Pragita Dyah Ambarwati, 2014 KAJIAN KUALITAS AIR TANAH DI SEKITAR KAWASAN BUDIDAYA IKAN PADA KERAMBA JARING
APUNG DI WADUK JATILUHUR KABUPATEN PURWAKARTA
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Air merupakan komponen pokok dan mendasar dalam memenuhi kebutuhan seluruh makhluk hidup di bumi. Menurut Indarto 2012 :
Air adalah substansi yang paling melimpah di permukaan bumi, merupakan komponen utama bagi semua makhluk hidup, dan merupakan
kekuatan utama yang secara konstan membentuk permukaan bumi. Air juga merupakan faktor penentu dalam pengaturan iklim di permukaan
bumi untuk kebutuhan hidup manusia.
Persebaran air di muka bumi mencapai volume sebesar 1,386 juta Km
3
70,8, sehingga bumi ini sebagian besar ditutupi oleh perairan. Dari total air di bumi kurang lebih sebesar 97 merupakan air laut dan sisanya kurang lebih 3
adalah air tawar baik dalam bentuk es glacier, air di atmosfer, air permukaan, dan air bawah tanah.
Fungsi air dalam kehidupan kita tidak hanya memenuhi kebutuhan secara fisik tubuh manusia, tapi juga untuk memenuhi kebutuhan aktivitas manusia
sehari-hari, baik digunakan untuk mencuci pakaian, mandi, dan memenuhi kebutuhan manusia lainnya. Bahkan makhluk hidup lain yang berupa binatang,
dan tumbuhan mengkonsumsi air sebagai pemenuh kebutuhannya. Sumber air yang digunakan dapat berasal dari danau, sungai ataupun mata air, hingga air
bawah tanah seperti airtanah. Selain karena kuantitasnya yang banyak, air tanah merupakan sumber air bersih yang baik. Air termasuk sumberdaya alam yang
dapat diperbaharui oleh alam, namun kenyataannya bahwa ketersediaan air tawar tidak pernah bertambah Kantor Menteri Negara KLH, 1992. Wright dan Nebel
dalam Susilastuti 2011 mengatakan bahwa : “air selalu dalam keseimbangan water balance
pada siklus air”. Ada tiga aspek penting yang harus diperhatikan dalam penyediaan air
bersih di suatu kawasan, yaitu: aspek kuantitas, kualitas dan kontinuitas. Aspek
2
Pragita Dyah Ambarwati, 2014 KAJIAN KUALITAS AIR TANAH DI SEKITAR KAWASAN BUDIDAYA IKAN PADA KERAMBA JARING
APUNG DI WADUK JATILUHUR KABUPATEN PURWAKARTA
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
kuantitas yang berhubungan dengan kebutuhan air bersih, debit air baku yang tersedia dan kapasitas dari fasilitas pengolahan air bersih dan air kotor. Aspek
kualitas yang berhubungan dengan standar air bersih ataupun air baku untuk diolah menjadi air bersih atau air minum. Kemudian Aspek kontinuitas
berhubungan dengan jaminan ketersediaan air baku untuk diolah menjadi air bersih, untuk itu perlu diketahui tinggi air sungai minimum yang terjadi pada
musim kemarau untuk dapat memenuhi kebutuhan air bersih. Di sepanjang aliran Ci Tarum terdapat 3 tiga waduk besar yang secara
berurutan dari hulu yaitu Waduk Saguling, Cirata, dan Djuanda Jatiluhur. Ketiganya dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik tenaga air PLTA serta untuk
memenuhi kebutuhan air irigasi sawah di sebagian besar wilayah Kabupaten Cianjur, Kabupaten Purwakarta, wilayah pesisir di Kabupaten Karawang,
Kabupaten Bekasi, serta digunakan untuk pasokan air minum DKI Jakarta. Fungsi atau peran utama waduk sebenarnya untuk dapat mengendalikan sumberdaya air
baik secara kualitas, kuantitas maupun kontinyuitas. Sebagai pengendali kualitas air, waduk memiliki kemampuan untuk melakukan penjernihan atau pembersihan
air yang tertampung secara alami natural selfpurification capacity dari bahan tersuspensi maupun terlarut sehingga air yang dilepas dari waduk bisa memenuhi
baku mutu air irigasi, pembudayaan ikan air tawar, dan peternakan. Supangat, A. B. dan Paimin 2007, mengemukakan bahwa:
Dibalik keberhasilan peran waduk sebagai purifikator bahan pencemar maka sebenarnya daerah genangan waduk sendiri merupakan daerah
akumulasi pengendapan bahan polutan, baik bahan terlarut maupun tersuspensi, yang dikemudian hari kemungkinan memberikan dampak
negatif terhadap lingkungan sekitarnya.
Ci Tarum merupakan induk dari berbagai sub DAS yang bermuara ke Ci Tarum, sekaligus menjadi muara dari berbagai macam limbah yang mengalir
bersamaan dengan aliran air dari sub DAS tersebut. Berdasarkan catatan Badan Pengelola Waduk Cirata, Sungai Citarum sepanjang 268 kilometer yang menjadi
sumber utama Waduk Saguling, Cirata dan Jatiluhur itu setidaknya menampung limbah dari 1.000 industri. Pencemaran juga diduga berasal dari limbah pabrik
3
Pragita Dyah Ambarwati, 2014 KAJIAN KUALITAS AIR TANAH DI SEKITAR KAWASAN BUDIDAYA IKAN PADA KERAMBA JARING
APUNG DI WADUK JATILUHUR KABUPATEN PURWAKARTA
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
industri tekstil dan lainnya yang terdapat di kawasan Kabupaten Bandung. Kebanyakan, industri itu berada di hulu sungai, terutama di daerah cekungan
Bandung. Limbah-limbah yang masuk ke sungai citarum akan mengendap dan terakumulasi di danau saguling sebagai outlet pertama dari aliran DAS Citarum
yang berikutnya akan dialirkan ke waduk Cirata dan Waduk Jatiluhur. Waduk Jatiluhur selain digunakan untuk sumber air bersih bagi
masyarakat dan PLTA, Waduk Jatiluhur juga dimanfaatkan sebagai lokasi budidaya keramba jaring apung KJA yang sekarang ini sudah melampaui batas
maksimum yang sudah ditentukan. Data perkembangan usaha budidaya ikan kermba jaring apung dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1.1 Perkembangan Usaha Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung
No Tahun
Populasi Ditertibkan Populasi dalam zone
Luar Zona
Ada kontrak
SPPA Tidak ada
kontrak SPPA
1 2009
19.279 134
16.545 1.641
1.093 2
2010 19.630
424 12.592
3.953 3.085
3 2011
21.579 827
14.488 3.091
4.000 4
2012 20.752
272 13.665
3.087 4.000
Sumber: Data Perkembangan Usaha Budidaya KJA Perum Jasa Tirta II, 2013 Menurut Tabel 1.1 Data Perkembangan Usaha Budidaya Ikan Keramba
Jaring Apung di Waduk Ir. H. Djuanda Jatiluhur periode tahun 2009 sampai dengan 2012, mengemukakan bahwa populasi keramba jaring apung dari tahun
2009 sampai 2012 terlihat peningkatan populasi yang cukup signifikan. Pada tahun 2009 populasi keramba jaring apung mencapai 19.279 keramba jaring
apung, pada tahun 2010 mencapai 19.630 keramba jaring apung, pada tahun 2011 mencapai 21.579 keramba jaring apung dan pada tahun 2012 terdapat 20.752
keramba jaring apung. Selain itu, terlihat banyak keramba jaring apung yang tidak memiliki SPPA atau Surat Perizinan Pemanfaatan Air, surat ini yang menjadi
bukti bahwa keramba jaring apung yang berada di waduk jatiluhur adalah legal.
4
Pragita Dyah Ambarwati, 2014 KAJIAN KUALITAS AIR TANAH DI SEKITAR KAWASAN BUDIDAYA IKAN PADA KERAMBA JARING
APUNG DI WADUK JATILUHUR KABUPATEN PURWAKARTA
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Dari tahun 2009 ke tahun 2010 mengalami peningkatan yang signifikan jumlah keramba jaring apung yang tidak memiliki surat izin sedangkan memasuki angka
tahun 2011 dan 2012 kepemilikian surat izin mulai digalakan melihat jumlah keramba jaring apung yang tidak memiliki surat izin cukup stabil jumlahnya.
Dengan jumlah keramba jaring apung yang melampaui batas ideal dapat diperkirakan terdapat penambahan limbah di waduk jatiluhur. Penambahan
limbah ini berasal dari pencemaran pakan ikan yang diberikan setiap hari, ini dapat menambah kandungan limbah air waduk, ataupun dari jumlah ikan yang
mati dan tidak sempat untuk dibersihkan atau disaring sehingga mengotori waduk Jatiluhur. Selain itu, Endi Setiadi, peneliti sumber daya dan lingkungan pada
Badan Riset Kelautan dan Perikanan Departemen Kelautan dan Perikanan ikut mengemukakan bahwa beberapa indikator pencemaran di perairan waduk
menunjukan angka yang terus meningkat. Keberadaan tiga waduk yang saling terkait membuat cemaran mengalir secara berantai diperoleh dari http:
nasional.kompas.comread200906171205588. Waduk Jatiluhur yang sekarang dipenuhi keramba jaring apung ikut
menambah jumlah polutan dalam kualitas air waduk Jatiluhur, kualitas air yang diharapkan akan menjadi lebih baik mulai diragukan kualitasnya akibat dari
penempatan keramba jaring apung yang tidak dapat dikendalikan. Belum lagi masyarakat keramba jaring apung yang tinggal di dalam perahu, untuk memenuhi
kebutuhan keseharian MCK mandi, cuci, dan kakus langsung menggunakan air waduk tersebut. Menurut hasil penelitian Natalia 2011 sebanyak 100
masyarakat keramba jaring apung membuang limbah rumah tangga langsung ke waduk. Ini juga justru menambah sumbangan limbah ke dalam air waduk selain
dari pencemaran pakan ikan. Kepentingan kebutuhan air harus diutamakan karena dapat mempengaruhi
kondisi kesehatan masyarakat sekitar, masyarakat memiliki peran penting dalam menjaga dan memelihara sumber air agar kualitasnya terjaga dengan baik, namun
5
Pragita Dyah Ambarwati, 2014 KAJIAN KUALITAS AIR TANAH DI SEKITAR KAWASAN BUDIDAYA IKAN PADA KERAMBA JARING
APUNG DI WADUK JATILUHUR KABUPATEN PURWAKARTA
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
pada kenyataanya kian hari kualitas air yang berasal dari waduk Jatiluhur semakin menurun.
Penelitian ini akan dilakukan di daerah waduk Jatiluhur, khusunya di desa Cibinong. Lokasi Desa Cibinong yang berdekatan dengan kawasan keramba
jaring apung ini yang menjadi alasan untuk desa Cibinong sebagai tempat penelitian. Masyarakat desa Cibinong banyak menggunakan air tanah atau sumur
untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Karena pencemaran air di waduk semakin bertambah ditakutkan akan mencemari akuifer tanah yang berada di
sekitar waduk Jatiluhur. Penelitian ini dilaksanakan untuk melihat kondisi kualitas air di waduk Jatiluhur dan juga untuk mengkaji lebih lanjut tentang air tanah di
desa Cibinong, karena Desa ini merupakan Desa yang berdekatan lokasinya dengan keberadaan keramba jaring apung tersebut, sehingga dapat diketahui
sejauh mana kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh kandungan limbah air waduk terhadap pencemaran air tanah, karena sebagian besar penduduk
menggunakan air sumur untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dengan mengacu pada latar belakang diatas, peneliti mengambil masalah.
“KAJIAN KUALITAS AIR TANAH DI SEKITAR KAWASAN BUDIDAYA IKAN PADA KERAMBA JARING APUNG DI WADUK
JATILUHUR KABUPATEN PURWAKARTA”.
B. Rumusan Masalah