Analisis rasio keuangan dalam memperidiksi peringkat obligasi

(1)

ANALISIS RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI

PERINGKAT OBLIGASI

Skripsi

Oleh :

SUSANA APRILIA

NIM: 107081003275

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

ANALISIS RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI PERINGKAT OBLIGASI

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh Susana Aprilia NIM: 10708rc8275

Di Bawah Bimbingan

Prof. Dr. Ahmad Rodoni

NIP: 196902A3 200112 1 003 NIDN: 4422125902

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNTVI,RSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATIiLLAH

JAKARTA 1432Hl2011 M


(3)

LEMBAR PENGESAHAI{ UJIAN KOMPREHEI{SIF

Hari ini Senin, 25 April 20Il telah dilakukan ujian komprehensif atas mahasiswa:

1. Nama'

:

Susana Aprilia

2. NIM

:

107081003275

3. Jurusan

:

Manajemen

4.

Judul

Skripsi :

Analisis Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Peringkat Obligasi

Setelah mencermati

dan

memperhatikan penampilan

dan kemampuan

yang

bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa

tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutan ke tahap

Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Flidayatullah

Jakarta.

Jakarta, 25

Aprll20Il

1.

Prof. Dr. Ahmad Rodoni

NIP: 19690203 200112

|

003

2.

Suhendra, S. Ag., MM

NIP: 19711206 2003121 001

3.

Titi Dewi Waminda SE,

M.Si

(

NIP: 19731221 200501 2 002

Ketua

h4?sL

Sekretaris


(4)

Hari iniJumat,

l.

Nama

2.

NIM

3.

Jurusan

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

17 Juni 2011 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:

Susana Aprilia

107081 003275

Manajemen

Analisis Rasio Keungan Dalam Memprediksi Peringkat

4.

Judul Skripsi

Obligasi.

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang

bersangkutan selama proses Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa

tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, l7 Juni 201 I

l.

Indo Yama Nasaruddin, SE, MAB NIP. I 9741127 200112 1 002

2.

Suhendra, S.Ag, MM

NIP. 19711206 200312 1001

3.

M. Arief Mufraini, Lc, M.si

NrP. r9770122200312 1 001

4.

Prof. Dr. Ahmad Rodoni

NIP. 19690203200112 r 003

5.

HerniAli, HT, SE, MM NIDN. 042212s092

Pengu.iiAhli

Pembimbing 2


(5)

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Susana Aprilia

No. Induk Mahasiswa : 107081003275 Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Jurusan : Manajemen

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan.

2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain

3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa ijin dari pemilik karya.

4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.

5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini.

Jikalau dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggung – jawabkan, ternyata memang ditemukan bahwa saya telah melanggar pernyatan diatas, maka saya siap untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Jakarta, 13 Juni 2011 Yang menyatakan,

Susana Aprilia NIM: 107081003275


(6)

i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

IDENTITAS DIRI

Nama : Susana Aprilia

Tempat / Tanggal Lahir : Cirebon, 5 April 1988 Tinggi/Berat : 170 cm / 44 Kg

Agama : Islam

Alamat Asal : Desa Sidamulya, Rt.01/03 Kec. Astanajapura Kab. Cirebon

Alamat : Jl. Rajawali Raya Rt.03/05 Pisangan Tangerang Telp / Hp : 021 95988809

E-mail : aprillia_san5@yahoo.com PENDIDIKAN FORMAL

2007-2011 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2003-2006 : SMKN 1 Lemahabang Cirebon 2000-2003 : SMPN 1 Lemahabang Cirebon 1994-2000 : SDN Sidamulya

PENDIDIKAN NON FORMAL

1. Peserta Seminar “Demokrasi Versus Kesejahteraan Rakyat” dalam Rangka Evaluasi 10 Tahun Reformasi

2. Peserta Simposium “Trend Bisnis 2008”


(7)

ii

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini ialah untuk memprediksi peringkat obligasi perusahaan melalui rasio-rasio keuangan. Dengan menggunakan Purposive Sampling, didapat sebanyak 107 obligasi yang dijadikan sampel. Data yang digunakan meliputi laporan keuangan tahun 2007-2010 yang telah diaudit dan peringkat obligasi yang dikeluarkan pada tahun 2008-2011. Uji statistik yang digunakan ialah Mann-Whitney, Analisis Faktor dan Regresi Logistik Binari.

Hasil Mann-Whitney diketahui bahwa rasio keuangan CACL, CAICL, LTDTE, TLTA, TLTE, SFA dan NITA secara signifikan dapat membedakan kinerja keuangan berupa rasio keuangan pada perusahaan yang obligasinya masuk

investment grade dan non-investment grade. Dengan menggunakan analisis faktor, 8 variabel rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini terbentuk menjadi 2 faktor yang kemudian akan diolah dengan menggunakan regresi logistik. Hasil analisis regresi logitik menyimpulkan bahwa kedua faktor tersebut secara signifikan mampu memprediksi peringkat obligasi. Tingkat ketepatan prediksi klasifikasi untuk obligasi yang masuk non-investment grade sebesar 56,7% sedangkan untuk obligasi yang masuk investment grade sebesar 94,8%. Secara keseluruhan, tingkat ketepatan prediksi ialah sebesar 84,1%.


(8)

iii

ABSTRACT

The purpose of this study is to predict bond rating firms through financial ratios. Using purposive sampling, obtained were 107 bond sampled. Data used include the financial year 2007-2010 which were audited and issued the bonds in years 2008-2011. The test statistic used is the Mann-Whitney, Factor Analysis and Logistic Regression Binary.

The result of Mann-Whitney is know that the financial ratios of CACL, CAICL, LTDTE, TLTA, TLTE, SFA and NITA can significantly differentiate a company that bonds into investment grade and non-investment grade. By using factor analysis, 8 variables of financial ratios used in this study formed into 2 factors that later will be processed by using logistic regression. Results Logistic regression analysis concluded that two factors are significantly able to predict the bond ratings. Level of prediction accuracy for bonds that enter non-investment grade 56,7% while for incoming investment grade bonds amounted to 94,8%. Overall, the level of prediction accuracy is at 84,1%.


(9)

iv KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya yang dilimpahkan kepada dapat menyelesaikan ini dengan judul “Analisis Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Peringkat Obligasi”, sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Banyak kendala dan hambatan yang dihadapi penulis dalam penyusunan skripsi ini, hingga akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan. Selesainya penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karenanya penulis ingin mengucapkan terimakasih yang yang sebesar-besarnya kepada kepada:

1. Ayah dan Ibu atas segala kasih sayang, doa, kesabaran dan pengorbanan yang begitu besar dalam setiap langkah hidup penulis.

2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unversitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni. Selaku Pudek Bidang Akademik dan selaku dosen pembimbing I, terima kasih sudah meluangkan waktunya untuk mengarahkan, membimbing serta memotivasi. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Herni Ali, HT. Selaku pembimbing II, terima kasih sudah meluangkan waktunya untuk mengarahkan, membimbing serta memotivasi. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Suhendra, S.Ag., MM. Selaku Kepala Jurusan Prodi Manajemen Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

6. Seganap dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terima kasih yang sebesar-besarnya atas ilmu atas ilmu yang diberikan. Serta seluruh staf akademik, jurusan, kasubag keuangan dan perpustakaan.


(10)

v 7. Adik-adikku. Maulana Wahyudi, Kiki Rizky dan Diana Sari. Tanpa katapun kalian sudah mampu menyemangati. Syahrul (Alul) Bassam Yusuf, Si Bocah insomnia, yang suka ngerecokin dan menghibur. Dengan celoteh-celotehnya selalu terhibur, tertawa dan tersemangati. Dan kakakku Sayiful Arifin, walupun nun jauh di negeri orang, tetap terus menyemangati.

8. Para liliput (asyiah, olish, aya & ajul), celoteh dan wajah kalian membuat semua serasa tanpa beban. Para emak liliput, nenek, kakek dan uwa’. Terima kasih atas perhatian dan nasehat-nasehatnya.

9. Semua teman-teman Manajemen D angkatan 2007. Hmm, 5 semester. Bukan waktu yang sebentar ya. Terima kasih sudah mau menjadi temanku. Sangat berarti melawati waktu-waktu bersama kalian. Begitu jauh dari kata menyesal telah mengenal kalian. Semoga silaturahmi pertemanan kita tetap terus berjalan.

10. Semua teman-teman Manajemen Keuangan B angkatan 2007. Terima kasih atas sudah mau menjadi temaku. Walaupun hanya 2 semester, terasa lama dan penuh kesan. Semoga silaturahmi pertemanan kita tetap terus berjalan.

11. Sahabat-sahabatku. Istianah yang penyang, Rima Indriasari yang penyabar, Liawati yang lemah lembut, Sartika Sari yang religius dan ekspresif dan Safitri Setyo Utami yang humble. Selalu merasa nyaman bersama kalian. 12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu, terima kasih.

Menyadari keterbatasan penulis, maka skripsi ini juga tidak luput dari kesalahan. Oleh karenanya, penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak. Meskipun demikian, semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya, dan bagi pembaca pada umumnya.

Jakarta, 13 Juni 2011 Penulis


(11)

vi DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR RIWAYAT HIDUP

ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian BAB II. TNJAUAN PUSTAKA

A. Pasar Modal B. Obligasi

1. Pengertian Obligasi 2. Karakteristik Obligasi 3. Klasifikasi Obligasi 4. Risiko Investasi Obligasi C. Rating Obligasi

1. Fungsi Rating Obligasi

2. Tujuan dan Manfaat Rating Obligasi D. Laporan Keuangan

1. Pengertian Laporan Keuangan 2. Tujuan Laporan Keuangan 3. Jenis Laporan Keuangan

i ii iv vi xiii ix ix 1 10 11 11 13 15 15 17 19 25 29 33 35 37 37 38 40


(12)

vii E. Analisis Laporan keuangan

1. Pengertian Analisis Laporan Keuangan 2. Tujuan dan Manfaat

3. Bentuk-bentuk dan Teknik F. Analisis Rasio Keuangan

1. Pengertian Rasio Keuangan 2. Macam-macam Rasio Keuangan G. Penelitian Terdahulu

H. Keterkaitan Antar Variabel I. Kerangka Pemikiran J. Hipotesis

BAB III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian B. Metode Penentuan Sampel C. Metode Pengumpulan Data D. Metode Analisis Data

E. Operasional Variabel Penelitian BAB IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Sejarah dan Perkembangan Pasar Modal B. Sejarah PT PEFINDO

C. Deskripsi Variabel Penelitian D. Analisis Data

E. Hasil Pengujian Hipotesis F. Interpretasi

BAB V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan B. Implikasi DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 43 43 43 45 47 47 49 58 64 66 70 71 71 73 74 86 89 92 93 95 99 116 122 123 125 129


(13)

viii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Arti Peringkat Obligasi Menurut PT PEFINDO Tabel 2.2 Ringkasan Penelitian Terdahulu

Tabel 3.1 Proses Pemilihan Sampel Tabel 3.2 Sampel Penelitian

Tabel 3.3 Model Fungsi Regresi Logistik. Tabel 3.4 Kategori Peringkat Obligasi Tabel 4.1 Deskripsi Sampel Penelitian

Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Variabel Independen Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas

Tabel 4.4 Hasil Uji Mann-Whitney

Tabel 4.5 KMO and Bartlett’s Test Pengujian (1) Tabel 4.6 Anti Image Matrices pengujian (1) Tabel 4.7 KMO and Bartlett’s Test Pengujian (2) Tabel 4.8 Anti Image Matrices pengujian (2) Tabel 4.9 Component Matrix

Tabel 4.10 Rotated Component Matrix

Tabel 4.11 Pengelompokan Faktor

Tabel 4.12 Component Transformation Matrix

Tabel 4.13 Model Fit

Tabel 4.14 Tabel Klasifikasi Tabel 4.15 Koefisien Regresi

32 62 72 73 85 86 94 96 100 101 102 103 104 105 106 109 111 111 113 114 115


(14)

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Keterkaitan Variabel Gambar 2.2 Kerangka Berpikir

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Sampel Obligasi Beserta Peringkatnya

Lampiran 2 Data Rasio Keuangan Perusahaan yang Dijadikan Sampel Lampiran 3 Output SPSS

64 69

130 131 133


(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pasar modal sebagai pasar dari berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang yang dapat diperjualbelikan, menjalankan fungsi ekonomi dan keuangan yang dapat menunjang perkembangan ekonomi dan keuangan dalam suatu negara. Oleh karena itu, pasar modal juga merupakan indikator kemajuan perekonomian negara tersebut. Dalam melaksanakan fungsinya, pasar modal menjadi penghubung bagi pihak yang mempunyai kelebihan dana (investor) dan pihak yang membutuhkan dana (emiten) dalam tranksaksi pemindahan dana. Bagi investor, pasar modal dapat memberikan alternatif investasi yang lebih variatif sehingga memberikan peluang untuk meraih keuntungan yang lebih besar. Bagi emiten, pasar modal dapat memberikan sumber pendanaan lain untuk melakukan kegiatan operasional termasuk ekspansi usaha selain kredit perbankan. Modal yang diperjualbelikan dalam pasar modal terbagi menjadi dua, yaitu Debt Capital (modal hutang) dan Equity Capital

(modal ekuitas) (Linandarini, 2010).

Salah satu jenis modal hutang yang diperjual-belikan di pasar modal ialah obligasi. Bursa Efek Indonesia (BEI) mendefinisikan obligasi sebagai surat utang jangka menengah-panjang yang dapat dipindahtangankan yang berisi janji dari pihak yang menerbitkan untuk


(16)

2 membayar imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut. Jadi surat obligasi merupakan selembar kertas yang menyatakan bahwa pemilik kertas tersebut memberikan pinjaman kepada perusahaan yang menerbitkan surat obligasi.

Obligasi adalah surat utang yang dikeluarkan oleh emiten (dapat berupa badan hukum/perusahaan/pemerintah) yang memerlukan dana untuk kebutuhan operasi maupun ekspansi mereka. Secara umum dapat juga diartikan obligasi adalah surat utang jangka panjang yang diterbitkan oleh suatu lembaga, dengan nilai nominal (nilai pari/par value) dan waktu jatuh tempo tertentu. Penerbit obligasi bisa perusahaan swasta, BUMN atau pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah (Huda & Nasustion, 2008:83).

Obligasi menarik bagi investor karena obligasi memiliki beberapa kelebihan yang berkaitan dengan keamanan dibandingkan saham, yaitu (1) volatilitas saham lebih tinggi dibandingkan dengan obligasi sehingga daya tarik saham berkurang, dan (2) obligasi menawarkan tingkat return yang positif dan memberikan income yang tetap. Pada investasi saham, tidak ada jaminan adanya pembagian deviden bagi para shareholder (Faeber, 2001 dalam Kesumawati, 2003). Obligasi akan memberikan income yang tetap kepada investor berupa pembayaran bunga pada waktu yang sudah terjadwal dan investor akan mendapatkan pokok utang pada saat jatuh tempo sesuai dengan umur obligasi. Dalam kepemilikan saham, tidak ada


(17)

3 jaminan shareholder akan menerima deviden setiap tahun karena pembagian deviden tergantung pada besarnya laba yang diperoleh perusahaan dan hasil RUPS (Purwaningsih, 2008).

Terdapat beberapa pilihan utama obligasi, diantaranya Obligasi pemerintah federal (Treasure Bonds) obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah guna membiayai pembangunan ekonomi, Obligasi perusahaan (Corporate Bonds) obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan dalam rangka memenuhi struktur permodalan perusahaan, Obligasi pemerintah daerah (Municipal Bonds) obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah daerah dan Obligasi luar negeri. Masing-masing obligasi memiliki kelebihan dan kekurangannya.

Seperti halnya investasi pada saham maupun efek lainnya, obligasi juga memiliki peluang risiko, slah satunya ialah default risk, yaitu peluang dimana emiten akan mengalami kondisi tidak mampu memenuhi kewajiban keuangannya (gagal bayar) atau dengan kata lain risiko tidak terbayarnya bunga dan pokok utang . Menurut Manurung dkk. (2008), obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah, biasanya mendapatkan peringkat obligasi investment grade (level A), dikarenakan pemerintah dianggap akan mampu untuk melunasi kupon dan pokok hutang saat obligasi jatuh tempo. Namun obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan (corporate bonds), terdapat default risk, yang bergantung pada kesehatan keuangan perusahaan emiten. Untuk menghindari risiko tersebut, investor


(18)

4 harus memperhatikan beberapa hal, salah satunya adalah peringkat obligasi perusahaan emiten.

Obligasi harus diperingkatkan terlebih dahulu oleh suatu lembaga atau agen pemeringkat obligasi (Rating Agency) sebelum ditawarkan. Agen pemeringkat obligasi tersebut adalah lembaga independen yang memberikan informasi pemeringkatan skala risiko, dimana salah satunya adalah sekuritas obligasi sebagai petunjuk sejauh mana keamanan suatu obligasi bagi investor. Keamanan tersebut ditunjukkan oleh kemampuan suatu perusahaan dalam membayar kewajiban atau pinjamannya.

Peringkat obligasi merupakan sumber legal insurance bagi investor dalam mengurangi kemungkinan terjadinya default risk dengan cara melakukan investasi hanya pada obligasi yang memiliki peringkat tinggi, seperti peringkat BBB ke atas (Foster, 1986: 501) dalam Anna Purwaningsih (2008).

Rating merupakan salah satu variabel yang diperhatikan oleh investor ketika memutuskan untuk melakukan investasi pada suatu perusahaan. Informasi yang terkandung dalam rating akan menunjukkan sejauh mana kemampuan suatu perusahaan untuk membayar kewajibannya atas dana yang diinvestasikan oleh investor. Perusahaan yang memiliki rating yang tinggi, biasanya lebih disukai oleh investor dibandingkan dengan perusahaan yang perusahaan yang memiliki rating yang sangat rendah. Oleh sebab itu, agar obligasi suatu perusahaan yang memiliki rating yang cukup rendah dapat dijual di pasar, maka biasaya investor akan


(19)

5 menentut suatu premi yang lebih tinggi, sebagai suatu kompensasi atas resiko yang ditanggung oleh investor (Manurung dkk, 2008).

Peringkat obligasi diberikan oleh agen pemeringkat yang independen, obyektif, dan dapat dipercaya. Investor dapat menilai tingkat keamanan suatu obligasi dan kredibilitas obligasi berdasar informasi yang diperoleh dari agen pemeringkat. Agen pemeringkat yang terbesar dan terkenal di dunia adalah Moody‟s dan Standard & Poor‟s. Sedangkan di Indonesia terdapat agen pemeringkat sekuritas hutang yaitu PT. PEFINDO (Pemeringkat Efek Indonesia). Pemeringkatan rating tersebut dilakukan untuk memperkirakan kemampuan dari penerbit obligasi untuk membayar bunga dan pokok utang berdasarkan analisis keuangan dan kemampuan membayar kredit. Semakin tinggi tingkat rating, maka hal tersebut menunjukkan tingginya kemampuan penerbit obligasi untuk membayar utangnya (Manurung dkk, 2008). Banyak faktor yang mempengaruhi agen pemeringkat dalam melakukan pemeringkatan obligasi, salah satunya adalah dengan rasio keuangan.

Namun, beberapa literatur menyatakan pemeringkatan obligasi yang dilakukan oleh agen pemeringkatan obligasi yang dilakukan oleh agen pemeringkat tidak selalu akurat. Menurut Chan dan Jegadeesh (1999 dalam Sari 2004: 3 dalam Amrullah 2008), salah satu alasan mengapa pemeringkat obligasi yang dikeluarkan oleh agen pemeringkat tersebut bias karena agen Moody‟s dan S&P‟s tidak melakukan monitor terhadap kinerja perusahaan dari hari ke hari. Sedangkan menurut Kerwer (1999


(20)

6 dalam Sari 2003: 3 dalam Amrullah), setelah proses penetapan peringkat yang dilakukan oleh agen dan ternyata hasilnya tersebut tidak disetujui oleh pihak eksekutif perusahaan, maka pihak eksekutif perusahaan tersebut menyediakan informasi tambahan untuk dapat meminta agen agar merevisi kembali keputusan pemeringkatan semula.

Beberapa pernyataan tersebut di atas memunculkan pertanyaan apakah pemeringkatan obligasi yang dilakukan oleh agen pemeringkatan obligasi di Indonesia sudah tepat dan akurat. Menurut Bringham dan Davies (2002 dalam Purnomo 2003: 2 dalam Amrullah, 2007) agen pemeringkat dalam menentukan pemeringkat suatu obligasi dipengaruhi oleh beberapa kriteria diantaranya berbagai rasio keuangan, mortgage provision, sinkin fund, maturity. Agen pemeringkatan tidak menyebutkan lebih lanjut bagaimana laporan keuangan dapat digunakan dalam menentukan peringkat obligasi. Hal ini yang memotivasi peneliti untuk melakukan penelitian mengenai pemeringkatan obligasi dan sukuk dengan menggunakan rasio-rasio keuangan yang didasarkan pada laporan keuangan perusahaan, dengan anggapan bahwa laporan keuangan perusahaan lebih menggambarkan kondisi perusahaan. Analisis laporan keuangan yang berupa analisa rasio keuangan dan perhitungan statistik dapat dipergunakan untuk mendeteksi under or overvalued suatu sekuritas (Kaplan dan Urwitz, 1979 dalam Purnomo 2003: 3 dalam Amrullah, 2007).


(21)

7 Terdapat beberapa penelitian mengenai kemampuan rasio keuangan dalam memprediksi peringkat obligasi. Diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Sari (2004), Aryanindita (2005), hasilnya menunjukkan signifikan menggunakan MDA dengan tingkat ketepatan sebesar 80%. Amrullah (2007), hasil penelitian dengan menggunakan uji

Independent Sample t Test menunjukan dari kelima rasio keuangan, kelima rasio keuangan tersebut berbeda secara signifikan antara perusahaan yang peringkatnya masuk invesment grade dan non-invesment grade. MDA (Multiple Diskriminan Analysis) secara statistik menunjukan bukti bahwa rasio keuangan yang diajukan yaitu: leverage dengan proxy Long Term Liabilities/ Total Asset, likuiditas (Current Asset/ Current Liabilities), solvabilitas (Cash Flow from Operating/ Total Liabilities), profitailitas (Operating Income/ Sales), dan produktivitas (Sales/ Total Asset). Dari kelima rasio keuangan tersebut 4 diantaranya, yaitu leverage, solvabilitas, profitailitas, dan produktivitas mempunyai kemampuan dalam membentuk model prediksi peringkat obligasi. Model prediksi yang terbentuk mempunyai tingkat ketepatan mencapai 96,2 % dalam memprediksi peringkat obligasi.

Purwaningsih (2008) menganalisis sebanyak 9 rasio keuangan dalam memprediksi peringakat obligasi dengan menggunakan analisis faktor dan regresi backward. Analisis faktor digunakan untuk mencari rasio terbaik untuk memprediksi peringkat obligasi. Sedangkan regresi backward untuk mengetahui rasio keuangan apa saja yang dapat


(22)

8 digunakan untuk memprediksi peringakat obligasi. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa rasio CACL merupakan rasio keuangan terbaik untuk memprediksi peringkat obligasi. Sedangkan rasio yang dapat digunakan untuk memprediksi peringkat obligasi ialah rasio LTLTA, NWTA, CFOTL dan SFA.

Rodoni et al. (2009) menguji sebanyak 18 rasio keuangan untuk memprediksi kemungkinan terjadinya obligasi default. Penelitiannya menyimpulkan bahwa berdasarkan hasiluji beda Independent Sample T-test dan Mann-Whitney, hanya 7 rasio saja yang dapat membedakan secara signifikan antara obligasi yang default dan yang non-default. Daya ketepatan prediksi klasifikasi secara keseluruhan sebesar 88,5%.

Dari uraian di atas, penulis bermaksud melakukan penelitian yang sama, yaitu mengenai kemampuan rasio keuangan dalam memprediksi peringkat obligasi. Beberapa rasio yang umum digunakan dalam penelitian ialah rasio leverage, likuiditas, aktivitas dan profitabilitas.

Likuiditas menunjukkan sejauh mana kemempuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Burton et al (2000) dalam Magreta & Nurmayanti (2009) menyatakan bahwa tingkat likuiditas yang tinggi akan menunjukkan kuatnya kondisi keuangan perusahaan sehingga secara keuangan akan mempengaruhi prediksi peringkat obligasi. Penelitian Raharja dan Sari (2008) menyatakan bahwa rasio CACL dan CAICL secara signifikan dapat membedakan antara perusahaan yang obligasinya masuk invetment grade dengan yang non-investment grade.


(23)

9 Rasio leverage menunjukkan proporsi penggunaan hutang untuk membiayai investasi terhadap modal sendiri (baik itu ekuitas maupun aktiva). Semakin rendah leverage perusahaan semakin baik peringkat perusahaan tersebut (Burton, Adam & Hardwick, 1998) dalam Raharja & Sari (2008). Kasmir dalam bukunya Analisis Laporan Keuangan (2009) leverage dapat diukur dengan rasio LTDTE, TLTA, TLTE.

Rasio aktivitas merupakan rasio yang menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian dan kegiatan lainnya. (Harahap, 2007:308).

Rasio aktivitas dalam penelitian ini diproxykan dengan rasio STA dan SFA. Penelitian Raharja & Sari (2008) dan Rodoni et al (2009) kedua rasio tersebut dapat membedakan secara signifikan antara perusahaan yang termasuk dalam investment grade dan non-investment grade. Selain itu, hasil kedua penelitian tersebut juga menyatakan bahwa rasio STA secara signifikan mampu untuk memprediksi peringkat obligasi.

Rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba. Apabila laba perusahaan tinggi, maka akan memberikan peringkat yang naik pula Magreta dan Nurmayati (2009). Menurut penalitian Meythi (2005) dalam Purwaningsih (2008), rasio ROA atau NIAT merupakan rasio terbaik untuk untuk menjelaskan pertumbuhan laba.

Penelitian ini hendak mereplikasi penelitian Purwaningsih (2008), namun terdapat beberapa perbedaan dari penelitian tersebut. Pertama,


(24)

10 sampel dalam penelitian Purwaningsih hanya pada obligasi perusahaan manufaktur, sedangkan penelitian ini menggunakan sample obligasi perusahaan yang listed di BEI kecuali perusahaan sektor keuangan (bank, finance atau asuransi). Kedua, penelitian Purwaningsih menggunakan analisis faktor dan regresi backward, sedangkan dalam penelitian ini menggunakan analisis faktor dan regresi logistik binary. Selain itu, penelitian ini juga mencoba mengembangkan penelitian Purwaningsih dengan menambahkan uji beda untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan rasio keuangan antara perusahaan yang obligasinya masuk

investment grade dengan yang masuk non-investment grade. Dengan demikian judul dalam penelitian ini adalah “Analisis Faktor Dalam

Memprediksi Peringkat Obligasi”

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang dipaparkan diatas, dapat dirumuskan permasalahan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan berupa rasio keuangan (CACL, CAICL, CCL, LTDTE, TLTA, TLTE, SFA dan NITA) antara perusahaan yang obligasinya masuk investment grade (AAA, AA, A, dan BBB) dengan perusahaan yang obligasi masuk non-investmen grade (BB, B, CCC, dan D).


(25)

11 2. Apakah variabel rasio CACL, CAICL, CCL, LTDTE, TLTA, TLTE, SFA dan NITA mampu membentuk faktor yang dapat memprediksi peringkat obligasi.

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskin di atas, tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam melakukan penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisis apakah terdapat perbedaan rasio CACL, CAICL, CCL, LTDTE, TLTA, TLTE, SFA dan NITA perusahaan yang obligasinya masuk investmen grade dan yang masuk non-investment grade.

2. Untuk menganalisis apakah rasio CACL, CAICL, CCL, LTDTE, TLTA, TLTE, SFA dan NITA mampu membentuk faktor yang dapat memprediksi peringkat obligasi.

D. Manfaat Penelitian

Beberapa manfaat dari penelitian ini diantaranya: a. Bagi Peneliti / Akademisi

Diharapkan penelitian dapat menjadi referansi dan memberikan landasan pijak untuk penelitian selanjutnya.

b. Bagi Perusahaan

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan mengenai faktor-faktor keuangan (khususnya rasio keuangan) yang


(26)

12 berpotensi mempengaruhi peringkat obligasi yang dijualnya di pasar modal.

c. Bagi Investor dan calon investor

Hasil analisis ini dapat menjadi masukan untuk pengambil keputusan dalam melakukan investasi di obligasi sehubungan dengan peringkat dari obligasi itu sendiri dalam rangka menghindari default risk.


(27)

13 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pasar Modal

Pasar modal adalah pasar keuangan untuk dana-dana jangka panjang. Dana jangka panjang adalah dana yang jatuh temponya lebih dari satu tahun.dalam arti sempit pasar modal adalah sutu tempat yang terorganisir di mana efek-efek diperdagangkan yang disebut bursa efek. Bursa efek atau stock exchange adalah suatu sistem yang terorganisisr yang mempertemukan penjual dan pembeli efek yang dilakukan secara langsung maupun dengan melalui wakil-wakilnya. (Astuti, 2004:48)

Pasar modal dalam arti luas adalah keseluruhan sistem keuangan yang terorganisasi termasuk bank-bank komersial dan semua perantara di bidang keuangan serta surat-surat berjangka panjang dan pendek (Sjahria..l, 2006:15). Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrument keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang maupun modal sendiri. (Darmadji & Hendi, 2001:1). Pasar modal (capital market) adalah lembaga keuangan bukan bank yang mempunyai kegiatan berupa penawaran dan perdagangan efek. Selain itu, pasar modal juga memberikan lembaga profesi yang berkaitan dengan transaksi jual beli efek dan perusahaan publik yang berkaitan dengan efek. Dengan demikian, pasar modal dikenal sebagai tempat


(28)

14 bertemunya penjual dan pembeli modal/dana (Arthesa & Handiman, 2006:215).

Pasar modal berbeda dengan pasar uang, di mana perbedaannya terletak pada jangka waktu atau jatuh tempo produknya. Pasar uang dikenal sebagai pasar yang menyediakan sarana peminjaman dana dalam jangka pendek (jatuh tempo kurang atau sama dengan satu tahun), sedangkan pasar modal mempunyai jangka waktu panjang atau lebih dari satu tahun (Arthesa & Handiman, 2006:215).

Pasar modal adalah pasar dalam artian abstrak yang mempertemukan pihak yang mempunyai kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana jangka menengah atau jangka panjang. Dengan demikian di satu pihak merupakan salah satu alternatif sumber pembelanjaan bagi perusahaan yang membutuhkan dana jangka panjang atau jangka menengah, di pihak lain pasar modal sebagai alternatif investasi smasyarakat (individu maupun lembaga) yang mempunyai kelebihan dana. Melalui mekanisme kegiatan pasar modal dapat diharapkan dana yang ada di masyarakat dapat disalurkan untuk membiayai kegiatan-kegiatan yang bersifat produktif yang dilaksanakan oleh dunia usaha. (Siamat, 2001:249).

Lembaga Penunjang Pasar Modal

Lembaga penunjang pasar modal dapat dipisahkan antara lembaga yang menyediakan jasanya pada pasar perdana / Primary


(29)

15

Market dan lembaga penunjang yang memberikan jasanya kepada pasar sekunder / Secondary Market. (Astuti, 2004:48).

Pasar perdana atau pasar primer adalah penawaran langsung sekuritas dari emiten atau peminta dana kepada pemodal atau penyedia dana tanpa melalui bursa efek. Harga efek yang ditawarkan ke pasar perdana disebut harga perdana. Masa penawaran efek pada pasar perdana ini ada jangka waktunya. Setelah selesai masa waktu penawaran, maka efek tersebut dicatatkan di bursa efek. Begitu efek tersebut sudah dicatatkan di bursa efek maka efek tersebut secara terus menerus diperdagangkan di bursa efek. Transaksi jual beli efek di bursa efek ini disebut pasar sekunder atau secondari market dan harga jualnya ditentukan oleh kekuatan demand and supply masing-masing efek yang ada di pasar sekunder.

Dengan demikian, pasar modal ialah suatu tempat atau sistem di mana orang dapat membeli maupun menjual efek (sekuritas) baik itu dalam bentuk utang maupun modal saham. Dan juga tempat dimana kebutuhan perusahaan akan dana dapat terpenuhi.

B. Obligasi

1. Pengertian Obligasi

Bursa Efek Indonesia (2010) mengartikan obligasi sebagai surat utang jangka menengah-panjang yang dapat dipindahtangankan yang berisi janji dari pihak yang menerbitkan untuk membayar


(30)

16 imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut. Jadi surat obligasi merupakan selembar kertas yang menyatakan bahwa pemilik kertas tersebut memberikan pinjaman kepada perusahaan yang menerbitkan surat obligasi.

Obligasi adalah surat berharga atau sertifikat yang berisi kontrak antara pemberi pinjaman (investor) dengan yang di beri pinjaman (issuer) atau pihak yang disebut emiten. Jadi surat obligasi merupakan selembar kertas yang menyatakan bahwa pemilik kertas tersebut memberikan pinjaman kepada perusahaan yang menerbitkan surat oblogasi (Karim Amrullah, 2007).

Bond atau obligasi adalah suatu kontrak jangka panjang, dimana peminjam dana setuju untuk membayar bunga dan pokok pinjaman, pada tanggal tertentu, kepada pemegang obligasi (Rodoni & Ali, 2010).

Obligasi adalah surat utang yang dikeluarkan oleh emiten 9dapat berupa badan hukum/perusahaan/pemerintah) yang memerlukan dana untuk kebutuhan operasi maupun ekspansi mereka.secara umum dapat juga diartikan obligasi adalah surat utang jangka panjang yang diterbitkan oleh suatu lembaga, dengan nilai nominal (nilai pari/par value) dan waktu jatuh tempo tertentu. Penerbit obligasi bisa perusahaan swasta, BUMN atau pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah. Salah satu jenis obligasi yang


(31)

17 diperdagangkan di pasar modal kita saat ini adalah obligasi kupan (coupon bond) dengan tingkat bunga tetap (fixed) selama masa berlaku obligasi (Huda & Nasution, 2008:83).

Empat ketentuan yang menjadi daya tarik obligasi, (PT BEJ, 1996 dalam Nurkhasanah 2003: 9):

a. Emiten membayar bunga dalam jumlah tertentu yang dibayar secara reguler

b. Emiten akan membayar kembali pinjaman tersebut dengan tepat waktu.

c. Obligasi mempunyai jatuh tempo yang telah ditentukan ketika obligasi habis masanya dan pinjaman harus dibayar penuh pada nilai normal.

d. Tingkat bunga kompetitif, dapat dibandingkan dengan keuntungan yang didapat investor dari tempat lain.

2. Karakteristik Obligasi

Rahardjo (2004:8) Adapun karakteristik umum yang tercantum pada sebuah obligasi hampir mirip dengan karakteristik pinjaman utang pada umumnya yaitu meliputi:

a. Nilai Penerbitan Obligasi (jumalh pinjaman dana)

Dalam penerbitan obligasi pihak emiten akan dengan jelas menyatakan berapa jumlah dana yang dibutuhkan melalui penjualan obligasi. Istilah yang ada yaitu dikenal dengan “jumlah emisi obligasi”. Apabila perusahaan membutuhkan dana Rp 400


(32)

18 Milyar maka dengan jumlah yang sama akan diterbitkan obligasi senilai dana tersebut. Penentuan besar kecilnya jumlah penerbitan

obligasi berdasarkan kemampuan aliran kas perusahaan serta kinerja bisnisnya.

b. Jangka Waktu Obligasi

Setiap obligasi mempunyai jangka waktu jatuh tempo (maturity). Masa jatuh tempo obligasi kebanyakan berjangka waktu 5 tahun. Untuk obligasi pemerintah bisa berjangka waktu lebih dari 5 tahun sampai 10 tahun. Semakin pendek jangka waktu obligasi maka akan semakin diminati oleh investor karena dianggap risikonya semakin kecil. Pada saat jatuh tempo pihak penerbit obligasi berkewajiban melunasi pembayaran pokok obligasi tersebut.

c. Tingkat Suku Bunga

Untuk menarik investor membeli obligasi tersebut maka diberikan intensif berbentuk tingkat suku bunga yang menarik misalnya 17%, 18% per tahunnya. Penentuan tingkat suku bunga biasanya ditentukan dengan membandingkan tingkat suku bunga perbankan pada umumnya. Istilah tingkat suku bunga obligasi biasanya dikenal dengan nama kupon obligasi. Jenis kupon bisa berbentuk fixed rate dan variable rate untuk alternatif pilihan bagi investor. Ukuran terhadap tingkat suku bunga sangat dipengaruhi oleh tingkat risikonya. Obligasi dengan tingkat risiko yang lebih


(33)

19 tinggi, tentunya akan menawarkan tentunya akan menawarkan tingkat suku bunga yang lebih tinggi dibandingkan dengan obligasi yang memiliki risiko yang lebih rendah. Hal ini biasanya dapat dianalisis berdasarkan peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan independen yang di Indonesia dikenal dengan nama PEFINDO (Huda & Nasution, 2008:39).

d. Jadwal Pembayaran Suku Bunga

Kegiatan pembayaran kuponn(tingkat suku bunga obligasi) dilakukan secara periodik sesuai kesepakatan sebellumnya, bisa dilakukan triwulanan, atau semesteran. Ketepatan waktu pembayaran kupon merupakan aspek penting dalam menjaga reputasi penerbit obligasi.

e. Jaminan

Obligasi yang memberikan jaminan berbentuk aset perusahaan akan lebih mempunyai daya tarik bagi calon pembeli obligasi tersebut. Di dalam penerbitan obligasi sendiri kewajiban penyediaan tidak harus mutlak. Apabila memberikan jaminan berbentuk aset perusahaan ataupun tagihan piutang perusahaan dapat menjadi alternatif yang menarik investor.

3. Klasifikasi Obligasi

Berdasarkan penerbitnya, obligasi diklasifikasi menjadi empat jenis utama. Menurut (Rodoni & Ali, 2010):


(34)

20 a. Obligasi pemerintah federal (Treasure Bonds)

Obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah federal. Dimana obligasi ini tidak memiliki risiko gagal bayar. Tetapi, harga obligasi pemerintah mengalami penurunan jika tingkat suku bunga menungkat, sehingga dapat dikatakan obligasi ini tidak benar-benar bebasa dari segala risiko.

b. Obligasi perusahaan (Corporate Bonds)

Obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan, tidak seperti obligasi pemerintah, obligasi perusahaan memiliki risiko gagal bayar. Risiko gagal bayar disebut sebagai risiko kredit. Semakin tinggi risiko gagal bayar atau kredit suatu obligasi semakin tinggi pula tingkat bunga yang harus dibayar oleh perusahaan yang menerbitkannya.

c. Obligasi pemerintah daerah (Municipal Bonds)

Obligasi yang diterbitkan olehpemerintah negara bagian atau pemerintah lokal. Obligasi ini memiliki risiko gagal bayar. Tetapi obligasi ini menawarkan satu keunggulan utama dibandingkan dengan jenis-jenis obligasi lainnya, yaitu bahwa bunga yang diperoleh atas kebanyaka obligasi pemerintah daerah bersifat bebas pajak.

d. Obligasi luar negeri (Foreign Bonds)

Obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah luar negeri atau perusahaan asing dan memiliki risiko gagal bayar. Risiko


(35)

21 tambahan muncul jika obligasi tersebut adalah dalam mata uang selain mata uang dari negara investor.

Obligasi Berdasarkan Masa Jatuh Temponya, terbagi menjadi:

a. Obligasi Berjangka (Term Bond)

Obligasi berjangka yaitu obligasi yang memiliki satu tanggal jatuh tempo yang cukup panjang.

b. Obligasi Serial (Serial Bond)

Obligasi serial yaitu obligasi yang memiliki serangkaian tanggal jatuh tempo.

Obligasi Berdasarkan Kupon Pembayaran, terbagi menjadi: a. Obligasi Diskon (Discount Bond)

Obligasi diskon yaitu obligasi yang diperdagangkan dengan harga pasar lebih rendah dari nilai par dan memberi kupon yang lebih rendah dari obligasi keluaran baru.

b. Obligasi Premium (Premium Bond)

Obligasi premium yaitu obligasi dengan harga pasar lebih tinggi dari nilai par dan memberi kupon yang lebih tinggi dari obligasi keluaran baru.

Obligasi Berdasarkan Call Feature, terbagi menjadi:

a. Freely Callable

Freely callable artinya penerbit obligasi dapat menariknya tiap waktu sebelum jatuh tempo. Jenis obligasi ini memberikan


(36)

22 keuntungan kepada issuer bila dikaitkan dengan suku bunga. Jika suku bunga obligasi jauh lebih tinggi dari suku bunga pinjaman, maka issuer akan membeli kembali obligasi dana pinjaman. Dan pemegang obligasi tidak dapat menolak pembelian kembali tersebut.

b. Non Callable

Non callable artinya penerbit tidak dapat menariknya sebelum jatuh tempo, kecuali issuer melalui mekanisme pasar.

c. Deferred Call

Deferred call artinya penerbit obligasi dapat menariknya hanya setelah jangka waktu tertentu (umumnya 5 samapai 10 tahun). Deferred Call merupakan kombinasi antara Freely callable bond dan Noncallable bond.

Obligasi Berdasarkan Jenis Jaminan (collateral) yang Mendukung

a. Secured Bond

Secured bond yaitu obligasi yang sepenuhnya terjamin karena didukung oleh tuntutan atau hak legal atas kekayaan tertentu milik penerbit obligasi, seperti: (i) Obligasi hipotik (mortgage bond), obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan dengan menggunakan jaminan suatu aktiva riil, misalnya yang dijamin oleh real estate; (ii) Sertifikat trust peralatan (equipment trust certificate), jaminan peralatan, misal: perusahaan kereta api.


(37)

23

b. Unsecured Bond

Unsecured bond yakni obligasi yang hanya dijamin dengan janji penerbit untuk membayar bunga dan prinsipal berdasarkan:

 Tanda Hutang (debenture), yaitu tuntutan atau hak atas penghasilan penerbit setelah hak dari obligasi lain;

 Obligasi Penghasilan (income bond), yaitu hutang yang bunganya dibayar hanya setelah penghasilan penerbit mencapai jumlah tertentu.

Obligasi Berdasarkan Pemegangnya, terbagi menjadi: a. Obligasi Atas Nama (Register Bond)

Obligasi ini merupakan obligasi yang dikeluarkan kepada pemilik tertentu, dan nama dari pemegang obligasi secara formal terdaftar pada penerbit dan bunga dibayar otomatis kepada pemilik.

b. Obligasi Atas Unjuk (Bearer Bond)

Obligasi yang ini merupakan obligasi yang pemeganganya dianggap sebagai pemilik obligasi tersebut, dan penerbit tidak mendaftar nama pemilik dan bunga dibayar berdasarkan kupon.

Obligasi Berdasarkan Sistem Pembayaran Bunga, terbagi menjadi:

a. Coupon Bond

Coupon Bond yaitu obligasi yang bunganya dibayarkan secara periodik, ada yang setiap triwulan, semesteran, atau


(38)

24 tahunan. Pada surat berharga obligasi yang diterima oleh investor terdapat bagian yang dapat dirobek untuk mengambil bunga dari obligasi tersebut yang disebut kupon obligasi.

b. Zero Coupon Bond

Zero Coupon Bond merupakan obligasi yang tidak mempunyai kupon, sehingga investor tidak menerima bunga secara periodik. Namun bunga langsung dibayarkan sekaligus pada saat pembelian.

Obligasi Berdasarkan Tingkat Bunga, terbagi menjadi: a. Obligasi dengan Bunga Tetap (Fixed Rate Bond)

Obligasi dimana bunga pada obligasi tersebut ditetapkan pada awal penjualan obligasi dan tidak berubah sampai masa jatuh tempo.

b. Obligasi dengan Bunga Mengambang (Floating Rate Bond) Obligasi dimana bunga pada obligasi ini ditetapkan pada waktu pertama kali untuk kupon pertama, sedangkan pada waktu jatuh tempo kupon pertama maka ditentukan tingkat bunga untuk kupon berikutnya, demikian pula seterusnya.

c. Obligasi dengan Bunga Campuran (Mixed Rate Bond)

Obligasi dengan bunga campuran yaitu obligasi yang merupakan gabungan dari obligasi dengan bunga tetap dan dengan bunga mangambang. Bunga tetap ini ditetapkan untuk


(39)

25 periode tertentu biasanya pada periode awal dan selanjutnya bunganya mengambang.

Obligasi berdasarkan Hak penukaran/Opsi, terbagi menjadi (Arthesa & Handiman, 2006:227):

a. Convertible Bonds

Obligasi yang memberikan hak kepada pemegang obligasi untuk mengkonversikan obligasi tersebut ke dalam sejumlah saham milik penerbitnya.

b. Exchangable Bond

Obligasi yang memberikan hak kepada pemegang obligasi untuk menukar saham perusahaan ke dalam sejumlah saham perusahaan afiliasi milik penerbitnya.

c. Callable Bonds

Obligasi yang memberikan hak kepada emiten untuk membeli kembali obligasi pada harga tertentu sepanjang umur obligasi tersebut.

d. Putable Bonds

Obligasi yang memberikan hak kepada investor yang mengharuskan emiten membeli kembali obligasipada harga tertentu sepanjang umur obligasi tersebut.

4. Risiko Investasi Obligasi

Dalam setiap investasi untuk mendapatkan keuntungan selalu muncul potensi adanya risiko kerugian yang akan timbul apabila target


(40)

26 keuntungan investasi tersebut tidak sesuai dengan yang direncanakan dan diinginkan. Seorang investor di pasar saham atau di pasar obligasi menyadari sepenuhnya potensi risiko yang muncul dari tujuan investasi yang dilakukannya (Rahardjo, 2004:47).

Berikut ini beberapa risiko yang dihadapi oleh investor dalam investasi obligasi (Fabozzi,2000: 135) dalam Amrullah (2007), yaitu:

a. Risiko suku bunga atau Risiko tingkat bunga

Pada umumnya harga obligasi bergerak berlawanan arah terhadap perubahan suku bunga. Apabila suku bunga naik, harga obligasi akan turun, dan sebaliknya. Bagi investor yang merencanakan untuk menyimpan obligasi sampai jatuh tempo, perubahan harga obligasi sebelum maturity tidak menarik perhatiannya akan tetapi bagi investor yang ingin menjual obligasi sebelum tanggal jatuh tempo, suatu kenaikan suku bunga setelah membeli obligasi berarti adanya capitalloss yang direalisasikan. Risiko tersebut disebut interest rate risk atau disebut juga price risk. Kenaikan tingkat bunga pasar menyebabkan menurunnya harga obligasi karena sebesar apapun tingkat bunga pasar mengalami peningkatan, pemegang obligasi tetap hanya akan menerima tingkat bunga yang sudah ditetapkan.


(41)

27

b. Reinvestment risk (Risiko reinvestasi)

Pendapatan obligasi berasal dari: (a) pembayaran suku bunga dari coupon; (b) setiap capital gain atau capital loss bila obligasi itu dicairkan, dijual atau jatuh tempo; (c) bunga yang diperoleh dari reinvestasi interim cash flow. Agar seorang investor merealisasikan suatu yield sama dengan yield pada saat obligasi dibeli, interim cash flow tersebut harus diinvestasikan pada suku bunga sama dengan yield yang ditentukan pada saat obligasi dibeli. Risiko bahwa interim cash flow akan diinvestasikan dengan suku bunga yang lebih rendah dan investor akan menerima yield yang lebih rendah daripada yield

pada saat obligasi dibeli disebut reinvestment risk.

c. Default risk (Risiko bangkrut atau Risiko kredit)

Risiko kredit, yaitu risiko bahwa emiten akan tidak mampu memenuhi pembayaran bunga dan pokok hutang, sesuai dengan kontrak. Obligasi perusahaan mempunyai default risk

yang lebih besar daripada obligasi pemerintah. Tidak bagi masyarakat umum untuk melihat besar kecilnya risiko ini. Cara terbaik untuk melihat risiko ini adalah dengan terus memonitor peringkat yang diberikan oleh perusahaan efek. Di Indonesia badan tersebut dikenal dengan Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO). Obligasi yang paling aman diberi peringkat AAA


(42)

28 dan yang paling tidak aman atau paling banyak risikonya diberi peringkat D.

d. Call Risk (Risiko waktu)

Risiko ini melekat pada callable bonds, yakni obligasi yang dapat ditarik sewaktu-waktu oleh emitennya dengan harga yang telah ditetapkan. Risiko waktu terjadi jika: (a) pola aliran kas emiten tidak pasti; (b) penarikan dilakukan pada saat suku bunga rendah dan (c) potensi kenaikan harga obligasi lebih tinggi dari harga call-nya.

e. Risiko Inflasi

Risiko inflasi disebut pula risiko terhadap daya beli. Risiko inflasi merupakan risiko bahwa return yang direalisasikan dalam investasi obligasi tidak akan cukup untuk menutupi kerugian menurunnya daya beli yang disebabkan inflasi. Bila inflasi meningkat dan tingkat bunga obligasi tetap, maka terjadi penurunan daya beli yang harus ditanggung investor.

f. Risiko Kurs Valuta Asing

Orang Indonesia yang membeli obligasi perusahaan di negara lain dapat mengalami kerugian perbedaan kurs valuta asing (foreignexcangerisk).


(43)

29 g. Marketability risk (Risiko likuiditas)

Yakni risiko yang mengacu pada seberapa mudah investor dapat menjual obligasinya, sedekat mungkin dengan nilai dari obligasi tersebut. Cara untuk mengukur likuiditas adalah dengan melihat besarnya spead (selisih) antara harga permintaan dan harga penawaranya yang dipasang oleh perantara pedagang efek. Semakin besar spead tersebut, makin besar risiko likuiditas yang dihadapi.

h. Event risk

Seringkali kemampuan emiten untuk membayar bunga dan pokok hutang tanpa terduga berubah karena, bencana alam dan pengambilalihan.

C. Rating Obligasi

Seorang pemodal yang tertarik untuk membeli obligasi tentunya harus memperhatikan rating obligasi (credit ratings). Credit ratings

merupakan skala resiko dari semua obligasi yang diperdagangkan. Skala ini menunjukkan seberapa aman suatu obligasi bagi pemodal. Keamanan ini ditunjukkan dari kemampuannya dalam membayar bunga dan pelunasan pokok pinjaman. Penentuan tingkat skala tersebut memperhitungkan beberapa variabel yang mempengaruhi rating obligasi. Pemodal bisa menggunakan jasa credit rating agency yang memberikan


(44)

30 jasa penilaian terhadap obligasi yang beredar untuk mendapatkan informasi mengenai rating obligasi.

Peringkat obligasi perusahaan diharapkan dapat memberikan informasi dan petunjuk bagi investor mengenai kualitas investasi terhadap obligasi yang mereka minati, sehingga dapat memberikan sinyal bagi investor untuk menentukan pilihannya dalam berinvestasi di obligasi itu sendiri agar terhindar dari hal yang tidak diinginkan seperti default risk.

Seperti halnya Standard & Poor’s Rating Service (S&P‟s) dan

Moody’s di Amerika, di Indonesia juga ada lembaga pemeringkat obligasi. Pemeringkatan obligasi di Indonesia dilakukan oleh dua lembaga, yaitu PT PEFINDO (Pemeringkat Efek Indonesia) dan PT Kasnic Credit Rating. Namun, PT Kasnic Credit Rating Indonesia sudah tidak lagi melakukan pemeringkatan terhadap obligasi maupun sukuk. PEFINDO mempublikasi peringkat obligasi setiap bulan, sedangkan Kasnic tidak. Selain itu,jumlah perusahaan yang menggunakan jasa pemeringkatan obligasi PEFINDO jauh lebih banyak dibandingkan yang menggunakan jasa pemeringkatan Kasnic. PT Kasnic Credit Rating Indonesia telah berganti nama menjadi

Moody‟s Indonesia pada tahun 2007. Moody's beroperasi di Indonesia

sejak Januari 2007

PEFINDO menyediakan dua jenis dasar pemberian peringkat, yaitu peringkat perusahaan dan peringkat instrument utang. Peringkat perusahaan, juga disebut Nilai General Obligation (GO) atau Emiten Rating, adalah suatu penilaian kelayakan kredit secara keseluruhan dari


(45)

31 sebuah perusahaan untuk memenuhi semua kewajiban keuangan. Peringkat perusahaan tidak dapat secara otomatis diterapkan pada sekuritas utang tertentu, karena mereka tidak memperhitungkan sifat dan ketentuan keamanan utang, yang berada dalam proses kepailitan atau likuidasi, preferensi perundang-undangan, atau legalitas dan enforceability

keamanan utang itu sendiri. Selain itu, peringkat perusahaan atau emiten tinjauan tidak memperhitungkan kelayakan kredit dari penjamin, asuransi, atau bentuk lain dari peningkatan kredit yang mendukung kualitas kredit perusahaan. Jenis penilaian ini dapat digunakan oleh perusahaan atau emiten untuk memberikan penilaian terlihat ukuran kelayakan kredit relatif terhadap orang lain. Selanjutnya, peringkat perusahaan atau emiten tinjauan dapat digunakan sebagai alat pemasaran untuk mempromosikan perusahaan.

Peringkat instrumen utang adalah pendapat mengenai kelayakan kredit seorang obligor terhadap kewajiban keuangan tertentu, tingkat tertentu kewajiban keuangan, atau program keuangan tertentu. Ini didasarkan pada pertimbangan dari penjamin kredit, asuransi, atau bentuk lain dari peningkatan kredit pada kewajiban. Pendapat ini mengevaluasi kemampuan dan kemauan obligor untuk memenuhi komitmen keuangan saat mereka datang jatuh tempo. Jenis penilaian ini dapat membantu penerbit dalam menentukan struktur utang penerbitan (tingkat bunga, jangka waktu, peningkatan kredit). Di sisi lain, peringkat instrumen utang berguna bagi investor untuk membandingkan berbagai penerbit dan


(46)

32 masalah utang ketika membuat keputusan investasi dan mengelola portofolio mereka.

Simbol peringkat yang digunakan PEFINDO sama dengan yang

digunakan oleh S&P‟s, yaitu peringkat tertinggi disimbolkan dengan

AAA, yang menggambarkan risiko obligasi yang terendah. Kesamaan tersebut ada karena PEFINDO memang berafiliasi dengan S&P‟s, sehingga S&P‟s mendorong PEFINDO dalam hal metodologi pemeringkatan, kriteria, maupun proses pemeringkatan. Simbol dan makna peringkat obligasi yang digunakan PT PEFINDO dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.

Tabel 2.1

Arti Peringkat Obligasi menurut PT.PEFINDO

Peringkat Arti

AAA Efek hutang dengan peringkat AAA merupakan Efek Utang dengan peringkat tertinggi dari Pefindo yang didukung oleh kemampuan Obligor yang superior relatif dibanding entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban finansial jangka panjang sesuai dengan yang diperjanjikan

AA Efek utang dengan peringkat AA memiliki kualitas kredit sedikit di bawah peringkat tertinggi, didukung oleh kemampuan Obligor yang sangat kuat untuk memenuhi kewajibn finasial jangka panjangnya sesuai dengan yang diperjanjikan relatif dibandingkan dengan entitas Indonesia lainnya A Efek utang dengan peringkat A memiliki dukungan

kemampuan Obligor yang kuat dibandingkan dengan entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban finansial jangka panjangnya sesuai dengan yang diperjanjikan, namun cukup peka terhadap perubahan yang merugikan


(47)

33 Sumber: PEFINDO

1. Fungsi Rating Obligasi

Foster (1986:501-502) dalam penelitian Purwaningsih (2008) mengemukakan ada beberapa fungsi peringkat obligasi, yaitu sebagai:

(1) Sumber informasi atas kemampuan perusahaan, pemerintah daerah atau pemerintah dalam menaati ketepatan waktu pembayaran kembali pokok utang dan tingkat bunga yang Lanjutan Tabel 2.1

Peringkat Arti

BBB Efek utang dengan BBB didukung oleh kemampanan obligor yang memadai relatif dibandingkan dengan entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban finansial, namun kemampuan tersebut dapat diperlemah oleh perubahan keadaan bisnis dan perekonomian yang merugikan

BB Efek utang dengan peringkat BB menunjukan dukungan kemampuan Obligor yang agak lemah relatif dibandingkan dengan entitas lainnya untukmemenuhi kewajiban finansial jangka panjangnya sesuai dengan yang diperjanjikan, serta peka terhadap keadaan bisnis dan perekonomian yang keadaan bisnis dan perekonomian yang tidak menentu

B Efek utang dengan peringkat B menunjukan parameter perlindungan yang sangat lemah. Walapun Obligor masih memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka panjangnya, namun adanya perubahan keadaan bisnis dan perekonomian yang merugikan akan memperburuk kemampuan obligor utuk memenuhi kewajiban finansialnya.

CCC Efek utang dengan peringkat CCC menunjukan Efek hutang yang tidak mampu lagi memenuhi kewajiban finansialnya, serta hanya tergantung kepada perbaikan keadaan eksternal.

D Efek utang dengan peringkat D menandakan Efek hutang yang macet. Perusahaan penerbit sudah berhenti berusaha.


(48)

34 dipinjam. Superioritas ini muncul dari kemampuan untuk menganalisis informasi umum atau mengakses informasi rahasia.

(2) Sumber informasi dengan biaya rendah bagi keluasan informasi kredit yang terkait dengan cross section antar perusahaan, pemerintah daerah, dan pemerintah. Biaya yang dibutuhkan untuk mengumpulkan informasi sejumlah perusahaan swasta, perusahaan pemerintah daerah, dan perusahaan pemerintah, sangat mahal. Bagi investor, akan sangat efektif jika ada agen yang mengumpulkan, memproses, dan meringkas informasi tersebut dalam suatu format yang dapat diinterpretasikan dengan mudah (misalnya dalam bentuk skala peringkat). (3) Sumber legal insurance untuk pengawas investasi. Membatasi

investasi pada sekuritas utang yang memiliki peringkat tinggi (misalnya peringkat BBB ke atas).

(4) Sumber informasi tambahan terhadap keuangan dan representasi manajemen lainnya. Ketika peringkat utang perusahaan ditetapkan, hal itu merupakan reputasi perusahaan yang berupa risiko. Peringkat merupakan insentif bagi perusahaan yang bersangkutan, mengenai kelengkapan dan ketepatan waktu laporan keuangan dan data lain yang mendasari penentuan peringkat.


(49)

35 (5) Sarana pengawasan terhadap aktivitas manajemen.

(6) Sarana untuk memfasilitasi kebijakan umum yang melarang investasi spekulatif oleh institusi seperti bank, perusahaan asuransi, dan dana pensiun.

2. Tujuan dan Manfaat Rating Obligasi

Tujuan utama proses rating adalah memberikan informasi akurat mengenai kinerja keuangan, posisi bisnis industri perseroan yang menerbitkan surat utang (obligasi) dalam bentuk peringkat kepada calon investor. (Rahardjo, 2004:100).

Selain itu, manfaat umum dari proses pemeringkatan adalah: 1) Sistem informasi keterbukaan pasar yang transparan yang

menyangkut berbagai produk obligasi akan menciptakan pasar obligasi yang sehat dan transparan juga.

2) Efisiensi biaya. Hasil rating yang bagus biasanya memberi keuntungan, yaitu menghindari kewajiban persyaratan keuangan yang biasanya memberatkan perusahaan seperti penyediaan

singking fund, ataupun jaminan aset.

3) Menentukan besarnya coupon, semakin bagus rating cenderung semakin rendah nilai kupon begitu pula sebaliknya.

4) Memberikan informasi yang obyektif dan independen menyangkut kemampuan pembayaran utang, tingkat risiko investasi yang mungkin timbul, serta jenis dan tingkatan utang tersebut.


(50)

36 5) Mampu menggambarkan kondisi pasar obligasi dan kondisi

ekonomi pada umumnya.

Manfaat Rating bagi Investor, beberapa manfaat rating bagi investor adalah sebagai berikut:

a. Informasi risiko investasi. Tujuan utama investasi adalah untuk meminimalkan risiko serta mendapatkanckeuntungan yang maksimal. Oleh karena itu, dengan adanya „peringkat obligasi” diharapkan informasi risiko dapat diketahui lebih jelas posisinya.

b. Rekomendasi investasi. Investor akan dengan mudah mengambil keputusan investasi berdasarkan hasil peringkat kinerja emiten obligasi tersebut. Dengan demikian investor dapat melakukan stategi investasi akan membeli atau menjual sesuai perencanaannya.

c. Perbandingan. Hasil rating akan dijadikan patokan dalam membandingkan obligasi yang satu dengan yang lain, serta membandingkan struktur yang lain seperti suku bunga dan metode penjaminannya.

Manfaat Rating bagi Perusahaan, beberapa manfaat yang didapat dari emiten diantaranya adalah:

a. Informasi posisi bisnis. Dengan melakukan rating, pihak perseroan akan dapat mengetahiu posisi bisnis dan kinerja usahanya dibandingakn dengan perusahaan sejenis lainnya.


(51)

37 b. Menentukan struktur obligasi. Setelah diketahui keunggulan dan kelemahan, bisa ditentukan beberapa syarat atau struktur obligasi yang meliputi tingkat suku bunga, jenis obligasi, jangka waktu jatuh tempo, jumlah emisi obligasi serta berbagai struktur pendukung lainnya.

c. Mendukung kinerja. Apabila manajemen mendapatkan rating yang cukup bagus maka kewajiban menyediakan singking fund atau jaminan kredit bisa dijadikan pilihan pilihan alternatif. d. Alat pemasaran. Dengan mendapatkan rating yang bagus, daya

tarik perusahaan di mata investor semakin meningkat. Dengan demikian, adanya rating bisa membantu sistem pemasaran obligasi tersebut supaya lebih menarik.

e. Manjaga kepercayaan investor. Hasil rating yang independen akan membuat investor merasa aman, sehingga kepercayaan investor bisa terjaga.

D. Laporan Keuangan

1. Pengertian Laporan Keuangan

Dalam pengertian sederhana, laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu (Kasmir, 2009:7).

Yang dimaksud dengan laporan keuangan adalah suatu proses dari suatu transaksi yang dimulai dari pencatatan, penggolongan dan


(52)

38 yang terakhir adalah interpretasi dari keadaan dan perkembangan keuangan perusahaan dari waktu ke waktu yang pada dasarnya laporan keuangan terseut berisi neraca dan laporan laba rugi yang dilakukan pada akhir periode atau tahun buku yang bersangkutan. (Savitri, 2010).

Laporan keuangan menjadi penting karena memberikan input

(informasi) yang bisa dipakai untuk mengambil keputusan. Banyak pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan perusahaan, mulai dari investor dan calon investor sampai dengan manajemen perusahaan itu sendiri. Laporan keuangan akan memberikan informasi mengenai profitabilitas, risiko, timing aliran kas, yang kesemuanya akan mempengaruhi harapan pihak-pihak yang berkepentingan. (Hanafi & Halim, 2009:69).

2. Tujuan Laporan Keuangan

Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi. (SAK, 2007:3) dalam Savitri (2010).

(Kasmir, 2009:10) berikut ini beberapa tujuan pembuatan atau penyusunan laporan keuanga, yaitu:

a. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang dimiliki perusahaan pada saat ini;


(53)

39 b. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan

modal yang dimiliki perusahaan pada saat ini;

c. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang diperoleh pada suatu periode tertentu;

d. Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu;

e. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi terhadap aktiva, pasiva dan modal perusahaan;

f. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam suatu periode;

g. Memberikan informasitentang catatan-catatan atas laporan keuangan;

h. Informasi keuangan lainnya.

Statement of Financial Accounting Concept No. 1 Objective of Financial Reporting by Business Enterprises (FASB, 1978) menjelaskan bahwa tujuan pertama laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang bermanfaat bagi investor, kreditur dan pemakai lainnya, baik yang sekarang maupun pemakai potensial dalam pembuatan keputusan investasi, kredit dan keputusan sejenis lainnya secara rasional. Tujuan kedua adalah menyediakan informasi untuk membantu investor, kreditur dan pemakai lainnya, baik pemakai saat ini maupun pemakai potensial dalam menilai jumlah, waktu, ketidakpastian penerimaan kas dari dividen dan bunga di masa yang


(54)

40 akan datang. Tujuan kedua ini mengandung makna bahwa investor menginginkan informasi tentang return dan risiko atas investasi yang dilakukan. (Meythi, 2007:1) dalam Savitri (2010).

Laporan keuangan yang disusun dan disajikan oleh perusahaan pada organisasinya yang berkepentingan pada hakekatnya merupakan alat komunikasi. Artinya laporan keuangan digunakan untuk mengkomunikasikan informasi keuangan itu dan bagi mereka yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan (Savitri, 2010).

3. Jenis Laporan Keuangan

Kasmir (2009:28) Laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan terdiri dari beberapa jenis, tergantung dari maksud dan tujuan pembuatan laporan keuangan tersebut. Dalam prsktiknya, secara umum ada lima macam jenis laporan keuangan yang biasa disusun, yaitu:

a) Neraca

Neraca (balance sheet) merupakan laporan yang menunjukkan posisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu. Arti dari posisi keuangan dimaksudkan adalah posisi jumlah dan jenis aktiva (harta) dan pasiva (kewajiban dan ekuitas) suatu perusahaan.

Neraca adalah dokumen dasar dari akun-akun. Secara tradisional, neraca selalu memiliki bentuk yang terdiri dari dua


(55)

41 kolom yang masing-masing berjudul “kewajiban (liabilities)” dan “Aktiva (asset).” Kata ekuitas (fund) seringkali digunakan secara bersamaan dengan atau pada tempat “kewajiban”. (Walsh, 2004:12).

b) Laporan Laba rugi

Laporan laba rugi (income statement) merupakan laporan keuangan yang menggambarkan hasil usaha perusahaan dalam suatu periode tertentu. Dalam laporan laba rugi ini tergambar jumlah pendapatan dan sumber-sumber pendapatan yang diperoleh.

Laporan laba/rugi adalah laporan yang mengikhtisarkan pendapatan dan beban perusahaan selama periode akuntansi tertentu, yang umumnya setiap kuartal atau setiap tahun. Jadi, laporan laba rugi melaporkan operasi perusahaan selama periode tertentu, dan untuk tujuan perencanaan dan pengendalian. (Astuti, 2004:17).

c) Laporan Perubahan Modal

Laporan perubahan modal merupakan laporan yang berisi jumlah dan jenis modal yang dimiliki pada saat ini. Kemudian, laporan ini juga menjelaskan perubahan modal dan sebab-sebab terjadinya perubahan modal diperusahaan. Laporan perubahan modal jarang dibuat bila tidak terjadi perubahan modal. artinya laporan ini baru dibuat bila memang ada perubahan modal.


(56)

42 d) Laporan Arus Kas

Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukkan semua aspek yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan, baik yang berpengaruh langsung atau tidak langsung terhadap kas. Laporan arus kas harus disusun berdasarkan konsep kas selama periode laporan. Laporan kas terdiri arus kas masuk (cash in) dan arus kkas keluar (cash out) selama periode tertentu. Kas masuk terdiri atas uang yang masuk ke perusahaan seperti hasil penjualan atau penerimaan lainnya, sedangkan kas keluar merupakan sejumlah jumlah pengeluaran dan jenis-jenis pengeluarannya, seperti pembayaran biaya operasional perusahaan.

e) Laporan Catatan atas Laporan Keuangan

Laporan catatan atas laporan keuangan merupakan laporan yang memberikan informasi apabila ada laporan keuangan memerlukan penjelasan tertentu. Artinya terkadang ada komponen atau nilai dalam laporan keuangan yang perlu diberi penjelasan terlebih dulu sehingga jelas. Hal ini perlu dilakukan agar pihak-pihak yang berkepentingan tidak salah dalam menafsirkannya.


(57)

43 E. Analisis Laporan Keuangan

1. Pengertian Analisis Laporan Keuangan

Analisis laporan keuangan terdiri dari dua kata yaitu analisis dan laporan keuangan. Untuk menjelaskan pengertian kata ini, kita dapat menjelaskannya dari arti masing-masing kata. Kata analisis adalah memecahkan atau menguraikan sesuatu untuk menjadi berbagai unit terkecil. Sedangkan laporan keuangan adalah Neraca, Laba/Rugi, dan Arus Kas (Dana) jika dua pengertian tersebut digabungkan, maka akan menjadi:

“menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi

yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non-kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang

tepat” (Harahap, 2007:190).

2. Tujuan dan Manfaat

(Kasmir, 2009:68) ada beberapa tujuan dan manfaat bagi berbagai pihak dengan adanya analisis laporan keuangan. Secara umum dikatakan bahwa tujuan dan manfaat analisis laporan keuangan adalah:

a. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu, baik harta, kewajiban, modal, maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk beberapa periode;

b. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan perusahaan;


(58)

44 c. Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki;

d. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikanapa saja yang perlu dilakukan ke depan yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini;

e. Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu penyegaran atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal;

f. Dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenistentang hasil yang mereka capai.

Fahmi (2011:109) manfaat yang bisa diambil dengan dipergunakannya rasio keuangan, yaitu:

a. Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat untuk dijadikan sebagai alat menilai kinerja dan prestasi perusahaan.

b. Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat bagi pihak manajemen sebagai rujukan untuk membuat perencanaan.

c. Analisis rasio keuangan dapat dijadikan sebagai alat untuk mengevaluasi kondisi suatu perusahaan dari prospektif keuangan. d. Analisis rasio keuangan juga bermanfaat bagi para kreditor dapat

digunakan untuk memperkirakan potensi risiko yang akan dihadapi dikaitkan dengan adanya jaminan kelangsungan pembayaran bunga dan pengembalian pokok pinjaman.

e. Analsis rasio keuangan dapat dijadikan sebagai penilaian bagi pihak stakeholder organisasi.


(59)

45 3. Bentuk-bentuk dan Teknik

Untuk melakukan analisis laporan keuangan diperlukan metode dan teknik analisis yang tepat. Tujuan penentuan metode dan teknik analisis yang tepat adalah agar laporan keuangan tersebut dapat memberikan hasil yang maksimal. Selain itu, para pengguna hasil analisis tersebut dapat dengan mudah untuk menginterpretasikannya (Kasmir, 2009:68).

Kasmir (2009:69) dalam praktiknya, terdapat dua macam metode analisis laporan keuangan yang bisa dipakai, yaitu sebagai berikut.

a) Analisis Vertikal (Statis)

Analisis vertikal merupakan analisis yang dilakukan terhadap hanya satu periode laporan keuangan saja. Analisis dilakukan antara pos-pos yang ada, dalam satu periode. Informasi yang diperoleh hanya untuk satu periode saja dan tidak diketahui perkembangan dari periode ke periode.

b) Analisis Horizontal (Dinamis)

Analisis horizontal merupakan analisis yang dilakukan dengan membandingkan laporan keuangan untuk beberapa periode. Dari hasil analisis ini dapat terlihat perkembangan perusahaan dari periodeyang satu ke periode yang lain.

Kemudian, di samping metode yang digunakan untuk menganalisis laporan keuangan, terdapat beberapa jenis-jenis teknik


(60)

46 analisis laporan keuangan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

a) Analisis perbandingan antara laporan keuangan

Analisis yang dilakukan dengan membandingkan laporan keuangan lebih dari satu periode, minimal dua periode atau lebih. Dari analisis ini akan diketahui perubahan-perubahan yang terjadi.

b) Analisis trend

Analisis laporan keuangan yang biasanya dinyatakan dalam persentase tertentu. Analisis ini dilakukan dari periode ke periode sehingga akan terlihat apakah perusahaan mengalami perubahan yaitu naik, turun, atau tetap, serta seberapa besar perubahan tersebut yang dihitung dalam persentase.

c) Analisis persentase per komponen

Analisis yang dilakukan untuk membandingkan antara komponen yang ada dalam suatu laporan keuangan, baik yang ada di neraca maupun laporan laba rugi.

d) Analisis sumber dan penggunaan dana

Analisis yang dilakukan untuk mengetahui sumber-sumber dana perusahaan dan penggunaan dana dalam satu periode.

e) Analisis sumber dan penggunaan kas

Analisis yang digunakan untuk mengetahui sumber-sumber kas perusahaan dan penggunaan uang kas dalam satu periode.


(61)

47 f) Analisis rasio

Analisis yang digunakan untuk mengetahhui hubungan pos-pos yang ada dalam satu laporan keuangan atau pos-pos-pos-pos antara laporan keuangan neraca dan laporan laba rugi.

g) Analisis kredit

Analisis yang digunakan untuk menilai layak tidaknya suatu kredit dikucurkan oleh lembaga keuangan sperti bank. h) Analisis laba kotor

Analisis yang digunakan untuk mengetahui jumlah laba kotor dari periode ke satu periode.

i) Analisis titik pulang pokok atau titik impas (break event point) Tujuan analisis ini untuk mengetahui pada kondisi berapa penjualan produk dilakukan dan perusahaan tidak mengalami kerugian. Kegunaan analisis ini adalah untuk menentukan jumlah keuntungan pada berbagai tingkat penjualan.

F. Analisis Rasio Keuangan 1. Pengertian Rasio Keuangan

Rasio dalam analisa laporan keuangan adalah suatu angka yang menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan unsur lainnya dalam laporan keuangan.

Pengertian rasio keuangan menurut James C Van Horne merupakan indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan


(62)

48 diperoleh denngan membagi satu angka dengan angka lainnya. Rasio keuangan digunakan untuk menngevaluasi kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Dari hasil rasio keuangan ini akan terlihat kondisi kesehatan perusahaan yang bersangkutan.

Rasio keuangan merupakan kegiatan membagikan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya. Perbandingan dapat dilakukan antara satu komponen dengan komponen dalam satu laporan keuangan atau antarkomponen yang ada di antara laporan keuangan. Kemudian anngka yang dibandingkan dapat berupa angka-angka dalam satu periode maupun beberapa periode (Kasmir, 2009:104).

Analisis rasio sangat bermanfaat untuk perencanaan dan pengevaluasian prestasi atau kinerja (performance) bagi perusahannya bila dibandingkan dengan rata-rata industri, sedangkan bagi para kreditor analisis rasio dapat digunakan untuk memperkirakan potensi resiko yang akan dihadapi dikaitkan dengan adanya jaminan kelangsungan pembayaran bunga dan pengembalian pokok pinjamannya. Analisis rasio juga bermanfaat bagi para investor dalam mengevaluasi nilai saham dan adanya jaminan atas keamanan dana yang akan ditanamkan pada suatu perusahaan. Dengan demikian analisis laporan keuangan dapat diterapkan dalam setiap model analisis, baik yang dipergunakan oleh manajemen untuk pengambilan keputusan jangka pendek maupun jangka panjang, peningkatan


(63)

49 efisiensi dan efektivitas operasi, serta untuk mengevaluasi dan meningkatkan kinerja. Selain itu juga dapat diterapkan bagi model analisis yang digunakan oleh para bankir dalam membuat keputusan memberi atau menolak kredit, maupun model yang dipergunakan oleh para investor dalam rangka pengambilan keputusan investasi pada sekuritas (Amrullah, 2007).

(Brigham & Houston, 2009: 119) Analisis rasio digunakan oleh tiga kelompok utama:

1. Manajer, yang menerapkan rasio untuk membantu menganalisis, mengendalikan dan kemudian mengendalikan operasi perusahaan 2. Analis kredit, termasuk petugas pinjaman bank dan analis

peringkat obligasi yang menganalisis rasio-rasio untuk membantu memutuskan kemampuan perusahaan untuk membayar utang-utangnya.

3. Analis saham, yang tertarik pada efisiensi, risiko dan prospek pertumbuhan perusahaan.

2. Macam-Macam Rasio Keuangan a. Rasio Likuiditas

Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya terhadap utang jangka pendek. Makin tinggi tingkat rasio perusahaan tersebut, maka makin tinggi tingkat likuiditas perusahaan tersebut.


(64)

50 Rasio likuiditas (liquidity ratio) adalah kemampuan suatu perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu. (Fahmi, 2011:121).

Rasio likuiditas merupakan rasio yang menunjukkan hubungan antara kas dan aktiva lancar lainnya dari sebuah dengan kewajiban lancarnya. (Brigham & Houston, 2009:95).

Fred Weston dalam (Kasmir, 2009:129) menyebutkan bahwa rasio likuiditas (liquidity ratio) merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban (uatang) jangka pendek. Artinya apabila perusahaan ditagih, perusahaan akan mampu untuk memenuhi utang tersebut terutama utang yang sudah jatuh tempo.

Dengan kata lain, rasio likuiditas berfungsi menunjukkan atau mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang sudah jatuh tempo, baik kewajiban kepada pihak luar perusahaan (likuiditas badan usaha) maupun di dalam perusahaan (likuiditas perusahaan). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kegunaan rasio ini adalah untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membiayai dan memenuhi kewajiban (utang) pada saat ditagih (Kasmir, 2009:130).

Likuiditas ditekankan pada kemampuan membayar, bukan kekuatan membayar. Perusahaan yang likuid adalah perusahaan yang mempunyai kekuatan besar untuk membayar, sehingga


(1)

136

Pengujian (2)

KMO and Bartlett's Test

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .797 Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 491.603

df 21

Sig. .000

Anti-image Matrices

CACL CAICL CCL LTDTE TLTA TLTE NITA

Anti-image Covariance CACL .416 -.183 -.124 -.025 .057 .004 -.068

CAICL -.183 .426 -.137 .033 .012 -.023 .003

CCL -.124 -.137 .413 -.020 .080 .008 -.103

LTDTE -.025 .033 -.020 .160 -.044 -.122 .079

TLTA .057 .012 .080 -.044 .288 -.065 -.033

TLTE .004 -.023 .008 -.122 -.065 .156 -.050

NITA -.068 .003 -.103 .079 -.033 -.050 .817

Anti-image Correlation CACL .817a -.434 -.298 -.098 .165 .014 -.116

CAICL -.434 .822a -.327 .128 .034 -.091 .005

CCL -.298 -.327 .848a -.077 .233 .030 -.178

LTDTE -.098 .128 -.077 .719a -.207 -.769 .219

TLTA .165 .034 .233 -.207 .900a -.305 -.069

TLTE .014 -.091 .030 -.769 -.305 .715a -.139

NITA -.116 .005 -.178 .219 -.069 -.139 .799a


(2)

137

Total Variance Explained

Component

Initial Eigenvalues

Extraction Sums of Squared Loadings

Rotation Sums of Squared Loadings

Total

% of Variance

Cumulative

% Total

% of Variance

Cumulati ve % Total

% of Variance

Cumulative %

1 3.840 54.852 54.852 3.840 54.852 54.852 2.629 37.553 37.553

2 1.405 20.068 74.920 1.405 20.068 74.920 2.616 37.367 74.920

3 .815 11.641 86.560

4 .338 4.824 91.384

5 .304 4.350 95.734

6 .210 3.005 98.739

7 .088 1.261 100.000

Extraction Method: Principal Component Analysis.

Component Matrixa

Component

1 2

CACL .728 .493

CAICL .740 .444

CCL .774 .400

LTDTE -.790 .539

TLTA -.859 .304

TLTE -.777 .573

NITA .444 .306

Extraction Method: Principal Component Analysis. a. 2 components extracted.


(3)

138

Rotated Component Matrixa

Component

1 2

CACL -.169 .863

CAICL -.212 .837

CCL -.266 .829

LTDTE .941 -.175

TLTA .823 -.390

TLTE .955 -.142

NITA -.099 .530

Extraction Method: Principal Component Analysis.

Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.

a. Rotation converged in 3 iterations.

Component Transformation Matrix

Compo

nent 1 2

1 -.709 .705

2 .705 .709

Extraction Method: Principal Component Analysis.

Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.


(4)

139

Logistic Regression

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 107 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 107 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 107 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Block 0: Beginning Block

Iteration Historya,b,c

Iteration -2 Log likelihood

Coefficients Constant

Step 0 1 127.057 .879

2 126.968 .942

3 126.967 .943

a. Constant is included in the model. b. Initial -2 Log Likelihood: 126,967

c. Estimation terminated at iteration number 3 because parameter estimates changed by less than ,001.


(5)

140

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 60.547 2 .000

Block 60.547 2 .000

Model 60.547 2 .000

Iteration Historya,b,c,d

Iteration -2 Log likelihood

Coefficients

Constant FAC1_1 FAC2_1

Step 1 1 93.232 .879 -.387 .918

2 76.713 1.467 -.630 1.925

3 68.728 2.200 -.973 3.130

4 66.610 2.802 -1.279 4.111

5 66.422 3.047 -1.407 4.512

6 66.420 3.076 -1.422 4.559

7 66.420 3.076 -1.422 4.559

a. Method: Enter

b. Constant is included in the model. c. Initial -2 Log Likelihood: 126,967

d. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than ,001.


(6)

141

Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1 66.420a .432 .622

a. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than ,001.

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

1 5.311 7 .622

Classification Tablea

Observed

Predicted Peringkat

Percentage Correct Non-Investment

Grade

Investment Grade

Step 1 Peringkat Non-Investment Grade 17 13 56.7

Investment Grade 4 73 94.8

Overall Percentage 84.1

a. The cut value is ,500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95% C.I.for EXP(B) Lower Upper

Step 1a FAC1_1 -1.422 .404 12.362 1 .000 .241 .109 .533

FAC2_1 4.559 1.085 17.652 1 .000 95.499 11.385 801.074 Constant 3.076 .693 19.699 1 .000 21.670