Strategi Komunikasi Pencegahan Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat Dalam Kegiatan Fasilitas Pembentukan Dan Pembinaan Desa Siaga Narkoba Di Ciamis

(1)

iv

PEMBINAAN DESA SIAGA NARKOBA DI CIAMIS

Oleh :

Farifki Zulkarnayen Arief NIM. 41805859

Skripsi ini di bawah bimbingan : Adiyana Slamet, S.IP., M.Si.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana strategi komunikasi Bidang Pencegahan Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat dalam kegiatan fasilitas pembentukan dan pembinaan desa siaga narkoba. Dari mulai penentuan sasaran komunikasi, media, proses penyampaian pesan, peranan komunikator dan strategi komunikasi berdasarkan identifikasi masalah.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam, observasi partisipatif, Triagulasi data, dokumentasi, studi pustaka dan internet searching. Subjek penelitian adalah Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat, dengan informan berjumlah 4 orang yaitu H.Keyo Sukarya,selaku kepalla bidang pencegahan Heri Mulyadi, selaku sub bidang advokasi pencegahan Pinza Andi,pelaksana pencegahan dan Suhendi, pelaksana Bidang Pencegahan Badan Narkotika Kabupaten (BNK) Ciamis.

Berdasarkan hasil analisis penelitian, dari kegiatan fasilitas pembentukan dan pembinaan desa siaga narkoba. Melalui beberapa tahap, yaitu tahap penentuan sasaran komunikasi, yaitu bidang pencegahan Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat melakukan pembelajaran tentang sasaran komunikasi yang akan dilancarkan. Tahap menentukan media dalam hal ini melakukan pemilihan media sebagai penunjang kegiatan, pesan dalam hal ini melakukan pengkajian pesan yang akan disampaikan dengan melihat tujuan. Tahap komunikator dalam hal ini narasumber yang digunakan dengan melihat daya tarik serta Kredibiltas sumber

Kesimpulan penelitian memperlihatkan bahwa strategi komunikasi Bidang Pencegahan Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat dalam kegiatan fasilitas pembentukan dan pembinaan desa siaga narkoba. agar kerjasama yang erat antara masyarakat dengan Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat dalam upaya pencegahan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba (P4GN)

Peneliti menyarankan pada Bidang Pencegahan Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat agar dalam semua program yang dilakukan diadakan ditinjau ulang kembali agar program kegiatan selanjutnya menjadi lebih baik, serta methode penyuluhan ditingkatkan agar terwujudnya Jawa Barat 2015 bebas narkoba.


(2)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kemajuan teknologi menjadikan komunikasi semakin canggih dimasa ini berbagai cara dilakukan setiapa orang untuk berkomunikasi satu dengan yang lainnya, begitu juga yang dilakukan dalam suatu organisasi dan pemerintahan komunikasi sangat penting untuk penunjang tercapainya suatu tujuan dari sebuah kegiatan yang dilakukan. oleh sebab itu peranan komunikasi sangat penting dalam organisasi dan pemerintahan, untuk mendapat komunikasi yang efektif perlu adanya strategi dalam berkomunikasi karena dengan strategi bisa lebih menyesuaikan konteks komunikasi yang akan dibicarakan serta bisa mengurangi hambatan dalam komunikasi itu sendiri.

Menurut Robbins dalam bukunya “Organization Behavior” mendefinisikan strategi sebagai penentuan tujuan jangka panjang dan sasaran sebuah perusahaan (1995:134). Pandangan lain dikatakan oleh Hasan dalam bukunya komunikasi pemerintahan menyebutkan bahwa strategi sebagai sebuah mode (mode perencanaan), yang secara eksplisit dikembangkan oleh para manajer dengan mengidentifikasikan arah tujuan, kemudian mengembangkan rencana tersebut secara sistematiis dan terukur untuk mencapai tujuan. ( Hasan : 2010 : 43 )

Demikian pula dengan strategi komunikasi merupakan sebuah mode perencanaan dengan menajemen komunikasi untuk mendapatkan suatu tujuan yang telah di tetapkan. Dalam strategi komunikasi harus mampu menunjukkan bagaimana oprasionalnya yang secara praktis harus dilakukan, dalam kata lain bahwa pendekatan bisa berbeda sewaktu-waktu tergantung dengan situasi dan kondisi.


(3)

Strategi komunikasi sabagai faktor penentu sasaran dalam berkomunikasi harus memahami tentang komunikasi sehingga menjadikan arahan bagi suatu tujuan, yang secara hakikinya strategi komunikasi bersifat makro yang dalam prosesnya berlangsung secara vartikal yang artinya dalam penyampai suatu pesan tidak hanya berlangsung dari atas kebawah akan tetapi juga harus dari bawah keatas juga, dalam kenyataan sistem komunikasi masyarakat Indonesia komunikasi yang bersifat dari bawah keatas tidak selancar dari atas kebawah dengan keadaan seperti itu komunikasi dari bawah keatas itu sering menjadi penyimpangan dalam penyampain pengertian pesan yang dilakukan.

Seperti dikatakan Arifin, Komunikasi yang efektif adalah langkah penting dalam menentukan strategi didalam menjalankan strategi harus ada kesiimbangan dalam berkomunikasi, Dengan adanya komunikasi yang baik bisa menjadikan strategi yang di buat menjadi suatu tujuan yang pasti. Integritas merupakan pondasi utama dalam membangun komunikasi yang efektif. Karena tidak ada pesahabatan atau teamwork tanpa ada kepercayaan (trust), dan tidak akan ada kepercayaan tanpa ada integritas. Integritas mencakup hal-hal yang lebih dari sekadar kejujuran (honesty). Kejujuran mengatakan kebenaran atau menyesuaikan kata-kata kita dengan realitas.Integritas menyesuaikan realitas dengan kata-kata kita. Integritas bersifat aktif, sedang kejujuran bersifat pasif.1

Seperti halnya dengan strategi komunikasi secara mikro arifin menjelaskan tentang integritas artinya harus ada kepercayaan dan persahabatan dalam

1http://supraptoe.wordpress.com/2007/04/03/komunikasi-yang-efektif/penulis Muhammad Arifin, MA 07:30 AM 30 November 2010


(4)

melakukan komunikasi, akan tetapi komunikasi harus dinyatakan secara tegas sebelum komunikasi itu disampaikan kepada khalayak. Dalam strategi komunikasi makro perlu adanya pembagian kelompok sasaran (target groups) dari pembagian kelompok sasaran ini bertujuan pesan yang disamapaikan bisa lebih efektif dengan demikian komunikator adalah faktor utama dalam keberhasilan komunikasi.

Strategi komunikasi dalam suatu organisasi sangat diperlukan dengan adanya suatu strategi komunikasi suatu tujuan dalam kegiatan yang di lakukan akan menjadi lebih efektif, di instasnsi pemerintahan Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat merupakan pondasi utama masyarakat dalam penanggulangan narkoba. Strategi komunikasi sangat diperlukan untuk penyampaian pesan kepada masyarakat dengan lebih efektif dan efesien sehingga suatu kegiatan atau tujuan bisa dijalankan dengan lancar dan tidak mendapatkan suatu hambatan.

Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat adalah suatu instansi pemeritahan yang merupakan lembaga non struktural yang bertanggung jawab langsung kepada Gubernur, BNP mempunyai tugas membantu Gubernur dalam melakukan koordinasi, pengawasan, pengendalian dan mendorong peran serta masyarakat yang berhubungan dengan ketersediaan, pencegahanan dan pemberantasan penyalahgunaan narkotika, psikotropika, prekursor dan zat adiktif lainnya. Yang memiliki bidang pencegahanan yang mempunyai tugas pokok menyelenggarakan fasilitas pengkajian bahan kebijakan, pengorganisasian, pelaksanaan Kegiatan dan strategi pencegahanan penyalahgunaan Narkotika.


(5)

Sebagai sebuah profesi bidang pencegahanan bertanggung jawab untuk memberikan fasilitas, pengkajian bahan kebijakan, pengorganisasian, pelaksanan Kegiatan, dan strategi pencegahanan penyalahgunaan Narkotika, Bidang Pencegahanan diharapkan membantu dalam menjalankan tugas untuk membantuk kegitan dan Kegiatan Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat adapun tugas pokok Bidang Pencegahanan mempunyai fungsi sebagai berikut:

1. Penyelenggaraan fasilitas pengkajian bahan kebijakan, strategi dan Kegiatan pencegahanan penyalahgunaan Narkotika.

2. penyelenggaraan fasilitas penyusunan kriteria dan prosedur pelaksanaan advokasi, pembinaan potensi Masyarakat serta penerangan dan penyuluhan.

3. Penyelenggaraan fasilitas pengorganisasian dan pelaksanaan Kegiatan, bimbingan teknis pelaksanaan advokasi, pemberdayaan Masyarakat serta penerangan dan penyuluhan P4GN. ( BNP : 2010)

Sehingga dalam hal ini Strategi komunikasi sangat diperlukan Bidang Pencegahanan BNP dalam menjalakan tugasnya salah satunya untuk membina hubungan kerjasama dengan masyarakat dan memberikan penyuluhan serta arahan mengenai Kegiatan terbaru dari Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat. Inti dari Strategi komunikasi adalah proses penyampaian informasi atau pesan kepada masyarakat mengenai sesuatu hal yang belum diketahui untuk dapat diterima dan dapat dilaksanakan dengan baik. Proses tersebut dapat bertahan dalam waktu tertentu karena ditentukan oleh lingkungan sosial, ekonomi dan kebudayaan.


(6)

Bidang Pencegahanan BNP yang memiliki kemampuan hubungan masyarakat di tuntut untuk dapat menangani masalah-masalah yang berkaitan dengan instansi dan masyarakat. Untuk mendukung tugasnya, bidang Pencegahanan BNP mengambil peran strategisnya dalam membina hubungan yang harmonis antara BNP dengan masyarakat. Karena apabila di lihat dari tujuan BNP adalah Sebagai pilar utama masyarakat Jawa Barat untuk penanggulangan masalah narkoba, Tuntutan dalam masalah pemberantasan Narkoba ini berbagai upaya yang telah dilakukan oleh Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat untuk mencapai harapan masyarakat, Bidang Pencegahanan BNP Jawa Barat yang dibantu oleh Instansi terkait membuat Kegiatan-Kegiatan terbaru dalam rangka meraih keberhasilan penanggulangan Narkoba.

Salah satu Kegiatan yang telah dilakukan oleh Bidang Pencegahanan BNP dengan membuat pembentukan dan pembinaan Desa Siaga Narkoba yang bertujuan sebagai sarana komunikasi langsung kepada masyarakat dan sebagai sarana penyampaian informasi, sehingga dapat diartikan Kegiatan yang dibuat

bertujuan untuk penyampaian berbagai pesan kepada masyarakat, agar masyarakat dapat mengolah dan memanfaatkan informasi tersebut demi kepentingan hidup dan perkembangannya. Penyampaian pesan disini ialah Bidang Pencegahanan BNP sebagai komunikator yang menyampaikan pesan kepada sasarannya yaitu masyarakat dalam fasilitas pembentukan serta pembinaan sehingga masyarakat bisa memanfaatkan fasilitas pembentukan dan pembinaan Desa Siaga Narkoba tersebut untuk mendapatkan informasi tindak kejahatan, imbauan serta mempermudahkan Koordinasi antara BNP dan masyarakat seperti


(7)

dikatakan dalam catatan di facebook Ketua Umum Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat Dede Yusuf dalam pencanangan Desa Siaga Narkoba di Desa atau Kec Sukamantri, Kabupaten Ciamis, menjelaskan bahwa:

“Selaku Ketua Umum BNP (Badan Narkotika Provinsi), tahun ini saya mencanangkan pelatihan kader Desa Siaga Narkoba. 200 peserta dilatih oleh BNP di Desa Ciebeureum dan Desa Sukamantri-Ciamis. Kita harapkan nantinya seluruh desa di Jawa Barat sudah memiliki kader-kader Siaga Narkoba. Desa jadi fokus garapan karena peredaran dan ancaman narkoba sekarang ini bukan lagi di perkotaan. Mulai sekarang, aparat desa, kader PKK, pengurus Karang Taruna, Pramuka, tokoh Masyarakat, aparat RT/RW, dan para ulama harus bisa mengenali narkoba. Dengan begitu, bisa sedini mungkin dilakukan Pencegahanan supaya tidak memakan korban generasi muda kita. Para orang tua harus bisa membedakan mana ''daun singkong'' dan ''ganja''. Aparat desa juga harus hapal betul mana obat ''Ekstasi (ineks)'' dan mana obat sakit kepala ''Bodrex''. Gejala-gejala dan tanda anak-anak yang menggunakan narkoba juga harus dikenali sejak dini. Itulah tujuan saya menggelar Kegiatan Desa Siaga Narkoba”.2

Kegiatan fasilitas pembentuka pembinaan Desa Siaga Narkoba ini menjadikan prioritas penting bagi masyarakat agar mengenal bahaya narkoba dengan adanya kegiatan ini dimaksudkan dapat terbentuknya proses komunikasi nantinya dalam memberikan arahan yang positif kepada masyarakat. melalui kegitan ini peroses komunikasi dari bahwa ke atas bisa terjalin dengan efektif agar tidak terjadi suatu salah paham sehingga komunikasi semakin terbina dan terarah sehingga mencapai satu tujuan.

Strategi komunikasi adalah suatu Faktor penunjang dalam fasilitas pembentukan desa siaga narkoba ini tanpa adanya suatu strategi komunikasi kegiatan yang dilakukan tidak akan berjalan dengan lancar, dalam kegiatan fasilitas pembentukan dan pembinaan desa siaga naroba ini. Bidang Pencegahan 2http://www.facebook.com/note.php?note_id=38779194085802:16 PM 01 Desember 2010


(8)

BNP melakukan suatu strategi komunikasi untuk menentukan sasaran komunikasi, pesan, media, serta komunikator yang akan menyampaikan pesan. Sehingga dalam proses penyamapaian pesan kepada khalayak bisa disampaikkan dengan baik.

Pembentukan dan pembinaan Desa Siaga Narkoba ini BNP melatih kader-kader anti narkoba yang 200 kader-kader tersebut diharapkan menjadi mitra BNP dalam penanggulangan masalah narkoba, karena peredaran dan ancaman narkoba sekarang ini bukan lagi di perkotaan akan tetapi sudah sampai kedesa dari pembentukan kader tersebut bisa terjadi suatu proses komunikasi kepada masyarakat akan dampak bahaya narkoba dan mencegahan perdaran narkoba didesa.

Dengan kegitan Desa Siaga Narkoba diharapkan akan melahirkan Jawa Barat bebas narkoba, serta merupakan upaya untuk mencegahan pengedaraan narkoba ke desa. Berdasarkan dengan hal-hal yang telah di uraikan diatas maka strategi komunikasi bidang pencegahanan dalam kegiatan fasilitas pembentukan dan pembinaan Desa siaga narkoba adalah sabagai sarana komunikasi Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat dengan masyarakat untuk menginformasikan bahaya narkoba, yang dalam hal ini masyarakat yang cenderung tidak mengetahui tentang bentuk narkoba dan bagaimana penanggulangan terhadap orang yang sudah terkena narkoba dengan adanya fasilitas pembentukan dan pembinaan Desa Siaga ini melalui kader-kader yang telah di latih oleh BNP diharapkan bisa menjadikan masyarakat menganal bentuk dan bahaya narkoba melalui kader yang telah dilatih oleh BNP.


(9)

Sehingga peneliti tertarik untuk mengambil judul ini, Oleh sebab itu peneliti ingin mengetahui bagaimana Strategi komunikasi Bidang Pencegahan Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat Dalam kegiatan Fasilitas Pembentukan dan Pembinaan Desa Siaga Narkoba. sebagai bidang yang menjalankan tujuan pencegahanan, bidang Pencegahanan melakukan Kegiatan BNP salah satunya fasilitas pembentukan dan pembinaan Desa Siaga Narkoba pada masyarakat desa, hal ini guna memperoleh legitimasi dan dukungan serta paritisipasi dari masyarakatnya dalam menjalankan tugas dan fungsinya secara profesional.

Menyadari bahwasanya dinamika dan gelombang perubahan teknologi komunikasi berjalan dengan sangat cepat dan bahkan sering tidak mudah untuk diramalkan, oleh karena itu BNP sebagai salah satu lembaga pemerintah yang merupakan jembatan yang memberikan informasi mengenai penyuluhan peredaran narkotika. Ancaman bahaya penyalahgunaan narkoba di indonesia kian meningkat hal ini dapat dilihat dari angka kenaikan kasus peredaran gelap dari tahun 2008 dan tahun 2009.dibawah ini adalah gravik kasus pengguna narkoba di jawa barat:

Gambar 1.1

Grafik Kasus Narkoba di Jawa Barat


(10)

Dalam kasus tindak pidana berdasarkan tingkat penyalagunaan narkoba terdapat angka-angka yang semakin mengkhawatirkan. Pengungkapan kasus peredaran narkoba di Jawa Barat meningkat hingga 161 persen. Pada 2008 kasus yang terungkap sebanyak 2.600, meningkat pada 2009 menjadi 5.218 kasus. Pengungkapan kasus peredaran barang haram itu mulai dari tingkat RT hingga ke rumah produksi narkoba. Dari 42 juta penduduk Jabar, sekitar 850 ribunya adalah pengguna narkoba.

Menurut Dede yusuf , meskipun anggaran untuk penanganan barang haram itu sedikit, akan tetapi tidak berpengaruh pada upaya BNP dan BNK dalam menanggulangi masalah narkoba. "Anggaran yang tidak terlalu banyak tetapi kami berhasil mengungkapkan kasus peredaran narkoba.3

Setiap manusia yang hidup dalam masyarakat tidak akan pernah lepas dari komunikasi. Semenjak bangun tidur manusia secara kodrati senantiasa melakukan suatu komunikasi. dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin berkembang pesat. telah memberi pengaruh terhadap cara-cara manusia berkomunikasi sehingga mempermudah manusia itu sendiri untuk saling berhubungan serta mempunyai wawasan dan pengetahuan yang luas pada sumber daya manusia. Wawasan yang luas bisa didapat melalui pendidikan formal dan nonformal. Begitupun juga dengan komunikasi merupakan alat yang sangat penting dalam sebuah kegiatan baik dalam instansi maupun dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan masyarakat luas.

Bidang pencegahanan Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat mempunyai kegiatan yaitu kegiatan fasilitas Pembentukan dan Pembinaan Desa

3

http:/ / arrahmah.com/ index.php/ news/ read/ 8214/ masya-allah-dua-persen-penduduk-jawa-barat-pengguna-narkoba 04:20pm 2011


(11)

Siaga Narkoba sebagai sarana komunikasi diharapkan terbangunnya kemitraan yang kuat antara Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat dengan masyarakat dan senantiasa terdorong untuk membantu atau bekerjasama sehingga Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat dapat menjalakan tugas dan fungsinya secara profesional.

Dari latar belakang di atas peneliti berharap penelitian ini dapat menjawab masalah tentang “Bagaimana Strategi komunikasi Bidang Pencegahan Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat Dalam kegiatan Fasilitas Pembentukan dan Pembinaan Desa Siaga Narkoba di Ciamis”?

1.2 Identifikasi Masalah

Untuk dapat melihat lebih tentang permasalahan yang akan dibahas. Identifikasi masalah tersebut adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana sasaran komunikasi yang dilakukan oleh Bidang Pencegahan Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat Dalam Kegiatan Fasilitas Pembentukan dan Pembinaan Desa Siaga Narkoba di Ciamis?

2. Bagaimana media yang dipakai Bidang Pencegahan Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat Dalam Kegiatan Fasilitas Pembentukan dan Pembinaan Desa Siaga Narkoba di Ciamis?

3. Bagaimana pesan yang di sampaikan oleh Bidang Pencegahan Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat Dalam Kegiatan Fasilitas Pembentukan dan Pembinaan Desa Siaga Narkoba di Ciamis?


(12)

4. Bagaimana peranan komunikator dari Bidang Pencegahan Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat Dalam Kegiatan Fasilitas Pembentukan dan Pembinaan Desa Siaga Narkoba di Ciamis?

5. Bagaimana strategi komunikasi Bidang Pencegahan Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat Dalam Kegiatan Fasilitas Pembentukan dan Pembinaan Desa Siaga Narkoba di Ciamis?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan mengenai Strategi Komunikasi Bidang Pencegahan Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat Dalam Kegiatan Fasilitas Pembentukan dan Pembinaan Desa Siaga Narkoba di Ciamis mulai dari sasaran komunikasi, media, Pesan, komunikator, Strategi komunikasi yang dilakukan.

1.3.2 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui sasaran komunikasi yang dilakukan oleh Bidang Pencegahan Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat Dalam Kegiatan Fasilitas Pembentukan dan Pembinaan Desa Siaga Narkoba di Ciamis.

2. Untuk mengetahui media yang dipakai Bidang Pencegahan Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat Dalam Kegiatan Fasilitas Pembentukan dan Pembinaan Desa Siaga Narkoba di Ciamis.


(13)

3. Untuk mengetahui pesan yang di sampaikan oleh Bidang Pencegahan Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat Dalam Kegiatan Fasilitas Pembentukan dan Pembinaan Desa Siaga Narkoba di Ciamis.

4. Untuk mengetahui peranan komunikator yang ditentukan Bidang Pencegahan Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat Dalam Kegiatan Fasilitas Pembentukan dan Pembinaan Desa Siaga Narkoba di Ciamis.

5. Untuk mengetahui strategi komunikasi Bidang Pencegahan Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat Dalam Kegiatan Fasilitas Pembentukan dan Pembinaan Desa Siaga Narkoba di Ciamis.

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis

Melalui penelitian ini, diharapkan dapat membantu pengembangan dalam keilmuan komunikasi.

a. Sebagai pengembangan Ilmu Komunikasi secara umum mengenai bidang kajian Hubungan Masyarakat tentang strategi komunikasi. b. Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan

pemahaman mengenai komunikasi organisasi, khususnya dalam strategi komunikasi bidang pencegahan Badan Narkotika Provinsi


(14)

(BNP) Jawa Barat dalam Kegiatan Fasilitas pembentukan dan Pembinaan Desa Siaga Narkoba di Ciamis.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Kegunaan untuk perusahaan

Dapat digunakan sebagai masukan pemikiran bagi Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat dalam menyusun strategi dan kegiatan guna untuk meningkatkan fasilitasi dan pembinaan dalam Desa Siaga Narkoba di Ciamis.

2. Kegunaan untuk Kegiatan studi

Sebagai literatur bagi mahasiswa Unikom secara umum dan mahasiswa/i Ilmu Komunikasi secara khusus, terutama bagi yang akan melakukan penelitian pada kajian yang sama yaitu tentang strategi komunikasi.

3. Kegunaan untuk peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan peneliti dalam bidang komunikasi konsentrasi Humas, khususnya mengenai strategi komunikasi.

1.5 Kerangka Pemikiran 1.5.1 Kerangka Teoritis

Menurut Carl I.Hovland, komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap.(Effendy 2009:10)


(15)

“Definisi Hovland di atas menunjukkan bahwa komunikasi bukan saja penyampaian informasi, melainkan pembentukan pendapat umum (public opinion) dan sikap public (public attitude) yang dalam kehidupan social dan kehidupan politik memainkan peranan yang amat penting. Bahkan dalam definisinya secara khusus mengenai pengertian komunikasinya sendiri, Hovland mengatakan bahawa komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain (communication is the proses to modify the behavior pf other individuals)”. ( Effendi : 2009 : 10)

Peran komunikasi sangat penting bagi manusia dalam kehidupan sehari-hari, sebab tanpa komunikasi maka tidak adanya proses interaksi, saling tukar ilmu pengetahuan, pengalaman, pendidikan, persuasi, informasi, dan lain sebagainya. Suatu instansi pemerintahan selalu ada hubungan baik atara publik dengan komunikasi yang baik mampu membuat suatu tujuan akan tercapai karena itu perlu adanya strategi komunikasi berhasil atau tidaknya kegiatan komunikasi dalam menyusun strategi komunikasi menurut Effendy dalam buku ilmu komunikasi tiori dan praktek yaitu:

1. Mengenali sasaran komunikasi

Sebelum melancarkan komunikasi perlu mempelajari siapa-siapa yang akan menajdi sasaran komunikasi bergantung kepada tujuan komunikasi, apakah komunikasi hanya sekedar mengetahui (metode informatif) atau agar komunikasi melakukan tindakan (metode persusif atau instruktif).

2. Pemilihan media komunikasi

Untuk mencapai sasaran komunikasi kita dapat memilih salah satu atau gabungan dari beberapa media, bergantung pada tujuan yang akan dicapai, pesan yang akan disampaikan, dan teknik yang akan digunakan.

3. Pengkajian tujuan pesan komunikasi

Pesan komunikasi (massage) mempunyai tujuan tertentu. Ini menentukan teknik yang harus diambil, apakah itu teknik informasi, teknik persuasi, atau teknik instruksi.

4. Peranan komunikator dalam komunikasi

Ada faktor yang penting pada diri komunikator bila ia melancarkan komikasi, yaitu daya tarik sumber (source attractiveness) dan kredibilitas sumber (source credibility) a. Daya tarik sumber


(16)

Seseorang komunikator akan berhasil dalam komunikasi, akan mampu mengubah sikap, opini, dan perilaku komunikan melalui mekanisme daya tarik jika pihak komunikasi merasa bahwa komunikator ikut serta.

b. Kredibiltas sumber

Faktor kedua yang bisa menyebabkan komunikasi berhasil ialah kepercayaan komunikan pada komunikator. (Effendi : 2009:35).

1.5.2 Kerangka Konseptual

Dalam kerangka konseptual ini, penulis mengaplikasikan teori yang digunakan sebagai landasan penelitian dengan keadaan yang ada di lapangan tentang Strategi komunikasi Bidang Pencegahan Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat Dalam kegiatan Fasilitas Pembentukan dan Pembinaan Desa Siaga Narkoba suatau kegiatan yang berbentuk penyuluhan kepada Masyarakat tentang bahaya narkoba melalui komponen- komponen strategi komunikasi dari penentuan sasaran komunikasi, media, pesan, dan komunikator sehinga terbentuk lah suatu strategi komunikasi bidang pencegahan dalam kegiatan fasilitas pembentukan dan pembinaan desa siaga narkoba Berikut proses strategi komunikasi yang di lakukan bidang pencegahan berdasarkan kepada orientasi Strategi komunikasi bidang Pencegahanan Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat dalam Kegiatan Fasilitas pembentukan dan Pembinaan Desa Siaga Narkoba di Ciamis:

1. Sasaran komunikasi

Tahap ini bidang pencegahan BNP melakukan pembelajaran tentang sasaran komunikasi yang akan dilancarkan. Dengan melihat tujuan dari fasilitas pembentukan dan pembinaan desa siaga narkoba


(17)

sebagai sarana informasi masyarakat agar mendukung dan terjadi konstirbusi masyarakat kepada BNP.

2. Media

Tahap ini bidang pencegahan BNP menentukan media dan menyesuaikannya dengan sasaran komunikasi yang telah ditentukan dengan memilih media orasi sebagai Faktor pendukung dalam penyampaian pesan.

3. Pesan

Tahap ini bidang pencegahan BNP melakukan pengkajian pesan yang akan disampaikan dengan melihat tujuan dari kegitan sehingga penyampaian pesan kepada khalayak bisa tersampaikan dan sesuai dengan apa yang diharapkan

4. Peranan komunikator

Tahap ini bidang pencegahan menentukan komunikator sebagai penyampai pesan kegiatan yang dilakukan dengan melihat dari daya tarik sumber dan kredebilitas sumber komunikator sehingga masyarakat bisa menerima pesan dengan baik.

5. Strategi komunikasi

Dalam tahap ini adalah gabungan dari keempat tahap diatas bidang pencegahan melakukan strategi komunikasi dengan berlandasan dengan komponen-komponen komunikasi sehingga strategi komunikasi yang disampaikan menjadi efektif dan terencana.


(18)

Dari keempat komponen komunikasi diatas diadaptasikan oleh penulis ke gambar untuk lebih jelas mengenai strategi komunikasi yang di jalankan oleh BNP Dimana dalam pembentukan strategi komunikasi ini saling berkaitan satu sama lain sehingga menjadikan informasi yang di sampaikan secara efektif dan terencana, seperti gambar di bawah ini:

Gambar 1.2

Aplikasi Komponen-komponen komunikasi

Sumber : pemikiran peneliti 2010

1.6 Pertanyaan Penelitian

Berlandasan dengan indikator yang telah dibuat, yang dituangkan sebagai identifikasi masalah, kemudian disusun beberapa pertanyaan penelitian, yang digunakan untuk membantu mendapatkan tujuan dari penelitian. Yaitu sebagai berikut:

A. Sasaran komunikasi yang dilakukan oleh Bidang Pencegahan Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat Dalam Kegiatan Fasilitas Pembentukan dan Pembinaan Desa Siaga Narkoba di Ciamis?

1. Bagaimana proses penentuan sasaran oleh Bidang Pencegahan Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat dalam Kegiatan Fasilitas Pembentukan dan Pembinaan Desa Siaga Narkoba di? Sasaran

komunikasi

Pemilihan media

pesan komuni

kator


(19)

2. Apa tujuan dari penentuan sasaran oleh Bidang Pencegahan BadanNarkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat dalam Kegiatan fasilitas pembentukan Desa Siaga Narkoba?

3. Dengan cara apa mengenali sasaran yang dilakukan oleh Bidang Pencegahan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat dalam Kegiatan fasilitas pembentukan dan pembinaan Desa Siaga Narkoba?

B. Media yang dipakai Bidang Pencegahan Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat Dalam Kegiatan Fasilitas Pembentukan dan Pembinaan Desa Siaga Narkoba Pembentukan dan Pembinaan Desa Siaga Narkoba di Ciamis

1. Bagaimana menentukan media yang dipakai oleh Bidang Pencegahan Badang Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat dalam Kegiatan Fasilitas Pembentukan dan Pembinaan Desa Siaga Narkoba?

2. Apa media yang digunakan oleh Bidang Pencegahan Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat dalam Kegiatan Fasilitas Pembentukan dan Pembinaan Desa Siaga Narkoba?

3. Apakah media yang digunakan oleh Bidang Pencegahan Badang Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat dalam Kegiatan Fasilitas Pembentukan dan Pembinaan Desa Siaga Narkoba sudah tepat? C. Pesan yang di sampaikan oleh Bidang Pencegahan Badan Narkotika

Provinsi (BNP) Jawa Barat Dalam Kegiatan Fasilitas Pembentukan dan Pembinaan Desa Siaga Narkoba di Ciamis


(20)

1. Apa pesan yang di sampaikan oleh Bidang Pencegahan Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat dalam kegiatan fasilitas pembentukan dan pembinaan desa siaga narkoba?

2. Bagaimana cara penyampaian pesan yang digunakan oleh Bidang Pencegahan Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat Dalam Kegiatan Fasilitas Pembentukan dan Pembinaan Desa Siaga Narkoba?

3. Bagaimana isi pesan yang disampaikan oleh Bidang Pencegahan Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat Dalam Kegiatan Fasilitas Pembentukan dan Pembinaan Desa Siaga Narkoba? 4. Bagaimana proses pembebuatan isi pesan yang digunakan oleh

Bidang Pencegahan Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat dalam Kegiatan pembentukan dan pembinaan desa siaga narkoba? D. Peranan komunikator yang ditentukan Bidang Pencegahan Badan

Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat Dalam Kegiatan Fasilitas Pembentukan dan Pembinaan Desa Siaga Narkoba di Ciamis

1. Bagaimana proses penentuan komunikator oleh Bidang Pencegahan Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat dalam kegiatan fasilitas pembentuka dan pembinaan Desa Siaga Narkoba? 2. Apakah peranan komunikator yang di tentukan Bidang Pencegahan Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat dalam kegitan fasilitas pembentukan dan pembinaan Desa Siaga Narkoba sudah tepat?


(21)

3. Siapa komunikator yang ditentukan oleh Bidang Pencegahan Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat dalam kegitan fasilitas pembentukan dan pembinaan Desa Siaga Narkoba?

E. Strategi komunikasi Bidang Pencegahan Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat Dalam Kegiatan Fasilitas Pembentukan dan Pembinaan Desa Siaga Narkoba di Ciamis?

1. Faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat Bidang Pencegahan Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat Dalam Kegiatan Fasilitas Pembentukan dan Pembinaan Desa Siaga Narkoba?

2. Apakah tujuan Strategi komunikasi Bidang Pencegahan Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat Dalam Kegiatan Fasilitas Pembentukan dan Pembinaan Desa Siaga Narkoba?

1.7 Subjek Penelitian dan Informan 1.7.1 Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah sesuatu baik mahkluk hidup, benda ataupun lembaga (instansi), yang sifat dan keadaannya (atributnya) akan diteliti. Dengan kata lain subjek penelitian adalah sesuatu yang di dalam dirinya melekat atau terkandung objek penelitian,4 Penelitian ini dilakukan di Bidang Pencegahanan Badan Narkotika Provinsi Provinsi (BNP) Jawa Barat. Dengan subjek penelitian terdiri dari semua staf di bidang pencegahan

4

http:/ / tat angmanguny.wordpress.com/ 2009/ 04/ 21/ subjek-responden-dan-informan-penelitian/ 01:00 PM 12 Desember 2010


(22)

dan dilakukan pemilihan dengan memilih beberapa informan yang lebih mengetahui kegiatan di fasilitas pembentukan dan pembinaan desa siaga narkoba di Ciamis.

1.7.2 Informan

Informan (Narasumber) penelitian adalah seseorang yang, karena memiliki informasi (data) banyak mengenai objek yang sedang diteliti, dimintai informasi mengenai objek penelitian tersebut.5sedangkan menurut

Webster.s New Colleagiate Dictiory seorang informan adalah “seorang pembaca asli yang berbicara dengan mengulang kata-kata, frasa, dan kalimat dalam bahasa atau dialeknya sebagai model Instansiatau sumber informasi”. (Spradley,2006 : 36). Informan kunci dalam penelitian ini berjumlah 4 orang dapat di lihat di table di bawah ini:

Tabel 1.1 Informan Penelitian

NO NAMA JABATAN

1 H.Keyo Sukarya, SH.,M.Si Kepala Bidang Pencegahanan 2 Heri Mulyadi, S.Sos, M.PSSp Sub Bidang Advokasi Pencegahanan

3 Pinza Andi, S.AMD Pelaksana

4 Suhendi, SH . Pelaksana (BNK) Ciamis

Sumber: Data Resmi Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat, 2010

Pemilihan informan dilakukan dengan teknik purposive sampling

dimana informan dijadikan sumber informasi yang mengetahui tentang

5

http:/ / tat angmanguny.wordpress.com/ 2009/ 04/ 21/ subjek-responden-dan-informan-penelitian/01: 00 PM 12 Desember 2010 PM


(23)

masalah penelitian yang sedang diteliti oleh peneliti, dengan pertimbangan bahwa merekalah yang paling mengetahui informasi yang akan diteliti.

Data yang dikumpulkan diperiksa kembali bersama-sama dengan informan. Langkah ini memungkinkan dilihat kembali akan kebenaran informasi yang dikumpulkan. Selain itu, juga dilakukan cross check data kepada narasumber lain yang dianggap paham terhadap masalah yang diteliti.

1.8 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif, menurut Bodgan dan Taylor dalam Moleong, menyatakan bahwa pendekatan kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. (Moleong : 2000 : 3)

Lebih lanjut dikatakan Sugiyono, menyebutkan penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah. (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara tranggulasi (gabungan) analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.( Sugiyono : 2007 : 1-2 )

Mulyana, menyebut penelitian kualitatif dalam ilmu komunikasi sebagai perspektif subjektif. Teknik penelitian yang digunakan dalam penelitian ini sangat relevan dengan ciri-ciri dari penelitian yang berperspektif subyektif seperti:

1. Sifat realitas yang bersifat ganda, rumit, semu, dinamis (mudah berubah-rubah), dikonstruksikan, dan holistik: pembenaran realitas bersifat relatif,


(24)

2. Aktor (subyek) bersifat aktif, kreatif dan memiliki kemauan bebas, dimana prilaku komunikasi secara internal dikendalikan oleh individu sifat hubungan dalam dan mengenai realitas,

3. Hubungan peneliti dengan subyek penelitian juga bersifat stara, empati, akrab, interaktif, timbal balik, saling mempengaruhi dan berjangka lama, 4. Tujuan penelitian terkait dengan hal-hal yang bersifat khusus,

5. Metode penelitian yang deskriptif, 6. Analisis bersifat induktif,

7. Otentisitas adalah kriteria kualitas penelitian subyektif, dan nilai, etika, dan pilihan moral peneliti melekat dalam proses penelitian. Hasil analisis kualitatif berupa perbandingan kondisi real di lapangan diperoleh dari pendapat-pendapat berbagai unsur yang terlibat langsung dalam kegiatan (Mulyana : 2002 : 147-148)

1.9 Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara Mendalam (In depth interview)

Wawancara merupakan teknik pengambilan data dimana peneliti langsung berdialog dengan informan untuk menggali informasi dari informan tersebut. Definisi wawancara adalah suatu proses komunikasi diadik relasional dengan tujuan yang serius dan ditetapkan terlebih dulu yang dirancang untuk mempertukarkan perilaku dan melibatkan tanya jawab. Atau singkatnya, Wawancara adalah suatu percakapan berdasarkan suatu maksud. Namun definisi tersebut agak terbatas, karena wawancara membatasi wawancara dengan tujuan yang serius. Wawancara juga telah menjadi bentuk hiburan yang populer seperti disiarkan televisi dan radio. (Stewart, 2000:78).

Wawancara dilakukan dengan Narasumber yang berjumlah 4 orang, yaitu dengan Bapak H.Keyo Sukarya.SH.,M.Si, Selaku Kepala Bidang Pencegahanan Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat dan Bapak Heri Mulyadi,S.Sos, M.PSSp, Selaku Sub Bidang Advokasi


(25)

Pencegahanan Pinza Andi, S.Amd. selaku Pelaksana Bidang Pencegahan Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat. dan Suhendi, SH. Selaku Pelaksana Badan Narkotika Kabupaten (BNK) Ciamis.

2. Triangulasi Data

Selanjutnya, guna mengatasi kemelencengan dalam pengumpulan data maka di lakukan triangulasi informasi baik dari segi sumber data maupun triangulasi metode.

3. Observasi Partisipatif

Susan Stainback menyatakan dalam observasi patisipatif, peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapakan, dan berpastisipasi dalam aktivitas mereka (Sugiyono, 2007:65). 4. Dokumentasi

Catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen dapat berupa tulisan, gambar, atau karya karya monumental dari seseorang. Dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan (Moleong, 2000: 161). Dokumentasi sendiri merupakan salah satu sumber pengumpul data dimana sumber dokumentasi ini diperoleh dari beberapa data atau dokumen, laporan, buku, surat kabar dan juga beberapa bacaan lainnya yang mendukung penelitian ini.


(26)

5. Studi Pustaka

Studi pustaka menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) adalah “suatu kajian, telaah literatur tertulis (buku, artikel, kitab) yang dijadikan rujukan, acuan yang bersumber resmi” (KBBI, 2008). Studi pustaka ini dilakukan dan disesuaikan dengan bidang yang dipelajari, agar terdapat kesesuaian antara data dan informasi yang didapatkan dengan yang dibutuhkan. Sehingga informasi yang diperoleh memiliki arti dan manfaat bagi peneliti.

6. Internet Searching

Internet searching merupakan “salah satu metode pencarian dan pengumpulan data dan informasi dari alamat website tertentu yang dapat diletakkan (posting) oleh pengguna internet”.

1.10 Teknik Analisis Data

Teknis analisis data dalam yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif, mengikuti konsep yang di berikan Miles dan Huberman menjelaskan bahwa:

“Menurut Miles and Huberman dalam sugiyono, mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara innteraktif dan berlangsung secara terus menerus pada setiap tahapan penelitian sehinga sampai tuntas, dan datanya sampai jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reducation, data display, dan conclusion drawing/verification. (sugiyono 2007:183). Seperti terlihat pada gambar berikut ini”:


(27)

Gambar 1.3

Komponen-Komponen dalam Analisis Data Model Kualitatif

Sumber : Memahami Penelitian Kualitatif, Sugiyono ( 2007:92 )

Data yang diperoleh dari lapangan dilakukan analisis melalui tahap-tahap sebagai berikut:

1. Reduksi Data (Data reducation) : Kategorisasi dan mereduksi data, yaitu melakukan pengumpulan terhadap informasi penting yang terkait dengan masalah penelitian, selanjutnya data dikelompokkan sesuai topik masalah. 2. Pengumpulan Data (Data collection): Data yang dikelompokkan

selanjutnya disusun dalam bentuk narasi-narasi, sehingga berbentuk rangkaian informasi yang bermakna sesuai dengan masalah penelitian. 3. Penyajian Data (Data Display): Melakukan interpretasi data yaitu

menginterpretasikan apa yang telah diinterpretasikan informan terhadap masalah yang diteliti.

Data collection

Data reducation

Conclusions: drawing/verific

ation

Data display


(28)

4. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing/verification) : Pengambilan kesimpulan berdasarkan susunan narasi yang telah disusun pada tahap ketiga, sehingga dapat memberi jawaban atas masalah penelitian.

5. Evaluasi: Melakukan verifikasi hasil analisis data dengan informan, yang didasarkan pada kesimpulan tahap keempat. Tahap ini dimaksudkan untuk menghindari kesalahan interpretasi dari hasil wawancara dengan sejumlah informan yang dapat mengaburkan makna persoalan sebenarnya dari fokus penelitian.

Dari kelima tahap analisis data diatas setiap bagian-bagian yang ada di dalamnya berkaitan satu sama lainnya, sehinga saling berhubungan antara tahap yang satu dengan tahap yang lainnya. Analisis dilakukan secara kontinyu dari pertama samapai akhir penelitian, untuk mengtahui Strategi Komunikasi Bidang Pencegahanan Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat dalam Kegiatan Fasilitas Pembentukan dan Pembinaan Desa Siaga Narkoba. Sedangkan triangulasi metode dilakukan untuk mencocokkan informasi yang diperoleh dari satu teknik pengumpulan data (wawancara mendalam)


(29)

1.11 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.11.1 Lokasi Penelitian

Penelitian akan dilakukan pada instansi pemerintah, sebagai berikut: Instansi : Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat

Bagian : Bagian Pencegahanan Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat

Alamat : Jl. Cilaki No.51 Bandung 40115 Telepon : (022) 7231209

Fax : (022) 7208036

1.11.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dijadwalkan akan dilaksanakan mulai dari bulan September 2010 sampai bulan Februari 2011. Berikut ini adalah tabel jadwal penelitian, sebagai berikut:


(30)

Tabel 1.2 Jadwal Penelitian

No Kegiatan

September 2010

November 2010

Desember 2010

Januari 2011

Februari 2011 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Pengajuan judul

2 Penulisan Bab 1 Bimbingan 3 Seminar UP 4 Penulisan Bab II

Bimbingan 5 Penulisan Bab III

Bimbingan 6 Pengumpulan Data

Wawancara Bimbingan 7 Pengolahan Data

Penulisan Bab IV Bimbingan 8 Penulisan Bab V

Bimbingan 9 Penyusunan Bab 10 Sidang kelulusan


(31)

1.12 Sistematika Penelitian

Penulisan penelitian memiliki sistematika sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini, berisikan mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, maksud dan tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kerangka pemikiran, pertanyaan penelitian, subjek penelitan dan informan, metodi penelitian,teknik analisis data, lokasi dan waktu penelitian, dan sistematika penelitian. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini, berisikan mengenai teori-teori dan definisi-definisi yang dapat membantu peneliti dalam menjawab pertanyaan penelitiannya dan mencapai tujuan penelitiannya. Antara lain tinjauan mengenai peroses komunikasi yang ditinjau dari komunikasi organisasi, tinjauan tentang Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat, tinjauan mengenai fasilitas pembinaan desa siaga, tinjauan mengenai Strategi dan tujuan mengenai strategi.

BAB III : OBJEK PENELITIAN

Dalam bab ini akan dibahas mengenai sejarah perusahaan, visi, dan misi, Stuktur organisasi, tugas pokok, Kewenangan , Arti Lambang Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat, juga mengenai bidang Pencegahanan Badan Narkotika


(32)

Provinsi (BNP) Jawa Barat, jobdescription serta sekilas tentang pembentukan Desa Siaga Narkoba.

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini diuraikan mengenai hasil dari wawancara mendalam dengan informan. Didalamnya berisikan indentitas informan, deskripsi analisis penelitian dan pembahasan.

BAB V : PENUTUP

Dalam bab ini, peneliti memberikan kesimpulan dari hasil pembahasan yang ada pada identifikasi masalah dan juga peneliti memberikan saran-saran kepada perusahaan dan kepada peneliti selanjutnya, yang dibuat dalam bentuk poin.


(33)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Tentang Komunikasi

2.1.1 Pengertian Hakiki Komunikasi

Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari kata latin communis yang berarti “sama”, communico, communicatio,

atau communocare yang berarti membuat sama (to make common). Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna atau suatu pesan dianut secara sama. Pendapat lain menyatakan, komunikasi sebagai pengoperan ide dan gagasan untuk menyatukan kekuatan sehingga terjadi interaksi antara orang-orang yang berkomunikasi, menuju pencapaian tujuan bersama (kesamaan makna). Seperti yang dikutip oleh Hasan Erlina dalam bukunyakomunikasi pemerintahan, antara lain:

1. Hovland menyatakan “ communication is the prosess by wich an individual transmits stimuli usually verbal symbols to modify the behavior of other individuals”(Hasan, 2010: 17).

2. Wilbur Schramm, seorang pakar dari Standford University, mendefinisikan komunikasi sebagai “ the sharing of an orientation toward a set of information signs”(Hasan, 2010: 17).

3. Kincaid mengemukakan, “ komunikasi adalah proses saling berbagi atau menggunakan informasi secara bersama dan pertalian antara para peserta dalam proses informasi”(Hasan, 2010: 17).


(34)

4. Myers dan Miller mengemukakan pendapatnya tentang komunikasi sebagai titik pusat kekuatan menyatukan sehingga terjadi koordinasi antara orang-orang dan karenanya mereka akan bergerak pada suatu tindakan yang terorganisir (Hasan, 2010: 18).

5. Menurut Harold D. Lasswell cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan berikut: Who Says what in which Channel to whom whit what Effect? ( siapa mengatakan apa dengan saluran apa kepada siapa dengan efek bagaimana).(Fajar, 2009: 32).

6. Berelson dan Steiner mengatakan komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lain-lain. Melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-angka, dan lainnya (Fajar, 2009: 32).

7. Menurut Carl l. Hovland, komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap (Effendy, 2009: 10)

8. Onong Uchjana Effendy berpendapat bahwa komunikasi adalah “Proses pernyataan antara manusia yang dinyatakan adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya” (Effendy, 1993 :28).

Berlandasan pernyataan dan definisi tersebut diatas dapat dikemukakan secara umum bahwa, komunikasi adalah proses pernyataan antara manusia mengenai isi pikiran dan persaanya. Pengungkapan isi


(35)

pikiran dan perasaan tersebut apabila diaplikasikan secara benar dengan etika yang tepat akan mampu mencegah dan menghindari konflik antar pribadi, antar kelompok, antar suku, bahkan antarbangsa, sehingga dapat menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.

Berbicara mengenai definisi komunikasi, tidak ada definisi yang salah dan benar, definisi diuraikan untuk menjelaskan fenomena yang didefinisikan dan mengevaluasinya. Beragamnya definisi mengenai komunikasi menuntun kita untuk lebih mengenal komunikasi secara konseptualisasi, dimana komunikasi terdiri dari tiga konseptualisasi seperti yang diungkapkan oleh Wenburg dan Wilmot (Mulyana, 2000 : 61-68) :

1. Komunikasi sebagai tindakan satu arah

Suatu pemahaman mengenai komunikasi manusia adalah komunikasi yang mengisyaratkan penyampaian pesan searah dari seseorang (atau suatu lembaga) kepada seseorang (sekelompok orang lainnya baik secara langsung atau melalui media. Jadi komunikasi dianggap sebagai proses linear yang dimulai dengan sumber atau pengirim dan berakhir pada penerima, sasaran atau tujuannya.

2. Komunikasi sebagai interaksi

Pandangan ini menyeratakan komunikasi dengan proses sebab-akibat atau aksi-reaksi yang arahnya bergantian. Seseorang menyampaikan pesan baik verbal atau nonverbal, seorang penerima bereaksi dengan memberi jawaban verbal atau menganggukkan kepala. Komunikasi sebagai interaksi dipandang lebih dinamis daripada komunikasi satu arah.


(36)

Namun pandangan ini masih membedakan para peserta sebagai pengirim dan penerima karena itu masih berorientasi pada sumber jadi masih bersifat mekanis dan statis.

3. Komunikasi sebagai transaksi

Dalam konteks ini komunikasi adalah suatu proses personal karena makna atau pemahaman yang kita peroleh pada dasarnya bersifat pribadi. Komunikasi bersifat dinamis, lebih sesuai untuk komunikasi tatap muka yang memungkinkan pesan atau respon verbal dan nonverbal bisa diketahui dengan langsung, konsep ini tidak membatasi komunikasi sebagai komunikasi yang disengaja atau respon yang dapat diamati. Komunikasi dilihat sebagai proses dinamis yang berkesinambungan mengubah perilaku-perilaku pihak yang berkomunikasi.

2.1.2 Tujuan Komunikasi

Menurut R. Wayne Pace, Brent D,Peterson, dan M. Dallas Burnett dalam (Effendy, 2009 : 32), Techniques for Effective Communications, menyatakan bahwa tujuan sentral komunikasi terdiri atas tiga tujuan utama, yaitu :

a. To secure understanding,

b. To establish acceptance,

c. To motivate action.

Pertama adalah to secure understanding, memastikan bahwa komunikan mengerti pesan yang diterimanya serta sudah dapat mengerti dan


(37)

menerima, maka penerimaannya itu harus dibina (to establish acceptance). Pada akhirnya kegiatan dimotivasikan(to motivate action).

2.1.3 Komponen-komponen Komunikasi

Menurut Effendy (2009:10), Lingkup Ilmu Komunikasi berdasarkan komponennya terdiri dari :

1. Komunikator (communicator) 2. Pesan (message)

3. Media (media)

4. Komunikan (communicant) 5. Efek (effect)

Berdasarkan komponen-komponen tersebut Lasswell menyebutkan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.

1. Komunikator dan Komunikan

Menggunakan istilah sumber-penerima, karena sumber-penerima sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan untuk menegaskan bahwa setiap orang yang terlibat dalam komunikasi adalah sumber (pembicara) sekaligus penerima (pendengar). Anda mengirimkan pesan ketika anda berbicara, menulis, memberikan isyarat tubuh, atau tersenyum. Anda menerima pesan dengan mendengarkan, membaca, membaui dan sebagainya (Devito, 1997 : 27).

Tetapi ketika kita mengirim pesan kita juga menerima pesan. Anda menerima pesan kita sendiri (kita mendengar diri sendiri, merasakan


(38)

gerak tubuh sendiri, dan melihat banyak isyarat tubuh kita sendiri) dan kita menerima pesan dari orang lain secara visual, melalui pendengaran atau bahkan melalui rabaan dan penciuman. Ketika kita berbicara dengan orang lain, kita memandangnya untuk mendapatkan tanggapan untuk mendapatkan dukungan, pengertian, simpati, persetujuan dan sebagainya. Ketika kita menyerap isyarat-isyarat nonverbal ini, kita menjalankan fungsi penerima

2. Pesan

Pesan dalam proses komunikasi yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan terdiri dari isi (the content) dan lambang (symbol). Lambang dalam media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna dan sebagainya yang secara langsung mampu menerjemahkan pikiran atau perasaan komunikator kepada komunikan (Effendy, 2000 : 11).

Bahasa adalah lambang yang paling banyak dipergunakan, namun tidak semua orang pandai berkata-kata secara tepat yang dapat mencerminkan pikiran dan perasaannya. Kial (gesture) memang dapat menerjemahkan pikiran seseorang sehingga terekspresi secara fisik namun gerakan tubuh hanya dapat menyampaikan pesan yang terbatas. Isyarat dengan menggunakan alat seperti tongtong, bedug, sirine dan lain-lain serta warna yang mempunyai makna tertentu, kedua lambing itu sama-sama terbatas dalam mentransmisikan pikiran seseorang pada orang lain.


(39)

3. Media

Media sering disebut sebagai saluran komunikasi, jarang sekali komunikasi berlangsung melalui satu saluran, kita mungkin menggunakan dua atau tiga saluran secara simultan. Sebagai contoh dalam interaksi tatap muka kita berbicara dan mendengar (saluran suara), tetapi kita juga memberikan isyarat tubuh dan menerima isyarat secara visual (saluran visual). Kita juga memancarkan dan mencium bau-bauan (saluran olfaktori), dan sering kita saling menyentuh itupun komunikasi (saluran taktil) (Devito, 1997 :28).

Media juga dapat dilihat dari sudut media tradisional dan moderen yang dewasa ini banyak dipergunakan (Effendy, 2000 : 37). Tradisional misalnya kontongan, bedug, pagelaran seni, dan lain-lain sedangkan yang lebih modern misalnya surat, papan pengumuman, telepon, telegram, pamflet, poster, spanduk, surat kabar, majalah, film, televisi, internet yang pada umumnya diklasifikasikan sebagai media tulisan atau cetak, visual, audio dan audio-visual.

4. Efek

Komunikasi selalu mempunyai efek atau dampak atas satu atau lebih orang yang terlihat dalam tindak komunikasi. Pada setiap tindak komunikasi selalu ada konsekuensi. Pertama Anda mungkin memperoleh pengetahuan atau belajar bagaimana menganalisis, melakukan sintesis atau mengevaluasi sesuatu, ini adalah efek intelektual atau kognitif. Kedua Anda mungkin memperoleh sikap baru atau mengubah sikap,


(40)

keyakinan, emosi dan perasaan Anda, ini adalah efek afektif. Ketiga Anda mengkin memperoleh cara-cara atau gerakan baru seperti cara melemparkan bola atau melukis, selain juga perilaku verbal dan non verbal yang patut, ini adalah efek psikomotorik (Devito, 1997 : 29). 2.1.4 Proses Komunikasi

Proses merupakan “Suatu rangkaian dari langkah-langkah atau tahap-tahap yang harus dilalui dalam usaha pencapaian tujuan. Proses komunikasi merupakan rangkaian dari langkah-langkah atau tahap-tahap yang harus dilalui dalam pengiriman informasi” (Wursanto, 2007: 154). Effendy dalam bukunya yang berjudul Ilmu komunikasi teori dan praktek, menyebutkan bahwa Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yakni secara primer dan secara sekunder, yaitu:

a. Proses komunikasi secaraprimer

Proses Komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan sesorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara langsung mampu ”menerjemahkan” pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan.

b. Proses komunikasi secarasekunder

Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau


(41)

sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. (Effendy, 2009 : 11.16).

2.2 Tinjauan Tentang Komunikasi Organisasi

Istilah organisasi memiliki dua pengertian, pertama mengacu pada suatu lembaga (institution)atau kelompok fungsional. Organisasi merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Arti kedua mengacu pada proses pengorganisasian, yaitu pengaturan pekerjaan di antara anggota organisasi sehingga tujuan organisasi dapat dicapai secara efesien.

Suatu organisasi terbentuk apabila suatu usaha lebih dari satu orang untuk menyelesaikannya. Kondisi ini timbul disebabkan karena tugas itu terlalu besar atau terlalu kompleks untuk ditangani satu orang, oleh karena itu suatu organisasi dapat kecil seperti usaha dua orang individu atau dapat sangat besar yang melibatkan banyak orang dalam interaksi kerjasama. Adanya proses kerjasama sejumlah manusia dalam organisasi, serta pembagian tugas maka dalam organisasi itu sendiri terdapat struktur organisasi yang dapat membedakan antara atasan dan bawahan.

Deddy Mulyana mendefinisikan komunikasi organisasi dalam bukunya yang berjudul Ilmu Komunikasi, komunikasi organisasi (organizational communication) terjadi dalam suatu organisai, bersifat formal dan informal, dan berlangsung dalam suatu jaringan yang lebih besar daripada komunikasi kelompok. Komunikasi organisasi sering sekali melibatkan juga komunikasi diadik, komunikasi antarpribadi dan ada kalanya juga komunikasi publik.


(42)

Komunikasi formal adalah komunikasi menurut struktur organisasi, yakni komunikasi ke bawah, komunikasi ke atas, dan komunikasi horisontal, sedangkan komunikasi informal tidak bergantung pada struktur organisasi, seperti komunikasi antarsejawat. Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi1

Komunikasi dalam organisasi menggunakan dua saluran dasar yaitu saluran formal dan informal keduanya penting dan membawa pesan adakalanya menegaskan untuk seluruh organisasi. Saluran formal adalah saluran yang telah ditetapkan oleh organisasi atau instansi. Pesan-pesan mengalir ke dalam tiga arah : ke bawah, ke atas dan kesamping. Pesan-pesan ke bawah terutama berisi informasi yang perlu bagi staf manapun untuk melaksanakan tugasnya, seperti kebijakan-kebijakan dan prosedur, perintah dan permintaan yang diturunkan ke tingkat yang tepat dalam jenjang hirarki. Pesan-pesan ke atas berbentuk laporan, permintaan, opini dan keluhan. Pesan-pesan kesamping berlangsung antar departemen, gugusan fungsi atau antar orang-orang pada tingkat yang sama dalam organisasi. Komunikasi formal terjadi dalam struktur organisasi formal dan berwujud pola-pola hubungan formal, jadi dapat dikatakan dalam komunikasi formal terdapat pola tingkah laku yang relatif stabil dan berubah sangat lamban (Evert M. Rogers dan Rekha A. Rogers : 79-80)

1

http://adiprakosa.blogspot.com/2011/01/teori-komunikasi-organisasi.html Pukul 08:43 AM


(43)

Saluran informal terbentuk dari kesamaan kepentingan diantara orang-orang dalam organisasi. Selentingan merupakan saluran yang ampuh. Diperkirakan lebih dari setengah informasi yang dibutuhkan para pimpinan dalam membuat perencanaan diperoleh melalui selentingan. Selentingan tersebut mungkin menyimpang, namun seringkali lebih dipercaya dari pada pesan yang disampaikan melalui saluran formal. Saluran informal seringkali menjadi satu-satunya sarana komunikasi ketika saluran formal mengalami kemacetan atau gangguan.

2.3 Tinjauan Tentang Strategi komunikasi

Rogers (1976) mengatakan komunikasi tetap dianggap sebagai perpanjangan tangan para perencana pemerintah, dan fungsi utamanya adalah untuk mendapatkan dukungan masyarakat dan partisipasi mereka dalam pelaksanaan rencana-rencana pembangunan. Dari pendapat Rogers ini jelas bahwa setiap pembangunan dalam suatu bangsa memegang peranan penting. Dan karenanya pemerintah dalam melancarkan komunikasinya perlu memperhatikan strategi apa yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan sehingga efek yang diharapkan itu sesuai dengan harapan.

Para ahli komunikasi terutama di negara-negara berkembang mempunyai perhatian yang sangat besar terhadap strategi komunikasi dalam hubungannya dengan penggiatan pembangunan nasional di negara-negara masing-masing. Fokus perhatian ahli komunikasi ini memang penting karena efektivitas komunikasi bergantung pada strategi komunikasi yang digunakan.


(44)

Effendy mengatakan strategi baik secara makro (planned multimedia strategy) mempunyai fungsi ganda yaitu :

1. Menyebarluaskan pesan komunikasi yang bersifatinformatif, persuasif, dan

instruktif secara sistematik kepada sasaran untuk memperoleh hasil yang optimal.

2. Menjembatani ”cultural gap” akibat kemudahan diperolehnya dan kemudahan dioperasionalkannya media massa yang begitu ampuh, yang jika dibiarkan akan merusak nilai-nilai budaya (Effendy : 1993).

Strategi pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan. Tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang menunjukkan arah saja, melainkan harus menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya. Dengan demikian strategi komunikasi merupakan paduan dari perencanaan komunikasi (communication management) untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus dapat menunjukkan bagaimana operasionalnya secara taktis harus dilakukan, dalam arti bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda tergantung pada situasi dan kondisi.

Setiap strategi dalam bidang apa pun harus didukung oleh teori, demikian juga dalam strategi komunikasi. Teori merupakan pengetahuan yang didasarkan pada pengalaman yang telah diuji kebenarannya. Untuk strategi komunikasi, teori yang barangkali tepat untuk dijadikan sebagai ”pisau analisis” adalah paradigm yang dikemukakan oleh Harold D. Lasswell. Untuk mantapnya strategi komunikasi, maka segala sesuatunya harus dipertautkan dengan


(45)

komponen-komponen yang merupakan jawaban terhadap pertanyaan yang dirumuskan, yaitu

who says what in which channel to whom with what effect. Rumus di atas tampaknya sederhana, tetapi jika dikaji lebih jauh, pertanyaan ”efek apa yang diharapkan” secara implisit mengandung pertanyaan lain yang perlu dijawab dengan seksama, yaitu :

1. When( Kapan dilaksanakannya). 2. How( Bagaimana melaksanakannya). 3. Why( Mengapa dilaksanakan demikian).

Tambahan pertanyaan tersebut dalam strategi komunikasi sangat penting, karena pendekatan (approach) terhadap efek yang diharapkan dari suatu kegiatan komunikasi.

Dalam strategi komunikasi peranan komunikator sangatlah penting. Dalam hal ini ada beberapa aspek yang harus diperhatikan. Para ahli komunikasi cenderung sependapat bahwa dalam melancarkan komunikasi lebih baik mempergunakan pendekatan yang disebut A-A Procedure atau from Attention to Action Procedure. AA Procedure adalah penyederhanaan dari suatu proses yang disingkat AIDDA (Attention, Interest, Desire, Decision, Action). Jadi proses perubahan sebagai efek komunikasi melalui tahapan yang dimulai dengan membangkitkan perhatian. Apabila perhatian komunikan telah terbangkitkan, hendaknya disusul dengan upaya menumbuhkan minat, yang merupakan derajat yang lebih tinggi dari perhatian. Minat adalah kelanjutan dari perhatian yang merupakan titik tolak bagi timbulnya hasrat untuk melakukan suatu kegiatan yang diharapkan komunikator. Hanya ada hasrat saja pada diri komunikan, bagi


(46)

komunikator belum berarti apa-apa sebab harus dilanjutkan dengan datangnya keputusan, yakni keputusan untuk melakukan tindakan.

Selain melalui pendekatan di atas, maka seseorang komunikator harus mempunyai kemampuan untuk melakukan perubahan sikap, pendapat, dan tingkah laku apabila dirinya terdapat faktor-faktor kredibilitas dan attractiveness. Rogers mengatakan kredibilitas adalah tingkat di mana komunikator dipersepsi sebagai suatu kepercayaan dan kemampuan oleh penerima (Rogers:1983). Hovland dalam Krech dalam penelitiannya mengatakan bahwa pesan yang disampaikan oleh komunikator yang tingkat kredibilitasnya tinggi akan lebih benyak member pengaruh kepada perubahan sikap dalam penerimaan pesan daripada jika disampaikan oleh komunikator yang tingkat kredibilitasnya rendah (Hovland dalam Krech:1982). Rakhmat mengatakan dalam berkomunikasi yang berpengaruh terhadap komunikan bukan hanya apa yang disampaikan, tetapi juga keadaan komunikator secara keseluruhan. Jadi ketika suatu pesan disampaikan, komunikan tidak hanya mendengarkan apa yang dikatakan tetapi ia juga memperhatikan siapa yang mengatakan (Rakhmat :1989). Selanjutnya Tan mengatakan kredibilitas sumber terdiri dari dua unsur, yaitu keahlian dan kepercayaan. Keahlian diukur dengan sejauhmana komunikan menganggap komunikator mengetahui jawaban yang benar, sedangkan kepercayaan dioperasionalisasikan sebagai persepsi komunikan tentang sejauhmana komunikator bersikap tidak memihak dalam penyampaian pesan (Tan:1981). Dari variabel kredibilitas dapat ditentukan dimensi-dimensinya yaitu : keahlian komunikator (kemampuan, kecerdasan, pengalaman, pengetahuan, dsb) dan


(47)

kepercayaan komunikator (kejujuran, keikhlasan, keadilan, dsb). Demikan juga mengenai daya tarik adalah berkenaan dengan tingkat mana penerima melihat sumber sebagai seorang yang disenangi dalam bentuk peranan hubungannya yang memuaskan. Effendy mengatakan daya tarik adalah komunikator yang dapat menyamakan dirinya dengan orang lain, apakah idiologi, perasaan, dsb (Effendy:1983). Demikian mengenai faktor-faktor yang penting dimiliki oleh komunikator agar komunikasi yang dilancarkan dapat merubah sikap, pendapat, dan tingkah laku komunikan.

Dalam strategi komunikasi mengenai isi pesan tentu sangat menentukan efektivitas komunikasi. Wilbur Schramm mengatakan bahwa agar komunikasi yang dilancarkan dapat lebih efektif, maka pesan yang disampaikan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

1. Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa sehingga dapat menarik perhatian sasaran dimaksud.

2. Pesan harus menggunakan tanda-tanda yang tertuju kepada pengalaman yang sama antara sumber dan sasaran, sehingga sama-sama dapat dimengerti.

3. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi pihak sasaran dan menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan itu.

4. Pesan harus menyarankan sesuatu jalan untuk memperoleh kebutuhan tadi, yang layak bagi situasi kelompok di mana sasaran berada pada saat ia gerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki. ( Effendy : 1981).


(48)

2.3.1 Fungsi dan alasan menggunakan Strategi Komunikasi

Bila dilihat dari fungsinya baik secara makro maupun secara mikro strategi komunikasi mempunyai fungsi ganda yaitu

1. Menyebarluaskan pesan komunikasi yang bersifat informatif, persuasif, dan intruktif, secara sistematis kepada sasaran untuk memperoleh hasil yang optimal

2. Menjembatani “kesenjangan budaya (cultural gap) akibat kemudahan diperolehnya dan kemudia dioprasionalkannya media massa yang begitu ampuh yang jika dibiarkan akan merusak nilai-nilai budaya (Effendi : 2009 : 28).

2.3.2 Perumusan Strategi Komunikasi

Dalam perumusan strategi komunikasi khalayak memiliki kekuatan penangkal yang bersifat psikologi dan sosial bagi setiap pengaruh yang berasal dari luar diri dan kelompoknya. Disamping itu khlayak tidak hanya dirangsang oleh satu pesan saja melaikan banyak pesan dalm waktu bersamaan. Artinya terdapat juga kekuatan pengaruh dari pesan-pesan lain yang yang dating dari sumber (komunikator) lain dalam waktu yang sama, maupaun sebelum dan sesudahnya. Dengan demikian pesan yang diharapkan menimbulkan efek atu perubahan pada khalayak bukanlah satu-satunya “kekuatan”, melainkan, hanya satu antara semua kekuatan pengaruh yang bekerja dalam peroses komunikasi, untuk mencapai efektivitas.


(49)

Maka dalam perencanaan dan perumusan strategi dalam proses komunikasi terutama dalam komunikasi Inovasi, Public Relation, Komunikasi Intrenasional dan sebagainya, semakin jelas diperlukan.

1. Mengenal khalayak

Mengenal khalayak haruslah merupakan langkah pertama bagi komunikator dalam usaha komunikasi yang efektif. Sebagaimana telah dijelaskan bahwa dalam proses komunikasi, khalayak itu sama sekali tidak pasif, melaikan aktif, sehingga antara komunikator dan komunikan bukan saja terjadi saling hubungan, tetapi juga saling mempengaruhi. Artinya khlayak dapat dipengaruhi, oleh komunikator tetapi komunikator juga dapat dipengaruhi oleh komunikan atau khalayak.

Untuk menciptakan persamaan kepentingan tersebut, maka komunikator harus mengerti dan memahami kerangka pengalaman dan kerangka referensi khalayak secara tepat dan seksama, yang meliputi:

a. Kondisi kepribadian dan kondisi fisik khalayak yang terdiri dari:

 Pengetahuan khalayak mengenai pokok persoalan

 Kemampuan khalayak untuk menerima pesan-pesan lewat media yang digunakan.

 Pengetahuan khalayak terhadap perbendaharaan kata-kata yang digunakan.


(50)

b. Pengaruh kelompok dan masyarakat serta nilai-nilai dan norma-norma kelompok dan masyarakat yang ada.

c. Situasi dimana khalayak itu berada.

Dengan sendirinya hal-hal tersebut dapat diketahui melalui orientasi, penjajakan atau penelitian. Kesemuanya ini merupakan usaha untuk mengadakan identifikasi mengenai publik.

2. Menyusun pesan

Setelah mengenal khalayak dan setuasinya, maka langkah selanjutnya dalam perumusan strategi, ialah menyusun pesan, yaitu menentukan tema dan materi. Syarat untama dalam mempengaruhi khalayak dari pesan tersebut, ialah mampu membangkitkan perhatian.

Dalam masalah ini Wilbur Schramm mengatakan yang dikutip oleh Fajar Marhaeni dalam bukunya Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik mengatakan syarat-syarat untuk berhasilnya pesan tersebut sebagai berikut :

a. Pesan harus direncanakan dan disampaikan sedemikian rupa sehingga pesan itu dapat menarik perhatian sasaran yang ditujukan

b. Pesan haruslah mengunakan tanda-tanda yang didasarkan pada pengalaman yang sama antara sumber dan sasaran, sehingga kedua pengertian itu bertemu.


(51)

c. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi dari pada sasaran dan menyarankan cara-cara untuk mencapai kebutuhan. d. Pesan harus menyerahkan sesuatu jalan untuk memperoleh kebutuhan yang layak bagi situasi kelompok dimana kesadaran pada saat digerakan untuk memberikan jawaban yang dikehendaki (Fajar, 2009: 194).

Keseluruhan syarat-syarat yang dikemukakan oleh Wilbur Schramm diatas pada prinsipnya dapat dipulangkan pada suatau persoalan saja.

3. Menerapkan Metode

Komunikasi pada metode penyampaian atau mempengaruhi itu dapat dilihat dari dua aspek yaitu: menurut cara pelaksanaannya dan menurut bentuk isinya. Menurut pelaksanaanya dapat diwujudkan dalam dua bentuk, yaitu metode redundancy (repentition) dan

canalizing. Sedang yang kedua menurut bentuk isinya dikenal metode-metode:informatif, persuasif, edukatif, dankursif.

a. Redundancy (Repetition)

Metode redundancy atau repetition, adalah cara mempengaruhi khalayak dengan jalan mengulang-ulang pesan kepada khalayak. Dengan metode ini banyak manfaat yang dapat ditarik. Manfaat itu antara lain bahawa khalayak akan lebih memperhatikan pesan itu, karena justru berkontras dengan pesan


(52)

yang tidak diulang-ulang, sehingga ia akan lebih banyak mengikat perhatian.

Manfaat lainnya, ialah bahwa khalayak tidak akan mudah melupakan hal yang penting yang disampaikan berulang-ulang itu. Selanjutnya dengan metoderepetitionini, komunikator dapat memperoleh kesempatan untuk memperbaiki kesalahann-kesalahan yang tidak disengaja dalam penyampain-penyampaian sebelumnya.

b. Cranalizing

Cranalizing ialah memahami dan meneliti pengaruh kelompok terhadap individu atau khalayak. Artinya berhasilnya komunikasi maka harus dimulai dengan dari memenuhi nilai-nilai dan standar kelompok dan masyarakat dan secara berlangsung-langsung merubahnya kearah yang dikehendaki. Akan tetapi bila hal ini kemudian ternyata tidak mungkin, maka kelompok tersebut secara perlahan dipecahkan, sehingga anggota-anggota kelompok itu sudah tidak memiliki lagi hubungan yang ketat. Dengan demikian pengaruh kelompok akan menipis dan akhirnya akan hilang sama sekali. Dalam keadaan demikian itulah pesan-pesan akan mudah diterima oleh komunikan.


(53)

c. Informatif

Penerangan berarti menyampaikan sesuatu apa adanya, apa sesungguhnya, diatas fakta-fakta dan data- data yang benar serta pendapat-pendapat yang benar pula. Atau seperti ditulis oleh Jawato yaitu:

1) Memberikan informasi tentang facts semata-mata, juga

factsberisifatkontroversial.

2) Memberikan informasi dan menuntun umum kearah sesuatu pendapat (Jawato : 1959 : 7).

d. Persuasif

Persuasif berarti, mempengaruhi dengan jalan membujuk. Dalam hal ini khalayak digugah baik pikirannya, maupun perasaanya. Metode persuasif, merupakan suatu cara untuk mempengaruhi komunikan, dengan tidak terlalu banyak berpikir kritis, bahkan kalau dapat khalayak itu dapat terpengaruh secara tidak sadar. Justru itu dengan metode persuasifini, komunikator terlebih dahulu menciptakan situasi yang mudah kena sugesti

atausuggestible.

e. Edukatif

Metode edukatif, sebagai salah satu usaha mempengaruhi khalayak dari suatu pertanyaan umum yang dilontarkan, dapat diwujudkann dalam bentuk pesan yang akan berisi: pendapat-pendapat, fakta- fakta, dan pengalaman-pengalaman.


(54)

f. Kursif

Kursif berarti mempengaruhi khalayak dengan jalan memaksa. Dalam hal ini khalayak dipaksa, tanpa perlu berpikir lebih banyak lagi, untuk menerima gagasan-gagasan atau idea-idea yang dilontarkan. Oleh karena itu pesan komunikasi ini selain berisi pendapat-pendapat juga berisi ancaman-ancaman. 4. Seleksi dan penggunaan media

Penggunaan medium sebagai alat penyalur idea, dalam rangka merebut pengaruh dalam masyarakat, dalam dunia akhir ke-20 ini, adalah suatu hal yang merupakan keharusan. Dalam menyusun pesan dari suatu komunikasi yang ingin dilancarkan, kita harus selektif, dalam arti menyesuaikan keadaan dan kondisi khalayak, maka dengan sendirinya dalam penggunaan media pun, harus demikian pula. Justru itu selain berpikir dalam jalinan faktor-faktor komunikasi sendiri juga harus dalam hubungannya dengan situasi sosial psikologis, harus deperhitungkan pula. Hal ini karena masing-masing kemampuan dan kelemahan-kelemahan tersendiri sebagai alat.

2.3.3 Peranan Komunikator

Unsur yang paling dominan dalam keseluruhan proses komunikasi untuk mencapai efektivitas adalah komunikator, yaitu mereka yang menyusun dan melontarkan pesan atau pertanyaan umum kepada khalayak. Kedudukan dan fungsi komunikator dalam upaya menciptakan efektivitas


(55)

dalam proses komunikasi adalah penting sekali, karena dari padanya terletak efektif tidaknya pesan-pesan yang disampaikan.

Ada faktor yang penting pada diri komunikator bila dia melancarkan komikasi, yaitu daya tarik sumber (source attractiveness) dan kredibilitas sumber (source credibility)

a. Daya tarik sumber

Seorang komunikator akan berhasil dalam komunikasi, akan mampu mengubah sikap, opini, dan perilaku komunikan melalui mekanisme daya tarik jika pihak komunikasi merasa bahwa komunikator ikut serta. Dengan kata lain, komunikan merasa ada kesamaan antara komunikator dengannya sehingga komunikan bersedia taat pada isi pesna yang dilancarkan oleh komunikator. b. Kredibiltas sumber

Faktor kedua yang bisa menyebabkan komunikasi berhasil ialah kepercayaan komunikan pada komunikator. Kepercayaan ini banyak bersangkutan dengan profesi atau keahlian yang dimiliki seorang komunkator. Seorang dokter akan mendapat kepercayaan jika ia menerangkan soal kesehata. Seorang perwira kepolisian akan memperoleh kepercayaan bila ia membahas soal keamanan dan kertiban masyarakat. Seorang duta besar akan mendapat kepercayaan kalau ia berbicara mengenai situasi internasional. Dan sebagainya (Effendy, 2009: 38).


(56)

Berdasarkan kedua faktor tersebut, seorang komunikator dalam menhadapi komunikan harus bersikap empatik (empathy), yaitu kemapuan seseorang untuk memproyeksikan dirinya kepada peranan orang lain. Dengan kata lain, dapat merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Seorang komunikator harus bersikap empatik ketika ia berkomunikasi dengan komunikan yang sedang sibuk, marah, bingung, sedih, kecewa, dan sebagainya.

2.4 Pembinaan Desa Siaga

Pada prinsipnya konsep Desa Siaga adalah pemberdayaan, dimana peran serta dari masyarakat adalah yang utama. Langkah awal yang dilakukan dalam pemberdayaan tersebut dengan membantu kelompok masyarakat memegenali masalah-masalah penyalahgunaan Narkoba sehingga masalah tersebut menjadi masalah bersama. Kemudian masalah tersebut dimusyawarakan untuk dipecahkan bersama. Pembinaan Desa Siaga dilakukan dengan menggerakkan segenap komponen yang ada dalam masyarakat agar secara mandiri dan berkesinambungan, mencegah dan mengatasi masalah narkoba dan mengenali potensi yang dimiliki guna mengatasinya.

Dalam usaha pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba, tokoh-tokoh masyarakat diharapkan untuk tampil sebagai aktor utama dalam menggerakkan masyarakat, terutama para orang tua, para remaja, sekolah, kelompok masyarakat, dan oraganisasi-organisasi sosial di sekitar lingkungan untuk mencegah penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba secara terpadu.


(57)

Potensi masyarakat khususnya tokoh masyarakat sesungguhnya mempunyai kekuatan strategis apabila digerakkan dalam upaya pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. Mengapa? Karena pencegahan penyalahgunaan narkoba di kalangan masyarakat adalah upaya untuk memberi kekuatan masyarakat melalui peningkatan pengetahuan dan keterampilan mereka dalam mengidentifikasi dan memprioritaskan kebutuhan-kebutuhan masyarakat dan melakukan upaya-upaya untuk mencapai kebutuhan tersebut. Pendekatan ini dianggap relevan dalam mengatasi masalah narkoba di kalangan masyrakat karena:

1. Masalah narkoba adalah masalah masyarakat yang membutuhkan perhatian dan jawaban dari masyrakat sendiri.

2. Masyarakat setempat lebih mengetahui masalah lingkungan mereka sendiri daripada siapapun.

3. Masyarakat setempat ikut terlibat dalam program-program yang mereka buat dan mereka kembangkan sendiri.

2.4.1 Desa Siaga Narkoba

Menyadari bahwa masalah penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba merupakan masalah yang demikian kompleks serta dapat menimbulkan dampak yang sangat luas meliputi berbagai aspek, baik kesehatan, kesejahteraan, keamanan, dan ekonomi, maka dipandang perlu mengambil langkah strategis dengan pendekatan berimbang “Balanced Approach” untuk memadukan pengurangan supply melalui penegakan hukum, yang terdiri dari pengawasan, pengendalian ketersediaan dan


(58)

peredaran narkoba, serta pengurangan demand (permintaan) yang mencakupi strategi pencegahan, terapi dan rehabilitasi korban narkoba.

Pencegahan merupakan upaya untuk mengurangi permintaan dan kebutuhan gelap narkoba. Berdasarkan prinsip dasar ekonomi tentang permintaan (demand) dan persediaan (Supply), selama permintaan itu ada, persediaan akan selalu ada, dan apabila permintaan itu berhenti atau berkurang, persediaan akan berkurang, termasuk pasarnya. Inilah artinya pencegahan.

Tujuan pencegahan adalah untuk membantu generasi muda berkembang menjadi anggota masyarakat yang produktif dan sehat melalui peningkatan kekebalan dan ketahanan anak-anak dan keluarga terhadap penyalahgunaan narkoba; peningkatan pengetahuan tentang bahaya narkoba, mengembangkan keterampilan sosial untuk menangkal pengaruh negatif narkoba dan peran aktif masyarakat dalam upaya-upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba. Motto yang menjadi pendorong semangat adalah “Mencegah Lebih Baik Daripada Mengobati”.

Partisipasi dan eksistensi segenap lapisan masyarakat saat ini adalah strategi yang sangat diperlukan untuk merespon secara multi disiplin pada pola Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) berbasis masyarakat (base communitas prevention). Hal ini disebabkan bahwa permasalahan Narkoba ini merupakan masalah masyarakat yang membutuhkan perhatian dan jawaban dari masyarakat itu sendiri. Selain itu, masyarakat setempat lebih mengetahui masalah dan


(59)

kondisi di lapangan, bahkan lebih diterima dibanding aparat atau petugas. Pengalaman menunjukkan bahwa tindakan dan perubahan lebih cepat terjadi apabila adanya keterlibatan masyarakat secara aktif dalam penanggulangan permasalahan tersebut. Strategi pencegahan berbasis masyarakat ini dinilai lebih efektif, karena selain mudan, biaya yang murah, memiliki sense of belongingdansense critismyang tinggi.

Secara konkret salah satunya dapat dilaksanakan melalui kegiatan fasilitasi yang berbasis lingkungan, sehingga tercipta daya cegah, daya tangkal, imunitas masyarakat dan motivasi positif yang tumbuh berkembang di lingkungan masyarakat untuk dapat menanggulangi permasalahan yang ada di lingkungannya sendiri, khususnya masalah Narkoba.

Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, Bidang Pencegahan Sekretariat Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat pada tahun anggaran 2010 melaksanakan Kegiatan Fasilitasi Pembentukan dan Pembinaan Desa Siaga Narkoba, sebagai salahsatu kegiatan yang bersifat pilot project.


(60)

BAB III

OBJEK PENELITIAN

3.1 Tinjawan Tentang Badan Narkotika Provinsi (Bnp) Jawa Barat 3.1.1 Sejarah Singkat Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat

Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat ditetapkan dengan keputusan Gubernur 2003 mengacu kepada keputusan Presiden Sebelum terbentuknya BNP Jawa Barat, wadah dalam penanggulangan penyalahgunaan Narkotika di tanda tanggani oleh Badan Koordinasi Pelaksana Daerah (BAKOLAKDA) Inpres Nomor 6 tahun 1971 sesuai dengan keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat tanggal 19 Oktober 1978 Nomor 1003/DK.100-As.I/SK/78 tentang Badan Koordinasi Pelakasanaan Daerah (BAKOLAKDA) Inpres 6/71 Jawa Barat.

Terbentuknya BAKOLAKDA mengacu kepada Inastruksi Presiden nomor 6 Tahun 1971 tentang penanggulangan, pemberantasan masalah-masalah yang menimbulkan gangguan Keamana dan Ketertipan Umum serta menghambat Pelaksanaan Pembangunan. Dan di pusat dibentuk Badan Koordinasi Pelaksana (BALKOLAK) Inpres Nomor 6 tahun 1971. BAKOLAKDA Jawa Barat diketuai oleh Kepala KODAM III Siliwangi, Sekretaris Kepala Biro Bina Sosial Setwilda Jawa Barat dan anggota terdiri gabungan dari Kepolisian, Kejaksaan, Kehakiman, Dinas atau Instansi terkait Provinsi Jawa Barat. Topoksi dari BAKOLAKDA Jawa Barat adalah mengkoordinasikan semua kegiatan antara lain bidang penanggulangan


(61)

imigran gelap, uang palsu, kenakalan remaja, subversif dan bidang penanggulangan penyalahgunaan narkotika.

Pada Tahun 1995 sesuai Instruksi Presiden BAKOLAKDA Inpres No 6/71 dibubarkan sehingga dalam penanganan penyalahgunaan narkotika ditangani oleh masing-masing sector dan pada tahun 1997 untuk mengkoordinir atau membentuk wadah dalam penanggulangan penyalahgunaan narkotika, Gubernur Jawa Barat melalui biro bina sosial mengadakan semiloka dengan mengundang Dinas atau Instansi, Lembaga terkait serta LSM, organisasi sosial, para pakar cenndikiawan dan tokoh masyarakat, tokoh agama dll. Sehingga terbentuklah wadah yang diberi nama Badan Koordinasi Penanggulangan Penyalahgunaan Narkotika, Kenakalan Remaja dan Prostitusi (BKND) Provinsi Jawa Barat. Yang ditetapkan dengan surat keputusan Gubernur Jawa Barat.

Pada Tahun 2000 sesuai Keputusan dari Pusat bahwa Badan penanggulangan penyalahgunaan Narkotika di seluruh Provinsi harus di sesuaikan nomenklatur menjadi Badan Narkotika Daerah (BND). Sehingga Badan yang dibentuk di Jawa Barat yaitu Badan Penanggulangan Penyalahgunaan Narkotika, Kenakalan Remaja dan Prostitusi (BKND) Provinsi Jawa Barat berubah menjadi Badan Narkotika Daerah (BND) Provinsi Jawa Barat.

Pada Tahun 2003 di pusat terbentuk Badan Narkotika Nasional (BNN), lembaga yang melaksanakan pencegahan, pemberantasan


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

Hari t akkan indah t

begit u j uga hidup t

harapan sert a t ant a

namun manisnya hid

apabila semuanya t e

meski harus memer

yang

a

kepada put ra pe

Unt uk r ibuan t uj uan y akan dikej ar , unt uk s ber makna, kar ena t r ag t api hidup t anpa t uj ua past inya j uga har us d

dan j uga angan, t idak

iii

t anpa ment ari dan rembulan,

t akkan indah t anpa t uj uan,

t angan. Meski t erasa berat ,

idup j ust ru akan t erasa,

t erlalui dengan baik,

rlukan pengorbanan.

Kupersembahkan karya keci

unt uk cahaya h

senant iasa ada saat suka maupun d

akan dan emak (Ayah dan I bu) t er

yang selalu memanj at kan

pert ama t ercint a dalam set iap suj ud

Terima kasih ku unt uk semua

yang har us dicapai, unt uk j ut aan impian sebuah penghar apan, agar hidup j auh agedi t er besar dalam hidup bukanlah kem uan. Ter uslah ber mimpi unt uk sebuah t u diimbangi dengan t indakan nyat a, agar k hanya menj adi sebuah bayangan semu.

cil ini,

hidup,

duka,

rcint a

an doa

udnya.

uanya.

n yang h lebih emat ian t uj uan,


(6)

ii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Karya tulis. Skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik strata satu (S1) baik di Universitas Komputer Indonesia maupun di Perguruan tinggi lainnya.

2. Karya Tulis ini murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sediri, tanpa bantuan pihak lain , kecuali arahan dosen pembimbing.

3. Dalam karya tulis ini terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dangen jelas dicantumkan dalam daftar pustaka.

4. Pertanyaan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidak benaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.

Bandung Februari 2011 Yang membuat pernyataan

Farifki Zulkarnayen Arief 41805859