ANALISIS RASIO KEUANGAN DAN SINKING FUND GUNA MEMPREDIKSI PERINGKAT OBLIGASI

(1)

ANALISIS RASIO KEUANGAN DAN SINKING FUND GUNA MEMPREDIKSI PERINGKAT OBLIGASI

Oleh

LA U R A LI D W I N A E R N I Y U LI A N I Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA EKONOMI

Pada

Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(2)

By

Laura Lidwina Erni Yuliani Universitas Lampung Email: laura.lidwina@yahoo.com

ABSTRACT

This study aims to investigate how the effects of financial ratios and sinking fund to the bond rating . Financial ratios are used in this study is a financial ratio used in this study include liquidity ratio is proxied by Quick Ratio (QR) , which is proxied by profitability ratios Return on Assets (ROA) , the solvency ratio is proxied by the Long Term Debt to Equity (LTDE) and the ratio of the activity is proxied by Total Asset Turnover (TATO) .

The study sample consists of bonds issued by companies listed on the Stock Exchange during the period 2009-2011 and rated by PT Pefindo. Data collection methods using purposive sampling technique . The total sample is used as many as 81 companies . This study used multiple linear regression models to examine the effect of financial ratios and sinking fund to the bond rating .

The results of this study indicate the ratio of activity has significantly positive effect on bond ratings . While the liquidity ratio is positive but not significant effect . Profitability ratios had no significant negative effect on bond ratings . While the solvency ratio is significantly negative effect on bond ratings . Variable sinking fund has no significant negative effect on bond ratings .


(3)

Oleh

Laura Lidwina Erni Yuliani Universitas Lampung Email: laura.lidwina@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti bagaimana pengaruh rasio keuangan dan sinking fund terhadap peringkat obligasi. Rasio keuangan yang digunakan dalampenelitian ini adalah Rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi rasio likuiditas yang diproksikan dengan Quick Ratio (QR), rasio profitabilitas yang diproksikan dengan Return On Asset (ROA), rasio

solvabilitas yang diproksikan dengan Long Term Debt to Equity (LTDE) dan rasio aktivitas yang diproksikan dengan Total Asset Turnover (TATO).

Sampel penelitian ini terdiri atas obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan yang terdaftar di BEI selama periode 2009-2011 dan diperingkat oleh PT Pefindo. Metode Pengumpulan data menggunakan teknik purposive sampling. Total sample yang digunakan sebanyak 81 perusahaan. Penelitian ini menggunakan model regresi linear berganda untuk menguji pengaruh dari rasio keuangan dan sinking fund terhadap peringkat obligasi.

Hasil penelitian ini mengindikasikan rasio aktivitas memiliki pengaruh positif secara signifikan terhadap peringkat obligasi. Sedangkan rasio likuiditas berpengaruh positif namun tidak signifikan. rasio profitabilitas berpengaruh negatif secara tidak signifikan terhadap peringkat obligasi. Sedangkan rasio solvabilitas berpengaruh negatif secara signifikan terhadap peringkat obligasi. Variabel sinking fund memiliki pengaruh negatif secara tidak signifikan terhadap peringkat obligasi.

Kata kunci: peringkat obligasi, likuiditas, profitabilitas, solvabilitas, aktivitas, sinking fund.


(4)

(5)

(6)

(7)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL

ABSTRAK

HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN

RIWAYAT HIDUP PERSEMBAHAN MOTTO

SANWACANA DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 7

1.3. Batasan Masalah ... 7

1.4. Tujuan Penelitian... 8

1.5. Manfaat Penelitian ... 8

1.5.1 Manfaat Teoritis ... 8

1.5.2 Manfaat Praktis ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori ... 10

2.1.1. Signaling Theory ... 10


(8)

2.1.2.1. Jenis-Jenis Obligasi ... 11

2.1.2.2. Risiko Obligasi ... 15

2.1.3. Peringkat obligasi ... 15

2.1.4. PT Pefindo ... 16

2.1.5. Sinking Fund... 18

2.1.6. Rasio Keuangan ... 18

2.2. Penelitian Terdahulu ... 23

2.3. Model Penelitian ... 25

2.4. Perumusan Hipotesis ... 26

2.4.1 Kemampuan Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Peringkat Obligasi ... 26

2.4.2 Kemampuan Sinking Fund Dalam Memprediksi Peringkat Obligasi ... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Populasi dan Sampel ... 29

3.2. Data Penelitian ... 30

3.2.1 Jenis dan Sumber Data ... 30

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data ... 30

3.3. Operasional Variabel Penelitian ... 31

3.3.1 Variabel Dependen ... 31

3.3.2 Variabel Independen ... 31

3.3.2.1 Rasio Keuangan... 31

3.3.2.2 Sinking Fund ... 33

3.4. Metode Analisis Data ... 33

3.4.1. Uji Asumsi Klasik ... 34

3.4.1.1 Uji Normalitas ... 34

3.4.1.2 Uji Multikolinearitas ... 36

3.4.1.3 Uji Heteroskedastisitas ... 36

3.4.1.4 Uji Autokorelasi ... 37

3.4.2. Pengujian Hipotesis... 38


(9)

3.4.2.2 Uji F Statistik ... 39

3.4.2.3 Uji T Statistik ... 39

BAB IV ANALISIS DATA 4.1. Statistik Deskriptif ... 41

4.2. Hasil Pengujian Asumsi Klasik ... 44

4.2.1. Uji Normalitas ... 44

4.2.2. Uji Multikolinearitas ... 46

4.2.3.

Uji Heteroskedastisitas ... 47

4.2.4.

Uji Autokorelasi ... . 48

4.3. Hasil Pengujian Hipotesis ... 49

4.3.1. Uji Koefisien Determinasi ... 49

4.3.2. Uji F Statistik ... 49

4.3.3. Uji T Statistik ... 50

4.3.4. Analisis Regresi Linear Berganda ... 52

4.4. Pembahasan... 53

4.4.1. Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Peringkat Obligasi ... 53

4.4.2. Pengaruh Sinking Fund Terhadap Peringkat Obligasi ... 57

BAB V KESIMPULAN 5.1. Kesimpulan ... 58

5.2. Keterbatasan Penelitian ... 60

5.3. Saran ... 60 DAFTAR PUSTAKA


(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Perusahaan memerlukan pendanaan dalam mengembangkan usahanya sehingga perusahaan harus menerbitkan nilai sekuritas sebagai salah satu faktor

penunjangnya. Menurut Ginting (2010), sumber pendanaan dapat diperoleh dari dalam perusahaan (internal financing) maupun dari luar perusahaan (eksternal financing). Sumber pendanaan internal diperoleh dari pemanfaatan laba yang ditahan yaitu laba yang tidak dibagikan sebagai deviden. Sedangkan sumber pendanaan eksternal diperoleh dari pinjaman yang dilakukan perusahaan kepada pihak luar dengan menjual saham ataupun menerbitkan obligasi pada pasar modal.

Saat ini banyak perusahaan yang menerbitkan obligasi sebagai salah satu bentuk pendanaan perusahaan untuk membiayai investasi. Investor lebih tertarik memilih berinvestasi menggunakan obligasi dibanding saham karena obligasi memiliki kelebihan dibandingkan saham. Menurut Feeber (2000) dalam Ikhsan et al (2012), kelebihan obligasi tersebut berkaitan dengan keamanan yaitu (1) volatilitas saham lebih tinggi dibanding obligasi sehingga mengurangi daya tarik investasi pada saham, dan (2) obligasi menawarkan tingkat return atau pengembalian yang positif dan memberikan pendapatan tetap (fixed income).


(11)

Obligasi diterbitkan oleh perusahaan yang membutuhkan dana baik untuk ekspansi bisnisnya atau untuk memenuhi kebutuhan keuangan perusahaan dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Sebelum perusahaan mengeluarkan obligasi, terlebih dahulu akan dilakukan proses pengujian terhadap obligasi tersebut. Sejak tahun 1995, surat utang khususnya yang diterbitkan melalui penawaran umum wajib untuk diperingkat oleh lembaga pemeringkat yang terdaftar di Bapepam (Almilia dan Devi, 2007).

Investor yang tertarik untuk membeli obligasi yang dikeluatkan oleh suatu perusahaan tentunya harus memperhatikan peringkat obligasi (bond rating) terlebih dahulu. Peringkat obligasi merupakan skala risiko dari semua obligasi yang diperdagangkan. Skala ini menunjukkan seberapa aman obligasi bagi investor. Keamanan yang dimaksud ditunjukkan oleh kemampuan emiten dalam membayar bunga dan pelunasan pokok pinjaman.

Obligasi diperingkatkan oleh lembaga pemeringkat obligasi yang independen. Terdapat enam lembaga pemeringkat kredit yang diakui oleh Bank Indonesia berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/31/DPNP tanggal 22 Desember 2011 perihal Lembaga Pemeringkat dan Peringkat yang Diakui Bank Indonesia. Keenam lembaga pemeringkat tersebut yaitu Fitch Ratings, Moody’s Investor Service, Standard and Poor’s, PT. Fitch Ratings Indonesia, PT. ICRA Indonesia, dan PT. Pemeringkat Efek Indonesia (http://www.bi.go.id).


(12)

Tetapi peringkat obligasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah hasil dari PT. PEFINDO karena perusahaan yang terdaftar dalam BEI sebagian besar menggunakan jasa PT. PEFINDO dalam memberikan peringkat obligasi. Lembaga pemeringkat di Indonesia diwajibkan untuk mempunyai technical assistant dari lembaga pemeringkat di luar negeri.

Peringkat obligasi yang diberikan oleh lembaga pemeringkat di Indonesia yaitu PT. PEFINDO dapat dikategorikan menjadi dua yaitu investment grade (idAAA, idAA, idA, dan idBBB) dan non-investment grade (idBB, idB, idCCC, dan idD). Pemberian prefix ”id” disetiap rating atau peringkat obligasi yang diberikan oleh PT. PEFINDO menyatakan bahwa pemeringkatan obligasi tersebut diberikan untuk konteks di dalam negara Indonesia. Semakin tinggi peringkat suatu obligasi maka akan semakin kecil risiko gagal bayar obligasi tersebut.

Ketika peringkat obligasi termasuk investment grade berarti lembaga pemeringkat menganggap bahwa kinerja perusahaan baik. Informasi tersebut akan direspon oleh investor dengan cara mengalokasikan dananya ke perusahaan karena investor menganggap perusahan tersebut dapat meningkatkan kesejahteraannya, akibatnya abnormal return akan meningkat. Sebaliknya, jika peringkat obligasi termasuk non investment grade maka menunjukkan bahwa kinerja perusahaan mengalami penurunan. Akibatnya investor menjadi kurang tertarik untuk menginvestasikan dananya ke perusahaan tersebut (Yudawijaya dan Syarifah, 2011).


(13)

Menurut Hanafi (2004) dalam Ikhsan et al (2012), lembaga pemeringkat biasanya melakukan tahap berikut dalam proses menentukan peringkat obligasi, yaitu melakukan review internal terhadap perusahaan yang mengeluarkan instrumen utang atau obligasi kemudian hasil dari review internal tersebut akan

direkomendasikan kepada komite rating yang akan menentukan rating atau peringkat obligasi perusahaan tersebut. Salah satu hal yang digunakan lembaga pemeringkat memberikan peringkat obligasi pada perusahaan adalah dengan melihat hasil dari laporan keuangan perusahaan tersebut.

Amrullah (2007) menyatakan penilaian yang dilakukan lembaga pemeringkat obligasi tidak selalu akurat. Ada beberapa kejadian yang menimbulkan suatu pertanyaan apakah peringkat obligasi yang diberikan oleh agen pemeringkat kredit akurat dan dapat diandalkan. Sebagai contoh ketidakakuratan penilaian yang dilakukan lembaga pemeringkat di Amerika terjadi pada kasus penurunan peringkat Enron secara drastis. Enron mengumumkan kepailitannya pada hari Minggu di bulan Desember 2001, sedangkan pada hari Jumat sebelumnya obligasi Enron masih memiliki peringkat layak investasi.

Sedangkan salah satu kasus yang terjadi di Indonesia yaitu kasus peringkat obligasi Bank Global yang diberikan oleh PT Kasnic Credit Rating Indonesia (Kasnic). Pada Juli 2003, Kasnic memberikan peringkat A- untuk obligasi subordinasi Bank Global. Namun setelah BI mengumumkan secara resmi tentang status Bank Global pada 8 Desember 2004, Kasnic langsung menurunkan


(14)

pengumuman BI mengenai pembekuan izin Bank Global pada 13 Desember 2004, Kasnic menurunkan peringkat obligasi subordinasi secara drastis menjadi D (default).

Menurut Brigham dan Houston (2006) dalam Adrian (2011), peringkat obligasi dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti rasio-rasio keuangan, jaminan aset, kedudukan obligasi, penjamin dari pihak ketiga, adanya sinking fund, umur obligasi, stabilitas laba dan penjualan emiten, peraturan yang berkaitan dengan industri emiten, faktor-faktor lingkungan dan tanggung jawab produk, kebijakan akuntansi.

Tetapi tidak terdapat penjelasan lebih lanjut dari agen pemeringkat tentang bagaimana laporan keuangan dapat digunakan dalam menentukan peringkat obligasi. Hal inilah yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian mengenai pemeringkatan obligasi dengan menggunakan rasio-rasio keuangan yang didasarkan pada laporan keuangan perusahaan, dengan anggapan bahwa laporan keuangan perusahaan lebih menggambarkan kondisi perusahaan.

Almilia dan Devi (2007) menyatakan bahwa rasio likuiditas berpengaruh dalam memprediksi peringkat obligasi, sedangkan rasio profitabilitas tidak berpengaruh dalam memprediksi peringkat obligasi. Manurung et al (2008) menyatakan bahwa rasio likuiditas, rasio aktivitas, dan rasio profitabilitas berpengaruh signfikan terhadap prediksi peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh lembaga pemeringkat, karena signifikan pada tingkat kepercayaan. Sedangkan risiko sistematika pasar


(15)

(Beta) dan rasio solvabilitas tidak berpengaruh terhadap prediksi peringkat

obligasi yang dikeluarkan oleh lembaga pemeringkat, karena tidak signifikan pada tingkat kepercayaan.

Sejati (2010) menyatakan bahwa rasio likuiditas dan rasio profitabilitas tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prediksi peringkat obligasi. Sedangkan Astria (2011) menyatakan bahwa rasio likuiditas, rasio profitabilitas dan rasio aktivitas berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi, sedangkan DER berpengaruh negatif terhadap peringkat obligasi.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, terbukti bahwa terdapat perbedaan dari hasil penelitian-penelitian tersebut tentang pengaruh rasio

keuangan (rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio solvabilitas dan rasio

aktivitas) serta terhadap prediksi peringkat obligasi. Oleh karena itu, penelitian ini akan kembali membahas tentang peran rasio keuangan dalam memprediksi peringkat obligasi. Selain menggunakan rasio keuangan, penelitian ini juga akan membahas tentang peran sinking fund dalam memprediksi peringkat obligasi.


(16)

Sinking Fund merupakan pembentukan dana cadangan dalam upaya menanggulangi kesulitan likuiditas perusahaan saat jatuh tempo obligasi.

Cadangan dana tersebut dapat digunakan pada saat pelunasan pokok pinjaman dan bunga pada saat jatuh tempo obligasi maupun pada saat penarikan kembali

obligasi yang beredar dengan cara membeli kembali obligasi yang beredar di Bursa.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul ”Analisis Rasio Keuangan dan Sinking Fund guna Memprediksi Peringkat Obligasi”.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah rasio keuangan (rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio solvabilitas dan rasio aktivitas) dapat digunakan untuk memprediksiperingkat obligasi? 2. Apakah sinking fund dapat digunakan untuk memprediksi peringkat obligasi?

1.3 Batasan Masalah

Masalah yang diangkat dalam skripsi ini terlalu luas jika diteliti secara menyeluruh.. Maka dari itu agar masalah tidak terlalu melebar penulis hanya meneliti perusahaan non keuangan yang menggunakan jasa Pefindo dalam

memeringkatkan obligasinya. Penelitian ini hanya meneliti data laporan keuangan selama 3 tahun dari tahun 2009-2011. Dallam penelitian ini variabel yang


(17)

digunakan untuk memprediksi peringkat obligasi juga dibatasi hanya dengan menggunakan faktor sinking fund serta rasio keuangan yaitu rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio solvabilitas dan rasio aktivitas.

1.4Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:

1. Menganalisis tentang kemampuan rasio keuangan (rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio solvabilitas dan rasio aktivitas) dalam memprediksi peringkat obligasi.

2. Menganalisis tentang kemampuan sinking fund dalam memprediksi peringkat obligasi.

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis

Bagi para akademisi, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan peringkat obligasi serta penelitian ini juga dapat digunakan sebagai sumber informasi dan referensi atau bahan acuan untuk penelitian berikutnya yang masih termasuk dalam bidang yang sama.


(18)

1.5.2 Manfaat Praktis

Bagi para investor obligasi, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi dalam mempertimbangkan pengambilan keputusan untuk melakukan investasi dalam obligasi. Bagi para emiten obligasi, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar dalam memprediksi peringkat obligasi secara dini untuk menghindari kesalahan yang dilakukan perusahaan emiten dalam membuat keputusan yang berkaitan dengan penerbitan obligasi.


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Signaling Theory

Menurut Wolk et al (2000) dalam Sari et al (2006), signaling theory menjelaskan tentang dorongan perusahaan untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal dikarenakan adanya asimetri informasi antara manajemen

perusahaan dan pihak eksternal perusahaan (investor). Asimetri informasi menyebabkan pihak eksternal perusahaan (investor dan kreditur) sangat sulit untuk membedakan antara perusahaan yang berkualitas tinggi dan rendah. Salah satu cara untuk mengurangi informasi asimetri adalah dengan memberikan sinyal kepada pihak eksternal contohnya sinyal yang ditunjukan dengan peringkat obligasi. Informasi berupa pemberian peringkat obligasi yang dipublikasikan diharapkan dapat menjadi sinyal mengenai kondisi keuangan perusahaan serta kondisi atau kualitas obligasi yang dikeluarkan perusahaan tersebut dan menggambarkan kemungkinan obligasi berpotensi gagal bayar atau tidak (Maharti, 2011).


(20)

2.1.2 Obligasi

Kata obligasi berasal dari bahasa Belanda yaitu obligatie atau obligataat yang berarti kewajiban yang tidak dapat ditinggalkan. Definisi obligasi menurut Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu surat utang jangka menengah-panjang yang dapat dipindahtangankan yang berisi perjanjian yang telah disepakati keduabelah pihak dimana pihak yang menerbitkan obligasi (emiten) berjanji untuk membayar imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut (investor).

2.1.2.1 Jenis-jenis Obligasi

Berdasarkan data yang diperoleh dari website IDX (www.idx.co.id), obligasi dapat dikelompokan menjadi beberapa jenis yaitu:

A. Berdasarkan Penerbit

1) Government bonds (obligasi pemerintah) yaitu obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah pusat. Obligasi pemerintah yang terdiri dari Obligasi Rekap, Surat Utang Negara (SUN), Obligasi Ritel Indonesia (ORI) dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) 2) Municipal Bond (obligasi pemerintah daerah) yaitu obligasi yang

diterbitkan oleh pemerintah daerah dalam rangka membiayai proyek-proyek yang berkaitan dengan kepentingan publik (public utility) seperti pembiayaan pembangunan infrastruktur di daerah. 3) Corporate Bonds (obligasi perusahaan) yaitu obligasi yang


(21)

milik negara (BUMN) atau badan usaha swasta yang bertujuan sebagai sumber permodalan untuk mendukung kepentingan bisnisnya.

B. Berdasarkan Jaminan (Collateral)

1) Secured Bonds yaitu obligasi yang dijamin dengan kekayaan tertentu dari penerbitnya atau dengan jaminan lain dari pihak ketiga.. Secured bonds dapat dibedakan menjadi empat jenis yaitu Mortgage Bonds yang dijamin dengan aktiva tetap, Collateral Trust Bonds yang dijamin dengan efek (surat berharga),

Guaranteed Bonds yang dijamin serta ditanggung oleh pihak ketiga dan Equipment Bonds yang dijamin dengan peralatan.

2) Unsecured Bonds yaitu obligasi yang tidak dijaminkan dengan kekayaan tertentu tetapi hanya dijamin dengan janji penerbit untuk membayar bunga tetap dan pembayaran uang prinsipal saat jatuh tempo. Obligasi ini juga dapat terjual khususnya obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan yang memiliki reputasi yang baik atau memiliki goodwill.


(22)

C. Berdasarkan Sistem Pembayaran Bunga

1) Coupon Bonds yaitu obligasi dengan kupon yang bunganya dibayarkan secara periodik sesuai dengan ketentuan penerbitnya. 2) Fixed Coupon Bonds yaitu obligasi dengan tingkat kupon bunga

yang telah ditetapkan sebelum masa penawaran di pasar perdana dan akan dibayarkan secara periodik dengan suku bunga yang tidak berubah sampai masa jatuh tempo.

3) Floating Coupon Bonds yaitu nilai kupon obligasi ditentukan berdasarkan tingkat suku bunga tertentu dan akan selalu berubah setiap waktu.

4) Zero Coupon Bonds yaitu obligasi yang tidak mempunyai kupon sehingga emiten tidak melakukan pembayaran bunga secara periodik.

D. Berdasarkan Hak Penukaran atau Opsi

1) Callable Bonds yaitu obligasi yang memberikan hak kepada emiten untuk membeli kembali obligasi pada harga tertentu sepanjang umur obligasi tersebut.

2) Convertible Bonds yaitu obligasi yang memberikan hak kepada pemegang obligasi untuk mengkonversikan atau menukar obligasi tersebut ke dalam sejumlah saham milik penerbitnya (emiten). 3) Exchangeable Bonds yaitu obligasi yang memberikan hak kepada

pemegang obligasi untuk menukar obligasi tersebut menjadi sejumlah saham biasa pada perusahaan afiliasi milik penerbitnya.


(23)

4) Putable Bonds yaitu obligasi yang memberikan hak kepada investor yang mengharuskan emiten untuk membeli kembali obligasi pada harga tertentu sepanjang umur obligasi tersebut.

E. Berdasarkan Pemegang Obligasi

1) Obligasi atas nama (Register Bond) yaitu obligasi yang diterbitkan atas nama pemilik.

2) Obligasi atas unjuk (Bearer Bond) yaitu obligasi dimana pemegang obligasinya harus mengirim kupon untuk menerima pembayaran bunga dan kepemilikan kupon obligasi ini dapat dipindahkan langsung ke pihak lain.

F. Berdasarkan Masa Jatuh Tempo

1) Obligasi berjangka (term bond) yaitu obligasi yang jatuh tempo pada waktu yang bersamaan di masa mendatang dan memiliki satu tanggal jatuh tempo yang cukup panjang.

2) Obligasi berseri (serial bond) yaitu obligasi yang jatuh tempo pada waktu yang berbeda (secara berangsur-angsur) atau yang memiliki serangkaian tanggal jatuh tempo.


(24)

2.1.2.2 Risiko Obligasi

Menurut Brigham dan Houston (2006), terdapat beberapa risiko yang dihadapi oleh investor dalam investasi obligasi yaitu:

1. Reinvestment Rate Risk (Risiko Tingkat Investasi Kembali) merupakan risiko terjadinya penurunan pendapatan akibat dari turunnya suku bunga.

2. Interest Rate Risk (Risiko Tingkat Suku Bunga) merupakan risiko penurunan nilai obligasi akibat kenaikan suku bunga.

3. Default Risk ( Risiko Gagal Bayar) merupakan risiko penerbit obligasi

(emiten) yang mengalami kebangkrutan dan biasanya risiko ini diukur dengan menggunakan peringkat obligasi.

2.1.3 Peringkat Obligasi

Investor yang tertarik untuk membeli obligasi, sebelumnya harus memperhatikan kelayakan obligasi yang akan dibelinya. Maka dari itu sebelum diterbitkan, obligasi harus diberikan peringkat obligasinya oleh lembaga pemeringkat. Peringkat obligasi yang diberikan bukan merupakan rekomendasi untuk menjual, membeli maupun untuk mempertahankan obligasi. Karena peringkat obligasi hanya merupakan opini yang berfokus pada kemampuan penerbit obligasi dalam memenuhi kewajibannya membayar bunga dan pokok utang secara tepat waktu. Peringkat obligasi dapat dipublikasikan melalui website PT.Pefindo

(http://new.pefindo.com), namun adapula peusahaan yang tidak ingin peringkat obligasinya dipublikasikan.


(25)

Menurut Brigham dan Houston (2006), peringkat obligasi dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor kualitatif maupun faktor kuantitatif sebagai berikut:

1) Berbagai macam rasio-rasio keuangan 2) Jaminan aset untuk obligasi yang diterbitkan 3) Kedudukan obligasi dengan jenis utang lain 4) Penjamin

5) Adanya sinking fund 6) Umur obligasi

7) Stabilitas laba dan penjualan emiten

8) Peraturan yang berkaitan dengan industri emiten 9) Faktor-faktor lingkungan dan tanggung jawab produk 10)Kebijakan akuntansi

2.1.4 PT. Pefindo (PT. Pemeringkat Efek Indonesia)

PT. Pefindo merupakan lembaga pemeringkat obligasi di Indonesia yang didirikan pada tanggal 21 Desember 1993 di Jakarta melalui inisiatif dari BAPEPAM (Badan Pengawas Pasar Modal) dan BI (Bank Indonesia) dan pada tanggal 13 Agustus 1994 telah memperoleh izin usaha dari BAPEPAM (No. 39/PM-PI/1994). Untuk meningkatkan metodologi pemeringkatan dan kriteria dalam melakukan pemeringkatan, maka Pefindo didukung oleh mitra afiliasi mereka yaitu Standard & Poor’s yang merupakan lembaga pemeringkat internasional. Selain itu, Pefindo juga aktif berpartisipasi dalam Asian Credit Rating Agencies Association (ACRAA).


(26)

Peringkat obligasi dibedakan menjadi 2 (dua) kategori yaitu investment grade (idAAA, idAA, idA, dan idBBB) dan non-investment grade (idBB, idB, idCCC, dan idD).

Tabel 2.1

Arti Peringkat Obligasi PT PEFINDO

Simbol Arti

idAAA Efek utang yang peringkatnya paling tinggi dan beresiko paling rendah yang didukung oleh kemampuan obligor yang superior relatif dibanding entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya sesuai dengan perjanjian idAA Efek utang memiliki kualitas kredit sedikit dibawah peringkat

tertinggi,didukung oleh kemampuan obligor yang sangat kuat untuk memenuhi kewajiban financial jangka panjangnya sesuai dengan perjanjian, relatif dibanding dengan entitas Indonesia lainnya. Dan tidak mudah dipengaruhi oleh perubahan keadaan. idA Efek utang yang beresiko investasi rendah dan memiliki

kemampuan dukungan obligor yang kuat dibanding entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban financialnya sesuai dengan perjanjian namun cukup peka terhadap perubahan yang merugikan

idBBB Efek utang yang beresiko investasi cukup rendah didukung oleh kemampuan obligor yang memadai, relatif dibanding entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban financialnya sesuai dengan perjanjian. Namun kemampuan tersebut dapat diperlemah oleh perubahan keadaan bisnis dan perekonomian yang merugikan.

idBB Efek utang menunjukkan dukungan kemampuan obligor yang agak lemah relatif dibanding entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban financial jangka panjangnya sesuai dengan perjanjian serta peka terhadap keadaan bisnis dan perekonomian yang tidak menentu dan merugikan.

idB Efek utang yang menunjukkan parameter perlindungan yang sangat lemah,walaupun obligor masih memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban financial jangka panjangnya. Namun adanya perubahan keadaan bisnis dan perekonomian yang merugikan akan memperburuk kemampuan tersebut untuk memenuhi kewajiban financialnya

idCCC Efek utang yang tidak mampu lagi memenuhi kewajiban financialnya serta hanya bergantung kepada perbaikan keadaan eksternal.


(27)

idD Efek utang yang macet atau emitennya sudah berhenti berusaha. Sumber : Pefindo

2.1.5 Sinking Fund

Sinking fund merupakan sejumlah dana yang disisihkan oleh emiten secara teratur yang akan digunakan untuk melunasi obligasi atau utang jangka panjang lainnya. Penyisihan dana ini dapat berupa uang tunai yang akan ditanamkan dalam surat-surat berharga yang dapat mengasilkan pendapatan. Sinking Fund merupakan peraturan yang telah ditetapkan oleh lembaga yang berwenang untuk melunasi sebagian obligasi dalam waktu tertentu sehingga perusahaan harus menyisihkan dana khusus untuk membayar kewajiban tersebut.

Metode sinking fund atau dana pelunasan utang yaitu pembayaran utang yang dilakukan dengan 1 kali pembayaran pada akhir periode utang. Metode sinking fund mengasumsikan bahwa peminjam membuat pembayaran secara berkala ke dalam suatu dana yang di sebut dana pelunasan sinking fund. (Hasibuan, 2011).

2.1.6 Rasio Keuangan

Rasio keuangan merupakan ukuran-ukuran yang digunakan untuk menganalisis laporan keuangan suatu perusahaan berdasarkan perbandingan data keuangan yang terdapat pada pos laporan keuangan. Laporan keuangan perusahaan merupakan salah satu sumber informasi yang digunakan untuk memperoleh gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan.


(28)

2.1.6.1Jenis-jenis Analisis Rasio Keuangan

A. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas merupakan rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka pendek perusahaan dengan melihat aktiva lancar perusahaan relatif terhadap kewajiban lancar

perusahaan tersebut. Rasio likuiditas dapat dibagi menjadi 4 (empat) macam rasio berikut:

1) Current ratio (CR) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar (current asset) yang dimiliki perusahaan.

2) Quick ratio (QR) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva yang lebih likuid yaitu aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai persediaan (inventory).

3) Cash ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan

menggunakan kas yang tersedia maupun dengan menggunakan setara kas seperti rekening giro atau tabungan di bank.


(29)

4) Working capital to total assets ratio (WCTA) merupakan rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktiva lancar perusahaan sehingga perusahaan mampu membayar utang jangka

pendeknya secara tepat waktu.

B. Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas merupakan rasio yang mengukur tentang tingkat kinerja keuangan suatu perusahaan khususnya tentang kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dalam hubunganya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Rasio profitabilitas dapat dibagi menjadi 5 (lima) macam rasio berikut:

1) Return on assets (ROA) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam memperoleh laba bersih dengan memanfaatkan aktiva yang dimiliki perusahaan.

2) Return on equity (ROE) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan modal sendiri dalam menghasilkan laba bersih bagi seluruh pemegang saham perusahaan.

3) Return on Investment (ROI) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari total investasi yang diinvestasikan oleh perusahaan tersebut.

4) Gross Profit Margin (GPM) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba kotor atau laba bruto dari setiap penjualan.


(30)

5) Net Profit Margin (NPM) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan meghasilkan pendapatan bersih terhadap total penjualan yang dicapai.

C. Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas merupakan rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jika perusahaan tersebut dilikuidasi. Rasio ini berhubungan dengan keputusan pendanaan dimana perusahaan lebih memilih pembiayaan hutang dibandingkan modal sendiri. Rasio solvabilitas dapat dibagi menjadi 4 (empat) macam rasio berikut:

1) Time Interest Earned (TIE) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar keuntungan yang dapat berkurang tanpa mengakibatkan adanya kesulitan keuangan karena perusahaan tidak mampu membayar bunga utang jangka panjangnya lagi.

2) Debt ratio (DR) atau disebut juga dengan rasio utang merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah aktiva perusahaan yang didanai oleh kreditor (utang).

3) Debt to equity ratio (DER) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan ekuitas (modal sendiri) perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya.

4) Long term debt to equity ratio (LTDE) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan ekuitas (modal sendiri) perusahaan untuk melunasi utang jangka panjangnya.


(31)

D. Rasio Aktivitas

Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur keefektifan sebuah perusahaan dalam menggunakan dan memanfaatkan aktiva yang dimiliki perusahaan untuk menghasilkan pendapatan. Dengan kata lain, rasio ini menunjukan kemampuan perusahaan dalam melakukan aktivitas

perusahaan sehari-hari dan mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki. Rasio aktivitas dapat dibagi menjadi 4 (empat) macam rasio berikut:

1) Working Capital Turnover (WCT) merupakan rasio yang digunakan untuk menunjukan kemampuan perusahaan dalam menggunakan modal kerja perusahaan secara efektif untuk menciptakan penjualan.

2) Total Asset Turnover (TATO) merupakan rasio yang digunakan untuk menunjukan efektivitas perusahaan dalam mengelola perputaran aktiva yang diukur dari volume penjualan dalam suatu periode tertentu. 3) Fixed Asset Turnover (FATO) merupakan rasio yang digunakan untuk

mengukur tingkat efisiensi perusahaan dalam menggunakan aktiva tetap perusahaan untuk menghasilkan volume penjualan.

4) Inventory Turnover (ITO) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi penggunaan persediaan sehingga dapat juga untuk menilai seberapa baiknya kinerja manajemen dalam mengontrol modal yang ada pada persediaan.


(32)

2.2 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu Nama

Penelitian

Variabel Penelitian Metode Analisis Hasil Penelitian Luciana Spica Almilia dan Vieka Devi (2007)

Growth, size, rasio profitabilitas, rasio likuiditas, jaminan, umur obligasi dan reputasi auditor

Regresi logit Growth dan rasio likuiditas (CR) berpengaruh dalam memprediksi peringkat obligasi. Sedangkan size, rasio profitabilitas (ROA), jaminan dan umur obligasi tidak berpengaruh dalam memprediksi peringkat obligasi. Manurung, Silitonga dan Tobing (2008) Risiko sistematik (beta), rasio leverage, rasio profitabilitas, rasio likuiditas, rasio aktivitas

Regresi Logit Beta, rasio profitabilitas (yang diproksikan oleh NPM dan ROE), dan rasio leverage (DER) tidak berpengaruh terhadap rating obligasi. Sedangkan rasio likuiditas (CR), rasio aktivitas (TAT), dan rasio profitabilitas (ROA) berpengaruh signfikan terhadap rating obligasi Raharja dan Maylia Pramono Sari (2008) Rasio leverage, likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan produktivitas Analisis diskriminan dan regresi logit

Rasio leverage (LTDE), likuiditas (CR), solvabilitas, profitabilitas, dan

produktivitas dapat

membentuk model prediksi peringkat obligasi


(33)

Grace Putri Sejati (2010)

Rasio

profitabilitas, rasio likuiditas, growth, size dan reputasi auditor

Regresi logit Growth memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prediksi peringkat obligasi. Sedangkan reputasi auditor, rasio likuiditas (CR), rasio profitabilitas (ROA) dan size tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prediksi peringkat obligasi.

Astria (2011) Rasio leverage, rasio likuiditas dan rasio profitabilitas

Regresi Rasio likuiditas (CR), rasio profitabilitas (ROA) dan rasio leverage (TIE) berpengaruh positif

terhadap peringkat obligasi, sedangkan rasio leverage, (DER) berpengaruh negatif terhadap peringkat obligasi. Shinta Heru

Satoto (2011)

Rasio leverage, rasio likuiditas dan rasio profitabilitas

Regresi Rasio leverage (yang diproksikan dengan DR) berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi. Sedangkan rasio leverage (yang diproksikan dengan TIE), rasio likuiditas (CR) dan rasio profitabilitas (ROA) tidak berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi.


(34)

2.3 Model Penelitian

Berdasarkan pada teori yang telah dijelaskan, penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas dan sinking fund merupakan prediktor dalam memprediksi peringkat obligasi yang akan datang dan variabel manakah yang signifikan dalam mempengaruhi peringkat obligasi. Oleh karena itu kerangka pemikiran yang terbentuk adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

H5 (+) H4 (+) H2 (+)

H3 (+) H1 (+) Rasio Likuiditas

Peringkat Obligasi

Sinking Fund Rasio Profitabilitas

Rasio Solvabilitas


(35)

2.4 Perumusan Hipotesis

2.4.1 Kemampuan Rasio Keuangan dalam Memprediksi Peringkat Obligasi

1. Rasio Likuiditas

Dalam penelitian ini, rasio likuiditas diproksikan dengan Quick Ratio (QR). Rasio Likuiditas akan menjadi salah satu bahan pertimbangan investor sebelum

memutuskan untuk membeli obligasi. Semakin tinggi rasio likuiditas maka perusahaan akan dianggap semakin mampu untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu karena rasio likuiditas yang tinggi menunjukan bahwa aset lancar yang dimiliki perusahaan lebih tinggi daripada utang lancarnya. Menurut Burton (2000) dalam Almilia dan Devi (2007), tingkat likuiditas yang tinggi menunjukkan kuatnya kondisi keuangan perusahaan sehingga secara finansial akan mempengaruhi prediksi peringkat obligasi.

H1 : Rasio likuiditas berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi

2. Rasio Profitabilitas

Dalam penelitian ini, rasio profitabilitas diproksikan dengan Return On Assets (ROA). Rasio ini menunjukan tingkat keefisienan aset yang dikelola terhadap earnings (laba) yang dihasilkan. Menurut Setyaningrum (2005), semakin efisien aset yang dikelola menunjukan bahwa tingkat profitabilitas perusahaan tersebut tinggi maka pendapatan atau laba bersih yang diperoleh akan semakin besar sehingga kemungkinan perusahaan untuk gagal bayar akan semakin kecil. Menurut Brotman (1989) dalam Raharja dan Sari (2008), semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin rendah risiko ketidakmampuan membayar


(36)

(default) dan semakin baik peringkat yang akan diberikan terhadap perusahaan tersebut.

H2 : Rasio profitabilitas berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi

3. Rasio Solvabilitas

Dalam penelitian ini, rasio solvabilitas atau leverage diproksikan dengan Long Term Debt to Equity (LTDE). Rasio solvabilitas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk melakukan pembayaran bunga untuk memenuhi kewajiban perusahaan. Tingginya rasio solvabilitas menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan dalam membayar bunga akan semakin baik. Chikolwa (2008) dalam Satoto (2011) menyatakan bahwa peringkat obligasi cenderung mempunyai sensitivitas yang tinggi terhadap leverage ratio perusahaan. Semakin tinggi rasio ini maka akan semakin mampu suatu perusahaan dalam membayar bunga-bunga atas segala utang-utangnya, termasuk didalamnya obligasi yang diterbitkannya.

H1: Rasio solvabilitas berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi

4. Rasio Aktivitas

Dalam penelitian ini, rasio aktivitas diproksikan dengan Total Asset Turnover (TATO). Rasio aktivitas yaitu rasio yang mengukur keefektifan perusahaan dalam mempergunakan sumber daya (modal kerja) yang dimiliki perusahaan tersebut dalam pencapaian penjualan bersih. Menurut Horrigen (1966) dalam Purnomo (2005), rasio aktivitas secara siginifikan berpengaruh positif terhadap credit


(37)

ratings. Semakin tinggi rasio aktivitas maka semakin baik peringkat obligasi perusahaan tersebut.

H4 : Rasio aktivitas berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi

2.4.2 Kemampuan Sinking Fund dalam Memprediksi Peringkat Obligasi Sinking fund yaitu dana perusahaan yang disisihkan untuk membayar utang jangka panjang. Boardman dan McEnally (1981) dalam Andry (2005) membuat model penelitian untuk menguji faktor penentu harga dan return obligasi pada tiap kategori rating secara time series dengan menggunakan sinking fund. Penelitiannya dilakukan dengan mengamati ada tidaknya sinking fund pada penerbitan obligasi. Hasilnya menyatakan bahwa obligasi yang berkualitas rendah yaitu perusahaan yang menerbitkan obligasi dengan tidak menyediakan sinking fund, maka harga dan returnnya kurang homogen dibanding yang berkualitas tinggi. Sehingga dapat diasumsikan bahwa jika terdapat sinking fund maka peringkat obligasi akan semakin tinggi. Karena obligasi yang memberikan penyisihan dana atau memberi ketetapan sinking fund dipandang relatif lebih aman dibanding obligasi tanpa adanya sinking fund.


(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Populasi dan Sampel

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan non keuangan yang menerbitkan obligasi serta terdaftar dalam peringkat obligasi yang

dikeluarkan oleh Pefindo (2010-2012) dan juga merupakan perusahaan non keuangan yang tercatat pada BEI (Bursa efek Indonesia). Laporan keuangan yang akan diteliti adalah dari periode tahun 2009 sampai 2011.

Sampel penelitian diambil secara purposive sampling. Sampel yang digunakan harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Perusahaan merupakan perusahaan non keuangan yang terdaftar pada BEI (Bursa Efek Indonesia)

b. Perusahaan non keuangan yang menerbitkan obligasi dan terdaftar pada PT. Pefindo

c. Perusahaan non keuangan yang menerbitkan dan mempublikasikan laporan keuangan periode 2009 hingga 2011.

d. Perusahaan non keuangan yang menerbitkan obligasi dalam periode 2010-2012.


(39)

Tabel 3.1 Pemilihan Sampel

Keterangan Jumlah Sampel

1 Perusahaan yang menerbitkan obligasi periode 2009-2011

254

2 Perusahaan keuangan yang menerbitkan obligasi 122 3 Perusahaan yang tidak menggunakan jasa pefindo 51

Sampel akhir 81

3.2 Data Penelitian

3.2.1 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu berupa laporan keuangan perusahaan non keuangan yang tercatat di BEI (Bursa Efek Indonesia) periode tahun 2009-2011 dan peringkat obligasi yang dipublikasikan di website PT. Pefindo (http://new.pefindo.com) periode 2010-2012. Sumber data laporan keuangan yang digunakan diperoleh dari website Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id).

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder sehingga metode pengumpulan data menggunakan cara non participant observation. Data yang digunakan dalam penelitian ini didapat dari database laporan keuangan yang diterbitkan oleh BEI, Indonesian Capital Market Directory (ICMD), Indonesian Bond Market Directory (IBMD) serta website PT. Pefindo.


(40)

3.3 Operasional Variabel Penelitian 3.3.1 Variabel Dependen

Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan adalah peringkat obligasi. Peringkat obligasi yang digunakan merupakan peringkat obligasi yang

dikeluarkan oleh lembaga pemeringkatan obligasi di Indonesia yaitu PT.Pefindo. Peringkat obligasi dibedakan menjadi 2 (dua) kategori yaitu investment grade (idAAA, idAA, idA, idBBB) dan non investment grade (idBB, id B, idCCC, idD). Pemberian nilai peringkat obligasi adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2

Kategori Peringkat Obligasi

Peringkat Obligasi idAAA idAA+ idAA idAA- idA+ idA

Nilai Peringkat 17 16 15 14 13 12

Peringkat Obligasi idA- idBBB+ idBBB idBBB- idBB+ idBB

Nilai Peringkat 11 10 9 8 7 6

Peringkat Obligasi idBB- idB+ idB idB- idCCC idD

Nilai Peringkat 5 4 3 2 1 0

3.3.2 Variabel Independen 3.3.2.1 Rasio Keuangan 1. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas dalam penelitian ini diproksikan dengan Quick Ratio (QR). Quick Ratio merupakan rasio yang menunjukan kemampuan perusahaan untuk membayar utang lancarnya dengan menggunakan aktiva yang lebih likuid yaitu aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai persediaan.

QR = Aktiva Lancar - Persediaan Kewajiban Lancar


(41)

2. Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas dalam penelitian ini diproksikan dengan Return On Assets (ROA). Return On Assets merupakan rasio yang menunjukan kemampuan memanfaatkan aktiva yang dimiliki untuk memperoleh laba setelah pajak.

ROA = Laba Bersih Setelah Pajak Total Aktiva

3. Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas dalam penelitian ini diproksikan dengan Long Term Debt to Equity (LTDE). Long Term Debt to Equity merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan ekuitas (modal sendiri) perusahaan untuk melunasi utang jangka panjangnya

LTDE = Utang Jangka Panjang Total Ekuitas

4. Rasio Aktivitas

Rasio aktivitas dalam penelitian ini diproksikan dengan Total Asset Turnover (TATO). Total Asset Turnover merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan dan tingkat efisiensi perusahaan dalam menggunakan keseluruhan aktiva perusahaan dalam menghasilkan penjualan.

TATO = Penjualan Bersih Total Aktiva


(42)

3.3.2.2 Sinking Fund

Sinking fund merupakan dana perusahaan yang digunakan untuk membayar utang jangka panjang. Sinking fund dibentuk dengan cara menyisihkan sebagian laba secara berkala. Obligasi yang memberikan penyisihan dana atau memberi ketetapan sinking fund dipandang relatif lebih aman dibanding obligasi tanpa adanya sinking fund. Variabel ini menggunakan variabel dummy yaitu kode 1 jika obligasi itu punya ketetapan sinking fund dan kode 0 jika obligasi tidak punya ketetapan sinking fund.

3.4 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda (Multiple Linear Regression Analysis) yang bertujuan untuk mengukur kekuatan hubungan linear antara dua variabel atau lebih. Penelitian ini menggunakan analisa regresi melalui Ordinary Least Square (OLS). Menurut Carl Friendrich Gauss, inti dari Ordinary Least Square (OLS) adalah mengestimasi suatu garis regresi dengan jalan meminimalkan jumlah dari kuadrat kesalahan setiap observasi terhadap garis tersebut (Ghazali, 2007).


(43)

Model yang digunakan dari regresi linear berganda yaitu:

BR = β0+ β1QR + β2ROA + β3LTDE + β4TATO + β5SF + e

Keterangan:

BR = Bond Rating (peringkat obligasi) QR = Quick Ratio

ROA = Return On Asset

LTDE = Long Term Debt to Equity TATO = Total Asset Turnover SF = Sinking Fund

β = Koefisien regresi / konstanta e = Standar error

3.4.1 Uji Asumsi Klasik

3.4.1.1 Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model variabel bebas mempunyai distribusi normal atau mendekati distribusi normal. Uji normalitas dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu uji normalitas menggunakan analisis grafik serta analisis statistik.


(44)

1. Analisis Grafik

Uji normalitas residual melalui analisis grafik yaitu dengan melihat grafik normal probability plot. Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. Dasar pengambilan keputusan menurut Ghozali (2007) adalah sebagai berikut :

1) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau garis histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2) Jika data menyebar jauh dari diagonal dan / atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau garis histogramnya tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

2. Analisis Statistik

Uji normalitas secara statistik dapat menggunakan alat analisis One Sample Kolmogorov-Smirnov test. Pedoman yang akan digunakan dalam pengambilan kesimpulan adalah sebagai berikut:

1) Jika nilai signifikan lebih kecil dari 5% (p<0,05); maka data terdistribusi tidak normal

2) Jika nilai signifikan lebih besar dari 5% (p>0,05); maka data terdistribusi normal


(45)

3.4.1.2 Uji Multikolinearitas

Menurut Ghazali (2007), uji ini digunakan untuk mengetahui apakah terdapat korelasi di antara variabel-variabel independen dalam model regresi tersebut. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikoliniearitas dalam model regresi dapat dilihat dari Variance Inflation Factor (VIF).

Pedoman yang akan digunakan dalam pengambilan kesimpulan adalah sebagai berikut:

1. Jika nilai tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi. 2. Jika nilai tolerance < 0,1 dan nilai VIF > 10, maka dapat disimpulkan bahwa

ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.

3.4.1.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas (Ghazali, 2007).

Salah satu cara yang digunakan untuk mendeteksi terjadi atau tidaknya


(46)

Jain (2003), Uji Park dapat lebih teliti dalam memantau gejala heteroskedastisitas ini. Dengan demikian, penelitian ini akan menggunakan Uji Park guna

menentukan gejala heteroskedastisitas variabel-variabelnya. Uji Park dilakukan dengan cara meregresikan variabel independen dengan nilai logaritma residual yang telah dikuadratkan. Jika hasilnya menunjukkan secara statistik tidak signifikan (tingkat signifikansinya lebih besar dari 0,05) berarti tidak terdapat heteroskedastisitas dalam model penelitian tersebut dan sebaliknya (Ghazali, 2007).

3.4.1.4 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan kesalahan periode sebelumnya (t-1). Jika terjadi korelasi maka dinamakan terdapat masalah

autokorelasi. Model regresi yang baik adalah yang bebas autokorelasi. Gejala autokorelasi terjadi karena adanya korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut urutan waktu (time series). Model regresi yang

mengalami gejala autokorelasi memiliki standard error yang sangat besar, sehingga kemungkinan besar model regresi menjadi tidak signifikan (Ghazali, 2007).

Salah satu cara yang digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi adalah dengan menggunakan Run Test. Run test sebagai bagian dari statistik non-parametrik digunakan untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Jika antar residual tidak terdapat hubungan korelasi maka dikatakan bahwa


(47)

residual adalah acak atau random. Run test digunakan untuk melihat apakah data residual terjadi secara random atau tidak (sistematis).

Pengambilan keputusan pada uji Run Test adalah sebagi berikut:

1. Jika hasil uji Run Test menunjukkan nilai signifikan lebih kecil dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa residual tidak random atau terjadi autokorelasi antar nilai residual.

2. Jika hasil uji Run Test menunjukkan nilai signifikan lebih besar dari 0,05 dapat disimpulkan bahwa residual random atau tidak terjadi autokorelasi antar nilai residual.

3.5 Pengujian Hipotesis

3.5.1 Uji Koefisien Determinasi (R²)

Koefisien Determinasi (R²) bertujuan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel-variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Bila terdapat nilai adjusted R² bernilai negatif, maka nilai adjusted R² dianggap bernilai nol (Ghazali, 2007).


(48)

3.5.2 Uji F Statistik

Pengujian uji F statistik merupakan pengujian regresi secara keseluruhan yang menunjukkan apakah variabel independen secara keseluruhan mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen. Pengujian dilakukan berdasarkan probabilitas sebagai berikut:

a. Dalam skala probabilitas 5% atau 0,05, jika probabilitas atau signifikansi (α ) < 0,05, maka variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen, sebaliknya jika (α ) > 0,05 maka variabel independen tidak berpengaruh terhadap dependen.

b. Pada skala 10% atau 0,10 jika probabilitas atau signifikansi (α ) > 0,1 maka variabel independen secara simultan tidak berpengaruh terhadap dependen. Jika probabilitas atau signifikansi menunjukkan (α ) < 0,1 maka variabel independen secara simultan berpengaruh terhadap dependen.

3.5.3 Uji T Statistik

Uji T statistik digunakan untuk menilai hubungan antara variabel dependen dan variabel independen apakah memiliki pengaruh satu dengan lainnya, dengan asumsi variabel independen lainnya konstan.


(49)

Pedoman yang akan digunakan dalam pengambilan kesimpulan adalah sebagai berikut:

a. Jika probabilitas atau signifikansi α > 0,05 maka variabel independen secara individu tidak berpengaruh terhadap variabel dependen

b. Jika α < 0,05 maka variabel independen secara individual berpengaruh terhadap variabel dependen


(50)

BAB V KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini mencoba untuk meneliti bagaimana rasio keuangan dan sinking fund mempengaruhi dan memprediksi peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh

Pefindo. Rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi rasio likuiditas yang diproksikan dengan Quick Ratio (QR), rasio profitabilitas yang diproksikan dengan Return On Asset (ROA), rasio solvabilitas yang diproksikan dengan Long Term Debt to Equity (LTDE) dan rasio aktivitas yang diproksikan dengan Total Asset Turnover (TATO).

Analisis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linier berganda (Multiple Linear Regression Analysis) dengan program Statistical Package for Social Sciences (SPSS) Versi 17. Data sampel sebanyak 81 perusahaan yaitu perusahaan non-keuangan penerbit obligasi yang terdaftar di BEI yang mempublikasikan laporan keuangan pada tahun 2009-2011 serta perusahaan yang menggunakan jasa agen pemeringkat PEFINDO untuk memberikan peringkat pada obligasi


(51)

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Terdapat satu variabel dari rasio keuangan yang memiliki pengaruh positif secara signifikan terhadap peringkat obligasi. Variabel tersebut adalah rasio aktivitas yang diproksikan dengan Total Asset Turnover (TATO). Sedangkan rasio likuiditas yang diproksikan dengan Quick Ratio (QR) berpengaruh positif namun tidak signifikan.

2. Dua variabel rasio keuangan yang lain memiliki pengaruh negatif terhadap peringkat obligasi. Variabel tersebut adalah rasio profitabilitas yang

diproksikan dengan Return On Asset (ROA) berpengaruh negatif secara tidak signifikan terhadap peringkat obligasi. Sedangkan rasio solvabilitas yang diproksikan dengan Long Term Debt to Equity (LTDE) berpengaruh negatif secara signifikan terhadap peringkat obligasi.

3. Variabel sinking fund memiliki pengaruh negatif secara tidak signifikan terhadap peringkat obligasi.

4. Hasil dari uji koefisien determinasi menyatakan bahwa hanya 28,9% variasi variabel dependen (peringkat obligasi) dapat dijelaskan oleh variasi

kelimavariabel independen yaitu rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas dan sinking fund sedangkan sisanya sebesar 71,1 % dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimaksukkan dalam model regresi.


(52)

5.2 Keterbatasan Penelitian

Sebagaimana lazimnya suatu penelitian empiris, hasil penelitian ini juga

mengandung beberapa keterbatasan. Berikut ini beberapa keterbatasan penelitian yang nantinya dapat dijadikan pertimbangan dalam melakukan penelitian

selanjutnya:

1. Pemilihan objek penelitian hanya menggunakan perusahaan non keuangan yang terdaftar di BEI dan yang obligasinya diperingkatkan oleh PEFINDO. 2. Periode penelitian yang digunakan hanya selama tiga tahun saja.

3. Penelitian ini hanya menguji pengaruh variabel-variabel rasio keuangan (leverage, likuiditas, solvabilitas, profitabilitas dan aktivitas) serta sinking fund sebagai variabel untuk memprediksi peringkat obligasi.

5.3 Saran

Beberapa saran untuk penelitian selanjutnya yang dapat diberikan dari penelitian ini antara lain, adalah :

1. Penelitian selanjutnya mungkin dapat mempertimbangkan untuk

menggunakan objek penelitian seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI termasuk perusahaan keuangan dengan menggunakan metode pengukuran yang telah disesuaikan dengan sektor industri dari setiap perusahaan. 2. Periode pada penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan periode

yang lebih dari tiga tahun untuk lebih memaksimalkan kemungkinan pengaruh variabel dan juga dapat lebih mencerminkan kondisi perusahaan tersebut.


(53)

3. Bagi penelitian yang akan datang, melalui koefisien determinasi (R2) dapat diketahui nilai R sebesar 24,3% dan sisanya 75,7 % dipengaruhi oleh variabel diluar yang tidak ikut diteliti. Oleh karena itu penelitian yang akan datang diharapkan dapat menambah variabel-variabel, seperti maturity, tingkat suku bunga obligasi dan berbagai rasio non keuangan yang dapat meningkatkan pengetahuan mengenai peringkat obligasi.


(1)

3.5.2 Uji F Statistik

Pengujian uji F statistik merupakan pengujian regresi secara keseluruhan yang menunjukkan apakah variabel independen secara keseluruhan mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen. Pengujian dilakukan berdasarkan probabilitas sebagai berikut:

a. Dalam skala probabilitas 5% atau 0,05, jika probabilitas atau signifikansi (α ) < 0,05, maka variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen, sebaliknya jika (α ) > 0,05 maka variabel independen tidak berpengaruh terhadap dependen.

b. Pada skala 10% atau 0,10 jika probabilitas atau signifikansi (α ) > 0,1 maka variabel independen secara simultan tidak berpengaruh terhadap dependen. Jika probabilitas atau signifikansi menunjukkan (α ) < 0,1 maka variabel independen secara simultan berpengaruh terhadap dependen.

3.5.3 Uji T Statistik

Uji T statistik digunakan untuk menilai hubungan antara variabel dependen dan variabel independen apakah memiliki pengaruh satu dengan lainnya, dengan asumsi variabel independen lainnya konstan.


(2)

40

Pedoman yang akan digunakan dalam pengambilan kesimpulan adalah sebagai berikut:

a. Jika probabilitas atau signifikansi α > 0,05 maka variabel independen secara individu tidak berpengaruh terhadap variabel dependen

b. Jika α < 0,05 maka variabel independen secara individual berpengaruh terhadap variabel dependen


(3)

BAB V KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini mencoba untuk meneliti bagaimana rasio keuangan dan sinking fund mempengaruhi dan memprediksi peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh

Pefindo. Rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi rasio likuiditas yang diproksikan dengan Quick Ratio (QR), rasio profitabilitas yang diproksikan dengan Return On Asset (ROA), rasio solvabilitas yang diproksikan dengan Long Term Debt to Equity (LTDE) dan rasio aktivitas yang diproksikan dengan Total Asset Turnover (TATO).

Analisis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linier berganda (Multiple Linear Regression Analysis) dengan program Statistical Package for Social Sciences (SPSS) Versi 17. Data sampel sebanyak 81 perusahaan yaitu perusahaan non-keuangan penerbit obligasi yang terdaftar di BEI yang mempublikasikan laporan keuangan pada tahun 2009-2011 serta perusahaan yang menggunakan jasa agen pemeringkat PEFINDO untuk memberikan peringkat pada obligasi


(4)

59

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Terdapat satu variabel dari rasio keuangan yang memiliki pengaruh positif secara signifikan terhadap peringkat obligasi. Variabel tersebut adalah rasio aktivitas yang diproksikan dengan Total Asset Turnover (TATO). Sedangkan rasio likuiditas yang diproksikan dengan Quick Ratio (QR) berpengaruh positif namun tidak signifikan.

2. Dua variabel rasio keuangan yang lain memiliki pengaruh negatif terhadap peringkat obligasi. Variabel tersebut adalah rasio profitabilitas yang

diproksikan dengan Return On Asset (ROA) berpengaruh negatif secara tidak signifikan terhadap peringkat obligasi. Sedangkan rasio solvabilitas yang diproksikan dengan Long Term Debt to Equity (LTDE) berpengaruh negatif secara signifikan terhadap peringkat obligasi.

3. Variabel sinking fund memiliki pengaruh negatif secara tidak signifikan terhadap peringkat obligasi.

4. Hasil dari uji koefisien determinasi menyatakan bahwa hanya 28,9% variasi variabel dependen (peringkat obligasi) dapat dijelaskan oleh variasi

kelimavariabel independen yaitu rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas dan sinking fund sedangkan sisanya sebesar 71,1 % dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimaksukkan dalam model regresi.


(5)

5.2 Keterbatasan Penelitian

Sebagaimana lazimnya suatu penelitian empiris, hasil penelitian ini juga

mengandung beberapa keterbatasan. Berikut ini beberapa keterbatasan penelitian yang nantinya dapat dijadikan pertimbangan dalam melakukan penelitian

selanjutnya:

1. Pemilihan objek penelitian hanya menggunakan perusahaan non keuangan yang terdaftar di BEI dan yang obligasinya diperingkatkan oleh PEFINDO. 2. Periode penelitian yang digunakan hanya selama tiga tahun saja.

3. Penelitian ini hanya menguji pengaruh variabel-variabel rasio keuangan (leverage, likuiditas, solvabilitas, profitabilitas dan aktivitas) serta sinking fund sebagai variabel untuk memprediksi peringkat obligasi.

5.3 Saran

Beberapa saran untuk penelitian selanjutnya yang dapat diberikan dari penelitian ini antara lain, adalah :

1. Penelitian selanjutnya mungkin dapat mempertimbangkan untuk

menggunakan objek penelitian seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI termasuk perusahaan keuangan dengan menggunakan metode pengukuran yang telah disesuaikan dengan sektor industri dari setiap perusahaan. 2. Periode pada penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan periode

yang lebih dari tiga tahun untuk lebih memaksimalkan kemungkinan pengaruh variabel dan juga dapat lebih mencerminkan kondisi perusahaan tersebut.


(6)

61

3. Bagi penelitian yang akan datang, melalui koefisien determinasi (R2) dapat diketahui nilai R sebesar 24,3% dan sisanya 75,7 % dipengaruhi oleh variabel diluar yang tidak ikut diteliti. Oleh karena itu penelitian yang akan datang diharapkan dapat menambah variabel-variabel, seperti maturity, tingkat suku bunga obligasi dan berbagai rasio non keuangan yang dapat meningkatkan pengetahuan mengenai peringkat obligasi.