1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang M asalah
Penurunan moral dalam diri masyarakat t erlihat semakin nyat a akhir- akhir ini. Sangat ironis bahw a penurunan t ersebut t erjadi di set iap lapisan
masyarakat , mulai dari generasi muda hingga pada elit e negeri ini. Kondisi ini menjadikan banyak pihak unt uk menyalahkan, menyudut kan, dan juga
melont arkan berbagai macam krit ikan t erhadap dunia pendidikan Indonesia. Hal ini bukan suat u hal yang berlebihan karena pada dasarnya, pendidikan
merupakan salah sat u elemen pent ing bagi pembent ukan karakt er individu, sepert i pembent ukan perilaku dan cara pandang. Dalam segala sendi
kehidupan, perilaku manusia at au akhlak menjadi sebuah indikat or ut ama dalam keberlangsungan kehidupan yang lain. M anusia yang berakhlak baik akan
menjadikan kehidupannya lebih t ert at a dan t erat ur sesuai dengan at uran agama maupun Undang-undang.
M enurut Rahmat Djat mika 1996, kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia mempunyai t empat t erpent ing, baik sebagai individu maupun
bermasyarakat dan berbangsa. Hal ini t idak lain karena jat uh dan bangunnya, sejaht era at au rusaknya sebuah negara dan masyarakat bergant ung pada
bagaimana akhlak manusia yang hidup di dalamnya. Akhlak yang baik akan mencipt akan kesejaht eraan, kemakmuran, dan ket et eraman sebuah bangsa.
Akan t et api, akhlah individu yang buruk akan menjadikan kerusuhan dan kehancuran sebuah bangsa.
Generasi yang berakhlak mulia menjadi sebuah salah sat u t ujuan ut ama dalam t ujuan pendidikan Indonesia. Dasar dari t ujuan t ersebut t ermuat dalam
UU no. 20 t ahun 2003, bab II pasal 3 mengenai fungsi dan t ujuan pendidikan nasional. Dalam Undang-undang t ersebut disebut kan bahw a pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membent uk w at ak sert a peradaban bangsa yang bermart abat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa dan bert akw a pada Tuhan Yang M aha Esa, berakhlak mulia, sehat , berilmu, cakap, kreat if, mandiri, dan menjadi w arga negara yang demokrat is
sert a bert anggung jaw ab. Berpijak pada t ujuan nasional t ersebut , sudah menjadi sebuah keharusan
bagi dunia pendidikan nasional unt uk mampu mew ujudkannya. Bukan hal yang berlebihan apabila pembent ukan akhlak mulia pada diri anak didik dijadikan
sebagai sebuah t ujuan ut ama pelaksanaan prakt ik pendidikan di Indonesia. Ini dapat diaw ali dengan memberikan kesadaran pada diri para pendidik mengenai
urgensi hal t ersebut . Selanjut nya, pelaksanaan pendidikan perlu disert ai dengan penguat an nilai-nilai agama.
Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk muslim t erbesar. Dengan kondisi t ersebut , nilai-nilai Islam dapat dit erapkan sebagai
salah sat u upaya mew ujudkan t ujuan pendidikan nasional t ersebut di at as. Penerapan nilai-nilai Islam di dalam pelaksanaan pendidikan nasional
diharapkan mampu memberikan penguat an dan memberikan kont ribusi yang besar t erhadap pembent ukan akhlak mulia pesert a didik. Penerapan t ersebut
dapat dilakukan dengan mengint egrasikan mat eri-mat eri pembelajaran dengan nilai-nilai Islam. Sebagai cont oh dengan menyisipkan mat eri-mat eri akhidah dan
syariah. Persepsi t ersebut di at as muncul sebagai salah sat u solusi yang dapat
dit aw arkan berdasar pada kompleksnya permasalahan yang t erjadi di pendidikan nasional. Permasalahan ini dapat dilihat dari t erjadinya
kemunduran akhlak pada diri pesert a didik dan bahkan pada diri pendidik. Kenyat aan t ersebut diperkuat dengan adanya berbagai macam pemberit aan
mengenai berbagai macam pelanggaran, mulai dari pelanggaran asusila hingga hal yang berbau kriminal yang t urut memberikan sumbangan noda hit am bagi
dunia pendidikan nasional. Selain it u, juga dapat dilihat pada perilaku yang dit unjukkan oleh para elit e negeri ini yang t idak sedikit pula melakukan
berbagai penyimpangan, baik agama, hukum, maupun sosial. Ada berbagai bent uk dan cont oh nyat a berbagai penyimpangan yang
t erjadi di Indonesia. Penyimpangan yang dilakukan oleh remaja yang not abene masih berst at us sebagai pelajar at au mahasisw a, ant ara lain bolos pada jam
sekolah, merebaknya geng mot or yang pada akhirnya banyak t erjadi kebut- kebut an di jalanan, minum minuman keras, penyalahgunaan obat-obat an
t erlarang, hingga pada t indakan asusila. Penyimpangan yang t erjadi pada elit e pun t idak jauh berbeda, misalnya t indak korupsi, kolusi, dan nepot isme yang
makin merebak di segala lini, perebut an kekuasan, dan t indakan asusila pun t idak luput menjangkit i diri para elit e.
Indikat or lain dari penurunan perilaku ini adalah sopan sant un individu yang mulai berkurang. Sopan sant un ini dilihat pada perilaku dan bahasa yang
digunakan. Perilaku menghargai dan kat a-kat a halus dari individu kini menjadi sebuah barang mew ah dalam kehidupan sehari-hari. Individu cenderung
mement ingkan dirinya sendiri dan mengabaikan kepent ingan orang lain. Individu juga cenderung mengabaikan perasaan orang lain dan mengart ikan
kebebasan berpendapat adalah kebebasannya unt uk berpendapat apapun dengan mengabaikan orang lain.
Apabila dilihat lebih dalam , permasalahan t ersebut t idak sepenuhnya disebabkan oleh remaja at au anak t et api lebih dari it u. Pendidikan yang anak-
anak t erima baik dari sekolah maupun yang dit anamkan di dalam keluarga perlu kit a koreksi lebih dalam. Sebenarnya banyak dari anak-anak at au remaja
yang melakukan penyimpangan-penyimpangan t ersebut just ru mereka yang berasal dari lat ar belakang keluarga dan lat ar pendidikan yang bagus t et api
banyak dari mereka yang just ru keluar dari garis-garis ket erat uran sosial. Perlu kit a memahami bagimana pendidikan yang disampaikan kepada anak-anak ini
menempat kan pada pemahaman dan porsi yang t epat yang bisa dit erima oleh anak. Banyak kasus yang berseberangan dengan t eori sert a konsep yang
dikemukakan oleh para ahli dan t okoh pendidikan maupun t okoh psikologi
t ent ang konsep pendidikan yang sesuai dengan pemahaman dan porsi yang pas bagi anak.
Pembinaan keimanan dan t aqw a di sekolah bukan hanya t anggung jaw ab guru agama. Set iap komponen dalam pendidikan harus ikut bert anggung jaw ab
secara serius agar t ercipt a sat u kondisi yang memungkinkan t erint egrasinya nilai-nilai keimanan dan ket akw aan dalam set iap proses pembelajaran. Set iap
guru bidang st udi hendaknya t idak hanya mengajarkan bidang st udinya, namun juga harus mampu mengint egrasikan nilai-nilai keimananan dan ket akw aan
dalam set iap proses pembelajaran t ersebut . Pendidikan merupakan proses int ernalisasi budaya ke dalam diri individu
dan masyarakat menjadi beradab. Selain proses int ernalisasi pendidikan juga sebuah met amorfosa berbagai macam pot ensi yang sudah ada, dengan
harapan dapat berkembang dengan baik sert a bermanfaat bagi individu dan masyarakat. Paraw ansa, 2012: 1. Dengan demikian, pembinaan keimanan
dan ket akw aan t erint egrasi dengan perkembangan ilmu penget ahuan dan t eknologi. Demikian halnya dengan int egrasi nilai imt aq iman dan t aqw a
dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Pengint egrasian nilai-nilai keimanan dan t aqw a ke dalam mat a pelajaran
merupakan salah sat u aspek dari pendidikan karakt er. Pendidikan karakt er adalah suat u sist em penanaman nilai-nilai karakt er kepada w arga sekolah yang
meliput i komponen penget ahuan, kesadaran at au kemauan, dan t indakan unt uk melaksanakan nilai-nilai t ersebut , baik t erhadap Tuhan Yang M aha Esa
YM E, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. Dalam pendidikan karakt er di sekolah, semua komponen
st akeholders harus dilibat kan, t ermasuk komponen-komponen pendidikan it u sendiri, yait u isi kurikulum , proses pembelajaran dan penilaian, kualit as
hubungan, penanganan at au pengelolaan mat a pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan akt ivit as at au kegiat an ekst ra kurikuler, pemberdayaan sarana
prasarana, pembiayaan, dan et os kerja seluruh w arga dan lingkungan sekolah. M enurut Lickona 1992 , karakt er berkait an dengan konsep moral moral
knonw ing , sikap moral moral felling, dan perilaku moral moral behavior.
Berdasarkan ket iga komponen ini dapat dinyat akan bahw a karakt er yang baik didukung oleh penget ahuan t ent ang kebaikan, keinginan unt uk berbuat baik,
dan melakukan perbuat an kebaikan. Hal ini dikemukakan oleh Lickona sebagai berikut :
“ Charact er as a reliable inner disposit ion t o respond t o sit uat ion in a morraly good w ay, charact er so conceived has t hree int erelat ed
part s: moral know ing, moral feeling, and moral behavior” Lickona,
1991. Berdasarkan t ujuan pendidikan nasional, maka pendidikan karakter
adalah suat u program pendidikan sekolah dan luar dekolah yang mengorganisasikan dan menyederhanakan sumber-sumber moral dan disajikan
dengan memerhat ikan
pert imbangan psikologis
unt uk pert imbangan
pendidikan. Tujuan pendidikan karakt er adalah mengajarkan nilai-nilai t radisional t ert ent u, nilai-nilai yang dit erima secara luas sebagai landasan
perilaku yang baik dan bert anggung jaw ab. Nilai-nilai ini juga digambarkan sebagai perilaku moral, Zuhdi 2012 .
Pendidikan karakt er selama ini baru dilaksanakan pada jenjang pendidikan pra sekolah madrasah t aman kanak-kanak at au
raudhatul athfāl
. Sement ara pada jenjang sekolah dasar dan set erusnya kurikulum di Indonesia
masih belum opt imal dalam menyent uh aspek karakt er ini, meskipun sudah ada mat eri pelajaran Pancasila dan Kew arganegaraan , Rohmat M ulyana 2004..
Padahal jika Indonesia ingin memperbaiki mut u sumber daya manusia dan segera bangkit dari ket inggalannya, maka Indonesia harus merombak sist em
pendidikan yang ada, ant ara lain memperkuat pendidikan karakt er. Di sisi lain pendidikan karakt er pada anak usia dini , dew asa ini sangat di
perlukan di karenakan saat ini Bangsa Indonesia sedang mengalami krisis karakt er dalam diri anak bangsa. Karakt er di sini adalah w at ak, t abiat , akhlak,
at au kepribadian seseorang yang t erbent uk dari hasil int ernalisasi berbagai kebajikan yang diyakini dan digunakan sebagai landasan unt uk cara pandang,
bepikir, bersikap dan bert indak. Kebajikan t ersebut berupa Sejum lah nilai moral, dan norma, sepert i jujur, berani bert indak, dapat dipercaya, hormat
pada orang lain, disiplin, mandiri, kerja keras, kreat if. Pendidikan karakt er di nilai sangat pent ing unt uk di mulai pada anak usia
dini karena pendidikan karakt er adalah proses pendidikan yang dit ujukan unt uk mengembangkan nilai, sikap, dan perilaku yang memancarkan akhlak mulia
at au budi pekert i luhur. Nilai-nilai posit if dan yang seharusnya dimiliki
seseorang menurut ajaran budi pekert i yang luhur t ersebut perlu diint ernalisasikan sejak dini.
Bat asan pendidikan yang dibuat para ahli t ampak begit u beraneka ragam dan kandungannya juga berbeda ant ara yang sat u dengan yang lain. Pendidikan
selalu dapat dibedakan menjadi t eori dan prakt ek, t eori pendidikan adalah penget ahuan t ent ang makna dan bagaimana seyogyanya pendidikan it u
dilaksanakan. Sedangan prakt ek adalah t ent ang pelaksanaan pendidikan secara konkret nya. Teori dan prakt ek it u seyogyanya t idak dipisahkan, siapa yang
berkecimpung di bidang pendidikan sebaiknya menguasai kedua hal it u Sagala 2006.
Berdasarkan uraian di at as, membuat penulis merasa t ermot ivasi unt uk mengkaji akhlak sisw a dan int ernalisasi nilai-nilai Islam unt uk pembent ukan
akhlak dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SD M uhammadiyah 16 Karangasem, Law eyan, Surakart a. SD M uhammadiyah 16 Karangasem Law eyan
Surakart a sebagai lembaga formal ingin menanamkan sejak dini ajaran Islam lew at int ernalisasi nilai-nilai Islam kepada para sisw anya melalui kegiat an
berbagai kegiat an. Tent u saja hal ini sangat baik dit anamkan kepada para sisw a dengan pembiasaan at aupun dengan ket eladanan maka akan melekat pada diri
mereka unt uk selalu menjalankan ajaran Islam dan menjadi hamba Allah sesuai dengan ket ent uan Al-Qur’an dan Sunnah nabi.
B. Fokus Penelitian