Kinerja Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Jawa Barat dalam Rangka Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Provinsi Jawa Barat

(1)

JAWA BARAT DALAM RANGKA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI PROVINSI JAWA BARAT

LAPORAN KKL

Diajukan sebagai Laporan Kuliah Kerja Lapangan di Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Jawa Barat

Pada Prodi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia

Disusun Oleh : Nama: ARTA SUANSA

NIM: 41708026

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG


(2)

(3)

(4)

84

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama : Arta Suansa

Tempat, Tanggal Lahir : Manggar, 04 April 1990 Nomor Induk Mahasiswa : 41708026

Program Studi : Ilmu Pemerintahan Jenis Kelamin : Laki-laki

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Telepon : 081949276297

Email : artasuangsa@yahoo.co.id

Alamat : Jl. Tubagus Ismail Dalam No. 32 /Bandung 40375

Berat Badan : 56 Kg

Tinggi Badan : 173 Cm

Status : Belum Menikah

Nama Ayah : Harsani

Pekerjaan Ayah : Wiraswastawan

Nama Ibu : Armiyanti

Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga

Alamat Orang Tua : Jl. Tengah Desa Kelubi/ RT. 3/

RW.1/Manggar/Belitung Timur/Bangka Belitung.


(5)

85 Pendidikan Formal

1. SDN I Kelubi 1996-2002 2. SMPN II Manggar 2002-2005 3. SMAN I Manggar 2005-2008

4. Universitas Komputer Indonesia Program Studi Ilmu Pemerintahan (2008-Sekarang).

Pendidikan Non Formal

1. Mengikuti TABLE MANNER COURSE (HOTEL Golden Flower). 2010

2. Mengikuti “TOEFL “di Kampus Universitas Komputer Indonesia Tahun 2011

3. Mengikuti Kuliah Umum dengan tema“Pelaksanaan E-KTP Guna Meningkatkan Pelayanan Publik”. 13 Maret 2012

4. Mengikuti kursus mengetik Word dan Exel. 2006 5. Mengikuti kursus Bahasa Inggris. 2004

Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar- benarnya.

Bandung, Oktober 2012

ARTA SUANSA NIM. 41708026


(6)

i

Segala puji bagi Allah SWT, pencipta langit dan bumi serta segala apa-apa yang ada disekitarnya. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhamad SAW, keluarganya, para sahabatnya dan kepada seluruh pengikutnya.

Rasa penuh syukur kehadirat Allah SWT atas segala karunia dan hidayah-Nya, penulis telah dapat menyusun dan menyelesaikan Laporan KKL ini dengan judul KINERJA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI (BNNP) JAWA BARAT DALAM RANGKA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI PROVINSI JAWA BARAT.

Penyusunan Laporan KKL ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat akademis pada Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Laporan KKL ini jauh dari kesempurnaan, berhubung dengan keterbatasan penulis. Kritik dan saran sangat diharapkan dalam Laporan KKL ini dengan tangan terbuka dari berbagai pihak.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Laporan KKL ini. Secara khusus penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Dekan FISIP UNIKOM, Prof .Dr. Samugyo Ibnu Redjo,Drs.,MA.

2. Ketua Program Studi Ilmu Pemerintahan, Nia Karniawati, S.IP., M.Si.

3. Pembimbing KKL,Tatik Rohmawati, S.IP.,M.Si.

4. Sekretaris Program Studi Ilmu Pemerintahan, Airinawati,A,Md.

5. Pimpinan dan staf BNNP Jawa Barat yang memberikan ijin ,serta bimbingan kepada saya dalam melakukan KKL.


(7)

ii

semoga Allah SWT senantiasa memberikan Rahmat da Hidayah-Nya kepada kita semua. Amin.

Bandung, Oktober 2012


(8)

iii

Hal

KATA PENGANTAR………... i

DAFTAR ISI………... iii

DAFTAR TABEL………... v

DAFTAR GAMBAR……….. vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang KKL………... 1

1.2. Kegunaan KKL………... 6

1.3. Metode KKL………... 7

1.4. Lokasi dan Waktu KKL... 8

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kinerja………... 14

2.2. Kinerja Organisasi………... 16

2.3. Narkoba………... 18

2.3.1. Pengertian Narkoba………. 18

2.3.2. Penyalahgunaan Narkoba……… 19

2.3.3. Penggolongan Jenis Narkoba………. 19

2.3.4. Efek Penggunaan Narkoba……….. 20

2.3.5. Upaya Pencegahan Terhadap Bahaya Narkoba……… 21

2.3.6.Bentuk- Bentuk Pencegahan Terhadap Bahaya Narkoba………. 23

BAB III HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN KKL 3.1. Hasil Kegiatan KKL... 25

3.2. Pembahasan KKL... 27

3.2.1. Kondisi Penyalahgunaan Narkoba di Provinsi Jawa Barat... 27


(9)

iv

Narkoba... 29 3.2.4. Aksi- Aksi Pencegahan Yang Dilakukan... 31 3.2.4.1. Sosialisasi Adokasi………... 32 3.2.4.2. Pembentukan Kader Anti Narkoba……....43 3.2.5. Evaluasi Kinerja BNNP Jawa Barat dalam

Rangka Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba.. 57 BAB IV PENUTUP

4.1. Kesimpulan... 64 4.2. Saran... 65 DAFTAR PUSTAKA... 67 LAMPIRAN- LAMPIRAN


(10)

v

Hal Tabel 1.1 Jadwal Kegiatan KKL………... 8 Tabel 3.1. Aktivitas Harian di BNNP Jawa Barat... 25


(11)

vi

Hal Gambar 1.1 Struktur Organisasi BNNP Jawa Barat……….. 13


(12)

vii

Hal Lampiran 1. Form Aktivitas Harian KKL………. 69 Lampiran 2. Surat Perijinan KKL……… 73 Lampiran 3. Surat Keterangan Telah Melakukan KKL……… 74 Lampiran 4. Daftar Personel Badan Narkotika Nasional

Provinsi Jawa Barat……….. 76 Lampiran 5. Rencana Aksi Bidang Pencegahan

Berdasarkan Inpres No.12 Tahun 2011………... 78 Lampiran 6. Riwayat Hidup………. 84


(13)

67

DAFTAR PUSTAKA

Buku-buku:

Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia. 2007. Mencegah Lebih Baik Dari Pada Mengobati (Modul Untuk Orang Tua ).Jakarta.

Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia. 2007.Pencegahan Penyalahgunan Narkoba Sejak Usia Dini. Jakarta.

Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia. 2009.Pencegahan Penyalahgunan Narkoba(Apa Yang Anda Bisa Lakukan). Jakarta. Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia. 2011. Pencegahan

Penyalahgunan Narkoba Bagi Remajai. Jakarta.

Bungin, Burhan. 2001. Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta: Gajah Mada Press.

Dwiyanto, Agus. 2008. Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia. Yogyakarta:Gadjah Mada University Press.

Hartati, Kurniadi & Budi, Riyanto. 2000. Napza dan Tubuh Kita. Jendela: Jakarta.

Hasibuan. 2006. Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah. Jakarta:Bumi Aksara.

Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Sosial (Edisi Kedua). Jakarta:Erlangga.

Mahmudi.2010. Manajemen Kinerja Sektor Publik. UPP STIMYKPN: Yogyakarta.

Mahsun, Muhamad. 2006. Pengukuran Kinerja Sektor Publik.BPFE:Yogyakarta.

Mangkunegara. 2006. Evaluasi Kinerja SDM. Bandung:PT. Refika Aditama.

Satori .D & Komariah .A. 2009. Metodologi. Penelitian Kualitatif. Bandung:Alfabeta.

Sulistiyani, Ambar Teguh & Rosidah. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia: Konsep, Teori dan Pengembangan dalam Konteks Organisasi Publik. Yogyakarta: Garaha Ilmu.


(14)

68

Whitmore, Jhon.1997. Coaching For Performance: Seni Mengarahkan untuk Mendongkrak Kinerja. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Wirawan. 2009. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia, Teori, Aplikasi, dan Penelitian. Jakarta:Salemba empat.

Dokumen- dokumen:

Undang- Undang No.35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.

Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2011 Pelaksanaan Wajib Lapor Pecandu Narkotika.

Intruksi Presiden No. 12 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Kebijakan dan Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba Tahun 2011-2015.

Peraturan Kepala Bandan Narkotika Nasional Nomor: PER/04/V/2010/BNN Tentang Organisai dan Tata Kerja Badan Narkotika Nasional Provinsi dan Badan Narkotika Nasional Kabupaten/ Kota.

Rujukan elektronik:

Antara News. 2012. Prevelensi Penyalahguna Narkoba. Melalui

/http://id.berita.yahoo.com/kepala-bnn-prevalensi-pengguna-narkoba-2-2-persen-042121217.html[ 25 Mei 2012].

Hery Indra Tullo Maulida. 2012. Pengertian dan Dampak Penggunaan Narkoba. Melalui http://cplin-1984.blogspot.com/2011/01/pengertian-dan-dampak-penggunaan.html[ 25 Mei 2012].

Iman Herdiana. 2011. Walah... 89% Pemuda Pengguna Narkoba. Melalui http://news.okezone.com/read/2011/04/22/340/448897/walah-89-pemuda-pengguna-narkoba[ 25 Mei 2012].

Yongki .2003. Narkoba Pendekatan Holistik : Organobiologik, psikoedikasional dan psiko sosial budaya. Melalui


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang KKL

Narkoba merupakan salah satu masalah yang sangat serius di Indonesia. Masalah ini sudah sangat meresahkan dikarenakan peradarannya sudah masuk ke area- area akademis seperti SD, SMP, SMA dan kampus- kampus, tidak lagi hanya di kalangan para orang mapan saja. Akan hal itu, maka generasi muda penerus bangsa terancam masa depannya. Untuk itu, harus ada upaya memerangi peradaran narkoba, baik dengan tindakan pencegahan atau penanggulangan, maupun tindakan pembrantasan dengan cara menangkap pengedar narkoba tersebut.

Hasil penelitian Badan Narkotika Nasional (BNN) bekerjasama dengan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia pada tahun 2008, angka prevalensi penyalahguna narkoba nasional sebesar 1,99 % dari jumlah penduduk Indonesia, yakni 3,6 juta orang dan pada tahun 2015 akan mengalami kenaikan menjadi 2,8 %, yakni 5,1 juta orang. Berdasarkan data dari BNN juga, pada tahun 2010- 2011 jumlah pengguna narkoba usia <16- >30 mengalami peningkatan dari angka 33.422 orang menjadi 36.589 orang. Berdasarkan tingkat pendidikan, anak- anak SMA lebih banyak menggunakan narkoba dibandingkan tingkan SD dan SMP. Berlandaskan dari fakta tersebut, jumlah penyalahguna narkoba mayoritasnya ada pada usia produktif atau usia yang masih relatif muda.

Letak Indonesia yang sangat strategis dan tidak jauh dari daerah segi tiga emas (Laos, Thailand, dan Myanmar) dan daerah Bulan Sabit (Iran, Afganistan, dan Pakistan) yang merupakan daerah penghasil opium terbesar di dunia, menjadikan Indonesia sebagai lalu lintas gelap Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif. Selain itu, suburnya Indonesia sebagai lahan pasar perdagangan narkoba dikarenakan konsumen narkoba di Indonesia yang sangat luas, yakni mulai mulai dari umur <16- >30 tahun, bahkan golongan artis atau selebritis juga banyak yang mengkonsumsi narkoba. Hal itu, terbukti dari banyaknya artis- artis yang tertangkap sedang


(16)

menggunakan narkoba. Selain itu, faktor geografis Indonesia yang memiliki banyak pelabuhan, memberikan banyak ruang masuk bagi pemasokan narkoba ke Indonesia. Kurang ketatnya pemeriksaan di area masuk pelabuhan membuat narkoba mudah masuk ke Indonesia.

Maraknya penggunaan narkoba di Indonesia memang memiliki banyak pemicu. Hal itu, dapat diakibatkan karena kondisi hidup manusia seperti tuntutan keuangan yang mendesak seseorang untuk mengedarkan narkoba, sampai karena beban stress yang sangat tinggi, sehingga membuat seseorang memakai narkoba sebagai pelarian. Ada beberapa faktor yang menyebabkan orang menggunakan narkoba, diantaranya adalah:

1. Faktor kepribadian

Beberapa hal yang termasuk di dalam faktor pribadi adalah genetik, biologis, personal, kesehatan mental dan gaya hidup yang memiliki pengaruh dalam menentukan seorang remaja terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba maupun dalam permasalahan perilaku.

a. Kurangnya pengendalian diri

Orang yang mencoba-coba menyalahgunakan narkoba biasanya memiliki sedikit pengetahuan tentang narkoba, bahaya yang ditimbulkan, serta aturan hukum yang melarang penyalahgunaan narkoba.

b. Konflik Individu/ emosi yang masih belum stabil

Orang yang kerap mengalami konflik akan mengalami frustasi. Bagi individu yang tidak biasa dalam menghadapi penyelesaian masalah cenderung menggunakan narkoba, Karena berpikir keliru bahwa cemas yang ditimbulkan oleh konflik individu tersebut dapat dikurangi dengan mengkonsumsi narkoba.

c. Terbiasa hidup senang/mewah

Orang yang terbiasa hidup dalam kesenangan kerap berupaya menghindari permasalahan yang lebih rumit. Biasanya mereka lebih menyukai penyelesaian masalah secara instan, praktis atau membutuhkan waktu yang singkat. Mereka tidak terbiasa bersikap sabar, telaten, ulet atau berpikir konstruktif, sehingga akan memilih cara-cara yang simple yang dapat memberikan kesenangan melalui penyalahgunaan narkoba yang dapat memberikan rasa euphoria secara berlebihan.

2. Faktor keluarga

a. Kurangnya kontrol keluarga

Orang tua terlalu sibuk sehingga jarang mempunyai waktu mengontrol anggota keluarga. Anak yang kurang perhatian dari orang tuanya cenderung mencari perhatian dari luar, biasanya mereka juga mencari "kesibukan" bersama teman-temannya.


(17)

b. Kurangnya penerapan disiplin dan tanggung jawab

Tidak semua penyalahgunaan narkoba yang dilakukan oleh remaja dimulai dari keluarga yang broken home, semua anak mempunyai potensi yang sama untuk terlibat dalam penyalahangunaan narkoba. Penerapan disiplin dan tanggung jawab kepada anak akan mengurang resiko anak terjebak kedalam penyalahgunaan narkoba. Anak yang mempunyai tanggung jawab terhadap dirinya dan orangtua dan juga masyarakat, akan mempertimbangkan beberapa hal sebelum mencoba-coba menggunakan narkoba.

3. Faktor lingkungan

a. Masyarakat yang indvidualis

Lingkungan yang individualistik dalam kehidupan kota besar cenderung kurang peduli dengan orang lain, sehingga setiap orang hanya memikirkan permasalahan dirinya tanpa peduli dengan orang sekitarnya. Biasanya orang-orang seperti ini selalu beranggapan bahwa yang penting dirinya, saudara atau familinya tidak terlibat narkoba, maka ia tidak mau ambil pusing karenanya. Akibatnya banyak individu dalam masyarakat kurang peduli dengan penyalahangunaan narkoba yang semakin meluas di kalangan remaja dan anak-anak.

b. Pengaruh teman sebaya

Pengaruh teman atau kelompok juga berperan penting terhadap penggunaan narkoba, hal ini disebabkan antara lain karena menjadi syarat kemudahan untuk dapat diterima oleh anggota kelompok. Kelompok atau genk mempunyai kebiasaan perilaku yang sama antar sesama anggota. Jadi tidak aneh bila kebiasaan berkumpul ini juga mengarahkan perilaku yang sama untuk mengkonsumsi narkoba bersama pula.

4. Faktor gender

Memperhatikan perbedaan gender/ jenis kelamin merupakan hal yang penting dalam hal melakukan perlindungan serta memperhatikan faktor resiko yang berbeda. Beberapa faktor resiko yang menjadi perhatian bagi remaja putri antara lain adalah mereka lebih memperhatikan harga diri yang negatif, lebih memperhatikan mengenai masalah berat badan, lebih dahulu dalam hal pubertas atau lebih memiliki kecemasan yang tinggi dalam sesuatu hal. Selanjutnya mereka juga lebih memiliki prioritas dalam masalah sosial dibandingkan dengan remaja pria, remaja putri lebih rentan terhadap pengaruh penyalahgunaan narkoba. Karena itulah, dukungan keluarga dan disiplin yang teratur, merupakan hal yang penting bagi remaja putri daripada remaja pria.

5. Faktor pendidikan

Pendidikan akan bahaya penyalahgunaan narkoba di sekolah-sekolah juga merupakan salah satu bentuk kampanye anti penyalahgunaan narkoba. Kurangnya pengetahuan yang dimiliki oleh siswa-siswi akan bahaya narkoba juga dapat memberikan andil terhadap meluasnya penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar. Remaja yang memiliki guru yang mampu memotivasi secara positif, belajar dan bersosialisasi dengan


(18)

baik dalam hal kesehatan mental akan memiliki daya tahan terhadap penyalahgunaan narkoba.

6. Faktor Masyarakat dan Komunitas Sosial

Faktor yang termasuk dan mempengaruhi kondisi sosial seorang remaja antara lain hilangnya nilai-nilai dalam sebuah keluarga dan sebuah hubungan, hilangnya perhatian dengan komunitas, dan susahnya beradaptasi dengan baik (bisa dikatakan merasa seperti alien, diasingkan). 7. Faktor Populasi Yang Rentan

Remaja masa kini hidup dalam zaman yang berada dalam sebuah lingkaran besar, dimana sebagian remaja berada dalam lingkungan yang beresiko tinggi terhadap penyalahgunaan narkoba. Banyak remaja mulai mencoba-coba narkoba, seperti amphetamine-type stimulant (termasuk didalamnya alkohol, tembakau,dan obat-obatan yang diminum tanpa petunjuk dokter, serta obat psikoaktif) sehingga menimbulkan berbagai macam masalah pada akhirnya.(BNN RI, 2011:2).

Narkotika atau dikenal juga dengan Napza (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif) merupakan yang yang bisa membuat seseorang hilang sekejap kesadarannya dan kecanduaan apabila dikonsumsi dengan salah. Narkoba sebenarnya adalah senyawa-senyawa psikotropika yang biasa dipakai untuk membius pasien saat hendak dioperasi atau obat-obatan untuk penyakit tertentu. Kemudian pada saat ini, persepsi itu disalahartikan, akibat pemakaian di luar peruntukan dan dosis yang semestinya dan mengakibatkan kecanduan dan kematian akibat overdosis.

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Prekursor Narkotika adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat digunakan dalam pembuatan Narkotika.

Berdasarkan golongannya narkotika dapat dibagi menjadi tiga golongan. Pertama,narkotika gol I, hanya untuk ilmu pengetahuan, tidak untuk terapi, potensi sangat tinggi untuk ketergantungan, contohnya heroin, kokain, ganja,shabu, ekstasi,LSD . Kedua, narkotika gol II untuk terapi dan iptek ,potensi tinggi untuk ketergantungan, contohnya morfin, petidin,metadon. Ketiga,narkotika gol III untuk terapi dan iptek, potensi ringan untuk ketergantungan, contoh kodein,buprenorphin. Ada dua jenis


(19)

tanaman yang dapat dijadikan bahan dasar pembuatan narkoba atau narkotika. Pertama, tanaman Papaver Somniferum L. Tanaman ini merupakan tanaman yang digunakan dalam pembuatan narkoba dan termasuk kedalam golongan I, mulai dari batangnya sampai pada daun kecuali, bijinya. Kedua, tanaman Koka tanaman ini juga digunakan dalam pembuatan narkoba. Tanaman ini juga termasuk dalam narkoba atau narkotika golongan I, seluruh bagian dari tanaman ini termasuk bijinya dapat digunakan dalam bahan dasar pembuatan narkoba.

Ganja, ektasi dan sabu merupakan narkoba atau narkotika golongan I, yang mana narkotika golongan I hanya digunakan untuk penelitian saja dan mempunyai resiko ketergantungan yang sangat tinggi. Penggolongan jenis narkotika ini berdasarkan Undang- undang Narkotika No. 35 Tahun 2009. Namun, kenyataannya narkotika jenis ini banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Hal ini tentunya melanggar aturan hukum dimana narkotika jenis tersebut hanya boleh untuk keperluan penelitian saja, dikarenakan efek yang dapat ditimbulkannya.

Selain berdampak pada kesehatan, narkoba juga menimbulkan masalah sosial, seperti tindakan bunuh diri, gangguan mental, kriminalitas, putus sekolah, kecelakaan lalu lintas. Salah satu kasus narkoba yang sangat menghebohkan pada adalah kasus yang terjadi pada Minggu, 22 Januari 2011di Tugu Tani dimana seorang pengendara mobil menabrak 9 orang pejalan kaki dan mengakibatkan keseluruhannya tewas. Diduga kecelakaan itu terjadi karena si pengendara mobil tersebut sedang berada dibawah pengaruh alkohol dan narkoba. Selain itu, tingginya angka kriminalitas, salah satu faktornya dikarenakan tindakan penyalahgunaan narkoba atau obat- obat terlarang. Efek yang membuat orang berada pada kondisi setengah sadar mengakibatkan tindakan yang tak terkontrol, sehingga memicu perkelahian.

Penyalahguna narkotika di Jawa Barat pada tahun 2008 sekitar 611.423 orang, dengan jumlah penduduk 30.622.400 orang pada rentang usia 10 sd 59 tahun, maka angka prevalensinya adalah 2,00 %, menduduki rangking XII di Indonesia . Tahun 2010 jumlah penduduk Jawa Barat


(20)

31.673.300, dengan jumlah penyalahguna 684.562 orang, maka angka prevalensi 2,16 %. rangking XII Indonesia . Tahun 2011 angka prevalensi 2,24 %, sedangkan tahun 2012 diperkirakan 2,50 %, menduduki rangkin VI Indonesia .

Dari hasil fakta tersebut dapat dilihat bahwa jumlah penyalahguna narkoba di Provinsi Jawa Barat dari tahun ketahun terus meningkat. Apabila tidak diambil tindakan yang komprehensif ,maka Provinsi Jawa Barat akan mengalami beberapa problem, seperti masalah sosial, ekonomi dan pembangunan.Untuk itu, harus ada upaya yang sinergis dari seluruh pihak baik pemerintah, swasta dan masyarakat, untuk ikut mengambil bagian dalam mengatasi masalah ini, sesuai dengan kemampuan dan kewenangannya masing- masing. Berdasarkan dari permasalahan yang telah dijabarkan di atas, maka penulis merasa perlu untuk melakukan KKL di

BNNP Jawa Barat dengan judul” KINERJA BADAN NARKOTIKA

NASIONAL PROVINSI (BNNP) JAWA BARAT DALAM RANGKA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI PROVINSI JAWA BARAT”.

1.2. Kegunaan KKL

Adapun kegunaan laporan KKL ini adalah : 1. Kegunaan Bagi Penulis

Dari hasil KKL ini, diharapkan bermanfaat bagi penulis untuk menambah pengalaman, wawasan dan ilmu pengetahuan, tentang bagaimana upaya yang bisa dilakukan dalam pencegahan penyalahgunaan narkoba.

2. Kegunaan Teoritis

Hasil KKL ini bermanfaat untuk mengembangkan teori-teori yang peneliti gunakan, yang relevan mengenai upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba.

3. Kegunaan Praktis

Laporan KKL ini diharapkan memberikan manfaat bagi BNNP Jawa Barat, sebagai suatu bahan masukan dan bahan pertimbangan untuk


(21)

memecahkan masalah mengenai kinerja organisasi dalam pencegahan penyalahgunaan narkoba.

1.3. Metode KKL

Metode merupakan cara yang teratur untuk mencapai suatu maksud yang diinginkan dengan jalan mendekati, mengamati dan menjelaskan suatu gejala dengan menggunakan landasan teori. Metode yang digunakan dalam Laporan Kuliah Kerja Lapangan ini adalah metode Diskriptif.

Menurut Burhan Bungin yang berjudul Metodologi Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif, metode penelitian deskriptif dapat diartikan sebagai berikut:

“Penelitian yang menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai variabel yang timbul dimasyarakat yang menjadi permasalahannya itu, kemudian menarik ke permukaan sebagai suatu ciri atau gambaran tentang kondisi, situasi ataupun variabel tertentu. Penelitian deskriptif dapat bertipe kualitatif dan kuantitatif sedangkan yang bertipe kualitatif adalah data diungkapkan dalam bentuk kata-kata atau kalimat serta uraian-uraian” (Bungin, 2001:124).

Adapun teknik Pengumpulan data yang digunakan dalam Laporan KKL ini adalah:

1. Observasi

Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati aktivitas organiasi yang terjadi di dalam maupun di luar BNNP, tentunya dalam hal ini, aktivitas dalam pencegahan peyalahgunaan narkoba.

2. Studi Pustaka

Membaca sumber-sumber yang berhubungan dengan kinerja organisasi dan narkoba seperti pada media buku, artikel, website, koran dan media yang lainnya.

3. Wawancara

Wawancara dilakukan hanya sekedar obrolan biasa, tanpa menggunakan pedoman wawancara (wawancara tidak terstruktur). Aparat yang berhasil penulis interview adalah:

a. Kepala Bidang Pencegahan, Bapak Drs.Wuryanto Sugiri. b. Kasi Desiminasi Informasi, Ibu Tri Wahyu Astuti. SE.


(22)

1.4. Lokasi dan Waktu KKL

KKL dilaksanakan di Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Jawa Barat yang beralamat di Jl. Terusan Jakarta No. 50 Antapani. Adapun jadwal kegiatan KKL yang telah direncanakan selama 8 bulan yaitu dari bulan Mei 2012 sampai dengan bulan Januari 2013.

Tabel 1.1 Jadwal Kegiatan KKL

Adapun gambaran umum Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Jawa Barat ,adalah:

Badan Narkotika Nasional Provinsi Jawa Barat adalah sebuah badan yang melaksanakan tugas, fungsi dan wewenangnya BNN dalam wilayah Provinsi yang berdiri pada tahun 2011 yang lalu. Dalam melaksanakan tugasnya, BNNP Jawa Barat mempunyai fungsi:

a. Pelaksanaan kebijakan teknis P4GN di Bidang pencegahan, pemberdayaan masyarakat, pemberantasan dan rehabilitasi. b. Pelaksanaan penyiapan bantuan hukum dan kerja sama.

c. Pelaksanaan pembinaan teknis di bidang P4GN kepada Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota.

d. Penyusunan rencana program dan anggaran BNNP. e. Evaluasi dan penyusunan laporan BNNP.

f. Penyusunan administrasi BNNP.

No Kegiatan 2012 2013

Mei Juni Juli Jan 1 Tahap Persiapan

a. Observasi lokasi penelitian b. Pengajuan judul

c. Penyususnan usulan penelitian d. Seminar usulan penelitian 2 Tahap pelaksanaan

a. Pelaksanaan KKL b. Wawancara c. Observasi

d. Studi kepustakaan 3 Tahap Akhir

a. Penyusunan Laporan KKL b. Seminar KKL


(23)

1. Visi

Menjadi lembaga pemerintah non kementrian professional yang mampu menggerakan seluruh komponen masyarakat, bangsa dan negara dalam pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran narkoba di Indonesia.

Komitmen negara- negara anggota ASEAN yang telah dideklarasikan bahwa ASEAN BEBAS NARKOBA TAHUN 2015 yang merupakan issue global regional harus disikapi secara serius untuk mewujudkannya. Seiring dengan itu, sesuai dengan visi bangsa Indonesia dalam pembangunan bangsa yang telah ditetapkan dalam Ketetapan MPR nomor: TAP/MPR/VII/2001 yaitu:”terwujudnya masyarakat Indonesia yang religius, manusiawi, bersatu, demokratis, adil, sejahtera, maju, mandiri serta baik dan

bersih dalam penyelenggaraan Negara”, maka Visi yang ditetapkan Badan

Narkotika Nasional sebagai focus point dalam penanganan permasalahan narkoba adalah :”terwujudnya masyarakat Indonesia bebas penyalahgunaan dan peradaran gelap narkotika, psikotropika dan bahan adiktif lainnya (narkoba) tahun 2015”.

2. Misi

Bersama intansi pemerintah terkait dan komponen masyarakat, bangsa dan negara melaksanakan pencegahan, pemberdayaan masyarakat, pemberantasan, rehabilitasi, hukum dan kerjasama di bidang pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika,psikotropika, precursor dan bahan adiktif lainnya.

a. Melaksanakan pencegahan, pemberdayaan masyarakat, pemberantasan, rehabilitasi, hukum dan kerjasama di bidang pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika, precursor dan bahan adiktif lainnya.

b. Mengkoordinasikan penyusunan, perumusan dan pelaksanaan kebijakan nasional di bidang pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika, precursor dan bahan adiktif lainnya.


(24)

c. Menggkoordinasikan pelaksanaan evaluasi dan penyusunan pelaporan pelaksanaan kebijakan nasional di bidang pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika, precursor dan bahan adiktif lainnya.

d. Melaksanaan pelaporan kebijakan nasional di bidang pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika, precursor dan bahan adiktif lainnya.

3. Tujuan

Terwujudnya Indonesia bebas narkoba tahun 2015 4. Sasaran

Meningkatnya jumlah masyarakat yang imun, menurunnya angka prevelensi penyelahguna narkoba di bawah 2,8 % dari jumlah penduduk Indonesia dan meningkatnya pengungkapan jaringan peredaran gelap narkotika pada akhir tahun 2015.

5. Tugas dan Fungsi BNNP Jawa Barat

Berdasarkan Pasal 3, Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor: PER/04/V/2010/BNN, tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Narkotika Nasional Provinsi dan Badan Narkotika Nasional Kabupaten/ Kota adapun fungsi BNNP adalah:

a. Pelaksanaan kebijakan teknis P4GN di bidang pencegahan, pemberdayaan masyarakat, pemberantasan, dan rehabilitasi. b. Pelaksanaan penyiapan bantuan hukum dan kerja sama.

c. Pelaksanaan pembinaan teknis di bidang P4GN kepada Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota.

d. Penyusunan rencana program dan anggaran BNNP. e. Evalusi dan penyusunan Laporan BNNP.

f. Pelayanan administrasi BNNP. Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat terdiri atas: I. Kepala, yang memiliki tugas:


(25)

a. Memimpin BNNP dalam pelaksanaan tugas, fungsi dan wewenang BNNP dalam wilayah provinsi.

b. Mewakili kepala BNNP dalam melaksanakan hubungan kerjasama P4GN dengan intansi pemerintah terkait dan komponen masyarakat dalam wilayah provinsi.

II. Bagian Tata Usaha, bagian ini memiliki tugas melaksanakan penyusunan rencana program dan anggaran, evaluasi dan penyusunan laporan, serta pelayanan administrasi. Dalam menyelenggarakan tugasnya Bagian Tata Usaha mempunyai fungsi:

a. Penyiapan penyusunan rencana program dan anggaran.

b. Pelaksanaan urusan tata persuratan, pengelolaan logistik dan urusan rumah tangga BNNP.

c. Pelaksanaan urusan kepegawaian, keuangan, kearsipan, dokumentasi dan hubungan masyarakat.

d. Penyiapan bahan bantuan hukum dan kerja sama. e. Evaluasi dan penyusunan program.

III. Bidang Pencegahan, bidang ini mempunyai tugas melaksanakan kebijakan teknis P4GN di bidang pencegahan pada wilayah provinsi. Dalam menyelenggarakan tugasnya Bidang Pencegahan meyelenggarakan fungsi:

a. Pelaksanaan desiminasi informasi P4GN di bidang pencegahan dalam wilayah provinsi.

b. Pelaksanaan advokasi P4GN di bidang pencegahan dalam wilayah Provinsi.

c. Pelaksanaan bimbingan teknis P4GN di bidang pencegahan kepada Badan Narkotika nasional Kabupaten/Kota.

IV. Bidang Pemberdayaan Masyarakat, bidang ini memilki tugas melaksanakan kebijakan teknis P4GN di bidang pemberdayaan masyarakat dan rehabilitasi dalam wilayah Provinsi. Adapun tugas dari Bidang Pemberdayaan Masyarakat adalah:


(26)

a. Pelaksanaan peran serta masyarakat P4GN di Bidang pemberdayaan masyarakat dan rehabilitasi dalam wilayah provinsi.

b. Pelaksanaan pemberdayaan alternatif P4GN di bidang pemberdayaan masyarakat dalam wilayah Provinsi.

c. Pelaksanaan bimbingan teknis P4GN di bidang pemberdayaan masyarakat dan rehabilitasi kepada Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota.

V. Bidang Pemberantasan, bidang ini memiliki tugas, melaksanakan P4GN di bidang pemberantasan dalam wilayah Provinsi. Adapun fungsi dari bidang ini adalah:

a. Pelaksanaan kegiatan intelijen berbasis teknologi dalam wilayah Provinsi.

b. Pelaksanaan penyidikan, penindakan dan pengejaran dalam rangka pemutusan jaringan kejahatan terorganisasi peyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika, precursor dan bahan adiktif lainnya kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol dalam wilayah Provinsi.

c. Pelaksanaan pengawasan tahanan, barang bukti, dan aset dalam wilayah Provinsi.

d. Pelaksanaan bimbingan teknis P4GN di bidang pemberantasan melalui intelijen dan interdiksi kepada Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota.


(27)

6. Struktur Organisasi BNNP Jawa Barat

Struktur organisasi tersebut dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 1.1

Struktur Organisasi BNNP Jawa Barat

Sumber: Arsip BNNP Jawa Barat, 2010 KEPALA

BAGIAN TATA USAHA

SUBBAGIAN ADMINISTRASI SUBBAGIAN

LOGISTIK SUBBAGIAN

PERENCANAAN

BIDANG PENCEGAHAN

SEKSI DISEMINASI

INFORMASI

SEKSI ADVOKASI

BIDANG PEMBERDAYAAN

BIDANG PEMBERANTASAN

SEKSI PERAN SERTA MASYARAKAT

SEKSI INTELIJEN

SEKSI PEMBERDAYAAN ALTENATIF

SEKSI PENYIDIKAN, PENINDAKAN DAN

PENGEJARAN

SEKSI PENGAWASAN TAHAN, BARANG KELOMPOK JABATAN


(28)

BAB II LANDASAN TEORI

2.1. Kinerja

Kinerja dalam sebuah organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya tujuan dari organisasi yang telah ditetapkan. Sebuah organisasi tentunya memiliki suatu target yang ingin dicapai dan tentu pula diharapkan target yang telah dibuat, dapat dicapai seperti apa yang telah direncanakan, dengan hasil yang maksimal.

Banyak ahli yang memberikan defenisi tentang kinerja, berikut diantaranya defenisi yang dikutip oleh penulis. Menurut Anwar Prabu Mangku Negara“ kinerja ( prestasi kerja ) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya” (Mangkunegara,2006:9). Hasil kerja, tidak hanya dilihat dari kualitas saja atau seberapa nilai dari hasil pekerjaan. Namun, seberapa banyak tugas yang dapat dilakukan juga merupakan bagian dari performance (kinerja). Kinerja merupakan pelaksanaan dari tanggung jawab yang diberikan. Seseorang harus berupaya memenuhi tanggung jawabnya, agar tidak terbengkalai dan mendapat hasil yang baik. Selanjutnya, Ambar Teguh Sulistiyani memberikan defenisi kinerjanya, yakni “kinerja seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya” (Sulistiyani,2003:223). Untuk mencapai hasil yang ingin dicapai, maka diperlukan kemampuan, kerja keras seseorang ditambah dengan kesempatan. Performance seseorang dapat dilihat dari hasil kerja yang memadukan kemampuan, kerja keras dan kesempatan. Kemudian, Malayu S.P Hasibuan, mengemukakan “kinerja (prestasi kerja) adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu” (Hasibuan, 2001:34). Selain itu, John Whitmore mendefenisikan kinerja, “Kinerja adalah pelaksanaan fungsi-fungsi


(29)

yang dituntut dari seseorang, kinerja adalah suatu perbuatan, suatu prestasi, suatu pameran umum keterampilan” (Whitmore,1997:104).

Berdasarkan dari defenisi- defenisi yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah suatu usaha seseorang dalam memenuhi tanggung jawab dan tugas yang dibebankan kepadanya dengan menggunakan kombinasikan kemapuan kerja, keterampilan atau pengalaman kerja, keuletan dan kesempatan, dalam mencapai atau memenuhi tujuan , tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya. Organisasi berasal dari kata organization yang memiliki makna tempat atau wadah seorang menejer atau pemimpin beserta para bawahannya untuk melakukan kegiatan- kegiatan dalam mencapai tujuan yang dinginkan. Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan dalam bukunya Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah menjelaskan pengertian organisasi adalah “suatu sistem perserikatan formal, berstruktur dan terkoordinasi dari sekelompok orang yang bekerja sama dalam mencapai tujuan tertentu, organisasi hanya merupakan alat dan wadah” (Hasibuan, 2006:120). Wadah atau tempat tersebut, diharapkan dapat dijadikan suatu lingkungan yang nyaman untuk bekerja sama dari sekelompok orang dengan visi dan misi yang sama untuk mencapai tujuannya. Sekelompok orang yang terdapat dalam wadah tersebut, harus memiliki komitmen dan intergritas yang tinggi, sehingga mampu wewujudkan visi, misi dan tujuan dari organisasi. Selanjutnya, dikutip dalam buku yang sama, James D. Mooney mendefenisikan organisasi adalah “organization is form of every human association for the attainment of common purpose ( organisasi adalah setiap bentuk perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama (Dalam Hasibuan, 2006:120). Selain itu Chester L. Bernard memberikan defenisinya “ as a system of counsciously coordinated activity or force of two or more person ( suatu sistem kerja yang terkoordinasi secara sadar dan dilakukan oleh dua orang atau lebih).(Dalam Hasibuan, 2006:120). Dari beberapa defenisi organisasi yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa organisasi merupakan suatu wadah dimana terdapat dua orang atau lebih yang bekerja sama dengan keterampilan, pengetahuan dan keuletan,


(30)

memiliki visi, misi dan tujuan yang sama untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan organisasi.

2.2. Kinerja Organisasi

Konsep kinerja, merupakan konsep dimana suatu tahapan hasil dari suatu organiasi. Dari hasil ini dapat dilihat berhasil atau tidaknya hasil kerja yang dibangun oleh sekumpulan komponen- komponen di dalam sebuah organisasi. Karena kinerja organisasi merupakan hasil kerja bersama atau pencapaian hasil kerja bersama maka seluruh organisasi tersebut harus bertanggung jawab akan hasilnya.

Kinerja Organisasi menurut Mahsun dalam bukunya Pengukuran Kinerja Sektor Publik, menjelaskan bahwa “kinerja (perpormance) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan kegiatan/ program/ kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam stratejic planning suatu organisasi” (Mahsun, 2006:25).

Berdasarkan pendapat uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja organiasi adalah suatau pencapaian atau hasil kerja yang diperoleh bersama- sama (komponen- komponen dalam organiasi) di dalam wadah organiasi, sebagai tempat mencapai tujuan organisi tersebut.

Pada sebuah organisasi ada tujuan dan sasaran yang ingin dicapai oleh organisasi tersebut. Pencapaian dari organiasi inilah yang dijadikan acuan untuk mengetahui berhasil atau tidaknya kinerja dalam sebuah organiasi. Tujuan dan sasaran organisasi dibuat berdasarkan visi dan misi organisasi tersebut. Visi dan misi merupakan panduan atau cita- cita yang ingin diwujudkan oleh organiasi dalam beberapa jangka waktu tertentu. Dengan adanya visi dan misi tersebut, maka organisasi tersebut akan berjalan sesuai arah yang telah ditentukan atau ditetapkan oleh organisasi.

Untuk mengukur suatu kinerja organisasi, ada elemen- elemen yang perlu diperhatikan. Elemen- elemen pokok ini perlu diperhatikan untuk didapat hasil pengukuran yang benar dan valid. Menurut Mohamad Mahsun elemen pokok pengukuran kinerja adalah:


(31)

1. Menetapkan tujuan, saran dan startegi organisasi. Merupakan tujuan dari organisasi yang dinyatakan secara jelas disertai dengan batasan waktu yang jelas.

2. Merumuskan indikator dan ukuran kinerja. Memilih tolak ukur untuk menilai suatu program atau aktivitas yang serupa.

3. Mengukur tingkat ketercapaian tujuan dan sasaran organiasi. Pelaksannan pengukuran dari indikator yang telah dipilih.

4. Evaluasi kinerja. memberikan gambaran tentang pencapaian kinerja pada suatu organisasi.(Mahsun, 2006:26).

Tujuan dan sasaran organisasi merupakan salah satu elemen pokok yang penting. Hasil dari kinerja organisasi diukur bedasarkan pencapaian terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Semakain tinggi pencapaian dari tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, semakin tinggi pula presentase keberhasilan kinerja yang dicapai oleh organisasi tersebut.

Keberhasilan kinerja tidak hanya dilihat dari aspek hasil (outcame) saja. Namun, ada aspek- aspek lain yang perlu diperhatikan. Aspek- aspek kinerja seperti masukan, proses, keluaran, hasil, keuntungan dan dampak, diamati secara komprehensif untuk menilai kinerja suatu organiasi. Adapun indikator- indikator atau aspek- aspek yang diukur dalam kinerja menurut Mahsun adalah:

1. Aspek masukan (Input), segala sesuatu yang dibutuhkan agar kegiatan berjalan dan bisa menghasilkan keluaran.

2. Aspek Proses (Process), ukuran kegiatan, baik dari segi kecepatan, ketepatan, maupun tingkat akurasi pelaksanaan kegiatan.

3. Aspek Keluaran (Output), sesuatu yang langsung dapat diharapkan langsung dapat dicapai dari suatau kegiatan yang berwujud maupun tidak berwuwjud.

4. Aspek hasil (Outcome), segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka waktu menengah yang mempunyai efek langsung.

5. Aspek manfaat (Benefit), segala sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari pelaksanaan kegiatan.

6. Aspek dampak (Impact), pengaruh yang ditimbulkan baik positif dan negatif. (Mahsun, 2006:32).

Setelah memilih indikator- indikator ukur, maka hal yang dilakukan selanjutnya adalah mengukur ketercapaian tujuan dan sasaran organisasi tersebut dengan indikator- indokator yang telah ditetapkan. Sejumlah


(32)

indikator- indikator yang ditetapkan dinilai tingkat hasilnya. Semakin baik tingkat hasil dari masing- masing indikator, maka akan semakin baik. Kemudian, setelah didapatkan hasil pengukuran dari indikator- indikator yang telah diukur tadi, maka didapatkan hasil (kesimpulan) dari kinerja organiasi tersebut. Apabila kinerja organiasi baik, maka organisasi tersebut harus menjaga performanya dan terus bekerja dengan optimal dan apabila suatu organiasi berjalan dengan buruk, maka organiasi tersebut harus melakukan suatu evaluasi terhadap kinerjanya, dalam hal ini indikator atau aspek mana yang tidak berjalan dengan baik. Setelah didapatkan indikator yang kurang berjalan, maka sesegera mungkin harus diambil tindakan perbaikan yang efektif agar hasil dari kinerja organiasi tersebut berjalan dengan baik. Hal ini sejalan dengan manfaat pengukuran kinerja, antara lain adalah:

1. Memastikan pemahaman para pelaksana akan ukuran yang digunakan untuk pencapaian kinerja.

2. Memastikan tercapainya rencana kinerja yang telah disepakati. 3. Memantau dan mengevalusi pelaksanaaan kinerja dan

membandingkannya dengan rencana kerja serta melakukan tindakan untuk memperbaiki kinerja.

4. Memberikan penghargaan dan hukuman yang objektif atas prestasi pelaksanaan yang diukur dengan sistem pengukuran kinerja yang telah disepakati.

5. Menjadi alat komunikasi antar bawahan dan atasan dalam upaya memperbaiki kinerja organisasi.

6. Mengidentifikasi apakah kepusaan pelanggan sudah terpenuhi. 7. Membantu memahami proses kegiatan intansi pemerintahan. 8. Memastikan bahwa pengambila keputusan dilakukan secara

objektif. (Mahsun, 2006:33).

2.3. Narkoba

2.3.1. Pengertian Narkoba

Narkoba atau Napza yakni istilah yang dikeluarkan oleh Dapertemen Kesehatan marupakan merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif, merupakan zat yang bisa menimbulkan kecanduaan bahkan kematian bagi penggunanya apabila dikonsumsi secara salah. Berdasarkan Undang- Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis


(33)

maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang.

Prekursor Narkotika adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat digunakan dalam pembuatan Narkotika yang dibedakan dalam tabel sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang.

Jenis dari narkotika atau yang lebih dikenal dengan nama narkoba, biasanya digunakan oleh para dokter untuk kepentingan medis agar pasien tidak merasakan sakit, seperti untuk melakukan operasi atau pembedahan. Selain itu, narkoba juga bisanya digunakan sebagai bahan untuk penelitian, guna untuk pengembangan dalam ilmu kedokteran.

2.3.2. Penyalahgunaan Narkoba

Berdasarkan Undang- Undang No. 35 Tahun 2009, pasal 1, ayat 15 disebutkan bahwa Penyalah Guna adalah orang yang menggunakan Narkotika tanpa hak atau melawan hukum. Dari pengertian penyalahguna narkoba tersebut, dapat disimpulkan bahwa penyalahgunaan narkoba adalah suatu tindakan menggunakan narkotika atau narkoba tanpa hak atau melawan hukum. Memiliki narkoba, mengimpor, mengekspor dan memproduksi narkoba tanpa perizinan yang legal merupakan suatu tindakan melawan hukum dan dapat dikenai hukuman pidana. Sanksi yang dijatuhkan akan disesuaikan dengan tindakan melawan hukum yang dilakukan, sesuai dengan aturan perundang- undangan yang berlaku.

2.3.3. Penggolongan Jenis Narkoba

Narkoba dapat dibagi menjadi 3 golongan yakni: Narkotika gol I, hanya untuk ilmu pengetahuan, tidak untuk terapi, potensinya sangat tinggi untuk ketergantungan, contohnya heroin, kokain, ganja,shabu, ekstasi,LSD. Narkotika gol II untuk terapi dan iptek, potensinya tinggi untuk ketergantungan, contohnya morfin, petidin, metadon. Narkotika gol III untuk terapi dan iptek, potensi ringan untuk ketergantungan, contoh kodein dan


(34)

buprenorphin. Ada dua jenis tanaman yang dapat dijadikan bahan dasar pembuatan narkoba atau narkotika. Pertama, tanaman Papaver Somniferum L. Tanaman ini merupakan tanaman yang digunakan dalam pembuatan narkoba dan termasuk kedalam golongan I, mulai dari batangnya sampai pada daun kecuali, bijinya. Kedua, tanaman Koka tanaman ini juga digunakan dalam pembuatan narkoba. Tanaman ini juga termasuk dalam narkoba atau narkotika golongan I, seluruh bagian dari tanaman ini termasuk bijinya dapat digunakan dalam bahan dasar pembuatan narkoba.

2.3.4. Efek Penggunaan Narkoba

Narkoba memeliki efek menghilangkan rasa nyeri dan menurunkan kesadaran. Efek- efek tersebut dialami oleh seseorang karena kandungan senyawa didalamnya. Berdasarkan efeknya narkoba dapat dibagi menjadi 3 jenis kelompok yakni:

1. Stimulan

Narkoba pada jenis ini berfungsi meningkatkan kegiatan pada sistem saraf pusat, sehingga mempercepat proses mental dan membuat sensor tubuh si pengguna menjadi lebih sensitif, lebih awas serta bersemangat. Contoh : Amfetamin (sabu-sabu / ektasi), Kokain, Kafein, Nikotin, dll. Efek jangka panjang yang ditimbulkan adalah stroke, kejang, sakit kepala, irritability, restlessness, depresi, kecemasan, iritabel, marah, kehilangan daya ingat, bingung, masalah dalam perhatian, insomnia, paranoia, halusinasi pendengaran, reaksi panik, ide bunuh diri, infeksi sinus hidung, kehilangan kemampuam indera pencium, perdarahan hidung, pilek kronik, keserakan, mulut kering, bibir kering dan pecah-pecah, kerusakan gigi (akibat menggertakan gigi saat intoksikasi), masalah menelan, sakit dada, batuk, kegagalan pernafasan, gangguan irama jantung dan serangan jantung, komplikasi pada pencernaan(nyeri abdominal dan mual), kehilangan gairah sex, malnutrisi, penurunan berat badan, anreksia, lemah, kelelahan, tremor, berkeringat, kulit berminyak, kulit wajah pucat.


(35)

2. Depressan

Narkoba pada jenis ini mengakibatkan menurunkan kegiatan pada sistem saraf pusat, sehingga membuat para pengguna menjadi lebih rilek dan kurang sadar dan awas terhadap sekelilingnya, contoh : Heroin (putaw), Morfin, Analgesik, Alkohol, Benzodiazepin, Obat keras, dll. Efek jangka panjangnya adalah overdosis fatal, vena kolaps, penyakit Infeksi, risiko tinggi untuk HIV/AIDS dan hepatitis, infeksi pada selaput dan katup jantung, komplikasi paru-paru & pneumonia, masalah pernafasan, abses, penyakit hati, berat badan lahir rendah dan keterlambatan perkembangan, keguguran spontan, selulitis.

3. Halusinogen

Narkoba pada jenis ini mengakibatkan mengubah persepsi/ pandangan pada waktu dan tempat, sehingga membuat para pengguna melihat dan mendengar sesuatu yang sebenarnya tidak ada, atau mereka melihat / mendengar sesuai dengan persepsi yang berbeda-beda.

2.3.5. Upaya Pencegahan Terhadap Bahaya Narkoba

Berdasarkan data yang ada tahun 1994, usia mengenal narkoba terjadi pada usia yang sangat muda. Usia memakai opium dan zat terlarang lainnya terjadi pada usia 11 tahun. Pada hasil survei tahun 1997 usia menghisap rokok terjadi pada usia 6 tahun, menggunakan zat halusinogen terjadi pada usia 10 tahun, psikotropika pada usia 10 tahun dan opium 13 tahun dan lem 7 tahun.

Anak dikatakan usia dini, menurut UNESCO pada umur 0-8 tahun.sedangkan umur 0-5 tahun anak usia dini yang ditetapkan oleh kementrian pemberdayaan dan perlindungan anak, merupakan suatu tahap perkembangan anak yang perlu dijaga dan diperhatikan. Pada masa ini, merupakan masa yang sangat penting bagi anak untuk membangun kemampuan berinteraksi secara sosial dengan lingkunganya. Namun, hal ini akan berakibat fatal apabila pada anak usia dini tersebut sudah menggunakan jenis narkoba atau narkotika. Salah satu faktor penyebab anak mengkonsumsi narkoba pada usia belia dikarenakan kurangnya


(36)

pengawasan, komunikasi dan pengetahuan orang tua. Untuk itu, ada beberapa hal terkait dengan pola asuh orang tua terhadap anak yang harus diperhatikan:

1. Komunikasi

Ada lima aturan emas dalam berkomunikasi a. Mendengarkan secara aktif.

b. Anak merasa penting, dihormati dan dihargai apabila orangtua benar- benar mendengarkan mereka.

c. Menghargai perasaan anak-anak anda.

d. Bila kita penuh pengertian dan peka terhadap apa yang dirasakan anak-anak, mereka akan menghadiahi kita dengan kepercayaan. Jangan mengkritik anak anda dan jangan mencemooh. Kedua cara tersebut sangat merusak pembicaraan saat itu, bahkan dapat merusak hubungan yang anda jalin selama ini.

e. Hormati hak pribadi anak-anak anda.

Jangan memaksa anak anda untuk menyatakan perasaannya. Cara yang terbaik adalah mendengarkan apa pun yang ingin mereka sampaikan dan secara perlahan-lahan memberi mereka keberanian untuk menceritakan permasalahannya. Ingatkan anak anda bahwa anda siap setiap saat dia ingin berbicara.

f. Menggunakan kata “saya” lebih baik daripada „kamu”.

Demi menjaga emosi anak anda dan juga untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam berkomunikasi, penting sekali untuk mengajarkan anak anda agar terbiasa menggunakan kata “saya”

sebagai pengganti “kamu”. Mendorong anak anda untuk

menggunakan kata “saya” dapat mengajar mereka untuk bertanggung jawab atas apa yang mereka rasakan dalam situasi yang berbeda.

g. Tetaplah pada subjek pembicaraan.

Jangan menyeret masalah atau kepedihan masa lalu di dalam pembicaraan saat ini. Selesaikan konflik satu demi satu.

2. Kasih Sayang.

Anak selalu ingin diperhatikan, diterima dan dihargai. Kasih sayang orang tua tanpa batas, tanpa syarat, bahkan pada saat anak berbuat salah pun dia tetap merasakan bahwa ia disayangi.

Rasa aman, kasih sayang dan suasana mesra seharusnya dikembangkan waktu anak masih bayi, sejak lahir hingga umur 1 ½ tahun. Rasa aman dan kasih sayang ini dapat diperolehnya melalui kesiapan ibu setiap saat dibutuhkan oleh bayi dan melalui sentuhan fisik yang menyenangkan dan penuh kasih sayang terutama dari ibu.

3. Spiritual

Orang tua perlu menanamkan pendidikan agama sejak usia dini. Pendidikan agama saja tidak cukup tapi disertai pula dengan moral dan bimbingan orang tua. Dalam pandangan agama tahapan pencegahan dalam upaya penanggulangan bahaya narkotika dan prekursor narkotika, sebagai berikut :


(37)

a. Perlu penanaman sejak dini bahwa narkotika dan prekursor narkotika haram hukumnya dan dilarang menurut agama apapun maupun negara.

b. Menanamkan kehidupan beragama di lingkungan keluarga dan sekolah.

c. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam setiap aktifitas.

d. Taat beribadah.

e. Bersyukur atas pemberian Tuhan yang Maha Kuasa. 4. Pemupukan percaya diri

a. Berfokus pada kelebihan dan kemampuan anak, bukan pada kesalahan atau kekurangannya.

b. Berfokus pada usahanya, bukan hasilnya.

c. Menahan diri untuk tidak mengkritik, menghina, mengejek dan mempersalahkan, yang semuanya ini adalah bentuk penolakan. d. Memberi pengalaman yang membesarkan hati.

e. Pemberian tugas dan tanggung jawab yang membangun kepercayaan diri.

5. Kemampuan menolak penyalahgunaan narkotika dan prekursor narkotika

Orang memakai narkotika dan prekursor narkotika karena bermacam-macam alasan. Apapun alasannya, semula seseorang memakai narkoba karena ada kesempatan. Orang tua harus selalu mengajarkan kepada putra putrinya untuk berani menolak apapun yang diberikan orang lain yang tidak dikenalnya.(BNNP Jawa Barat, 2012:77).

Peranan orang tua atau keluarga yang baik akan membuat anak jauh dari penyalahgunaan narkoba. Cara mengkomunikasikan suatu hal juga sangat penting agar anak tidak menangkap persepsi yang salah tentang suatu hal. Keluarga merupakan pranata primer yang akan membentengi dan menjadikan lendasan yang kuat terhadap prilaku anak- anak.

2.3.6. Bentuk- Bentuk Pencegahan Terhadap Bahaya Narkoba

Pencegahan penyalahgunaan narkoba merupakan, suatu upaya yang dilakukan agar setiap orang mampu menolak penggunaan narkoba secara benar dan terampil. Adapun upaya- upaya yang dilakukan dalam pencegahan penyalahgunaan narkoba adalah:

1. Menyebarkan informasi tentang bahaya penyalahgunaan narkoba melalui media elektronik, cetak, radio dan lain- lainnya.

2. Melakukan kampanye anti narkoba. 3. Melakukan pameran anti narkoba.


(38)

4. Melakukan sosialisasi tentang bahaya penyalahgunaan narkoba.

5. Membentuk kelompok- kelompok anti narkoba dengan tujuan, agar mereka terampil dan imun terhadap bahaya penyalahgunaan narkoba.

Kinerja dalam rangka pencegahan penyalahgunaan narkoba merupakan suatu hasil dari upaya- upaya yang dilakukan oleh suatu badan/intansi atau orang dalam mencegah tindakan penyalahgunaan narkoba tanpa hak atau melawan hukum.


(39)

BAB III

HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN KKL

3.1. Hasil Kegiatan KKL

Hasil kegiatan KKL penulis di BNNP Jawa Barat mengenai kinerja BNNP Jawa Barat dalam rangka pencegahan penyalahgunaan narkoba di Provinsi Jawa Barat dapat dilihat pada table 1.2 sebagai berikut :

Tabel 1.2

Aktivitas Harian di BNNP Jawa Barat

No Tanggal Kegiatan

1 9 Juli 2012 Penyelesaian SPK (Surat Perintah Kerja) 2 10 Juli 2012 Persiapan HANI (Hari Anti Narkoba

International)

3 11 Juli 2012 Persiapan HANI (Hari Anti Narkoba International)

4 12 Juli 2012 Persiapan HANI (Hari Anti Narkoba International)

5 13 Juli 2012 Persiapan HANI (Hari Anti Narkoba International)

6 14 Juli 2012 Pelaksanaan HANI (Hari Anti Narkoba International)

7 16 Juli 2012 Merapikan sarana setelah pelaksanaan HANI (Hari Anti Narkoba International)

8 17 Juli 2012 Mengikuti Sosialisasi di MTS Ar- Rudloh 9 18 Juli 2012 Melakukan diskusi tentang judul KKL 10 19 Juli 2012 Mengetik Tupoksi BNNP Jawa Barat 11 20 Juli 2012 Mendiskusikan tentang materi KKL 12 23 Juli 2012 Mendiskusikan tentang materi KKL 13 24 Juli 2012 Penyusunan hasil kegiatan sosialisasi

14 25 Juli 2012 Penyusunan hasil laporan HANI (Hari Anti Narkoba International)

15 26 Juli 2012 Lanjutan penyusunan laporan HANI (Hari Anti Narkoba International)

16 27 Juli 2012 Mendiskusikan tentang materi KKL 17 30 Juli 2012 Mendiskusikan tentang materi KKL 18 31 Juli 2012 Mendiskusikan tentang materi KKL 19 1 Agustus

2012

Penyerahan bahan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi)

20 2 Agustus 2012

Penyusunan laporan kegiatan pencegahan semester I

21 3 Agustus 2012

Administrasi persyaratan dan penggandaan laporan


(40)

22 6 Agustus 2012

Membantu menyiapkan laporan kegiatan bidang cegah

23 7 Agustus 2012

Mendiskusikan tentang materi KKL

24 8 Agustus 2012

Mendiskusikan tentang materi KKL

Sumber: Hasil KKL,2012

Pelaksanaan KKL dijadwalkan selama satu bulan (30 hari), mulai dari tanggal 9 Juli 2012- 8 Agustus 2012. Selama sebulan tersebut, sejumlah aktivitas telah dilakukan. Pada hari ke-1, penulis melengkapi Surat Perintah Kerja (SPK). Kegiatannya seperti melengkapi nama, No. KTP, No. NPWP, alamat dan lain- lain. Tugas tersebut selesai dalam satu hari. Hari ke-2, 3, 4, dan 5, penulis membantu persiapan kegiatan HANI (Hari Anti Narkoba International) yang dilaksanakan pada tanggal 14 Juli 2012 bertempat di Depan Gedung Sate,Bandung. Adapun kegiatan yang dilakukan oleh penulis pada persiapan acara tersebut, seperti melipat poster, membuat bagan hasil kinerja BNNP Jawa Barat, mengetik daftar undangan, memfotocopi bahan untuk acara HANI, membantu meyiapkan pengiriman barang kiriman dan lain- lainnya. Pada hari ke-6, membantu pelaksanaan HANI yakni menjadi panitia pameran. Hari ke-7, merapikan sarana setelah pelksanaan HANI seperti kertas- kertas yang berserakan di kantor, merapikan bendera dan lain- lain. Hari ke-8, mengikuti sosialisasi di MTS Ar-Rudloh, penulis mengamati setiap kegiatan, seperti pemberian materi, respon dari peserta yang mengikuti sosialisasi, tanya jawab dan lain- lain. Hari ke-9, penulis mendiskusikan dan bertanya tentang hal- hal yang berkaitan dengan judul KKL penulis. Hari ke-10, penulis mengetik tugas, pokok dan fungsi BNNP Jawa Barat, dan tugas itu dilakukan selesai dalam satu hari. Hari ke-11 dan 12, penulis mendiskusikan dan bertanya mengenai hal- hal yang berkaitan dengan judul KKL. Hari ke-13, penulis membantu menyusun laporan mengenai hasil kegiatan sosialisasi yang telah dilakukan dalam kurun satu tahun belakangan. Hari ke-14 dan 15, penulis membantu menyusun


(41)

laporan HANI seperti mengeprint dan memfotocopi laporan kegiatan tersebut. Hari ke-16, 17 dan 18, penulis mendiskusikan dan bertanya tentang judul KKL, seperti data- data yang kurang dipahami dan lain- lainnya. Hari ke-19, penyerahan bahan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi). Hari ke- 20, penyusunan laporan kegiatan pencegahan semester I, seperti mengeprint, mempotocopi dan menjilid laporan tersebut. Hari ke- 21, membantu penyiapan administrasi persyaratan dan penggandaan laporan, seperti kegiatan mengetik dan mengeprint dokumen. Hari ke- 22, membantu meyiapkan laporan kegiatan bidang cegah, seperti menyusun dokumen- dokumen dan menjilidnya. Hari ke-23 dan 24, penulis mendiskusikan mengenai materi KKL penulis.

Demikianlah hasil kegiatan KKL yang penulis lakukan di BNNP Jawa Barat pada Bidang Pencegahan.

3.2. Pembahasan KKL

3.2.1 Kondisi Penyelahgunaan Narkoba di Provinsi Jawa Barat Narkotika adalah bahan/zat aktif yang mempengaruhi kondisi kejiwaan/psikologis seseorang (pikiran, perasaan dan perilakunya) serta dapat menimbulkan ketergantungan secara fisik maupun psikologis. Dari hasil penelitian BNN bekerjasama dengan Puslitkes (Pusat Penelitian Kesehatan) UI tahun 2011 menunjukan angka prevalensi penyalahgunaan narkoba di Jawa Barat adalah 2,24% setara dengan ±960.000 orang, dari total jumlah penduduk jabar ±43juta jiwa, artinya dari tahun 2008 sampai 2011 terjadi peningkatan prevalensi (2008:1,99%, tahun 2011 menjadi 2,24%). Penyebab dari suburnya Indonesia sebagai lahan pasar perdagangan narkoba dikarenakan konsumen narkoba di Indonesia ini sangat luas, yakni mulai dari kalangan anak muda sampai orang dewasa, bahkan golongan artis atau selebritis juga banyak yang mengkonsumsi narkoba. Selain itu, faktor geografis Indonesia yang memiliki banyak pelabuhan sebagai tempat


(42)

masuk narkoba ke Indonesia, sehingga memberikan banyak ruang masuk bagi pemasokan narkoba ke Indonesia.

Penyalahgunaan narkoba dapat dicegah, namun karena permasalahannya sangat kompleks, yang disebabkan oleh berbagai faktor yang kompleks pula, sehingga memerlukan upaya yang komprehensif dan terpadu. Penyebaran informasi yang tepat dan terpercaya melalui kampanye dan penyuluhan adalah salah satu upaya pencegahan namun tidak cukup. Menyadari bahwa penyalahgunaan narkoba adalah masalah perilaku sosial, maka pemberiaan informasi atau pengetahuan harus didukung oleh upaya pendidikan yang dapat mengubah perilaku dan pola pikir seseorang, selain membimbing anak agar menjadi dewasa. Menciptakan kegiatan alternatif yang dapat membantu mengembangkan atau mengaktualisasi diri juga sangat bermanfaat. Dengan adanya kegiatan alternatif tersebut, remaja dapat mempergunakan waktu yang ada serta mengembangkan wawasan dan kemampuan penalaran remaja (kognitif, afektif dan psikomotor), sehingga diharapkan dapat terhindar dari penyalahgunaan narkoba. Upaya intervensi diperlukan, untuk menolong seseorang yang berisiko tinggi atau yang sedang bermasalah atau baru mencoba-coba narkoba.

3.2.2 Dampak Buruk Penyalahgunaan Narkoba

Dampak buruk bagi penyalahguna narkoba dapat menyebabkan penyakit seperti HIV/AIDS dan virus hepatitis melalui penggunaan jarum suntik, yang pada akhirnya menyebabkan kematian jutaan jiwa, sehingga merugikan bangsa. Laporan Badan Narkotika Nasional (BNN) menunjukkan 80% pengguna narkoba dengan jarum suntik menderita hepatitis B/C, dan 40-50% tertular HIV, karena pemakaian jarum suntik yang tidak steril dan bergantian. Dari pecandu pengidap HIV atau hepatitis, terjadi penularan kepada sesama pecandu. Penyakit AIDS menyebabkan turunnya sistem kekebalan tubuh. Hepatitis B/C menyebabkan kerusakan hati dan kanker. Saat ini sekitar 15,000


(43)

penyalahguna narkoba kaum muda meninggal dunia setiap tahun akibat overdosis, AIDS dan penyakit lain seperti penyakit jantung, paru, hati dan ginjal.

Kerugian sosial-ekonomi akibat penyalahgunaan narkoba sangat besar. Pada tahun 2004, jumlah kerugian Rp 23,6 triliun dan meningkat menjadi Rp 32 triliun pada tahun 2008. Berdasarkan kecenderungan kenaikan itu, diproyeksikan kerugian ekonomi bisa mencapai Rp 57 triliun pada tahun 2013. Komponen biaya ekonomi itu antara lain adalah biaya konsumsi narkoba, biaya perawatan, biaya produktivitas yang hilang (Loss Productivity), serta kematian akibat penyalahgunaan narkoba (premature death) dan tindakan kriminalitas.

3.2.3 Rencana Aksi Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba

BNNP Jawa Barat merupakan lembaga pemerintah non kementrian professional yang mampu menggerakan seluruh komponen masyarakat, bangsa dan negara dalam pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran narkoba di Indonesia (P4GN).

Untuk mewujudkan Indonesia bebas narkoba pada akhir tahun 2015, maka presiden repubik Indonesia mengeluarkan Inpres No. 12 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Kebijakan dan Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba Tahun 2011-2015. Inpres No. 12 Tahun 2011 ini ditujukan khusus untuk mengintruksikan kepada:

1. Para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu II. 2. Sekretaris Kabinet.

3. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia. 4. Jaksa Agung.

5. Panglima Tentara Nasional Indonesia.

6. Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal.

7. Para Kepala Lembaga Pemerintah Non Kementerian. 8. Para Gubernur.


(44)

9. Para Bupati/Walikota.

Agar mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai tugas, fungsi, dan kewenangan masing-masing, dalam rangka pelaksanaan Jakstranas P4GN 2011 - 2015, yang meliputi bidang :

1. Pencegahan.

2. Pemberdayaan Masyarakat. 3. Rehabilitasi.

4. Pemberantasan.

Untuk masalah pencegahan penyalahgunaan narkoba di lembaga BNN, maka tugas tersebut diserahkan kepada Bidang Pencegahan. Langkah-langkah yang diambil dalam pencegahan penyalahgunaan narkoba tersebut, dalam pelaksanaanya memfokuskan pada :

1. Upaya menjadikan siswa/pelajar pendidikan menengah dan mahasiswa memiliki pola pikir, sikap, dan terampil menolak penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba;

2. Upaya menjadikan para pekerja memiliki pola pikir, sikap, dan terampil menolak penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.

Berdasarkan Inpres No.12 Tahun 2011 ada dua rencana aksi yang diamanatkan, yakni:

1. Memberikan penyuluhan dan penerangan kepada siswa/ pelajar menengah, mahasiswa, pegawai swasta/wiraswasta/buruh dan pegawai di lembaga negara/pemerintah.

2. Membentuk dan meningkatkan keterampilan kader anti narkoba di kalangan para siswa/ pelajar menengah, mahasiswa, pegawai swasta/wiraswasta/buruh dan pegawai di lembaga negara/pemerintah.

Tujuan dari rencana aksi ini adalah agar siswa/ pelajar menengah, mahasiswa, pegawai swasta/wiraswasta/buruh dan pegawai di lembaga negara/pemerintah, tidak menyalahgunakan narkoba dan terlibat peredaran gelap narkoba, dengan target pencapain sebesar 20 %


(45)

dari jumlah peserta yang ikut dalam sosialisasi atau dalam pembentukan kaderisasi. Diamanatkan oleh Inpres No.12 Tahun 2011 kepada Kemendiknas, Kemenag, BKKBN, KPAI dan BNN, untuk memberikan penyuluhan dan penerangan siswa/ pelajar, mahasiswa, pegawai swasta/wiraswasta/buruh dan pegawai di lembaga Negara/pemerintah.

Inpres tersebut juga mengamanatkan kepada Kemendiknas, Kemenag dan BNN untuk membentuk dan meningkatkan keterampilan kader anti narkoba di kalangan para siswa/ pelajar menengah, mahasiswa, pegawai swasta/wiraswasta/buruh dan pegawai di lembaga negara/pemerintah, dengan indikator pencapaian keberhasilan, meningkatnya jumlah siswa/ pelajar menengah, mahasiswa, pegawai swasta/wiraswasta/buruh dan pegawai di lembaga negara/pemerintah yang menolak narkoba, untuk rencana aksi penyuluhan dan penerangan. Sedangkan untuk rencana aksi pembentukan kaderisasi anti narkoba, indikator keberhasilannya adalah meningkatnya jumlah kader anti narkoba siswa/ pelajar menengah, mahasiswa, pegawai swasta/ wiraswasta/ buruh dan pegawai di lembaga Negara/pemerintah.

3.2.4 Aksi- Aksi Pencegahan Yang Dilakukan

Adapun aksi- aksi yang dilakuka oleh BNNP Jawa Barat dalam rangka pencegahan penyalahgunaan narkoba di Provinsi Jawa Barat adalah aksi penyuluhan/ penerangan/ sosialisasi advokasi dan pembentukan kader anti narkoba yang dibentuk disetiap lingkungan atau lembaga (SLTP, kampus/ universitas, lembaga swasta, lembaga pemerintahan). Namun, dalam pelaksanaannya pembentukan kader anti narkoba dilakukan oleh bidang pemberdayaan dengan pertimbangan agar terjadinya keseimbangan tugas dan terjadinya efektifitas dan efesiensi kerja.


(46)

3.2.4.1. Sosialisasi Advokasi

Sosialisasi Advokasi adalah suatu penyuluhan tentang bahaya penyalahgunaan narkoba dan juga penyuluhan tentang peraturan narkoba seperti UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, Inpres No. 12 Tahun 2011 tentang Rencana Pelaksanaan Kebijakan dan Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Peredaran Gelap Narkotika 2011- 2015, dan PP No. 25 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Wajib Lapor Pecandu Narkotika. Adapun dasar hukum dari pelaksanaan sosialisasi advokasi ini adalah:

a) Undang – Undang Republik Indonesia No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, Lembaran Negara No. 143 Tahun 2009 dan Tambahan Lembaran Negara No. 5062.

b) Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 23 Tahun 2010 tanggal 12 April 2010 tentang Badan Narkotika Nasional.

c) Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional No. Per/03/V/2010/BNN tanggal 12 Mei 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Narkotika Nasional.

d) Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional No. Per/04/V/2010/BNN tanggal 12 Mei 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Narkotika Nasional Provinsi dan Kabupaten/Kota.

e) Instruksi Presiden Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Kebijakan dan Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba Tahun 2011 – 2015.

f) DIPA Badan Narkotika Nasional Provinsi Jawa Barat Nomor : 0020/066-01.2.01/12/2012 tanggal 9 Desember 2011.


(47)

1. Sosialisasi Advokasi Implementasi di Lingkungan Swasta/Kobanter A. Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan pelaksanaan kegiatan Sosialisasi Advokasi Implementasi Inpres No. 12 Tahun 2011 di Lingkungan Swasta adalah untuk :

a) Untuk menggugah keprihatinan dan menumbuhkan kesadaran segenap lapisan masyarakat mengenai bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba, sekaligus sebagai momentum untuk mempersatukan langkah dalam upaya melaksanakan Pencegahan, Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) yang selanjutnya mereka diharapkan dapat berpartisipasi dalam pelaksanaan program Pencegahan, Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) termaksud.

b) Menjadi salah satu gerakan untuk mendorong tumbuhnya solidaritas, kesadaran, dan kepedulian dari lembaga/instansi terkait serta masyarakat luas di Jawa Barat terhadap bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba yang selanjutnya ditunjukkan melalui partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan Pencegahan, Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) secara terintegrasi dan terkoordinasi. c) Meningkatkan pengetahuan tentang dampak buruk

penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. B. Waktu Pelaksanaan

Waktu pelaksanaan kegiatan Sosialisasi Advokasi Implementasi Inpres No. 12 Tahun 2011 di lingkungan Kobanter Baru, dilaksanakan selama 1 (satu) hari, yaitu hari Kamis tanggal 7 Juni 2012 bertempat di Gedung Kobanter Baru Jl. Sadang Serang No. 15 Bandung.

C. Peserta dan Narasumber

Peserta yang diundang pada pelaksanaan kegiatan ini sebanyak 50 orang yang terdiri dari anggota kobanter baru.


(48)

D. Materi dan Narasumber

Adapun yang memberikan materi kepada para peserta Sosialisasi Advokasi Implementasi Inpres No. 12 Tahun 2011 kepada Instansi Pemerintah, adalah sebagai berikut :

1. Kepala BNNP Jawa Barat, dengan materi : Situasi dan Dampak Penyalahgunaan Narkoba serta Implementasi Inpres No. 12 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Kebijakan dan Strategi Nasional P4GN tahun 2011-2015.

2. Kepala Dinas Perhubungan Kota Bandung, dengan materi : Peranan Dinas Perhubungan dan Organda dalam Rangka Meminimalisasi Penyalahgunaan Narkotika Demi Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

3. Dir. Lantas Polda Jabar, dengan materi : Penerapan Undang- Undang Lalu Lintas terhadap Keselamatan Berkendara dan Pengungkapan Kasus Penyalahgunaan Narkoba.

E. Hasil Kegiatan

a. Pencegahan merupakan upaya membantu generasi muda untuk berkembang menjadi anggota masyarakat yang produktif dan sehat melalui peningkatan kekebalan dan ketahanan anak-anak dan keluarga terhadap penyalahgunaan Narkoba, melalui motto ”Mencegah Lebih Baik dari pada Mengobati”.

b. Bahwa penyalahgunaan narkoba sudah merupakan bahaya laten yang dapat merusak generasi bangsa oleh karena itu diperlukan usaha bersama di dalam meminimalisasi bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di Lingkungan Swasta.

c. Adanya komitmen di Lingkungan Swasta yang berhubungan langsung maupun tidak langsung terhadap masalah Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredagaran Gelap Narkoba (P4GN).


(49)

2. Sosialisasi Advokasi Implementasi lingkungan Kanwil Depag Provinsi Jawa Barat

A. Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan pelaksanaan kegiatan Sosialisasi Advokasi Implementasi Inpres No. 12 Tahun 2011 adalah untuk :

a. Membentuk jejaring kerja (networking) dengan kepemerintahan lini terdepan.

b. Memberikan pemahaman dan memotivasi aparatur pemerintah sebagai dinamisator implementasi dalam menanggulangi permasalahan Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN).

c. Meningkatkan pengetahuan tentang dampak buruk penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.

d. Meningkatkan rasa kesadaran masyarakat di Jawa Barat terhadap permasalahan narkoba secara faktual .

e. Meningkatkan daya tangkal masyarakat terhadap penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.

B. Waktu Pelaksanaan

Waktu pelaksanaan kegiatan Sosialisasi Advokasi Implementasi Inpres No. 12 Tahun 2011 di lingkungan Kanwil Depag Provinsi Jawa Barat, dilaksanakan selama 1 (satu) hari, yaitu hari Senin tanggal 30 April 2012 bertempat di Hotel Lingga Jl. Soekarno Hatta No. 464 Bandung.

C. Peserta dan Narasumber

Peserta yang diundang pada pelaksanaan kegiatan ini sebanyak 40 orang yang terdiri dari Pejabat Struktural, Penyuluh Agama Masyarakat dan Karyawan/ Karyawati di lingkungan Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi Jawa Barat.


(50)

D. Materi dan Narasumber

Adapun yang memberikan materi kepada para peserta Sosialisasi Advokasi Implementasi Inpres No. 12 Tahun 2011 kepada Instansi Pemerintah, adalah sebagai berikut :

1. Kepala BNNP Provinsi Jawa Barat: Sosialisasi dan Implementasi Kebijakan dan Strategi Nasional P4GN Tahun 2011- 2015.

2. Ka. Kanwil Depag: Peranan Kanwil Depag dalam advokasi dan penggerakan menghadapi permasalahan Penyalahgunaan Narkoba di Jawa Barat.

3. Rochmat Mintoro, SH., M. Hum: Peningkatan Pemahaman UU No. 35 tahun 2009 Tentang Narkotika & PP 25 Tahun 2011 tentang Wajib Lapor.

E. Hasil Kegiatan:

a. Pencegahan merupakan upaya membantu generasi muda untuk berkembang menjadi anggota masyarakat yang produktif dan sehat melalui peningkatan kekebalan dan ketahanan anak-anak dan keluarga terhadap penyalahgunaan Narkoba, melalui motto ”Mencegah Lebih Baik dari pada Mengobati”.

b. Bahwa penyalahgunaan narkoba sudah merupakan bahaya laten yang dapat merusak generasi bangsa oleh karena itu diperlukan usaha bersama di dalam meminimalisasi bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di kalangan Instansi Pemerintah.

c. Adanya komitmen antara organisasi perangkat daerah yang berhubungan langsung maupun tidak langsung terhadap masalah penyalahgunaan narkoba sebagai penyelenggara inti pemerintah yang terdepan dengan BNN Kabupaten/Kota sebagai leading sector yang ada di tingkat Kabupaten / Kota.


(51)

3. Sosialisasi Advokasi lingkungan Disnakertrans Provinsi Jawa Barat.

A. Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan pelaksanaan kegiatan Sosialisasi Advokasi Implementasi Inpres No. 12 Tahun 2011 adalah untuk :

a. Membentuk jejaring kerja (networking) dengan kepemerintahan lini terdepan.

b. Memberikan pemahaman dan memotivasi aparatur pemerintah sebagai dinamisator implementasi dalam menanggulangi permasalahan Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN).

c. Meningkatkan pengetahuan tentang dampak buruk penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.

d. Meningkatkan rasa kesadaran masyarakat di Jawa Barat terhadap permasalahan narkoba secara faktual.

e. Meningkatkan daya tangkal masyarakat terhadap penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.

B. Waktu Pelaksanaan

Waktu pelaksanaan kegiatan Sosialisasi Advokasi Implementasi Inpres No. 12 Tahun 2011 di lingkungan Disnakertrans Provinsi Jawa Barat, dilaksanakan selama 1 (satu) hari, yaitu hari Kamis tanggal 3 Mei 2012 bertempat di Hotel Lingga Jl. Soekarno Hatta No. 464 Bandung.

C. Peserta

Peserta yang diundang pada pelaksanaan kegiatan ini sebanyak 40 Orang yang terdiri dari pejabat struktural, mediator, pengantar kerja, pengawas ketenagakerjaan dan karyawan/karyawati departemen tenaga kerja dan transmigrasi Provinsi Jawa Barat.

D. Materi dan Narasumber

Adapun yang memberikan materi kepada para peserta Sosialisasi Advokasi Implementasi Inpres No. 12 Tahun 2011 kepada Instansi Pemerintah, adalah sebagai berikut :


(1)

baik, juga dari sejumlah peserta yang diundang keseluruhannya hadir, sehingga sosialiasi dapat berjalan seperti yang diharapkan.

Aspek keluaran (output), merupakan sesuatu yang langsung dapat diharapkan, langsung dapat dicapai dari suatau kegiatan yang berwujud maupun tidak berwuwjud. Adapun aspek keluaran dari kegiatan soisalisasi advokasi dan pembentukan kader anti narkoba adalah terlaksananya sosialisasi advokasi dan terbentuknya kader anti narkoba di lingkungan sekolah menengah(siswa- siswa menengah),lingkungan kampus(mahasiswa-mahasiswi), lembaga swasta/ buruh/ wiraswastawan dan lembaga pemerintahan, sekaligus terlaksanannya juga Inpres No.12 Tahun 2011 tentang Rencana Pelaksanaan Kebijakan dan Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Peredaran Gelap Narkotika 2011- 2015. Dengan telah terlaksanannya Inpres ini ,maka lembaga peserta sosialisasi diharapkan segera mangambil suatu sikap atau tindakan terhadap permasalahan narkoba di Provinsi Jawa Barat, berdasarkan kewenangan dan kemampuan yang mereka miliki.

Aspek hasil (Outcome), segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka waktu menengah yang mempunyai efek langsung. Hasil (outcome) dari kegiatan sosialisasi dan pembentukan kader anti narkoba adalah:

1. Adanya kesadaran dari peserta yang mengikuti sosialisasi advokasi tentang dampak buruk atau bahaya penyalahgunaan narkoba, sehingga mereka memiliki komitmen untuk tidak menggunakan narkoba dan ikut bersama- sama dalam upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba.

2. Adanya komitmen dan sinergisitas antar lembaga untuk bersama- sama mengupayakan pencegahan penayalahgunaan narkoba. Seperti misalnya, mendukung setiap kegiatan dalam upaya pencegahan penayalahgunaan narkoba yang diadakan oleh BNNP Jawa Barat.


(2)

3. Bertambahnya wawasan terhadap bahaya penyalahgunaan narkoba baik dari segi kesehatan, ekonomi dan sosial. Meningkatnya pemahaman tentang peraturan tentang UU No. 32 tahun 2009 tentang Narkotika, PP No. 25 Tahun 2011 tentang Pelaksaaan Wajib Lapor Pecandu Narkotika dan Inpres No.12 Tahun 2011 tentang Rencana Pelaksanaan Kebijakan dan Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Peredaran Gelap Narkotika 2011- 2015.

4. Terberntuknya Kader Anti Narkoba yang terampil dan cerdas dalam hal pencegahan penyalahgunaan narkoba. Juga diharapkan mampu memberikan penyuluhan atau penerangan kepada lingkungannya sendiri dan keluarga, tentang bahaya penyalahgunaan narkoba, sehingga terbentuklah lingkungan yang imun terhadap bahaya penyalahgunaan narkoba.

Aspek manfaat (benefit), merupakan segala sesuatu yang terkait dengan terkait dengan tujuan akhir dari pelaksanaan kegiatan. Adapun manfaat dari kegiatan sosialisasi advokasi dan pembentukan kader anti narkoba ini adalah bertambahnya jumlah orang cerdas dan anti terhadap bahaya penyalahgunaan narkoba, sehingga kecerdasan itu dapat diterapkan dalam intansi (lingkungan kerja) mereka masing- masing, masyarakat sekitar dan kepada keluarga masing- masing sehingga akan menyebabkan bertambahnya orang yang cerdas,imun dan anti terhadap peyalahgunaan narkoba.

Aspek dampak (impact), merupakan pengaruh yang ditimbulkan baik positif dan negatif. Dampak luas yang diharapkan timbulkan oleh kegiatan sosialisasi advokasi dan pembentukan kader anti narkoba ini adalah timbulnya kesadaran terhadap bahaya penyelahgunaan narkoba, yang dapat dilihat dari data statistik penurunan angka penyalahguna narkoba dalam hal ini adalah data penyalahguna narkoba di Provinsi Jawa Barat. Namun, dikarenakan data penyalahguna narkoba di Provinsi Jawa Barat periode 2012 belum ada dan BNNP Jawa Barat baru berdiri dan beroperasi selama satu tahun, maka belum dapat dilakukan


(3)

perbandingan antara data penyalahguna narkoba pada periode 2012 dan periode sebelumnya.

Dampak dari kegiatan yang telah dilakukan, seperti sosialisasi dan pembentukan kader anti narkoba sudah mulai terlihat. Kesadaran akan bahaya penyalahgunaan narkoba oleh berbagai elemen di Provinsi Jawa Barat sudah mulai terlihat. Hal disimpulkan oleh penulis, dari hasil pengamatan saat peringatan HANI( Hari Anti Narkoba Internasional) yang berlangsung pada 14 Juli 2012 di Depan Gedung Sate, Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat.

Pada pelaksanaan HAN, masyarakat di sekitar Kota Bandung antusias mengikuti sepeda santai yang diselenggarakan oleh BNNP Jawa Barat sebagai rangkaian dari acara tersebut. Banyaknya masyarakat yang mendatangi stand pameran anti narkoba, juga menjadi bukti bahwa masyarakat ikut mendukung dan sadar akan bahaya narkoba. Rasa ingin tahu masyarakat tentang narkoba, dengan mengenali jenis narkoba dan bahayanya tercermin dalam peringatan HANI tersebut. dengan demikian, masyarakat akan terampil menolak penyalahgunaan narkoba.

Selain dukungan masyarakat yang terlihat baik, juga dukungan dari organisasi atau lembaga yang bergerak di bidang anti narkoba juga dinilai baik. Hal ini dilihat dari, banyaknya lembaga yang ikut serta dalam stand pameran anti narkoba di depan gedung sate pada waktu itu, seperti dari GANK (Gerakan Anti Narkoba Kriminal), Permadi Putra, Rumah Cemara, Rumah Palma, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat, BNP Jawa Barat dan Dinas Komunikasi dan Informasi. Hal ini, merupakan bukti bahwa sudah munculnya kesadaran dan sinergisitas dari berbagai elemen- elemen, seperti elemen masyarakat, kaum akademis, lembaga pemerintah, komunitas anti narkonba dan lain- lainnya.


(4)

BAB IV PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Angka penyalahguna narkoba di Provinsi Jawa Barat. Pada tahun 2011 terdapat 960.000 orang penyalahguna ±43 juta jiwa. Dimana, pada tahun 2008 angka prevelensinya 1,99% menjadi 2,24% pada tahun 2011. Untuk itu, harus ada upaya sinergis antara kelompok pemerintah, swasta, akademisi dan masyarakat dalam mengatasi hal ini.

Berdasarkan dari hasil pengamatan baik, yang berupa partisipan maupun non partisipan dapat disimpulkan bahwa kinerja BNNP Jawa barat dalam rangka pencegahan penyalahgunaan narkoba di Provinsi Jawa Barat sudah cukup baik, hal itu dapat dilihat dari:

1. Inpres No. 12 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Kebijakan dan Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba Tahun 2011-2015. Dalam pelaksanaan ini dinilai cukup baik seperti tepatnya tujuan dan sasaran yang dilaksanakan, rencana aksi yang diamanatkan juga sudah dilaksanakan, untuk indikator dan target yang dicapai oleh aksi yang dilakukan, belum dapat dinilai karena bidang pencegahan ini baru menjalankan tugasnya dalam kurun satu tahun, dengan kata lain tidak ada data pembanding antara data tahun ini dengan data sebelumnya. Indikator ketercapaian sudah mulai terlihat dengan dukungan mereka dalam mengikuti kegiatan yang dilaksanakan oleh BNNP Jawa Barat.

2. Penilaian selanjutnya adalah melalui aspek ukur masukan (input), proses (process), keluaran (output), hasil (outcame), manfaat (benefit) dan dampak (impact) dinilai sudah cukup baik. Namun walaupun demikian, masih ada hal- hal yang harus diperbaiki. Dalam hal sumber daya manusia, peralatan dan perlengkapan dalam melakukan kegiatan sosialisasi sudah memadai. Namun,


(5)

dalam hal keuangan masih mengalami sedikit masalah. Ketepatan terhadap apa yang telah direncanakan juga cukup baik. Kegiatan dilaksanakan sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Kegiatan berjalan dengan lancar, acara tersebut sesuai dengan yang diharapkan (tujuan dari acara tersebut tercapai dengan baik). Setelah dilakukan sosialisasi tersebut masyarakat menjadi bertambah pengetahuannya, tingkat pemahaman akan bahaya narkoba juga menjadi semakin baik. Sehingga, dengan demikian mereka menjadi imun dan menerapkan ilmu yang dapat pada sosialisasi dan pembentukan kader pada keluarga masing- masing, lingkungan pekerjaan dan serta masyarakat disekitarnya.

4.2. Saran

Dari hasil KKL yang telah dijabarkan pada BAB III, maka ada beberapa saran yang dapat diberikan oleh penulis:

a. Tempat pelaksanaan sosialisasi dilakukan di luar ruangan (outdoor). Pertimbangannya adalah agar manfaat dari sosialisasi tersebut tidak hanya terbatas pada kalangan yang diberikan sosialisasi saja, tapi juga bisa dinikmati oleh masyarakat. Tempat tersebut misalnya, di lapangan terbuka, di halaman gedung dan lain-lainnya.

b. Aksi sosialisasi sebaiknya sesekali dilakukan di Panti Rehabilitasi. Dengan melihat sendiri secara langsung kondisi nyata yang ada di panti rehabilitasi, maka peserta sosialisasi mungkin akan tergugah hatinya. Hal ini terkait dengan pendekatan yang digunakan dalam sosialiasi, yakni menggugah hati para peserta agar sadar akan bahaya penyalahgunaan narkoba dan ikut serta dalam upaya menaggulangi narkoba. c. Aksi sosialisasi dan pembentukan kader anti narkoba sebaiknya


(6)

dilakukan secara terpisah, selain itu ada kesamaan dari kegiatan tersebut, seperti materi yang diberikan. Jadi, sebaiknya kegiatan sosialisasi dan pembentukan kader dilakukan dalam satu kegiatan, agar terjadi efektifitas dan efesiensi biaya, waktu dan hal- hal lainnya.

d. BNNP Jawa Barat harus secepatnya memiliki website. Dengan pertimbangan bahwa, komunikasi merupakan hal yang terpenting untuk kerjasama yang baik seperti mendapatkan informasi dan memberikan informasi baik dari masyarakat ke BNNP Jawa barat maupun sebaliknya.

e. Anggaran kegiatan (sosialiasi dan pembentukan kader anti narkoba) yang perlu ditambah. Pertimbangnya adalah bahwa ada permasalahan seperti uang tranportasi,uang makan dan kuantitas dari sosialisasi kepada kelompok SMP yang tidak begitu berjalan dengan baik.

f. Himbauan untuk memperketat penjualan obat- obatan. Kasus penyalahgunaan obat seperti trihexphenidyl dan dextro yang semakin marak, menyebabkan pemerintah harus cepat turun tangan. BNNP Jawa Barat harus menghimbau kepada Dinas Kesehatan agar memperketat penjualan obat- obatan kepada apotek dan toko- toko.