Tugas Akhir Analisis Kualitas Air Baku Akibat Limbah Keramba Jaring Apung (Studi Kasus: Waduk Jatiluhur)

  Limbah Keramba Jaring Apung (Studi Kasus: Waduk Jatiluhur)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Fisik Daerah Penelitian

4.1.1 Waduk Jatiluhur

  Waduk Jatiluhur merupakan salah satu waduk terbesar yang terletak di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum. Waduk Jatiluhur terletak di Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Provinsi Jawa Barat (±100 kilometer arah Tenggara Jakarta). Sesuai dengan

  o

  koordinat geografis, tubuh bendungan Jatiluhur terletak pada 6 31’

  o

  Lintang Selatan dan 107 23’ Bujur Timur. Luas keseluruhan Waduk

  3 Jatiluhur mencapai 8.300 ha dengan kapasitas waduk ± 3 miliar m .

  Waduk Jatiluhur beroperasi mulai tahun 1967 sebagai waduk serbaguna yang memiliki beberapa macam fungsi, diantaranya adalah sebagai air baku minum dan industri, PLTA, penyediaan air irigasi pertanian, perikanan, pariwisata, dan pengendali banjir yang dikelola oleh Perum Jasa Tirta II (PJT II). Perum Jasa Tirta (2006), menyatakan bahwa telah terjadi penurunan kualitas air di perairan Waduk Jatiluhur. Salah satu penyebab terjadinya penurunan kualitas air ini, dapat disebabkan oleh pencemaran perairan karena logam berat yang merupakan hasil limbah industri yang ada di DAS Citarum dan disebabkan oleh limbah rumah tangga.

  Permasalahan sumber daya air Sungai Citarum terjadi mulai dari hulu, tengah sampai hilir diakibatkan adanya tingginya tingkat sedimentasi sebagai akibat erosi tanah, rendahnya kualitas

  Universitas Katolik Soegijapranata Maximilia Ines Putri Maharani 13.12.0016 Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil

  Limbah Keramba Jaring Apung (Studi Kasus: Waduk Jatiluhur) air sungai akibat tingginya kandungan polutan dalam air, pembuangan limbah dari pabrik serta penggunaan lahan yang buruk (Miyazato dan Khan, 2004) dalam (Fadlililah, Model Matematis Perubahan Kualitas Air di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum, Jawa Barat., 2010)

  Waduk Jatiluhur juga dimanfaatkan sebagai untuk budidaya ikan Keramba Jaring Apung (KJA). Jumlah KJA pada Waduk Jatiluhur tiap tahun kian meningkat dan data terakhir menunjukan bahwa jumlah KJA mencapai 30.000 KJA. Pada Waduk Saguling dan Waduk Cirata juga terdapat KJA yang lebih banyak dibandingkan Waduk Jatiluhur, sisa pakan budidaya ikan keramba jaring apung dan ikan-ikan yang mati mengakibatkan penambahan pencemaran air baku di Waduk Jatiluhur yang mengakibatkan menurunnya kualitas tiap tahun. Dengan hal tersebut di tahun 2017 ini PJT II mulai lebih ketat dalam mengelola kualitas air baku tersebut.

4.1.1.1 Data Teknis Bendungan Jatiluhur

4.1.1.1.1 Bendungan Utama

  a) :Ir.H.Djuwanda/Jatiluhur

Nama bendungan

b) : Rock fill with inclined Tipe bendungan clay core

  c) : 105 m

Tinggi bendungan

d) : 1.220 m

Panjang bendungan

e) : +114.,5 m.dpl Elevasi puncak f) : +107 m.dpl Elevasi normal g) : +111,6 mdpl

Elevasi banjir max

  3

  h) : 9.100.000 m Volume urugan Maximilia Ines Putri Maharani 13.12.0016 Universitas Katolik Soegijapranata Limbah Keramba Jaring Apung (Studi Kasus: Waduk Jatiluhur) Universitas Katolik Soegijapranata Maximilia Ines Putri Maharani 13.12.0016

4.1.1.1.2 Menara Pelimpah Utama

  1. Spillway

  a)

Tipe pintu spillway

: Hollo jet valve

  b) Luas genangan : 8.300 ha.

  3

  a)

Volume tampungan

: ± 2.448.000.000 m

  /detik

  3

  e) Kapasitas pintu spillway : 270 m

  d) Diameter pintu spillway : 3.850 mm

  c) Panjang Pintu spillway : 17 m

  b) Jumlah pintu spillway : 2 buah

  2. Pintu Spillway

  a) Tipe pelimpah : Morning Glory

  /detik di

TMA +116,6 m

  3

  

Kapasitas maksimum

: 3.000 m

  h) Jumlah jendela pelimpah : 14 buah i)

  g) Elevasi mercu pelimpah : +107 m.dpl

  f) Elevasi banjir pelimpah : +111,6 m.dpl

  e) Elevasi puncak pelimpah : +114,5 m.dpl

  d)

Panjang pelimpah

: 151,5 m

  c)

Diameter pelimpah

: 90 m

  b) Tinggi pelimpah : 110 m

4.1.1.1.3 Waduk

  Limbah Keramba Jaring Apung (Studi Kasus: Waduk Jatiluhur)

4.1.2 Daerah Penelitian

  Pengambilan sampel air baku berada di tujuh titik yaitu enam titik pertama di dalam area Waduk Jatiluhur. Denah titik tersebut terdapat pada Gambar 4.1 Gambar 4.1 Denah titik pengambilan sampel air baku.

  (Sumber : google earth) Pengambilan sampel air baku Waduk Jatiluhur 6 titik, dengan 13 koordinat dikelompokkan menjadi 4 zona sesuai dengan kriteria. WAD (Waduk) 9-11, WAD 12-14 dan WAD 41 merupakan zona Outlet Cirata, WAD 16-19 merupakan zona KJA I dan WAD 20 merupakan zona KJA II, dan Inlet PLTA dengan koordinat WAD

  44. WAD 9-11 berasal dari Sungai Jamaras dengan lokasi kedalaman 0-4 meter, WAD 12-14 berasal dari Sungai Kerenceng dengan kedalaman 0-4 meter, WAD 41, berasal dari Sungai Pasir Kole dengan kedalaman 0 meter, WAD 16-19 berasal dari Sungai Karamba dengan kedalaman 0-8 meter, WAD 20 berasal dari Sungai

  Maximilia Ines Putri Maharani 13.12.0016 Universitas Katolik Soegijapranata Limbah Keramba Jaring Apung (Studi Kasus: Waduk Jatiluhur) Universitas Katolik Soegijapranata Maximilia Ines Putri Maharani 13.12.0016

  Cilalawi, dan WAD 44 berasal dari Inlet PLTA dengan kedalaman 0 meter.

  6 WAD14 Kerenceng 4 6 32 52.6 107 18 30.5 107,308472 -6,54794444

  14 WAD 37 Tailrace 6 31 18.3 107 23 21.9 107,389417 -6,52175

  Djuanda 6 31 29.2 107 23 17.8 107,388278 -6,52477778

  13 WAD 44 Inlet PLTA Ir. H.

  12 WAD 41 Pasir Kole 6 31 29.6 107 21 6.4 107,351778 -6,52488889

  11 WAD20 Cilalawi 6 34 20.9 107 24 9.6 107,402667 -6,57247222

  10 WAD19 Karamba 8 6 33 10.4 107 23 41.7 107,394917 -6,55288889

  9 WAD18 Karamba 4 6 33 10.4 107 23 41.7 107,394917 -6,55288889

  8 WAD17 Karamba 2 6 33 10.4 107 23 41.7 107,394917 -6,55288889

  7 WAD16 Karamba 6 33 10.4 107 23 41.7 107,394917 -6,55288889

  5 WAD13 Kerenceng 2 6 32 52.6 107 18 30.5 107,308472 -6,54794444

Tabel 4.1 Data koordinat pengambilan sampel air

  4 WAD12 Kerenceng 6 32 52.6 107 18 30.5 107,308472 -6,54794444

  3 WAD11 Jamaras 4 6 35 44.7 107 18 3.7 107,301028 -6,59575

  2 WAD10 Jamaras 2 6 35 44.7 107 18 3.7 107,301028 -6,59575

  1 WAD9 Jamaras 6 35 44.7 107 18 3.7 107,301028 -6,59575

  X Y

  ID_KA Sungai Lokasi kedala- man (m) Latitude Longitude

  N o

  Data curah hujan yang digunakan penelitian adalah data stasiun curah hujan yang berada di DAS Waduk Jatiluhur dari bulan Januari hingga November tahun 2016.

  

(Sumber : Dokumen PJT II Jatiluhur)

4.1.3 Hidrologi

  Limbah Keramba Jaring Apung (Studi Kasus: Waduk Jatiluhur) Universitas Katolik Soegijapranata Maximilia Ines Putri Maharani 13.12.0016

  100 200 300 400 500

  Jan u ar i

  Fe b ru ar i Ma re t

  Ap ri l

Me

i

Ju n i

  Ju li Agu stu s Se p te m b e r

  Ok to b e r N o v e m b e r

  Cu rah H u jan ( m m ) Bulan Curah Hujan (2016) Curah Hujan

Gambar 4.2 Grafik Curah Hujan Bulan Januari

  • – November Tahun 2016.

  Menurut Gambar 4.2 yang berisi data curah hujan yang diambil mulai dari bulan Januari hingga November tahun 2016, curah hujan tertinggi pada bulan September sebesar 475,6 mm dan terendah pada bulan agustus sebesar 107,3 mm.

4.1.4 Tata Guna Lahan

  Waduk Jatiluhur merupakan waduk serbaguna yang memiliki beberapa macam fungsi, diantaranya adalah sebagai air baku minum dan industri, PLTA, penyediaan air irigasi pertanian, perikanan, pariwisata, dan pengendali banjir yang dikelola oleh Perum Jasa Tirta II (PJT II). Limbah Keramba Jaring Apung (Studi Kasus: Waduk Jatiluhur)

Gambar 4.3 Menara Pelimpah Waduk Jatiluhur

  

(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Waduk Jatiluhur berperan dalam penyediaan air minum, industri, dan penggelontoran saluran pembuang terutama untuk kota

  Jakarta dan daerah lainnya dalam yurisdiksi Perum Otorita Jatiluhur. Fungsi selanjutnya adalah sebagai penyedia air irigasi bagi area persawahan seluas 260.000 Ha didataran utara Jawa Barat, dengan dua kali panen dalam setahun. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) juga merupakan fungsi dari Waduk Jatiluhur, PLTA tersebut memiliki daya sebesar 6 x 25000 KW yang disalurkan ke Bandung dan Jakarta melalui Saluran Udara Tegangan Tinggi 150 KV yang memproduksi tenaga listrik rata-rata sebesar 850 juta KWh setahun. Waduk Jatiluhur memiliki daya tarik dalam dunia pariwisata karena dilengkapi dengan fasilitas berupa hotel, kolam renang, restaurant, sarana olahraga dan rekreasi, ini merupakan keuntungan bagi pengelola Waduk Jatiluhur dan juga masyarakat yang tertarik untuk berkunjung. Waduk Jatiluhur juga menjadi sarana budidaya ikan Keramba Jaring Apung (KJA) yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar. KJA di Waduk Jatiluhur mencapai angka 30.000 petak dimana melampaui batas normal yaitu 3.000 petak. Hal ini menimbulkan menurunnya kadar kualitas air karena proses pembuangan limbah yang langsung mencemari air baku Waduk Jatiluhur, saat ini pengelola Waduk Jatiluhur yaitu Perum Jasa Tirta

  Maximilia Ines Putri Maharani 13.12.0016 Universitas Katolik Soegijapranata Limbah Keramba Jaring Apung (Studi Kasus: Waduk Jatiluhur)

  II masih mencoba untuk mengurangi KJA yang mengganggu kualitas air baku Waduk Jatiluhur.

Gambar 4.4 Zona Keramba Jaring Apung (KJA)

  (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

4.2 Kondisi Sosial Daerah Penelitian

4.2.1. Kondisi Masyarakat

  Kecamatan Jatiluhur Kecamatan Jatiluhur merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Purwakarta, Provinsi Jawa Barat yang terletak 5 km di sebelah selatan Purwakarta, kurang lebih 95 km dengan kota Bandung. terdiri dari 10 desa yaitu Jatimekar, Cikaobandung, Jatiluhur, Cilegong, Kembangkuning, Cibinong, Parakanlima, Cisalada, Mekargalih, Bunder. Jumlah penduduk di Kecamatan Jatiluhur mengalami penurunan pada tahun 2012

  • – 2013, kemudian meningkat dengan tingkat kepadatan penduduk 2034

  2 orang / km pada tahun 2014.

  Maximilia Ines Putri Maharani 13.12.0016 Universitas Katolik Soegijapranata Limbah Keramba Jaring Apung (Studi Kasus: Waduk Jatiluhur)

Tabel 4.2. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kecamatan Jatiluhur Kepadatan Penduduk

  Tahun Jumlah Penduduk (orang)

  2

  (orang/km ) 2012 63190 1968 2013 62315 1941 2014 65323 2034 2015 67039 2088 Pengelolaan lingkungan perairan waduk mensyaratkan banyak faktor yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan keterpaduan dalam pengelolaan dan pemanfaatannya untuk semua pengguna lingkungan perairan. (Breinkerhoff et aI., 1990).

  Kecamatan Jatiluhur terdiri atas 10 desa dengan memiliki total 17.338 rumah dan total 618 rumah tak layak huni, dari setiap kelurahan/desa tersebut memiliki 61 RW dan 206 RT. Berdasarkan profil desa yang dibuat setiap tahun, semua desa di Kecamatan Jatiluhur adalah Desa Swakarya. Data penduduk yang sudah masuk usia produktif ada beberapa profesi yang menjadi sumber nafkah warga Kecamatan Jatiluhur, yaitu disektor perdagangan, industri rumah tangga, buruh/karyawan, PNS. Sedangkan sebagian dari penduduk Jatiluhur merupakan pensiunan dan juga pengangguran sebesar 23% dengan total 5.503 jiwa.

4.2.2. Kondisi Masyarakat dengan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung

  Waduk Jatiluhur termasuk dalam kategori waduk multiguna yang memiliki tujuan utama sebagai PLTA,Pada tahun 2014 tercatat potensi areal perikanan budidaya Kabupaten Purwakarta berjumlah 25.951 petak, sementara itu pada akhir tahun 2016 berjumlah 22.618

  Maximilia Ines Putri Maharani 13.12.0016 Universitas Katolik Soegijapranata Limbah Keramba Jaring Apung (Studi Kasus: Waduk Jatiluhur) karena terjadi penertiban Keramba Jaring Apung (KJA) pada tahun 2015-2016 berjumlah 3.333 petak.

  Menurut (Suyanto, 1999), KJA adalah tempat pemeliharaan ikan yang terbuat dari jaring, yang membuat proses pergantian sirkulasi air permukaan dengan perairan sekitar serta pembuangan

  • – limbah atau sisa-sisa pakan ikan. KJA memiliki komponen komponen yaitu :

  a. Petak Petak KJA Waduk Jatiluhur memiliki ukuran 7 x 7

  2

  m dengan bentuk bujur sangkar dengan konstruksi utama menggunakan bambu atau besi.

  b. Tong Pengambang Tong pengambang terbuat dari drum kosong yang diisi oleh udara yang berguna untuk mengapungkan petak KJA.

  c. Jaring Petak KJA Waduk Jatiluhur menggunakan system tumpang sari budaya dengan memelihara ikan mas dan ikan nila dalam tiap petak. Jaring yang terpasangan pada petak KJA memiliki ukuran 7 x 7

  2 m .

  d. Pemberat/Jangkar Setiap sudut petak KJA diberikan pemberat/jangkar yang terbuat karung yang berisi batu kali sebesar 200 kg e. Peralatan Produksi Peralatan produksi KJA di Waduk Jatiluhur berfungsi untuk memaksimalkan kinerja KJA yang

  Maximilia Ines Putri Maharani 13.12.0016 Universitas Katolik Soegijapranata Limbah Keramba Jaring Apung (Studi Kasus: Waduk Jatiluhur) terdiri dari tempat pakan ikan, jaring penyebar pakan ikan, dan jaring untuk panen.

  f. Rumah Jaga Rumah tunggu adalah rumah tinggal yang berada dalam lokasi budidaya KJA di Waduk Jatiluhur. Rumah tunggu didirikan secara semi permanen yang berisi kamar tidur dan kamar mandi yang digunakan oleh oleh petani pembudidaya KJA. Sumber listrik rumah tunggu menggunakan tenaga surya atau dinamo yang digerakkan oleh bahan bakar diesel. Pembudidayaan ikan KJA Waduk Jatiluhur memiliki beberapa tahapan diantaranya adalah, pemeliharaan dan panen dengan cara membersihkan petak, memberikan pakan ikan, menjaga agar kegiatan budidaya KJA sesuai dengan standar AMDAL yang berlaku. Dalam kegiatan budidaya KJA Waduk Jatiluhur, tidak memerlukan proses pembenihan karena benih ikan didapatkan dengan cara membeli dari petani pembenih di daerah Purwakarta, Subang, dan Sukabumi. Kegiatan budidaya di KJA Waduk Jatiluhur menggunakan sistem double layer (jaring ganda), artinya pada satu luasan kolam terdapat dua atau lebih jaring untuk jenis ikan yang berbeda tapi saling mendukung. Yaitu ikan mas sebagai produk utama yang dikembangkan dijaring bagian atas, sedangkan jaring kolor (jaring bagian bawah) dipelihara ikan nila, bisa juga ikan patin/jambal dan bahkan bisa gabungan keduanya nila dan patin. Ikan mas umumnya dipanen 4 kali dalam setahun dengan masa pemeliharaan selama 3 bulan. Sedangkan ikan nila dapat dilakukan 2 dalam setahun dengan masa pemeliharaan 6 bulan. (Ardi, 2013) Pakan ikan yang digunakan oleh sebagian besar pembudidaya adalah pakan dengan merk dagang Turbo, Comfeed,

  Maximilia Ines Putri Maharani 13.12.0016 Universitas Katolik Soegijapranata Limbah Keramba Jaring Apung (Studi Kasus: Waduk Jatiluhur) Jatra dan Profish. Pakan tersebut berbentuk yang berkisar Rp.

  300.000 per karung yang berisi 50 kg. Pola pemberian pakan ikan dalam KJA dilakukan sebanyak 3 hingga 5 kali/hari yaitu pada dan dilakukan secara manual yang dilakukan oleh pekerja.

  Mutu pakan ikan pada keramba KJA yang beredar umumnya belum memenuhi standar nutrisi pakan. Kandungan protein pakan yang masih rendah, sebaliknya kandungan fosfor pakan yang masih di atas kebutuhan standar kebutuhan fosfor oleh ikan pada umumnya. Kondisi mutu pakan yang demikian terus akan memicu meningkatnya sisa pakan yang akan terbuang karena pakan yang diberikan tidak dapat dicerna dengan baik oleh ikan. Hal tersebut dapat merugikan pembudidaya namun yang lebih buruk akan berimplikasi terhadap kerusakan lingkungan akibat beban limbah dari sisa pakan.

  Dari kondisi tersebut, dapat dilihat bahwa pakan ikan menjadi salah satu penyumbang limbah terbesar dalam mencemari air baku Waduk Jatiluhur, serta aktivitas selama pembudidayaan ikan KJA juga menjadi faktor kualitas air baku Waduk Jatiluhur yang mengalami fluktuasi.

4.3 Hasil Penelitian

4.3.1. Kualitas Air Waduk Jatiluhur

  Hasil penelitian dari kualitas air Waduk Jatiluhur dimulai pada bulan Januari 2016 hingga bulan November 2016 yang dikeluarkan oleh laboratorium air PJT II. Laboratorium air PJT II mempunyai 16 data parameter data kualitas air yang terbagi menjadi dua parameter secara fisika dan kimia. Parameter secara fisika yaitu suhu, zat padat terlarut, dan kekeruhan. Parameter secara kimia terdapat 13 data yaitu:

  Maximilia Ines Putri Maharani 13.12.0016 Universitas Katolik Soegijapranata

  3 -N) 9.

  2 S 12.

  1. pH (Power of Hydrogen atau Poisson Hard) 2.

  Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen) 3. Besi (Fe) 4. Mangan (Mn) 5. Seng (Zn) 6. Amoniak Bebas (NH

  3 -N) 7.

  Nitrit (NO

  2 -N) 8.

  Nitrat (NO

  Limbah Keramba Jaring Apung (Studi Kasus: Waduk Jatiluhur) Universitas Katolik Soegijapranata Maximilia Ines Putri Maharani 13.12.0016

  Sulfat (SO

  4 ) 10.

  Khlorida (Cl) 11. Sulfida sebagai H

KOB (BOD

  5 ) (Biology Oxygen Demand) 13.

  KOK (COD) (Chemical Oxygen Demand) Pengambilan sampel data kualitas air baku di Waduk Jatiluhur diambil sesuai titik dan kedalaman yang bervariasi dari kedalaman permukaan air, 2 meter, 4 meter, dan 8 meter. Variasi kedalaman tersebut agar dapat memperoleh data yang akurat pada satu titik, sehingga dapat memunculkan satu data per-titiknya.

  Aliran air Waduk Jatiluhur dimulai dari Outlet Cirata yang arusnya mengalir ke arah utara menuju Outlet Jatiluhur. Agar hasil penelitian lebih akurat, titik pengamatan dikelompokkan berdasarkan aliran dan titik terdekat yang memiliki kecenderungan aktivitas yang dapat mempengaruhi hasil kualitas air. Zona pertama yaitu kelompok titik WAD 9

  • – 11, WAD 12 – 14, dan WAD 41 sebagai Outlet Cirata. Zona kedua yaitu titik WAD 16
  • – 19 dan WAD 20 – 21 sebagai Wilayah KJA. Kemudian, titik WAD 44 merupakan Inlet PLTA dan titik WAD 37 sebagai Outlet Jatiluhur.
Limbah Keramba Jaring Apung (Studi Kasus: Waduk Jatiluhur) Universitas Katolik Soegijapranata Maximilia Ines Putri Maharani 13.12.0016

  Berikut ini analisis kualitas air Waduk Jatiluhur dimulai dari bulan Januari hingga bulan November pada data Tabel 4.3 hingga Tabel 4.14. Limbah Keramba Jaring Apung (Studi Kasus: Waduk Jatiluhur)

Tabel 4.3 Data Kualitas Air Waduk Jatiluhur (Bulan Januari) PP No. PP No.

LOKASI PENGAMATAN SAT

  82

82 PARA No UA Tahun Tahun METER Outlet Outlet N 2001 - 2001 - Outlet Zona Zona Inlet Cirata Cirata Kelas 1 Kelas 2 Cirata B KJA I KJA II PLTA A C FISIKA

  Deviasi Deviasi

  30

  30

  30

  31

  30

  o

  1 Suhu C

  3

  3

  31 Zat Padat 1000 1000 73 95 235 158 140

  2 Terlarut mg/l

  70 Skal a

  2

  3

  1

  1 - 2 - NT

  3 Kekeruhan U

  1 KIMIA 6 - 9

  8.50

  8.50

  8.5

  9

  8.5 4 pH 6 - 9

  8.5 Oksigen

  4.30

  5.67

  4

  4

  4 ≥ 6 ≥ 4

  5 Terlarut mg/l

  5

  0.1

  0.0

  0.0 0.3 < 0.10 - < 0.10 < 0.1 <

  6 Besi (Fe) mg/l < 1 <

  1 Mangan

  0.0

  0.0

  0.0 0.1 < - 0.05 < 0.05 <

  0.05 7 (Mn) mg/l <

  5 5 <

  5

  0.0

  0.0

  0.0

  0.05 0.05 < 0.01 < 0.01 <

  0.01

  8 Seng (Zn) mg/l <

  1

  1

  1 Amoniak

  1.8 Bebas -

  0.5

  0.09

  0.83 0.1 <

  2 9 (NH -N) mg/l

  0.2

  3 Nitrit

  0.00

  0.0

  0.0

  0.0

  0.06 0.06 < 0.07 < 0.01 < < 10 (NO -N) mg/l 4 <

  1 5 <

  04

  2 Nitrat

  0.0

  0.0

  0.0

  10

  10

  0.01

  0.01

  0.01 11 (NO -N) mg/l

  1

  5

  1

  3 Sulfat

  33.0

  29.6 32.

  • 400

  28

  28 12 (SO ) mg/l

  7

  50

  40

  4 Khlorida

  15.0

  14.0 14. 600

  14 14 - 13 (Cl) mg/l

  50

  10 Sulfida

  0.0

  0.0 sebagai 0.002 0.002 < 0.03 < 0.03 < 0.03 <

  0.0

  3

  3

  14 H S mg/l < 3 <

  2 KOB

  2

  3

  3.00

  3.00

  3

  3

  3 15 (BOD ) mg/l

  3

  5 KOK

  10

  25

  7.00

  7.00

  7

  7 16 (COD) mg/l

  7

  7 Berdasarkan Tabel 4.3 Parameter yang mengalami

  perubahan signifikan adalah zat padat terlarut, besi (Fe), amoniak bebas (NH

  3 -N), dan Sulfat (SO 4 ) . Adapun parameter yang melebihi

  baku mutu PP no 82 tahun 2001 adalah Amoniak Bebas (NH -N),

  3 Sulfida sebagai H 2 S.

  Maximilia Ines Putri Maharani 13.12.0016 Universitas Katolik Soegijapranata Limbah Keramba Jaring Apung (Studi Kasus: Waduk Jatiluhur) Amoniak Bebas (NH -N )

  3

  2.50 /l) g

  2.00 m (

  1.50 er

  1.00 et m

  0.50 ra a

  0.00

i P

  Outlet Outlet Outlet Zona KJA Zona KJA Inlet Cirata A Cirata B Cirata C

  I II PLTA Nila Titik Lokasi Pengamatan

  Outlet Cirata A Outlet Cirata B Outlet Cirata C Zona KJA I Zona KJA II Inlet PLTA

Gambar 4.5 Grafik Parameter Amoniak Bebas (NH

  3 -N) Bulan

  Januari Berdasarkan grafik parameter Amoniak Bebas (NH

  3 -N)

  bulan Januari, nilai tertinggi terdapat pada Inlet PLTA sebesar 2

mg/l dan terendah pada Outlet Cirata A sebesar 0,09mg/l.

Tabel 4.4 Data Kualitas Air Waduk Jatiluhur (Bulan Februari)

  PP PP No. LOKASI PENGAMATAN No.

  82

82 Tah PARAM SATU Tahu No un ETER AN n Outlet Outlet Zona 2001 Outlet Zona Inlet 2001 - Cirata Cirata KJA - Cirata B KJA I PLTA Kelas A C

  II Kela

  2 s 1 FISIKA

  Devi Devia

  30

  29

  29

  31

  32

  30

  o

  1 Suhu C asi 3 si 3 Zat Padat 1000 1000 228 197 155 180 140 185

  2 Terlarut mg/l Kekeruha Skala

  9

  4

  1 - 2 -

  4

  3 3 n NTU

  KIMIA

  6 - 9

  8.17

  7.35

  1

  8

  8

  7.5 4 pH 6 - 9 Oksigen

  4.00

  4.00

  4

  5

  4

  4 ≥ 6 ≥ 4

  5 Terlarut mg/l

  0.0

  • 0.3 <

  0.10 < 0.01 < 0.01

  0.01

  0.01

  6 Besi (Fe) mg/l < < 1 < Mangan

  0.0 0.1 < < 0.05 < 0.05 -

  0.05

  0.05

  0.05 7 (Mn) mg/l < < 5 <

  0.1

  0.05 0.05 < 0.01 < 0.01 < 0.01

  0.04

  0.01

  8 Seng (Zn) mg/l < < Amoniak

  0.5 Bebas

  0.5

  1.37

  0.40

  0.1

  3.68 0.1 - 9 (NH -N) mg/l

3 Maximilia Ines Putri Maharani 13.12.0016

  Universitas Katolik Soegijapranata

  Limbah Keramba Jaring Apung (Studi Kasus: Waduk Jatiluhur)

  Nitrit

  0.0

  0.00

  0.06 0.06 < 0.08 < 0.03 < 0.03

  0.01 10 (NO -N) mg/l < < 3 <

  4

  2 Nitrat

  0.2

  0.00

  10

  10

  0.02

  0.10

  0.02

  0.01 11 (NO -N) mg/l

  4

  3 Sulfat

  35.6

  32.0

  32.0 11. 400 31 -

  31 12 (SO ) mg/l

  7

  00

  4 Khlorida

  15.0

  13.6

  13.7 11.

  • 600

  14

  13 13 (Cl) mg/l

  7

  5

  00 Sulfida

  0.00 0.0 sebagai 0.002 <

  0.03 < 0.03 < 0.03

  0.03

  0.03

  2

  3

  14 H S mg/l < < <

  2 KOB

  2

  3

  3.33

  4.00

  3

  3

  4

  4 15 (BOD ) mg/l

  5 KOK

  10

  25

  7.00

  7.00

  7

  7

  7 16 (COD) mg/l

  7 Berdasarkan Tabel 4.4 Data Kualitas Air Waduk Jatiluhur

  pada bulan Februari, parameter yang melebihi baku mutu PP no 82 tahun 2001 pada bulan Februari adalah Amoniak Bebas ( NH -N),

  3 Sulfida sebagai H

  2 S, da KOB (BOD 5 )

  Amoniak Bebas (NH -N)

  3

  4.00 /l) g

  3.00 m (

  2.00 er et

  1.00 m ra

  0.00 a

  Outlet Outlet Outlet Zona KJA Zona KJA Inlet PLTA

i P

  Cirata A Cirata B Cirata C

  I II Nila Titik Lokasi Pengamatan

  Outlet Cirata A Outlet Cirata B Outlet Cirata C Zona KJA I Zona KJA II Inlet PLTA

Gambar 4.6 Grafik Parameter Amoniak Bebas (NH

  3 -N) bulan

  Februari

  3

  • Zona KJA I memiliki kandungan Amoniak Bebas (NH N) tertinggi pada bulan Februari sebesar 3,68 mg/l dan terendah pada Outlet Cirata & Inlet PLTA sebesar 0,1 mg/l.

  Maximilia Ines Putri Maharani 13.12.0016 Universitas Katolik Soegijapranata

  3.4

  0.3 - < 0.10 <

  6 Besi (Fe) mg/l

  5

  4

  4

  5

  7

  3.67

  1 < 0.01

  ≥ 6 ≥ 4

  5 Oksige n Terlaru t mg/l

  8

  8

  8

  8.1

  3

  7.9

  0.0

  <

  9

  8 Seng (Zn) mg/l

  0.02

  0.10

  0.0 1 <

  <

  1 < 0.01

  0.0

  0.05 0.05 < 0.01 <

  0.05

  0.0 1 <

  0.05 <

  0.0 5 <

  <

  5 < 0.05

  0.0

  7 Manga n (Mn) mg/l 0.1 - < 0.05 <

  0.01

  0.01 <

  7.93

  9 6 -

  Limbah Keramba Jaring Apung (Studi Kasus: Waduk Jatiluhur) Universitas Katolik Soegijapranata Maximilia Ines Putri Maharani 13.12.0016

Gambar 4.7 Grafik Parameter KOB (BOD

  82 Tah un 200 1 - Kel as 1 PP No.

  N o PARA METER SATU AN PP No.

Tabel 4.5 Data Kualitas Air Waduk Jatiluhur (Bulan Maret)

  ) bulan Februari memiliki kandungan tertinggi pada wilayah Outlet Cirata A sebesar 20,67

mg/l dan terendah pada Outlet Cirata C sebesar 11 mg/l

  5

  Parameter KOB (BOD

  5 ) bulan Februari

  5 ) Outlet Cirata A Outlet Cirata B Outlet Cirata C Zona KJA I Zona KJA II Inlet PLTA

  1 Suhu

  II Inlet PLTA Nila i P a ra m et er ( m g /l) Titik Lokasi Pengamatan KOB (BOD

  I Zona KJA

  Outlet Cirata C Zona KJA

  5 Outlet Cirata A Outlet Cirata B

  4

  3

  2

  1

  82 Tah un 200 1 - Kel as 2 LOKASI PENGAMATAN Outlet Cirata A Outlet Cirata B Outlet Cirata C Zona KJA I Zona KJA II Inlet PLTA FISIKA

  o

  2 KIMIA 4 pH 6 -

  123 207 110 261 95 115

  2

  1

  1

  1

  1

  NTU

  3 Kekeruh an Skala

  2 Zat Padat Terlarut mg/l 100 100

  C Dev iasi

  32

  34

  34

  33

  33

  33

  3

  3 Dev iasi

  1 Limbah Keramba Jaring Apung (Studi Kasus: Waduk Jatiluhur)

  Amoni ak

  0.0

  0.0 Bebas

  0.5

  0.17

  0.3

  0.03 0.2 -

  8

  3 (NH -

  3

  9 N) mg/l Nitrit

  0.0

  0.0

  0.00 (NO

  0.06 0.06 - < 0.01 < < 0.01

  0.01

  2

  1

  1

  4

  10 N) mg/l < < < Nitrat

  0.0

  0.2

  0.00 (NO

  10

  10

  0.03

  0.01 0.01 -

  3

  1

  4

  11 N) mg/l Sulfat

  34.6 28.

  35.

  42.0 400

  32 32 - 12 (SO ) mg/l

  7

  67

  00

4 Khlorid

  14.3 14.

  13.

  11.0 600

  15 15 - 13 a (Cl) mg/l

  3

  00

  75 Sulfida

  0.00

  0.00

  0.0

  0.0 sebagai < 0.03 < < 0.03

  0.03

  0.03

  2

  2

  3

  3

  14 H S mg/l < < <

  2 KOB

  7.6

  2

  3

  6.37

  5.7

  6

  8

  6.5 15 (BOD ) mg/l

  3

  5 KOK

  20.6 18.

  10

  25

  11

  15

  15 16 (COD) mg/l

  7

  30

  18 Pada bulan Maret, parameter yang melebihi baku mutu

  berdasarkan PP no 82 tahun 2001 adalah KOB (BOD

  5 ) dan KOK (COD.

  KOB (BOD )

  5

  10 /l)

  8 g

  6 m (

  4 er

  2 et m ra

  Outlet Outlet Outlet Zona KJA Zona KJA Inlet PLTA a

  Cirata A Cirata B Cirata C

  I II

i P Titik Lokasi Pengamatan Nila

  Outlet Cirata A Outlet Cirata B Outlet Cirata C Zona KJA I Zona KJA II Inlet PLTA

Gambar 4.8 Grafik Parameter KOB (BOD ) Bulan Maret

  5

  . Wilayah dengan kandungan KOB (BOD

  5 ) tertinggi

  terdapat pada Zona KJA II sebesar 8 mg/l dan terendah pada Outlet Cirata C sebesar 5,7 mg/l.

  Maximilia Ines Putri Maharani 13.12.0016 Universitas Katolik Soegijapranata Limbah Keramba Jaring Apung (Studi Kasus: Waduk Jatiluhur)

KOK (COD)

  25 /l) g

  20 (m

  15

  10 er

  5 et m

  Outlet Outlet Outlet Zona KJA Zona KJA Inlet ra a

  Cirata A Cirata B Cirata C

  I II PLTA

i P Titik Lokasi Pengamatan Nila

  Outlet Cirata A Outlet Cirata B Outlet Cirata C Zona KJA I Zona KJA II Inlet PLTA

Gambar 4.9 Grafik Parameter KOK (COD) Bulan Maret Zona KJA II memiliki KOK (COD) tertinggi, yaitu sebesar

  18 mg/l dan terendah sebesar 15 mg/l pada Zona KJA I dan Inlet PLTA yang melebihi baku mutu PP No. 82 Tahun 2001 kelas I.

Tabel 4.6 Data Kualitas Air Waduk Jatiluhur (Bulan April)

  PP PP No. No. LOKASI PENGAMATAN

  82

82 Tahu Tahu PARA SATUA No n n METER N Outlet Outlet Outlet 2001 2001 Zona Zona Inlet Cirata Cirata Cirata KJA II - - KJA I PLTA A B C Kelas Kelas

  1

2 FISIKA

  Devia Devia 33.

  33

  33

  32

  34

  32

  o

  1 Suhu C si 3 si 3

  5

  32 376 341

  26 Zat Padat 1000 1000 8.7 240

  40 .67 .67

  5

  2 Terlarut mg/l

  5 Skala

  1.3

  1.6

  1.2

  2

  2

  2

  3 Kekeruhan NTU

  3

  7

  5 KIMIA 8.6 11. 6 - 9

  9.3

  9.3

  9.5

  9.3 4 pH 6 - 9

  5

  97 Oksigen

  5.3

  4.6

  4

  4.5

  5

  4 ≥ 6 ≥ 4

  5 Terlarut mg/l

  3

  7

  0.0

  • 0.3 < 0.1 <

  0.1 < 0.1

  0.1

  0.1

  6 Besi (Fe) mg/l < < <

  1 Mangan

  0.0

  0.0

  0.0

  0.0

  0.0

  0.0

  • 0.1 < < < 7 (Mn) mg/l

  5

  5 5 < 5 < 5 <

  5

  0.0

  0.0

  0.0

  0.0

  0.0

  0.0

  0.05 0.05 < < <

  8 Seng (Zn) mg/l

  1

  1 1 < 1 <

  1

  1 Amoniak

  1.6

  0.7 Bebas

  0.5

  1.1

  0.4

  1 2 -

  7

  5 9 (NH -N) mg/l

3 Maximilia Ines Putri Maharani 13.12.0016

  Universitas Katolik Soegijapranata

  Limbah Keramba Jaring Apung (Studi Kasus: Waduk Jatiluhur)

  Nitrit

  0.0

  0.0

  0.0

  0.0

  0.0

  0.0

  0.06 0.06 < < < 10 (NO -N) mg/l

  14

  04 04 < 04 < 04 <

  04

  2 Nitrat

  0.0

  0.0

  0.0

  0.0

  0.0

  0.0

  10

  10 11 (NO -N) mg/l

  14

  03

  04

  04

  04

  04

  3 Sulfat 23.

  25.

  25.

  • 400

  27

  23

  30 12 (SO ) mg/l

  33

  33

  55

  4 Khlorida 15.

  600

  13

  14

  14

  23 12 - 13 (Cl) mg/l

  5 Sulfida

  0.0

  0.0

  0.0

  0.0

  0.0

  0.0 sebagai 0.002 0.002 < < <

  3

  3

  3

  3

  3

  3

  14 H S mg/l < < <

  2 KOB

  6.7

  7.1

  5.8

  2

  3

  9

  8

  15 15 (BOD ) mg/l

  6

  67

  5

  5 KOK 22.

  16.

  10

  25

  19

  21

  28 16 (COD) mg/l

  33

  75

  21 Pada data kualitas air Waduk Katiluhur bulan April, hanya

  parameter Zat Padat Terlarut yang bersifat fluktuatif, terlihat dari perbedaaan besaran kandungan tersebut antar titik sampel pada Waduk Jatiluhur tetapi 4 parameter terdeteksi melebihi batas baku mutu air berdasarkan PP nomor 82 tahun 2001 diantaranya yaitu pH, Amoniak Bebas (NH -N), KOB (BOD yang cukup tinggi serta

  3 5) KOK (COD).

  pH er

  16 et m

  12 ra a

  8

i P

  4 Nila Outlet Outlet Outlet Zona KJA Zona KJA Inlet Cirata A Cirata B Cirata C

  I II PLTA Titik Lokasi Pengamatan

  Outlet Cirata A Outlet Cirata B Outlet Cirata C Zona KJA I Zona KJA II Inlet PLTA

Gambar 4.10 Grafik Parameter pH Bulan April pH atau kadar keasaman pada bulan Maret cukup tinggi

  hingga melebihi batas baku mutu. Inlet PLTA memiliki kandungan Maximilia Ines Putri Maharani 13.12.0016 Universitas Katolik Soegijapranata

  • N) Bulan April Kandungan Amoniak Bebas (NH

  20 Outlet Cirata A Outlet Cirata B

Gambar 4.12 Grafik Parameter KOB (BOD

  mengalami fluktuasi yang cukup signifikan, terlihat dari perbedaaan kandungan pada tiap wilayah. Wilayah dengan kandungan terendah terdapat pada Outlet Cirata sebesar 0,4 mg/l mendekati baku mutu PP No 82 Tahun 2001, sementara kandungan tertinggi terdapat pada Inlet PLTA sebesar 2 mg/l.

  3 -N) pada bulan April

  3

Gambar 4.11 Grafik Parameter Amoniak Bebas (NH

  Hal tersebut menunjukkan bahwa pada bulan April air baku Waduk Jatiluhur bersifat basa.

  Outlet Cirata A Outlet Cirata B Outlet Cirata C Zona KJA I Zona KJA II Inlet PLTA pH sebesar 11,97, Outlet Cirata A, B dan Zona KJA II mempunyai pH yang sama yaitu 9,3 dan terendah pada Zona KJA I sebesar 8,65.

  II Inlet PLTA Nila i P a ra m et er ( m g /l) Titik Lokasi Pengamatan KOB (BOD5)

  I Zona KJA

  Outlet Cirata C Zona KJA

  15

  Limbah Keramba Jaring Apung (Studi Kasus: Waduk Jatiluhur) Universitas Katolik Soegijapranata Maximilia Ines Putri Maharani 13.12.0016

  10

  5

  Outlet Cirata A Outlet Cirata B Outlet Cirata C Zona KJA I Zona KJA II Inlet PLTA

  II Inlet PLTA Nila i P a ra m et er ( m g /l) Titik Lokasi Pengamatan Amoniak Bebas (NH3-N)

  I Zona KJA

  

Outlet

Cirata C

Zona KJA

  2.5 Outlet Cirata A Outlet Cirata B

  2

  1.5

  1

  0.5

  5 ) Bulan April Limbah Keramba Jaring Apung (Studi Kasus: Waduk Jatiluhur) Universitas Katolik Soegijapranata Maximilia Ines Putri Maharani 13.12.0016

  5

  10

  15

  20

  25

  30 Outlet Cirata A Outlet Cirata B

  Outlet Cirata C Zona KJA

  I Zona KJA

  II Inlet PLTA Nila i P a ra m et er ( m g /l) Titik Lokasi Pengamatan KOK (COD)

  Outlet Cirata A Outlet Cirata B Outlet Cirata C Zona KJA I Zona KJA II Inlet PLTA KOB (BOD

  5

  ) termasuk dalam parameter yang melebihi baku mutu PP No. 82 Tahun 2001 sebesar 2 mg/l untuk kelas I dan 3 mg/l pada kelas II. Kadar tertinggi terdapat pada Inlet PLTA sebesar

15 mg/l dan terendah pada Zona KJA I sebesar 5,85 mg/l.

Gambar 4.13 Grafik Parameter KOK (COD) Bulan April Menurut PP No. 82 Tahun 2001 KOK (COD) memiliki

  baku mutu 10 mg/l untuk kelas I dan 25 mg/l untuk kelas II. Sementara itu parameter KOK (COD) pada bulan April mempunyai kandungan melebihi baku mutu yang sudah ditentukan. Outlet Cirata C dan Zona KJA II memiliki kandungan sebesar 21 mg/l, Outlet Cirata A 22,33 mg/l, Outlet Cirata B sebesar 19 mg/l, terendah pada Zona KJA I sebesar 16,75 mg/l, dantertinggi pada Inlet PLTA sebesar 28 mg/l yang melebihi baku mutu kelas II.

  Limbah Keramba Jaring Apung (Studi Kasus: Waduk Jatiluhur)

Tabel 4.7 Data Kualitas Air Waduk Jatiluhur (Bulan Mei)

  PP PP No. No.

  82

82 LOKASI PENGAMATAN Tahu Tahu PARA SATUA No n n METER N 2001 2001 Outlet Outlet Outlet - - Zona Zona Inlet

  

Kelas Kelas Cirata Cirata Cirata

KJA I KJA II PLTA A B C

  1

2 FISIKA

  Devia Devia

  33

  33

  32

  34

  34

  32 si 3 si 3

  o

  1 Suhu C 88. 101.

  Zat Padat 1000 1000 150 149 40 285

  3

  67

  2 Terlarut mg/l Skala 1 -

  1.33

  1

  1

  1 2 -

  3 Kekeruhan NTU

  KIMIA 10.

  6 - 9

  10

  9.8

  9

  10

  9.8

  53 4 pH 6 - 9

  3.2 Oksigen

  3.8

  4

  3

  4

  4 ≥ 6 ≥ 4

  1

  5 Terlarut mg/l

  0.1

  0.1

  • 0.3 < 0.1 <

  0.1 < 0.1

  0.1

  6 Besi (Fe) mg/l < < <

  0.0

  0.0

  0.0

  0.0