melalui pendengaran, kedua memiliki kesulitan untuk menyerap informasi dalam bentuk tulisan secara langsung, ketiga memiliki kesulitan menulis
ataupun membaca. Ciri-ciri gaya belajar Auditori yaitu : a mampu mengingat dengan baik
penjelasan guru di depan kelas, atau materi yang didiskusikan dalam kelompok atau kelas, b pendengar ulung adalah anak mudah menguasai
materi iklan dan lagu di televisi atau radio, c cenderung banyak bicara, d tidak suka membaca dan umumnya memang bukan pembaca yang baik
karena kurang dapat mengingat dengan baik apa yang baru saja dibacanya, e kurang cakap dalm mengerjakan tugas mengarang atau menulis, f
senang berdiskusi dan berkomunikasi dengan orang lain, g kurang tertarik memperhatikan hal-hal baru dilingkungan sekitarnya, seperti
hadirnya anak baru, adanya papan pengumuman di pojok kelas
3. Kinestetik Kinesthetic Learners
Gaya belajar Kinestetik Kinesthetic Learners mengharuskan individu yang bersangkutan menyentuh sesuatu yang memberikan informasi
tertentu agar ia bisa mengingatnya. Tentu saja ada beberapa karakteristik model belajar seperti ini yang tidak semua orang bisa
melakukannya. Karakter pertama adalah menempatkan tangan sebagai alat penerima informasi utama agar bisa terus mengingatnya. Orang yang
bergaya belajar kinestetik ini mempunyai kelebihan dengan memegangnya saja, seseorang yang memiliki gaya ini bisa menyerap informasi tanpa
harus membaca penjelasannya. Ciri-ciri gaya belajar Kinestetik yaitu : a menyentuh segala sesuatu
yang dijumpainya termasuk saat belajar, b sulit berdiam diri atau duduk manis, selalu ingin bergerak, c mengerjakan segala sesuatu yang
memungkinkan tangannya aktif. Contoh: saat guru menerangkan pelajaran, dia mendengarkan sambil tangannya asyik menggambar, d
suka menggunakan objek nyata sebagai alat bantu belajar, e sulit menguasai hal-hal abstrak seperti peta, simbol dan lambing, f menyukai
praktek atau percobaan, g menyukai permainan dan aktivitas fisik. Model gaya belajar Honey dan Mumford dalam Risnawati dan Gufron
2012 membagi gaya belajar seseorang menjadi empat menyerupai rumusan gaya belajar Kolb, yaitu gaya belajar reflektor, teoris, pragmatis
dan aktivis.
1. Gaya belajar Aktivis
Filosofi hidup ereka adalah aku aka e o a segala sesuatu ya sekali , dari filosofi hidup ereka ta pak ah a para akti is sepa ja g
hidupnya akan bergelut dengan tantangan. Orang dengan gaya belajar aktivis menyukai melakukan eksperimen, termasuk simulasi, studi kasus,
dan mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah. Biasanya orang dengan karakter gaya belajar aktivis memiliki pikiran yang terbuka tidak skeptic
dan selalu antusias terhadap hal-hal baru. Kecenderungan dalam diri seorang aktivis untuk melakukan segala sesuatunya terlebih dahulu tanpa
memerhatikan resiko yang akan dihadapi di kemudian waktu. Hari-hari seorang aktivis biasanya selalu penuh dengan kegiatan-kegiatan dan
kegiatannya itu tampak seorang aktivis ini sebagai pusat dari yang ada disekitarnya.
2. Gaya belajar Reflektor
Individu dengan gaya belajar reflektif ini adalah bila orang tersebut lebih menyukai, elisitasi, diskusi, debat, dan seminar dalam proses
belajarnya. Seorang reflector sangat mempertimbangkan pengalaman dan memandang dari beberapa perspektif yang berbeda. Pengumpulan data
menjadi sangat penting bagi para reflector karena hal tersebut menjadi pertimbangan utamanya dalam membuat sebuah kesimpulan. Para
reflector menyukai, mengobservasi orang lain dalam beraktivitas, mendengarkan orang lain, mendapatkan inti-inti dari pembicaraannya
tersebut dan membuat poin-poinnya sendiri. Individu yang bergaya reflector ini cenderung low profile dan memiliki toleransi tinggi.
3. Gaya belajar Pragmatis
Individu pragmatis dalam aktivitas belajarnya cenderung kepada pengalaman konkrit baik di laboratorium, bekerja di lapangan, maupun
observasi. Mereka berusaha untuk mengeluarkan ide-ide baru dan opportunis. Biasanya mereka cenderung tidak sabar pada perenungan dan
open-ended diskusi. Mereka memandang masalah dan kesempatan di depan mereka sebagai sebuah tantangan yang harus dihadapi, hal tersebut
sesuai dengan filosofi hidup para pragmatis, ya itu selalu ada jala lai ,
dan apabila itu dapat terjadi maka akan baik. 4.
Gaya belajar Teoritis Orang yang memiliki gaya belajar teoritis adalah individu yang dalam
aktivitas belajarnya cenderung kepada membaca buku, berpikir, membuat analogi, dan membandingkan teori satu dengan teori lainnya. Mereka suka
menganalisis dan bersintesis. Pendekatan mereka terhadap semua masalah yang dihadapi adalah secara logika, hal tersebut sudah menjadi
mental set mereka, dan dengan pasti mereka akan menolak segala sesuatu yang bertentangan dengan prinsipnya itu. Teoritis menyukai segala
sesuatu yang pasti dan biasanya mereka tidak nyaman dengan subjective judgements, cara berpikir lateral, dan segala sesuatu yang sembrono.
Kolb dalam Nasution 2005 menyatakan bahwa terdapat langkah- langkah seorang siswa mengalami suatu pengalaman dan membentuk
gaya belajar. Adapun langkah-langkah pelibatan gaya belajar pada diri seorang siswa dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 2.2 Langkah-langkah Gaya Belajar Model Kolb
Kemampuan Kegiatan
Pelibatan
Concrete Experience
CE
Reflection Observatio
n RO
Abstract Conceptuali
zation AC
Active Experimenta
tion AE Siswa melibatkan diri
sepenuhnya dalam pengalaman baru
Siswa mengobservasi atau memikirkan pengalamannya
dari berbagai segi
Siswa menciptakan konsep- konsep baru yang
mengintegrasikan observasinya menjadi teori
yang sehat
Siswa menggunakan teori itu untuk memecahkan masalah-
masalah dan mengambil keputusan
Feeling perasaan
Watching mengamati
Thinking berpikir
Doing Berbuat
Berdasarkan pada Gambar 2.2, diatas dapat diketahui pelibatan beberapa unsur dalam melihat gaya belajar model Kolb tersebut
memberikan dampak yang positif terhadap bagaimana seseorang siswa harus bertindak sesuai dengan apa yang dimilikinya. Mekanisme pelibatan
unsur-unsur tersebut diatas akan sangat bergantung aktivitasnya. Gaya belajar model Kolb terimplisit dalam resource based learning belajar
berdasarkan sumber yang mengajak siswa melakukan observasi untuk memecahkan masalah. Kolb dalam Nasution 2005 menyatakan bahwa
gaya belajar gaya belajar yang melibatkan pengalaman baru siswa, mengembangkan observasi atau merefleksi, menciptakan konsep, dan
menggunakan teori untuk memecahkan masalah. Berdasarkan batasan pengertian gaya belajar model Kolb di atas, terdapat dua aspek atau
dimensi, yaitu: 1 Pengalaman konkrit pada suatu pihak dan konseptual abstrak pada pihak lain; 2 Eksperimentasi aktif pada suatu pihak dan
observasi reflektif pada pihak lain. Gaya belajar seorang siswa merupakan cerminan kecakapan yang diperolehnya dari lingkungan dan riwayat
belajar siswa sebelumnya. Menurut Kolb dalam Anatawati 2004, siswa belajar sebaik-baiknya ketika materi pembelajaran disajikan dalam pola
yang selaras dengan gaya belajar pilihannya sebagaimana yang disajikan pada Tabel 2.1 dibawah ini.
Tabel 2.1 Hubungan gaya belajar dengan Situasi pembelajaran
Gaya Belajar Situasi Pembelajaran yang Memberi Peluang Siswa Belajar Sebaik-
baiknya
Assimilator Sajian teoritik yang berisi pemikiran yang logic
Converger Sajian penerapan praktikal konsep-konsep dan teori-teori
Accomodator Sajian yang memberi peluang siswa bersentuhan seketika dengan
pengalaman belajar langsung atau konkret hands on experience Diverger
Sajian yang memberi peluang siswa mengamati dan mengumpulkan berbagai jenis informasi
Proses belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa kelas XI program IPA dan IPS di SMA 1 Bae Kudus setiap individu mempunyai gaya
belajar yang berbeda-beda dengan gayanya sendiri. Seperti yang dikemukakan oleh Kolb dalam Padmomartono 2003 menyatakan bahwa
proses belajar berlangsung melalui empat tahap, yaitu memperoleh pengalaman konkret CE, mengembangkan observasinya RO, kemudian
membentuk generalisasi dan abstraksi AC, selanjutnya dari ketiga langkah tersebut dijadikan pegangan dalam menghadapi pengalaman-
pengalaman baru AE. Kenyataannya, di sekolah siswa lebih banyak diarahkan, dibentuk pada gaya belajar asimilasi bersifat tertutup atau
menghafal. Siswa jarang dilatih pada pertanyaan-pertanyaan yang memacu kreativitas accomodator yang bersifat terbuka untuk
mengembangkan imajinasinya. Selain itu, pada umumnya terjadi di sekolah adalah siswa dibentuk dalam cara belajar yang cenderung terpusat
pada pengajar. Siswa jarang sekali diberi kesempatan untuk menjadi pengamat converger kemudian menuliskan hasil pengamatannya. Di
sekolah nampaknya siswa masih banyak belum diberi kesempatan untuk merancang diverger dan diajak untuk melakukan apa yang telah
direncanakannya. Padahal keempat gaya belajar di atas tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Memiliki kemampuan assimilator tanpa
memiliki kemampuan accommodator dapat menyebabkan siswa kurang berkembang
dalm mengembangkan
gagasan-gagasannya karena
kekeringan imajinasi. Demikian juga, mengembangkan gagasan dan logika siswa tidak akan terjadi tanpa memiliki pengalaman sendiri melalui proses
pengamatan. Siswa juga tidak dapat mengembangkan gagasan pikirannya jika sebenarnya siswa memiliki banyak gagasan namun tidak diajak
bersama dengan pengajar untuk merancang apa yang dipikirkan dan diminta melakukan apa yang dirancang.
Kolb dalam Susilo 2006 menyatakan bahwa pola atau gaya belajar tersebut dipengaruhi oleh jurusan atau bidang yag digeluti yang
selanjutnya akan turut mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam meraih prestasi. Terdapat lima tingkatan berbeda yang mendasari
seseorang memilih gaya belajar tertentu yaitu: tipe kepribadian, jurusan yang dipilih, karier atau profesi yang digeluti, pekerjaan atau peran yang
sedang dilakukan, dan adaptive competencies kompetensi adaptif. Pengukuran gaya belajar dalam penelitian skripsi ini menggunakan
Kol ’s Learning Style Inventory 1984 Kolb dalam Supeno 2003 pernyataaan berjumlah 12, masing-masing pernyataan terdiri dari 4
kategori jawaban AE Active Experimentation, RO Reflective Observation, AC Abstract Conceptualitation, CE Concrete Experience. Jawaban dari
masing-masing pernyataan tersebut harus ditulis dengan angka yang berbeda dan setiap pernyataan harus di rangking. Pilihan angka 4 adalah
yang paling disenangi siswa, pilihan 3 adalah yang disenangi siswa, pilihan 2 adalah agak disenangi siswa, dan pilihan 1 adalah yang tidak disenangi
siswa. Alasan pemilihan Kolb’s Learning Style Inventory sebagai alat ukur
adalah karena jumlah pernyataannya tidak terlalu banyak sehingga tidak akan membuat siswa malas untuk mengisi setiap pernyataan selain itu alat
ukur ini sudah sudah teruji validitasnya.
C. Program IPA dan IPS