Komunikasi Antar Personal Humas Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat Melalui Kegiatan Family Gathering Dalam Meningkatkan Kinerja Karyawan

(1)

(2)

FAMILY GATHERING DALAM MENINGKATKAN KINERJA KARYAWANNYA

SKRIPSI

DiajukanUntukMemenuhiTugasAkhir Strata-1 PadaProgram StudiIlmuKomunikasi

KonsentrasiHumas

Oleh: AyubBadrudin NIM 41806101

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG


(3)

(4)

iv

KOMUNIKASI ANTAR PERSONAL HUMAS BADAN NARKOTIKA PROVINSI (BNP) JAWA BARAT MELALUI KEGIATAN

FAMILY GAHTERING DALAM MENINGKATKAN KINERJA KARYAWANNYA

Oleh : Ayub Badrudin

NIM.41806101

Penelitian inidibawah bimbingan Rismawaty. S.Sos., M.Si.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Keterbukaan, Empati, Sikap Mendukung, Sikap Positif, Kesetaraan Humas Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat Melalui

Kegiatan Family Gathering Dalam Meningkatkan Kinerja Karyawannya.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Sedangkan metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif, dengan menggunakan teknik pengumpulan data. melalui wawancara, observasi, internet searching serta didukung oleh studi literatur. Informan yang didapatkan sebanyak 2 (dua) orang key informan, dan 2 (dua) orang untuk informan pendukung.

Dari hasil penelitian memperlihatkan bahwa dalam kegiatan family gathering yang

dilakukan Humas Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat telah menunjukan betapa pentingnya menerapkan Sikap Keterbukaan, Empati, Sikap Mendukung, Sikap Positif, Kesetaraan, yang berpengaruh terhadap kinerja karyawan, yang kemudian diterapkan dalam praktek kerja dilapangan, dapat juga dilakukan melalui pembinaan dalam kehidupan sehari-hari yang mana telah menghasilkan suatu respon positif dari karyawan, sehingga menghasilkan suatu kinerja yang optimal.

Kesimpulan dari penelitian ini menunjukan bahwa pentingnya menerapkan Sikap Keterbukaan, Empati, Sikap Mendukung, Sikap Positif, Kesetaraan yang dilakukan Humas

Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat melalui kegiatan family gathering telah memberikan

dampak yang positif terhadap Kinerja di lingkungan karyawan Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat, terjalinnya hubungan yang harmonis antar karyawan terciptanya suasana kerja yang nyaman, membuat karyawan memiliki motivasi tersendiri dalam bekerja sehingga mampu menghasilkan suatu prestasi-pretasi kerja yang berpengaruh kepada lembaga.

Provinsi Jawa Barat untuk kedepannya dalam kegiatan Family Gathering untuk

mengajak keluarga dari setiap karyawan, dan jarak waktu pelaksanaannya harap agar sedikit dikurangi, maksimalkan saja dengan melakukan beberapa pembenahan dalam memberikan sarana dan prasarana dikantor.


(5)

v

INTERPERSONAL COMMUNICATION OF PUBLIC RELATIONS NARCOTICS BOARDS WEST JAVA PROVINCE THROUGH FAMILY GATHERING

IN IMPROVING THE PERFORMANCE OF EMPLOYEES By :

AyubBadrudin NIM.41806101

This scripts under Supervise of,

Rismawaty.S.Sos.,M.Si.

This study aims to determine how interpersonal communication of public relations narcotics boards west java province through family gatheringin improving the performance of employees.

This study used a qualitative approach, while research method is observation method with descriptive analysis technique. Majority data obtained through interview, observation, internet searching, and literature study. Informant whoearnedas much two people as key informants, and two people for informants support.

From the results of research show that openness, Empathy, Attitude, Positive attitude, Supporting Equality conducted public relations of Narcotics Boards West Java Province via the activities of Family Gathering can build a good performance and optimum of each of its employees.

The conclusions of this research suggest that the activities of the family gathering hosted by public relations Agency Narcotics in West Java by using communication between Personal were able to develop their work accomplishments belonging to each of its employees.

Advice that can be given to public relations of Narcotics Boards West Java Province to Researchers for future activities in a Family Gathering for the family of each employee, invites, and time interval to be slightly reduced its implementation please, make the most of it by doing some improvements in providing infrastructure and facilities Office.


(6)

vi

Bismillahirrahmanirrahim Assalamu’alaikum Wr. Wb

Segala Puji Bagi ALLAH S.W.T, Tuhan Seluruh Alam yang telah memberikan umur panjang, rezki yang banyak serta ilmu yang berlimpah. Shalawat dan Salam selalu tercurah kepada Junjungan Nabi Besar Muhammad S.A.W

Atas Izin dan karunia ALLAH S.W.T, Penulis dapat melakukan melakukan

penelitian dalam proses penyususnan Skripsi untuk menempuh kelulusan Sarjana

(S1) dengan diberikan kekuatan dan kesabaran dalam proses penelitian sehingga

berjalan dengan lancar.

Banyak dukungan dan motivasi yang tidak hanya tumbuh dari pemikiran penulis, namun juga dari orang – orang sekitar, :

Terima kasih Penulis ucapkan untuk Ayah (Cuhada, S.Sos) dan Ibu (Rahni Indah Kustinindah, M.Si) serta Adik tercinta (Amalia Hardiani) yang terus mendukung tanpa ada kata mengeluh kepada Penulis, agar Penulis lebih dewasa dalam melakukan kegiatan-kegiatan termasuk kegiatan Kuliah dan Penyusunan Skripsi ini.

Dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan Skripsi ini penulis selalu berusaha untuk menjadi yang lebih baik dengan terus belajar dan bertanya.


(7)

vii

1. Bapak Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia. Terima kasih telah memberikan kebijakan seperti halnya tanda tangan pada lembar pengesahan, dan lain sebagainya

2. Bapak Drs. Manap Solihat, M.Si. selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia. Terima kasih banyak atas dukungan semangat serta segala kemudahan dari setiap kebijakan peraturan di kampus tepatnya Program Studi Ilmu Komunikasi.

3. Ibu Melly Maulin. P, S.Sos, M.Si, selaku Sekretaris Program studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia. Dan selaku Dosen Wali Penulis Terima kasih banyak atas segala nasehat dan seulas senyum serta keramahannya dari awal perkuliahan semester 1 (satu) hingga semester akhir.

4. Ibu Rismawaty, S.Sos, M.Si, selaku Pembimbing Penulis. Terima kasih banyak atas waktu yang diluangkan untk melakukan koreksi terhadap Penulisan Penelitian dan menambah spirit Penulis pada masa bimbingan penulisan Skripsi serta Nasehat yang diberikan dengan penuh pengertian.

5. Ibu Desayu Eka Surya, S.Sos., M.Si, selaku dosen yang banyak memberikan ilmu bagi penulis semasa perkuliahan dan telah memberikan


(8)

viii

6. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu Komunikasi, terima kasih atas segenap ilmunya yang telah diberikan sebagai wawasan untuk melangkah ke depan.

7. Staff Sekretariat Prodi Ilmu Komunikasi, terima kasih banyak atas bantuannya apalagi sewaktu penulis membutuhkan cek nilai dan lain sebagainya.

8. PLT Kepala Pelaksana Harian (KALAKHAR) Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat, Bapak Aip Rivai, terima kasih telah memberikan izin untuk peneliti dalam melakukan penelitian di Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat.

9. Sekretaris Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat, Ibu Rahni Indah Kustinindah terima kasih telah banyak bekerja-sama atas arahan dan dukungannya dengan Peneliti sejak memulai penelitian sampai selesai

10.Seluruh Divisi Humas, terutama pada Ibu Supriati, M.Si dan Bapak Wawan Rusyawan sebagai Manager Humas dan Junior Manager Humas, terima kasih atas waktu yang diluangkan untuk peneliti pada saat wawancara.

11.Seluruh Karyawan Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat, terima kasih atas kerjasamanya pada waktu peneliti melakukan observasi ke lapangan


(9)

ix saran-saran yang diberikan pada Peneliti.

13.Bendahara 2 (dua) Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat, Bapak Waspo, terima kasih atas waktunya pada saat wawancara dan atas saran-saran yang diberikan pada Peneliti

14.Seluruh Karyawan Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat, terutama Kang Jovan Arvenggo dan Kang Encep terima kasih sudah bersedia menjadi Informan untuk Peneliti.

15.Tanpa terlupa, Terima kasih Penulis juga terucap yang sangat dalam pada

sang Kekasih Tercinta #Putri Permata Nurdiani, yang selalu

menyediakan waktu luang untuk membantu dan mendukung serta terus memotivasi dan menemani Penulis pada saat melakukan Penelitian ke Lapangan dan penyusunan Skripsi ini dengan penuh kesabaran dan kedewasaan.

16. Pada teman-teman seperjuangan Alumni dan Skripsi, Denny_Benk,

Ochan, Yuni Rizani, Fazly, Indra Nugraha, dkk baik jurusan Ilmu Komunikasi (Humas 1,2,3) 2006-2009 atau pun Jurnalistik 2006-2009 yang tidak bisa disebutkan satu per-satu. Ayo kawan, kita harus maju, kita harus sukses, jadikan apa yang kita bayangkan dalam alam bawah sadar kita menjadi kenyataan walaupun tak sama tapi setidaknya serupa.

17. Pada teman – teman berbeda prodi, terima kasih banyak telah mendukung


(10)

x

Dan semua pihak yang tidak disebutkan satu persatu, terima kasih dengan sangat Penulis ucapkan karena telah bersedia bekerja sama dengan Penulis.

Penulis sangat bersyukur karena telah dapat menempuh penelitian dan penulisan Skripsi ini dengan lancar. Dan Penulis berharap Hasil dari

Penelitian ini dapat bermanfaat untuk Diri sendiri, Badan Narkotika

Provinsi Jawa Barat serta Masyarakat pada umumnya, Amin.

Bandung, Juli 2012

Penulis, Ayub Badrudin


(11)

xi

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ………... i

SURAT PERNYATAAN ... ii

LEMBAR PERSEMBAHAN ………... iii

ABSTRAK ………... iv

ABSTRACT ………... v

KATA PENGANTAR ………...vi

DAFTAR ISI ………... xi

DAFTAR TABEL………... xvi

DAFTAR GAMBAR……... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ………... xviii

BAB I PENDAHULUAN Halaman 1.1 Latar Belakang Masalah…...……….……… 1

1.2 Rumusan Masalah…..………..……….. 10

1.2.1Pertanyaan Makro………..………... 10

1.2.2Pertanyaan Mikro………... 10

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian……….………... 11

1.3.1Maksud Penelitian………... 11

1.3.2Tujuan Penelitian ………... 11

1.4 Kegunaan Penelitian..………... 12


(12)

xii BAB II TINJAUAN PUSTAKAHalaman

2.1 Tinjauan Tentang Komunikasi……… 14

2.1.1 Definisi Komunikasi……….. 14 2.1.2 Fungsi Komunikasi……… 15

2.1.3 Tujuan Komunkasi……… 16

2.2 Tinjauan Tentang Komunikasi AntarPersonal………... 17

2.2.1 Faktor Pembentuk Komunikasi Antarpersonal……….... 19

2.2.2 Jenis-jenis Komunikasi Antarpersonal………. 20

2.2.3 Fungsi-fungsi Komunikasi Antarpersonal……… 21

2.2.4 Lima Kualitas Komunikasi Antarpersonal………...22 2.3 Tinjauan Humas………... 26 2.3.1 Pengertian Humas………. 26 2.3.2 Tujuan Humas……….. 26 2.3.3 Ciri-ciri Humas……….... 27 2.3.4 Fungsi Humas……….. 27 2.4 Tinjauan TentangFamily Gathering……… 28


(13)

xiii

2.6.1 Kerangka Teoritis………... 39 2.6.2 Kerangka Konseptual……….. 46 BAB III OBJEK PENELITIANHalaman

3.1 Sejarah Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat………….……….. 49 3.1.1 Visi dan Misi Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat……... 53

3.1.2 Filosofi Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat………. 56

3.1.3 Tujuan Instansi……….. 56 3.1.4 Gambar dan Arti Lambang

Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat……….. 57

3.1.5 Sejarah Humas Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat…….. 58

3.1.6 Struktur Organisasi Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat.. 63

3.1.7 Struktur Humas Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat…… 65

3.1.8 Job Description………..………66

3.2 Metode Penelitian………... 71 3.2.1 Subjek dan Informan Penelitian……… 73 3.2.2 Teknik Pengumpulan Data……… 74 3.2.3 Teknik Analisa Data………. 77


(14)

xiv

4.1.1 Deskripsi Profil Key Informan……...86

4.1.2 Deskripsi Profil Informan Penelitian………... 86 4.2Deskripsi Hasil Penelitian ………... 88 4.2.1 Sikap Keterbukaan pada Komunikasi Antarpersonal …... 88 4.2.2 Sikap Empati pada Komunikasi Antarpersonal ………... 91 4.2.3 Sikap Mendukung pada Komunikasi Antarpersonal ... 93

4.2.4 Sikap Positif pada Komunikasi Antarpersonal …………... 94

4.2.5 Sikap Kesetaraan pada Komunikasi Antarpersonal ……... 95

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ………. 97

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ……… 99

5.2 Saran ……….. 100

DAFTAR PUSTAKA ………103

LAMPIRAN – LAMPIRAN ……….105


(15)

xv

Tabel3.2 Key Informan………... 74


(16)

xvi

Gambar 3.1 Lambang Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat………… 57

Gambar 3.2 Struktur Organisasi Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat.. 64

Gambar 3.3 Struktur Humas Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat….. 65

Gambar 4.1 Foto Bersama Ibu Supriati Kepala Humas Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat ………..……… 84 Gambar 4.2 Foto Bersama Bapak Endang Amas Wakil Humas

Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat ………. 85 Gambar 4.3 Foto Bersama Jovan Arvenggo (Karyawan Umum)

Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat ………. 86 Gambar 4.4 Foto Bersama Kang Agus da Kang Encep


(17)

xvii Lampiran 2. Surat Balasan Penelitian

Lampiran3. Surat Penugasan Pembimbing Skripsi Lampiran 4. Revisi Seminar Usulan Penelitian Lampiran 5 Surat Berita Acara Bimbingan Skripsi Lampiran 6 Revisi Skripsi

Lampiran 7 Lembar Penelitian

Lampiran Pertanyaan Penelitian Lampiran Hasil Wawancara Lampiran Data Key Informan

Lampiran Data Informan Pendukung Lampiran 8 Dokumentasi Penelitian


(18)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Komunikasi merupakan hal yang esensial dalam kehidupan kita. Kita semua berinteraksi dengan sesama dengan cara melakukan komunikasi. Komunikasi dapat dilakukan dengan cara yang sederhana sampai cara yang kompleks.

“Komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih

membentuk atau melakukan pertukaran informasi satu sama lain, yang

pada gilirannya terjadi saling pengertian yang mendalam”, Everet M

Rogers dan Lawrence(1981:8).

Peran penting komunikasi sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari terutama pada instansi pemerintahan. Berbicara tentang komunikasi, peran penting komunikasi sangat diperlukan pada sebuah Lembaga Instansi Pemerintahan. Dengan adanya komunikasi, sebuah organisasi dapat berjalan dengan baik sesuai aturan-aturan yang berlaku dalam organisasi itu sendiri. Komunikasi yang terjalin secara baik dalam sebuah organisasi dapat menambah keharmonisan hubungan antara karyawan-karyawan dalam sebuah organisasi itu sendiri yang pada akhirnya dapat menciptakan suatu kinerja dari setiap karyawannya. Dalam proses komunikasi untuk mendapatkan hasil yang efektif perlu diperhatikan unsur-unsur dari komunikasi, yaitu, Komunikator (pandai menggunakan bahasa, intonasi, simbol dan mimik yang menarik simpati dan empati dari komunikannya), Pesan (cara penyampaian, isi pesan sesuai dengan kebutuhan dan diminati


(19)

oleh komunikan) Media (sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan dan sesuai dengan kebutuhan komunikan). Komunikasi efektif tejadi apabila

sesuatu(pesan) yang diberitahukan komunikator dapat diterima dengan baik

atau sama oleh komunikan, sehingga tidak terjadi salah persepsi.

Karyawan dan perusahaan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Baik itu di instansi pemerintahan ataupun swasta, karena karyawan memegang peranan utama dalam menjalankan roda kehidupan perusahaan. Apabila karyawan memiliki produktivitas dan semangat kerja yang tinggi, maka laju perusahaan pun akan berjalan dengan baik, yang pada akhirnya akan dapat mencapai apa yang menjadi tujuan perusahaan / instansi pemerintahan, hal ini dikarenakan karyawan memberikan kinerja terbaik dalam melakukan pekerjaannya.

Untuk tercapainya semangat kerja yang tinggi dari karyawan maka perlu adanya suasana kerja yang nyaman, tenang, dan tentunya hubungan baik yang terjalin antara sesama karyawan. Hubungan baik antar karyawan merupakan faktor utama yang menyebabkan seorang karyawan bisa bertahan bekerja di suatu perusahaan, apabila hubungan antar karyawan tidak baik, dimana tidak ada toleransi, kerjasama, serta saling menghargai pekerjaan masing-masing maka dengan sendiri karyawan akan mengalami tekanan dan frustasi akibatnya pekerjaan pun tidak dapat dilaksanakan secara maksimal.

Dalam suatu wadah organisasi / perkantoran terdapat suatu Public

Relations atau Humas yang mengurusi permasalahan baik internal maupun eksternal perusahaan / instansi pemerintahan. Dalam setiap kepuasan


(20)

ataupun prestasi kerja karyawan merupakan tanggung jawab dari Internal Humas dalam menangani dan memperhatikan setiap karyawan perusahaan. Adapun program - program kegiatan yang dilakukan Internal Humas untuk menciptakan suasana kerja yang kondusif serta memberikan semangat tersendiri dalam meningkatkan kinerja dari setiap karyawannya, seperti Family Gathering, Coffee Morning, Dokumentasi dsb.

Seperti hal nya yang terjadi di Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat khususnya Bagian Humas. Interaksi yang terjadi di antara karyawan menunjukkan bahwa diantara karyawan terdapat kedekatan yang lebih yang terjalin dalam bentuk kekeluargaan. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana hubungan tersebut terjadi dalam keseharian. Timbulnya rasa kekeluargaan dan keharmonisan karyawan Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat tak lebih karena berkat upaya dari Internal Humas dalam mengatur, memperhatikan dan memelihara hubungan yang baik di lingkungan karyawannya dan

memberikan kegiatan – kegiatan yang sifatnya memupuk dan

membangkitkan semangat kerja demi meningkatkan kinerja karyawannya

yaitu dengan mengadakan kegiatan Family Gathering, family gathering di

bagi 2(dua) jenis kegiatan family gathering wajib dan tidak wajib, kegiatan

yang wajib yakni kegiatan family gathering yang biasa dilaksakan setiap 5

(lima) bulan sekali, seperti Outbond, kegiatan outbond ini merupakan kegiatan yang didalamnya diisi dengan acara dan jenis aktivitas yang sifatnya game / permainan yang bersifat penuh dengan tantangan yang harus dilalui dan dilewati oleh karyawan Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat, bagaimana setiap karyawan dilatih untuk saling membantu dan bekerjasama


(21)

dalam menghadapi setiap rintangan yang ada, dan kemudian hasil kebersamaan dan semangat dari kegiatan outbond tersebut dapat di aplikasikan dalam dunia kerja di Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat dan menghasilkan suatu kinerja yang baik dari setiap karyawannya. Adapun jenis kegiatan family gathering yang non formal (tidak wajib) yang waktu nya pun bisa ditentukan kapan saja oleh Humas Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat sesuai dengan kondisi di lapangan seperti berlibur ke luar kota, pengajian, jumat santai, pelepasan dan penerimaan pejabat.

Family Gathering itu sendiri adalah Program dari kegiatan Humas suatu perusahaan yang dilakukan di suatu tempat terbuka yang bertujuan untuk menciptakan suatu kebersamaan antar karyawan yang mana di dalamnya banyak sekali tejadi hubungan komunikasi antarpersonal tanpa melihat kedudukan / jabatan sekalipun.

Seperti yang di ungkapkan oleh salah satu karyawan Badan Narkotika

Provinsi Jawa Barat sangat merasakan manfaat dari family gathering :

Dalam melakukan tugas dan pekerjaan dia sering kali merasa lelah

dan jenuh,terkadang dia harus lembur untuk dapat menyelesaikan pekerjaanya, namun semua rasa lelah itu dapat terobati bahkan enjoy dalam melakukan pekerjaan berkat pembinaan dari Humas Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat baik dalam hubungan komunikasi langsung oleh humas nya dan juga melalui kegiatan-kegiatan humas

seperti family gathering, menurutnya kegiatan itu sangat dirasakan

sekali manfaatnya karena dengan kegiatan itu dia bisa saling mengenal lebih dalam sesama karyawan bahkan dengan Atasan sekalipun, sehingga dalam pekerjaanya tidak lagi ditemukan karyawan yang hanya mementingkan ego nya sendiri, dan lebih mudah dalam meminta

bantuan kepada karyawan lainnya. (hasil wawancara dengan Jovan


(22)

Berdasarkan uraian diatas bahwa Humas Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat sudah menjalankan tugasnya dengan baik yang menciptakan suatu komunikasi yang efektif dilingkungan Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat baik melalui pembinaan yang dilakukan humas dengan melakukan

interaksi antarpersonal kepada setiap karyawan melalui kegiatan – kegiatan

humas, sudah dapat dikatakan berhasil dalam suatu pencapaian tujuan dari humas itu sendiri.

Mengenai tujuan internal Public Relations dikatakan oleh Oemi

Abdurrahman “adalah mencapai karyawan yang mempunyai kegairahan

kerja” (Abdurrahman, 1984 : 34).

Ini dapat diciptakan bila pimpinan memperhatikan kepentingan-kepentingan para pegawai. Baik ditinjau dari segi ekonomi, sosial maupun psikologis. Kesejahteraan seperti kesehatan dan tempat bekerja para karyawan dapat mempengaruhi kelancaran aktifitas dalam badan itu. Antara yang memimpin dan yang dipimpin termasuk keluarga ke dua belah pihak dan antara teman sejawat harus ada hubungan yang konstan dan baik, sehingga mereka itu dapat merupakan keluarga yang saling mengerti, menghargai dan mempercayai. Hubungan yang baik tercapai apabila ada kepuasan yang dirasakan oleh karyawan ketika melakukan komunikasi. Berbicara mengenai kepuasan dan ketidakpuasan merupakan sesuatu yang menarik untuk diteliti.

Kepuasan dalam bekerja merupakan suatu hal yang selalu di inginkan oleh setiap karyawan, jika kepuasan terpenuhi maka karyawan akan senantiasa melakukan pekerjaanya dengan baik, tetapi sebaliknya jika


(23)

karyawan tidak mendapatkan kepuasan dari apa yang dilakukannya di perusahaan maka dengan sendirinya juga berdampak pada penurunan kinerja karyawan itu sendiri. Untuk mengatasi hal tersebut perlu adanya komunikasi yang efektif diantara karyawan. Disinilah tugas seorang humas yang sesungguhnya dimana seorang humas dituntut untuk mampu mengembalikan kegairahan semangat dalam bekerja tiap karyawan dengan

memperhatikan faktor – faktor yang dibutuhkan karyawannya. Komunikasi

Antar Personal dinilai paling ampuh untuk mengatasi hal tersebut, karena dengan mendalami Komunikasi Antar Personal seorang Humas dapat mengetahui masalah apa yang sedang dihadapi oleh karyawannya, dan terciptlah suatu komunikasi yang efektif antara komunikator dan komunikan.

Menurut Mc. Crosky, Larson & Knapp bahwa komunikasi yang efektif

dapat dicapai dengan mengusahakan ketepatan (accuracy) yang paling

tinggi derajatnya antara komunikator dengan komunikan dalam setiap situasi.1

Arti efektif dalam Komunikasi Anterpersonal ini adalah dalam hubungannya perubahan sikap. Disadari atau tidak saat ini komunikasi sudah merupakan kebutuhan bagi setiap orang untuk menyampaikan aspirasi, keinginan, harapan ataupun hal-hal yang tidak disukai atau disukainya terhadap seseorang. Orang tersebut harus mengkomunikasikan nya agar orang lain tahu apa yang dirasakan orang tersebut. Mungkin secara

1

http://kampuskomunikasi.blogspot.com/2008/04/komunikasi-interpersonal.html pada hari minggu tanggal 26/02/2012 pukul 10.00


(24)

tidak langsung sebagian besar orang beranggapan komunikasi itu tidak lah penting, tapi seiring dengan berkembangnya zaman, komunikasi sudah memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat agar setiap masalah yang timbul bisa dicari pemecahannya.

Begitu juga diperusahaan komunikasi juga memegang peranan penting agar dapat menciptakan suasana kerja yang nyaman bagi karyawan. Sebagaimana kita ketahui komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia dalam penyebaran informasi yang bersifat kompleks. Karena dengan komunikasi, manusia dapat berhubungan antara satu dengan yang lain dalam kehidupan sehari-hari, dalam lingkungan kerja dan lain-lain.

“Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber

kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.” (Mulyana, 2003 : 62).

Dari penjelasan di atas terlihat jelas bahwa tujuan utama dari komunikasi ini adalah untuk mendapatkan respons atau umpan balik dan mengubah tingkah laku komunikan sesuai dengan keinginan komunikator. Jadi dimanapun kita melakukan interaksi pasti berujung pada komunikasi. Hal ini juga berlaku pada sebuah perusahaan atau instansi.

Pada sebuah perusahaan atau instansi pemerintahan, tentu saja peran komunikasi sangat diperlukan agar dapat terjalin keharmonisan antar karyawannya.

Dalam melakukan aktivitas kerja pola komunikasi antar karyawan tidak menunjukkan suatu bentuk komunikasi yang formal. Alur hirarki tetap di


(25)

ikuti tetapi bentuk komunikasi yang terjadi menunjukkan bahwa ada kedekatan yang terjadi diantara mereka.

Kedekatan ini bisa saja dipengaruhi oleh beberapa faktor. Misalnya, adanya rasa kesamaan diantara sesama sehingga ini dapat membuat siapa tertarik kepada siapa, ataupun pada interaksi awal mereka sudah merasa ada komunikasi yang baik yang terjalin diantara mereka. Adanya komunikasi yang baik dari sesama karyawan sehingga menimbulkan kedekatan, dapat menjadi kekuatan bagi karyawan untuk mencapai apa yang menjadi tujuan perusahaan secara bersama-sama.

Ini semua tidak lepas dari interaksi dan kerjasama antar karyawan dalam melaksanakan tugas dan untuk tercapainya tujuan perusahaan perlu adanya hubungan yang baik antar karyawan dalam mengkoordinasikan tugas masing-masing. Salah satu bentuk komunikasi yang terjadi antar karyawan adalah Komunikasi Antarpersonal.

“Komunikasi Antarpersonal adalah “proses pengiriman dan penerimaan

pesan-pesan antara dua orang, atau diantara sekelompok kecil orang-orang, dengan berbagai efek dan beberapa umpan balik seketika” (The process of sending and receiving messages between two persons, or among a small group of persons, with some effect and some immediate feedback). (Devito 1984 :4)"

Pentingnya situasi komunikasi Antarpribadi ialah karena prosesnya memungkinkan berlangsung secara dialog. Dengan begitu bisa terjadi interaksi antara komunikator dan komunikan dengan menghasilkan umpan

balik (feedback) dari komunikan.

Menurut Onong Uchjana Effendy dalam bukunya menyatakan bahwa: dialog adalah bentuk komunikasi Antarpribadi yang menunjukkan


(26)

terjadinya interaksi. Walaupun demikian interaksi yang efektif terjadi apabila adanya derajat kesamaan antara orang-orang yang sedang melakukan komunikasi. Sebagaimana yang disebut oleh Wilbur Schramm, Frame Of reference (kerangka referensi) atau juga Frame of experience (kerangka Pengalaman). Para pelaku komunikasi yang mempunyai

kesamaan dalam frame Of reference maupun Frame Of experience itu

adalah mereka yang hampir sama dalam tingkat pendidikan, jenis profesi atau pekerjaan, agama, bangsa, hobi, ideologi dan lain sebagainya.

Dalam Komunikasi Antar Personal tersebut terdapat fungsi - fungsi komunikasi yang dapat membantu Humas untuk membantu memahami kinerja karyawannya, seperti yang dijelaskan oleh Onong Uchjana Effendy

bahwa “dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi lainnya,

komunikasi antarpribadi dinilai paling ampuh dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayan, opini, dan perilaku komunikan. Alasannya adalah karena

komunikasi antarpribadi umumnya berlangsung secara tatap muka (face to

face) dan terjadilah kontak pribadi (personal contact) yang dapat mengubah

sikap dan perilaku dari masing – masing individu seperti timbul rasa

keterbukaan, sikap mendukung, sikap positif, dan sikap kesetaraan. Selama Humas dapat mengontrol dan mengerti dari setiap apa yang diinginkan oleh karyawannya, maka dapat dikatakan sukses tugas fungsi dari seorang humas. Ketika komunikator menyampaikan pesan kepada komunikan, umpan balik berlangsung seketika dan komunikator mengetahui pada saat itu tanggapan komunikan terhadap pesan yang dilontarkan”. (1993:61).


(27)

Dari penjelasan di atas, terlihat bahwa pentingnya kegiatan humas seperti family gathering dalam suatu perusahaan / instansi pemerintahan untuk menciptakan suatu kinerja yang baik dari setiap karyawannya yang mana didalamnya orang-orang saling berdialog yang menimbulkan interaksi antar personal dan melahirkan faktor kesamaan akan lebih meningkatkan keakraban diantara komunikator dan komunikan. Proses pengalihan informasi pada komunikasi antar personal selalu mengandung pengaruh tertentu.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Pertanyaan Makro

Bagaimana Komunikasi Antar Personal Humas Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat Melalui Kegiatan Family Gathering Dalam Meningkatkan Kinerja Karyawannya ?

1.2.2 Pertanyaan Mikro

1. Bagaimana keterbukaan (openness) Humas Badan Narkotika

Provinsi Jawa Barat, melalui kegiatan Family Gathering

dalam meningkatkan kinerja karyawannya?

2. Bagaimana empati (empathy) Humas Badan Narkotika

Provinsi Jawa Barat, melalui kegiatan Family Gathering

dalam meningkatkan kinerja karyawannya?

3. Bagaimana sikap mendukung (suppotiveness) ) Humas

Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat, melalui kegiatan Family Gathering dalam meningkatkan kinerja karyawannya?


(28)

4. Bagaimana sikap positif (positiveness) Humas Badan

Narkotika Provinsi Jawa Barat, melalui kegiatan Family

Gathering dalam meningkatkan kinerja karyawannya?

5. Bagaimana kesetaraan (equality) Humas Badan Narkotika

Provinsi Jawa Barat, melalui kegiatan Family Gathering

dalam meningkatkan kinerja karyawannya?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud penelitian ini adalah untuk mempelajari dan menjelaskan bagaimana Komunikasi Antarpersonal yang di gunakan humas Badan

Narkotika Provinsi Jawa Barat melalui kegiatan humas family gathering

dalam meningkatkan kinerja karyawannya.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui keterbukaan (openness) humas Badan

Narkotika Provinsi Jawa Barat, melalui kegiatan family

gathering dalam meningkatkan kinerja karyawannya.

2. Untuk mengetahui empati (empathy) humas Badan Narkotika

Provinsi Jawa Barat, melalui kegiatan family gathering dalam


(29)

3. Untuk mengetahui sikap mendukung (suppotiveness) humas

Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat, melalui kegiatan family

gathering dalam meningkatkan kinerja karyawannya.

4. Untuk mengetahui sikap positif (positiveness) humas Badan

Narkotika Provinsi Jawa Barat, melalui kegiatan family

gathering dalam meningkatkan kinerja karyawannya.

5. Untuk mengetahui kesetaraan (equality) humas Badan

Narkotika Provinsi Jawa Barat, melalui kegiatan family

gathering dalam meningkatkan kinerja karyawannya.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan teoritis

Pelaksanaan penelitian ini diharapkan secara teoritis memberikan manfaat besar bagi Program Studi Ilmu Komunikasi umumnya dan bidang humas khususnya, tentang Komunikasi Antar Personal. Sehingga pada akhirnya, penelitiaan ini menyumbangkan keilmuan untuk mengembangkan pemahaman dan studi yang berhubungan maupun yang terkait dengan masalah kinerja karyawan.

1.4.2 Kegunaan praktis

1. Kegunaan penelitian, bagi peneliti yakni ini dapat menambah

wawasan dan pengetahuan peneliti tentang Komunikasi Antar Personal dapat melatih kemampuan berfikir secara deskriptif, juga sebagai proses belajar untuk dapat menerapkan pengalaman dan pengetahuan yang diterima selama perkuliahan.


(30)

2. Bagi peneliti selanjutnya, Diharapkan dapat memberikan sumbangsih pemikiran dalam konsep komunikasi Antarpersonal.

3. Bagi Universitas Komputer Indonesia, penelitian ini diharapkan

menjadi sebuah pengetahuan yang dapat dibaca dan dianalisa kembali oleh mahasiswa Universitas Komputer Indonesia.

4. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai rujukan

bagi penelitian-penelitian selanjutnya dengan kajian yang sama, sehingga dapat menunjang perkembangan dalam bidang Ilmu Komunikasi serta dapat memberikan gambaran mengenai pentingnya memahami Komunikasi Antar Personal pada sebuah Organisasi/Instansi Pemerintahan.


(31)

14

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Tentang Komunikasi 2.1.1. Definisi Komunikasi

Komunikasi adalah salah satu kebutuhan manusia, yang sangat mendasar. Seperti halnya, makan dan minuman, manusia, membutuhkan komunikasi untuk kelangsungan hidupnya. Komunikasi diibaratkan seperti detak jantung, keberadaannya, amat penting bagi kehidupan manusia, namun kita sering melupakan betapa besar peranannya.

Sejak lahir manusia, telah melakukan komunikasi, dimulai dengan tangis bayi pertama merupakan ungkapan perasaannya untuk membina, komunikasi dengan ibunya. Semakin dewasa manusia, maka semakin rumit komunikasi yang dilakukannya. Dimana, komunikasi yang dilakukan tersebut dapat berjalan lancar apabila terdapat persamaan makna antara dua pihak yang terlibat. Hal ini sesuai dengan pengertian dari komunikasi itu sendiri yaitu :

"Istilah komunikasi berasal dari perkataan bahasa, Inggris

"Communication" yang menurut Wilbur Schramm bersumber pada istilah latin "Communis" yang dalam bahasa Indonesia berarti "sama" dan menurut Sir Gerald Barry yaitu "Communicare" yang berarti berercakap-cakap". Jika kita berkomunikasi, berarti kita mengadakan "kesamaan, dalam hal ini kesamaan pengertian atau makna. (Effendy:2003).


(32)

Komunikasi mempunyai peranan penting bagi kehidupan manusia, hampir 90% dari kegiatan keseharian manusia dilakukan dengan berkomunikasi. Dimanapun, kapanpun, dan dalam kesadaran atau situasi macam apapun manusia selalu tetjebak dengan komunikasi. Dengan berkomunikasi manusia dapat memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan-tujuan hidupnya, karena berkomunikasi merupakan suatu kebutuhan manusia yang amat mendasar. Oleh karna itu sebagai makhluk sosial manusia senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. la ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, Bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Dengan rasa ingin tabu inilah yang memaksa manusia perlu berkomunikasi.

Dari definisi diatas menjelaskan bahwa, komunikasi merupakan proses penyampaian simbol-simbol baik verbal maupun nonverbal. Rangsangan atau stimulus yang disampaikan komunikator akan mendapat respon dari komunikan selama keduanya memiliki makna yang sama terhadap pesan yang disampaikan Jika disimpulkan maka komunikasi adalah suatu proses, pembentukan, penyampaian, penerimaan, dan pengolahan pesan yang terjadi di dalam seseorang dan atau di antara dua orang atau lebih dengan tujuan tertentu sebagaimana diharapkan oleh komunikator.

2.1.2 Fungsi Komunikasi

Komunikasi memiliki beberapa fungsi. Menurut Effendy ada empat fungsi utama dari kegiatan komunikasi, yaitu:


(33)

Adalah memberikan informasi kepada masyarakat, memberitahukan kepada masyarakat mengenai peristiwa yang terjadi, ide atau pikiran dan tingkah laku orang lain, serta segala sesuatu yang disampaikan orang lain. 2. Mendidik (to educate)

Adalah komunikasi merupakan sarana pendidikan, dengan komunikasi manusia dapat menyampaikan ide dan pikirannya kepada orang lain sehingga orang lain mendapatkan informasi dan ilmu pengetahuan.

3. Menghibur (to entertain)

Adalah komunikasi selain berguna untuk menyampaikan komunikasi, pendidikan, mempengaruhi juga berfungsi untuk menyampaikan hiburan atau menghibur orang lain.

4. Mempengaruhi (to influence)

Adalah fungsi mempengaruhi setup individu yang berkomunikasi, tentunya berusaha saling mempengaruhi jalan pikiran komunikan dan lebih jauh lagi berusaha merubah sikap dan tingkah laku komunikan sesuai dengan apa yang diharapkan. (Wendy, 1997:36).

2.1.3 Tujuan Komunikasi

Komunikasi memiliki tujuan. Seperti kegiatan lainnya, komunikasi

memiliki tujuan atau destination yang ingin dicapai oleh para pelaku

komunikasi. Menurut Schramm: "Tujuan komunikasi dapat dilihat dari dua

persfektif yaitu: kepentingan komunikator dan kepentingan komunikan”.

Tujuan komunikasi dilihat dari sudut kepentingan sumber atau komunikator antara lain:


(34)

a. Memberikan informasi

Komunikasi merupakan proses satu pesan yang akan disampaikan oleh komunikator kepada komunikan berupa informasi. Melalui komunikasi, pesan tersebut disampaikan komunikator kepada komunikan.

b. Mendidik

Dari sekedar memberikan informas akhirnya banyak input yang disampaikan komunikator agar komunikan menjadi lebih luas pengetahuannya.

c. Menghibur

Seorang komunikator berkomunikasi tidak semata-mata memberikan informasi dan pengetahuan melainkan juga, menghibur perasaan komunikan. Hal ini sering dilakukan untuk mengakrabkan ikatan emosional.

d. Menganjurkan suatu tindakan

Pesan yang disampaikan komunikator merupakan stimulus yang dapat menjadi acuan bagi komunikan. Komunikator dapat mempengaruhi komunikan melalui komunikasi.

2.2 Tinjauan Tentang Komunikasi Antarpersonal

Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara dua orang, dimana terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan. Komunikasi jenis ini bisa

berlangsung secara berhadapan muka (face to face) bisa juga melalui sebuah


(35)

yang dua arah atau timbal balik. (Effendy, 1986:50) adapun pengertian komunikasi antarpribadi yang diungkapkan oleh Joseph A. Devito dalam

bukunya The Interpersonal Communication Book bahwa “komunikasi

antarpribadi merupakan proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antar dua orang atau diantara sekelompok kecil orang-orang dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika”. (1984:4).

Menurut Vandeber, komunikasi antarpribadi merupakan suatu proses interaksi dan pembagian makna yang terkandung dalam gagasan atau perasaan. (Lliliweri, 1984:9) Effendy mengemukakan juga bahwa “pada hakikatnya komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antar seorang

komunikator dengan komunikan”. (Liliweri, 1997:12). Pada dasarnya

komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh komunikator mempunyai tujuan untuk mengubah sikap, pendapat, dan perilaku komunikan dengan cara mengirimkan pesan dan prosesnya yang dialogis.

Seperti yang telah dikemukakan oleh Onong Uchjana Effendy bahwa

“dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi lainnya, komunikasi

antarpribadi dinilai paling ampuh dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayan, opini, dan perilaku komunikan. Alasannya adalah karena

komunikasi antarpribadi umumnya berlangsung secara tatap muka (face to

face). Antara komunikator dan komunikan saling bertatap muka, maka

terjadilah kontak pribadi (personal contact). Ketika komunikator

menyampaikan pesan kepada komunikan, umpan balik berlangsung seketika dan komunikator mengetahui pada saat itu tanggapan komunikan terhadap


(36)

2.2.1Faktor-faktor Pembentuk Komunikasi Antarpersonal

Setiap kegiatan yang dijalankan oleh manusia dikarenakan timbul faktor-faktor yang mendorong manusia tersebut untuk melakukan suatu pekerjaan. Begitu pula dengan kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh pihak-pihak yang terlibat, didorong oleh faktor-faktor tertentu. Mengapa manusia ingin melaksanakan komunikasi dengan yang lainnya, khususnya jenis komunikasi antarpribadi yang sifatnya langsung dan tatap muka antar pihak yang melaksanakan kegiatan komunikasi tersebut.

Cassagrande berpendapat, manusia berkomunikasi karena:

a. Memerlukan orang lain untuk saling mengisi kekurangan dan

membagi kebahagiaan.

b. Dia ingin terlibat dalam proses perubahan.

c. Dia ingin berinteraksi hari ini dan memahami pengalaman

masalalu, dan mengantisipasi masa depan.

d. Dia ingin menciptakan hubungan baru. (Liliweri, 197:45)

Setiap orang selalu berusaha untuk melengkapi kekurangan atas perbedaan-perbedaan yang dia miliki. Perubahan tersebut terus berlangsung seiring dengan perubahan masyarakat. Manusia mencatat berbagai pengalaman relasi dengan orang lain di masa lalu, memperkirakan apakah komunikasi yang dia lakukan masih relevan untuk memenuhi kebutuhan di masa datang. Jadi, minat komunikasi antarpribadi didorong oleh pemenuhan kebutuhan yang belum atau bahkan tidak dimiliki oleh manusia.


(37)

Setiap manusia mempunyai motif yang mendorong dia untuk berusaha memenuhi kebutuhannya.

2.2.2Jenis-jenis Komunikasi Antarpersonal

Seperti komunikasi lainnya, komunikasi antarpribadi pun mempunyai jenis-jenisnya yang berbeda dengan bentuk komunikasi yang lain. Menurut Onong Uchjana Effendy bahwa “Secara teoritis komunikasi antarpribadi diklasifikasikan menjadi dua jenis menurut sifatnya, yakni:

1. Komunikasi Diadik (Dyadic Communication)

Komunikasi diadik adalah komunikasi antarpribadi yang berlangsung antar dua orang yakni yang seorang adalah komunikator yang menyampaikan pesan dan seorang lagi yang menerima pesan. Oleh karena pelaku komunikasinya dua orang,

maka dialog yang terjadi berlangsung secara intens,

komunikator memusatkan perhatiannya hanya pada diri komunikan itu.

2. Komunikasi Triadik (Triadic Communication) adalah

komunikasi antarpribadi yang pelakunya terdiri dari tiga orang, yakni seorang komunikator dan dua orang komunikan. Apabila dibandingkan dengan komunikasi diadik, maka komunikasi diadik lebih efektif, Karena komunikator memusatkan perhatiannya hanya pada seorang komunikan, sehingga ia dapat

menguasai frame of reference komunikan, sepenuhnya juga


(38)

sangat berpengaruh terhadap efektif tidaknya proses komunikasi. (1993:62).

Adapun ciri-ciri komunikasi anatrpribadi menurut Alo Liliweri yaitu:

1. Spontanitas, terjadi sambil lalu dengan media utama adalah tatap

muka.

2. Terjadi secara kebetulan diantara peserta yang identitasnya kurang

jelas.

3. Mengakibatkan dampak yang disengaja dan tidak disengaja.

4. Kerapkali berbalas-balasan.

5. Mempersyaratkan hubungan paling sedikit dua orang dengan

hubungan yang bebas dan bervariasi, ada keterpengaruhan.

6. Harus membuahkan hasil.

7. Menggunakan lambang-lambang yang bermakna.

2.2.3Fungsi-fungsi Komunikasi Antarpersonal

Adapun fungsi komunikasi antarpribadi menurut Allo Liliweri terdiri atas:

a. Fungsi sosial

Komunikasi antarpribadi secara otomatis mempunyai fungsi sosial, karena proses komunikasi beroperasi dalam konteks sosial yang orang-orangnya berinteraksi satu sama lain. Dalam keadaan demikian, maka fungsi sosial komunikasi antarpribadi mengandung aspek-aspek:

1. Manusia berkomunikasi untuk mempertemukan biologis dan

psikologis


(39)

3. Manusia berkomunikasi untuk mengembangkan hubungan timbal balik.

4. Manusia berkomunikasi untuk meningkatkan dan merawat mutu

diri sendiri.

5. Manusia berkomunikasi untuk menangani konflik.

b. Fungsi pengambilan keputusan.

Seperti yang telah diketahui bersama bahwa manusia adalah makhluk yang dikaruniai akal sebagai sarana berpikir yang tidak dimiliki oleh semua makhluk di muka bumi. Karenanya ia mempunyai kemampuan untuk mengambil keputusan dalam setiap hal yang harus dilaluinya. Pengambilan keputusan meliputi penggunaan informasi dan pengaruh yang kuat dari orang lain. Ada dua aspek dari fungsi pengambilan keputusan jika dikaitkan dengan komunikasi yaitu:

1. Manusia berkomunikasi untuk membagi informasi.

2. Manusia berkomunikasi untuk mempengaruhi orang lain.

2.2.4 Lima Kualitas Umum Komunikasi Antarpersonal

Devito menjelaskan mengenai efektivitas komunikasi interpersonal

dalam lima kualitas umum yang dipertimbangkan yaitu “Keterbukaan

(openness), empati (empathy), sikap mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan (equality).” (Devito, 1997: 259).

1. Keterbukaan (Openness)

Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal yang efektif harus terbuka kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Ini tidaklah berarti


(40)

bahwa orang harus dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya.memang ini mungkin menarik, tapi biasanya tidak membantu komunikasi. Sebaliknya, harus ada kesediaan untuk membuka diri mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini patut.

Aspek keterbukaan yang kedua mengacu kepada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya merupakan peserta percakapan yang menjemukan. Kita ingin orang bereaksi secara terbuka terhadap apa yang kita ucapkan. Dan kita berhak mengharapkan hal ini. Tidak ada yang lebih buruk daripada ketidak acuhan, bahkan ketidaksependapatan jauh lebih menyenangkan.

Kita memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan terhadap orang lain.

Aspek ketiga menyangkut “kepemilikan” perasaan dan pikiran

(Bochner dan Kelly, 1974). Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang anda lontarkan adalah memang milik anda dan anda bertanggungjawab atasnya. Cara terbaik untuk menyatakan tanggung jawab ini adalah dengan pesan yang menggunakan kata Saya (kata ganti orang pertama tunggal).

2. Empati (empathy)

Henry Backrack (1976) mendefinisikan empati sebagai ”kemampuan

seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain


(41)

itu.” Bersimpati, di pihak lain adalah merasakan bagi orang lain atau merasa ikut bersedih. Sedangkan berempati adalah merasakan sesuatu seperti orang yang mengalaminya, berada di kapal yang sama dan merasakan perasaan yang sama dengan cara yang sama. Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang.

Kita dapat mengkomunikasikan empati baik secara verbal maupun non verbal. Secara nonverbal, kita dapat mengkomunikasikan empati dengan memperlihatkan (1) keterlibatan aktif dengan orang itu melalui ekspresi wajah dan gerak-gerik yang sesuai; (2) konsentrasi terpusat meliputi kontak mata, postur tubuh yang penuh perhatian, dan kedekatan fisik; serta (3) sentuhan atau belaian yang sepantasnya.

3. Sikap mendukung (supportiveness)

Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap mendukung (supportiveness). Suatu konsep yang perumusannya dilakukan berdasarkan karya Jack Gibb. Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. Kita memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap (1) deskriptif, bukan evaluatif, (2) spontan, bukan strategic, dan (3) provisional, bukan sangat yakin.

4. Sikap positif (positiveness)

Kita mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi interpersonal dengan sedikitnya dua cara: (1) menyatakan sikap positif dan (2) secara positif mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi. Sikap positif


(42)

mengacu pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikasi interpersonal terbina jika seseorang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri.

Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif. Tidak ada yang lebih menyenangkan daripada berkomunikasi dengan orang yang tidak menikmati interaksi atau tidak bereaksi secara menyenangkan terhadap situasi atau suasana interaksi.

5. Kesetaraan (Equality)

Dalam setiap situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan. Salah seorang mungkin lebih pandai. Lebih kaya, lebih tampan atau cantik, atau lebih atletis dari pada yang lain. Tidak pernah ada dua orang yang benar-benar setara dalam segala hal. Terlepas dari ketidaksetaraan ini, komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya, harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan.

Dalam suatu hubungan interpersonal yang ditandai oleh kesetaraan, ketidaksependapatan dan konflik lebih dillihat sebagai upaya untuk memahami perbedaan yang pasti ada daripada sebagai kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain.kesetaraan tidak mengharuskan kita menerima dan menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan nonverbal pihak lain. Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain, atau menurut istilah Carl

rogers, kesetaraan meminta kita untuk memberikan ”penghargaan positif tak


(43)

2.3Tinjauan Humas

2.3.1 Pengertian Humas

Menurut kamus Fund and wagnal American standard desk dictionary

seperti yang dikutip Linggar Anggoro:

Humas adalah segenap kegiatan dan teknik atau kiat yang digunakan oleh organisasi untuk menciptakan atau memelihara suatu sikap dan tanggapan yang baik dari pihak luar terhadap keberadaan dan sepak terjangnya. (Anggoro, 2000; 2).

Berbeda dengan diatas, Philip Kotler yang diterjemahkan oleh Hendra Teguh dan Ronny A.Rusli : Humas adalah berbagai program yang dirancang untuk mempromosikan dan menjaga citra perusahaan atau setiap produknya. (Kotler,2000; 265).

2.3.2Tujuan Humas

Menurut Oemi Abdurachman, dalam bukunya Dasar Dasar Humas,

adalah “mengembangkan Goodwill dan memperoleh opini publik yang

favourable image atau menciptakan kerja sama berdasarkan hubungan yang baik dengan berbagai publik. (Abdurachman, 2001; 34). Menurut Oemi Abdurachman tujuan Humas terbagi 2, yaitu:

1. Tujuan Internal

Membina hubungan baik antara manajemen dengan pegawai sehingga tercipta komunikasi timbal balik.


(44)

Mengeratkan hubungan dengan orang-orang di luar badan instansi, hingga terbentuk opini publik.

Dapat disimpulkan bahwa tujuan Humas adalah untuk membentuk, menciptakan, dan mempertahankan citra positif (+) dari suatu perusahaan atau organisasi.

2.3.3 Ciri Ciri Humas

Menurut Onong U. Effendy, dalam buku nya Human Relations dan

Public Relations, ciri dari Humas adalah sebagai berikut :

1. Humas adalah kegiatan komunikasi dalam suatu organisasi yang berlangsung dua arah secara timbal balik.

2.Humas merupakan penunjang tercapainya tujuan yang ditetapkan oleh manajemen suatu organisasi dan publik yang

menjadi sasarannya. Baik itu publik internal maupun publik

eksternal.

3.Operasionalisasi Humas adalah membina hubungan yang baik dan harmonis dengan publik dan mencegah terjadinya rintangan psikologi, baik yang timbul dari pihak organisasi ataupun dari pihak luar. (Effendy,1999; 31).

2.3.4 Fungsi Humas

Fungsi Humas menurut Cultip & Center and Canfield Ruslan Rosady dalam bukunya “Manajemen PR dan Media Komunikasi”, fungsi humas yaitu :


(45)

1. Menunjang aktivitas utama manajemen dalam mencapai tujuan bersama (fungsi melekat pada manajeman organisasi).

2. Membina hubungan yang harmonis antara organisasi dengan

publiknya yang merupakan khalayak sasaran.

3. Mengidentifikasi segala sesuatu yang berkaitan dengan opini,

persepsi, dan tanggapan masyarakat terhadap organisasi yang diwakilinya atau sebaliknya.

4. Melayani keinginan publik dan memberikan sumbangan saran

kepada pemimpin organisasi demi tujuan dan manfaat bersama.

5. Menciptakan komunikasi dua arah atau timbal balik, dan

mengatur arus informasi, publikasi serta pesan dari organisasi ke publiknya atau sebaliknya, demi tercapainya citra positif bagi kedua belah pihak. (2006 : 19).

Dari penjelasan di atas dapat di tarik kesimpulan mengenai peranan humas pada intinya adalah sebagai penghubung perusahaan yang diwakilinya dengan publik, sebisa mungkin terus membina hubungan yang harmonis dan saling menguntungkan, serta menciptakan citra positif bagi perusahaan.

2.4Tinjauan Tentang Family Gathering

Family Gathering adalah kegiatan humas yang diselenggarakan oleh suatu unit kerja baik di suatu perusahaan, maupun lembaga / instansi pemerintahan yang dilakukan di suatu tempat terbuka baik berupa kegiatan santai ataupun game (permainan) yang bertujuan untuk menciptakan suatu


(46)

kebersamaan antar karyawan yang mana di dalamnya banyak sekali tejadi hubungan komunikasi antarpersonal tanpa melihat kedudukan / jabatan sekalipun, berupa komunikasi dua arah untuk berdialog, dalam rangka menyamakan persepsi, konsepsi, dan koordinasi untuk melakukan langkah

selanjutnya. Adapun Kegiatan Family Gathering yang dilakukan Badan

Narkotika Provinsi Jawa Barat seperti Kegiatan Outbond, Pengajian, Jumat

santai, pisah sambut pejabat dan berlibur ke luar kota. Kegiatan family

gathering yang dinilai paling berpengaruh dalam meningkatkan kinerja karyawan di lingkungan Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat adalah

kegiatan Outbond, kegiatan ini biasa dilakukan di Cikole Lembang maupun

di Garut setiap 4 bulan sekali, kegiatan outbond ini merupakan kegiatan yang didalamnya diisi dengan acara dan jenis aktivitas yang sifatnya game / permainan yang bersifat penuh dengan tantangan yang harus dilalui dan dilewati oleh karyawan Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat, bagaimana setiap karyawan dilatih untuk saling membantu dan bekerjasama dalam menghadapi setiap rintangan yang ada, dan kemudian hasil kebersamaan

dan semangat dari kegiatan outbond tersebut dapat di aplikasikan dalam

dunia kerja di Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat dan menghasilkan suatu kinerja yang baik dari setiap karyawannya.

2.5Tinjauan Tentang Kinerja Karyawan

Kinerja ( prestasi kerja ) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja karyawan merupakan suatu kondisi yang harus diketahui dan dikonfirmasikan kepada


(47)

pihak tertentu untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil suatu instansi dihubungkan dengan visi yang diemban suatu organisasi atau perusahaan serta mengetahui dampak positif dan negatif dari suatu kebijakan operasional. Individu yang memiliki kinerja yang tinggi memiliki beberapa karakteristik, yaitu diantaranya :

1. Berorientasi pada prestasi

2. Memiliki percaya diri

3. Berpengendalian diri

4. Kompetensi

Faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja :

1. Kinerja baik dipengaruhi oleh 2 ( dua ) faktor :

a) Internal ( pribadi )

- Kemampuan tinggi, cerdas dalam berfikir

- Kerja keras

b) Eksternal ( lingkungan )

- Pekerjaan mudah

- Nasib baik

- Bantuan dari rekan-rekan


(48)

2. Kinerja yang buruk dipengaruhi oleh 2 ( dua ) faktor :

a) Internal ( pribadi )

- Kemampuan rendah

- Upaya sedikit ( tidak kreatif )

b) Eksternal ( lingkungan )

- Pekerjaan sulit

- Nasib buruk

- Rekan-rekan kerja yang tidak produktif

- Pemimpin yang kurang simpatik

Berdasarkan pengertian di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa kinerja merupakan kualitas dan kuantitas dari suatu hasil kerja (output) individu maupun kelompok dalam suatu aktivitas tertentu yang diakibatkan oleh kemampuan alami atau kemampuan yang diperoleh dari proses belajar serta keinginan untuk berprestasi, yang mana suatu prestasi itu akan menghasilkan suatu kepuasan tersendiri untuk dirinya maupun perusahaan tempatnya bekerja. Dalam meraih suatu kepuasan kerja, diperlukan suatu evaluasi yang lebih dikenal dengan penilaian kinerja.

Penilaian kinerja

Merupakan metode mengevaluasi dan menghargai kinerja yang paling umum digunakan. Dalam penilaian kinerja melibatkan komunikasi


(49)

dua arah yaitu antara pengirim pesan dengan penerima pesan sehingga komunikasi dapat berjalan dengan baik. Penilaian kinerja dilakukan untuk memberi tahu karyawan apa yang diharapkan pengawas untuk membangun pemahaman yang lebih baik satu sama lain. Penilaian kinerja menitik beratkan pada penilaian sebagai suatu proses pengukuran sejauh mana kerja dari orang atau sekelompok orang dapat bermanfaat untuk mencapai tujuan yang ada.

Metode Penilaian Kinerja

1. Metode Tradisional

Metode ini merupakan metode tertua dan paling sederhana

untuk menilai prestasi kerja dan diterapkan secara tidak sistematis maupun sistematis. yang termasuk ke dalam metode tradisional adalah :

a. Rating Scale

Metode ini merupakan metode penilaian yang paling tua dan banyak digunakan, dimana penilaian yang dilakukan oleh atasan atau supervisor untuk mengukur karakteristik, misalnya mengenai inisitaif, ketergantungan, kematangan, dan kontribusinya terhadap tujuan kerjanya.

b. Employee Comparation

Metode ini merupakan metode penilaian yang dilakukan dengan cara membandingkan antara seorang pegawai dengan pegawai lainnya. Metode ini terdiri dari :


(50)

1. Alternation Ranking

Metode penilaian dengan cara mengurutkan peringkat (ranking) pegawai dimulai dari yang terendah sampai yang tertinggi berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.

2. Paired Comparation

Metode penilaian dengan cara seorang pegawai

dibandingkan dengan seluruh pegawai lainnya, sehingga terdapat berbagai alternatif keputusan yang akan diambil. Metode ini dapat digunakan untuk jumlah pegawai yang relatif sedikit.

3. Porced Comparation

Metode ini sama dengan paired comparation, tetapi

digunakan untuk jumlah pegawai yang relative banyak. c. Check List

Metode ini hanya memberikan masukan / informasi bagi penilaian yang dilakukan oleh bagian personalia.

d. Freeform Essay

Dengan metode ini seorang penilai diharuskan membuat karangan yang berkenaan dengan orang / karyawan / pegawai yang sedang dinilainya.

e. Critical Incident

Dengan metode ini penilai harus mencatat semua kejadian mengenai tingkah laku bawahannya sehari-hari yang kemudian dimasukan kedalam buku catatan khusus yang terdiri dari


(51)

berbagai macam kategori tingkah laku bawahannya. Misalnya mengenai inisiatif, kerjasama, dan keselamatan.

2. Metode Modern

Metode ini merupakan perkembangan dari metode

tradisional dalam menilai prestasi kerja. a. Assessment Centre

Metode ini biasanya dilakukan dengan pembentukan tim penilai khusus. Tim penilai khusus ini bisa dari luar, dari dalam, maupun kombinasi dari luar dan dari dalam.

b. Management by Objective

Metode ini pegawai langsung diikutsertakan dalam perumusan dan pemutusan persoalan dengan memperhatikan kemampuan bawahan dalam menentukan sasarannya masing-masing yang ditekankan pada pencapaian sasaran perusahaan. c. Human Asset Accounting

Metode ini, faktor pekerja dinilai sebagai individu modal jangka panjang sehingga sumber tenaga kerja dinilai dengan cara

membandingkan terhadap variabel-variabel yang dapat

mempengaruhi keberhasilan perusahaan. Tujuan Penilaian Kinerja

1. Evaluasi yang menekankan perbandingan antar-orang.

2. Pengembangan yang menekankan perubahan-perubahan dalam diri


(52)

3. Pemeliharaan sistem.

4. Dokumentasi keputusan-keputusan sumber daya manusia bila terjadi

peningkatan.

Manfaat Penilaian Kinerja

1. Manfaat bagi karyawan yang dinilai

a. Meningkatkan motivasi.

b. Meningkatkan kepuasan hidup.

c. Adanya kejelasan standard hasil yang diterapkan mereka.

d. Umpan balik dari kinerja lalu yang kurang akurat dan konstruktif.

e. Pengembangan tentang pengetahuan dan kelemahan menjadi

lebih besar, membangun kekuatan dan mengurangi kelemahan semaksimal mungkin.

f. Adanya kesempatan untuk berkomunikasi ke atas .

g. Peningkatan pengertian tentang nilai pribadi.

h. Kesempatan untuk mendiskusikan permasalahan pekerjaan dan

bagaimana mereka mengatasinya.

i. Adanya pandangan yang lebih jelas tentang konteks pekerjaan.

j. Kesempatan untuk mendiskusikan cita-cita dan bimbingan apa

pun dorongan atau pelatihan yang diperlukan untuk memenuhi cita-cita karyawan.


(53)

k. Meningkatkan hubungan yang harmonis dan aktif dengan atasan.

2. Manfaat bagi penilai ( supervisor / manager)

a. Kesempatan untuk mengukur dan mengidentifikasikan

kecenderungan kinerja karyawan untuk perbaikan manajeman selanjutnya.

b. Kesempatan untuk mengembangkan suatu pandangan umum

tentang pekerjaan individu dan departemen yang lengkap.

c. Memberikan peluang untuk mengembangkan sistem pengawasan

baik untuk pekerjaan manajer sendiri, maupun pekerjaan dari bawahannya.

d. Identifikasi gagasan untuk peningkatan tentang nilai pribadi.

e. Peningkatan kepuasan kerja.

f. Pemahaman yang lebih baik terhadap karyawan, tentang rasa

takut, rasa grogi, harapan, dan aspirasi mereka.

g. Meningkatkan kepuasan kerja baik terhadap karyawan dari para

manajer maupun dari para karyawan.

h. Kesempatan untuk menjelaskan tujuan dan prioritas penilai

dengan memberikan pandangan yang lebih baik terhadap bagaimana mereka dapat memberikan kontribusi yang lebih besar kepada perusahaan.


(54)

i. Meningkatkan rasa harga diri yang kuat diantara manajer dan juga para karyawan, karena telah berhasil mendekatkan ide dari karyawan dengan ide para manajer.

j. Kesempatan bagi para manajer untuk menjelaskan pada karyawan

apa yang sebenarnya diingikan oleh perusahaan dari para karyawan sehingga para karyawan dapat mengukur dirinya, menempatkan dirinya, dan berjaya sesuai dengan harapan dari manajer.

k. Sebagai media untuk menigkatkan interpersonal relationship atau

hubungan antara pribadi antara karyawan dan manajer.

l. Dapat sebagai sarana menimgkatkan motivasi karyawan dengan

lebih memusatkan perhatian kepada mereka secara pribadi.

m.Merupakan kesempatan berharga bagi manajer agar dapat menilai

kembali apa yang telah dilakukan sehingga ada kemungkinan merevisi target atau menyusun prioritas kembali.

n. Bisa mengidentifikasikan kesempatan untuk rotasi atau perubahan

tugas karyawan.

3. Manfaat bagi perusahaan

a. Perbaikan seluruh simpul unit-unit yang ada dalam perusahaan


(55)

1. Komunikasi menjadi lebih efektif mengenai tujuan perusahaan dan nilai budaya perusahaan.

2. Peningkatan rasa kebersamaan dan loyalitas.

3. Peningkatan kemampuan dan kemauan manajer untuk

menggunakan keterampilan dan keahlian memimpinnya untuk memotivasi karyawan dan mengembangkan kemauan dan keterampilan karyawan.

b. Meningkatkan pandangan secara luas menyangkut tugas yang

dilakukan oleh masing-masing karyawan.

c. Meningkatkan kualitas komunikasi.

d. Meningkatkan motivasi karyawan secara keseluruhan.

e. Meningkatkan keharmonisan hubungan dalam pencapaian tujuan

perusahaan.

f. Peningkatan segi pengawasan melekat dari setiap kegiatan yang

dilakukan oleh setiap karyawan.

g. Harapan dan pandangan jangka panjang dapat dikembangkan.

h. Untuk mengenali lebih jelas pelatihan dan pengembangan yang

dibutuhkan.

i. Kemampuan mengenali setiap permasalahan.

j. Sebagai sarana penyampaian pesan bahwa karyawan itu dihargai

oleh perusahaan.

k. Budaya perusahaan menjadi mapan. Setiap kelalaian dan

ketidakjelasan dalam membina sistem dan prosedur dapat dihindarkan dan kebiasaan yang baik dapat diciptakan dan


(56)

dipertahankan. Berita baik bagi setiap orang dan setiap karyawan

akan mendukung pelaksanaan penilaian kinerja, mau

berpartisipasi secara aktif dan pekerjaan selanjutnya dari penilaian kinerja akan menjadi lebih baik.

l. Karyawan yang potensil dan memungkinkan untuk menjadi

pimpinan perusahaan atau sedikitnya yang dapat dipromosikan menjadi lebih mudah terlihat, mudah diidentifikasikan, mudah dikembangkan lebih lanjut, dan memungkinkan peningkatan tanggung jawab secara kuat.

m.Jika penilaian kinerja ini telah melembaga dan keuntungan yang

diperoleh perusahaan menjadi lebih besar, penilaian kinerja akan menjadi salah satu sarana yang paling utama dalam meningkatkan kinerja perusahaan.

2.6 Kerangka Pemikiran

2.6.1 Kerangka Teoritis

Dalam penelitian ini penulis bermaksud untuk mengetahui bagaimana Komunikasi Antar Personal Humas Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat

melalui kegiatan Family Gathering dalam meningkatkan kinerja

karyawannya. Memahami komunikasi dan hubungan antar pribadi dari sudut pandang individu adalah menempatkan pemahaman mengenai komunikasi di dalam proses psikologis. Setiap individu dalam tindakan komunikasi memiliki pemahaman dan makna pribadi terhadap setiap hubungan dimana dia terlibat di dalamnya. Karena pemahaman tersebut bersifat sangat pribadi dan sangat bermakna bagi individu, maka


(57)

pemahaman psikologis acap kali dianggap sebagai makna yang sesungguhnya dari suatu hubungan antar pribadi.

Dengan melalui kegiatan Family Gathering dirasa dapat mengetahui

kondisi psikologis dari setiap individu, program dari kegiatan humas tersebut dinilai paling ampuh dalam menciptakan suatu hubungan komunikasi yang efektif, karena didalamnya banyak terjadi interaksi antarpersonal dari setiap individu.

Komunikasi Antarpersonal akan efektif jika komunikator dan komunikan merasa senang dalam komunikasi tersebut. Jika komunikasi didasarkan pada suka sama suka maka interaksi antara keduanya akan berjalan lancar dan tidak akan mengalami kekeliruan atau kesalahpahaman.

Agar komunikasi efektif, proses penyandian oleh komunikator harus bertautan dengan proses pengawasandian oleh komunikan. Menurut Wlbur Schramm yang dikutip oleh Onong uchjana effendi bahwa:

“Pesan sebagai tanda esensial yang harus dikenal oleh komunikan.

Semakin tumpang tindih bidang pengalaman (field of experience)

komunikator dengan bidang pengalaman komunikan, akan semakin efektif pesan yang disampaikan”. (Effendy, 1991:19).

Komunikasi dapat dikatakan efektif jika:

1. Pesan yang diterima sangat dekat dengan pesan yang dikirim.

2. Tindakan berkomunikasi menggunakan jumlah lambang minimum


(58)

3. Pesan-pesan bukan-verbal selaras dengan pesan yang verbal.

4. Pesan itu mendatangkan jawaban yang diinginkan.

5. Komunikasi itu menghasilkan hubungan saling mempercayai antar

pengirim dan siteralamat. (Pareek, 1984:69-70)

Mengacu pada konsep Devito tentang lima kualitas komunikasi interpersonal dari sudut pandang humanistik bahwa:

“Untuk menciptakan komunikasi Antarpersonal yang efektif dalam

sebuah hubungan yang jelas, harus terdapat 5 kualitas umum yang harus

dimiliki komunikator, yaitu keterbukaan (openness), empati (empathy),

sikap mendukung (suppotiveness), sikap positif (positiveness), dan

kesetaraan (equality)”. (Devito, 1997:259).

1. Keterbukaan (Openness)

Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal yang efektif harus terbuka kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Ini tidaklah berarti bahwa orang harus dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya.memang ini mungkin menarik, tapi biasanya tidak membantu komunikasi. Sebaliknya, harus ada kesediaan untuk membuka diri mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini patut.

Aspek keterbukaan yang kedua mengacu kepada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya merupakan peserta percakapan yang menjemukan. Kita ingin orang bereaksi secara


(59)

terbuka terhadap apa yang kita ucapkan. Dan kita berhak mengharapkan hal ini. Tidak ada yang lebih buruk daripada ketidak acuhan, bahkan ketidak sependapatan jauh lebih menyenangkan. Kita memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan terhadap orang lain. Aspek ketiga menyangkut “kepemilikan” perasaan dan pikiran. Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang anda lontarkan adalah memang milik anda dan anda bertanggung jawab atasnya. Cara terbaik untuk menyatakan tanggung jawab ini adalah dengan pesan yang menggunakan kata Saya (kata ganti orang pertama tunggal).

2. Empati (empathy)

Empati sebagai kemampuan seseorang untuk “mengetahui” apa yang

sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain itu. Bersimpati, di pihak lain adalah merasakan bagi orang lain atau merasa ikut bersedih. Sedangkan berempati adalah merasakan sesuatu seperti orang yang mengalaminya, berada di kapal yang sama dan merasakan perasaan yang sama dengan cara yang sama. Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang. Kita dapat mengkomunikasikan empati baik secara

verbal maupun non verbal. Secara nonverbal, kita dapat

mengkomunikasikan empati dengan memperlihatkan (1) keterlibatan aktif dengan orang itu melalui ekspresi wajah dan gerak-gerik yang sesuai; (2) konsentrasi terpusat meliputi kontak mata, postur tubuh yang penuh


(60)

perhatian, dan kedekatan fisik; serta (3) sentuhan atau belaian yang sepantasnya.

3. Sikap mendukung (supportiveness)

Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat

sikap mendukung (supportiveness). Suatu konsep yang perumusannya

dilakukan berdasarkan karya Jack Gibb. Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. Kita memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap (1) deskriptif, bukan evaluatif, (2) spontan, bukan strategic, dan (3) provisional, bukan sangat yakin.

4. Sikap positif (positiveness)

Kita mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi interpersonal dengan sedikitnya dua cara: (1) menyatakan sikap positif dan (2) secara positif mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi. Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikasi interpersonal terbina jika seseorang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri. Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif. Tidak ada yang lebih menyenangkan daripada berkomunikasi dengan orang yang tidak menikmati interaksi atau tidak bereaksi secara menyenangkan terhadap situasi atau suasana interaksi.


(61)

Dalam setiap situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan. Salah seorang mungkin lebih pandai. Lebih kaya, lebih tampan atau cantik, atau lebih atletis daripada yang lain. Tidak pernah ada dua orang yang benar-benar setara dalam segala hal. Terlepas dari ketidaksetaraan ini, komunikasi anterpersonal akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya, harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan.

Dalam suatu hubungan antarpersonal yang ditandai oleh kesetaraan, ketidaksependapatan dan konflik lebih dilihat sebagai upaya untuk memahami perbedaan yang pasti ada daripada sebagai kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain. Kesetaraan tidak mengharuskan kita menerima dan menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan nonverbal pihak lain. Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain, atau menurut istilah Carl rogers, kesetaraan meminta kita untuk memberikan “penghargaan positif tak bersyarat” kepada orang lain.

Komunikasi Antarpersonal, sama seperti bentuk perilaku, dapat berjalan sangat efektif. Semua tergantung dengan seberapa tinggi tingkat itensitas hubungan dan perjumpaan yang dilakukan didalamnya.

Menurut joseph A. Devito dalam bukunya, komunikasi antarpersonal adalah:

“Komunikasi Antarpersonal adalah “proses pengiriman dan

penerimaan pesan-pesan antara dua orang, atau diantara sekelompok kecil

orang-orang, dengan berbagai efek dan beberapa umpan balik seketika”


(62)

among a small group of persons, with some effect and some immediate feedback). (Devito 1984 :4)".

Dalam komunikasi antarpersonal hubungan yang terjadi antar komunikan dan komunikator terdapat beberapa elemen yaitu:

1. Konteks, adalah pengaruh lingkungan pada saat berlangsungnya

komunikasi, minimal ada empat macam konteks yaitu kontak fisik, sosial, psikologis, dan waktu.

2. Ruang lingkup pengalaman, berkaitan dengan pengetahuan,

kepribadian dan sikap individu.

3. Umpan balik, adalah respon dari pesan yang menghasilkan efek.

4. Efek, berkaitan dengan sikap dan tindakan yang dihasilkan.

Proses komunikasi Antarpersonal yang melibatkan pribadi-pribadi (komunikan) secara langsung dan utuh antara satu dengan yang lainnya dalam penyampaian dan penerimaan pesan. Komunikasi Antarpersonal terjadi secara timbal balik, sehingga bilamana komunikator menyampaikan pesan maka komunikator bisa langsung mengetahui reaksi komunikan pada saat itu pula, dengan begitu pula sebaliknya jawaban atau reaksi dari komunikan akan menjadi arus balik dan pada saat itu komunikan berubah menjadi komunikator.

Oleh Karena komunikator dan komunikan saling bertatap muka, maka

terjadilah umpan balik yang berlangsung seketika (immediate feedback).

Artinya jika respon tanggapan komunikan positif terhadap pesan, maka terjadi perubahan sikap, kepercayaan, dan prilaku pada komunikan. Respon terhadap pesan bisa diketahui langsung dari komunikan, baik raut muka,


(63)

gaya dan perasaannya, sehingga jika tanggapan komunikan negatif terhadap pesan, maka kita bisa langsung mengubah gaya penyampaian kita selanjutnya.

2.6.2 Kerangka Konseptual

Gambar 2.1

Aplikasi Komunikasi Antarpersonal Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat

Sumber : Peneliti 2012

Berdasarkan gambar di atas dalam kerangka teoritis dapat di katakan bahwa Komunikasi Antarpersonal dalam Badan Narkotika Provinsi Jawa

Barat melalui Family Gathering yang dilakukan oleh divisi humas,


(64)

Provinsi Jawa Barat dalam meningkatkan kinerja karyawan di Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat.

Tentunya dalam sebuah instansi / lembaga yang besar, pentingnya seorang Humas dalam meningkatkan suatu hubungan yang baik itu sangat

penting baik dalam hal apa saja, seperti pentingnya kegiatan Family

Gathering, dimana disaat para karyawan lelah dan penat dengan kesibukan pekerjaanya, disini seorang Humas dituntut untuk mengadakan kegiatan

positif yaitu Family Gathering, dimana family gathering dianggap kegiatan

yang sukses dalam membina hubungan yang baik antar karyawan dan dapat pula menumbuhkan semangat baru demi meningkatkan kinerja para karyawan, dan dinilai sangat bermanfaat bagi tiap karyawan dimana dalam kegiatan itu banyak terjadi interaksi komunikasi antarpersonal di lingkungan karyawan Perusahaan atau Instansi tanpa pandang kedudukan dan jabatan. Dalam hal Humas pada Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat

sudah melakukan Komunikasi Antapersonal melalui kegiatan Family

Gathering yang dimana dalam melakukan Komunikasi Antarpersonal dapat menumbuhkan suatu hubungan yang baik dan meningkatkan kinerja karyawannya, hal ini dilakukan agar antara setiap para karyawan Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat dapat bekerja sama dengan baik dalam melakukan pekerjaan di dalam Instansi / Lembaga.

Melihat dari teori diatas, jika dikaitkan dengan penelitian dengan yang peneliti buat dapat dikatakan bahwa pengaruh dari seorang humas di Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat sangat diperlukan dalam membangun hubungan yang baik antar karyawan Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat


(65)

dalam hal melakukan suatu pekerjaan dalam perusahaan agar setiap karyawan mempunyai sikap yang baik sesama karyawan, sehingga pekerjaan tersebut dapat di kerjakan dengan baik supaya memperoleh hasil yang baik pula dalam instansi / lembaga.

Humas Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat melalui kegiatan family

gathering telah menjalankan komunikasi yang sesuai dalam meningkatkan kinerja karyawannya yakni dengan menggunakan Komunikasi Antar Personal. Dimana Humas tersebut melakukan suatu bentuk komunikasi melalui percakapan secara langsung antara Pimpinan Humas dengan karyawan agar terbentuk suatu keharmonisan di antara sesama karyawan demi menciptakan situasi yang kondusif serta membentuk suatu hasil kerja yang baik dan positif di lingkungan Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat.


(1)

101

media komunikasi, agar bisa menghemat waktu dan lebih efektif dan informasi yang didapat oleh para karyawan pada lebih cepat diterima.

3. Sebaiknya Humas Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat lebih meningkatkan SDM (Sumber Daya Manusia), baik kualitas dan kuantitasnya dengan cara menambah pengetahuan sesuai dengan spesifikasi keilmuan khususnya ilmu humas begitu pula dengan terus melakukan pembenahan terhadap sarana dan prasarana dilingkungan kantor agar lebih mendapatkan inspirasi – inspirasi baru dan suasana kerja yang baru sehingga karyawan lebih termotivasi lagi dalam melakukan pekerjaan.

Bagi Peneliti Selanjutnya

1. Sebaiknya sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu banyak berkomunikasi dengan bapak/ibu karyawan yang bekerja di lembaga/instansi yang menjadi tempat anda melakukan penelitian, agar anda tahu hal apa yang dapat diteliti di lembaga/instansi itu.

2. Sebaiknya banyak bersosialisasi dengan bapa/ibu staf yang bekerja di lembaga/instansi tempat anda melakukan penelitian agar bila anda membutuhkan segala sesuatu yang berhubungan


(2)

102

dengan penelitian yang anda lakukan bisa mudah untuk mendapatkannya.

3. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan rujukan untuk penelitian dalam bidang Ilmu Komunikasi secara umum dan penelitian sejenis secara khusus.


(3)

103

DAFTAR PUSTAKA

Abdrurrachman, Oemi. 1995. Dasar-Dasar Public Relations. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

Bungin, Burhan. 2001. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Jakarta. PT Raja Grapindo Persada.

Cangara, Hafied. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

De Vito, Joseph, A, The Interpersonal Communication Book, Professional Book, Jakarta, 1989.

Effendi Uchjana, Onong. , 2003. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, PT. Citra Aditya Bhakti, Bandung.

Hikmat, M. Mahi. 2001. Metode Penelitian Dalam Perspektif Ilmu Komunikasi

Dan Sastra, Bandung: Graha Ilmu.

Kuswarno, Engkus. , 2009. Metode Penelitian Komunikasi: Fenomenologi,

Konsepsi, Pedoman dan Contoh Penelitiannya, Widya Padjajaran,

Perpustakaan Pusat UII.

Liliweli, Alo. 1997. Komunikasi Antar Pribadi, Bandung : Citra Aditiya Bakti. Rakhmat, Jalaludin. , 1998. Metode Penelitian Komunikasi, Remaja Rosda Karya,

Bandung.

Ruslan, Rosady. , 2003. Metode Penelitian Public Relations & Komunikasi, Raja Grafindo Persada, Jakarta.


(4)

104

Sukmadinata, . 2006. Metode Penelitian Pendidikan, Remaja Rosdakarya, Bandung.

Moleong, Alex. 2001. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung. Remaja Rosdakarya.

Mulyana Deddy,Ph.D, M.A. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung. PT

Remaja Rosdakarya.

Wiryanto. 2001. Pengantar Ilmu Komunikasi. Everet M Rogers dan Lawrence(1981:8). Jakarta. PT Grasindo.

Sumber Lain:

_

http://kampuskomunikasi.blogspot.com/2008/04/komunikasi-interpersonal.html pada hari rabu tanggal 30/03/2012 pukul 9.14. _

http://dewi.students-blog.undip.ac.id/tag/efektivitas/ pada hari rabu tanggal 30/03/2012 pukul 20:19.

Gina Sari Komara, Strategi Public Relations Pt. Kereta Api (Persero) Pusat Bandung Untuk Meningkatkan Informasi Mengenai Kereta Api Kepada Setiap Divisi Melalui Penyebaran Kliping.

Arif Guntur, Sejauhmana Efektivitas humas PT. Cipta TPI melalui Media


(5)

140

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Ayub Badrudin

Nama Panggilan : Ayub

Tempat,Tanggal Lahir : Majalengka, 31 Juli 1987

Alamat : Jl. Puri Dago IV, Komplek Puri Dago Antapani Bandung

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Pekerjaan : 1. Mahasiswa

2. Staf Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat

Ponsel : 0818230945

Tinggi/Berat : 178 / 68 kg

Hobby : Sepak Bola, Futsal, Billiard, Travelling

Facebook : Ayub_Vanz@yahoo.com


(6)

141

PENDIDIKAN FORMAL

2003-2005 : SMUN 1 Majalengka

2002-2003 : SMU Al-Azhar 5 Cirebon

1999-2002 : SLTP Negeri 7 Cirebon.