- 17 -
3.4 Kekuasaan Hizkia Menghadapi Gempuran Asiria
Hizkia pada masa kekuasaannya dikenal sebagai seorang raja yang perkasa sekaligus bijaksana pada saat itu. Di dalam masa kepemimpinannya ia melakukan reformasi di
kerajaannya, tetapi Hizkia mendapatkan suatu persoalan dari politik luar negerinya yang terjadi saat itu, yakni gejolak antara Asiria dan Mesir yang sama-sama merupakan suatu
imperium besar saat itu. Baru pada tahun 713-712 SZB Hizkia menggabungkan dirinya pada suatu persekutuan yang memusuhi Asiria di bawah pimpinan Asydod.
42
Meskipun pada akhirnya menerima konsekuensi yang serius terhadap kerajaannya, tetapi Hizkia tetap
melakukan suatu pemberontakkan terhadap Asiria saat itu, terutama dari Sanherib Raja Asiria yang datang dan mengepung Yerusalem saat itu. Dengan kiat dan persiapan yang dilakukan
oleh Hizkia, pada tahun 705 SZB Hizkia bergabung dalam suatu pemberontakkan yang terkoordinasi yang melibatkan Sidon, Askelon, Ekron di Siro-Palestina dan Kasdim di
Babel.
43
Ini merupakan suatu pemberontakkan besar-besaran terhadap Asiria saat itu. Seiring dengan berjalannya waktu, kerajaan Yehuda mengalami penjajahan atas Asiria dan semakin
lama Yehuda mengalami penipisan ekonomi yang berimbas kepada masyarakat pedesaan sehingga pada akhirnya Hizkia harus membayar upeti kepada Sanherib raja Asiria saat itu.
Menurut Budiman yang mengutip dari pandangan Blomstrom dan Hettne, bahwa penguasaan tidak hanya dalam bentuk pengendalian yang ketat, tetapi cukup dengan sistem upeti sebagai
tanda takluk. Semakin jauh dari pusat kekuasaan, semakin bebas daerah tersebut.
44
Maka, secara tidak langsung upeti yang diberikan Hizkia kepada Sanherib menunjukkan bahwa
Hizkia takluk di bawah pengendalian Asiria. Bukti kuat yang menyatakan bahwa kota-kota Yehuda takluk kepada Sanherib, yakni
dengan adanya Prisma Taylor yang merupakan bagian dari Prisma Sanherib yang adalah sejumlah prasasti tanah liat yang berbentuk tabung persegi dan di dalamnya memuat raja
Sanherib yang terkenal karena mengepung Yerusalem pada zaman pemerintahan raja Hizkia. Isi dari Prisma Taylor yang telah diterjemahkan dari bahasa Akadia Bahasa Semitik sebagai
berikut:
42
Norman K, Gottwald, The Hebrew Bible: A Social-Literary Introduction Philadelphia: Fortress Press, 1987, 368.
43
Norman K, Gottwald, The Hebrew Bible, 369.
44
Arief Budiman, Teori Pembangunan, 108.
- 18 -
“Karena Hizkia, raja Yehuda, tidak mau takluk kepada bebanku, aku datang memeranginya dan dengan kekuatan senjata dan dengan keperkasaan kekuatanku, aku merebut 46 dari kota-kotanya yang
dilindungi dengan kuat.”
45
Dengan adanya fakta yang yang menunjukkan bahwa kekuasaan Asiria saat itu begitu mendominasi Yehuda, mulai dari merebut kota-kota wilayah Yehuda, bahkan sampai
membuat raja Hizkia ditawan oleh mereka. Hal ini merupakan invasi kedua dari Asiria kepada Yehuda, dan menariknya saat itu Yerusalem tidak jatuh di bawah pemerintahan
Sanherib raja Asiria.
46
Pada akhirnya Hizkia membayar upeti kepada Sanherib untuk menyelamatkan bangsanya dari dominasi Asiria. Tidak cukup melakukan hal tersebut, Hizkia
secara besar-besaran melakukan reformasi terhadap hal-hal yang bersifat religius saat itu, yakni melakukan gerakan anti Asiria dengan menghapuskan segala bentuk penyembahan
kepada dewa-dewa Asiria saat itu. Dengan mengalami dan menghadapi situasi seperti ini, Hizkia secara alamiah
memiliki kharisma, dimana itu merupakan suatu bawaan dari karakter individual masing- masing pemimpin yang ditunjang oleh kejeliaan, keberanian, dan kecerdasan memanfaatkan
kesempatan.
47
Ini merupakan faktor yang penting bagi Hizkia, dimana sebagai seseorang yang dikenal bijaksana juga berkharisma, ia dapat melihat setiap situasi dan kondisi yang
dihadapinya dengan pandangan ke depan. Meskipun pada akhirnya dalam situasi yang sulit ia memilih untuk memberi upeti terhadap Sanherib raja Asiria, tetapi ini merupakan suatu tahap
penting dari seorang pemimpin ketika menghadapi masa yang sulit, harus berani mengambil resiko tetapi harus juga dengan jeli melihat setiap kesempatan yang ada. Sebagai seorang
pemimpin, Hizkia menggabungkan karakter kharisma yang dimilikinya dengan gaya kepemimpinan transformatif dengan membayar upeti sebagai jaminan agar bangsa Yehuda
tidak didominasi oleh Asiria. Raja Hizkia memainkan sandiwara politik dengan sangat baik, meskipun bangsa Yehuda melemah saat itu, oleh karena dominasi Asiria, tetapi Hizkia
mempunyai strategi untuk tetap menjalankan kebijakan untuk tunduk demi kepentingan bangsa Yehuda.
45
James B. Pritchard, Ancient Near Eastern Texts Related to the Old Testament Princeton, NJ: Princeton University Press, 1965 287-288.
46
Norman K, Gottwald, The Hebrew Bible, 369.
47
Retnowati Wiranto, Kepemimpinan Transformatif Menuju Kepemimpinan Baru Gereja Salatiga: Fakultas Teologi UKSW, 2012, 34.
- 19 -
3.5 Pergolakan Kepemimpinan Raja Manasye