menyerasikan kehidupan perkotaan dengan lingkungan hidup.

No Peraturan Keterangan biota, ekosistem, serta gejala dan keunikan alam bagi kepentingan plasma nutfah dan ilmu pengetahuan; dan 2 Strategi untuk melaksanakan kebijakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat 5 huruf b, meliputi: a. meningkatkan kuantitas dan kualitas RTH yang tersebar di seluruh wilayah kotakabupaten serta mempertahankan ketersediaan RTH yang ada; 3 Strategi untuk melaksanakan kebijakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat 5 huruf c, meliputi: c. meningkatkan kuantitas dan kualitas ruang terbuka hijau melalui refungsi hutan mangrove, pembangunan taman atap roof garden, dinding hijau green wall dan pemilihan vegetasi yang memiliki kemampuan tinggi dalam menyerap CO2; Pasal 12 1 Strategi untuk melaksanakan kebijakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat 6 huruf a, meliputi: a. menjaga keterkaitan fungsional antara Jakarta sebagai kota inti dengan Bodetabekpunjur Bagian Kedua Peruntukan Ruang Untuk Fungsi Lindung Pasal 65 1 Peruntukan ruang untuk fungsi lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 ayat 1 huruf a, meliputi: a. kawasan hutan lindung; b. kawasan perlindungan daerah bawahannya; c. kawasan perlindungan setempat; d. kawasan suaka alam; e. kawasan pelestarian alam; f. kawasan cagar budaya; 2 Penetapan lokasi peruntukan ruang untuk fungsi lindung sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a sampai dengan huruf f, termuat pada Gambar 16 dan Gambar 17 dalam Lampiran I Peraturan Daerah ini. Pasal 66 1 Kawasan hutan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 ayat 1 huruf a yaitu Hutan Lindung Angke Kapuk. 2 Kawasan hutan lindung sebagaimana dimaksud pada ayat 1 ditetapkan dengan ketentuan kawasan yang berfungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah. 3 Pemanfaatan dan pengelolaan ruang kawasan hutan lindung Sebagaiman dimaksud pada ayat 2, dilaksanakan melalui : a. pemanfaatan ruang untuk peningkatan fungsi dan mempertahankan luasan kawasan hutan lindung; b. pemanfaatan ruang untuk memelihara jenis dan kerapatan tanaman hutan yang memiliki fungsi lindung sesuai dengan jenis tanah, kemiringan lereng, ketinggian, intensitas hujan, dan parameter fisik lainnya di kawasan hutan lindung; c. pemanfaatan ruang untuk wisata alam tanpa mengubah bentang alam; dan d. penerapan ketentuan mengenai pelarangan seluruh kegiatan yang berpotensi mengurangi luas kawasan hutan lindung. Pasal 67 3 Pemanfaatan dan pengelolaan ruang kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dan ayat 3, dilaksanakan melalui: Lanjutan No Peraturan Keterangan g. pencegahan terjadinya kegiatan yang dapat merubah bentang alam dan ekosistem. Pasal 69 4 Kawasan konservasi suaka margasatwa sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf c, merupakan kawasan hutan mangrove untuk melindungi abrasi pantai. 5 Pemanfaatan dan pengelolaan ruang kawasan hutan suaka alam sebagaimana dimaksud pada ayat 2, ayat 3 dan ayat 4 dilaksanakan melalui: a. perlindungan keanekaragaman biota, ekosistem, dan keunikan alam bagi kepentingan plasma nutfah, ilmu pengetahuan, dan pembangunan; b. pelestarian kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistem agar dapat berkembang secara alami; dan c. pemanfaatan kawasan terpilih sebagai kawasan pariwisata dan rekreasi alam. Pasal 70 4 Pemanfaatan dan pengelolaan ruang kawasan pelestarian alam sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dan ayat 3, dilaksanakan melalui: a. pengembangan wisata bahari dan alam tanpa mengubah bentang alam; b. pemanfaatan ruang untuk kegiatan budi daya diizinkan hanya untuk penduduk asli dengan luasan tetap dan terbatas, tidak mengurangi fungsi lindung dan di bawah pengawasan ketat; Pasal 97 1 Penetapan kawasan strategis provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 94 ayat 2 huruf b, terdiri atas: a. kawasan strategis kepentingan ekonomi; b. kawasan strategis kepentingan lingkungan; dan c. kawasan strategis kepentingan sosial budaya. 2 Pemerintah Daerah mengembangan kawasan strategis Pantura yang merupakan kawasan strategis kepentingan ekonomi, lingkungan, dan s sosial budaya. Bagian Kelima Kawasan Strategis Pantura Pasal 101 1 Pada Kawasan Strategis Pantura sebagaimana dimaksud dalam Pasal 97 ayat 2, pengembangan areal reklamasi dan kawasan daratan pantai dilakukan secara terpadu yang bersama-sama ditetapkan sebagai satu kawasan perencanaan. 2 Pelaksanaan reklamasi sebagaimana dimaksud pada ayat 1, harus memperhatikan kepentingan lingkungan, kepentingan pelabuhan, kepentingan kawasan berhutan bakau, kepentingan nelayan, dampak terhadap banjir rob dan kenaikan permukaan laut serta sungai, kepentingan dan fungsi lain yang ada di kawasan Pantura. 3 Penyelenggaraan reklamasi serta pengelolaan tanah hasil reklamasi dan penataan kembali kawasan daratan Pantura sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2, dilaksanakan secara terpadu melalui kerjasama usaha yang saling menguntungkan antara Pemerintah Daerah, masyarakat, dan dunia usaha. Pasal 103 1 Pengembangan Kawasan Pantura harus menjamin: a. terpeliharanya ekosistem dan kelestarian kawasan hutan lindung, hutan bakau, cagar alam dan biota laut; b. pemanfaatan pantai untuk kepentingan umum; c. kepentingan perikehidupan nelayan; Lanjutan No Peraturan Keterangan d. kelestarian bangunan dan lingkungan bersejarah; e. kepentingan dan terselenggaranya kegiatan pertahanan keamanan negara; f. terselenggaranya pengembangan sistem prasarana sumber daya air secara terpadu; g. tidak memberikan tambahan resiko banjir di daerah hulunya baik akibat rob, kenaikan permukaan lautsungai; h. terselenggaraberfungsinya objekinstalasifasilitas vital di kawasan Pantura dengan memperhatikan aspek-aspek ekologis lingkungan. Pasal 109 1 Penataan kembali daratan Pantura mencakup kegiatan

h. pelestarian hutan bakau dan hutan lindung;

Bagian Ketiga Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Administrasi Jakarta Utara Paragraf 2 Pola Ruang Wilayah Pasal 125 1 Pengembangan peruntukan ruang fungsi lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 114 ayat 3, di Kota Administrasi Jakarta Utara meliputi: a. kawasan perlindungan daerah bawahannya; b. kawasan perlindungan setempat; dan c. kawasan suaka alam. 21. Pergub DKI Jakarta No121 th 2012 tentang Penataan Ruang Kawasan Reklamasi Pantai Utara Jakarta Megingat : a. Bahwa kawasan Pantai Utara Jakarta yang mempunyai panjang pantai sekitar 32 tiga puiuh dua kiometer merupakan kawasan strategis bagi Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sekaligus sebagai bukota Nagara Republik Indonesia sebagai pintu gerbang Indonesia, dengan berbagai aktivitas masyarakat dan pembaangunan yang beragam, termasuk obyek Vital; b. bahwa berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Tahun 2030 sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2012 telah ditetapkan Kawasan Pantai Utara Jakarta sebagai Kawasan Strategis Provinsi;

BAB III ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN REKLAMASI

Pasal 3 8 Pulau A, Pulau B, Pulau C, Pulau D dan Pulau E dikembangkan serasi dengan kawasan Iindung dan hutan bakau di pantai lama , tidak menyebabkan abrasi pantai, serta tidak mengganggu muara sungai dan jalur lalu lintas laut dan pelayaran serta usaha perikanan rakyat. Pasal 26 1 Kawasan mangrove sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf d merupakan daratan di pesisir pantai yang merupakan habitat alami hutan bakau dan berfungsi sebagai perlindungan kepada perikehidupan pantai dan lautan. 2 Kawasan mangrove berada di selatan Pulau C, Pulau D dan Pulau E yang diperuntukkan sebagai kawasan perlindungan daerah bawahannya. 22. Peraturan Daerah Propinsi Jawa barat Nomor 2 tahun 2006. Pengelolaan Kawasan Hutan Lindung. Muaragembong, terletak di Kabupaten Bekasi merupakan kawasan hutan payau. 23. Perda Kab Bekasi No 12 Th 2011 Tentang Bagian Kedua Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Lanjutan No Peraturan Keterangan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bekasi Tahun 2011 – 2031 Pasal 7 2 Kebijakan penataan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi:

e. peningkatan pelestarian fungsi kawasan lindung meliputi kawasan hutan lindun

g, kawasan resapan air, kawasan sempadan sungai, sempadan pantai dan sempadan danauwaduksitu, kawasan pantai berhutan bakau , taman wisata alam, kawasan rawan banjir dan kawasan perlindungan plasma nutfah; Pasal 8 6 Peningkatan pelestarian fungsi kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat 2 huruf e dengan strategi meliputi : a. mempertahankan kawasan lindung yang telah ditetapkan dan merehabilitasi secara bertahap kawasan lindung yang telah mengalami penurunan fungsi; b. meningkatkan pendayagunaan potensi sumber daya alam dan buatan di kawasan lindung melalui pengembangan wanafarma, ekowisata, agroforestry. 7 Optimalisasi pendayagunaan kawasan budidaya secara sinergi sesuai daya dukung dan daya tampung lingkungan dalam konteks pembangunan berkelanjutan sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat 2 huruf f dengan strategi meliputi : a. mendayagunakan dan meningkatkan hasil guna fungsi kawasan hutan produksi melalui konversi menjadi fungsi kawasan budidaya lainnya; Bagian Kedua Kawasan Lindung Paragraf 1 Kawasan Lindung Pasal 20 Rencana Kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 ayat 1 huruf a, meliputi: a. Kawasan hutan lindung; Paragraf 2 Kawasan Hutan Lindung Pasal 21 1 kawasan hutan lindung sebagaimana dimaksud dalam pasal 20 huruf a hutan mangrove. 2 Kawasan hutan lindung sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 ayat 1 dengan luas kurang lebih 5.311 lima ribu tiga ratus sebelas hektar terdapat di Kecamatan Muaragembong. 3 Pengembangan kawasan hutan lindung sebagaimana dimaksud ayat 2 dilaksanakan mengikuti peraturan perundangan. Kawasan Rawan Bencana Alam Pasal 24 Kawasan rawan bencana alam sebagaimana dimaksud dalam pasal 20 ayat 2 huruf d meliputi: a. kawasan rawan bencana gelombang pasang di Kecamatan Muaragembong; Pasal 26 2 Kawasan perlindungan plasma nutfah sebagaimana dimaksud dalam pasal 26 ayat 1 huruf a berupa Desa Pantai Bahagia Kecamatan Muaragembong. 3 Kawasan pengungsian satwa sebagaimana dimaksud dalam pasal 26 ayat 1 huruf b berupa pengungsian satwa burung, buaya, biawak dan monyet di Desa Pantai Bahagia, Pantai Bhakti dan Pantai Mekar Kecamatan Lanjutan