Budi Sanusi Abdurachman, 2013 Perencanaan Dan Pembuatan Sistem Pentanahan Laboratarium Tegangan Tinggi
Universitas Pendidikan Indonesia
| Repository.Upi.Edu
| Perpustakaan.Upi.Edu
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengumpulan Data
Dari hasil data yang di peroleh saat melakukan penelitian di dapat seperti pada table berikut ini.
Tabel 4.1 Hasil penelitian Tahanan
ohm Titik A Titik B Titik C Titik D Titik E
Titik F Paralel 34
Ω 20
Ω 54
Ω 65
Ω 40
Ω 30
Ω 6,1
Ω
Dari hasil pengukuran pentanahan di atas dapat di peroleh data yang di tunjukan pada tabel 4.1, sedangkan untuk kedalaman tanah pada saat
membuat pentanahan adalah 6 meter dengan 6 titik yang berbeda kemudian di paralelkan dan menggunakan elektroda batang. Selanjutnya hasil perhitungan
pentanahan di tiap-tiap titiknya adalah sebagai berikut:
a. Hasil pengukuran di titik A
R
P
≤ 50
I
A
�
�
= 50
�
�
I
A
= 50
34 = 1,47 Ampere
b. Hasil pengukuran di titik B
R
P
≤ 50
I
A
�
�
= 50
�
�
I
A
= 50
20
44
Budi Sanusi Abdurachman, 2013 Perencanaan Dan Pembuatan Sistem Pentanahan Laboratarium Tegangan Tinggi
Universitas Pendidikan Indonesia
| Repository.Upi.Edu
| Perpustakaan.Upi.Edu
= 2,5 Ampere
c. Hasil pengukuran di titik C
R
P
≤ 50
I
A
�
�
= 50
�
�
I
A
= 50
54 = 0,93 Ampere
d. Hasil pengukuran di titik D
R
P
≤ 50
I
A
�
�
= 50
�
�
I
A
= 50
65 = 0,77 Ampere
e. Hasil Pengukuran di titik E
R
P
≤ 50
I
A
�
�
= 50
�
�
I
A
= 50
40 = 1,25 Ampere
f. Hasil pengukuran di titik F
R
P
≤ 50
I
A
45
Budi Sanusi Abdurachman, 2013 Perencanaan Dan Pembuatan Sistem Pentanahan Laboratarium Tegangan Tinggi
Universitas Pendidikan Indonesia
| Repository.Upi.Edu
| Perpustakaan.Upi.Edu
�
�
= 50
�
�
I
A
= 50
30 = 1,67 Ampere
g. Hasil Grounding yang baru setelah di paralelkan
Hasil tahanannya adalah 6,1 ohm dengan menggunakan earth tester.
Titik F Titik C
Titik B
Titik A Titik E
Titik D
Rp 30 Ω
Rp 54 Ω
Rp 20 Ω
Rp 40 Ω
Rp 65 Ω
Rp 34 Ω
Rangkaian Grounding baru
Gambar 4.1 Rangkaian grounding baru
Dengan perhitungan sebagai berikut: 1
R
P
= 1
R
A
+ 1
R
B
+ 1
R
C
+ 1
R
D
+ 1
R
E
+ 1
R
F
+ 1
R
G
=
1 34
+
1 20
+
1 54
+
1 65
+
1 40
+
1 30
= 0,029 + 0,05 + 0,018 + 0,015 + 0,025 + 0,033
1 R
P
= 0,17 R
P
= 5,88 Ohm Sedangkan dengan menggunakan perhitungan rumus hasil resistansinya
adalah 5,88 ohm. h.
Hasil Grounding yang sudah terpasang di Lab. Tegangan tinggi. R
P
≤ 50
I
A
�
�
= 50
�
�
46
Budi Sanusi Abdurachman, 2013 Perencanaan Dan Pembuatan Sistem Pentanahan Laboratarium Tegangan Tinggi
Universitas Pendidikan Indonesia
| Repository.Upi.Edu
| Perpustakaan.Upi.Edu
I
A
= 50
1,6 = 31,25 Ampere
i. Hasil Grounding setelah di paralelkan keduanya
Hasil tahanannya adalah 0,68 dengan menggunakan earth tester.
Titik F Titik C
Titik B
Titik A Titik E
Titik D
Ground Lab. Yang terpasang
Rp 30 Ω
Rp 54 Ω
Rp 20 Ω
Rp 40 Ω
Rp 65 Ω
Rp 34 Ω
Rp 1.6 Ω
Rangkaian Grounding Paralel
Gambar 4.2 Rangkaian Grounding Paralel
Dengan perhitungan sebagai berikut: 1
R
P
= 1
R
Sudah terpasang
+ 1
R
Baru
=
1 1,6
+
1 6,1
= 0,63 + 0, 16 1
R
P
= 0,79 R
P
= 1,26 Ohm Sedangkan dengan perhitungan hasil yang di dapat adalah 1,26 ohm.
Dari hasil data yang telah di peroleh, sistem pentanahan yang digunakan baik untuk pentanahan netral dari suatu sistem tenaga listrik,
pentanahan sistem penangkal petir dan pentanahan untuk suatu peralatan khususnya dibidang telekomunikasi dan elektronik perlu mendapatkan
perhatian yang serius, karena pada prinsipnya pentanahan tersebut merupakan
47
Budi Sanusi Abdurachman, 2013 Perencanaan Dan Pembuatan Sistem Pentanahan Laboratarium Tegangan Tinggi
Universitas Pendidikan Indonesia
| Repository.Upi.Edu
| Perpustakaan.Upi.Edu
dasar yang digunakan untuk suatu system proteksi. Tidak jarang orang umum awam maupun seorang teknisi masih ada kekurangan dalam memprediksikan
nilai dari suatu hambatan pentanahan. Besaran yang sangat dominan untuk diperhatikan dari suatu sistem pentanahan adalah hambatan sistem suatu
sistem pentanahan tersebut. Sampai dengan saat ini orang mengukur hambatan pentanahan hanya dengan menggunakan earth tester yang
prinsipnya mengalirkan arus searah ke dalam system pentanahan, sedang kenyataan yang terjadi suatu system pentanahan tersebut tidak pernah dialiri
arus searah. Karena biasanya berupa sinusoidal AC atau bahkan berupa impuls petir dengan frekuensi tingginya atau berbentuk arus berubah waktu
yang sangat tidak menentu bentuknya. system pentanahan sangat tergantung pada frekuensi dasar dan
harmonisanya dari arus yang mengalir ke system pentanahan tersebut. Dalam suatu pentanahan baik penangkal petir atau pentanahan netral sistem tenaga
adalah berapa besar impedansi system pentanahan tersebut.
Besar impedansi pentanahan tersebut sangat dipengaruhi oleh banyak faktor baik faktor internal atau eksternal. Yang dimaksud dengan fator
internal meliputi: a. Dimensi konduktor pentanahan diameter atau panjangnya.
b. Resistivitas relative tanah. c. Konfigurasi system pentanahan.
Yang dimaksud dengan faktor eksternal meliputi : a. Bentuk arusnya pulsa, sinusoidal, searah.
b. Frekuensi yang mengalir ke dalam system pentanahan.
Untuk mengetahui nilai-nilai hambatan jenis tanah yang akurat harus dilakukan pengukuran secara langsung pada lokasi yang digunakan untuk
system pentanahan karena struktur tanah yang sesungguhnya tidak
48
Budi Sanusi Abdurachman, 2013 Perencanaan Dan Pembuatan Sistem Pentanahan Laboratarium Tegangan Tinggi
Universitas Pendidikan Indonesia
| Repository.Upi.Edu
| Perpustakaan.Upi.Edu
sesederhana yang diperkirakan, untuk setiap lokasi yang berbeda mempunyai hambatan jenis tanah yang tidak sama.
4.2 Hasil Pengukuran Pentanahan