ANALISIS PELAKSANAAN FUNGSI PENGAWASAN OLEH DPRD DALAM PROSES PEMBANGUNAN PASAR SMEP KOTA BANDAR LAMPUNG(Studi Kasus: DPRD Kota Bandar Lampung)

(1)

ABSTRAK

ANALISIS PELAKSANAAN FUNGSI PENGAWASAN OLEH DPRD DALAM PROSES PEMBANGUNAN PASAR SMEP KOTA BANDAR

LAMPUNG

(Studi Kasus: DPRD Kota Bandar Lampung)

Oleh DWI HARYANTI

Indonesia merupakan negara demokrasi. Untuk mewujudkan suatu pemerintahan yang demokrasi maka pemilihan umum merupakan sarana bagi rakyat untuk menyatakan kedaulatannya. Dengan adanya Undang-Undang No. 32 tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, maka pemerintah pusat telah menyerahkan wewenang kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan daerahnya. Dengan begitu, maka dibentuklah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) sebagai badan legislatif daerah dan Pemerintah Daerah sebagai badan eksekutif. Oleh karena itu, keduanya memiliki andil yang besar untuk menjalankan roda pemerintahan, termasuk mengatasi fenomena dan permasalahan mengenai tertundanya proses pembangunan Pasar Smep yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan fungsi pengawasan DPRD Kota Bandar Lampung dalam proses pembangunan Pasar


(2)

teknik wawancara serta dengan teknik observasi dan dokumentasi. Teknik pengolahan data menggunakan tahap pemeriksaan data atau editing dan interprestasi data. Teknik analisis data menggunakan tahap reduksi data, penyajian data, dan pengambilan kesimpulan.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa DPRD Kota Bandar Lampung telah melakukan fungsi pengawasannya sesuai dengan ketetapan Undang-Undang No 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah Pasal 42 ayat 1 (c) tentang tugas dan wewenang DPRD yaitu melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan pemerintah daerah dalam melaksanakan program pembangunan daerah.


(3)

ABSTRACT

ANALYSIS OF THE IMPLEMENTATION OF MONITORING FUNCTION BY THE REGIONAL HOUSE OF REPRESENTATIVE (DPRD) IN THE PROCESS OF DEVELOPING SMEP MARKET IN

BANDAR LAMPUNG

(A Case Study: The Regional House of Representative (DPRD) Bandar Lampung)

By

DWI HARYANTI

Indonesia is a democratic country. To bring Indonesia into a democratic government, therefore general election becomes a medium for the people to declare sovereignty. By the presence of constitution No. 32 year 2004 concerning Regional Government, therefore central government has been delegating authority to Local Goverment to regulate and to govern its regional affairs. Thereby, then instituted The Regional House of Representative (DPRD) as the legislative body and Local Government as the executive body. Both are equal in position and cooperative each other. It is stated in constitution No. 32 year 2004 article 19 paragraph 2, stating that the executors of Local Government are the Local Government itself and legislators (DPRD). Therefore, both have a massive power to run government, including overcoming phenomenon and problems in developing SMEP Market which is undertaken by the government of Bandar Lampung.


(4)

toward the process of SMEP’s Market development. The method applied in this research is descriptive qualitative method with qualitative approach. Data collecting technique is conducted by technique of interviewing, technique of observation and technique of documentation. Data processing technique is conducted by doing some stages including examining or editing data and interpreting data. Meanwhile, data analyzing technique in this research applies some stages including reduction stage, presenting stage and drawing conclusion.

The result of this research points out that The House of Representative of Bandar Lampung (DPRD) has performed monitoring function accordingly to constitution No. 32 year 2004 about Local Government, article 42, paragraph 2, concerning the duties and authorities of The Regional House of Representative (DPRD) that is to perform monitoring function toward the execution of local government’s policy in performing regional development program, and article 45 (e) concerning The Regional House of Representative’s obligation, that is to absorb, relocate, gather and follow up people’s aspirations.


(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Bandar Lampung pada 09 Januari 1992, sebagai anak kedua dari empat bersaudara, pasangan Bapak Khairul Azwar dan Ibu Andriyani.

Jenjang pendidikan formal penulis diawali dari TK. Kartika II-34 Kota Bandar Lampung pada tahun 1997 dan lulus pa- da tahun 1998, kemudian dilanjutkan pada Sekolah Dasar Negeri 01 Langkapura Kota Bandar Lampung pada tahun 1998 dan lulus pada tahun 2004. Pendidikan selanjutnya ialah pada Sekolah Menengah Pertama di SMPN 25 Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2007, serta penulis melanjutkan pendidikan dasar sembilan tahun di MAN 2 Kota Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2010. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai Mahasiswi Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

Penulis melibatkan diri pada dalam beberapa organisasi kemahasiswaan dan beberapa pelatihan internal kampus yakni:

1. Sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Jurusan pada tahun 2010. 2. Sebagai anggota LSSP Cendikia tahun 2010.


(10)

diselenggarakan oleh Forum Studi Pengembangan Islam Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung pada tahun 2010.

5. Sebagai peserta dalam kegiatan Symposium Nasional yang bertema

“Evaluasi Pelaksanaan Undang-Undang Otonomi Daerah”, yang

diselenggarakan oleh HMJ Ilmu Pemerintahan Unila pada tahun 2011.

6. Sebagai peserta pada Seminar Nasional yang bertema “Reformasi

Birokrasi di Indonesia Dalam Rangka Peningkatan Tata Kelola Pemerintahan Daerah”, yang diselenggarakan oleh Laboratorium Politik Lokal dan Otonomi Daerah (LABPOLOTDA) Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Lampung pada tahun 2011.

7. Sebagai peserta dalam acara Talk Show yang bertema “Penulis Muda: Menjadi Orang Besar Melalui Tulisan”, yang diselenggarakan oleh LSSP Cendikia dan HIMADIPPUS SISIP Universitas Lampung pada tahun 2012.


(11)

PERSEMBAHAN

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT penguasa alam

semesta yang telah memberikan nikmat iman, islam, kesehatan

jasmani dan rohani , memberikan akal sehat dan semangat untuk

senantiasa beriktiar.

Solawat serta salam senantiasa tercurahkan bagi junjungan kita

Nabi Muhammad SAW beserta sahabat dan keluarganya.

Aku persembahkan karya sederhana ini untuk….

Kedua orang tuaku, Papa dan Mama tersayang yang selalu

mendoakanku dalam setiap langkahnya, yang selalu memotivasi

mengarahkan, menuntun, dan membimbing setiap langkah dan

tujuanku, yang selalu mengajarkanku arti sebuah kehidupan

untuk terus bersabar dan bersyukur.

Terima kasih telah mengajarkanku arti sebuah perjuangan,

semoga cinta dan kasih sayang serta tetesan keringat dan air mata

yang tercurah untukku mendapat balasan surga dari-Nya.

Aamiin Allah Humma Aamiin.

Kakakku tersayang, Tomy Septian Pranata, serta adik-adikku,

Trisna Jayanti, dan Widya Febriyanti, yang selalu memberikan

semangat dan motivasi agar aku menjadi orang yang tidak

pantang menyerah. Terimakasih selalu menjadi penyemangat

setiap perjuanganku.


(12)

MOTO

Man jadda Wa Jadda

(Siapa yang bersungguh-sungguh maka akan mendapatkan) Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), maka kerjakanlah

dengan sungguh-sungguh urusan yang lain

, dan hanya kepada Tuhan-Mu lah hendaknya kamu berharap. (Q.S. Al Insyrah: 5-7)

Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua (Aristoteles)

Keberhasilan atau kegagalanmu, tergantung pada seberapa kuat ikhtiar yang kamu lakukan


(13)

SANWACANA

Alhamdulillahirobbil ‘alamiin. Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat terselesaikan. Sesungguhnya hanya kepada Allah kita bersyukur, karena Dia maha Pemberi Pertolongan dan Maha Pemurah lagi Maha Penyayang kepada seluruh mkhluk-Nya. Sholawat serta salam tidak lupa selalu tercurahkan kepada junjungan kita suri tauladan terbaik yakni Nabiyullah Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya.

Skripsi ini penulis ajukan untuk memenuhi persyaratan akademik, yakni ujian komprehensif pada Program Studi Ilmu Pemerintahan Strata I Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, hal ini disebabkan oleh keterbatasan kemapuan penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan.

Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si selaku dekan Fakultas ilmu sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung, sekaligus Pembimbing Akademik.


(14)

3. Bapak Dr. Suwondo, M.A selaku pembimbing utama yang telah banyak meluangkan waktu, memberikan nasihat, semangat, dan motivasi dalam proses perkuliahan.

4. Bapak Budi Harjo, S.Sos.,M.IP selaku pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu dalam membantu terselesaikannya skripsi ini, serta selalu memberikan pencerahan, nasihat, serta semangat pada setiap proses bimbingan.

5. Bapak Arizka Warganegara, S.IP.,M.A, selaku penguji utama yang telah memberikan saran dan kritik yang membangun terhadap skripsi ini dan juga telah memberikan semagat dan motivasi kepada penulis.

6. Seluruh Dosen Ilmu Pemerintahan yang telah memberikan banyak pelajaran dan ilmu di setiap mata kuliahnya.

7. Teristimewa untuk Papa dan Mama yang selalu menjadi motivator dan sahabat terbaik dalam hidupku, selalu mendoakan, mengarahkan, menuntun, menyemangati, serta selalu memberikan perhatian dan kasih sayang yang tidak tergantikkan oleh siapapun.

8. Kakakku, Tomy Septian Pranata, serta adik-adikku, Trisna Jayanti dan widya Febriyanti, terimakasih telah memberi doa, semangat, dan dukungannya kepadaku.

9. Teman-teman seperjuangan, Oktia Nita, Novia Belladina, dan shiawlin Ratu ajeng, yang selalu kompak dan selalu bersama- sama setiap harinya berjuang menuntaskan mata kuliah demi mata kuliah. Anggesti Irka safitri,


(15)

(teman yang paling bisa ngelawak.. hehehe). Anggi Dwi Pramono, yang selalu memberikan data dan informasi skripsi, Rizki Prianggi, teman yang pintar dan jahil, serta Dita Purnama dan Retno Mahdita, teman pada saat bimbingan. Terimakasih atas semua keceriaan yang kalian ukir di dalam hatiku.

10.Teman- teman KKN di Desa Bandung Baru Barat, Kecamatan Adiluwih, Kabupaten Pringsewu Lampung, Julian, Bryan, Dian, Meitupa, Asha, Febby, Lintang, Ismaini, Dwi Kusumatjeh, dan Deo Vita Effendi, yang selalu memberikan keceriaan di setiap harinya pada saat KKN.

11.Sahabat-Sahabat sejatiku, Donny Iskandar, Noris Tia Junika, Diana Merlian, Wesna Huri, dan Ali Imron, terimakasih atas bantuannya selama ini. (Terimakasih sudah menjadi teman pada saat riset hehehe).

12.Sahabat- sahabat sedari balita sampai dewasa, Desiana Putri, Ayu Indriyani, dan Irma Ristina, terimakasih atas persahabatan kita yang tidak pernah usang.


(16)

DAFTAR ISI

Halaman I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Kegunaan Penelitian ... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) ... 11

1. Definisi DPRD ... 11

2. Kedudukan DPRD ... 12

3. Fungsi Lembaga DPRD ... 12

4. Tinjauan Tentang Fungsi Pengawasan DPRD ... 18

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Fungsi Pengawasan DPRD ... 22

6. Tugas dan Wewenang DPRD ... 24

7. Hak dan Kewajiban DPRD ... 26

8. Alat Kelengfkapan DPRD ... 29

B. Tinjauan Tentang Hubungan Eksekutif dan Legislatif Daerah ... 30

C. Kerangka Pikir ... 33

III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian ... 36

B. Fokus Penelitian ... 38

C. Informan Penelitian ... 38

D. Lokasi Penelitian ... 39

E. Jenis Data ... 40

F. Teknik Pengumpulan Data ... 40

G. Teknik Pengolahan Data ... 41


(17)

B. DPRD Kota Bandar Lampung ... 45

C. Struktur Alat Kelengkapan DPRD Kota Bandar Lampung ... 46

1. Pimpinan DPRD Kota Bandar Lampung Tahun 2009-2014 ... 47

2. Badan Musyawarah DPRD Kota Bandar Lampung th 2009-2014 ... 49

3. Komisi-Komisi DPRD Kota Bandar Lampung 51 4. Badan Legislasi Daerah ... 55

5. Badan Anggaran DPRD Kota Bandar Lampung 2009-2014 ... 57

6. Badan Kehormatan DPRD Kota Bandar Lampung 2009-2014 ... 59

7. Alat Kelengkapan Lain ... 62

D. Evaluasi Kinerja DPRD Kota B. Lampung Tahun 2012-2013 ... 62

1. Rancangan Perda yang Masuk dalam Program Legislasi Daerah Tahun 2012-2013 ... . 62

2. Perda yang Telah Disahkan Tahun 2012 ... 63

3. Perda yang Belum Disahkan Tetapi Telah Dibahas Tahun 2012 ... 63

4. Perda yang Tidak Jadi Diajukan ... 64

5. Perda Usulan Inisiatif Anggota Legislatif tahun 2013 ... 64

6. Perda Usulan Eksekutif Tahun 2013. ... 65

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Fungsi Pengawasan DPRD ... 66

B. Perencanaan Pembangunan DPRD ... 69

C. Peran Tim Koordinasi Kerjasama Daerah ... 75

D. Pelaksanaan Pengawasan Pembangunan Pasar ... 80

E. Tindak Lanjut Hasil Pengawasan ... 93

VI. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 102

B. Saran ... 103 DAFTAR PUSTAKA


(18)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel

1. Susunan Keanggotaan DPRD Kota Bandar Lampung

Tahun 2009-2014. ... 46

2. Susunan Keanggotaan Badan Musyawarah DPRD Kota Bandar Lampung Tahun 2009- 2014 ... 51

3. Nama dan Jabatan Anggota Komisi A DPRD Kota Bandar Lampung ... 54

4. Nama dan Jabatan Anggota Komisi B DPRD Kota Bandar lampung ... 54

5. Nama dan Jabatan Anggota Komisi C DPRD Kota Bandar Lampung ... 54

6. Nama dan Jabatan Anggota Komisi D DPRD Kota Bandar Lampung ... 55

7. Susunan Badan Legislasi DPRD Kota Bandar Lampung ... 57

8. Susunan Badan Anggaran DPRD Kota Bandar Lampung ... 58

9. Susunan Badan Kehormatan DPRD Kota Bandar Lampung ... 61

10.Anggota Tim Koordinasi Kerjasama Daerah (TKKSD) Kota Bandar Lampung ... 71

11.Nama dan Jabatan Anggota Tim Sosialisasi dan Pemindahan Pedagang ke Tempat Penampungan Sementara. ... 80


(19)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara demokrasi. Demokrasi mencerminkan adanya kedaulatan rakyat yang dapat dimaknai kekuasaan tertinggi dalam sebuah pemerintahan negara berada di tangan rakyat. Hal tersebut dinyatakan pada Undang–Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 Pasal 1 ayat 2 yang menyatakan bahwa “Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang– Undang Dasar”. Rumusan tersebut merupakan penjabaran langsung tentang paham kedaulatan rakyat yang secara tegas dinyatakan pada pembukaan Undang–Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 alinea ke- IV.

Pada negara yang menganut paham demokrasi, keterlibatan rakyat dalam pengelolaan pemerintahan menjadi penting. Keterlibatan rakyat dalam pengelolaan pemerintahan dilakukan melalui lembaga perwakilan rakyat. Lembaga perwakilan rakyat di Indonesia dikenal dengan sebutan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk tingkat pusat, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) untuk sebutan di provinsi dan kabupaten/ kota. Ketentuan di dalam Undang–Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang menyatakan lembaga perwakilan rakyat dimuat dalam Pasal 2 ayat 1 yang


(20)

menyatakan bahwa “Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih melalui pemilihan umum dan diatur lebih lanjut dengan undang– undang”. (Simabura, 2011: 4).

Salah satu pilar dari demokrasi adalah adanya pemilihan umum. Pemilihan umum merupakan sarana bagi rakyat untuk menyatakan kedaulatannya. Kedaulatan rakyat dapat diwujudkan dengan adanya pemilihan umum yang bersih serta persaingan yang sehat antara parpol–parpol yang ikut serta dalam pemilihan umum. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 Pasal 22E ayat 1 yang menyatakan “Pemilihan umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil setiap lima tahun sekali”. Pemilihan umum diselenggarakan dalam rangka memilih wakil–wakil rakyat untuk duduk pada lembaga-lembaga perwakilan rakyat, baik eksekutif, maupun legislatif, sesuai dengan Undang–Undang Dasar 1945 Pasal 22E ayat 2 yang menyatakan

“Pemilihan umum diselenggarakan untuk memilih Dewan Perwakilan

Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Presiden, dan Wakil Presiden, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah”.

Negara Republik Indonesia mengenal adanya pembagian kekuasaan antara lembaga-lembaga negara. Hal tersebut dipengaruhi oleh teori John Locke (1632–1704) dan Montesque (1989–1755) dalam konsep trias politica, meskipun Undang–Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 tidak secara tegas menyatakan hal tersebut. Pembagian kekuasaan antar


(21)

lembaga- lembaga negara sebagai perwakilan rakyat tersebut telah dinyatakan dalam Undang–Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Adanya kekuasaan eksekutif dinyatakan pada Undang–Undang Dasar 1945 pada Bab III tentang kekuasaan pemerintahan negara. Dalam pasal 4 ayat 1, disebutkan bahwa pemegang kekuasaan pemerintahan menurut undang– undang ialah berada di tangan presiden.

Presiden dan wakil presiden sebagai badan eksekutif dipilih melalui mekanisme politik dimana diselenggarakan melalui pemilihan umum secara langsung oleh rakyat. Hal tersebut dinyatakan dalam pasal 6A ayat 1 UUD 1945 yang menyatakan “Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat”. Sedangkan kekuasaan legislatif dilegasikan pada DPR. Hal tersebut sesuai dengan Undang–Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 pasal 20 ayat 1 yang menyatakan

“Dewan Perwakilan rakyat memegang kekuasaan membentuk undang–

undang”.

Dalam menjalankan perannya sebagai badan eksekutif, presiden memiliki kekuasaan untuk menjalankan pemerintahan. Hal tersebut dikarenakan presiden mempunyai kedudukan sebagai kepala pemerintahan sekaligus kepala negara. Presiden memiliki beberapa fungsi yang diantaranya ialah fungsi untuk menjalankan undang–undang. Sedangkan badan legislatif, yakni Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) berfungsi untuk membuat undang–undang serta melakukan pengawasan terhadap aktifitas badan eksekutif. Dalam menjalankan pemerintahan, badan eksekutif dan legislatif tidak dapat saling


(22)

menjatuhkan, karena keduanya memiliki kedudukan yang setara dan bersifat kemitraan.

Dengan adanya Undang–Undang No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, maka pemerintah pusat telah menyerahkan wewenang kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan daerahnya. Dengan begitu , maka dibentuklah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) sebagai badan legislatif daerah dan Pemerintah Daerah sebagai badan eksekutif. Sebagai mitra kerja, keduanya memiliki andil yang besar untuk menjalankan roda pemerintahan, termasuk mengatasi fenomena atau permasalahan–permasalahan yang terjadi di daerahnya, salah satunya mengenai proses pembangunan Pasar Smep yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung.

Pemerintah Kota Bandar Lampung terus melakukan pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu pembangunan yang sedang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung saat ini adalah pembangunan dan penataan Pasar Smep. Pasar Smep yang semula berkonsep pasar tradisional kini direnovasi menjadi pasar dengan konsep modern. Menurut staf ahli Pemerintah Kota Bandar Lampung, yakni Kepala Pusat Studi Kota & Daerah (PSKD) UBL IB Ilham Malik, renovasi Pasar Smep dilakukan Pemerintah Kota karena kondisi pasar tersebut dianggap sudah tidak layak pakai. Selain itu, fungsi pasar saat ini tidak optimal sebagai akibat dari kondisi bangunan yang sudah tidak layak lagi, sehingga dikhawatirkan bangunan tersebut dapat membahayakan keselamatan para pedagang dan


(23)

pembeli. Revitalisasi Pasar Smep itupun dilakukan sebagai salah satu upaya Pemerintah Kota Bandar Lampung dalam membangun pasar percontohan nasional (Lampost, 30 April 2013).

Sejumlah upaya dilakukan Pemerintah Kota dalam pembangunan Pasar Smep, salah satunya adalah upaya untuk melibatkan pihak ketiga yang siap menjadi investor untuk mengembangkan pasar tersebut. Dalam melakukan renovasi Pasar Smep tersebut, Pemerintah Kota memberikan tugas kepada Dinas Pengelola Pasar (DPP) agar mempersiapkan pertemuan dengan mengundang sejumlah pengembang untuk berinventasi dalam renovasi pasar (Lampost, 27 April 2013). Upaya selanjutnya yang dilakukan Pemerintah Kota adalah dengan memberikan sosialisasi kepada para pedagang terkait dengan rencana pembongkaran Pasar Smep tersebut. Dari hasil pertemuan dengan sejumlah pengembang, akhirnya Pemerintah Kota Bandar Lampung menetapkan PT Prabu Artha sebagai pemenang tender. PT Prabu Artha tersebutlah yang dipercayakan Pemerintah Kota Bandar Lampung untuk merenovasi Pasar Smep dari konsep tradisional ke konsep modern.

Sebelumnya pembongkaran Pasar Smep dijadwalkan akan berlangsung pada 15 Mei 2013, namun karena adanya tuntutan dari para pedagang pasar yang meminta pembongkaran pasar tersebut dilakukan selesai idul fitri, maka Pemerintah Kota Bandar Lampung memenuhi tuntutan para pedagang tersebut dan merubah jadwal pembongkaran Pasar Smep seusai idul fitri. Setelah adanya kesepakatan antara Pemerintah Kota, dan para pedagang Pasar Smep, maka diputuskanlah pembongkaran Pasar Smep dilakukan pada 10


(24)

Agustus 2013. Pembongkaran tersebut dilakukan dengan adanya kerjasama antara Pemerintah Kota,dan para pedagang pasar. Dalam proses renovasi pasar tersebut, Dinas Pengelolaan Pasar (DPP) Bandar Lampung membuat tempat penampungan sementara (TPS) bagi para pedagang.

Terdapat Tiga tempat yang dijadikan Tempat penampungan sementara, yaitu disamping eks penjara lama Lebak Budi atau di Jalan Imam Bonjol yang dikhususkan bagi pedagang ruko. Kemudian di terusan Jalan Bukit Tinggi (tanah milik Bumi Waras) yang dikhususkan bagi pedagang basah seperti sayuran, ikan, dan pedagang daging. Selanjutnya di Jalan Batu Sangkar yang dikhususkan bagi pedagang sembako atau bahan kering. Sebanyak 860 kios dibangun sebagai tempat penampungan sementara, meski hanya tercatat 560 kios yang diperlukan berdasarkan data unit pelaksana teknis pasar. Semula, pembangunan pasar direncanakan selesai dalam 15 bulan, namun pemerintah kota menargetkannya menjadi 12 bulan. Setelah pembongkaran tersebut rampung pada bulan oktober 2013, hingga saat ini belum ada aktivitas pembangunan pasar yang dilakukan oleh PT Prabu Artha selaku pengembang (Lampost, 30 April 2013).

Hingga saat ini, lokasi Pasar Smep Bandar lampung yang telah dibongkar PT Prabu Artha selaku pengembang masih rata dengan tanah dan tidak ada aktifitas pembangunan yang terlihat. Akibatnya, banyak para pedagang yang mengeluhkan proses revitalisasi Pasar Smep tersebut. Kondisinya makin parah dengan adanya genangan air pada lubang galian di lokasi tersebut. Tidak ada seorang pekerja pun yang terlihat di lokasi pembangunan.


(25)

Batu-batu dan tanah juga masih berserakan di tempat itu (Radar Lampung, 24 Desember 2013).

Pembangunan pasar yang ditargetkan selesai dalam setahun itu tertunda beberapa bulan dikarenakan Direktur PT Prabu Arta Grup kesulitan mencari pinjaman kredit dari perbankan. Pengembang masih berusaha mencari bank yang bisa memberikan kredit pada pedagang dengan jangka waktu panjang, yakni mencapai 10 tahun. Namun, hingga saat ini belum ada satu bank pun yang sanggup memenuhi permintaan tersebut. Perbankan di Lampung hanya sanggup memberikan jangka waktu pinjaman lima tahun. Karena itu, pengembang kesulitan memfasilitasi pedagang untuk kepemilikan kios melalui kredit sesuai masa hak guna bangunan (Lampost, 16 januari 2014).

Kondisi pasar yang pembangunannya tertunda dan tidak dapat dipastikan kapan akan selesai menyebabkan kerugian para pedagang. Semakin lama pembangunan pasar tersebut, maka semakin besar kerugian yang akan didapat oleh para pedagang. Kerugian yang dirasakan oleh para pedagang akibat tertundanya pembangunan pasar dikemukan oleh beberapa pedagang yang diantaranya ialah Yusri, salah satu pedagang pakaian di Pasar Smep. Ia mengatakan :

"Sekarang kita sudah pindah, uang sudah disetor, tapi sampai sekarang tidak juga dibangun. Alay juga tidak pernah kelihatan. Memang kantornya beberapa hari ini sudah dibuka, tapi karyawannya tidak ada, cuma ada penjaga. Kalau begini kami akan laporkan ke polisi saja," ujar Yusri. (Tribun lampung, 10 Januari 2014).

Pedagang lainnya yang ikut berkomentar adalah Waginem, pedagang ayam potong di Pasar Smep ini mempertanyakan kenapa renovasi terus tertunda


(26)

dari jadwal yang telah ditentukan. Apalagi, banyak rekan seprofesinya yang telah memberikan uang muka. Waginem juga tidak setuju jika lapak dagangannya dipindahkan sementara ke Pasar Bambukunig (BK). Menurutnya, tempat yang ia tempati itu sepi pengunjung daripada tempat sebelumnya. Ia berharap, Pemerintah kota Bandar lampung segera menidaklanjuti keluhan pedagang, untuk mendesak pengembang melanjutkan pembangunan. (BandarLampungNews, 21 Januari 2014).

Akibat pembangunan Pasar Smep yang semakin lama dan tidak berjalan sesuai target, kemacetan di lokasi Tempat Penampungan Sementara ( TPS ) semakin hari semakin meningkat, khususnya di halaman parkir Pasar Bambu Kuning dan di Jalan Imam Bonjol. Lokasi yang harusnya menjadi lahan parkir kini diperuntukkan sebagai lokasi Tempat Penampungan Sementara para pedagang Pasar Smep. Akibatnya, kemacetan kerap terjadi karena bahu jalan digunakan untuk berdagang sekaligus parkir kendaraan.

Berkenaan dengan belum terealisasinya renovasi Pasar Smep tersebut, maka sesungguhnya terdapat fungsi dan peran DPRD Kota Bandar Lampung yang dapat dilakukan untuk mendorong percepatan renovasi Pasar Smep tersebut. Sebagaimana diatur dalam Undang–Undang No 32 tahun 2004 maka DPRD harus melakukan fungsi pengawasannya. Dengan adanya fungsi pengawasan, maka badan legislatif berkewajiaban untuk mengawasi aktivitas badan eksekutif dengan cara mengawasi jalannya pemerintahan. Untuk dapat melakukan fungsi pengawasan tersebut, DPRD Kota Bandar Lampung memiliki alat – alat kelengkapan sebagai berikut


(27)

1. Komisi A : Bidang Pemerintahan dan Hukum

2. Komisi B : Bidang Ekonomi dan Keuangan

3. Komisi C : Bidang Pembangunan

4. Komisi D : Bidang Kesejahteraan Rakyat

Berkaitan dengan pelaksanaan renovasi Pasar Smep Kota Bandar Lampung yang berjalan lambat sehingga menimbulkan kerugian para pedagang, maka penulis tertarik untuk dapat melakukan penelitian lebih jauh terhadap pelaksanaan fungsi pengawasan oleh DPRD Kota Bandar Lampung dalam proses pembangunan Pasar Smep Kota Bandar Lampung.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah Pelaksanaan Fungsi Pengawasan oleh DPRD dalam Proses Pembangunan Pasar Smep Kota Bandar Lampung (Studi Kasus DPRD Kota Bandar Lampung)?”

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pelaksanaan Fungsi Pengawasan oleh DPRD dalam Proses Pembangunan Pasar Smep Kota Bandar Lampung (Studi Kasus DPRD Kota Bandar Lampung).


(28)

D. Kegunaan Penelitian

1. Secara Teorits

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan pengembangan ilmu pengetahuan yang berkenaan dengan salah satu kajian Ilmu Politik, khususnya mengenai pelaksanaan fungsi pengawasan DPRD dalam proses Pembangunan Pasar Smep Kota Bandar lampung. 2. Secara Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi, referensi, dan sumbangan pemikiran khususnya mengenai pelaksanan fungsi pengawasan oleh DPRD dalam proses Pembangunan Pasar Smep Kota Bandar Lampung. Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan masukan khususnya bagi Pemerintah Kota Bandar Lampung, dan DPRD Kota Bandar Lampung, serta para pedagang Pasar Smep Kota Bandar Lampung, terkait dengan jalannya proses Pembangun Pasar Smep.


(29)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Tinjauan Tentang DPRD

1. Definisi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Menurut Rahman (2007: 123) mendefinisikan badan legislatif (parlemen) yaitu lembaga yang “legislate” atau membuat undang–undang yang anggota–anggotantya merupakan representasi dari rakyat Indonesia dimanapun ia berada (termasuk yang berdomisili di luar negeri) yang dipilih melalui pemilihan umum.

Budiardjo (2008: 315) Badan Legislatif, atau Legislature mencerminkan salah satu fungsi badan itu, yaitu legislate, atau yang membuat undang– undang. Namun, nama lain yang sering dipergunakan adalah assembly yang mengutamakan unsur “berkumpul” (untuk membicarakan masalah–masalah publik. Nama lain lagi adalah parliament, suatu istilah yang menekankan unsur bicara dan merundingkan.

Menurut Undang-Undang No 32 tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah DPRD merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah dan berkedudukan sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan daerah.


(30)

2. Kedudukan DPRD

Kedudukan DPRD Berdasarkan Pasal 40 UU No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah menyebutkan bahwa “DPRD merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah dan berkedudukan sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan daerah”.

3. Fungsi Lembaga DPRD

Ada dua peran utama dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Pertama, badan legislatif adalah badan pembuat undang–undang. Lembaga ini diminta untuk menulis undang–undang dan membuat kebijakan bagi seluruh bangsa. Yang kedua, lembaga ini adalah sebuah badan perwakilan yang dipilih untuk membantu menghubungkan antara konstituen dan pemerintahan nasioanal.

Menurut Calvin Mackenzie (1986: 120–137) dikutip dari Paimin (2005: 39– 40) berpendapat bahwa lembaga perwakilan rakyat mempunyai tiga fungsi utama, yakni :

1. Legislation, adalah peran atau fungsi legislasi. Peran pembuatan undang– undang ini dilakukan melalui dileberasi, yaitu sebuah proses yang mencakup pengumpulan informasi yang komperhensif, diskusi panjang, negoisasi, kompleks dan berbelit–belit/samar. Tawar–menawar politik diantara lawan–lawan sangat kuat. Kebanyakan Undang–Undang merupakan produk kompromi. Kompromi biasanya memperlemah dampak penuh dari undang–undang tersebut untuk memenangkan cukup


(31)

dukungan guna menjamin pengesahannya. Karakter dari proses pembuatan undang–undang juga mempunyai keuntungan dalam melegitimasi keputusan–keputusan pemerintah.

2. Representation, adalah peran/fungsi representatif. Pada fungsi semacam ini, perwakilan dipakai sebagai dasar dari konsep teori demokrasi. Masyarakat yang demokratis menyerahkan kebebasan pribadi mereka kepada pemerintah. Dalam suatu pemerintahan yang demokratis, partisipasi terjadi melalui proses perwakilan. Kebanyakan orang diwakili oleh anggota Lembaga Perwakilan Rakyat yang pekerjaanya adalah mengartikulasikan keprihatinan mereka dan melindungi kepentingan merekaketika kebijakan publik dibuat.

3. Administrative oversight, adalah peran/fungsi administratif. Mengawasi atau mengontrol adalah suatu tanggung jawab penting dari setiap badan Lembaga Perwakilan Rakyat. Kita menganggapnya sebagai fungsi pengawasan administratif. Ini adalah proses dengan mana lembaga legislatif mereview dan bila perlu mengubah tindakan–tindakan dari badan eksekutif.

Sedangkan menurut Rahman H.I (2007: 127), diantara fungsi badan legislatif yang paling penting adalah :

a. Menentukan policy (kebijaksanaan) dan membuat undang–undang. Untuk itu badan perwakilan rakyat diberi hak inisiatif, hak untuk mengadakan amandemen terhadap rancangan undang-undang yang disusun oleh pemerintah, dan hak budget.


(32)

b. Mengontrol badan eksekutif dalam arti menjaga supaya semua tindakan yang telah ditetapkan telah sesuai dengan undang–undang. Dalam rangka melaksanakan fungsi kontrolnya, Badan legislatif berkewajiban untuk mengawasi aktivitas badan eksekutif, supaya sesuai dengan kebijaksanaan yang telah ditetapkannya. Pengawasan dilakukan dengan melaluai kontrol yang khusus, dengan menggunakan hak– haknya, yang meliputi :

1. Hak bertanya, anggota badan legislatif berhak untuk mengajukan pertanyaan kepada pemerintah mengenai sesuatu hal. Di Inggris dan India kita melihat adanya “Question hour” (jam bertanya), dimana pertanyaan diajukan secara lisan dalam sidang umum dan menteri yang bersangkutan atau kadang–kadang Perdana Menteri sendiri menjawabnya secara lisan.oleh karena itu banyak kegiatan yang menarik perhatian media masaa, maka badan legislatif melalui diajukannya suatu pertanyaan parlementer dapat menarik perhatian umum terhadap suatu kejadian atau keadaan yang dianggap kurang wajar.

Di Indonesia semua badan legislatif, kecuali Dewan Perwakilan Rakyat Gotong–royong dalam masa Demokrasi Terpimpin, mempunyai hak bertanya. Pertanyaan ini biasanya diajukan secara tertulis dan dijawab pula secara tertulis oleh departemen yang bersangkutan.

2. Hak interpelasi, hak ini adalah hak untuk meminta keterangan kepada pemerintah mengenai kebijaksanaanya di suatu bidang. Misalnya


(33)

bidang politik, ekonomi, sosial budaya dan hankam. Badan eksekutif wajib member penjelasan dalam siding pleno, penjelasan mana dibahas oleh anggota–anggota dan diakhiri oleh pemungutan suara, apakah keterangan pemerintah memuaskan atau tidak. Jika hasil pemungutan suara bersifat negatif, maka hal ini merupakan tanda peringatan bagi pemerintah bahwa kebijaksanaanya meragukan. Dalam suasana perselisihan antara Badan Legislatif dan Badan Eksekutif, interpelasi dapat dijadikan batu loncatan untuk diajukan mosi tidak percaya. Di Indonesia, semua badan legislatif, kecuali Dewan Perwakilan Rakyat Gotong–Royong dalam masa Demokrasi Terpimpin, mempunyai hak interpelasi.

3. Hak angket, hak angket adalah hak anggota badan legislatif untuk mengadakan penyelidikan. Untuk keperluan ini dapat dibentuk suatu panitia angket yang melaporkan hasil penyelidikannya kepada anggota badan legislatif lainyya, yang selanjutnya merumuskan pendapatnya mengenai soal ini, dengan harapan agar dapat diperhatikan oleh pemerintah. Di Indonesia, semua badan legislatif, kecuali Dewan Perwakilan Rakyat Gotong–Royong dalam masa Demokrasi Terpimpin, mempunyai hak angket.

4. Mosi tidak percaya, umumnya dianggap hak mosi pada umumnya merupakan kontrol yang paling ampuh. Jika badan legislatif menerima sesuatu mosi tidak percaya, maka dalam sistem parlementer kabinet harus mengundurkan diri dan terjadi suatu krisis


(34)

kabinet. Di Indonesia, pada sistem parlementer , badan legislatif mempunyai hak mosi, tetapi mulai tahun 1959 hak ini ditiadakan.

Max Boboy (1994: 29) menyatakan bahwa fungsi parlemen dapat dibagi dalam tiga bagian, yakni :

1. Fungsi Perundang–undangan, yaitu membentuk Undang–undang, seperti Undang–undang Pemilu, APBN, serta meratifikasi perjanjian– perjanjian dengan luar negeri dan lain sebagainya. 2. Fungsi pengawasan, yaitu fungsi yang dilakukan oleh lembaga

perwakilan/ parlemen untuk mengawasi eksekutif/pemerintah, dan untuk melaksanakan fungsi tersebut , badan perwakilan diberi hak seperti:

a. Hak Meminta Keterangan (Interpelasi) b. Hak Mengadakan Penyelidikan (Angket) c. Hak Bertanya.

d. Hak Mengadakan Perubahan.(amandemen)

e. Hak mengajukan Rancangan Undang–Undang (iInisiatif)

3. Sarana pendidikan politik, yaitu kepentingan rakyat didik untuk mengetahui persoalan yang menyangkut kepentingan umum melalui pembahasan–pembahasan, pembicaraan–pembicaraan serta kebijakan– kebijakan yang dilakukan oleh lembaga perwakilan rakyat yang dimuat dalam media massa atau melalui pemberitaan elektronik, agar rakyat mengetahui dengan sadar akan hak dan kewajiban serta tanggung jawabnya sebagai warga negara.


(35)

Menurut Undang–Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dalam menjalankan tugasnya DPRD memiliki berbagai fungsi, yakni:

1. Fungsi Legislasi, yaitu fungsi DPRD untuk membentuk peraturan daerah bersama–sama dengan kepala daerah.

2. Fungsi anggaran, yaitu fungsi DPRD untuk menyusun dan menetapkan APBD bersama– sama dengan kepala daerah.

3. Fungsi pengawasan, yaitu fungsi DPRD dalam melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan undang–undang, peraturan daerah, dan keputusan kepala daerah yang ditetapkan oleh pemerintah daerah.

Dalam Pasal 4 Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Bandar Lampung No: 02 / DPRD-BL /2011, menyebutkan fungsi DPRD Sebagai berikut :

(1) DPRD mempunyai fungsi: a. Legislasi

b. Anggaran c. Pengawasan.

(2) Fungsi legislasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a diwujudkan dalam membentuk peraturan daerah bersama walikota.

(3) Fungsi anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b diwujudkan dalam membahas dan menyetujui rancangan anggaran pendapatan dan belanja daerah bersama walikota.


(36)

(4) Fungsi pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c diwujudkan dalam mengawasi pelaksanaan peraturan daerah dan APBD.

(5) Ketiga fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dijalankan dalam kerangka representasi rakyat di daerah.

4. Tinjauan Tentang Fungsi Pengawasan DPRD

Berdasarkan Undang–Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah Pasal 41 menyatakan bahwa salah satu fungsi DPRD adalah melaksanakan fungsi pengawasan. Melalui fungsi ini, DPRD mengaktualisasikan diri sebagai wakil rakyat yang duduk pada Lembaga Perwakilan Rakyat. Pada Pasal 42 (c) Undang–Undang No. 32 Tahun 2004, mengatur tugas dan wewenang DPRD dalam menjalankan fungsi pengawasannya, yaitu DPRD melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Perda dan peraturan perundang–undangan lainnya, peraturan kepala daerah, APBD, kebijakan pemerintahan daerah dalam melaksanakan program pembangunan daerah, dan kerjasama internasioanal di daerah. Fungsi Pengawasan ini dilaksanakan oleh DPRD melalui Rapat Kerja maupun Rapat Dengar Pendapat. Apabila dipandang perlu DPRD membentuk Panitia Khusus untuk membahas secara mendalam terhadap suatu permasalahan.

Lebih lanjut Rahman H.I (2007: 127) menyatakan, fungsi pengawasan merupakan fungsi mengontrol badan eksekutif dalam arti menjaga supaya semua tindakan yang telah ditetapkan telah sesuai dengan undang- undang.


(37)

Dalam rangka melaksanakan fungsi kontrolnya, Badan legislatif berkewajiban untuk mengawasi aktifitas badan eksekutif, supaya sesuai dengan kebijaksanaan yang telah ditetapkannya. Pengawasan dilakukan dengan melaluai kontrol yang khusus, dengan menggunakan hak – haknya yang meliputi :

1. Hak bertanya, anggota badan legislatif berhak untuk mengajukan pertanyaan kepada pemerintah mengenai sesuatu hal. Di Inggris dan India kita melihat adanya “Question hour” ( jam bertanya), dimana pertanyaan diajukan secara lisan dalam sidang umum dan menteri yang bersangkutan atau kadang–kadang Perdana Menteri sendiri menjawabnya secara lisan.oleh karena itu banyak kegiatan yang menarik perhatian media masa, maka badan legislatif melalui diajukannya suatu pertanyaan parlementer dapat menarik perhatian umum terhadap suatu kejadian atau keadaan yang dianggap kurang wajar.

Di Indonesia semua badan legislatif, kecuali Dewan Perwakilan Rakyat Gotong–Royong dalam masa Demokrasi Terpimpin, mempunyai hak bertanya. Pertanyaan ini biasanya diajukan secara tertulis dan dijawab pula secara tertulis oleh departemen yang bersangkutan.

2. Hak interpelasi, hak ini adalah hak untuk meminta keterangan kepada pemerintah mengenai kebijaksanaanya di suatu bidang. Misalnya bidang politik, ekonomi, sosial budaya dan hankam. Badan eksekutif wajib memberi penjelasan dalam sidang pleno,


(38)

penjelasan mana dibahas oleh anggota–anggota dan diakhiri oleh pemungutan suara, apakah keterangan pemerintah memuaskan atau tidak. Jika hasil pemungutan suara bersifat negatif, maka hal ini merupakan tanda peringatan bagi pemerintah bahwa kebijaksanaanya meragukan. Dalam suasana perselisihan antara Badan Legislatif dan Badan Eksekutif, interpelasi dapat dijadikan batu loncatan untuk diajukan mosi tidak percaya. Di Indonesia, semua badan legislatif, kecuali Dewan Perwakilan Rakyat Gotong– Royong dalam masa Demokrasi Terpimpin, mempunyai hak interpelasi.

3. Hak angket, hak angket adalah hak anggota badan legislatif untuk mengadakan penyelidikan. Untuk keperluan ini dapat dibentuk suatu panitia angket yang melaporkan hasil penyelidikannya kepada anggota badan legislatif lainyya, yang selanjutnya merumuskan pendapatnya mengenai soal ini, dengan harapan agar dapat diperhatikan oleh pemerintah. Di Indonesia, semua badan legislatif, kecuali Dewan Perwakilan Rakyat Gotong–Royong dalam masa Demokrasi Terpimpin, mempunyai hak angket.

4. Mosi tidak percaya, umumnya dianggap hak mosi pada umumnya merupakan kontrol yang paling ampuh. Jika badan legislatif menerima sesuatu mosi tidak percaya, maka dalam sistem parlementer kabinet harus mengundurkan diri dan terjadi suatu krisis kabinet. Di Indonesia, pada sistem parlementer, badan


(39)

legislatif mempunyai hak mosi, tetapi mulai tahun 1959 hak ini ditiadakan.

Dalam Pasal 13 Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Bandar Lampung No: 02 / DPRD-BL /2011 Tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Bandar Lampung, dikemukakan hak DPRD dalam melaksanakan fungsi pengawasannya, yakni:

1) DPRD mempunyai hak a. Interpelasi

b. Angket, dan

c. Menyatakan pendapat.

2) Hak interpelasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah hak DPRD untuk meminta keterangan kepada Walikota mengenai kebijakan pemerintah kota yang penting dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat dan bernegara. 3) Hak angket sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b adalah

hak DPRD untuk melakukan penyelidikan terhadap kebijakan pemerintah daerah yang penting dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan masyarakat, daerah, dan negara yang diduga bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 4) Hak menyatakan pendapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf c adalah hak DPRD untuk menyatakan pendapat terhadap kebijakan Walikota atau mengenai kejadian luar biasa yang terjadi didaerah disertai dengan rekomendasi penyelesaiannya atau sebagai tindaklanjut pelaksanaan hak interpelasi dan hak angket.


(40)

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Fungsi Pengawasan DPRD.

Saiful Sulun dan Riswandha Imawan dalam Miriam Budiarjo dan Ibrahim Ambong (1995: 9-13 : 79- 82)menyatakan bahwa ada dua faktor yang dapat menghambat anggota DPRD dalam melaksanakan fungsinya, yaitu:

a. Faktor Internal

1. Kualitas Anggota DPRD.

Kualitas anggota DPRD adalah kemampuan intelektual yang dimiliki oleh anggota DPRD dalam mengkaji, memandang, menelaaah permasalahan-permasalahan yang terjadi pada masyarakat sekitar dengan tujuan untuk meningkatkan produktifitas dan efektifitas kinerja DPRD terutama dalam melaksanakan peran dan fungsinya. Kualitas anggota DPRD dalam dilihat dari pengalaman anggota DPRDdan tingkat pendidikannya.

2. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana adalah perangkat kerja yang digunakan oleh anggota DPRD sebagai alat untuk mempermudah dan memperlancar kinerja lembaga legislative maupun eksekutif dalam melaksanakan tugas-tugasnya,. Oleh karena itu perlu adanya sarana dan prasarana yang memadai, baik secara teknis, maupun administrasi. Dengan adanya sarana dan prasarana yang memadai, maka masing-masing lembaga Negara seperti legislative dan eksekutif bisa bekerja secara maksimal, tentunya dengan memperhatikan kepentingan dan keinginan rakyat yang diwakilinya.


(41)

3. Peraturan Tata Tertib DPRD.

Peraturan Tata Tertib DPRD adalah suatu aturan hukum atau ketentuan yang mengatur setiap anggota DPRD dalam melaksanakan tugas, wewenang ,dan fungsinya. Tujuan diciptakan Peraturan Tata Tertib adalah agar tugas-tugas yang dijalankan anggota DPRD dapat dijalankan secara tertib dan efisien.

Peraturan tata tertib yang baik adalah peraturan yang isinya mencakup semua aspek yang menjadi tujuan bersama, artinya tidak mempersulit dan menghambat optimalisasi peran dan fungsi DPRD. Peraturan Tata Tertib dapat dilihat dari mekanisme/prosedur dan efektifitas pelaksanaannya.

b. Faktor Eksternal

1. Hak “Recall” dari Partai.

Hak “recall” merupakan hak yang dimiliki oleh partai untuk mengontrol konstituennya yang ada di DPRD. Melalui hak ini induk partai secara tidak langsung mengontrol mekanisme dan dinamika kinerja konstituennya untuk menghindari adanya penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan konstituennya, sehingga tidak melanggar kebijakan-kebijakan yang telah ditentukan oleh partai pengurusnya. Hak “recall” dari partai dapat dilihat dari pengaruh partai dalam mengontrol kinerja konstituennya.

2. Mekanisme Sistem Pemilu.

Mekanisme system pemilu adalah proses pelaksanaan dalam pemilu sebagai sarana bagi masyarakat untuk memilih wakil-wakilnya yang


(42)

akan duduk di DPRD. Dengan adanya system pemilu berkualitas dalam artian memenuhi syarat keadilan, tentunya akan dapat menghasilkan anggota DPRD yang berkualitas dan memenuhi harapan rakyat. Mekanisme dalam system pemilu dapat dilihat dari system rekruitmen anggota DPRD.

6. Tugas dan Wewenang DPRD

Menurut Pasal 42 Undang–Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah , DPRD mempunyai tugas dan wewenang :

1) DPRD mempunyai tugas dan wewenang :

a. Membentuk Perda yang dibahas dengan kepala daerah untuk mendapat persetujuan bersama.

b. Membahas dan menyetujui rancangan Perda tentang APBD bersama dengan kepala daerah.

c. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Perda dan peraturan perundang–undangan lainnya, peraturan kepala daerah, APBD, kebijakan pemerintah daerah dalam melaksanakan program pembangunan daerah, dan kerja sama internasional di daerah. d. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian kepala

daerah/wakil kepala daerah kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur bagi DPRD Kabupaten / Kota. e. Memilih wakil kepala daerah dalam hal terjadi kekosongan jabatan


(43)

f. Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah daerah terhadap rencana perjanjian internasioanal di daerah.

g. Memberikan persetujuan terhadap rencana kerjasama internasioanal yang dilakukan oleh pemerintah daerah

h. Meminta laporan keterangan pertanggungjawaban kepala daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.

i. Membentuk panitia pengawas pemilihan kepala daerah

j. Melakukan pengawasan dan meminta laporan KPUD dalam penyelenggraan pemilihan kepala daerah.

k. Memberikan persetujuan terhadap rencana kerjasama antar daerah dan dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat dan daerah. 2). Selain tugas dan wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

DPRD melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur dalam peraturan perundang- undangan.

Berdasarkan Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Bandar Lampung No: 02 / DPRD-BL /2011 tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Bandar Lampung Pasal 5, DPRD mempunyai tugas dan wewenang :

a. Membentuk peraturan daerah bersama Walikota

b. Membahas dan memberikan persetujuan rancangan peraturan daerah mengenai APBD yang diajukan oleh Walikota

c. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah dan APBD.


(44)

d. Mengusulkan pengangkatan dan/atau pemberhentian Walikota dan/atau wakil Walikota kepada kepada Menteri Dalam Negeri melalui gubernur untuk mendapatkan pengesahan pengangkatan dan/atau pemberhentian

e. Memilih wakil Walikota dalam hal terjadi kekosongan jabatan wakil Walikota

f. Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah daerah terhadap rencana perjanjian internasional di daerah.

g. Memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama internasional yang dilakukan oleh pemerintah daerah

h. Meminta laporan keterangan pertanggungjawaban Walikota dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah

i. Memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama dengan daerah lain atau dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat dan daerah

j. Mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

k. Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.

7. Hak dan Kewajiban DPRD

Menurut Pasal 43 Undang–Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, DPRD mempunyai hak :


(45)

a. Interpelasi b. Angket

c. Menyatakan pendapat

2. Pelaksanaan hak angket sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan setelah diajukan hak interpelasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan mendapatkan persetujuan dari Rapat Paripurna DPRD yang dihadiri sekurang–kurangnya ¾ (tiga perempat) dari jumlah anggota DPRD dan putusan diambil dengan persetujuan sekurang–kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota DPRD yang hadir.

3. Dalam menggunakan hak angket sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibentuk panitia angket yang terdiri atas semua unsur fraksi DPRD yang bekerja dalam waktu paling lama 60 (enam puluh) hari telah menyampaikan hasil kerjanya kepada DPRD

4. Dalam melaksanakan tugasnya, panitia angket sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat memanggil, mendengar, dan memeriksa seseorang yang dianggap mengetahui atau patut mengetahui masalah yang sedang diselidiki serta untuk meminta menunjukkan surat atau dokumen yang berkaitan dengan hal yang sedang diselidiki

5. Setiap orang dipanggil, didengar, dan diperiksa sebagaimana dimaksud pada ayat (5) wajib memenuhi panggilan panitia angket kecuali ada alasan yang sah menurut peraturan perundang– undangan.

6. Dalam hal telah dipanggil dengan patut secara berturut–turut tidak memenuhi panggilan sebagaimana dimaksud pada ayat (5), panitia


(46)

angket dapat memanggil secara paksa dengan bantuan Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang– undangan.

7. Seluruh hasil kerja panitia angket bersifat rahasia

8. Tata cara penggunaan hak interpelasi, hak angket, dan hak menyatakan pendapat diatur dalam Peraturan Tata Tertib DPRD yang berpedoman pada peraturan perundang – undangan.

Pada Pasal 44, Undang–Undang No. 32 tahun 2004 dinyatakan bahwa: 1). Anggota DPRD mempunyai hak:

a. Mengajukan rancangan Perda, b. Mengajukan pertanyaan

c. Menyampaikan usul dan pendapat d. Memilih dan dipilih

e. Membela diri f. Imunitas g. Protokoler,dan

h. Keuangan dan administrative

2). Kedudukan protokoler dan keuangan pimpinan dan anggota DPRD diatur dalam Peratuaran Pemerintah

Pada Pasal 45 Undang–Undang No. 32 tahun 2004, dinyatakan anggota DPRD mempunyai kewajiban :


(47)

a. Mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang–Undang dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan mentaati segala peraturan perundang-undangan.

b. Melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.

c. Mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

d. Memperjuangkan peningkatan kesejahteraan rakyat daerah,

e. Menyerap, menampung, menghimpun, dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat.

f. Mendahuluukan kepentingan negara diatas kepentingan pribadi, kelompok, dan golongan

g. Memberikan pertanggungjawaban atas tugas dan kinerjanya selaku anggota DPRD sebagai wujud tanggungjawab moral dan politis terhadap daerah pemilihannya.

h. Mentaati Peraturan tata Tertib, Kode Etik, dan sumpah / janji anggota DPRD.

i. Menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan lembaga yang terkait.

8. Alat Kelengkapan DPRD

Menurut Pasal 46 Undang–Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah , DPRD mempunyai alat kelengkapan DPRD yang terdiri atas:


(48)

1. Alat Kelengkapan DPRD terdiri atas : a. Pemimpin

b. Komisi

c. Panitia musyawarah d. Panitia anggaran e. Badan Kehormatan

f. Alat kelengkapan lain yang diperlukan

2. Pembetukan, susunan, tugas, dan wewwenang, alat kelengkapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Tata Tertib DPRD dengan berpedoman pada peraturan perundang - undangan

B. Tinjauan Tentang Hubungan Eksekutif dan Legislatif Daerah

Undang- undang yang mengatur tentang Pemerintahan Daerah adalah Undang–Undang No. 32 tahun 2004. Pada pasal 1 ayat 2 Undang–Undang No 32 tahun 2004 dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang–Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945. Keterkaitan antara Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan daerah secara tegas dirumuskan dalam Undang-Undang No. 32 tahun 2004 Pasal 19 ayat 2 yang menyatakan “Penyelenggaraan


(49)

pemerintahan daerah adalah Pemerintah Daerah dan DPRD”. Dalam penjelasan umum Undang–Undang No. 32 tahun 2004 dijelaskan bahwa hubungan antra pemerintah daerah dan DPRD merupakan hubungan kerja yang kedudukannya setara dan bersifat kemitraan. Kedudukan yang setara bermakna bahwa diantara lembaga pemerintahan daerah itu memiliki kedudukan yang sama dan sejajar, artinya tidak saling membawahi. Hal itu tercermin dalam membuat kebijakan daerah berupa Peraturan Daerah. Hubungan kemitraan bermakna bahwa antara Pemerintah Daerah dan DPRD adalah sama-sama mitra sekerja dalam membuat kebijakan daerah untuk melaksanakan otonomi daerah sesuai dengan fungsi masing–masing sehingga antar kedua lembaga tersebut membangun suatu hubungan kerja yang sifatnya saling mendukung bukan merupakan lawan atau pesaing satu sama lain dalam melaksanakan fungsi masing–masing.

Setiap daerah dipimpin oleh kepala pemerintah daerah yang disebut kepala daerah (Pasal 24 ayat 1). Kepala daerah untuk provinsi disebut Gubernur, untuk kabupaten disebut bupati, dan untuk kota disebut walikota (Pasal 24 ayat 2). Kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih secara langsung oleh rakyat yang persyaratan dan tata caranya ditetapkan dalam peraturan perundang – undangan.

Susunan dan kedudukan Dewan Perwakialan Rakyat Daerah (DPRD) mencakup keanggotaan, pimpinan, fungsi, tugas, wewenang, hak, kewajiban, penggantian antar waktu, alat kelengkapan , protokoler, keuangan, peraturan tata tertib, larangan dan sanksi, yang diatur dalam undang–undang. Dewan


(50)

Perwakilan Rakyat daerah (DPRD) dipilih langsung oleh rakyat melalui pemilihan umum.

Gubernur sebagai Kepala Daerah Provinsi berfungsi pula selaku wakil Pemerintah di daerah dalam pengertian untuk menjembatani dan memperpendek rentang kendali pelaksanaan tugas dan fungsi Pemerintah termasuk dalam pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan urusan pemerintahan kabupaten dan kota.

Penyelenggara pemerintahan daerah yakni Pemerintah daerah dan DPRD dalam melaksanakan tugas, wewenang, kewajiban, dan tanggungjawabnya serta atas kuasa Peraturan perundang–undangan yang lebih tinggi dapat menetapkan kebijakan daerah yang dirumuskan antara lain dalam peraturan daerah, peraturan kepala daerah, dan ketentuan daerah lainnya. Kebijakan daerah tersebut tidak boleh bertentangan dengan peratuaran perundang – undangan yang lebih tinggi dan kepentingan umum serta peraturan daerah lain.

Peraturan daerah dibuat oleh DPRD bersama–sama Pemerintah Daerah, artinya prakarsa dapat berasal dari DPRD maupun dari Pemerintah Daerah. Khusus peratuaran daerah tentang Anggaran Belanja dan Pendapatan Daerah (APBD) rancangannya disiapkan oleh Pemerintah Daerah yang telah mencakup keuangan DPRD, untuk dibahas bersama DPRD. Peraturan daerah dan ketentuan daerah lainnya yang bersifat mengatur diundangkan dengan menempatkannya dalam Lembaran Daerah. Peratura daerah tertentu yang mengatur pajak daerah, retribusi daerah, APBD, perubahan APBD, dan


(51)

tataruang, berlakunya setelah melalui tahapan evaluasi pemerintah. Hal itu ditempuh dengan pertimbangan antara lain untuk melindungi kepentingan umum, menyelaraskan, dan menyesuaikan, dengan Peraturan Perundang – Undangan yang lebih tinggi / atau Peraturan Daerah lainnya.

Salah satu kewajiban kepala daerah adalah memberikan laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada pemerintah , dan memberikan laporan keterangan pertanggungjawaban kepada DPRD, serta menginformasikan laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada masyarakat (Pasal 27 ayat 2 Undang – Undang no 32 tahun 2004).

C. Kerangka Pikir

Pemerintah Kota Bandar lampung mempunyai kedudukan yang sejajar dengan DPRD Kota Bandar Lampung. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan pasal 19 ayat 2 Undang–Undang No 32 tahun 2004 yang menyatakan“ penyelenggara Pemerintahan Daerah adalah pemerintah daerah dan DPRD”. Oleh karenanya keduanya memiliki hubungan yang setara dan bersifat kemitraan.

Pembangunan Pasar Smep yang tengah dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung saat ini sedang menemui kendala yaitu tertundanya pembangunan pasar tersebut selama kurang lebih 4 bulan. Hal tersebut mengakibatkan tidak tercapainya tenggang waktu pembanguanan Pasar Smep yang semula ditargetkan selesai selama satu tahun. Tertundanya pembangunan Pasar Smep itu menimbulkan kerugian para pedagang.


(52)

Berkaitan dengan hal tersebut, DPRD Kota Bandar Lampung mempunyai andil untuk melaksanakan fungsi pengawasaanya untuk mempercepat proses pembangunan Pasar Smep.

Hal tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal 41 Undang- Undang No. 32 tahun 2004 yang menyatakan bahwa salah satu fungsi dari DPRD adalah fungsi pengawasan. Karena sebagai mitra kerja Pemerintah kota Bandar Lampung, DPRD Kota Bandar Lampung mempunyai tugas melaksanakan pengawasan tergadap pelaksanaan pembangunan daerah. Oleh kareana itu, Melalui fungsi pengawasan tersebut, DPRD Kota Bandar lampung dapat membangun hubungan kerjasama dengan Pemerintah Kota Bandar Lampung untuk mencari penyelesaian terhadap jalannya pembangunan Pasar Smep Kota Bandar lampung.

Untuk menganalisa fungsi pengawasan dari DPRD Kota Bandar Lampung dalam pembangunan pasar smep Kota Bandar Lampung, penulis menggambarkannya dalam kerangka pikir sebagai berikut:


(53)

--- ---

Gambar 1. Kerangka Pikir

Keterangan

--- : Garis Koordinasi : Garis Komando DPRD

Pemerintah Kota Bandar Lampung

Fungsi Pengawasan

Dilakukan dengan:

a. Meninjau Langsung Lokasi

Pembangunan Pasar Smep.

b. Melakukan Hearing dengan Dinas Pengelolaan Pasar, Perwakilan dari PT Prabu Artha, dan perwakilan dari pedagang.

Pembangunan Pasar Smep Kota Bandar Lampung


(54)

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Penelitian ini merupakan studi yang mengkaji tentang Pelaksanaan Fungsi Pengawasan DPRD dalam Proses Pembangunan Pasar Smep Kota Bandar Lampung. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan tipe penelitin yang bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Bodgan dan Taylor dalam (Basrowi dan Suwandi: 2008:1) mendefinisikan penelitian kualitatif :

“Penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang – orang yang diamati. Melalui penelitian kualitatif peneliti dapat mengenali subjek, merasakan apa yang mereka alami dalam kehidupan sehari- hari”.

Sedangkan Bodgan dan Taylor (1995: 5) dalam Lexy J. Moleong (2000: 3) mendefinisikan metode penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tulisan atau lisan dari oaring-orang. Metode penelitian ini mengungkapkan peristiwa riil dilapangan bahkan mengungkapkan nilai-nilai tersembunyi dari penelitian ini.

Menurut Hadari Nawawi (1996: 63) metode deskriptif adalah metode pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek atau obyek penelitian (seseorang, lembaga, dan masyarakat)


(55)

pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana mestinya.

Sedangkan menurut Nasir (1998: 63) yang dimaksud dengan metode penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang bertujuan membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Dengan demikian beberapa hal yang menjadi cirri-ciri dari penelitian deskriptif secara umum antara lain:

1. Untuk mengetahui perkembangan dan frekuaensi fenomena yang terjadi. 2. Untuk mendeskripsikan secara terperinci fenomena yang terjadi.

Di dalam penelitian ini analisis Fungsi Pengawasan DPRD dalam Proses Pembangunan Pasar Smep Kota Bandar Lampung merupakan fenomena politik yang akan diteliti. Dalam rangka menganalisa Fungsi Pengawasan DPRD dalam Proses Pembangunan Pasar Smep Kota Bandar Lampung maka dibutuhkan data yang fakual.

Karena penelitian ini menggambarkan atau mendeskripsikan bagaimana. Fungsi Pengawasan DPRD dalam Proses Pembangunan Pasar Smep Kota Bandar Lampung, maka metode yang tepat menurut penulis adalah metode deskriptif. Penyajian data dan informasi dideskripsikan dalam bentuk kalimat yang lebih bermakna mudah dipahami.


(56)

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini sangat penting dalam suatu penelitian yang bersifat kualitatif. Menurut Moloeng (2000), fokus penelitian dimaksudkan untuk membatasi penelitian guna memilih mana data yang relevan dan yang tidak relevan. Perumusan fokus masalah dalam penelitian kualitatif bersifat tentatif, artinya penyempurnaan rumusan fokus atau masalah masih tetap dilakukan sewaktu penelitian sudah berada dilapangan.

Jadi, fokus memberikan batasan dalam studi dan batasan dalam pengumpulan data sehingga dengan pembatasan ini peneliti akan fokus memahami masalah– masalah yang menjadi tujuan penelitian.

Dalam penelitian ini peneliti mengumpulkan fokus penelitian pada Pelaksanaan Fungsi Pengawasan DPRD dalam Proses Pembangunan Pasar Smep Kota Bandar Lampung. Fokus penelitian diuraikan dalam beberapa aspek sebagai berikut :

1. Perencanaan Pembangunan Pasar Smep.

2. Pelaksanaan Pengawasan Pembangunan Pasar. 3. Tindak Lanjut Hasil Pengawasan.

C. Informan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, maka sumber data dalam penelitian ini adalah yang mampu memberikan informasi, mengenai pelaksanaan fungsi pengawasan DPRD dalam proses pembangunan Pasar Smep Kota Bandar Lampung, dimana sumber tersebut memiliki data dan bersedia meemberikan


(57)

data yang dibutuhkan dalam penelitian tersebut. . Sumber data utama yang memiliki informasi yang diperlukan dalam penelitian, yaitu :

1. Wakil Ketua Komisi B (Bidang Perekonomian dan Keuangan), yaitu Surya Jaya Ampera

2. Anggota Komisi B (Bidang Perekonomian dan Keuangan), yaitu Hendra Mukri.

3. Kabid Pembangunan dan Pemeliharaan Pasar, yaitu Edwar.

4. Kabid Perekonomian pada Badan Perencanaan Pembanggunan Daerah (Bappeda) Kota Bandar lampung, yaitu Andrya Yunila Hastuti.

5. Sekretaris Himpunan Pedagang Pasar Smep (HPPS), yaitu Erlangga. 6. Pedagang makanan ringan di Tempat Penampungan Sementara (Jalan

Imam Bonjol), yaitu Rudy.

7. Pedagang pakaian di Tempat Penampungan Sementara (Jalan Batu Sangkar) , yaitu Haris.

D. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah pada Pemerintah Kota Bandar Lampung (Dinas Pasar, dan Bappeda), DPRD Kota Bandar Lampung, dan pedagang Pasar Smep Kota Bandar Lampung. Pemilihan lokasi penelitian ini didasarkan oleh keinginan peneliti untuk memperoleh data–data serta informasi yang diperlukan dalam penelitian ini.


(58)

E. Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini meliputi : a. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari lapangan, baik dari pengamatan secara langsung atau mengajukan pertanyaan– pertanyaan secara langsung kepada sumber. Dalam hal ini, data yang diperoleh merupakan hasil panduan wawancara (Interview) mengenai Fungsi Pengawasan DPRD dalam Proses Pembangunan Pasar Smep Kota Bandar Lampung.

b. Data Sekunder

data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diperlukan dalam rangka untuk melengkapi informasi yang diperoleh dari data primer. Data sekunder dalam penelitian ini dapat diperoleh dari dokumen–dokumen yang berkaitan dengan penelitian ini.

F. Teknik Pengumpulan Data

Ada bermacam–macam cara penumpulan data, sesuai dengan jenis penelitian. Dalam penelitian ini peneliti memerlukan data kualitatif . dalam penelitian ini peneliti menggunakan cara sebagai berikut:

a. Interview (wawancara)

Interview adalah sebuah cara dalam mengumpulkan data yang didapatkan dengan mengajukan pertanyaan kepada objek yang akan diteliti. Wawancara mendalam digunakan untuk memperoleh data–data serta informasi dari Pemerintah Kota Bandar Lampung (Dinas Pasar dan


(59)

bappeda), DPRD Kota Bandar Lampung, serta para pedagang Pasar Smep Kota Bandar lampung terkait dengan proses pembangunan Pasar Smep. b. Observasi ( Pengamatan)

Observasi merupakan salah satu mekanisme dalam mengumpulkan data yang dilakukan dengan cara mengamati objek yang akan diteliti secara langsung, sistematis dan tepat berkaitan dengan pelaksanaan fungsi Pengawasan DPRD dalam Proses Pembangunan Pasar Smep Kota Bandar Lampung.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah proses pengumpulan data dengan cara menghimpun data yang tertulis dan tercetak. Metode dokumentasi yaitu mencari data atau bahan – bahan tertulis yang mencakup dokumen penting dan berkaitan dengan pokok permasalahan, misalnya buku, surat kabar, majalah, dan sebagainya.

G. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data pada hakikatnya berupa kegiatan yang bertujuan untuk mensistematiskan data penelitian. Data yang diperoleh dari hasil wawncara, observasi, dan dokumentasi, dalam penelitian ini akan diolah melalui tahap– tahap sebagai berikut :

1. Editing, merupakan kegiatan dalam menentukan kembali data yang berhasil diperoleh dalam rangka menjamin validitasnya serta dapat segera diproses lebih lanjut.


(60)

2. Interpretasi, data yang telah dideskripsikan baik melalui narasi maupun tabel, selanjutnya diinterpretasikan sehingga dapat ditarik kesimpulan sebagai hasil penelitian .

H. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan cara seorang peneliti dalam mengelola data yang telah terkumpul sehingga mendapatkan suatu kesimpulan dari penelitiannya, karena data yang diperoleh dari suatu penelitian tidak dapat digunakan begitu saja, analisis data menjadi bagian yang amat penting dalam metode ilmiah, karena dengan analisis data tersebut dapat lebih berarti dan bermakna dalam memecahkan masalah penelitian.

Analisis data terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, meliputi:

1. Reduksi Data

Yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan -catatan tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan dan membuang yang tidak perlu serta mengorganisasikan data sedemikian rupa hingga kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.

2. Penyajian Data

Yaitu usaha menampilkan sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.


(61)

Dengan melihat penyajian data maka akan dapat dipahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan.

3. Verifikasi dan Kesimpulan

Dari permulaan pengumpulan data, seorang penganalisa kualitatif mulai mencari arti pola-pola atau penjelasan yang mungkin menjadi alur sebab akibat dari hal yang ditelitinya Hasil verifikasi data tersebut kemudian ditarik kesimpulan sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian.


(62)

IV. GAMBARAN UMUM

A.Profil Pasar Smep Kota Bandar Lampung

Pasar merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi jual beli barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Salah satu pasar tradisional di Kota Bandar Lampung adalah Pasar Smep. Pasar Smep terletak di Jalan Tamin, Kelurahan Kelapa Tiga, Kecamatan Teluk Betung Pusat Kota Bandar Lampung.

Pasar Smep menjual berbagai kebutuhan pokok masyarakat, seperti sayur- mayur, aneka buah-buahan segar, pakaian, dan kebutuhan lainnya. Pasar ini dibangun pertama kali pada tahun 2003 dengan luas tanah 6.765 meter persegi. Pasar ini dibangun dengan bantuan pihak ketiga, yakni PT Teguh Jaya Lestari. Pasar tersebut dibangun dengan nomor surat perjanjian yakni Nomor: 06 Tahun 2003, dan dengan TMT Surat Perjanjian pada Senin, 20 Oktober 2003.

Pasar Smep dibangun dengan masa Hak Guna Bangunan (HGB) perpanjangan selama 15 tahun dan dengan berbagai fasilitas pasar seperti Toko/ Kios sebanyak 152 unit dan los amparan 260 unit. Sarana pendukung yang ada di pasar ini adalah Kantor Unit Pelaksana Teknis (UPT) pasar, musholla, kantor satpam, wc umum, serta Tempat Pembuangan Sampah (TPS) sampah.


(63)

Setelah berdiri selama 11 (sebelas) tahun pasar ini kemudian direnovasi kembali oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung karena bangunan Pasar Smep dianggap sudah tidak layak huni dan layak pakai. Hal tersebut dilakukan Pemerintah Kota Bandar Lampung untuk memberikan rasa aman dan nyaman masyarakat ketika melakukan transaksi jual beli di pasar tersebut.

Pemerintah Kota Bandar Lampung mengupayakan untuk bekerjasama dengan pihak ketiga dalam membangun Pasar Smep tersebut. Pemerintah Kota Bandar Lampung mengundang sejumlah pengembang untuk berinvestor dalam pembangunan Pasar Smep. Dari berbagai tahapan proses lelang yang dilakukan oleh Tim Koordinasi Kerjasama Daerah (TKKSD) Kota Bandar Lampung, maka diputuskanlah pemenang lelang adalah PT Prabu Artha. PT Prabu Artha tersebutlah yang menjadi pengembang pembangunan pasar tersebut.

B.DPRD Kota Bandar Lampung

DPRD Kota Bandar Lampung terletak di Jalan Basuki Rahmat No. 21A Teluk\ Betung Bandar Lampung. Susunan DPRD Kota Bandar Lampung terdiri dari partai politik peserta Pemilihan Umum 2009 yang dipilih melalui Pemilihan Umum. DPRD Kota Bandar lampung pada Masa Keanggotaan Tahun 2009 – 2014 ini berjumlah 45 orang yang berasal Pemilu 2009 .

Susunan keanggotaan DPRD Kota Bandar Lampung saat ini terdiri dari delapan buah fraksi, dengan tujuh fraksi berasal dari masing-masing partai politik dan satu buah fraksi gabungan dengan rincian sebagai berikut:


(64)

Tabel 1. Susunan Keanggotaan DPRD Kota Bandar Lampung Tahun 2009-2014.

No Partai Jumlah

Fraksi

1 Demokrat 10

2 Golongan Karya (Golkar) 8

3 Partai Keadilan Sejahtera (PKS) 5 4 Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan

(PDI-P)

5

5 Partai Amanat Nasional (PAN) 5

6 Partai Persatuan Pembangunan (PPP) 4 7 Partai Gerakan Indonesia Raya 4 8 Fraksi Kebangkitan Nurani Rakyat 4

Jumlah 45

Sumber Tabel 1. Sekretariat DPRD Kota Bandar Lampung 2014

C.Struktur Alat Kelengkapan DPRD Kota Bandar Lampung

Berdasarkan Peraturan DPRD Kota Bandar Lampung No. 02 Tahun 2011 tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Bandar Lampung Pasal 43, Struktur Alat Kelengkapan DPRD Kota BandarLampung terdiri dari: 1. Pimpinan DPRD

2. Badan Musyawarah (Banmus) 3. Komisi

4. Badan Legislasi Daerah (Banleg) 5. Badan Anggaran

6. Badan Kehormatan


(65)

Unsur Pimpinan yaitu :

ANGGOTA DPRD

STRUKTUR ALAT KELENGKAPAN (AKD) DPRD KOTA BANDAR LAMPUNG

KETUA DPRD

WAKIL KETUA I WAKIL KETUA II WAKIL KETUA III

FRAKSI-FRAKSI 1 . KOMISI A, KOMISI B, KOMISI C DAN KOMISI D

2. BADAN MUSYAWARAH (BANMUS) 3. BADAN ANGGARAN (BANANG) 4. BADAN LEGISLASI (BANLEG) 5. BADAN KEHORMATAN (BK)

1. Pimpinan DPRD Kota Bandar Lampung tahun 2009- 2014

Unsur pimpinan DPRD Kota bandar Lampung terbagi dalam beberapa unsur, yaitu adanya ketua umum dari DPRD Kota Bandar Lampung dan dibantu dengan 3 wakil ketua dengan rincian sebagai berikut :

a. Ketua umum DPRD Kota Bandar Lampung periode 2009-2014 yaitu Bapak Budiman, As, yang berasal dari Partai Demokrat.

b. Wakil Ketua I DPRD Kota Bandar Lampung yaitu Bapak MW. Heru Sumbodo, ST, MH, yang berasal dari Partai Golkar.

c. Wakil Ketua II DPRD Kota Bandar Lampung yaitu Bapak Fahmi Sashmita, SH. SpN, yang berasal dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS).


(66)

d. Wakil Ketua III DPRD Kota Bandar Lampung yaitu Bapak Drs. Yose Rizal, yang berasal dari Partai PDI-P.

Tugas Pimpinan DPRD:

Berdasarkan Peraturan DPRD Kota Bandar Lampung No. 02 Tahun 2011 tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Bandar Lampung Pasal 50, tugas Pimpinan DPRD yaitu :

1) Pimpinan DPRD mempunyai tugas:

a. Memimpin sidang DPRD dan menyimpulkan hasil sidang untuk diambil keputusan

b. Menyusun rencana kerja pimpinan dan mengadakan pembagian kerja antara ketua dan wakil ketua

c. Melakukan koordinasi dalam upaya menyinergikan pelaksanaan agenda dan materi kegiatan dari alat kelengkapan DPRD

d. Menjadi juru bicara DPRD

e. Melaksanakan dan memasyarakatkan keputusan DPRD

f. Mewakili DPRD dalam berhubungan dengan lembaga/instansi lainnya g. Mengadakan konsultasi dengan Walikota dan pimpinan

lembaga/instansi lainnya sesuai dengan keputusan DPRD h. Mewakili DPRD di pengadilan

i. Melaksanakan keputusan DPRD berkenaan dengan penetapan sanksi atau rehabilitasi anggota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.


(67)

j. Menyusun rencana anggaran DPRD bersama sekretariat DPRD yang pengesahannya dilakukan dalam rapat paripurna; dan

k. Menyampaikan laporan kinerja pimpinan DPRD dalam rapat paripurna DPRD yang khusus diadakan untuk itu.

2) Dalam hal salah seorang pimpinan DPRD berhalangan sementara kurang dari 30 (tiga puluh) hari, pimpinan DPRD mengadakan musyawarah untuk menentukan salah satu pimpinan DPRD untuk melaksanakan tugas pimpinan DPRD yang berhalangan sementara sampai dengan pimpinan yang bersangkutan dapat melaksanakan tugas kembali.

3) Dalam hal salah seorang pimpinan DPRD berhalangan sementara lebih dari 30 (tiga puluh) hari, partai politik asal pimpinan DPRD yang berhalangan sementara mengusulkan kepada pimpinan DPRD salah seorang anggota DPRD yang berasal dari partai politik tersebut untuk melaksanakan tugas pimpinan DPRD yang berhalangan sementara.

2. Badan Musyawarah DPRD Kota Bandar Lampung Tahun 2009-2014

Berdasarkan Peraturan DPRD Kota Bandar Lampung No. 02 Tahun 2011 tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Bandar Lampung Pasal 57 ayat (1), bahwa Badan Musyawarah merupakan alat kelengkapan DPRD yang bersifat tetap dan dibentuk oleh DPRD pada awal masa jabatan keanggotaan DPRD. Pada Pasal 57 ayat (2) disebutkan bahwa Badan Musyawarah terdiri atas unsur- unsur fraksi berdasarkan perimbangan jumlah anggota dan paling banyak 1/2 (setengah) dari jumlah anggota DPRD.


(1)

6. Perda Usulan Eksekutif Tahun 2013

1. APBD Tahun Anggaran 2014 diusulkan BPKAD 2. Perubahan APBD T.A 2013 diusulkan BPKAD

3. Pertanggung Jawaban APBD (LPj) Kota Bandar Lampung diusulkan BPKAD

4. Organ dan Kepegawaian PDAM Way Rilau diusulkan PDAM

5. Perubahan Perda No. 10 Tahun 2011 tentang RTRW diusulkan BAPPEDA

6. Pemanfaatan Air Hujan diusulkan BPPLH

7. Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup diusulkan BPPLH 8. Pemberian Intensif Kemudahan Penanaman Modal diusulkan BPMP


(2)

102

VI. SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh kesimpulan. pelaksanaan fungsi pengawasan yang dilakukan oleh DPRD Kota Bandar Lampung khususnya Komisi B yaitu:

1. Melakukan tinjauan langsung ke lokasi pembangunan Pasar Smep guna berinteraksi langsung dengan pihak-pihak terkait, seperti para pedagang dan pengembang, serta Tim Dinas Pengelolaan Pasar yang berada di lokasi pembangunan. Hal tersebut dilakukan untuk melihat secara langsung sejauh mana proses pembangunan pasar tersebut berjalan, dan hal-hal apa saja yang menjadi kendala dalam pembangunan pasar tersebut, serta mendengarkan secara langsung aspirasi atau keluhan-keluahan dari pedagang pasar.

2. Melakukan rapat komisi untuk menentukan langkah-langkah strategis yang dapat diambil, dalam upaya penyelesaian masalah pembangunan Pasar Smep. Hasil dari rapat tersebut ialah mengambil keputusan bahwa perlu diadakannya rapat dengar pendapat (hearing) yang dilakukan dengan mengundang Dinas atau pihak yang terlibat dalam pembangunan Pasar Smep.


(3)

3. Melakukan rapat dengar pendapat (hearing) dengan mengundang perwakilan Dinas Pengelolaan Pasar, perwakilan pedagang, dan perwakilan dari pengembang. untuk meminta informasi serta klarifikasi kendala- kendala apa saja yang menjadi pemicu tertundanya pembangunan Pasar Smep, serta solusi apa yang dapat diupayakan untuk mempercepat pembangunan pasar tersebut.

4. Merumuskan hasil tinjauan lapangan dan hasil rapat dengar pendapat (hearing) dengan membuat sebuah rekomendasi yang ditujukan kepada Pemerintah Kota yang berisikan dorongan agar Pemerintah Kota dapat mempercepat pembangunan pasar tersebut.

5. Tertundanya pembangunan Pasar Smep dikarenakan oleh beberapa penyebab, diantaranya adalah permasalahan teknis, yakni sulitnya kendaraan yang berisi bahan bangunan untuk masuk ke lokasi Pasar Smep yang disebabkan sempitnya badan jalan di lokasi pembangunan serta faktor cuaca yang tidak mendukung. Faktor lainnya adalah Direktur PT Prabu Arta Grup kesulitan mencari pinjaman kredit dari perbankan. Pengembang masih berusaha mencari bank yang bisa memberikan kredit pada pedagang dengan jangka waktu panjang, yakni mencapai 10 tahun. Namun, hingga saat ini belum ada satu bank pun yang sanggup memenuhi permintaan tersebut, akibatnya, pengembang kekurangan modal untuk membangun pasar tersebut.


(4)

104

B. Saran

Saran-saran yang dapat diajukan berkaitan dengan hasil penelitian ini adalah:

1. Pemerintah Kota Bandar Lampung sebaiknya lebih berhati-hati dalam memilih pihak ketiga yang akan menjadi mitra kerjasama Pemerintah Kota dalam melakukan pembangunan daerah.

2. DPRD Kota Bandar Lampung sebaiknya menggunakan hak menyatakan pendapatnya yang ditunjukan kepada Pemerintah Kota Bandar Lampung, agar Pemerintah Kota Bandar Lampung dapat mengambil suatu kebijakan/ keputusan yang mampu mempercepat terlaksananya pembangunan Pasar Smep.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar-dasar Ilmu Politik. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Boboy, Max. 1994. DPR RI dalam Perspektif Sejarah dan Tata Negara. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta

Rahman, A H.I. 2007. Sistem Politik Indonesia . Graha Ilmu. Yogyakarta

Simabura, Charles.2011. Parlemen Indonesia. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta. Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT RajaGrafindo

Persada. Jakarta.

Suwandi, Basrowi, 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Rineka Cipta. Jakarta. Moloeng, Lexy J. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Remaja Rosda karya.

Bandung

Napitupulu, Paimin. 2005. Peran dan Pertanggung Jawaban DPR: Kajian di DPRD Provinsi DKI Jakarta. PT Alumni. Bandung

Budiardjo, Miriam. Ambong, Ibrahim. 1995. Fungsi Legislatif dalam Sistem Politik Indonesia. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Nawawi, Hadari. 1996. Metode Penelitian Bidang Sosial. Gajah Mada University Press. Yogyakarta

Nasir, Moh. PH. 1998. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta

Dokumen :

Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945


(6)

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Prtunjuk Teknis Tata Cara Kerja Sama Daerah

Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Bandar Lampung No. 02 DPRD-BL /2011 Tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Bandar Lampung

Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia. 2011. Panduan Pemasyarakatan Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia. Sekretariat Jenderal MPR RI . Jakarta.

Selayang Pandang Mekanisme Kerja Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. 2011. Sekretariat Jenderal DPR RI Biro Humas dan Pemberitaan. Jakarta.

Media

http://lampost.co/berita/pt-prabu-artha-calon-pemenang-tender-pasar-smep, diakses Pada 20 Januari 2014

http://radarlampung.co.id/read/bandarlampung/64216-lokasi-pasar-smep-masih-jadi-tempat-pemancingan?utm_source=twitterfeed&utm_medium=twitter ,diakses pada 20 Januari 2014

http://lampost.co/berita/pasar-smep-diremajakan-pemkot-sediakan-tiga-tps, diakses pada 23 Januari 2014 pukul 20.00 WIB

http://lampost.co/berita/bandar-lampung-pedagang-pasar-smep-pindah-ke-kios-sementara, diakses pada 23 Januari 2014

http://www.bandarlampungnews.com/index.php?k=politik&i=17531, diakses pada 20 Februari 2014 pukul 09.15 WIB

http://lampung.tribunnews.com/2014/01/10/pedagang-pasar-smep-ancam

polisikan-pengembang, diakses pada 15 Februari 2014 pukul 20.10 WIB.

http://lampost.co/berita/dprd-desak-pemkot-tegas-kepada-pengembang-pasar-smep-dan-tugu, diakses pada 17 Januari 2014 Pukul 19.00 WIB

http://www.kpubanjarmasin.com/saldy/upload/download.php?id=60, diakses pada 15 Februari 2014 Pukul 10.30 WIB )