalam lingkungan. c. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengalami latihan dan ketrampilan menggunakan indera. d. Mengamati kenyataaan yang beragam dari dekat dengan pengalaman baru. e. Menjawab masalah-masalah dengan melihat, mendengar, dan membuktikan secara langsung. Menurut Roestiyah 1998: 85-86 metode outdoor study digunakan karena memiliki tujuan sebagai berikut: dengan melaksanakan outdoor study diharapkan siswa memperoleh pengalaman langsung dari objek yang dilihatnya, dapat turut menghayati tugas pekerjaan milik seseorang, serta dapat bertanya jawab mungkin dengan jalan demikian mereka mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dalam pelajaran ataupun pengetahuan umum. Juga mereka bisa melihat, mendengar, meneliti dan mencoba apa yang dihadapinya agar nantinya dapat mengambil kesimpulan dan sekaligus dalam waktu yang sama ia bisa mempelajari beberapa mata pelajaran. a. Siswa berpartisipasi dalam berbagai kegiatan yang dilakukan oleh para petugas pada objek tersebut serta mengalami dan menghayati langsung apa pekerjaan mereka, hal yang tidak mungkin diperoleh di sekolah sehingga kesempatan tersebut dapat mengembangkan bakat khusus atau ketrampilan mereka b. Siswa dapat melihat berbagai kegiatan petugas secara individu maupun kelompok dan dihayati secara langsung yang akan memperdalam dan memperluas pengetahuan mereka. c. Dalam kesempatan ini siswa dapat bertanya jawab, menemukan sumber informasi yang pertama untuk memecahkan segala persoalan yang dihadapi, sehingga mungkin menemukan bukti kebenaran teorinya atau mencoba teorinya dalam praktek. d. Dengan objek yang ditinjau itu siswa dapat memperoleh macam- macam pengetahuan dan pengalaman yang terintregasi yang tidak terpisah-pisah atau terpadu. 3. Langkah-Langkah Outdoor Study Agar penggunaan outdoor study dapat berjalan dengan efektif, maka pelaksanaannya perlu memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut; a. Masa Persiapan guru perlu menetapkan 1 Perumusan tujuan instruksional yang jelas. 2 Pertimbangan pemilihan teknik itu. 3 Keperluan menghubungi pemimpin yang akan dikunjungi untuk merundingkan segala sesuatunya. 4 Penyusuanan perencanaan yang masak membagi tugas-tugas dan menyiapkan sarana. 5 Pembagian kelompok. b. Masa pelaksanaan outdoor study 1 Pempimpin rombongan mengatur segalanya dibantu petugas- petugas lain. 2 Memenuhi tata tertib yang telah ditentukan bersama. 3 Mengawasi petugas-petugas pada setiap seksi, begitu pula tugas- tugas kelompok sesuai dengan tanggung jawabnya. 4 Memberi pentunjuk bila perlu c. Masa kembali dari outdoor study 1 Mengadakan diskusi mengenai segala hal hasil dari outdoor study. 2 Menyusun laporan atau papera atau kesimpulan yang diperoleh 3 Tindak lanjut dari hasil kegiatan outdoor study seperti membuat grafi, gambar, model-model, alat-alat lain, dan sebagainya Roestiyah, 1998:86 Menurut Kartawidjaja 1988: 44 ada tiga langkah dalm menggunakan metode outdoor study, diantaranya adalah: 1 Fase perencanaan yang dilakukan murid bersama-sama dengan guru, outdoor study merupakan akibat kebutuhan, karena apa yang diberikan di dalam kelas kurang mencukupi, sehingga diperlukan observasi langsung. Tujuan definitif harus matang dibicarakan antara murid dan guru sehingga siswa bisa memilih dataj yang relevan dengan apa yang dipelajari. 2 Mengadakan latihan apa yang harus dan tidak boleh dilakukan ketika diselenggarakan outdoor study itu. 3 Penerapan apa yang sudah dipelajari dalam aktivitas selanjutnya follow-up

F. Hidrosfer

Hidrosfer adalah lapisan air yang ada di permukaan bumi. Kata hidrosfer berasal dari kata hidros yang berarti air dan sphare yang berarti lapisan. Siklus hidrogi adalah suatu proses peredaran atau daur ulang air secara yang berurutan secara terus-menerus. Pemanasan sinar matahari menjadi pengaruh pada siklus hidrologi. Air diseluruh permukaan bumi akan menguap bila terkena sinar matahari menjadi pengaruh pada siklus hidrologi. Air di seluruh permukaan bumi akan menguap bila terkena sinar matahari. Pada ketinggian tertentu ketika temperatur semakin turun uap air akan mengalami kondensasi dan berubah menjadi titik-titik air dan jatuh sebagai hujan. Hidrologi dibedakan menjadi tiga, yaitu siklus pendek, siklus sedang dan siklus panjang. 1. Siklus pendek Pada siklus pendek, air laut menguap, mengalami kondensasi menjadi awan, lalu turun sebagai hujan dilaut. 2. Siklus sedang Pada siklus sedang, uap air berasal dari lautan ditiup oleh angin menuju ke daratan. Di dalam daratan uap air membentuk awan yang akhirnya jatuh sebagai hujan di atas daratan. Air hujan tersebut akan mengalir melalui sungai-sungai, selokan, dan sebagainya hingga kembali lagi ke laut 3. Siklus panjang Pada siklus panjang, uap air yang berasal dari lautan ditiup oleh angin ke atas daratan. Adanya pendinginan yang mencapai titik beku pada ketinggian tertentu, membuat terbentuknya awan yang mengandung kristal es. Awan tersebut menurunkan hujan es atau salju di pegunungan. Di permukaan bumi es mengalir dalam bentuk gletser, masuk ke sungai dan selanjutnya kembali ke lautan. Hidrosfer di muka bumi selanjutnya akan dikelompokkan menjadi dua yaitu perairan darat dan perairan laut, awan terbentuk karena adanya penguapan a. Perairan darat dan potensinya 1 Sungai Sungai adalah air tawar yang mengalir dari sumbernya di dataran tinggi dan bermuara di laut, danau, atau sungai lain yang lebih besar. Aliran sungai merupakan aliran yang bersumber dari tiga jenis limpasan, yaitu limpasan yang berasal dari hujan, limpasan anak sungai, dan limpasan air tanah. Ada beberapa bentuk atau tipe sungai, yaitu sebagai berikut: a Sungai konsekuen Lateral : yaitu sungai yang arah alirannya menuruni lereng-lereng asli yang ada dipermukaan bumi seperti dome, block mountain, atau daratan yang baru terangkat. b Sungai konsekuen longitudinal, yaitu sungai yang alirannya sejajar dengan antiklinal bagian puncak pegunungan. c Sungai subsekuen, yaitu sungai yang terjadi jika sebuah sungai konsekuen lateral mengalami erosi mundur yang akhirnya akan sampai ke puncak lerengnya. Sungai tersebut akan melakukan erosi ke samping dan memperluas lembahnya. Akibatnya, timbul aliran baru yang mengikuti arah strike arah patahan. d Sungai superimposed, yaitu sungai yang mengalir pada lapisan sedimen datar yang menutupi lapisan batuan dibawahnya. Apabila terjadi peremajaan, sungai tersebut dapat mengikis lapisan-lapisan penutup dan memotong formasi batuan yang semula tertutup. Akibatnya, aliran sungai ini tidak sesuai struktur batuan. e Sungai anteseden, yaitu sungai yang arah alirannya tetap karena dapat mengimbangi pengangkatan yang terjadi. Sungai jenis ini hanya dapat terjadi bila pengangkatan berjalan dengan lambat. f Sungai resekuen, yaitu sungai yang mengalir menuruni dip slope kemiringan patahan dari formasi-formasi geologis disuatu daerah dan searah dengan sungai konsekuaen lateral. Sungai jenis ini terjadi lebih akhir sehingga lebih muda dan sering merupakan anak sungai subsekuen. g Sungai obsekuen, yaitu sungai yang mengalir menuruni permukaan patahan, berlawanan dengan dip dari formasi- formasi patahan. h Sungai insekuen, yaitu sungai yang terjadi tanpa ditentukan oleh sebab-sebab yang nyata. Sungai ini tidak mengalir mengikuti arah lapisan batuan atau dip.Sungai ini mengalir dengan arah tak tentu sehingga terjadi pola aliran dendritik. i Sungai reverse, yaitu sungai yang tidak dapat mempertahankan arah alirannya melawan suatu pengangkatan sehingga arah alirannya berubah untuk menyesuaikan diri. j Sungai komposit, yaitu sungai yang mengalir melewati daerah- daerah yang berlainan struktur geologinya. Kebanyakan sungai besar merupakan sungai komposit. k Sungai anaklinal, yaitu sungai yang mengalir pada permukaan, yang terangkat secara lambat dan arah pengangkatan tersebut berlawanan dengan arah arus sungai. l Sungai compuad, yaitu sungai yang mengalir dari daerah yang berlawanan struktur geomorfologinya

G. Hasil Belajar