PENINGKATAN MINAT BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

(1)

NEGERI 1 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Oleh

DITTA ANGGRAENI

Masalah dalam penelitian ini adalah minat belajar siswa di sekolah. Adapun permasalahan penelitian ini adalah apakah peningkatan minat belajar dapat tercapai dengan menggunakan layanan bimbingan kelompok pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015?”.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan minat belajar dengan menggunakan layanan bimbingan kelompok pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015. Penelitian ini dilakukan pada 20 siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bandar Lampung tahun pelajaran 2014/2015 dan sekaligus sebagai subjek penelitian yang terbagi menjadi dua kelompok yakni eksperimen dan kontrol.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa angka probabilitas < sig. 0.05 (0.005<0.05) pada kelompok eksperimen maka Ha1 diterima dan Ho1 ditolak, sedangkkan pada kelompok kontrol probabilitas > 0.05 (0.339>0.05) artinya bahwa Ha2 ditolak dan Ho2 diterima, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan minat belajar yang signifikan pada kelompok eksperimen setelah diberi layanan bimbingan kelompok, selain dari pada itu layanan bimbingan kelompok juga efektif dalam meningkatkan minat belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015.

Saran dalam penelitian ini ditujukan ; (1) kepada siswa SMP Negeri 1 Bandar Lampung, hendaknya mengikuti kegiatan layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan minat belajar, (2) kepada guru bimbingan dan konseling, hendaknya menjadikan kegiatan layanan bimbingan kelompok sebagai salah satu program unggulan dalam bimbingan dan konseling di sekolah sebab hal ini sangat efektif digunakan dalam meningkatkan minat belajar siswa. (3) bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian tentang peningkatan minat belajar hendaknya dapat menggunakan subjek yang berbeda dan meneliti variabel lainnya.


(2)

PENINGKATAN MINAT BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS VIII SMP

NEGERI 1 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Oleh

Ditta Anggraeni

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir tanggal 23 Februari 1992 di Pulung Kencana, Kecamatan Tulang Bawang Tengah, Kabupaten Tulang Bawang Barat, Lampung. Penulis adalah putri keempat dari lima bersaudara, pasangan Bapak Suroto dan Ibu Eko Rustiningsih.

Penulis menempuh pendidikan formal yang diawali dari: SD Negeri 01 Pulung Kencana lulus tahun 2003; SMP Negeri 4 Tulang Bawang Tengah lulus tahun 2006 ; kemudian melanjutkan ke SMA Negeri 1 Tumijajar lulus tahun 2009. Tahun 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Ujian Mandiri (UM). Selanjutnya, pada bulan Juli-September 2013 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan Praktik Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah (PLBK-S) di SMP N 3 Lambu Kibang, Kecamatan Lambu Kibang, Kabupaten Tulang Bawang Barat, kedua kegiatan tersebut dilaksanakan di Kibang Yekti Jaya, Lambu Kibang, Tulang Bawang Barat.


(7)

Lampung periode 2012/2013, dan Ketua Umum Team Movement Everywhere

Lampung periode 2012/2013. Selain aktif dalam kegiatan kemahasiswaan penulis juga memberikan sumbangsih prestasi bagi almamater tercinta Universitas Lampung atara lain: bersama Paduan Suara Mahasiswa Universitaas Lampung penulis meraih 1 medali emas dan 2 medali perak pada Pesta Paduan Suara Gerejawi Mahasiswa 2012 yang diselenggarakan di Ambon, Maluku. Meraih 2 medali emas pada Bali International Choir Festival di Bali pada tahun 2012. Meraih 1 medali emas dan 2 medali perak pada Pesta Paduan Suara Gerejawi Mahasiswa 2014 di Jakarta, meraih 2 emas pada Festival Choral International, Canta Al Mar di Barcelona, Spanyol pada tahun 2014. Serta menjadi salah satu delegasi mahasiswa Lampung dalam mengikuti Asean Student Congress 3 di Bali dan Asean Student Congress 4 di Kamboja.


(8)

Teruntuk Ayahanda Suroto dan Ibunda Eko Rustiningsih tercinta yang selalu setia mendoakanku, memberikanku semangat dan motivasi dalam menempuh study, yang selalu

membimbing dan mengajarkanku untuk “setia pada perkara yang kecil, sebab Tuhan akan memberikan perkara yang besar ketika menemukan kesetiaan ada dalam diri

anak-anankNya”.

Tak lebih, hanya sebuah karya sederhana ini yang bisa kupersembahkan.

Kakak-kakakku yang terkasih: Mbak Ferry, Bang Hendrik, Mbak Pipit, Mas Nur, Mas Indra,

juga adik dan keponakanku yang kusayang: Septi, Anya dan Carol. Sahabat-sahabat serta almamater tercinta.


(9)

Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya.

(Pengkhotbah 3:11a)

“Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara

dalam kesukaran.”


(10)

SANWACANA

Segala puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Penggunaan Layanan Bimbingan Kelompok Untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015”. Adapun maksud penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan, FKIP Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

2. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

3. Bapak Drs. Yusmansyah, M.Si. selaku Ketua Prigram Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Lampung yang telah memberikan bimbingan, kritikan dan masukan dalam proses penyelesaian skripsi ini;

4. Drs. Muswardi Rosra, M.Pd selaku Pembimbing I yang telah menyediakan waktunya dalam memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik;


(11)

6. Ibu Diah Utaminingsih, S.Psi, M.A., Psi. selaku Pembahas yang telah banyak memberikan masukan dan perbaikan selama ini sehingga skripsi ini dapat terselesaikan;

7. Dosen-dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling yang telah mencurahkan segala ilmunya;

8. Drs. H. Haryanto, M.Si, selaku Kepala SMP Negeri 1 Bandar Lampung. Terima kasih atas bantuan dan kesediaannya membantu penulis dalam mengadakan penelitian;

9. Ibu Hj. Supriani, S.Pd selaku guru Bimbingan dan Konseling SMP Negeri 1 Bandar Lampung yang telah memberikan dukungan serta bantuan kepada penulis dalam mengadakan penelitian;

10. Siswa-siswi SMP Negeri 1 Bandar Lampung yang telah bersedia memberikan bantuan dan kerjasama sebagai subjek dalam penelitian, terimakasih untuk IDH, ADY, MYF, JLA, GEP, PTR, YDH, WVA, MRW, JLA, DSH, EDK, RLD, AGN, ASV, GTR, ANS, DKS, NDY, dan RDS;

11. Kedua orang tuaku tersayang, Bapak Suroto dan Ibu Eko Rustiningsih yang selalu setia mendoakanku, membimbingku, serta mengajarkanku untuk selalu setia pada pekara yang kecil, sebab ketika Tuhan melihat kesetiaan hambanya pada perkara yang kecil maka Ia akan memberikan perkara yang besar;


(12)

13. Mas Nur, mbak Pipit, dan Carol yang memberikan kesempatan yang sungguh indah untuk tinggal bersama keluarga istimewa ini, aku dapat belajar banyak hal yang membangun, mendapat motivasi, semangat terlebih dukungan doa yang tiada henti hari lepas hari, kiranya berkat Tuhan melimpah atas keluarga ini;

14. Bang Hendri, mbak Feri, juga kakak Anya terimakasih untuk doa dan semangat yang diberikan dalam penyusunan skripsiku;

15. Mas Indra dan adik Septi (Citul) yang selalu berantem tapi saling mengasihi, yang mengingatkan masa kecilku, dan selalu mendoakan serta menyemangatiku untuk dapat segera menyelesaikan skripsi dengan baik; 16. M2z Raiz (mbah Jambrong) terimakasih karena kehadiranmu membawa

semangat dalam hidupku, engkau menjadi seorang sahabat yang menaruh kasih setiap waktu dan menjadi seorang saudara dalam kesukaranku, serta memberikan doa dan dukungan tanpa henti dalam penyusunan skripsi ini; 17. Keluarga Tang: mama Bebeth (si gupek), kakak Desti (doraemon), nduk

Iphana (Iphanul), nduk Lusi (bebidol), dan mbokde Megga kalian adalah keluarga terindah dalam perjalanan perkuliahanku, suka-dukaku menjalani persahabatan dan kekeluargaan bersama kalian membuatku semakin dewasa, terimakasih atas semangat dan motivasi yang kalian berikan selama ini; 18. Sahabat kampusku : Bebeth, Desti, Lusi, Ivana, Megga, Amel, Dyah, Nissa,


(13)

dan kebersamaan kalian selama perkuliahan yang membuat hari-hariku di kampus semakin berwarna;

19. Sahabat-sahabat yang berjasa dalam penyusunan skripsiku, yang telah memberiku semangat, doa serta dukungan tanpa mengenal lelah, terimakasih Mas Wahyu, Amel, mbak Nike, mbak Febri, mas Sandi, Andreas dan juga kak Ikhwan;

20. Sobirin Pradanet yang telah menjadi editor terbaik dalam penyusunan skripsiku;

21. Pendeta, Majelis dan Jemaat GITJ Candra Kencana, GITJ Solafide Bandar dan GKMI El-Shaddai Bandar Lampung yang dengan setulus hati senantiasa mendoakan keberhasilanku dalam menempuh study dan penyenyelesaian skripsi;

22. Seluruh staf dan teman-teman terkasih di LPMI Lampung dan TMEW

Lampung yang telah mendukung dalam doa dan pelayanan bersama selama berkuliah di Unila;

23. Pelatih, alumni, senior, teman-teman seperjuangan dan adik-adik tersayang di PSM Unila yang telah mendukung dalam doa serta memberi kesempatan belajar berorganisasi yang baik serta meraih banyak pengalaman bahkan prestasi selama kuliah;

24. El-Shaddai Generation mas Natan, mas Kasman, mbak Ine, mas Wahyu, bang Fandi, mas Asep, mas Eko, mas Iko, mas Sandi, mas Yudha, mas Ido,


(14)

menyusun skripsi;

25. Sahabat-sahabat KKN dan PPL: Papa Singgih, Mama Uung, Anty Nesia, Abang Hendra, Cumi/Cimu Galuh, Ami Juizah, Adek Ala, Opa Yadi, Oma Siti. Pengalaman yang tidak terlupakan bersama kalian selama tiga bulan baik dalam suka maupun duka;

26. Abah, Emak, Teh Nok, Kang Encep, Risa, terimakasih untuk keluarga baruku di desa Kibang Yekti Jaya, yang menerima dan memberi sambutan hangat ketika kami tinggal di sana selama KKN dan PPL;

27. Almamaterku tercinta.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Juni 2015 Penulis


(15)

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah ... 1

1. Latar Belakang Masalah ... 1

2. Identifikasi Masalah ... 7

3. Pembatasan Masalah ... 8

4. Rumusan Masalah ... 8

B. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

1. Tujuan Penelitian ... 9

2. Manfaat Penelitian ... 9

C. Ruang Lingkup penelitian ... 10

1. Ruang Lingkup Objek Penelitian ... 10

2. Ruang Lingkup Subjek Penelitian... 10

3. Ruang Lingkup Tempat dan Waktu Penelitian ... 10

D. Kerangka Pikir ... 11

E. Hipotesis ... 13

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Minat Belajar ... 15

1. Pengertian Minat ... 15

2. Pengertian Belajar ... 17

3. Ciri-ciri Siswa Berminat Dalam Belajar... 19

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar Siswa ... 20

B. Layanan Bimbingan Kelompok ... 24

1. Pengertian Layanan Bimbingan Kelompok ... 24

2. Tujuan Layanan Bimbingan Kelompok ... 28

3. Komponen Layanan Bimbingan Kelompok... 30

4. Asas-asas dalam Layanan Bimbingan Kelompok ... 35

5. Teknik Layanan Bimbingan Kelompok ... 40

6. Tahap-tahap dalam Layanan Bimbingan Kelompok... 41

C. Keterkaitan antara Layanan Bimbingan kelompok dengan Peningkatan Minat Belajar Siswa ... 47


(16)

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 51

1. Variabel Penelitian ... 51

2. Definisi Operasional ... 53

E. Teknik Pengumpulan Data ... 54

1. Skala ... 54

F. Uji Persyaratan Instrumen ... 57

1. Uji Validitas ... 57

2. Uji Reliabilitas ... 58

G. Teknik Analisis Data ... 59

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 61

1. Gambaran Umum Pra Bimbingan Kelompok ... 61

2. Deskripsi Data ... 62

3. Hasil Pelaksanaan Kegiatan Layanan Bimbingan Kelompok ... 64

4. Data Skor Subyek Sebelum dan Setelah Mengikuti Layanan Bimbingan Kelompok (Pretest dan Posttest) ... 75

5. Analisis Data Hasil Penelitian ... 102

6. Uji Hipotesis ... 105

B. Pembahasan ... 106

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 113

B. Saran ... 114

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(17)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Kriteria bobot nilai pada skala psikologi ... 55

Tabel 4.1 Kriteria kemampuan minat belajar siswa ... 63

Tabel 4.2 Data siswa kelompok eksperimen ... 63

Tabel 4.3 Data siswa kelompok kontrol ... 64

Tabel 4.4 Jadwal pelaksanaan kegiatan penelitian ... 64

Tabel 4.5 Skor pretest dan posttest minat belajar siswa pada kelompok eksperimen ... 75

Tabel 4.6 Peningkatan minat belajar IDH ... 77

Tabel 4.7 Peningkatan minat belajar ADY ... 79

Tabel 4.8 Peningkatan minat belajar PTR... 81

Tabel 4.9 Peningkatan minat belajar MYF ... 83

Tabel 4.10 Peningkatan minat belajar JLW ... 85

Tabel 4.11.Peningkatan minat belajar GEP ... 86

Tabel 4.12 Peningkatan minat belajar WVA ... 89

Tabel 4.13. Peningkatan minat belajar YDH ... 91

Tabel 4.14 Peningkatan minat belajar MRW ... 93

Tabel 4.15 Peningkatan minat belajar JLA ... 95

Tabel 4.16 Skor pretest dan posttest minat belajar siswa pada kelompok kontrol ... 96

Tabel 4.17 Analisis hasil penelitian menggunakan uji wilcoxon pada data pretest-posttest kelompok eksperimen ... 103

Tabel 4.18 Analisis hasil penelitian menggunakan uji wilcoxon pada data pretest-posttest kelompok kontrol ... 103


(18)

Halaman

Lampiran 1. Blue print skala minat belajar ... 116

Lampiran 2. Hasil uji ahli aitem skala minat belajar ... 118

Lampiran 3. Skala minat belajar ... 121

Lampiran 4. Uji validitas dan realibilitas instrumen ... 124

Lampiran 5. Data penjaringan subjek ... 131

Lampiran 6. Kesimpulan penjaringan subjek... 125

Lampiran 7. Modul... 128

Lampiran 8. Satuan layanan dalam setiap pertemuan ... 157

Lampiran 9. Foto-foto kegiatan layanan bimbingan kelompok ... 171

Lampiran 10. Data pretest-posttest kelompok eksperimen ... 175

Lampiran 11. Data pretest-posttest kelompok kontrol ... 176

Lampiran 12. Hasil uji wilcoxon ... 177


(19)

Halaman

Gambar 1.1 Kerangka Pikir Penelitian... 13

Gambar 2.1 Skema suasana layanan bimbingan kelompok yang kurang efektif ... 33

Gambar 2.2 Skema suasana layanan bimbingan kelompok yang tidak efektif ... 33

Gambar 2.3 Skema suasana layanan bimbingan kelompok yang efektif ... 33

Gambar 2.4 Tahap pembentukan dalam layanan bimbingan kelompok ... 42

Gambar 2.5 Tahap peralihan dalam layanan bimbingan kelompok ... 43

Gambar 2.6 Tahap kegiatan dalam layanan bimbingan kelompok ... 44

Gambar 2.7 Tahap kegiatan dalam layanan bimbingan kelompok ... 45

Gambar 2.8 Tahap pengakhiran dalam layanan bimbingan kelompok ... 46

Gambar 3.1 Desain penelitian peningkatan minat belajar siswa ... 50

Gambar 4.1 Grafik perubahan minat belajar IDH ... 77

Gambar 4.2 Grafik perubahan minat belajar ADY ... 79

Gambar 4.3 Grafik perubahan minat belajar PTR ... 81

Gambar 4.4 Grafik perubahan minat belajar MYF ... 83

Gambar 4.5 Grafik perubahan minat belajar JLW ... 85

Gambar 4.6 Grafik perubahan minat belajar GEP ... 87

Gambar 4.7 Grafik perubahan minat belajar WVA ... 89

Gambar 4.8 Grafik perubahan minat belajar YDH ... 91

Gambar 4.9 Grafik perubahan minat belajar MRW ... 93

Gambar 4.10 Grafik perubahan minat belajar JLA ... 95

Gambar 4.11 Grafik perubahan minat belajar DSH ... 97

Gambar 4.12 Grafik perubahan minat belajar EDK... 98

Gambar 4.13 Grafik perubahan minat belajar RLD ... 98

Gambar 4.14 Grafik perubahan minat belajar AGN ... 99

Gambar 4.15 Grafik perubahan minat belajar ASV ... 99

Gambar 4.16 Grafik perubahan minat belajar GTR ... 100

Gambar 4.17 Grafik perubahan minat belajar ANS ... 100

Gambar 4.18 Grafik perubahan minat belajar DKS ... 101

Gambar 4.19 Grafik perubahan minat belajar NDY ... 101

Gambar 4.20 Grafik perubahan minat belajar RDS ... 102

Gambar 4.21 Grafik peningkatan minat belajar yang signifikan pada kelompok eksperimen ... 104

Gambar 4.22 Grafik peningkatan minat belajar yang tidak signifikan pada kelompok kontrol ... 105


(20)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia. Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka keberadaan pendidik atau guru dengan siswa yang komunikatif dan saling menunjang proses keberhasilan pendidikan sangat dibutuhkan.

Dalam dunia pendidikan, khususnya pada tingkat Sekolah Menengah Pertama terdapat guru bimbingan konseling yang secara khusus memiliki peranan dan fungsi untuk memberikan bimbingan dan konseling kepada siswa di sekolah. Keberadaan guru bimbingan dan konseling juga sangat mendukung tercapainya tujuan dan kualitas pendidikan yang baik, adapun proses terbentuknya guru bimbingan dan konseling di sekolah degan berbagai kompetensi yang dimiliki adalah sebagai berikut:

Berdasarkan bunyi UU No. 20 tahun 2003 pasal 1 Ayat 6 bahwa konselor dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan sebagai salah satu pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen pamong belajar, dan tutor. Pembentukan kompetensi akademik konselor ini merupakan proses pendidikan formal jenjang strata satu (S1) bidang bimbingan dan konseling, yang bermuara pada penganugerahan ijazah akademik Sarjana Pendidikan


(21)

(S.Pd) bidang bimbingan dan konseling. Kompetensi konselor/ guru bimbingan dan konseling sekolah yang tertuang dalam PP 19/2005 menyatakan bahwa terdapat empat kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru bimbingan dan konseling yaitu, kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesi. Sudibyo (2008:8).

Pada kompetensi guru bimbingan dan konseling di atas, salah satunya terdapat kompetensi kepribadian dengan sub kompetensi yang didalamnya tertulis bahwa seorang guru bimbingan dan konseling mampu menampilkan kinerja berkualitas tinggi dengan beberapa cara seperti menampilkan tindakan yang cerdas, kreatif, inovatif dan produktif. Hal ini juga menjadi dasar yang penting bagi guru bimbingan dan konseling dalam melaksanakan layanan bimbingan kelompok yang dapat mendukung tercapainya tujuan belajar.

Kegiatan belajar di sekolah tidak terlepas dari perkembangan peserta didik. Para ahli psikologi pada umumnya menunjuk pada pengertian perkembangan sebagai suatu proses perubahan yang bersifat progresif dan menyebabkan tercapainya kemampuan dan karakterstik psikis yang baru. Menurut (Ali & Ansori, 2006:11) menyatakan bahwa perkembangan dapat dicapai dengan adanya proses belajar dan proses belajar hanyalah mungkin berhasil jika ada kematangan. Kematangan dalam belajar merupakan kematangan intelek atau kematangan perkembangan secara kogntif. Piaget (Ali & Ansori, 2006:11) menyatakan bahwa kematangan perkembangan secara kognitif meliputi empat tahap yakni,

1. Tahap sensori-motoris (0-2 tahun) pada tahap ini segala perbuatan merupakan perwujudan dari proses pematangan aspek motorik. Melalui pematangan motoriknya anak mengembangkan kemampuan mempersepsi, setuhan-sentuhan, gerakan-gerakan, dan belajar mengondisikan tindakannya.


(22)

2. Tahap praoperasional (2-7 tahun) Tahap ini disebut juga tahap institusi sebab perkembangan kognitifnya memperlihatkan kecenderungan yang ditandai oleh suasana intuitif, dalam arti semua perbuatan rasionalnya tidak didukung oleh pemikiran tapi oleh unsur perasaan, kecenderungan alamiah, sikap-sikap yang diperoleh dari orang-orang bermakna dan lingkungan disekitarnya.

3. Tahap operasional konkrit (7-11 tahun). Tahap ini merupakan tahap dimana anak mulai menyesuaikan diri dengan realitas konkret dan sudah mulai berkembang rasa ingin tahunya. Anak sudah dapat mengamati, menimbang, mengevaluasi, dan menjelaskan pikiran-pikiran orang lain dalam cara-cara yang kurang egosentris dan lebih objektf, dan sudah mulai memahami hubungan fungsional.

4. Tahap operasional formal (11 tahun keatas). Pada tahap ini anak sudah mampu melakukan abstraksi, memakai arti kiasan dan simbolik, dan memecahkan persoalan-persoalan yang bersifat hipotesis.

Berdasarkan tahap kematangan perkembangan di atas, siswa SMP tergolong kedalam rentang usia remaja, dengan demikian mereka seharusnya sudah berada pada tahap operasional formal dan sudah mampu berpikir abstrak, logis, rasional serta mampu memecahkan masalah yang bersifat hipotesis, namun dalam kenyataannya masih banyak siswa SMP yang mengalami kesulitan dalam memecahkan masalahnya secara mandiri, oleh karena itu peran guru BK sangat penting dalam membantu siswa mengatasi masalah yang mereka hadapi di sekolah khususnya dalam ruang lingkup belajar. Masalah yang dihadapi oleh siswa di sekolah erat kaitanya dengan minat dalam belajar, sebab semakin rendah minat belajar siswa maka semakin besar kemungkinan terjadinya masalah dalam belajar bahkan pencapaian kematangan perkembangan kognitif siswa itu sendiri.

Minat berperan sangat penting dalam kehidupan siswa dan mempunyai dampak yang besar terhadap perilaku yang ditimbulkan. Siswa yang berminat terhadap kegiatan belajar akan berusaha lebih keras dibandingkan siswa yang kurang


(23)

berminat dalam belajarnya. Minat sangat besar pengaruhnya terhadap hasil belajar, karena apabila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat, maka siswa akan belajar dengan kurang baik sebab tidak menarik baginya.

Pada era globalisasi ini para siswa mengalami minat belajar yang rendah dikarenakan jenuh dalam belajarnya karena pergaulan, motivasi belajar yang rendah, kesehatan fisik, kompetensi/kemampuan yang dimiliki siswa, fasilitas yang dimiliki, jarang masuk sekolah, hingga ketidaktertarikan pada mata pelajaran. Berdasarkan wawancara dengan guru bimbingan dan konseling di SMP Negeri 1 Bandar Lampung dalam penelitian pendahuluan terdapat sejumlah siswa yang masih memiliki minat belajar rendah, hal ini terlihat dari sikap dan perilaku yang nampak seperti bermain HP saat guru mengajar, mengobrol saat guru sedang mengajar, tidak memperhatikan penjelasan yang disampaikan guru dengan seksama, masih terdapat siswa yang sering mengantuk saat belajar, kurang bersemangat dalam belajar, kurang puas dengan hasil belajar, sulit mengerjakan tugas pelajaran yang diberikan oleh guru, tidak memiliki peralatan belajar yang lengkap, masih sering meninggalkan buku catatan di dalam kelas, meninggalkan buku cetak di rumah, tidak menyukai semua pelajaran yang di sampaikan oleh setiap guru, mudah bosan dalam belajar, serta bersikap pasif dalam belajar. Hal ini disebabkan adanya beberapa faktor yakni Faktor dari dalam yaitu sifat pembawaan siswa, serta faktor dari luar yaitu keluarga, sekolah, masyarakat atau lingkungan. Supratmono (2009:2) juga menyatakan bahwa selain dari pada itu permasalahan minat belajar yang


(24)

rendah ini juga disebabkan adanya beberapa faktor lainya antara lain: faktor budaya, faktor sistem pendidikan, faktor orang tua dan keluarga, serta faktor guru.

Faktor budaya, dimana budaya serba instan membuat siswa malas untuk bekerja keras dan giat belajar demi tercapainya hasil belajar yang lebih baik, kemudian faktor sistem pendidikan yang kerap kali berubah-ubah sehingga membuat siswa kesulitan dalam menyesuaikan diri dalam belajar dan meningkatkan minat belajarnya, faktor yang selanjutnya yakni faktor orang tua dan keluarga yang memiliki peran penting dalam mendukung perumbuhan serta peningkatan minat belajar siswa, dan faktor terakhir yang tak kalah pentingnya adalah faktor guru, dimana cara mengajar guru serta pengemasan belajar yang menarik menjadi daya tarik tersendiri bagi siswa dalam menumbuhkan dan peningkatan minat belajarnya di sekolah.

Berdasarkan hal di atas terdapat beberapa indikasi minat belajar rendah pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bandar Lampung. Menurut Fuad dan Lukman (KBBI, 2010:376) Indikasi adalah tanda-tanda yang menarik perhatian, dalam hal ini tanda-tanda yang menarik perhatian adanya minat belajar yang rendah pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bandar Lampung adalah kurangnya perhatian siswa saat mengikuti pembelajaran di sekolah, kejenuhan siswa dalam mengikuti pembelajaran karena cara mengajar guru yang monoton/ kurang menarik bagi siswa, kurang disiplin dan keterlambatan siswa dalam mengumpul


(25)

tugas-tugas pelajaran yang diberikan oleh guru, serta kurang aktifnya siswa dalam mengikuti proses belajar di sekolah.

Berdasarkan indikasi adanya minat belajar siswa yang rendah pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bandar Lampung seperti di atas, maka guru bimbingan dan konseling berupaya untuk mengatasinya. Upaya dalam mengatasi masalah minat belajar yang telah dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling SMP Negeri 1 Bandar Lampung selama ini dengan menggunakan layanan konseling individu dan hal ini kurang mendapat hasil yang optimal karena layanan konseling individu hanya dapat dilakukan secara perseorangan sehingga tidak efektif diberikan kepada siswa yang jumlahnya cukup banyak. Kegiatan layanan bimbingan kelompok juga belum dilaksanakan secara intensif oleh guru bimbingan dan konseling di SMP Negeri 1 Bandar Lampung. Hal ini disebabkan karena kurangnya waktu, sehingga pelaksanaan kegiatan layanan bimbingan kelompok belum bisa dilaksanakan dengan baik oleh guru bimbingan dan konseling.

Kegiatan bimbingan kelompok tersebut cukup efektif membantu siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi, khususnya dalam meningkatkan minat belajar siswa, pada layanan bimbingan kelompok, aktivitas dan dinamika kelompok harus diwujudkan untuk membahas berbagai hal yang berguna bagi pengembangan atau pemecahan masalah siswa yang menjadi peserta layanan. Dinamika kelompok merupakan jiwa yang menghidupkan dan menghidupi suatu kelompok. Menurut Prayitno (2010:62) dinamika kelompok ini dimanfaatkan untuk mencapai tujuan layanan bimbingan kelompok. Manfaat yang bisa


(26)

diperoleh siswa dalam melakukan kegiatan layanan bimbingan kelompok antara lain: meningkatkan persaudaraan antara anggota-anggotanya, melatih keberanian siswa dalam berbicara di depan orang banyak dalam menanggapi permasalahan yang dialami, melatih keberanian siswa untuk mengemukakan masalahnya, serta membantu siswa untuk berperan secara aktif dalam mengikuti bimbingan kelompok.

Hasil yang bisa diperoleh dari kegiatan layanan bimbingan kelompok adalah konseli yang adalah siswa di sekolah lebih mampu memahami diri dan lingkungannya, dan dapat mengembangkan diri secara optimal. Melalui layanan layanan bimbingan kelompok tersebut guru bimbingan dan konseling diharapkan mampu menumbuhkan ketertarikan siswa dalam belajar, selain daripada itu siswa juga dapat saling bertukar pikiran dan mengemukakan pendapat yang dimilikinya.

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti memetik permasalahan yang akan dikaji lebih jauh lagi dalam penelitian ini yakni mengenai “Penggunaan layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan minat belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015”.

2. Identifikasi Masalah

Bedasarkan latar belakang masalah dan penelitian pendahuluan yang telah dilakukan, maka peneliti mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:


(27)

a. Terdapat siswa yang tidak memandang guru ketika guru sedang mengajar. b. Ada beberapa siswa yang mengobrol dengan teman saat guru mengajar. c. Terdapat siswa yang menguap saat guru mengajar.

d. Terdapat siswa yang meletakkan kepala di atas meja saat guru menjelaskan. e. Adanya siswa yang bermain HP saat guru mengajar.

f. Terdapat siswa yang tidak mau bertanya kepada guru ketika belum mengerti mengenai apa yang dijelaskan.

g. Adanya siswa yang tidak mau memberikan pendapat dalam diskusi belajar, meski telah diminta untuk mengemukakannya.

h. Terdapat siswa yang tidak mau menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh guru secara lisan.

3. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penulis membatasi masalah mengenai “Peningkatan minat belajar dengan menggunakan layanan bimbingan kelompok pada siswa kelas VIII SMP N 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015.”

4. Rumusan Masalah

Bedasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah dalam penelitian ini, maka permasalahannya adalah “Apakah peningkatan minat belajar dapat tercapai dengan menggunakan layanan bimbingan kelompok pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015?”


(28)

B. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk menjelaskan, memprediksi, dan/atau mengontrol fenomena berdasarkan pada asumsi bahwa semua perilaku dan kejadian adalah beraturan dan bahwa semua akibat mempunyai penyebab yang dapat diketahui Sabarti (2007:49). Sesuai dengan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian yang ingin dicapai oleh peneliti dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan minat belajar dengan menggunakan layanan bimbingan kelompok pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015.

2. Manfaat penelitian

Adapun manfaat dari penelitan ini di bagi menjadi dua yaitu manfaat secara teoritis dan secara praktis yang dijelaskan sebagai berikut:

a. Manfaat secara teoritis

Secara teoritis penelitian ini memberikan manfaat bagi pengembangan layanan bimbingan dan konseling di sekolah secara khusus pada layanan bimbingan kelompok yang dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling di sekolah guna memberikan layanan secara efektif, kreatif dan inovatif dalam mengetahui peningkatan minat belajar siswa.


(29)

b. Manfaat secara praktis

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh siswa, guru bimbingan dan konseling, maupun peneliti itu sendiri. Bagi siswa, dapat meningkatkan minat belajar setelah mengikuti kegiatan layanan bimbingan kelompok. Bagi guru bimbingan dan konseling di sekolah, sebagai bahan masukan dalam melaksanakan kegiatan layanan bimbingan kelompok. Serta bagi peneliti, dapat menambah pengalaman dan ketrampilan cara meningkatkan minat belajar siswa melalui pemberian layanan bimbingan kelompok.

C. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang Lingkup Objek Penelitian

Ruang lingkup objek dari penelitian ini adalah minat belajar siswa yang akan ditingkatkan dengan menggunakan layanan bimbingan kelompok.

2. Ruang Lingkup Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bandar Lampung yang akan terseleksi berdasarkan kriteria yang digunakan, dalam hal ini subjek penelitian dibagi menjadi dua kelompok yakni kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

3. Ruang Lingkup Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015.


(30)

D. Kerangka Pikir

Minat dapat terbentuk dengan adanya dorongan dari dalam diri yang mengarahkan seseorang untuk melakukan sesuatu tanpa adanya paksaan dari orang lain, demikian halnya dengan minat dalam belajar yang akan terbentuk ketika siswa memiliki kemauan dan rasa ingin tahu terhadap sesuatu yang akan dipelajarinya dengan berperan secara aktif. Peran siswa yang secara aktif dalam proses belajar sangat mendukung keberlangsungan belajar yang baik dan membuat suasana belajar semakin hidup serta membantu proses pencapaian tujuan belajar sesuai dengan apa yang diharapkan.

Harapan yang ingin dicapai dalam proses belajar selanjutnya tentu adalah peningkatan dalam minat belajar serta pencapaian prestasi yang baik, namun dalam kenyataannya masih terdapat siswa yang memiliki minat belajar rendah, hal ini disebabkan adanya beberapa faktor baik faktor internal maupun faktor eksternal antara lain: kesehatan fisik yang sangat berpengaruh terhadap minat siswa dalam belajar, sebab dengan kondisi tubuh yang kurang sehat maka akan membuat siswa malas, jenuh, serta menurunkan minat siswa dalam belajar, faktor selanjutnya adalah motivasi belajar yang rendah. Motivasi belajar yang rendah akan sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan proses belajar secara maksimal, sebab dengan rendahnya motivasi yang dimiliki siswa dalam belajar maka akan menimbulkan minat belajar yang rendah, selain dari pada itu yang menjadi faktor rendahnya minat belajar siswa adalah cara mengajar guru yang monoton sehingga membuat siswa kurang tertarik pada mata pelajaran yang diikuti, hal ini juga akan


(31)

berkaitan dengan pencapaian proses belajar sebab dengan adanya ketidaktertarikan pada suatu pelajaran maka akan menurunkan semangat dan minat siswa dalam belajar dan pada akhirnya prestasi yang dicapai siswa juga akan rendah. Faktor budaya, dimana budaya serba instan membuat siswa malas untuk bekerja keras dan giat belajar demi tercapainya hasil belajar yang lebih baik, kemudian faktor sistem pendidikan yang kerap kali berubah-ubah sehingga membuat siswa kesulitan dalam menyesuaikan diri dalam belajar dan meningkatkan minat belajarnya, dan faktor terakhir yang tak kalah penting adalah faktor orang tua dan keluarga dalam mendukung perumbuhan serta peningkatan minat belajar siswa

Berbagai faktor-fator penyebab rendahnya minat belajar siswa yang berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar dapat diatasi dengan berbagai cara dan salah satunya adalah dengan menggunakan layanan bimbingan kelompok, dimana siswa dengan minat belajar rendah diberikan layanan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan, dalam bimbingan kelompok tersebut siswa akan diarahkan, diberikan topik diskusi bimbingan kelompok yang mengacu pada peningkatan minat belajar, mendapatkan tugs-tugas dan latihan tentang bagaimana meningkatkan minat belajar, serta mengevaluasi hasil bimbingan kelompok yang telah dilaksanakan, hingga pada akhirnya minat belajar siswa akan dapat meningkat sesuai dengan apa yang diharapkan. Secara garis besar kerangka pemikiran di atas dapat digambarkan sebagai berikut:


(32)

Gambar 1.1 Kerangka Pikir Penelitian

E. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Sugiyono (2010:84). Hipotesis dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Hipotesis penelitian dalam penelitian ini adalah bahwa penggunaan layanan bimbingan kelompok dapat meningkatkan minat belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bandar Lampung tahun pelajaran 2014/2015.

Berdasarkan hipotesis penelitian di atas, peneliti mengajukan hipotesis statistik sebagai berikut :

Ha1 : Terdapat peningkatan minat belajar yang signifikan pada kelompok eksperimen setelah diberi layanan bimbingan kelompok.

Ho1 : Tidak terdapat peningkatan minat belajar yang signifikan pada kelompok eksperimen setelah diberi layanan bimbingan kelompok.

Minat belajar siswa rendah

Layanan bimbingan

kelompok

Minat belajar siswa meningkat


(33)

Ha2 :Terdapat peningkatan minat belajar yang signifikan pada kelompok kontrol tanpa diberi layanan bimbingan kelompok.

Ho2 : Tidak terdapat peningkatan minat belajar yang signifikan pada kelompok kontrol tanpa diberi layanan bimbingan kelompok.

Untuk menguji hipotesis ini peneliti menggunakan uji statistik dengan uji wilcoxon

Dengan ketentuan jika hasil probabilitas < 0.05 maka hipotesis Ha diterima dan Ho ditolak, tetapi jika probabilitas > 0.05 maka Ha ditolak dan Ha diterima.


(34)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Minat Belajar

Minat belajar dalam proses pendidikan memiliki peranan penting yang juga menentukan keberhasilan proses belajar siswa di sekolah, dalam dunia pendidikan khususnya Sekolah Menengah Pertama atau SMP merupakan tingkat satuan pendidikan yang menjadi tempat bagi siswa untuk semakin mengembangkan potensi diri secara optimal, sehingga penting bagi guru dan siswa untuk memahami minat belajar yang dimiliki oleh siswa itu sendiri, berikut akan dijelaskan mengenai pengertian minat belajar yang akan membantu kita dalam memahami dan mengetahui bagaimana cara meningkatkan minat belajar siswa.

1. Pengertian Minat

Pengertian minat dalam kajian berikut ini memuat pendapat beberapa ahli yang telah teruji sebelumnya yakni: menurut Djamarah (2011:13) “minat adalah kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas. Seseorang yang berminat terhadap aktivitas akan memperhatikan aktivitas itu secara konsisten dengan rasa senang dan mengimplementasikanya melalui partisipasi yang aktif.”


(35)

rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa

ada yang menyuruh.” Djamarah (2011:90) menyatakan bahwa dalam

proses pembelajaran minat dan kebutuhan perlu diperhatikan, sebab kedua hal tersebut menjadi penyebab tumbuhnya perhatian. Sesuatu yang menarik minat siswa dan dibutuhkan akan menarik perhatiannya, dengan demikian mereka akan sungguh-sungguh dalam belajar.

Siswa akan berminat terhadap suatu pelajaran dan mempelajarinya dengan sungguh-sungguh karena adanya daya tarik bagi siswa. Proses belajar siswa akan berjalan dengan lancar bila disertai minat, sebab minat merupakan alat motivasi yang utama yang dapat membangkitkan kegairahan dalam belajar dalam rentang waktu tertentu. Minat bukanlah sesuatu yang dibawa sejak lahir, minat adalah perasaan yang didapat karena berhubungan dengan sesuatu. Djamarah (2011:12). Minat terhadap sesuatu itu dipelajari dan mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi minat-minat yang baru, dengan demikian minat dapat ditumbuhkan melalui suatu kegiatan yang menarik salah satunya melalui bimbingan kelompok yang pada akhirnya melalui bimbingan kelompok tersebut tumbuh minat siswa ketika mengikuti pembelajaran dan berpengaruh terhadap minat belajar selanjutnya.

Selain dari pengertian minat di atas terdapat pula definisi minat menurut Bimo Walgito (2004:90) bahwa minat adalah suatu keadaan dimana seseorang memiliki perhatian yang besar terhadap suatu objek yang


(36)

akhirnya membuktikan lebih lanjut tentang objek tersebut.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa minat adalah kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan berpartisipasi secara aktif terhadap sesuatu atau aktivitas dengan perhatian yang konsisten serta didasari rasa senang tanpa ada yang menyuruh. Demikian halnya dengan minat belajar yang dimiliki oleh siswa, siswa akan merasa berminat dalam belajar apabila proses yang dilalui menyenangkan dan tidak membosankan bagi siswa.

2. Pengertian Belajar

Belajar memiliki cakupan makna yang luas, para ahli psikologi dan pendidikan mengemukakan rumusan yang brilian mengenai belajar dan tentu saja dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Berikut adalah rumusan mengenai pengertian belajar menurut para ahli:

Menurut Slameto (2010:2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Menurut Syah (2007:90) belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Menurut Darsono (2002:32) belajar adalah suatu kegiatan yang melibatkan individu secara


(37)

mana tujuan belajar disini untuk mencapai perubahan tingkah laku.

Cronbach (Djamarah, 2011:13) menyatakan “ Learning is shown by change in behavior as a result of experiece” yang berarti bahwa belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman.

Menurut Spears (Sumardi, 2001:179) “learning is to observe, to read, to

imitate to try something themselves, to listen, to follow direction” yang berarti, belajar adalah untuk mengamati, membaca, meniru dan mencoba sesuatu sendiri, mendengarkan, serta mengikuti arahan.

James O. Whittaker (Djamarah, 2011:187) merumuskan belajar adalah sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Sedangkan menurut Howard L. Kingskey (Djamarah, 2011:13) Leaning is the process by which behavior (in the broader sense) is originated or changed through practice or training.

Belajar adalah proses dimana tingkah laku dalam arti luas ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan.

Berdasarkan pengertian dari para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses yang dilakukan seseorang secara keseluruhan baik secara fisik maupun psikis untuk mencapai perubahan tingkah laku melalui pengalaman dan latihan serta interaksi dengan lingkungan.


(38)

disimpulkan bahwa minat belajar adalah suatu kecenderungan seseorang yang menetap untuk memperhatikan dan berpartisipasi aktif dalam proses perubahan tingkah laku melalui pengalaman dan latihan yang terjadi secara konsisten dengan didasari rasa senang serta adanya kesiapan di dalam belajar. Perubahan tingkah laku dapat terjadi sebagai hasil dari adanya pengalaman dan latihan yang terbentuk ketika siswa mengikuti bimbingan kelompok di sekolah, sebab dalam bimbingan kelompok siswa akan diarahkan dan mendapat banyak pengalaman serta latihan-latihan yang berkaitan dengan peningkatan minat belajarnya.

3. Ciri-ciri Siswa Berminat Dalam Belajar

Siswa yang memiliki minat dalam belajar memiliki beberapa ciri-ciri seperti yang diungkapkan oleh Slameto (2010:180) ciri-ciri siswa yang berminat dalam belajar antara lain:

a) Mempunyai kecenderungan yang tetap untuk untuk memperhatikan dan mengenang sesuatu yang dipelajari secara terus menerus.

b) Ada rasa suka dan senang pada sesuatu yang dipelajari.

c) Memperoleh suatu kebanggaan dan kepuasan pada sesuatu yang dipelajari.

d) Ada rasa keterikatan pada sesuatu aktivitas-aktivitas yang diminati.

e) Lebih menyukai suatu hal yang menjadi minatnya dari pada yang lainnya.

f) Serta dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktivitas dan kegiatan belajar.

Minat dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, oleh sebab itu minat belajar perlu ditanamkan serta ditingkatkan dalam diri siswa sejak memasuki dunia belajar di sekolah agar proses belajar yang dilalui dapat


(39)

terbentuk dari dalam diri siswa tetapi dari berbagai hal dan berbagai faktor yang mendukung proses belajar yang baik pula, berikut ini faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya minat belajar siswa.

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Belajar Siswa

Minat belajar siswa dapat dipengaruhi oleh berbagi macam hal. Berikut ini adalah beberapa faktor yang dapat mempengaruhi minat belajar siswa di sekolah. Menurut Sugihartono (2007:156) terdapat dua faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa yaitu:

a. Faktor dari dalam yaitu sifat pembawaan seseorang.

b. Faktor dari luar yaitu keluarga, sekolah, masyarakat atau lingkungan.

Selain dari kedua faktor di atas terdapat faktor lainya yang menyebabkan rendahnya minat belajar siswa, menurut Supatmono (2009:2) faktor-faktor tersebut antara lain:

a. Faktor budaya

Dalam masyarakat, terdapat budaya bahwa orang kurang senang dengan bekerja keras. Hal ini berdampak pada pemikiran seseorang akan hasil yang instan, dalam dunia belajar siswa yang seringkali berfikir dan mencapai hasil belajar secara instan akan mengesampingkan proses penting yang dilalui dalam belajar yakni dengan melibatkan minat belajar secara aktif.


(40)

Perubahan sistem pendidikan membuat siswa terus berpacu untuk menyesuaikan diri dan kelangsungan belajar dengan baik, namun hal ini tak selamanya berjalan dengan mulus, seperti halnya saat ini ketika kurikulum 2013 berjalan siswa dituntut untuk mampu belajar secara mandiri, aktif dan berbudi pekerti yang baik, menjadi satu tugas berat tersendiri bagi siswa, sebab siswa akan memperoleh peranan dan porsi dalam proses pembelajaran yang lebih banyak ketimbang guru yang memberikan materi pembelajaran, hal ini sangat berpengaruh terhadap peningkatan minat siswa dalam proses belajar, apabila siswa tidak memiliki kesiapan dalam belajar maka niscaya minat yang lahir dalam diri siswa juga akan sulit untuk mengalami peningkatan.

c. Faktor orang tua dan keluarga

Terkadang orang tua mengandalkan proses belajar telah beres di sekolah sehingga perkembangan siswa tidak dipantau oleh orang tua. Namun ada pula siswa yang beminat dalam belajar apabila mendapat perintah dari orang tuanya saja, kedua hal ini seharusnya berjalan dengan seimbang, dimana antara perhatian orang tua serta kemauan siswa itu sendiri dalam menumbuhkan minat dalam belajar terpupuk dengan baik, oleh karena itu orang tua perlu meluangkan waktu untuk memperhatiakan anaknya sehingga anak akan termotivasi untuk belajar dan meningkatkan minat belajarnya.


(41)

Sikap siswa yang positif, terutama kepada guru dan mata pelajaran merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa. Hal ini dikemukakan oleh Syah (2007:135). Guru yang terkesan galak, mengajar dengan cara penyampaian yang monoton akan membuat siswa mudah merasa bosan, dan mengalami penurunan semangat dan ketertarika dalam belajar, oleh karena itu peran guru dalam mengajar juga sangat penting dalam menumbuhkan serta meningkatkan minat belajar siswa.

Minat sangat besar pengaruhnya terhadap hasil belajar, karena apabila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat, siswa tidak akan belajar dengan baik sebab hal tersebut tidak menarik baginya. Siswa akan malas belajar dan tidak akan mendapatkan kepuasan dari apa yang dipelajari. Syamsudin (2006:133) berpendapat tentang cara mengembangkan minat belajar siswa yaitu sebagai berikut:

a. Mengenai tujuan

Dengan mengenalkan tujuan dan kegunaan suatu materi yang dipelajari, siswa disadarkan akan kegunaan suatu ilmu untuk mempersiapkan masa depannya sehingga akan menambah minat bahkan memperkuat minat yang telah ada.

b. Membuat situasi menarik

Tempat yang rapi, bersih di dalam kelas, cara mengajar guru yang tidak monoton merupakan situasi belajar yang menyenangkan.

c. Memelihara kondisi fisik dan mental

Kondisi fisik yang sehat juga selalu dijaga dengan membiasakan hidup yang teratur


(42)

menunjukkan pada siswa bagaimana pengetahuan atau kecakapan tertentu mempengaruhi dirinya, melayani tujuan-tujuannya, dan memuaskan kebutuhan-kebutuhannya. Bila siswa menyadari bahwa belajar merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan yang dianggap penting, dan bila siswa melihat bahwa hasil dari pengalaman belajar akan membawa kemajuan pada dirinya, siswa akan lebih berminat untuk mempelajarinya.

Siswa yang kurang berminat dalam belajar dapat diusahakan agar mempunyai minat yang lebih besar dengan cara menjelaskan hal-hal yang menarik dan berguna bagi kehidupannya serta berhubungan dengan cita-cita yang berkaitan dengan materi yang dipelajari. Menurut Slameto (2010:98-99) Usaha-usaha atau berbagai macam cara yang dapat dilakukan guru dalam meningkatkan minat belajar siswa antara lain:

a. Membandingkan adanya suatu kebutuhan pada diri siswa, sehingga dia rela untuk belajar tanpa adanya paksaan.

b. Menghubungkan bahan pelajaran yang diberikan dengan persoalan pengalaman yang dimiliki siswa, sehingga siswa mudah menerima bahan pelajaran.

c. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang baik dengan cara menyediakan lingkungan belajar yang kreatif dan kondusif.

d. Menggunakan berbagai macam bentuk dan teknik mengajar dalam konteks perbedaan individual siswa.

Berbagai macam cara dalam meningkatkan minat belajar siswa di atas juga dapat diadopsi oleh guru bimbingan dan konseling melalui pemberian layanan bimbingan kelompok bagi siswa di sekolah, sebab dengan pemberian bimbingan kelompok yang mengacu pada cara-cara


(43)

konseling dalam meningkatkan minat belajar siswa secara efektif.

B. Layanan Bimbingan Kelompok

Penelitian ini akan menggunakan salah satu layanan dari sembilan layanan bimbingan dan konseling yakni layanan bimbingan kelompok, dalam layanan tersebut tercakup beberapa hal penting yang perlu kita ketahui dan akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Pengertian Layanan bimbingan kelompok

Layanan bimbingan kelompok diartikan sebagai suatu upaya bimbingan kepada individu-individu melalui kelompok dengan memanfaatkan dinamika kelompok untuk mencapai tujuan-tujuan bimbingan dan konseling. Prayitno (2010:61). Layanan bimbingan kelompok juga merupakan layanan bimbingan yang memungkinkan sejumlah siswa secara bersama-sama memperoleh bahan dari guru bimbingan dan konseling yang berguna untuk menunjang kehidupan sehari-hari baik sebagai pelajar anggota keluarga maupun anggota masyarakat. Sukardi (2008:64).

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa layanan bimbingan kelompok merupakan suatu layanan bimbingan yang melibatkan sejumlah siswa untuk aktif di dalamnya dan adanya bahan yang disampaikan oleh guru bimbingan dan konseling untuk menunjang kehidupan sehari-hari siswa baik sebagai pelajar, anggota keluarga


(44)

kelompok yang dinamis dalam mencapai tujuan dari layanan bimbingan kelompok itu sendiri.

Kegiatan layanan bimbingan kelompok dijiwai oleh dinamika kelompok yang akan menentukan gerak dan arah pencapaian tujuan kelompok. Dinamika kelompok ini dimanfaatkan untuk mencapai tujuan bimbingan dan konseling melalui layanan bimbingan kelompok serta menghidupkan suasana di dalamnya.

Kelompok yang hidup adalah kelompok yang bergerak, aktif serta terdapat komunikasi di dalamnya, apabila dalam suatu kelompok diam saja, tidak bergerak dan tidak tedapat komunikasi yang baik maka sudah dapat dipastikan bahwa layanan bimbingan kelompok tersebut pada hakikatnya adalah mati, hal ini sangat berkaitan erat dengan pengembangan dinamika kelompok yang mengarahkan guru bimbingan dan konseling untuk mampu menciptakan serta mengembangkan dinamika kelompok secara kreatif. Pengembangan dinamika dalam suatu layanan bimbingan kelompok merupakan tugas utamadan pertama, tanpa berkembangnya dinamika kelompok sampai pada taraf keefektifan tertentu tidak dapat diharapkan kegiatan layanan bimbingan kelompok yang membuahkan hasil seperti apa yang diharapkan.

Dinamika kelompok dapat diibaratkan seperti suatu kendaraan yang “siap dipakai” barang-barang muatan. Yang dimaksud dengan muatan adalah masalah atau topik yang akan dibahas dalam layanan bimbingan


(45)

kendaaraan ini dengan baik agar dapat mengantarkan muatannya dengan selamat sampai ke tempat tujuan, dalam hal ini yakni tujuan dari layanan bimbingan kelompok itu sendiri. Dengan adanya dinamika kelompok, siswa akan merasakan adanya komunikasi yang sejalan dan turut berperan aktif di dalamnya, bahkan secara tidak langsung dinamika kelompok yang hidup juga akan membangun minat siswa dalam belajar.

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik umum dan teknik permainan dalam melaksanakan layanan bimbingan kelompok. Teknik umum yang digunakan meliputi komunikasi multiarah secara efektif, dinamis dan terbuka, pemberian rangsangan kepada siswa untuk menimbulkan inisiatif dalam pembahasan dan diskusi, memberi dorongan minimal untuk memantapkan respon siswa dalam mengikuti aktifitas kelompok, sedangkan teknik permainan yang digunakan berupa permainan sederhana dan tidak membutuhkan banyak tenaga sebagai selingan supaya anggota kelompok tidak merasa bosan dalam mengikuti kegiatan, selain daripada dinamika kelompok serta teknik yang digunakan dalam layanan bimbingan kelompok, terdapat tiga fungsi layanan bimbingan kelompok yang juga menjadi bagian penting dalam pencapaian tujuan layanan bimbingan kelompok tersebut. Sukardi (2008:42) menyatakan bahwa ketiga fungsi tersebut adalah 1) fungsi informatif, 2) fungsi pengembangan, dan 3) fungsi preventif dan kreatif. Pada fungsi informatif, layanan bimbingan kelompok berfungsi sebagai wadah informasi bagi siswa untuk memperoleh banyak pengetahuan


(46)

ini akan sangat menunjang tercapainya tujuan layanan bimbingan kelompok sebab dengan penyampaian informasi secara tepat maka siswa akan mendapatkan sesuatu hal yang bermanfaat untuk menunjang kehidupannya baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah, dalam hal ini siswa akan memperoleh informasi yang tepat serta bermanfaat bagi peningkatan minat belajar.

Fungsi pengembangan, pada fungsi ini layanan bimbingan kelompok akan sangat membantu proses pengembangan diri siswa di berbagai bidang, secara khusus dalam bidang belajar siswa akan diarahkan dan dibentuk untuk mencapai perkembangan diri yang matang dan dapat mencapai tujuan belajar secara optimal. Fungsi pengembangan juga mengarahkan siswa untuk dapat mencapai peningkatan minat dalam belajar.

Fungsi preventif dan kreatif, layanan bimbingan kelompok berfungsi secara prefentif atau sebagai pencegahan terhadap adanya tindakan-tindakan siswa yang dapat menyimpang dari peraturan maupun norma-norma yang berlaku baik di sekolah maupun di luar sekolah, sedangkan layanan bimbingan kelompok berfungsi kreatif yaitu bahwa dalam layanan bimbingan kelompok dapat menumbuhkan kreativitas baik dalam diri siswa maupun guru bimbingan dan konseling itu sendiri dalam meningkatkan minat belajar siswa.


(47)

siswa tentu erat kaitannya dengan adanya kelompok di dalamnya, pada layanan bimbingan kelompok terdapat dua macam kelompok yakni kelompok bebas dan kelompok tugas, dalam penelitian ini digunakan kelompok tugas.

Menurut Prayitno (2010:25) kelompok tugas yaitu kelompok yang pada dasarnya diberi tugas untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, baik pekerjaan yang ditugaskan oleh pihak luar kelompok itu maupun tumbuh di dalam kelompok itu sendiri sebagai hasil dari kegiatan-kegiatan kelompok itu sebelumnya.

Pada kelompok tugas setiap anggota kelompok diharapkan untuk berpusat pada satu titik yaitu penyelesaian tugas, sehingga seluruh anggota akan memperhatikan, mengemukakan pendapat, tanggapan, reaksi dan saling hubungan antar semua anggota dalam menyelesaikan tugas yang diberikan dengan adanya dinamika kelompok di dalamnya.

2. Tujuan Layanan Bimbingan Kelompok 1) Tujuan Umum

Tujuan umum layanan bimbingan kelompok adalah berkembangnya kemampuan sosial siswa, khususnya kemampuan komunikasi siswa dalam layanan bimbingan kelompok. Prayitno (2010:2), sedangkan menurut Sukardi (2008:64) menyatakan bahwa :

Bimbingan Kelompok adalah layanan bimbingan yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari narasumber tertentu (terutama dari pembimbing/ konselor) yang berguna untuk menunjang kehidupannya sehari-hari baik individu maupun pelajar, anggota


(48)

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan umum bimbingan kelompok adalah mengembangkan kemampuan sosial siswa yang dapat menunjang proses pengarahan diri serta kemampuan dalam belajar yang terlaksana secara ekonomis dan efektif. Sering menjadi kenyataan bahwa kemampuan bersosialisasi/berkomunikasi setiap siswa dapat terganggu dengan berbagai macam hal seperti: perasaan, pikiran, persepsi, wawasan, dan sikap yang tidak objektif, sempit dan terkungkung serta tidak efektif, yang juga berdampak terhadap minat belajar siswa sehingga hal ini akan sangat menghambat proses tercapainya tujuan belajar siswa itu sendiri. Hal inilah yang akan menjadi tujuan umum dalam pemberian bimbingan kelompok pada siswa SMP Negeri 1 Bandar Lampung dimana bimbingan kelompok dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar akan hal-hal penting dalam mengarahkan dan meningkatkan minat belajar siswa

2) Tujuan Khusus

Menurut Prayitno (2010:40) yang menjadi tujuan khusus dalam layanan bimbingan kelompok adalah membahas topik-topik tertentu yang mengandung permasalahan aktual (hangat) dan menjadi perhatian siswa, dalam penyampaiaan layanan bimbingan kelompok dinamika kelompok yang intensif sangat perlu di perhatikan agar


(49)

bimbingan kelompok dengan baik, selain daripada itu tujuan khusus layanan bimbingan kelompok juga akan tercapai dengan baik apabila tercipta suasana meaningful learning (kondisi layanan bimbingan kelompok yang aktif, komunikatif, semangat, menyenangkan dan menantang). Tujuan khusus bimbingan kelompok dalam penelitian ini tercapainya peningkatan minat belajar siswa melalui penggunaan berbagai topik-topik khusus yang berkenaan dengan minat belajar siswa.

3. Komponen Layanan Bimbingan Kelompok

Pada umumnya dalam layanan bimbingan kelompok dikenal 5 komponen utama yang akan dijelaskan sebagai tersebut:

1) Pemimpin Kelompok

Pemimpin kelompok adalah guru bimbingan dan konseling yang terlatih dan berwenang menyelenggarakan praktik layanan bimbingan kelompok. Prayitno (2010:41). Pemimpin kelompok memiliki tugas yang besar dalam menyampaikan layanan bimbingan kelompok bagi siswa, sebab pemimpin kelompok harus mampu menciptakan suasanan kelompok yang dinamis agar proses pelaksanaan layanan bimbingan kelompok dapat berhasil dan mencapai tujuan yang diharapkan.


(50)

Agar dinamika kelompok dapat benar-benar hidup maka dalam bimbingan kelompok sangat diperlukan peran dari pemimpin kelompok.

Prayitno (2010:35) mengelompokkan peran yang dimiliki oleh pemimpin kelompok menjadi beberapa, yaitu:

1) Pemimpin kelompok dapat memberikan bantuan, pengarahan atau campur tangan langsung terhadap kegiatan kelompok.

2) Pemimpin kelompok memusatkan perhatian pada suasana perasaan yang berkembang dalam kelompok itu.

3) Jika kelompok itu tampak kurang menjurus ke arah yang dimaksudkan maka pemimpin kelompok perlu memberikan arah yang dimaksudkan.

4) Pemimpin kelompok juga perlu memberikan tanggapan (umpan balik) tentang berbagai hal yang terjadi dalam kelompok, baik yang bersifat isi maupun proses kegiatan kelompok.

5) Pemimpin kelompok juga harus mampu mengatur “lalu lintas” kegiatan kelompok.

6) Bertanggung jawab terhadap kerahasiaan kegiatan kelompok itu dengan segenap isi dan kejadian-kejadian yang timbul dalam kelompok.

3) Anggota Kelompok

Tidak semua kumpulan orang atau individu dapat dijadikan sebagai anggota layanan bimbingan kelompok. Untuk terselenggaranya layanan bimbingan kelompok guru bimbingan dan konseling perlu membentuk kelompok siswa yang memiliki persyaratan sebagaimana yang ditentukan. Prayitno (2010:33) menyatakan bahwa ada beberapa persyaratan agar kelompok tersebut dapat menjadi bagian dalam layanan bimbingan kelompok dan mengembangkan dinamika kelompok, yaitu:


(51)

2) Tumbuhnya tujuan bersama di antara anggota kelompok, dalam suasana kebersamaan.

3) Berkembangnya itikad dan tujuan bersama untuk mencapai tujuan kelompok.

4) Terbinanya kemandirian pada diri setiap anggota kelompok, sehingga mereka masing-masing mampu berbicara dan tidak menjadi yes-man.

5) Terbinanya kemandirian kelompok, sehingga kelompok ini berusaha dan mampu “tampil beda” dari kelompok lain. 4) Besarnya Kelompok

Kelompok yang terlalu kecil dalam layanan bimbingan kelompok, misalnya hanya terdiri dari 2-3 orang akan mengurangi efektifitas layanan bimbingan kelompok itu sendiri, sebab hal ini akan mengakibatkan kedalaman serta variasi pembahasan topik terbatas karena anggota kelompok yang memang terbatas jumlahnya. Sebaliknya kelompok layanan bimbingan kelompok dengan jumlah anggota yang terlalu banyak juga tidak akan berjalan secara efektif karena partisipasi aktif siswa sebagai anggota kelompok menjadi kurang intensif, kesempatan berbicara, dan memberikan/menerima topik dalam layanan bimbingan kelompok.

Kekurangefektifan suatu kelompok akan sangat terasa apabila jumlah anggota kelompok lebih dari 15 orang, sehingga jumlah yang paling ideal bagi suatu kelompok dalam layanan bimbingan kelompok adalah 10-15 orang, dengan demikian intensitas siswa dalam mengemukakan pendapat serta berperan aktif dalam kelompok akan terbagi secara


(52)

sebagai berikut:

Gambar 2.1. Skema Suasana Layanan bimbingan kelompok yang kurang efektif

Gambar 2.2. Skema suasana layanan bimbingan kelompok yang tidak efektif

Gambar 2.3. Skema suasana layanan bimbingan kelompok yang efektif 1

PK 2

3 1 3 2 4 5 PK 6 7

9 8 10 17 16 21 18 7 9 11 10 8 14 13 1 5 2 3

4 19 PK 15 20 12 6


(53)

: Pemimpin Kelompok : Anggota Kelompok

5) Peran Anggota Kelompok

Peran anggota kelompok bersifat, dari, untuk dan oleh anggota kelompok itu sndiri, adapun peran anggota kelompok menurut Prayitno (2010:37) antara lain:

1) Membantu terbinanya suasana keakraban dalam hubungan antar anggota kelompok.

2) Mencurahkan segenap perasaan dalam melibatkan diri pada kegiatan kelompok untuk mencapai tujuan yang diharapkan. 3) Mendengar, memahami dan merespon dengan tepat dan positif

(3-M).

4) Membantu tersusunnya aturan kelompok dan berusaha mematuhinya dengan baik.

5) Merasa, berempati dan bersikap.

6) Benar-benar berusaha untuk secara aktif ikut serta dalam seluruh kegiatan kelompok.

7) Berusaha membantu anggota lain

8) Memberikan kesempatan kepada anggota lain untuk juga menjalankan peranannya.

9) Menyadari pentingnya kegiatan kelompok itu.

Berbagai peranan di atas merupakan hal yang sangat penting dalam layanan bimbingan kelompok sebab dengan terlaksananya berbagai peranan baik pada pemimpin kelompok maupun anggota kelompok secara baik maka akan tercapai pula tujuan layanan bimbingan kelompok secara baik.


(54)

Asas-asas yang terdapat dalam bimbingan kelompok terbagi menjadi beberapa bagian, seperti yang dikemukakan oleh Sukardi (2008:46-51) bahwa terdapat 12 asas bimbingan dan konseling antara lain, asas kerahasiaan, asas kesukarelaan, asas keterbukaan, asas kekinian, asas kemandirian, asas kegiatan, asas kedinamisan, asas keterpaduan, asas kenormatifan, asas keahlian, asas alih tangan, asas Tut Wuri Handayani, dalam penelitian ini, penulis hanya menggunakan beberapa asas di atas khususnya yang berkaitan dengan topik serta layanan bimbingan kelompok yang akan diberikan kepada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bandar Lampung dalam meningkatkan minat belajar yang rendah. Adapun asas-asas yang digunakan anatra lain:

1) Asas Kesukarelaan

Kesukarelaan siswa dimulai sejak awal perencanaan pembentukan kelompok oleh guru bimbingan dan konseling. Hal ini secara terus-menerus dibina melalui upaya guru bimbingan dan konseling mengembangkan syarat-syarat kelompok yang efektif dan tepat sesuai dengan struktur bimbingan kelompok, dengan adanya kesukarelaan diantara guru bimbingan konseling dengan siswa dalam mengikuti layanan bimbingan kelompok maka akan lebih mudah dalam mencapai tujuan layanan bimbingan kelompok itu sendiri.


(55)

Layanan bimbingan kelompok yang efisien adalah layanan bimbingan kelompok yang dapat berlangsung dalam suasana keterbukaan. Sukardi (2008:47), dengan keterbukaan ini setiap topik yang akan dibahas dalam layanan bimbingan kelompok akan lebih mudah diterima oleh siswa dan secara otomatis siswa dapat terbuka dalam menyampaikannya permasalahan yang dihadapi berkenaan dengan minat belajar siswa yang rendah kepada guru bimbingan dan konseling.

3) Asas Kekinian

Asas kekinian mengandung pengertian bahwa guru bimbingan dan konseling tidak boleh menunda-nunda dalam pemberian bantuan Sukardi (2008:48), dalam hal ini asas kekinian juga berkenaan dengan fungsi informasi dalam layanan bimbingan kelompok sebab informasi yang diberikan dalam layanan bimbingan kelompok haruslah informasi yang terkini dan sesuai dengan kebutuhan siswa. Informasi yang akan diberikan berkenaan dengan bagaimana cara meningkatkan minat belajar siswa yang rendah serta hal-hal apa saja yang dapat meningkatkan minat belajar siswa, dengan demikian siswa yang mengalami minat belajar rendah dapt memperoleh informasi secara tepat dan dapat membantu mengatasi minat belajarnya dengan baik.


(56)

Guru bimbingan dan konseling selalu berusaha untu memandirikan siswa yang dibimbing. Kemandirian ini menjadi arah dari keseluruhan proses layanan bimbingan kelompok dan hal ini baik dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling serta siswa. Khususnya pada siswa, layanan bimbingan kelompok akan melatih mereka untuk mandiri dalam memecahkan permasalahan minat belajarnya melalui diskusi serta tugas-tugas yang diberikan dalam layanan bimbingan kelompok dan menemukan kemandirian mereka dalam memecahkan masalah yang dihadapi berkenaan dengan minat belajar siswa yang rendah.

5) Asas Kegiatan

Usaha yang dilakukan dalam layanan bimbingan kelompok akan membuahkan hasil yang berarti apabila siswa turut serta melakukan kegitan dalam layanan bimbingan kelompok untuk tercapainya tujuan yang diharapkan. Untuk itu guru bimbingan dan konseling hendaknya menciptakan suasana layanan bimbingan kelompok yang dapat mendorong siswa untuk aktif dan terlibat dalam kegiatan yang dilaksanakan. Pada penelitian ini setiap siswa diajak untuk terlibat secara aktif dalam kegiatan layanan bimbingan kelompok yang bertujuan untuk meningkatkan minat belajar siswa.


(57)

Upaya layanan bimbingan kelompok menghendaki terjadinya perubahan sikap dan tingkah laku pada diri siswa tetunya berkenaan dengan peningkatan minat belajar siswa kearah yang lebih baik. Perubahan ini bukan sekedar perubahan yang terjadi secara berulang-ulang namun perubahan yang dimaksud adalah perubahan sikap dan tingkah laku siswa dalam meningkatkan minat belajar yang mengalami pembaruan dan menjadi lebih maju.

7) Asas Keterpaduan

Keterpaduan antara topik yang diberikan dalam layanan bimbingan kelompok dengan kebutuhan siswa akan sangat menunjang tercapainya tujuan layanan bimbingan kelompok secara baik, oleh sebab itu asas keterpaduan ini juga menjadi bagian penting dalam penyampaian layanan bimbingan kelompok bagi siswa di sekolah. Sesuai dengan asas keterpaduan ini maka penulis memberikan beberapa topik mengenai meningkatkan niminat belajar siswa antara lain: cara menumbuhkan minat belajar, perhatian dan kesiapan dalam belajar, rasa senang dan keaktifan dalam belajar, serta minat belajarku meningkat. Keempat topik tersebut merupakan topik yang diusung oleh peneliti dalam meningkatkan minat belajar siswa melalui layanan bimbingan kelompok yang sesuai dengan asas keterpaduan.


(58)

Kegiatan layanan bimbingan kelompok tidak boleh bertentangan dengan norma-norma yang berlaku, baik ditinjau dari norma agama, norma adat, norma hukum/negara, norma ilmu maupun kebiasaan sehari-hari. Asas kenormatifan ini diterapkan pada keseluruhan isi maupun proses layanan bimbingan kelompok dimana seluruh bagian yang disampaikan harus sesuai dengan norma-norma yang berlaku agar tidak terjadi pelanggaran norma dan menjaga kenyamanan komunikasi dalam bimbingan kelompok serta menghindarkan diri dari penyimpangan norma yang berlaku.

9) Tut Wuri Handayani

Asas ini mengarah pada suasana umum yang hendaknya diciptakan baik oleh guru bimbingan dan konseling maupun siswa, terlebih pada suasana layanan bimbingan kelompok yang dilaksanakan di sekolah. Asas ini menuntut agar layanan bimbingan kelompok tidak hanya dirasakan pada waktu siswa mengikuti layanan bimbingan kelompok yang disampaikan oleh guru bimbingan dan konseling di sekolah melaikan pada saat di luar suasana layanan bimbingan kelompok yang menyenangkan, akrab serta tidak membeda-bedakan suku, ras dan agama dapat dirasakan oleh siswa juga manfaatnya. Asas Tutwuri Handayani dalam penelitian ini menjadi pemersatu bagi para anggota kelompok dalam memahami dan saling menghargai satu sama lain.


(59)

1) Teknik Umum

Secara umum, teknik-teknik yang digunakan oleh pemimpin kelompok dalam penelitian ini adalah pelaksanaan layanan bimbingan kelompok yang mengacu pada berkembangnya dinamika kelompok yang diikuti oleh seluruh anggota kelompok, dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Prayitno (2010:27) menyatakan bahwa yang menjadi teknik umum dalam bimbingan kelompok adalah pengembangan dinamika kelompok. Prayitno (2010:28) juga menjelaskan bahwa teknik-teknik tersebut secara garis besar dapat diuraikan seperti berikut:

a) Komunikasi multi arah secara efektif dinamis dan terbuka.

b) Pemberian rangsangan untuk menimbulkan inisiatif dalam pembahasan, diskusi, analisis, pengembangan, argumentasi. c) Dorongan minimal untuk memantapkan respon dan aktivitas

anggota kelompok.

d) Penjelasan, pendalaman, dan pemberian contoh untuk lebih mematangkan analisis, argumentasi dan pembahasan.

e) Pelatiahan untuk membentuk pola tingkah laku baru yang dikehendaki.

Beberapa teknik di atas diterapkan oleh guru bimbingan dan konseling secara tepat waktu, tepat isi, tepat sasaran, dan tepat cara sehingga guru bimbingan dan konseling akan tampil secara berwibawa, bijaksana, semangat, aktif, kreatif dan berwawasan luas, sehingga dengan adanya teknik yang dilakukan secara matang maka akan tercapai tujuan layanan bimbingan kelompok yang matang pula.


(60)

Selain menggunakan teknik umum penelitian ini juga menggunakan teknik permainan, baik sebagai selingan maupun sebagai wahana yang memuat materi pembinaan tertentu. Menurut Prayitno (2010:29) permainan kelompok yang efektif bercirikan sebagai berikut: 1) sederhana, 2) menggembirakan, 3) menimbulkan suasana relaks dan tidak melelahkan, 4) meningkatkan keakraban dan 5) diikuti oleh semua anggota kelompok.

Penelitian ini akan menggunakan beberapa permainan kelompok yang ditulis oleh Eliasa & Suwarjo (2010:30,52) beberapa permaina kelompok tersebut antara lain:

1) Siapakah kamu? 2) Tes lima menit 3) Seven boom 4) Cikupa

6. Tahap-tahap dalam Layanan Bimbingan Kelompok

Penting bagi pemimpin kelompok dan anggota kelompok untuk mengetahui tahap-tahap dalam layanan bimbingan kelompok, sebab dengan mengetahui tahapan yang akan dilalui dalam layanan bimbingan kelompok karena hal tersebut akan memudahkan proses berjalannya layanan bimbingan kelompok. Tahap-tahap dalam layanan bimbingan kelompok tersebut digambarkan sebagai berikut:


(61)

Gambar 2.4 Tahap pembentukan dalam layanan bimbingan kelompok PEMBENTUKAN

Tema * Pengenalan * Pelibatan diri * Pemasukan diri

Kegiatan:

1. Mengungkapkan pengertian dan tujuan kegiatan

kelompok dalam rangka kegiatan bimbingan kelompok.

2. Menjelaskan a) cara-cara, dan b) asas-asas kegitan kelompok.

3. Saling memperkenalkan dan mengungkapkan diri. 4. Teknik khusus. 5. Permainan

penghangat/pengakraban. Tujuan:

1. Anggota mengetahui pengertian dan kegiatan kelompok dalam rangka bimbingan dan konseling. 2. Tumbuhnya suasana kelompok. 3. Tumbuhnya minat anggota untuk

mengikuti kegiatan kelompok.

4. Tumbuhnya saling mengenal, percaya, menerima dan membantu di antara para anggota.

5. Tumbuhnya suasana bebas dan terbuka.

6. Dimulainya pembahasan tentang tingkah laku dan perasaan dalam kelompok.

PERAN PEMIMPIN KELOMPOK 1. Menampilkan diri secara utuh dan terbuka.

2. Menampilkan penghormatan kepada orang lain, hangat, tulus, bersedia membantu dan penuh empati.


(62)

Gambar 2.5 Tahap peralihan dalam layanan bimbingan kelompok PERALIHAN

Tema * Pembangunan jembatan antara pertama dan tahap ketiga.

Kegiatan:

1. Menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya. 2. Menawarkan atau mengamati

apakah para anggota sudah siap menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya (tahap ketiga). 3. Membahas suasana yang terjadi. 4. Meningkatkan kemampuan

keikutsertaan anggota.

5. Kalau perlu kembali ke beberapa aspek tahap pertama (tahap pembentukan)

Tujuan:

1. Terbebasnya anggota dari perasaan atau sikap enggan, ragu, malu, atau saling tidak percaya untuk memasuki tahap berikutnya.

2. Makin mantapnya suasana kelompok dari kebersamaan. 3. Makin mantapnya minat untuk

ikut setia dalam kegiatan kelompok.

PERAN PEMIMPIN KELOMPOK 1. Menerima suasana yang ada secara sabar dan terbuka.

2. Tidak mempergunakan cara-cara yang bersifat langsung atau mengambil alih kekuasaannya.

3. Mendorong dibahasnya suasana perasaan.


(63)

Gambar 2.6 Tahap kegiatan dalam layanan bimbingan kelompok KEGIATAN

Kelompok bebas

Tema : *Kegiatan pencapaian tujuan

Kegiatan:

1. Masing-masing anggota secara bebas mengemukakan masalah atau topik bahasan. 2. Menetapkan masalah atau

topik yang akan dibahas terlebih dahulu.

3. Anggota membahas masing-masing topik secara

mendalam dan tuntas. 4. Kegiatan selingan. Tujuan:

1. Terungkapnya secara bebas masalah atau topik yang

dirasakan, dipikirkan dan dialami oleh anggota kelompok.

2. Terbahasnya masalah dan topik yang dikemukakan secara mendalam dan tuntas. 3. Ikut sertanya seluruh anggota

secara aktif dan dinamis dalam pembahasan, baik yang

menyangkut unsur-unsur tingkah laku, pemikiran ataupun gagasan.

PERAN PEMIMPIN KELOMPOK 1. Sebagai pengatur lalu lintas yang sabar dan terbuka. 2. Aktif tetapi tidak banyak bicara.


(64)

Gambar 2.7 Tahap kegiatan dalam layanan bimbingan kelompok KEGIATAN

Kelompok tugas

Tema : * Kegiatan pencapaian tujuan (penyesuaian tugas)

Kegiatan:

1. Pemimpin kelompok

mengemukakan suatu maslah atau topik.

2. Tanya jawab antara anggota dan pemimpin kelompok tentang hal-hal yang belum jelas yang menyangkut masalah atau topik yang dikemukakan pemimpin kelompok.

3. Anggota membahas masalah kelompok.

4. Anggota membahas masalah atau topik.

5. Kegiatan selingan. Tujuan:

1. Terbahasnya suatau

permasalahan atau topik yang relevan dengan kehidupan anggota secara mendala, dan tuntas.

2. Ikut sertanya seluruh anggota secara aktif dan dinamis dalam pembahasan, baik yang menyangkut unsur-unsur tingkah laku, pemikiran ataupun perasaan.

PERAN PEMIMPIN KELOMPOK 1. Sebagai pengatur lalu lintas yang sabar dan terbuka 2. Aktif tetapi tidak banyak bicara


(65)

Gambar 2.8 Tahap pengakhiran dalam layanan bimbingan kelompok PENGAKHIRAN

Tema : * Penilaian dan tindak lanjut

Kegiatan:

1. Pemimpin kelompok

mengemukakan bahwa kegiatan akan segera diakhiri.

2. Pemimpin dan anggota kelompok mengemukakan kesan dan hasil-hasil kegiatan. 3. Membahas kegiatan lanjutan. 4. Mengemukakan pesan dan

harapan. Tujuan:

1. Terungkapnya kesan-kesan anggota kelompok tentang pelaksanaan kegitan.

2. Terungkapnya hasil kegiatan kelompok yang telah dicapai yang dikemukakan secara mendalam dan tuntas.

3. Terumuskannya rencana kegiatan lebih lanjut.

4. Tetap dirasakannya hubungan kelompok dan rasa kebersamaan meskipun kegiatan diakhiri.

PERAN PEMIMPIN KELOMPOK 1. Tetap mengusahakan suasana hangat, bebas dan terbuka.

2. Memberikan penyataan dan mengucapkan terima kasih atas keikutsertaan anggota.

3. Memberikan semangat untuk kegiatan lebih lanjut. 4. Penuh rasa persahabatan dan empati.


(1)

60

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan rumus uji wilcoxon. Alasan peneliti menggunakan uji Wilcoxon karena subjek penelitian kurang dari 25, distribusi datanya dianggap tidak normal. maka statistik yang digunakan adalah nonparametrik dengan menggunakan Wilcoxon Matched Pairs Test. Sudjana (2005:369). Penelitian ini akan menguji Pretest dan posttest antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, dengan demikian peneliti dapat melihat perbedaan nilai antara pretest dan posttest melalui uji Wilcoxon ini. Pelaksanaan uji Wilcoxon untuk menganalisis kedua data yang berpasangan tersebut, dilakukan dengan menggunakan analisis uji melalui bantuan program SPSS (Statistical Package for Social Science)16.

Adapun rumus uji Wilcoxon ini adalah sebagai berikut: Z= T− n (n+1)4

1

n (n+1)(2n+1) 241

Keterangan : Z : Uji Wilcoxon

T : Total Jenjang (selisih) terkecil antara nilai pretest dan posttest N : Jumlah data sampel

Sudjana (2005:273)

Sedangkan kaidah pengambilan keputusan terhadap hipotesis dengan analisis data uji wilcoxon ini dilakukan dengan berdasarakan angka probabilitas, dasar pengambilan keputusan yakni:

Jika probabilitas < sig. 0,05, maka Ha diterima Jika probabilitas > sig. 0,05, maka Ha ditolak


(2)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di SMP Negeri 1 Bandar lampung diperoleh kesimpulan statistik dan kesimpulan penelitian sebagai berikut:

1. Kesimpulan Statistik

Minat belajar siswa yang rendah dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bandar Lampung tahun pelajaran 2014/2015. Hal ini terbukti dari hasil analisis data dengan menggunakan Uji Wilcoxon, dimana pada kelompok eksperimen diperoleh probabilitas sebesar 0.005 pada signifikansi (2-arah), hal ini menunjukkan bahwa probabilitas 0.005 < sig. 0.05 sehingga Ha1 diterima dan Ho1 ditolak, sedangkan pada kelompok kontrol diperoleh probabilitas sebesar 0.339 pada signifikansi (2-arah) hal ini menunjukkan bahwa probabilitas 0.339 > sig.0,05 sehingga Ha2 ditolak dan Ho2 diterima. Hal ini berarti bahwa terdapat peningkatan minat belajar yang signifikan pada kelompok eksperimen setelah diberi layanan bimbingan kelompok, dan tidak terdapat peningkatan minat belajar yang


(3)

114

signifikan pada kelompok kontrol yang tanpa diberi layanan bimbingan kelompok, sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan layanan bimbingan kelompok dapat meningkatkan minat belajar siswa kelas VIII SMP Negeri Bandar Lampung.

2. Kesimpulan Penelitian

Layanan bimbingan kelompok dapat meningkatkan minat belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bandar Lampung. Hal ini ditunjukkan dari adanya peningkatan skor minat belajar secara signifikan serta perubahan sikap positif yang ditandai adanya perhatian dalam belajar, rasa senang dalam belajar, kesiapan dalam belajar, serta keaktifan dalam belajar pada anggota kelompok eksperimen setelah diberi layanan bimbingan kelompok.

B. Saran

Sesuai dengan hasil penelitian yang telah diperoleh berkenaan dengan penggunaan layanan bimbingan kelompok dalam meningkatkan minat belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bandar Lampung, maka dengan ini penulis mengajukan saran sebagai berikut:

1. Kepada siswa SMP Negeri 1 Bandar Lampung, hendaknya mengikuti kegiatan layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan minat belajar, sebab dengan mengikuti layanan bimbingan kelompok di sekolah siswa akan mendapatkan informasi penting seputar minat belajar, melatih diri untuk memiliki perhatian yang baik dalam belajar serta mengembangkan


(4)

115

potensi diri dengan baik dan mencapai kematangan perkembangan secara kognitif.

2. Kepada guru bimbingan dan konseling, hendaknya menjadikan kegiatan layanan bimbingan kelompok sebagai salah satu program unggulan dalam bimbingan dan konseling di sekolah sebab hal ini sangat efektif digunakan dalam meningkatkan minat belajar siswa.

3. Bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian tentang peningkatan minat belajar siswa dengan layanan bimbingan kelompok, hendaknya dapat menggunakan subjek yang berbeda dan meneliti variabel lain seperti penyebab rendahnya minat belajar dan cara mengatasi minat belajar yang rendah.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M & Ansori, M. 2006. Psikologi Remaja.(Perkembangan Peserta Didik). PT. Bumi Aksara. Jakarta.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta.

Azwar, S. 2013. Penyusunan Skala Psikologi. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Baharrudin. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Ar-Ruzz Media Group. Yogyakarta.

Darsono. 2002. Teori Pembelajaran. Erlangga. Jakarta.

Djamarah, B.S. 2011. Psikologi Belajar.PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Eliasa & Suwarjo. 2010. Permainan (Game) dalam Bimbingan dan Konseling. Paramitra Publishing. Yogyakarta.

Fuad, H & Lukman, A. 2010. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.

Hurlock. 2004. Psikologi Perkembangan. PT. Gramedia Pustaka. Jakarta. Jahja, Yudrik, 2013. Psikologi Perkembangan. Kencana. Jakarta.

Mufidah. 2010. Penggunaan-Bimbingan-Kelompok-Dengan-Teknik-Diskusi-Kelompok-Untuk-Meningkatkan-Minat-Belajar-Siswa. Universitas Negeri Surabaya. (online)

http://ejournal.unesa.ac.id/jurnal/jurnal_ppb/abstrak/5412/penggunaan-

bimbingan-kelompok-dengan-teknik-diskusi-kelompok-untuk-meningkatkan-minat-belajar-siswa)

diakses pada 16 Februari 2014, pukul 20:00 WIB.

Musfiqon. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Prestasi Pustakarya. Jakarta. Nazir, M. 2007. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.


(6)

Prayitno. 2010. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Sabarti, A. 2007. Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Rineka Cipta. Jakarta.

Santrock. 2009. Psikologi Pendidikan: Educational Psycology (Edisi ketiga). Salemba Humanika. Jakarta.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Sudibyo, B. 2008. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 27 Tahun 2008 Tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Konselor. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Tarsito. Bandung.

Sugihartono, dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. UNY Press.Yogyakarta.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatifdan R & D). Alfabeta. Bandung.

Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. PT Bumi Aksara. Jakarta. _______. 2008. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di

Sekolah. Rineka Cipta. Jakarta.

Sumardi, S. 2001. Psikologi Pendidikan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Supatmono, C. 2009. Matematika Asyik. Grasindo. Jakarta.

Syah, M. 2007. Psikologi Belajar. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Syamsudin. 2006. Pokok-Pokok Bahan Pendidikan dan Latihan Bimbingan Belajar. Perpustakaan pusat IKIK Yogyakarta.Yogyakarta.

Walgito, B. 2004. Pengantar Psikologi Umum. Andi Offset. Yogyakarta. Winkel, W.S. 2011. Psikologi Pengajaran. Salemba. Yogyakarta.


Dokumen yang terkait

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 8 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 4 62

JUDUL INDONESIA: MENINGKATKAN KONSEP DIRI POSITIF DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 PUNGGUR LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 5 78

MENINGKATKAN KONSEP DIRI POSITIF DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 PUNGGUR LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 7 69

PENINGKATAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 1 LIWA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 2 36

PENINGKATAN ACADEMIC SELF MANAGEMENT DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 5 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

1 6 70

PENINGKATAN MINAT BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

1 11 84

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWADENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 TANJUNG BINTANG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN AJARAN 2014/2015

1 9 104

PENINGKATAN KETERAMPILAN BELAJAR MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 22 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 11 71

PENGGUNAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 01 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2015/2016

1 5 93

PENINGKATAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK PADA SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 3 NATAR TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 18 81