IV.4.2. Strukturisasi sistem pengembangan - dengan I’SWOT
Elemen dan sub-elemen struktur sistem pengembangan dirumuskan melalui identifikasi faktor SWOT sehingga didapatkan enam elemen yaitu: 1 elemen
pendukung sistem pengembangan dengan 12 sub-elemen; 2 elemen penghambat sistem pengembangan dengan 12 sub-elemen; 3 elemen strategi sistem
pengembangan dengan 10 sub-elemen. Model strukturisasi sistem pengembangan diperkaya dengan kajian elemen yang juga menentukan sistem pengembangan
yaitu 4 elemen pelaku sistem pengembangan dengan 11 sub-elemen; dan 5 elemen kebutuhan sistem pengembangan dengan 10 sub-elemen. Hubungan
kontekstual sistem pengembangan diadopsi dari Machfud 2001, sebagai berikut Tabel 30:
Tabel 30 Elemen pengembangan dan hubungan kontekstualnya Nama Elemen
Hubungan Kontekstual Pendukung pengembangan
Penghambat pengembangan Strategi pengembangan
Pelaku pengembangan Kebutuhan pengembangan
Sub-elemen pendukung yang satu mempengaruhi manfaat sub-elemen pendukung yang lain
Sub-elemen penghambat yang satu menyebabkan sub-elemen penghambat yang lain
Sub-elemen strategi yang satu mempengaruhi sub-elemen strategi yang lain
Sub-elemen pelaku yang satu memberi dukungan sub-elemen pelaku yang lain
Sub-elemen kebutuhan yang satu mendukung terpenuhinya sub-elemen kebutuhan yang lain
Analisis hubungan antar sub-elemen dilakukan dengan teknik ISM-VAXO Lampiran 6. Melalui akuisisi pendapat pakar diperoleh data dalam bentuk
Matriks SSIM yang kemudian ditransformasi menjadi Reachability matrix bilangan biner. Setelah dilakukan pengujian transitif diperoleh reachability matrix
final hubungan antar sub-elemen. Sub-elemen kunci sistem pengembangan ditetapkan berdasarkan nilai maksimal driver power DP yang merupakan total
hubungan antar sub-elemen dan level tertinggi L yang ditandai dengan tingkat dependent
D terendah.
Elemen pendukung pengembangan
Berdasarkan kajian faktor SWOT elemen pendukung pengembangan adalah paduan elemen kekuatan dan peluang S+O yang terdiri dari 12 sub-elemen
yaitu: 1. Ketersediaan lahan yang sesuai komoditas unggulan p-1
2. Posisi geografis yang startegis untuk pasar luar negeri dan Indonesia Timur p-2
3. Sifat kepemilikan lahan pertanian sebagai petani pemilik p-3 4. Keterampilan dari pengalaman budaya tani yang memadai p-4
5. Tingkat pendidikan yang memadai untuk menerima inovasi baru p-5 6. Besaran produksi komoditas unggulan yang mampu memenuhi
keanekaragaman produk agroindustri p-6 7. Adanya penetapan kebijakan program unggulan Prov. Sulut p-7
8. Potensi pasar lokal, regional dan terutama pasar global p-8 9. Perkembangan variasi produk yang menyebabkan peningkatan permintaan
baik jumlah maupun variasi produk agroindustri p-9 10. Kebijakan nasional mengenai Otonomi daerah p-10
11. Ditetapkannya agroindustri sebagai sasaran pengembangan nasional sektor pertanian p-11
12. Adanya program peningkatan sarana transportasi dan program peningkatan fungsi Pelabuhan laut udara p-12
Analisis hubungan antar sub-elemen pendukung pengembangan dilakukan dengan teknik ISM-VAXO. Data pendapat pakar dituangkan pada matriks SSIM
kemudian ditransformasi ke bilangan biner dalam bentuk matriks RM Lampiran 6 kemudian dilakukan pengujian transitivity. Hasil dari reachability matrix final
hubungan antar sub-elemen disajikan pada Tabel 31.
Tabel 31 Hasil Reachability Matrix final dari elemen pendukung sistem pengembangan
KAITAN ANTAR SUB-ELEMEN PENDUKUNG SISTEM PENGEMBANGAN
SIMBOL PROGRAM
p1 p2
p3 p4
p5 p6
p7 p8
p9 p10 p11 p12 DP
R p1
1 1
1 1
1 1
1 1
8 3
p2
1 1
1
1 1
1 1
7 4
p3
1 1
1 3
6
p4
1
1
1 1
1 1
1 1
8 3
p5
1 1
1 1
1 1
1 1
1 9
2
p6
1 1
1
1 1
1 1
1 1
9 2
p7
1 1
1 1
4 5
p8
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
10 1
p9
1 1
1 1
1 1
1 1
1 9
2
p10
1 1
1 1
4 5
p11
1 1
1 1
4 5
p12
1 1
1 1
1 1
1 7
4
D
6 7
10 6 5
5 9
3 5
9 9
7
L
4 3
1 4
5 5
2 6
5 2
2 3
Berdasarkan keluaran Model ISM-VAXO, struktur hirarki hubungan antar sub-elemen pendukung terhadap sistem pengembangan agroindustri unggulan
terdiri dari 6 level seperti diperlihatkan pada Gambar 19. Sesuai dengan asumsi hubungannya bahwa sub-elemen pendukung yang
satu mempengaruhi manfaat sub-elemen pendukung yang lain maka hirarki model menunjukkan bahwa sub-elemen pada suatu level didukung oleh terpenuhinya
sub-elemen pada level di bawahnya. Keluaran model ISM-VAXO menunjukkan kedudukan sub-elemen Potensi
pasar p-8 sebagai sub-elemen kunci pendukung sistem pengembangan agroindustri unggulan di Sulawesi Utara yang menempati level tertinggi level 6
dengan total DP terbesar. Keseluruhan sub-elemen pendukung sistem pengembangan dikelompokkan
berdasarkan tingkat driver power dan tingkat dependency ke dalam empat kuadran yaitu: Sektor I Autonomous; Sektor II Dependent; Sektor III Linkage
dan Sektor IV Independent.
Gambar 19 Struktur hirarki antar sub-elemen pendukung sistem pengembangan agroindustri unggulan di Sulawesi Utara.
Keluaran Model ISM-VAXO selanjutnya adalah klasifikasi sub-elemen pendukung pengembangan sebagaimana ditunjukan pada Gambar 20.
Gambar 20 Diagram klasifikasi sub-elemen pendukung sistem pengembangan agroindustri unggulan di Sulawesi Utara
Level 1
Level 2
Level 3
Level 4
Level 5
Level 6 p3
p10 p11
p7
p12 p2
p4 p1
p9 p6
p5
p8
12 11
Independent Linkage
10
p8
9
p5,p6, p9
8
p1,p4
7
p2, p12
6 5
4
p7,p10,p11
3
p3
2 Autonomous
Dependent
1 1
2 3
4 5
6 7
8 9
10 11 12
DEPENDENCE D
R I
V E
R
P O
W E
R
Hasil pengelompokkan pada Gambar 20 menunjukkan bahwa tidak ada sub- elemen pendukung pengembangan yang tidak berkaitan dengan sistem sektor
Autonomous = 0. Sub-elemen p1, p2, p4 dan p12 berada pada sektor Linkage
sehingga harus dikaji secara saksama karena sifat hubungannya yang tidak stabil tapi sangat berkaitan sekaligus berdampak pada peubah lainnya terutama pada
peubah sektor Dependent.
Elemen penghambat pengembangan
Berdasarkan kajian faktor SWOT elemen penghambat pengembangan adalah paduan elemen kelemahan dan ancaman W+T yang terdiri dari 12 sub-
elemen yaitu: 1. Dukungan konsep strategi pengembangan yang belum memadai k-1
2. Kurangnya tenaga ahli khusus menangani pengolahan dan pengendalian mutu k-2
3. Karakteristik bahan baku agroindustri k-3 4. Keterbatasan akses informasi khusus akses pasar k-4
5. Keterbatasan sumber daya teknologi terutama infrastruktur yang menjangkau sampai ke pedesaan k-5
6. Keterbatasan finansial untuk pengembangan usaha k-6 7. Belum ada jaminan harga yang stabil k-7
8. Kekuatan pesaing internasional yang lebih dahulu maju pada beberapa produk k-8
9. Hambatan perdagangan internasional tariff barriers non tariff barriers
k-9 10. Kekuatan pesaing nasional pada basis bahan baku yang sama dampak
kebijakan otonomi daerah k-10 11. Kualitas sumber daya alam yang terus menurun k-11
12. Sistem birokrasi yang belum menjamin kegairahan investasi k-12 Analisis hubungan antar sub-elemen penghambat pengembangan dilakukan
dengan teknik ISM-VAXO. Hasil dari reachability matrix final hubungan antar sub-elemen disajikan pada Tabel 32.
Tabel 32 Hasil Reachability Matrix final dari elemen penghambat sistem pengembangan
KAITAN ANTAR SUB-ELEMEN PENGHAMBAT SISTEM PENGEMBANGAN
SIMBOL PROGRAM
k1 k2
k3 k4
k5 k6
k7 k8
k9 k10 k11 k12 DP
R k1
1 1
1 1
1 1
1 7
2
k2
1 1
1 1
1 1
1
7 2
k3
1 1
1 3
4
k4
1
1 1
1 1
1
6 3
k5
1 1
1 1
1 1
1 1
1 9
1
k6
1 1
1 1
1 1
1 1
1
9 1
k7
1 1
1 3
4
k8
1 1
1 3
4
k9
1 1
5
k10
1 1
5
k11
1 1
1
3 4
k12
1 1
1 1
1 1
1 7
2
D
3 3
6 4
2 2
6 6
9 9
6 3
L
4 4
2 3
5 5
2 2
1 1
2 4
Berdasarkan keluaran Model ISM-VAXO, struktur hirarki hubungan antar sub-elemen
penghambat terhadap
sistem pengembangan
agroindustri diperlihatkan pada Gambar 21.
Sesuai dengan asumsi hubungannya bahwa sub-elemen penghambat yang satu menyebabkan sub-elemen penghambat yang lain maka hirarki model
menunjukkan bahwa sub-elemen pada suatu level didukung oleh terpenuhinya sub-elemen pada level di bawahnya.
Keluaran model ISM-VAXO menunjukkan kedudukan sub-elemen keterbatasan sumber daya teknologi k-5 dan sub-elemen keterbatasan finansial
untuk pengembangan usaha k-6 menempati level tertinggi dengan total nilai DP terbesar sebagai sub-elemen kunci penghambat sistem pengembangan agroindustri
unggulan di Sulawesi Utara. Keseluruhan sub-elemen penghambat sistem pengembangan dikelompokkan
berdasarkan tingkat driver power dan tingkat dependency ke dalam empat kuadran yaitu: Sektor I Autonomous; Sektor II Dependent; Sektor III Linkage
dan Sektor IV Independent.
12 11
Independent Linkage
10 9
k5, k6
8 7
k1,k2,k12
6
k4
5 4
3
k3,k7,k8,k11
2 Autonomous
Dependent
1
k9, k10
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
DEPENDENCE D
R I
V E
R
P O
W E
R
Gambar 21 Struktur hirarki antar sub-elemen penghambat sistem pengembangan agroindustri unggulan di Sulawesi Utara.
Keluaran Model ISM-VAXO selanjutnya adalah pengelompokan sub- elemen penghambat pengembangan diperlihatkan pada Gambar 22.
Gambar 22 Diagram klasifikasi sub-elemen penghambat sistem pengembangan agroindustri unggulan di Sulawesi Utara
Level 1
Level 2
Level 3
Level 4
Level 5 k10
k9
k3 k11
k7 k8
k4
k1
k6 k5
k12 k2
Hasil pengelompokan pada Gambar 23 menunjukkan bahwa tidak ada sub- elemen penghambat pengembangan yang tidak terkait dengan sistem sektor
Autonomou = 0. Klasifikasi juga menunjukan tidak adanya sub-elemen
penghambat yang masuk pada sektor Linkage yang memerlukan pengkajian secara khusus, dengan kata lain keseluruhan sub-elemen penghambat memerlukan
pengkajian yang berimbang secara menyeluruh. Pada umumnya sub-elemen merupakan peubah tidak bebas k3, k7, k8, k9, k10, k11 yang sangat tergantung
dari input dan tindakan yang diberikan pada sistem, dan peubah bebas k1, k2, k4, k5, k6, k12.
Elemen strategi pengembangan
Analisis interaksi antar elemen SWOT menghasilkan elemen strategi pengembangan yang terdiri dari 10 sub-elemen yaitu:
1. Pengembangan agroindustri berbasis unggulan wilayah s-1 2. Pengembangan agroindustri berbasis produk permintaan pasar s-2
3. Menjadikan Sulut sebagai gerbang eksport produk agroindustri s-3 4. Pemilihan skala usaha agroindustri s-4
5. Pembinaan kelembagaan termasuk koperasi, mitra dan, perbankan s-5 6. Pengadaan pusat data dan informasi agroindustri s-6
7. Peningkatan keterampilan sumber daya manusia terutama bidang pengolahan dan pemasaran s-7
8. Penetapan aturan-aturan terutama mengenai investasi dan perdagangan yang menjamin pertumbuhan agroindustri s-8
9. Kerja sama dengan pihak lain dalam dan luar negeri terutama dalam hal pemodalan, pemasaran dan teknologi s-9
10. Melakukan pemilihan teknologi yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan sumber daya s-10
Analisis hubungan antar sub-elemen strategi pengembangan dilakukan dengan teknik ISM-VAXO. Hasil dari reachability matrix final hubungan antar
sub-elemen disajikan pada Tabel 33.
Tabel 33 Hasil Reachability Matrix final dari elemen strategi sistem pengembangan
KAITAN ANTAR SUB-ELEMEN STRATEGI SISTEM PENGEMBANGAN
SIMBOL PROGRAM
s1 s2
s3 s4
s5 s6
s7 s8
s9 s10
DP R
s1
1 1
1 1
1 1
1 1
8 1
s2
1
1 1
1
4 3
s3
1 1
1 1
4 3
s4
1 1
1 1
1 1
1 1
8 1
s5
1 1
2 4
s6
1 1
1 1
4 3
s7
1 1
1 1
1 1
6 2
s8
1 1
1 1
4 3
s9
1 1
1 1
1 1
6 2
s10
1 1
2 4
D
2 5
5 2
8 5
4 5
4 8
L
4 2
2 4
1 2
3 2
3 1
Berdasarkan keluaran Model ISM-VAXO, struktur hirarki hubungan antar sub-elemen strategi terhadap sistem pengembangan agroindustri diperlihatkan
pada Gambar 23.
Gambar 23 Struktur hirarki antar sub-elemen strategi sistem pengembangan agroindustri unggulan di Sulawesi Utara.
Level 1
Level 2
Level 3
Level 4 s10
s5
s8 s2
s3 s6
s7
s4 s1
s9
Sesuai dengan asumsi hubungannya bahwa sub-elemen strategi yang satu mempengaruhi sub-elemen strategi yang lain maka hirarki model menunjukkan
bahwa sub-elemen pada suatu level didukung oleh terpenuhinya sub-elemen pada level di bawahnya. Keluaran model ISM-VAXO menunjukkan kedudukan sub-
elemen basis unggulan wilayah s-1 dan basis pemilihan skala usaha s-4 sebagai sub-elemen kunci strategi sistem pengembangan agroindustri unggulan di
Sulawesi Utara. Keluaran Model ISM-VAXO selanjutnya adalah pengelompokan sub-
elemen strategi diperlihatkan pada Gambar 24. Keseluruhan sub-elemen strategi sistem pengembangan dikelompokkan berdasarkan tingkat driver power dan
tingkat dependency ke dalam empat kuadran yaitu: Sektor I Autonomous; Sektor II Dependent; Sektor III Linkage dan Sektor IV Independent.
Gambar 24 Diagram klasifikasi sub-elemen strategi sistem pengembangan agroindustri unggulan di Sulawesi Utara
Hasil klasifikasi pada Gambar 24 menunjukkan beberapa sub-elemen strategi yang cenderung tidak terkait langsung dengan sistem s2, s3, s6, s8 pada
sektor Autonomous dan tidak ada sub-elemen strategi yang memerlukan pengkajian secara hati-hati sektor Linkage = 0. Sebagian sub-elemen merupakan
peubah tidak bebas s5, s10 yang sangat tergantung dari input dan tindakan yang diberikan pada sistem, dan sebagian merupakan peubah bebas s1, s4, s7, s9.
10 Independent
Linkage 9
8
s1, s4
7 6
s7, s9
5 4
s2, s3, s6, s8
3 2
s5, s10
1 Autonomous
Dependent 1
2 3
4 5
6 7
8 9
10
DEPENDENCE D
R I
V E
R
P O
W E
R
Elemen pelaku sistem pengembangan
Analisis terhadap elemen pelaku sistem pengembangan menghasilkan 11 sub-elemen yaitu:
1. Petani Pemilik kebun m-1 2. Pengolah bagian industri hulu m-2
3. Pedagang bagian industri hulu m-3 4. Pengolah bagian industri hilir m-4
5. Asosiasi pengusaha eksportir m-5 6. Investor dalam dan luar negeri m-6
7. Lembaga pembiayaan m-7 8. Pemerintah Daerah dan Pusat m-8
9. Pusat Balai penelitian m-9 10. Perguruan Tinggi m-10
11. Konsumen m-11 Analisis hubungan antar sub-elemen pelaku pengembangan dilakukan
dengan teknik ISM-VAXO. Hasil dari reachability matrix final hubungan antar sub-elemen disajikan pada Tabel 34.
Tabel 34 Hasil Reachability Matrix final dari elemen pelaku sistem pengembangan
KAITAN ANTAR SUB-ELEMEN PELAKU SISTEM PENGEMBANGAN
SIMBOL PROGRAM
m1 m2
m3 m4
m5 m6
m7 m8
m9 m10 m11 DP
R m1
1 1
1 1
1
5 3
m2
1 1
1 3
4
m3
1 1
1 1
1 5
3
m4
1 1
1 1
1 5
3
m5
1 1
1 1
1 5
3
m6
1
1
1 1
1 1
6 2
m7
1 1
1 1
1 1
1 7
1
m8
1 1
1 1
1 1
1
7 1
m9
1 1
1 3
4
m10
1 1
1 1
1 1
6 2
m11
1 1
1 3
4
D
6 7
6 6
6 4
1 1
7 4
7
L
2 1
2 2
2 3
4 4
1 3
1
Berdasarkan keluaran Model ISM-VAXO, struktur hirarki hubungan antar sub-elemen pelaku terhadap sistem pengembangan agroindustri diperlihatkan pada
Gambar 25. Sesuai dengan asumsi hubungannya bahwa sub-elemen pelaku yang satu
memberi dukungan sub-elemen pelaku yang lain maka hirarki model menunjukkan bahwa sub-elemen pada suatu level didukung oleh terpenuhinya
sub-elemen pada level di bawahnya. Keluaran model ISM-VAXO menunjukkan kedudukan sub-elemen lembaga pembiayaan m-7 dan pemerintah daerah dan
pusat m-8 menempati level tertinggi sebagai sub-elemen kunci pelaku sistem pengembangan agroindustri unggulan di Sulawesi Utara.
Gambar 25. Struktur hirarki antar sub-elemen pelaku sistem pengembangan agroindustri unggulan di Sulawesi Utara.
Keseluruhan sub-elemen pelaku sistem pengembangan dikelompokkan berdasarkan tingkat driver power dan tingkat dependency ke dalam empat
kuadran yaitu: Sektor I Autonomous; Sektor II Dependent; Sektor III Linkage dan Sektor IV Independent.
Keluaran Model ISM-VAXO pada klasifikasi sub-elemen pelaku pengembangan diperlihatkan pada Gambar 26.
Level 1
Level 2
Level 3
Level 4 m11
m9
m1 m5
m4 m3
m6 m10
m2
m8 m7
Gambar 26 Diagram klasifikasi sub-elemen pelaku sistem pengembangan agroindustri unggulan di Sulawesi Utara
Hasil klasifikasi pada Gambar 26 menunjukkan bahwa tidak ada sub elemen pelaku yang tidak terkait dengan sistem sektor Autonomous = 0. Sub-elemen
m6, m7, m8 dan m10 merupakan peubah bebas. Sub-elemen m1, m2, m3, m4, m5, m9 dan m11 merupakan peubah tidak bebas yang sangat tergantung dari input
dan tindakan yang diberikan pada sistem. Pada pengelompokan tidak menunjukkan sub-elemen yang memerlukan kajian secara hati-hati sektor
Linkage = 0.
Elemen kebutuhan sistem pengembangan
Pengkajian mendalam mengenai elemen kebutuhan sistem pengembangan menghasilkan 10 sub-elemen yaitua;
1. Peningkatan kualitas sumber daya manusia u-1 2. Pengadaan lembaga pemodalan u-2
3. Kebijakan penetapan gerbang ekspor v-3 4. Kebutuhan pusat informasi u-4
5. Jaminan kestabilan harga u-5 6. Penetapan aturan dan kebijakan yang menjamin u-6
7. Kebutuhan manajemen strategi u-7 11
10 Independent
Linkage
9 8
7
m7, m8
6
m6,m10
5
m1,m3,m4,m5
4 3
m2, m9, m11
2 1
Autonomous Dependent
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11
DEPENDENCE D
R I
V E
R
P O
W E
R
8. Pengadaan lembaga kontrol mutu u-8 9. Pengadaan lembaga analisis pasar u-9
10. Peningkatan sumber daya teknologi u-10 Analisis hubungan antar sub-elemen kebutuhan sistem pengembangan
dilakukan dengan teknik ISM-VAXO. Hasil dari reachability matrix final hubungan antar sub-elemen disajikan pada Tabel 35.
Tabel 35 Hasil Reachability Matrix final dari elemen kebutuhan sistem pengembangan
KAITAN ANTAR SUB-ELEMEN KEBUTUHAN SISTEM PENGEMBANGAN
SIMBOL PROGRAM
u1 u2
u3 u4
u5 u6
u7 u8
u9 u10
DP R
u1
1 1
1 1
1 1
6 2
u2
1 1
1 1
1 1
6 2
u3
1 1
2 4
u4
1 1
1 1
1 1
6 2
u5
1
1 5
u6
1 1
1 1
1 5
3
u7
1
1 1
1 1
1 1
7 1
u8
1 1
5
u9
1 1
5
u10
1 1
1 1
1 1
1 7
1
D
4 4
5 4
6 3
2 6
6 2
L
3 3
2 3
1 4
5 1
1 5
Berdasarkan keluaran Model ISM-VAXO, struktur hirarki hubungan antar sub-elemen kebutuhan terhadap sistem pengembangan agroindustri diperlihatkan
pada Gambar 27. Sesuai dengan asumsi hubungannya bahwa sub-elemen kebutuhan yang satu mendukung terpenuhinya sub-elemen kebutuhan yang lain
maka hirarki model menunjukkan bahwa sub-elemen pada suatu level didukung oleh terpenuhinya sub-elemen pada level di bawahnya
Keluaran model ISM-VAXO menunjukkan kedudukan sub-elemen kebutuhan manajemen strategi u-7 dan peningkatan sumber daya teknologi u-
10 sebagai sub-elemen kunci kebutuhan sistem pengembangan agroindustri unggulan di Sulawesi Utara.
Gambar 27 Struktur hirarki antar sub-elemen kebutuhan sistem pengembangan agroindustri unggulan di Sulawesi Utara.
Keluaran Model ISM-VAXO selanjutnya adalah klasifikasi sub-elemen kebutuhan sebagaimana ditunjukan pada Gambar 28. Keseluruhan sub-elemen
kebutuhan sistem pengembangan dikelompokkan berdasarkan tingkat driver power
dan tingkat dependency ke dalam empat kuadran yaitu: Sektor I Autonomous; Sektor II Dependent; Sektor III Linkage dan Sektor IV
Independent.
Gambar 28 Diagram klasifikasi sub-elemen kebutuhan sistem pengembangan agroindustri unggulan di Sulawesi Utara
Level 1
Level 2
Level 3
Level 4 Level 5
u8 u5
u9
u4 u1
u3
u2
u10 u7
u6
10 Independent
Linkage 9
8 7
u7, u10
6
u1, u2, u4
5
u6
4 3
2 Autonomous
u3,
Dependent 1
u5, u8, u9
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
DEPENDENCE D
R I
V E
R
P O
W E
R
Hasil klasifikasi sub-elemen pada Gambar 28 menunjukkan kecenderungan sub-elemen u3 dan u6 berada pada sektor Autonomous, yang berarti secara formal
bukan bagian dari sistem tetapi dapat berpengaruh terhadap sistem. Klasifikasi menunjukan tidak ada sub-elemen kebutuhan pengembangan yang memerlukan
pengkajian secara hati-hati sektor Linkage = 0. Keseluruhan sub-elemen u5, u8, dan u9 merupakan peubah tidak bebas yang sangat tergantung dari input dan
tindakan yang diberikan pada sistem, sedangkan sub-elemen u1, u2, u4, u7 dan u10 merupakan peubah bebas.
Hasil kajian model I’SWOT memberikan informasi mengenai elemen dan sub-elemen kunci pada sistem pengembangan agroindustri berbasis unggulan
wilayah sebagai berikut: Nama Elemen
Sub-elemen kunci Pendukung
pengembangan Sub-elemen potensi pasar p-8
Penghambat pengembangan
Sub-elemen keterbatasan sumber daya teknologi k-5 dan, keterbatasan finansial k-6
Strategi pengembangan
Sub-elemen pengembangan
agroindustri berbasis
unggulan wilayah s-1 dan, pemilihan skala usaha s-4 Pelaku
pengembangan Sub-elemen lembaga pembiayaan m-7 dan pemerintah
pusatdaerah m-8 Kebutuhan
pengembangan Sub-elemen kebutuhan manajemen strategi u-7 dan,
peningkatan sumber daya teknologi u-10
Potensi pasar berkaitan dengan peluang ekspor komoditas unggulan melalui jalur pasifik dan pasar lokal khususnya wilayah Indonesia bagian timur. Kegiatan
ekspor sangat menentukan dalam usaha peningkatan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara. Sampai pada periode tahun 2006 peningkatan nilai ekspor
Sulawesi Utara sebesar 4.6 dan rencana peningkatan ekspor pada tahun 2010 sebesar 21.7 RKPD Sulut 2006.
Keterbatasan finansial merupakan hambatan mendasar pada usaha pertanian. Kesulitan akses ke sumber pembiayaan disebabkan karena pemahaman klasik
yang menganggap usaha pertanian sebagai usaha yang high risk narrow margin.
Kesulitan terutama dirasakan pelaku industri skala usaha kecil mikro yang relatif lemah dalam pemilikan aset legal, disisi lain para pelaku pembiayaan selalu
mengutamakan penjaminan aset legal. Sistem birokrasi dapat menjadi penghambat utama yang berkaitan dengan efisiensi, regulasi dan berbagai intervensi yang
kemudian berdampak pada kegairahan investasi. Pengembangan agroindustri berbasis unggulan wilayah sebagai pilihan
utama strategi pengembangan berkaitan dengan usaha mengoptimalkan potensi sumber daya lokal dan prilaku wilayah yang spesifik. Pemilihan skala usaha
sangat terkait dengan ketersediaan bahan baku, ketersediaan tenaga kerja, ketersediaan teknologi, pasar tujuan, dukungan finansial investasi dan pilihan
produk. Faktor-faktor tersebut akan menentukan posisi suatu agroindustri pada skala usaha mikro, kecil, menengah atau skala usaha besar.
Kesiapan berbagai pihak yang menjadi sumber pembiayaan pemodalan perorangan maupun lembaga sangat menentukan kelangsungan operasional
agroindustri. Pelaku industri sektor pembiayaan menjadi elemen kunci pelaku pengembangan dapat disebabkan karena posisi tawar yang tinggi dari sektor
tersebut pada hampir keseluruhan unit usaha agroindustri. Posisi pemerintah sebagai sub-elemen kunci pelaku sistem pengembangan agroindustri dapat
dipahami karena ketergantungan yang masih sangat tinggi dari sektor pertanian, sektor industri dan perdagangan terhadap program dan kebijakan pemerintah.
Peran pemerintah dapat bersifat positif karena mengupayakan iklim usaha yang kondusif tetapi dapat juga bersifat negatif karena intervensi yang berlebihan.
Kebutuhan manajemen strategi berkaitan dengan pentingnya perumusan, implementasi dan evaluasi strategi yang tepat, juga untuk kebutuhan pengendalian
mutu secara menyeluruh. Peningkatan sumber daya teknologi pembangunan berkaitan dengan ketersediaan infrastruktur terutama sarana transportasi yang
menjangkau sampai sumber bahan baku, ketersediaan teknologi informasi dan berbagai peralatan yang menjadi kebutuhan mekanisasi pertanian maupun
kebutuhan prosesing pada unit industri pengolahan hasilnya. Keseluruhan sub-elemen kunci pengembangan agroindustri unggulan akan
digunakan sebagai dasar penetapan sasaran strategi pengembangan yang lebih spesifik dengan melakukan identifikasi berbagai alternatif yang tersedia.
IV.4.3. Analisis hirarki strategi pengembangan - dengan AI’SWOT.