Pendidikan Karakter Dalam Sejarah Lokal

sudrajatuny.ac.id BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pendidikan Karakter Dalam Sejarah Lokal

Tujuan pembangunan nasional adalah terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang sehat, cakap, pintar serta memiliki karakter yang kuat. Secara etimologis, karakter berasal dari bahasa Yunani yaitu karasso yang berarti cetak biru, format dasar, sidik seperti sidik jari. Syarkawi memandang karakter sama dengan kepribadian yaitu ciri, karakteristik, gaya, sifat khas dari seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil dan juga bawaan seseorang sejak lahir Doni Kesuma, 2009: 80. Akhir-akhir ini timbul kesadaran bahwa pendidikan karakter memiliki peranan yang amat penting dalam rangka mencapati tujuan pendidikan. Hal ini diperkuat oleh temuan bahwa keberhasilan seseorang dalam kehidupan sebagian besar ditentukan oleh EQ emotional quotient yaitu 80 bila dibandingkan dengan IQ intelligent quotient yang menyumbang 20 Darmiyati Zuchdi, 2008: 67. Oleh karenanya tidak berlebihan apabila UNY memiliki visi membentuk insane yang cendikia, mandiri, dan bernurani. Menurut KBBI, cendikiawan dapat diartikan sebagai 1 orang cerdik pandai, intelek 2 orang yang memiliki sikap hidup yang terus menerus meningkatkan kemampuan berfikirnya untuk dapat mengetahui atau memahami sesuatu. Sedangkan mandiri dapat diartikan sebagai orang yang bebas, tidak terikat dengan orang lain. Mandiri berarti dapat menghidupi dirinya sendiri tanpa tergantung oleh orang lain. Sementara itu bernurani berarti mempunyai hati nurani, dapat merasakan penderitaan orang lain, membedakan mana yang benar-salah, baik-buruk. Untuk mewujudkan visi tersebut, maka diperlukan usaha-usaha pendidikan karakter dengan berbagai variasinya. Pendidikan karakter tidak saja berbentuk suatu mata kuliah dengan nama pendidikan karakter, pendidikan nilai, pendidikan moral, pendidikan afektif, atau apa saja namanya. Namun pendidikan karakter dapat pula diintegrasikan dengan mata kuliah lain melalui metode pembelajaran yang bervariasi. Pendidikan karakter juga tidak terikat dengan kurikulum karena ia dapat hadir tanpa sudrajatuny.ac.id kurikulum yang baku atau hidden curriculum. Dengan demikian maka pendidikan karakter akan lebih baik bila dihadirkan ke seluruh lini kehidupan di kampus secara komprehensif sehingga tujuannya dapat dicapai dengan baik. Sejarah lokal merupakan mata kuliah yang berusaha untuk meng-elaborasi peristiwa-peristiwa masa lampau dalam konteks lokal. Sejarah Lokal dalam bentuk yang mikro telah tampak dasar-dasar dinamikanya, sehingga peristiwa-peristiwa sejarah dapat diterangkan melalui dinamika internal yang di tiap daerah mempunyai kekhasan sendiri yang otonom. Adanya pendekatan interdisipliner dalam penulisan sejarah lokal akan membuka kemungkinan-kemungkinan baru dalam historiografi yang lebih luas dan lebih dalam Kuntowijoyo, 1994: 84 Dalam mata kuliah sejarah lokal sangat memungkinkan untuk diintegrasikan pendidikan karakter sebab dalam mata kuliah ini dielaborasi peristiwa-peristiwa sejarah di tingkat lokal yang sarat dengan nilai-nilai kearifan lokal. Lebih memungkinkan lagi strategi pembelajaran yang diterapkan dengan metode diskusi memungkinkan mahasiswa untuk mengungkap dan mengaktualisasi nilai-nilai tersebut ke dalam kehidupan sehari-hari.

2. Values Clarification Technique