UPAYA MENGUBAH SIKAP SISWA MELALUI PEMBELAJARAN IPS MENGGUNAKAN METODE VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE (VCT).

(1)

Upaya Mengubah Sikap Siswa Melalui Pembelajaran IPS Menggunakan Metode Value Clarification Technique (VCT)

(Studi Ptk Terhadap Siswa Kelas VII D SMP Pasundan 4 Bandung) Penelitian ini dilatar belakangi oleh beberapa masalah pembelajaran IPS yang lebih menekankan pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Permasalah yang ada di dalam kelas VII D yaitu; Pertama, keadaan kelas VII D tidak kondsif dan sulit, tidak menganggap keberadaan guru. Siswa juga ada yang berlari-larian di dalam kelas, ada yang naik ke atas meja dan tidak memakai sepatu. Siswa lain juga tidak mengerjakan tugas dari guru dan cenderung mengabaikan apa yang guru telah ajarkan kepada siswa, namun siswa saja tidak peduli tentang pentingnya guru di dalam kelas. Kedua, kelas tidak tertib karena keadaan kelas yang kurang tertata dengan rapi. Hal lain yang menyebabkan keadaan kelas semakin kurang baik yaitu jarak antara meja yang satu dengan yang satu sempit bahkan barisan dua dan barisan tiga digabungkan karena ruangan kelas yang tidak cukup besar.Ketiga, kurangnya kepedulian siswa terhadap pembelajaran IPS, siswa terlihat acuh dan tidak banyak bertanya dan kritis mengenai pelajaran yang pada waktu itu diajarkan, baju dikeluarkan, kurang mengargai guru, hanya aktif pada hal yang tidak berkaitan dengan materi seperti berdiskusi dengan temannya dan berdiskusi seputar gosip dan lain sebagainya. Keempat, cara siswa berbicara atau bertuturkata dan menaati aturan yang ada di dalam sekolah pun menjadi salah satu masalah yang harus dibenahi. Dalam hal ini beberapa siswa cenderung mengeluarakan kata kasar dengan sengaja dan tanpa sengaja sebab sudah menjadi kebiasaan sehari-hari dan memang ada salah satu siswa yang mengatakan apabila tidak berkata kasar seperti ada yng kurang. Adapun siswa yang mengolok-olok teman satu kelas. Peran guru sangatlah dominan dalam proses pembelajaran IPS. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji metode Value Clarivication Technique (VCT) dengan pembentukan keterampilan IPS dan untuk menyelesaikan masalah sisa dalam bersikap dalam pembelajaran pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di sekolah. Melalui penelitian ini diharapkan dapat diketahui penerapan metode VCT dalam menumbuhkan, memilih dan menilai dalam pembelajaran di dalam kelas. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas VII D SMP Pasundan 4 Bandung dengan metode penelitian tindakan kelas yang diawali dengan penyusunan rencana tindakan VCT dan melaksanakan tindakan siklus I, siklus II dan siklus III. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan subjek penelitian guru dan 39 orang siswa. Sumber yang diambil berdasarkan observasi, wawancara, catatan lapangan atau catatan harian dan dokumen. Analisis data dimulai dari pengumpulan data, interpretasi data dan validasi data.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran IPS melaui metode VCT dapat merubah sikap siswa di dalam kelas.


(2)

Putry Nurhidayany S. Meliala, 2015

ABSTRACT

An Effort To Change Student’s Attitude By VCT Method For Social Science Learning Process

(CLASS ACTION RESEARCH in 7th D of 4th Pasundan High School, Bandung)

This research was inited by some social science subject’s problem on cognitive, affective, and psychomotor aspect. There’re some problems in class of 7th D, such as: The first, the condition of the class is not proper so that the students on the table barely. The other students also didn’t to do any task and disobey what the teacher tought to them. The second, the condition of the class is not ordered well. In addition, this condition is getting worse when the distance between table with another table’s near, the second and third row or table are merged because of narrow’s classroom. The tird, student awareness of social science is less. It’s shown by student whoo seemed indifferent and inactive with the subject’s tough, untidy uniform, only active when talking about something’s out-of lesson like gossiping, etc. The fourth, how the way students speak up and obey school regulation are some problems should be fixed. In this case, some student’s who make fun of other students. The role of teacher is need to be dominant in social science skill and solving attitude problems in social science teanhing and learning process at school. By doing this research, hope that we may know the application of VCT method in establisihing, choosing, and assessing in social sience learning. This class action research is held in 7th D of 4th Pasundan Junior High School Bandung and making sction plan of VCT formerly and then doing the 1th cycle, 2th cycle, and 3th cycle. Th method’s used in this research is Class Action Research with teacher research’s subject and 39 students. Research source is taken from observation, interview, field not or log book, and any other documents. The data analyst’s begun from collecting data, interpreting data, and validating data. The result of the research showed that social science’s learning by VCT method can change student attitude in class.


(3)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Pendidikan seharusnya menjadi hal yang paling utama dalam suatu negara, khususnya Indonesia. Namun di negara kita seringkali diabaikan, padahal pendidikan menjadi tolak ukur dari keberhasilan suatu negara. Pendidikan juga merupakan identitas yang paling utama untuk mengukur kemajuan negara menjadi negara hebat. Besarnya jumlah penduduk Indonesia seharusnya membuat pendidikan menjadi salah satu faktor utama yang penting dalam suatu negara. Mengapa demikian? Karena dengan pendidikan suatu negara akan menjadi negara yang besar dan berkembang bahkan akan menjadi negara yang maju.

Mengingat pentingnya pendidikan, dalam hal ini pendidikan akan sangat penting untuk menunjang hidup seseorang. Pendidikan pun akan mengubah gaya dan pola hidup seseorang menjadi lebih baik. Hal ini terbukti dari keadaan masyarakat Indonesia dimana pembuktian semakin tinggi pendidikan seseorang maka kesehatan seseorang pun akan terjamin, tingkat ekonomi menjadi meningkat, imbas dari negara pun akan baik bahkan menjadi negara maju.

Pendidikan sangat penting bagi anak bangsa Indonesia untuk memajukan kesejahteraan masyarakat. Pendidikan merupakan proses untuk membina dan mengantarkan anak didik agar menemukan jati dirinya. Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Kementrian pendidikan dan kebudayaan memberikan kebijakan dimana dalam setiap mata pelajaran harus memuat dan mengembangkan 18 karakter, karakter tersebut antara lain: (1) Religius, (2) Jujur, (3) Toleransi, (4) Disiplin, (5) Kerja Keras, (6) Kreatif, (7) Mandiri, (8) Demokratis, (9) Rasa ingin tahu, (10)


(4)

Semangat kebangsaan, (11) Cinta tanah air, (12) Menghargai prestasi, (13) Bersahabat/ komunikatif, (14) Cinta damai, (15) Gemar membaca, (16) Peduli lingkungan, (17) Peduli sosial, dan (18) Tanggung Jawab.

Media sosial seperti internet membantu untuk media penunjang pembelajaran di kelas melalui handphone yang siswa miliki sebab hampir semua siswa di kelas sudah memiliki handphone yang menunjang adanya internet. Pola merangkum materi yang ada di dalam buku pun menjadi salah satu hal yang sering dilakukan guru di sekolah ini. Namun, faktanya ini membuat siswa menjadi malas dan cenderung tidak memerhatikan guru pada saat menjelaskan.

Di sini penulis mengamati keadaan siswa siswa kelas VII D. Keadaan siswa kelas VII D yaitu siswa ribut di dalam kelas dan sulit diatur, banyak sampah di dalam kelas, di kelas gaduh, kurangnya kepedulian siswa terhadap pembelajaran IPS, pada saat penulis menjelaskan materi ada siswa yang keluar masuk kelas, siswa terlihat acuh dan tidak banyak bertanya dan kritis mengenai pelajaran yang pada saat itu diajarkan, baju dikeluarkan, tidak mengharagai guru, hanya aktif pada hal yang tidak berkaitan dengan materi. Ini membuat siswa dalam bersikap kurang baik di dalam sekolah maupun di kelas. Cara berbicara dan menaati aturan yang ada di dalam sekolah pun menjadi salah satu masalah yang masih harus dibenahi. Dalam hal ini beberapa siswa cenderung mengeluarakan kata kasar dengan sengaja dan tanpa sengaja sebab sudah menjadi kebiasaan sehari-hari, membully teman. Adapun hal lain yaitu tidak ingin bertanya walaupun tidak paham dengan materi tersebut dan hal ini terlihat dari siswa yang pada saat sesi tanya jawab hanya berdiam diri saja, tidak ada respon.

SMP Pasundan 4 Bandung merupakan sekolah Swasta yang terletak di jalan Kebonjati. SMP ini merupakan salah satu contoh sekolah yang sudah terakreditasi “A” namun masih ada beberapa fasilitas yang kurang di sekolah ini. Penulis di SMP ini memanfaatkan fasilitas seadanya di sekolah. Penulis juga mencoba mengaitkan apa saja yang dibutuhkan untuk menunjang proses pembelajaran. Media yang biasa digunakan siswa adalah buku teks pelajaran yang ada di perpustakaan. Buku teks pelajaran ini pun khususnya buku kurikulum KTSP yang didapat dari bantuan BOS.


(5)

Berdasarkan masalah yang dihadapi siswa kelas VII D SMP Pasundan 4 Bandung, penulis memfokuskan masalah dari segi Psikomotorik atau konatif, yakni perilaku (behavioral) yang terlihat melalui predisposisi suatu tindakan. Dalam hal ini dikaitkan dengan perubahan sikap melalui suatu tindakan. Artinya adanya tindakan penulis yang nantinya dikaitkan dengan keterampilan IPS. Keterampilan IPS di sini siswa mampu dan cekatan menganalisis apa yang diberikan oleh penulis atau mampu membuat atau mengolah apa yang telah ditugaskan oleh penulis. Hal ini bertujuan untuk mengubah sedikit demi sedikit pola sikap siswa khususnya di dalam kelas.

Siswa di sini diharapkan mampu memiliki sikap yang baik dengan memacu dalam pembentukan keterampilan IPS dengan pengarahan yang tepat. Samuel A. Cypert dalam buku 12 Rahasia Pembelajar Cemerlang (2007, hlm. 50)

Sikap mental positif merupakan upaya sadar untuk mengganti pikiran negatif yang dapat merusak diri sendiri dengan pikiran positif yang lebih menjanjikan kepuasaan batin. Melatih sikap mentl positif harus dilakukan terus-menerus dengan tekun dan telaten hingga membentuk kebiasaan dalam perilaku kita.

Merunut dari pernyataan yang telah dijelaskan bahwa untuk menilai skala sikap dan memacu pembentukan keterampilan ips, siswa diarahkan untuk mengetahui kemampuannya dengan cara menganalisis melalui gambar, cerita rekaan, peristiwa, tulisan. Hal ini pun diharapkan mampu membuat siswa mengalami perubahan sikap dari awal yang sulit diarahkan menjadi lebih terarah.

Melihat dari apa yang telah dipahami di atas apabila dikaitkan dengan sikap bahwa setiap siswa di sini memiliki caranya masing-masing untuk belajar dan bagaimana agar paham terhadap materi khususnya IPS. Di sinilah penulis mencoba mengaitkan bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran IPS yang awalnya memang keadaan kelas tidak kondusif dan ada beberapa hal yang menyimpang menjadi kearah yang positif dan tidak menyimpang. Hal ini pun dikaitkan dengan perubahan sikap melalui pembelajaran ketarmpilan melalui IPS yang kemudian dirumuskan dalam empat tingkat adaptasi sikap.

Sikap dan perilaku siswa bisa dipengaruhi oleh faktor ekonomi keluarga yang cenderung rendah. Berdasarkan hasil wawancara faktor tempat tinggal dan


(6)

keluarga menjadi salah satu perubahan sikap siswa menjadi kurang terarah. Adapun yang memengaruhinya yaitu lingkungan, sebab lingkungan menjadi salah satu faktor yang membuat seseorang akan berperilaku positif dan negatif. Di sini perlu adanya pembelajaran dan belajar satu sama lain antara penulis dan siswa. Belajar adalah aktvitas yang dapat menghasilkan perubahan dalam diri seseorang baik secara aktual maupun potensial.

Belajar IPS adalah suatu proses perubahan tingkah laku dalam pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diperoleh dalam jangka waktu yang lama dan dengan syarat bahwa perubahan yang terjadi bukan disebabkan oleh adanya kematangan atau perubahan sementara karena suatu hal. Pembelajaran IPS dapat dipandang dari dua sudut, pertama pembelajaran dipandang sebagai suatu sistem, pembelajaran terdiri dari sejumlah komponen yang terorganisir antara lain tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, strategi dan metode pembelajaran, media pembelajaran/alat peraga, pengorganisasian kelas, evaluasi pembelajaran, dan tindak lanjut pembelajaran (remedial pengayaan). Gagne dalam Komalasari (2010, hlm. 2) mengemukakan.

“Belajar merupakan suatu kegiatan dimana seseorang membuat atau menghasilkan suatu perubahan tingkah laku yang ada pada dirinya dalam pengetahuan, sikap dan keterampilan”

Pada dasarnya perubahan seseorang yang asalnya tidak tahu menjadi tahu merupakan hasil dari proses belajar. Tujuan dari pembelajaran IPS yaitu agar terjadi perubahan melalui belajar IPS dan siswa tidak hanya mengetahui pengetahuan tetapi mendapatkan keterampilan dan mengaplikasikan untuk hidup di masyarakat terutama dalam hal pemecahan masalah dan mampu merubah sikap menjadi lebih baik. Dalam hal ini juga pembelajaran IPS diharapkan mampu membuat penulis dan siswa menjadi berkembang dalam hal pemikiran dan menyadari bahwa IPS merupakan salah satu pembelajaran untuk menujang proses pendidikan yang tidak kalah menarik dengan mata pelajaran lain.

Pengembangan materi pembelajaran merupakan salah satu komponen penting dalam pembelajaran. Materi pembelajaran merupakan salah satu komponen sistem pembelajaran yang memegang peranan penting dalam membantu siswa mencapai kompotensi dasar dan standar kompotensi. Materi pembelajaran mengacu


(7)

pada kurikulum sekolah yang berlaku. Adapun materi yang kemudian ditunjang dengan adanya media pembelajaran. Media pembelajaran ini berfungsi sebagai pembawa informasi dari sumber (penulis) menuju penerima. Melihat dari apa yang telah siswa dan penulis lakukan dalam pembelajaran, dibutuhkan satu kerjasama yang baik walaupun kadang apa yang telah direncanakan tidak sesuai dengan apa yang akan terjadi nanti.

Siswa di sini diharapkan mampu memiliki sikap yang baik. Berdasarkan hasil penulisan tersebut, penulis menggunakan pembelajaran VCT atau yang lebih dikenal dengan Value Clarification Technique (selanjutnya disingkat menjadi VCT) dengan menggunakan pendekatan pembelajaran berbuat. Menurut Djahiri dalam Komalasari (2010, hlm. 99) metode VCT diharapkan mampu memahami sikap dalam pembentukan keterampilan siswa dalam pembelajaran IPS yang meliputi VCT Analisis Nilai, VCT Daftar, dan VCT Game yang ada dalam pendekatan pembelajaran berbuat. Hal ini pun yang nantinya akan dilakukan oleh penulis.

Adapun menurut Stiggins dalam Komalasari (2010, hlm. 149) mengemukakan empat jenis assesment dasar yaitu (1) Selected Response assesment, termasuk ke dalamnya pilihan ganda, benar salah, menjodohkan atau mencocokkan, dan isian singkat; (2) Essay Assessment, dalam assesssment ini siswa diberikan beberapa persoalan kompleks yang menuntut jawaban tertulis berupa paparan dari solusi terhadap persoalan tersebut; (3) Performance Assessment, merupakan pengukuran langsung terhadap prestasi yang ditunjukkan siswa dalam proses pembelajaran. Assessmennit ini terutama didasarkan pada kegiatan observasi dan evaluasi terhadap proses dimana suatu keterampilan, sikap dan produk ditunjukkan oleh siswa (4) Personal Communication Assessment, termasuk ke dalamnya adalah pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru selama pembelajaran, awancara, perbincangan, percakapan, dan diskusi yang menuntut munculnya keterampilan siswa dalam mengemukakan jawaban/gagasan.

VCT di sini diharapkan mampu mengubah sikap siswa dilihat dari keterampilan siswa dalam pembelajaran IPS menjadi lebih terarah dan tidak menyimpang. Adanya pemahaman dengan menggunakan ini dapat menyalurkan


(8)

bagaimana siswa merangkai dan menuangkan apa yang telah dipelajari dalam kegiatan sehari-hari baik di rumah, lingkungan luar rumah, sekolah dan kelas. Dari sinilah dapat diketahui sejauh mana siswa menguasai materi IPS dan apa yang siswa pelajari di dalam kelas. Ini juga dapat menjadi salah satu proses untuk mengetahui kemampuan siswa.

Adapun mendidik dalam hal ini ialah memimpin perkembangan anak dan bukan membentuk anak. Di sini mampu membuat anak aktif sendiri, memperkembangkan diri, tumbuh sendiri, tetapi dalam keaktifannya itu ia harus dibantu pemimpin (Purwanto, 2009. hlm. 15). Pemimpin dalam hal ini yaitu pendidik atau penulis yang ada di dalam kelas atau lingkungan sekolah. Artinya di sini tugas pendidik adalah mendidik bagaimana anak bisa menjadi seorang yang memiliki pribadi yang baik dengan adanya arahan dari pendidik di sekolah terutama di dalam kelas. Pendidikan disebut pimpinan karena dengan perkataan ini tersimpul arti.

Pendekatan pembelajaran berbuat (action learning approach). Yaitu melalui penekanan pada usaha memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan perbuatan-perbuatan moral, baik secara perseorangan maupun secara bersama-sama dalam suatu kelompok (Komalasari, 2010, hlm. 98). Hal ini menarik sebab berdasarkan apa yang ada di dalam kelas, diharapkan akan membuat siswa menjadi lebih aktif. Pada akhirnya penulis memberikan salah satu kesimpulan mengenai hasil dari diskusi agar siswa mengetahui hasil akhir dari diskusi yang telah dilakukan di dalam kelas. Strategi pembelajaran untuk SMP Pasundan 4 pada siswa kelas VII D seperti ini merupakan strategi yang dapat membuat aktivitas belajar siswa yang tidak kondusif menjadi lebih terarahh, membuat tingkat kedispilinan siswa meningkat, sikap menjadi lebih baik, mengembangkan kemampuan siswa untuk mengidentifikasi dan menganalisis nilai-nilai melalui pembelajaran di dalam kelas.

Pembelajaran IPS dengan penggunaan VCT memiliki keterhubungan. VCT mempunyai peranan sebagai teknik pembelajaran untuk mengembangkan, mengidentifikasi dan menganalisis serta mampu menilai dan memahami ini dengan baik memalui keterampilan yang dikaitkan dengan pembelajaran IPS. Hal ini pun


(9)

diharapkan apa yang telah dijelaskan di dalam kelas akan mengatasi penilaian sikap melalui pembelajaran IPS dengan VCT pada siswa kelas VII D SMP Pasundan 4. Berdasarkan hasil pengamatan terkait permasalahan dan rencana pemecahan untuk penyelesaiannya penulis tertarik menganalisis sikap di dalam kelas menggunakan VCT “Upaya mengubah sikap siswa melalui pembelajaran IPS menggunakan Value Clarification Technique (VCT).

Berbagai fenomena yang banyak terjadi di dalam remaja dalam bersikap terhadap orang tua, teman sebaya, dan yang dibawah umur tidak pantas untuk kita tiru. Karena adanya ketidakmampuan siswa dalam menghadapi dunia pergaulan anak baik itu di dalam keluarga, sekolah dan lingkungan tempat tinggalnya. Studi menunjukkan bahwa individu dengan kemampuan dalam bersikap santun memiliki kecenderungan yang lebih rendah terhadap teman sebanyanya dengan ejekan atau menyoraki temannya.

Untuk dapat bersikap santun dan dengan berperilaku yang sesuai dengan etika bersikap santun, tentunya harus dipenuhi dulu persyaratan bahwa kita telah dapat menguasai bahasa dan perilaku yang baik. mengingat bahwa perilaku sangatlah penting dalam berinteraksi. Agar terhindar dari perselisihan yang disebabkan oleh sikap tidak menghargai antar individu, mengingat Indonesia kaya akan keragaman suku bangsa. Jawa Barat khususnya kota Bandung sebagian besar suku Sunda, banyaknya suku lain yang merantau dan menetap di Jawa Barat, sehingga masyarakat harus saling menghargai dan menghormati perbedaan suku.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Sekolah merupakan salah satu sarana belajar. Sekolah juga dharapkan mampu membentuk sikap siswa menjadi lebih baik melalui didikan guru. Selain keluarga atau oarang tua yang ada di rumah, guru juga merupakan salah satu yang mampu membantu merubah sikap siswa ke arah lebih baik. Adapun masalah yang dihadapi siswa kelas VII D SMP Pasundan 4 Bandung, penulis memfokuskan masalah dari segi Psikomotorik atau konatif, yakni perilaku (behavioral) yang terlihat melalui predisposisi suatu tindakan. Dalam hal ini dikaitkan dengan perubahan sikap melalui suatu tindakan. Artinya adanya tindakan penulis yang nantinya dikaitkan dengan keterampilan IPS. Keterampilan IPS di sini siswa


(10)

mampu dan cekatan menganalisis apa yang diberikan oleh penulis atau mampu membuat atau mengolah apa yang telah ditugaskan oleh penulis. Hal ini bertujuan untuk mengubah sedikit demi sedikit pola sikap siswa khususnya di dalam kelas.

VCT dalam hal ini mampu membantu pembelajaran siswa di dalam kelas. Tujuan dari VCT yaitu mampu mengubah sikap siswa menjadi lebih baik dengan pengarahan keterampilan IPS. Pembelajaran IPS di sini, misalnya siswa mampu memahami, membuat dan mengidentifikasi materi yang ada dalam IPS. VCT lebih menekankan bagaiamana perubahan sikap siswa yang awalnya menyimpang atau kurang terarah menjadi lebih terarah. Adapun kelemahan VCT hanya mampu dilihat berdasarkan kebiasaan siswa di dalam kelas/ sekolah atau kebiasaan siswa di dalam kelas/ sekolah. Ini pun harus dilakukan setiap pertemuan/ setiap hari. Kelebihan VCT yaitu dapat diketahui lebih jelas kebiasaan baik dan buruk siswa di kelas, menanamkan karakter di dalam kelas serta mendidik siswa menjadi lebih baik dan mengarahkan sisw amenjadi bersipak baik.

C. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, untuk mengarahkan pembahasan, maka rumusan masalah dalam penulisan ini adalah: siswa kelas VII D seperti ini merupakan strategi yang dapat membuat aktivitas belajar siswa yang tidak kondusif menjadi lebih terarah, membuat sikap siswa menjadi lebih baik di dalam kelas dengan pengembangan keterampilan IPS, mengembangkan kemampuan siswa untuk menidentifikasi dan menganalisis nilai-nilai melalui pengamatan di dalam kelas.

1. Bagaimana merencanakan aktivitas belajar dalam menangani siswa yang tidak kondusif melalui VCT di dalam kelas VII D SMP Pasundan 4? 2. Bagaimana membentuk sikap siswa siswa kelas VII D SMP Pasundan 4

menjadi lebih terarah saat pembelajaran menggunakan VCT?

3. Bagaimana VCT mampu meningkatkan sikap siswa menjadi lebih baik dengan melalui pembelajaran IPS di dalam kelas VII D SMP Pasundan 4? D. TUJUAN PENULISAN


(11)

1. Mampu merencanakan aktivitas belajar dalam menangani siswa yang tidak kondusif melalui VCT di dalam siswa kelas VII D SMP Pasundan 4. 2. Mampu membentuk sikap siswa siswa kelas VII D SMP Pasundan 4

menjadi lebih terarah saat pembelajaran menggunakan VCT.

3. VCT mampu meningkatkan sikap siswa menjadi lebih baik dengan pembentukan keterampilan IPS di dalam kelas VII D SMP Pasundan 4.

E. Manfaat Penulisan

Pelaksanaan penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu: 1. Manfaat Teoritis

a. Untuk memperkaya keilmuan dan sebagai referensi bagi penulis selanjutnya.

b. Hasil penulisan dapat digunakan sebagai salah satu sumber belajar penulis untuk memahami upaya mengubah sikap siswa melalui pembelajaran ips menggunakan value clarification technique (vct) yang sesuai untuk diterapkan di dalam kelas.

2. Manfaat Praktis

Dengan diadakannya penulisan ini, diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai berikut:

a. Bagi penulis

Mendapatkan pengalaman langsung dalam pelaksanaan pembelajaran IPS sekaligus sebagai pembelajaran yang dapat dilaksanakan dan dikembangkan. Selain itu, memberikan bekal sebagai calon penulis agar siap melaksanakan tugas sesuai kebutuhan dan perkembangan zaman. Mampu menilai sikap melalui VCT.

a. Untuk sekolah

Untuk bahan masukan terhadap kualitas pembelajaran IPS di sekolah, agar mampu berpartisipasi memperbaiki pendidikan Nasional.

b. Untuk penulis

Untuk bahan masukan bagi penulis dalam upaya mengubah sikap siswa melalui pembelajaran ips menggunakan value clarification technique (vct).


(12)

c. Untuk Siswa

Mengembangkan kreatifitas, kualitas pribadi, kelompok dan memperbaiki sikap sebagai upaya mengubah sikap siswa melalui pembelajaran ips menggunakan value clarification technique (vct). d. Untuk penulis

Dengan diadakannya penulisan ini, diharapkan menjadi pembelajaran tersendiri dan dapat dijadikan bekal dalam menghadapi siswa dalam upaya mengubah sikap siswa melalui pembelajaran ips menggunakan value clarification technique (vct).

F. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan skripsi yang berjudul “UPAYA MENGUBAH SIKAP SISWA MELALUI PEMBELAJARAN IPS MENGGUNAKAN METODE VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE (VCT)” tersusun sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan, dalam bab ini dikemukan mengenai latar belakang masalah yang akan diteliti, berupaya mendekati masalah-masalah yang melatarbelakanginya dengan mengungkapkan kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Selanjutnya, dikemukakan rumusan masalah yang merupakan persoalan-persoalan penting yang memerlukan pemecahan. Dilanjutkan dengan tujuan dan manfaat penulisan yang memuat tentang maksud-maksud dari pemilihan masalah tersebut. Terakhir dalam bab ini dituliskan mengenai organisme penulisan skripsi.

Bab II Tinjuan Kepustakaan, bab ini berisi pemaparan terhadap beberapa sumber kepustakaan yang dijadikan sebagai rujukan bagi penulis dalam mengkaji permasalahan yang diangkat yaitu mengenai “Perubahan Sikap Melalui VCT dengan Pembentukan Keterampilan IPS”. Fokus kajian di bab ini meliputi perencanaan aktivitas belajar dalam menangani perubahan sikap siswa menjadi lebih terarah melalui VCT, pembentukan sikap siswa menjadi lebih terarah dengan VCT melalui pendekatan berbuat dan peningkatan sikap menjadi lebih baik dengan pembentukan keterampilan IPS.

Bab III Metodologi Penulisan, bab ini berisi pemaparan mengenai metode dalam melaksanakan penulisan ini. Fokus kajian di bab ini meliputi lokasi dan


(13)

subjek penulisan, instrumen, teknik pengumpulan data, prosedur dan tahap-tahap dalam melakukan penelitan ini.

Bab IV Hasil Penulisan dan Pembahasan, bab ini berisi pemaparan mengenai pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan dan pembahasan temuan yang didapatkan pada pelaksanaan penulisan dilapangan.

Bab V Kesimpulan dan Saran, bab ini berisi pemaparaan mengenai penafsiran dan pemaknaan terhadap hasil temuan yang akan menjawab rumusan masalah yang telah dibuat, selain itu dalam bab ini di paparkan rekomendasi yang ditujukan untuk para pembuat kebijakan dan kepada penulis berikutnya.


(14)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi tempat penelitian adalah SMP Pasundan 4Bandung. SMP Pasundan 4 merupkan salah satu sekolah yang awalnya sudah menggunakan kurikulum 2013 dan sekarang berganti ke KTSP karena adanya atauran baru yang dibuat oleh Mentri RI yang saat sedang menjabat. SMP PASUNDAN 4Bandung terletak di Jalan Kebonjati No. 31 Bandung. Peneliti pamong peneliti adalah peneliti mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di kelas VII D, yaitu Ibu Hj. R. Sutini Kartika, A. Md. Pd. Adapun yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas VII D yang berjumlah 20 siswa perempuan dan 19 siswa laki-laki. Alasan peneliti memilih kelas VII D menjadi subjek penelitian karena kelas VII D ada sikap yang harus diarahkan agar lebih baik dan terarah serta mendukung untuk memperbaiki sikap siswa di kelas dalam pembelajaran IPS melalui metode VCT.

Subjek penelitian ini adalah peneliti IPS dan siswa-siswi kelas VII D SMP Pasundan 4Bandung semester genap tahun ajaran 2014-2015 yang meliputi 40 orang siswa. Dengan jumlah siswa perempuan 20 orang dan siswa laki-laki berjumlah 19 orang. Berdasarkan hasil observasi awal peneliti, dan juga hasil berdiskusi dengan peneliti mitra, didapatkan gambaran bahwa secara keseluruhan karakteristik dan hasil observasi pada beberapa pertemuan, dapat disimpulkan bahwa kelas VII D Di sini peneliti mengamati keadaan siswa siswa kelas VII D. Keadaan siswa kelas VII D yaitu ribut di dalam kelas dan sulit diatur, banyak sampah di dalam kelas, di kelas gaduh, kurangnya kepedulian siswa terhadap pembelajaran IPS, pada saat peneliti menjelaskan materi ada siswa yang keluar masuk kelas, siswa terlihat acuh dan tidak banyak bertanya dan kritis mengenai pelajaran yang pada saat itu diajarkan, hanya aktif pada hal yang tidak berkaitan dengan materi. Ini membuat siswa dalam bersikap kurang baik di dalam sekolah maupun di kelas. Cara berbicara dan menaati aturan yang ada di dalam sekolah pun menjadi salah satu masalah yang masih harus dibenahi. Dalam hal ini beberapa siswa cenderung mengeluarakan kata kasar dengan sengaja dan tanpa sengaja sebab


(15)

sudah menjadi kebiasaan sehari-hari, membully teman. Adapun hal lain yaitu tidak ingin bertanya walaupun tidak paham dengan materi tersebut dan hal ini terlihat dari siswa yang pada saat sesi tanya jawab hanya berdiam diri saja, tidak ada respon. B. Desain Penelitian

Metode Penelitian Tindakan Kelas atau yang lebih dikenal dengan PTK merupakan ragam kegiatan penelitian tindakan yang tergolong dalam penelitian kualitatif. Peneliti memilih metode penelitian tindakan kelas karena peneliti beranggapan bahwa perlu adanya perbaikan tindakan pada permasalahan penelitian ini. Yaitu memperbaiki praktek-praktek pembelajaran yang dinilai kurang sesuai dengan kebutuhan siswa dan tujuan pendidikan nasional. Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari tiga tahap pada setiap siklus. Satu siklus terdiri dari tiga tindakan. Apabila dalam tindakan kelas ini ditemukan kekurangan dan tidak terciptanya target yang telah ditentukan, maka tidak akan tercapainya suatu perubahan dalam suatu pembelajaran di dalam kelas. Hal ini yang kemudian membuat adnaya perbaikan ke arah yang lebih bak dari setiap siklus pada perencanaan dan pelaksanaan siklus berikutnya.

Model visualisasi bagan yang disusun oleh Kemmis dan Mc Taggart melalui beberapa siklus tindakan dan terdiri dari empat komponen yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Keempat komponen yang berupa untaian tersebut dipandang sebagai satu siklus. Oleh karena itu, pengertian siklus pada kesempatan ini adalah suatu putaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan, tindakan/pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Gambar model tindakan Kemmis dan McTaggart dijelaskan pada gambar 3.1


(16)

Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari tiga tahap pada satu siklus, apabila dalam tindakan kelas ini ditemukan kekurangan dan tidak terciptanya target yang telah ditentukan, maka ini ditemukan dan tidak tercapainya target yang telah ditentukan, maka diadakan perbaikan pada perencanaan dan pelaksanaan siklus berikutnya. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model spiral Kemmis dan Mc Taggart dengan melalui beberapa siklus tindakan dan terdiri dari empat komponen yaitu :

a. Rencana yaitu rencana tindakan apa yang akan dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau perubahan perilaku dan sikap sebagai solusi. Pada tahap perencanaan dilakukan dengan menyusun perencanaan tindakan berdasarkan identifikasi masalah pada obeservasi awal sebelum penelitian dilaksanakan. Rencana tindakan ini mencakup semua langkah tindakan secara rinci pada tahap ini segala keperluan pelaksanaan peneliti tindakan kelas dipersiapkan mulai dari bahan ajar, rencana pembelajaran, metode dan strategi pembelajaran, pendekatan yang akan digunakan, subjek penelitian serta teknik dan instrumen observasi disesuaikan dengan rencana. b. Tindakan yaitu apa yang dilakukan oleh peneliti atau peneliti sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang diinginkan. Pelaksanaan tindakan disesuaikan dengan rencana yang telah dibuat sebelumya. Pelaksanaan tindakan merupakan proses kegiatan pembelajaran kelas sebagai realisasi dari teori dan strategi belajar mengajar yang telah disiapkan serta mengacu pada kurikulum yang berlaku, dan hasil yang diperoleh diharapkan dapat meningkatkan kerjasama peneliti dengan subjek penelitian sehingga dapat memberikan refleksi dan evaluasi terhadap apa yang terjadi di kelas.

c. Observasi yaitu mengamati atas hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa. Tahap observasi merupakan kegiatan pengamatan langsung terhadap pelaksanaan tindakan yang dilakukan dalam PTK. Tujuan pokok observasi adalah untuk mengetahui ada-tidaknya perubahan yang terjadi dengan adanya pelaksanaan tindakan yang sedang berlangsung.


(17)

d. Refleksi yaitu peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas hasil atau dampak dari tindakan dari berbagai kriteria. Berdasarhan hasil refleksi ini, peneliti bersama-sama peneliti dapat melakukan revisi perbaikan terhadap rencana awal. Melalui refleksi, peneliti akan dapat menetapkan apa yang telah dicapai, serta apa yang belum dicapai, serta apa yang perlu diperbaiki lagi dalam pembelajaran berikutnya. Oleh karena itu hasil dari tindakan perlu dikaji, dilihat dan direnungkan, baik itu dari segi proses pembelajaran antara peneliti dan siswa, metode, alat peraga maupun evaluasi.

C. Metode Penelitian

Penelitian ini berusaha untuk menggali nilai-nilai Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang dimiliki siswa khususnya dengan metode VCT bagaimana penerapan metode tersebut di terapkan pada mata pelajaran IPS di kelas. Penelitian ini merupakan usaha untuk menerapkan pembelajaran yang berorientasi pada sikap siswa dengan melatih siswa dalam setiap pembelajaran di dalam kelas agar terciptanya perubahan sikap melalui keterampilan ips di dalam kelas. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan penelitian untuk mengubah sikap siswa secara bertahap dengan metode mengajar, pemberian tugas kepada siswa, penilaian, dan lain sebagainya. PTK merupakan pengalaman selama melakukan tindakan yang kemudian lama kelamaan mengalami perubahan dalam diri mereka yang menjdai suatu kebiasaan untuk mengevaluasi diri (self evaluation). (Arikunto, Suharsimi. 2013, hlm. 132-133).

Penerapan metode VCT dengan keterampilan IPS merupakan penelitian tindakan yang pelaksanaannya melalui observasi langsung terhadap praktik pembelajaran. Dengan menggunakan metode ini diharapkan mampu membuat perubahan sikap siswa selama pembelajaran di kelas dari yang awalnya tidak baik menjadi lebih terarah. Penelitian kualitatif ini mengenai hal yang timbul dari masalah yang ada di dalam kelas dan dikaitkan dengan cara siswa mampu mengidentifikasi hasil karya atau sumber yang diberikan oleh peneliti yang mampu mengasah kemampuan siswa dalam keterampilan IPS.


(18)

Menurut Kemmis dalam Arikunto (2012, hlm. 12) menjelaskan bahwa penelitian tindakan kelas adalah sebuah bentuk inkuiri refleksi yang dilakukan secara kemitraan mengenai situasi sosial tertentu (termasuk pendidikan) untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari kegiatan praktek sosial, pemahaman mengenai kegiatan praktek pendidikan dan situasi yang memungkinkan terlaksanakannya kegiatan praktek ini.

Hopkins (1993) dalam Sin (2011, hlm. 66), menyatakan bahwa instrumen dalam penelitian tindakan kelas adalah peneliti sendiri sebagai ”sole

instrument” sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara-cara

seperti observasi, wawancara dan dokumentasi yang terfokus pada konsep-konsep pengembangan sikap siswa menjadi ke arah yang lebih baik. Adapun alat yang digunakan untuk mengumpulkan dan melengkapi data agar lebih valid antara lain dengan menggunakan angket, catatan lapangan (field notes) dalam hal ini catatan harian yang dilakuakn oleh peneliti setip hari. Dokumen-dokumen seperti Satuan Pelajaran dan Rencana Pelajaran, alat perekam dan alat pemotretan atau dokumentasi atau catatan lapangan.

Langkah-langkah dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas dalam penelitian ini, sebagai berikut :

1) Identifikasi Masalah

Ide peneliti untuk mengidentifikasi masalah yang terdapat dikelas yaitu adanya perubahan sikap melalui VCT yang dikaitkan dengan Keterampilan siswa di dalam kelas, baik itu membuat, menganalisis maupun mengidentifikasi dan mengerjakan tugas soal dari epenliti. Hal ini menjadi suatu tindakan pemecahan masalah yang ada di kelas VII D SMP Pasundan 4 Bandung. Permasalahan yang ada di dalam kelas VII D yaitu siswa ribut di dalam kelas dan sulit diatur, banyak sampah di dalam kelas, di kelas gaduh, kurangnya kepedulian siswa terhadap pembelajaran IPS, pada saat peneliti menjelaskan materi ada siswa yang keluar masuk kelas, siswa terlihat acuh dan tidak banyak bertanya dan kritis mengenai pelajaran yang pada saat itu diajarkan, baju dikeluarkan, tidak mengharagai guru, hanya aktif pada hal yang tidak berkaitan dengan materi.


(19)

Ini membuat siswa dalam bersikap kurang baik di dalam sekolah maupun di kelas. Cara berbicara dan menaati aturan yang ada di dalam sekolah pun menjadi salah satu masalah yang masih harus dibenahi. Dalam hal ini beberapa siswa cenderung mengeluarakan kata kasar dengan sengaja dan tanpa sengaja sebab sudah menjadi kebiasaan sehari-hari, membully teman. Adapun hal lain yaitu tidak ingin bertanya walaupun tidak paham dengan materi tersebut dan hal ini terlihat dari siswa yang pada saat sesi tanya jawab hanya berdiam diri saja, tidak ada respon..

Penelitian awal yaitu melihat permasalahan di dalam kelas agar dapat melaksanakan penelitian dan menentukan cara pembelajaran serta memperbaiki permasalahan yang ada pada siswa. Penelitian ini memfokuskan peneliti yaitu perubahan sikap melalui VCTdengan pembentukan keterampilan IPS. Karena dengan menggunakan VCT akan diketahui perubahan siswa setiap hari khuusnya pada saat pembelajaran IPS di dalam kelas. Hal ini pun yang akan memantau sikap siswa yang secara bertahap akan berubah menjadi lebih baik.

2) Perencana (plan)

Rencana merupakan serangkaian tindakan untuk memperbaiki serta meningkatkan apa yang terjadi. Pada tahap perencanaan, peneliti bekerjasama dengan mitra peneliti untuk menyusun rencana kegiatan dan tindakan yang akan dilaksanakan, guna mendapatkan hasil yang baik berdasarkan analisis masalah yang diperoleh saat melakukan pra observasi. Rencana tindakan dalam PTK, harus berorientasi ke depan dan bersifat fleksibel. Tahap ini merupakan tahap awal dalam pelaksanaan PTK yang dilakukan oleh peneliti. Adapun rencana yang disusun dalam penelitian adalah sebagai berikut:

a. Memastikan kelas yang akan menjadi tempat penelitian;

b. Meminta kesediaan guru untuk dijadikan sebagai pengawas pelaksanaan dalam menilai sikap siswa kela VII D baik di dalam kelas maupun di luar kelas atau lingkungan sekolah, sebab guru mitra serta wali kelas lebih tahu bagaimana sikap siswa tersebut

c. Melakukan pengamatan kembali saat pra penelitian terhadap kelas yang akan digunakan;


(20)

d. Menyusun waktu yang tepat untuk melakukan penelitian;

e. Menyusun silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Dalam hal ini materi apapun bisa masuk ke dalam penelitian sebab peneliti memfokuskan kepada perubahan sikap siswa kela VII D secara bertahap; f. Menyusun instrumen yang akan digunakan dalam penelitian dalam metode VCT yang difokuskan pada pendekatan pembelajaran berbuat, sehingga dapat diketahui perubahan sikap siswa secara bertahap;

g. Merencanakan diskusi balikan yang akan dilakukan guru dengan peneliti; h. Melakukan wawancara dengan bk dan wali kelas.

i. Membuat rencana untuk melakukan perbaikan, sebagai tindak lanjut dari diskusi balikan yang telah dilakukan;

j. Merencanakan untuk mengolah data dari hasil penelitian. 3) Pelaksanaan Tindakan (act)

Pada tahap ini peneliti melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya. Pelaksanaan tindakan dalam melakukan suatu penelitian dimaksudkan untuk memperbaiki proses pembelajaran. Pelaksanaan tindakan yang hendak dilakukan oleh peneliti dijabarkan sebagai berikut:

a. Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang telah dipersiapkan pada tahap perencanaan dengan langkah-langkahnya berdasarkan pada silabus serta RPP;

b. Menerapkan metode VCT yang dikaitkan dengan keterampilan IPS sebagai sarana mengidentifikasi pola perubahan sikap pada siswa; c. Mengadakan identifikasi sikap anak di dalam kelas;

d. Menggunakan instrumen penelitian yang telah dibuat sebagai alat observasi, untuk melihat, merekam atau mencatat segala aktivitas siswa saat berlangsungnya proses pembelajaran;

e. Melakukan diskusi balikan dengan guru;

f. Melakukan revisi tindakan sebagai tindak lanjut dari hasil diskusi balikan; g. Melakukan pengolahan data penelitian


(21)

Tahap yang ketiga adalah observasi, pada tahap ini observer mengamati aktivitas peneliti serta siswa, saat berlangsungnya proses pembelajaran. Selain itu, observasi mempunyai fungsi mendokumentasi (mencatat dan merekam) proses, hasil, pengaruh dan masalah baru yang muncul selama pembelajaran IPS di dalam kelas VII D SMP PASUNDAN 4Bandung. Tahap pengamatan juga berfungsi sebagai implikasi tindakan yang diberikan kepada siswa, sehingga hasil observasi merupakan dasar refleksi bagi tindakan yang telah dilakukan kemudian dijadikan bahan analisis, untuk menyusun rencana tindakan selanjutnya. Tahapan observasi dalam penelitian ini dijabarkan sebagai berikut:

a. Melakukan pengamatan saat berlangsungnya proses pembelajaran; b. Melakukan pengamatan dan identifikasi siswa di dalam kelas;

c. Melakukan pengamatan terhadap siswa pada saat proses pembelajaran yang bisa juga dilakukan melalui pengamatan secara bertahap melalui pembelajaran di dalam kelas, teman sebangku dan sekelas.

5) Refleksi (reflect)

Tahap refleksi berusaha untuk melakukan suatu pengkajian kembali akan suatu tindakan yang telah dilakukan, terhadap subjek penelitian dan telah dicatat berdasarkan pengamatan. Tahapan ini merupakan tahap terakhir, dimana peneliti dan mitranya melakukan evaluasi serta diskusi balikan. Tujuannya yaitu, untuk melihat hasil dari pelaksanaan tindakan dan mengetahui kekurangan dan kelebihan proses pembelajaran. Selanjutnya, mengoreksi rencana pembelajaran menuju arah yang lebih baik. Setelah itu merefleksikan diskusi balikan untuk perbaikan pelaksanaan siklus selanjutnya. Refleksi penelitian yang dilakukan meliputi kegiatan:

a. Melakukan diskusi dengan mitra peneliti dan siswa setelah dilakukan tindakan;

b. Melakukan diskusi dengan bk dengan wali kelas.

c. Menyimpulkan hasil diskusi, apakah penelitian dapat dihentikan atau dilanjutkan kesiklus selanjutnya.

D. Fokus Penelitian 1. VCT


(22)

Pendekatan VCT ini dapat memperbaiki orang-orang yang memiliki penyakit nilai didasarkan pada perilaku seseorang didasarkan pada nilai masing-masing, sementara orang yang bingung dengan nilainya sendiri akan berperilaku tidak konsisten, kadang-kadang dia sangat penrut pada suatu waktu sangat penolak tanpa alasan yang jelas. Agar orang tersebut menjadi seorang yang konsisten dia harus dibimbing agar menrima dirinya sendiri secara sadar dan terinternalisasi yang dilakukan tanpa paksaan, sebab menanamkan nilai secara paksa pada seseorang, akan menghasilkan efek-efek negtaif jangka panjang

2. Pembelajaran Sikap

Menurut Komalasari (2010, hlm. 156-157) Sikap dapat dibentuk, sehingga terjadi perilaku atau tindakan yang diinginkan. Sikap terdiri dari tiga komponen, yakni: afektif, kognitif, dan konatif. Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau penilaiannya terhadap suatu objek. Komponen kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan seseorang mengenai objek. Adapun komponen konatif adalah kecenderungan untuk berperilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan kehadiran objek atau sikap. Penilaian sikap merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati perasaan atau penilaian siswa, kepercayaan atau keyakinan siswa, dan kecenderungan untuk berperilaku siswa berkaitan dengan suatu objek.

3. Keterampilan IPS

Keterampilan adalah proses mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyaji, menalar dan mencipta hal-hal penting yang ada di dalam kelas. Hal ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kondisi kelas dan seperti apa masalah yang ada di dalam kelas. Ini pun dapat diamati setiap hari pada saat pembelajaran di dalam kelasberlangsung. Keterampilan juga dimaksudkan agar seseorang mampu memiliki kemampuan dalam berpikir dan bertindak sehingga mampu mengerjakan dengan baik tugas yang diberikan. Ruang lingkup kajian IPS sangat luas. IPS merupakan integrasi dari berbagai disiplin ilmu. IPS tidak mengkaji setiap bidang ilmu secara terpisah, melainkan lebih menekankan kepada pembahasan yang lebih luas. Seperti halnya dalam permasalahan lingkungan, IPS tidak membahasnya sebagai permasalahan dari sisi sosial saja akan tetapi membahasnya dari persepektif teknologi, humaniora maupun ilmu alam.


(23)

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data yang berada di lapangan. Dalam penelitian ini data yang dibutuhkan yaitu :

a. Format Observasi.

Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengamati langsung mengenai permasalahan yang diamati dan mencatatkan apa yang terjadi dilapangan. Peneliti membuat lembar observasi terfokus dengan format check list yang digunakan untuk memberikan pengamatan serta penilaian terhadap aktivitas pembelajaran yang dilakukan siswa dan guru serta segala kondisi kegiatan belajar mengajar.

b. Lembar Observasi Aktifitas Siswa

Lembar observasi ini merupakan perangkat yang digunakan untuk mengumpulkan data mengenai aktivitas siswa selama proses pelaksanaan tindakan penelitian. Lembar observasi ini bertujuan untuk melihat dan mengamati kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS yang mencakup ; tahap orientasi, tahap kegiatan inti dan tahap kegiatan akhir

c. Lembar Observasi Aktivitas Guru

Lembar observasi ini merupakan perangkat yang digunakan untuk mengumpulkan data mengenai aktivitas guru selama pelaksanaan tindakan berlangsung diantaranya mencakup ; Tahap orientasi yang terdiri kemampuan guru dalam menyampaikan tujuan pembelajaran dan lain-lain. Tahap kegiatan inti terdiri kemampuan guru dalam menarik minat siswa untuk belajar, adanya pembentukan perubahan sikap dan lain-lain. Tahap kegiatan akhir yang terdiri dari guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, memberikan tindak lanjut terhadap kegiatan pembelajaran dan menyimpulkan hasil pembelajaran bersama-sama dengan siswa.

d. Format Catatan lapangan

Catatan lapangan dalam suatu penelitian dilakukan pada saat penelitian dilakukan pada saat peneliti berada pada tahap pengumpulan data. Catatan lapangan dibutuhkan oleh peneliti untuk mengetahui hal-hal yang diamati dalam


(24)

kegiatan penelitian yang telah dicatat pada saat melakukan penelitian. Format catatan lapangan meliputi pengisian waktu, deskripsian kegiatan pembelajaran, dan refleksi analisis dari hasil deskripsi kegiatan pembelajaran. Menurut Sanjaya (2011, hlm. 98) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat catatan lapangan yaitu:

a) Catatan ditulis dengan segala kegiatan yang berlangsung.

b) Hal-hal yang ditulis adalah yang yang bersangkutan secara langsung dengan fokus masalah.

c) Ditulis dengan kata-katasingkat dan padat sesuai dengan fokus dan sasran peneliti.

d. Format Lembar Penilaian

Lembar penilaian digunakan untuk menilai perubahan sikap yang terjadi di dala kelas, keterampilan sisiwa dalam menganalisis, mengidentifikasi atau membuat serta mengolah tugas yang diberikan. Di sini juga siswa mampu memahami pelajaran serta tidak ada lagi siswa yang berperilaku menyimpamg. Perilaku menyimpang atau negatif dalam hal ini, siswa tidak bolos, tidak berdiskusi dengan teman diluar konteks materi IPS, tidak keluar masuk kelas pada saat guru menjelaskan materi, tidak berkata kasar, menghargai guru dan lain sebagainya. Peneliti membuat lembar penilaian sesuai dengan Rubik Penilaian yang telah dibuat.

a) Lembar Penilaian Perubahan Sikap melalui VCT dengan pengembangan keterampilan IPS

Lembar penilaian kemampuan perubahan sikap siswa melalui VCT ini merupakan perangkat yang digunakan untuk mengumpulkan data mengenai seberapa besar dan cepat tahapan perubahan sikap siswa di dalam kelas selama proses penelitian tindakan kelas dilakukan.

e. Format Rubrik Penilaian

Rubik berisikan tentang aspek-aspek yang akan menjadi penilaian siswa untuk mengukur pencapaian tujuan penelitian terhadap seluruh siswa yang dilakukan secara individu khususnya terhadap pola perubahan sikap siswa secara bertahap. Rubrik ini digunakan sebagai patokan kriteria penilaian pada lembar


(25)

penilaian terhadap tingkat tercapainya perubahan sikap sisiwa setiap kali pembelajaran di kelas dan aspek kegiatan pembelajaran lainya.

F. Teknik Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti, dengan cara :

a. Observasi

Observasi adalah metode pengumpulan data penelitian dengan melalui pengamatan terhadap objek yang diteliti. Metode observasi akan lebih baik bila digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data penelitian yang berupa perilaku, kegiatan, atau perbuatan yang sedang dilakukan oleh subjek penelitian. (Dimyati, 2013, hlm. 96)

b. Wawancara

Wawancara menurut Basrowi & Suwandi (2008, hlm.127) dapat didefinisikan sebagai “percakapan dengan maksud tertentu, percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewe) menjawab pertanyaan tersebut”. Wawancara ini dimaksudkan untuk mengetahui alasan-alasan yang lebih mendalam bagi siswa atau peneliti yang telah mengisi angket dengan bertanya kembali setiap pertanyaan yang tertera dalam angket berikut penjelasan rinci dari partisipan.

c. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi adalah teknik untuk mempelajari dan menganalisis bahan-bahan tertulis di dalam kelas sekolah seperti silabus, program tahunan, program bulanan, program mingguan, RPP, catatan harian peneliti yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar dan cepeat perkembangan dan perubahan siskap yang terjadi pada diri siswa. Pengamatan yang bersifat langsung dilakukan oleh peneliti juga mampu membuat peneliti lebih paham dan mampu mengidentifikasi dan menganalisis serta medapatkan hasil dari apa yang nantinya akan didapatkan dan diarahkan oleh peneliti di dalam pengamatan dan alat untuk membuat sikap siswa menjadi lebih baik. Peneliti mempelajari dan menganalisis bahan-bahan pengajaran yang telah dibuat sebelumnya seperti silabus apakah sudah relevan atau belum, menganalisis RPP apakah terdapat kekurangan atau tidak dan sebagainya.


(26)

d. Foto

Foto merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengabadikan setiap peristiwa penting dengan memotret kejadian yang ada danan sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran atau belum.

G. Analisis Data

Data penelitian yang akan dianalisis secara kualitatif. Data didapat oleh peneliti secara langsung dari lapangan berupa data mentah. Setelah mendapatkan data mentah dari hasil penerapan tindakan yang dilakukan di dalam kelas. Hasil data mentah itu perlu diolah agar dapat menggambarkan kejadian sebenarnya yang terjadi. Berikut teknik analisis data dan yang dilakukan oleh peneliti adalah data kualitatif. Analisis data yaitu:

1. Mendeskripsikan Data

Pendeskripsian data dilakukan supaya data yang telah diperoleh dapat kita seleksi menjadi bermakna.

2. Catatan Pinggir dan Catatan Reflektif

Dari catatan lapangan dibuat secara harian yang dilakukan sesaat setelah catatan lapangan dibuat, hal ini bertujuan agar penulis dapat menganalisis kejadian selama proses pembelajaram.

3. Membuat Kesimpulan Berdasarkan Deskripsi Data

Dalam proses penelitian, menganalisis dan menginterpretasikan temuan-temuan penelitian atau hasil dengan merujuk atau menghubungkannya dengan teori dan norma-norma lainnya yang telah diterima secara umum. H. Validitas Data

Validasi data yang digunakan sesuai dengan model yang dikembangkan, dengan cara Member Check, Saturasi, Audit Trail, Ekspert Opinion (Hopskins dalam Wiriaatmadja) Mengenai validitas data, penulis menggunakan validasi yang berlaku dalam penelitian ini. Data yang telah dikategorikan kemudian divalidasi sesuai dengan model yang dikembangkan,

dengan “cara Member check, Saturasi, Audit trail, Ekspert Opinion” Hopskins

dalam Wiriaatmadja (2005, hlm. 168-171). Adapun kegiatannya sebagai berikut:


(27)

1. Trianggulasi

Dalam proses ini, peneliti mengecek kebenaran data atau informasi yang diperoleh dari sumber data, yaitu peneliti utama, guru, siswa, BK dan Wali Kelas dengan menggunakan metode pengumpulan data yang telah dipilih dan disepakati bersama. Dari peneliti utama, data atau informasi tentang pelaksanaan tindakan diperoleh melalui lembar observasi tentang aktifitas guru dalam bentuk catatan. Guru berperan memberikan data dan informasi tentang pelaksanaan tindakan dilakukan dengan melakukan refleksi-kolaboratif pada saat diskusi balikan di setiap akhir siklus tindakan.

BK berperan sebagai pengamat yang lebih menegtahui secara jelas bagaimana kebiasaan anak melalui daftar catatan BK dan yang lebih fokus dalam menangani siswa yang bermasalah dan tidak, serta mengetahui proses dan mengapa siswa melakukan masalah atau penyimpangan tersebut. Siswa berperan dalam memberikan informasi mengenai keadaan kelas dan teman analisis mengenai teman sebangku dan memberikan data atau informasi tentang pelaksanaan tindakan dilakukan dengan melalui wawancara terhadap beberapa orang siswa yang dapat dianggap memberikan informasi yang tepat setelah berakhirnya keseluruhan tindakan.

2. Member check

Dalam proses ini peneliti meninjau kembali kebenaran dan kesahihan data penelitian dengan mengkonfirmasikannya pada sumber data.

3. Audit trail,

Dalam proses ini adanya audit data yang diperoleh dari catatan harian oleh peneliti, catatan lapangan, lembar observasi seorang auditor yang netral yaitu Ditha Arsita.

4. Expert opinion, maksudnya mengkonsultasikan hasil temuan peneliti dilapangan kepada para ahli seperti halnya pembimbing.


(28)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi mengenai kesimpulan dan rekomendasi dari penelitian yang telah dilakukan. Rekomendasi bertujuan sebagai bahan kajian baik untuk pihak sekolah, guru, siswa, penulis, serta peneliti selanjutnya yang mengkaji masalah serupa. Adapun kesimpulan dan rekomendasinya adalah sebagai berikut:

A. Kesimpulan

Upaya Mengubah Sikap Siswa Melalui Pembelajaran IPS Menggunakan Metode Value Clarification Technique (VCT) pada siswa kelas VII D SMP SMP Pasundan 4 Bandung dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Merencanakan penyusunan metode VCT untuk membentuk perubahan

sikap siswa ke arah yang positif dengan penggunaan keterampilan IPS yang diterapkan di dalam kelas. Untuk melihat perubahan siswa di dalam kelas dalam pembelajaran IPS maka terdapat beberapa tahapan yaitu: a. Memperhatikan lingkungan kelas dan sikap siswa di dalam kelas. b. Menyusun dan mengkaji silabus pembelajaran IPS serta SK/KD yang

dimuat di dalamnya.

c. Setelah melakukan kajian terhadap silabus dan SK/KD penulis melihat keadaan dan iklim kelas agar diketahui materi, metode dan media apa yang cocok untuk dikaji dan dikembangkan dalam pembelajaran. d. Menentukan SK/KD yang akan dikembangkan agar mengetahui

tindakan kedepannya. Setelah menentukan SK/KD penulis membuat RPP agar pembelajaran dapat terlaksana dengan baik dan terstruktur sesuai harapan penulis.

e. Menentukan tema menarik dalam RPP serta mempersiapkan keperluan yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran.

f. Mengaitkan materi dengan metode VCT yang akan berdampak positif terhadap siswa di dalam kelas pada setiap tahapannya.


(29)

g. Menonjolkan konsep pembelajaran sikap melalui metode VCT dengan mengaitkan pada pembelajaran IPS agar sisiwa mampu memahami materi, mengubah sikap secara bertahap dengan baik.

h. Memperhatikan sikap siswa pada saat pembelajaran secara personal, agar mampu mengetahui masalah dan solusi.

2. Melaksanakan Metode VCT untuk membantu merubah sikap siswa di dalam kelas yang dilakukan dengan:

a. Pengamatan kebiasaan siswa dalam pembelajaran di dalam kelas. b. Mengetahui kemampuan siswa dalam pembelajaran IPS.

c. Mengetahui kemampuan sisiwa dalam interaksi di dalam kelas.

d. Mengetahui apakah siswa mampu dalam menngani masalah yang ada di dalam kelompok baik individu mapun kelompok.

e. Mengetahui siswa mampu membedakan hal positi dan negatif yang sebenarnya tidak baik dilakukan di dalam kelas.

f. Mengetahui perubahan sikap siswa pada saat pembelajaran IPS di dalam kelas.

g. Mengetahui proses belajar siswa di dalam kelas (dalam keadaan baik atau tidak).

3. Mencari kendala serta pemecahan masalah yang terjadi pada saat pembelajaran melalui Metode VCT dengan pembentukan Keterampilan IPS untuk mengembangkan pemahaman konsep pembelajaran IPS. Kendala-kendala yang dihadapi saat penelitian adalah sebagai berikut: a. Kendala Bagi Guru

1) Guru telah berupaya melaksanakan skenario belajar yang telah dibuat, namun masih ada beberapa langkah yang terlewat.

2) Kurangnya waktu dalam menggunakan metode VCT karena untuk mengetahui perubahan yang cukup besar diperlukan waktu yang lama.

3) Guru juga belum menggunakan media pembelajaran secara optimal dan menerapkan dengan baik kepada siswa.


(30)

4) Pemahaman guru tentang produser belajar VCT perlu lebih dipelajari lagi sebab metode ini adalah metode yang menarik bila dilakukan dengan waktu yang relati lama dan dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran apapun di dalam kelas dan lingkungan sekolah.

5) Dalam proses belajar yang sudah dilakukan, guru sudah percaya diri hanya saja dalam menjelaskan kepada siswa sedikit sulit karena inti dari metode ini penulis simpulkan mampu untuk mengubah sikap siswa ke arah yang lebih baik.

6) Perlunya kesabaran dalam mengubah sikap siswa saat di dalam kelas.

7) Pengetahuan guru terhadap metode VCT masih minim.

b. Kendala Bagi Siswa

1) Rendahnya pemahaman siswa terhadap penjelasan guru tentang VCT.

2) Siswa belum terbiasa dengan metode VCT, metode yang selama ini biasa digunakan oleh guru adalah ceramah, diskusi, PBL, dan debat serta metode lain yang dipadu padankan seperti VCT dalam Role Palying, dan lain sebagainya.

3) Siswa kurang fokus dalam belajar sehingga lebih tertinggal dari siswa lainnya.

4) Kebingungan dalam pelaksanaan metode VCT.

5) Adanya perubahan dari siswa menjadi lebih baik setelah penggunaan metode VCT dengan adanya dukungan melalui pembentukan keterampilan IPS yang bertujuan mampu mengembankan kreatifitas siswa.

Secara umum kendala tersebut dapat diselesaikan dengan baik berkat diskusi dan bimbingan yang intensif dilakukan penulis dengan Drs. Eded Tarmedi, MA selaku dosen pembimbing satu, Drs. Asep Mulyadi,


(31)

M.Pd selaku dosen pembimbing PPL dan dosen pembimbing dua, dan Ditha Arsita yang berperan sebagai observer dan tidak jarang memberikan masukan kepada penulis. Penulis diberikan saran baik dalam menentukan tema pembelajaran dalam mengatasi masalah di dalam kelas. Media pembelajaran yang penulis buat adalah memanfaatkan barang bekas seperti dus bekas yang kemudian diolah menjadi suatu media pembelajaran penunjang untuk mengetahui perubahan sikap siswa. Adapun hal lain yaitu penulis meminta siswa untuk mengasah keterampilan sesuai dnegan materi yang telah dijelaskan oleh penulis. Di sini dapat diamati perubahan sikap siswa dari cara kerjasama, keterampilan membuat, interaksi dan indikator terkait dengan perubahan sikap yang penulis telah buat. Indikator ini pun merujuk berdasarkan ahli teori. Pengembangan metode VCT diharapkan mampu mengubah sikap sisa secara bertahap. Seluruh aspek ini mengalami perkembangan dari siklus pertama hingga siklus ketiga dan stu siklus teridiri dari tiga tindakan yang dinilai dari kualitas kurang, cukup, baik menjadi sangat baik dengan persentase 46,9% menjadi 69,7% kemudian naik lagi menjadi 84%.

B. Saran

Berdasarkan pengalaman penulis selama melaksanakan penelitian dengan menggunakan metode VCT dengan ditunjang oleh pembentukan keterampilan IPS mampu mengubah sikap siswa kelas VII D secara bertahap, terdapat beberapa poin yang menjadi saran penulis bagi berbagai pihak terkait penelitian ini yang ditunjukan untuk perubahan sikap siswa melalui metode VCT dengan pembentukan keterampilan IPS adalah sebagai berikut:

1. Bagi pihak sekolah

Penulis berharap dengan penggunaan metode VCT dalam pembelajaran IPS dapat membantu mengubah sikap siswa menjadi lebih baik di SMP Pasundan 4 Bandung sebab melihat dari situasi dan keadaan siswa, perlu adanya perhatian dan arahan bukan hanya dari BK atau wali kelas melainkan seluruh guru dan staf pun mempunyai peranan penting


(32)

untuk mengubah sikap siswa menjadi lebih baik sebab sekolah ini terletak di daerah yang strategis dan siswa pun menjadi mudah dipengaruhi oleh dunia luar.

2. Bagi guru

Adanya penelitian ini, penulis berharap strategi pembelajaran yang digunakan dapat lebih bervariasi, sehingga menjadi inspirasi untuk lebih mengembangkan model serta media pembelajaran. Bagi siswa, adanya penelitian mampu mengubah sikap siswa ke arah yang lebih baik dan terarah sehingga baik dalam pembelajaran di dalam kelas mapun di luar kelas. Dapat memacu untuk lebih memahami dan metode ini sehingga menjadi modal dalam memecahkan sebuah permasalahan yang terjadi dalam kehidupan nyata.

3. Bagi Penulis

Penelitian ini menjadi sebuah pengalaman, motivasi, tolak ukur, kerja keras dan jerih payah dalam menjalankan pendidikan di jenjang perkuliahan agar pada penelitian selanjutnya lebih baik serta menjadi salah satu bentuk kontribusi terhadap dunia pendidikan.

4. Bagi penelitian selanjutnya, penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini bukanlah penelitian yang sempurna, sehingga perlu adanya tindak lanjut agar mampu mengetahui cara mengubah sikap siswa mejadi lebih baik secara bertahap dan hanya untuk mengembangkan pemahaman konsep pembelajaran IPS. Di sini pun perlu adanya proses penelitian dengan memanfaatkan waktu yang tesedia saat proses belajar mengajar. Selain itu, hendaknya penelitian selanjutnya memaksimalkan penilaian dan catatan harian yang dilakukan oleh penulis dan pendekatan secara personal dengan siswa dan memaksimalkan informasi dari BK sebab BK memiliki banyak inormasi siswa, baik dari latar belakang keluarga, kebiasaan siswa dan lain sebagainya.

Demikian kesimpulan dan saran yang dapat penulis kemukakan. Semoga dapat memberikan manfaat terhadap peningkatkan kualitas


(33)

pendidikan di Indonesia dan secara khusus menjadi bahan pertimbangan sekolah dalam perubahan diri siswa.


(34)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2013). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Arifin, Zaenal. (2009). Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradigma Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Arifin, Zainal (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Dimyati, Johni. (2013). Metodologi Penelitian Pendidikan dan Aplikasinya pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Jakarta: Kencana.

Djahiri A, Kosasih. (1985). Strategi Pengajaram Afekti-Nilai-moral VCT dan Games dalam VCT. Bandung: PMPKN FPIPS IKIP Bandung. Dradjat, Zakariah (1971). Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia. Jakarta:

Bulan Bintang.

Effendi, Ridwan., dkk. (2009). “Pengembangan Pendidikan IPS SD”. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Hasan, Chalidjah. (1990). Psikologi Sosial, Interaksi Sosial, Sikap Sosial.

Bandung: Fakultas Usuludin Sunan Gunung Jati IAIN Bandung.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2011). Jakarta, Departemen Pendidikan Indonesia: Balai Pustaka.

Kartono, Kartini (eds). 1995. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Komalasari, Kokom. (2010). Pembelajaran Kontekstual. Bandung: Refika Aditama.

Komalasari, Kokom. (2011). Media Pembelajaran IPS. Bandung: -

Kuswana, Sunaryo. (2011). Taksonomi Berpikir. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mar’at. (1982). Pengantar Psikologi Sosial. Bandung: Bina Cipta. Haryati, Mimin. (2006). Sistem Penilaian. Jakarta. GPPRESS.

Muslich, Masnur. (2011). Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara. Nuh, Muhammad. (2014). Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta: Kementrian


(35)

Palmquist, Stephen. (2005). Fondasi Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Putra, Rizema. (2012). Desain Evaluasi Beljar Berbasis Kinerja. Jember: Diva Press.

Sapriya. (2007). Konsep Dasar IPS. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan

Sobur, Alex. (2003). Psikologi Umum. Bandung: CV Pustaka Seti

Soekanto, Soerjono. (1990). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo.

Sudjana, Nana. (1989). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung W, John. (2007). Remaja (Edisi 11 Jilid 1). University of Texas, Dallas:

Erlangga.

Wiriatmadja, Rochiati. (2009). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Zakiyah dan Rusdiana. (2014). Pendidikan Nilai (Kajian Teori dan Praktik di Sekolah). Bandung: Pustaka Setia.

SKRIPSI

Wiriatmadja, Agung. (2013). Penerapan Value Clarivicatian Technique (VCT) Model Role Playing untuk menekan Prilaku Bullying Siswa Di SMP 4 Bandung. (Penelitian Tindakan Kelas Di Kelas VIII-E SMPN 4 Bandung). Skripsi FPIPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Pebrianti, Puti. (2014). Efektivitas Penerapan Metode VCT Dalam Pembelajaran Ips Untuk Meningkatkan Sikap Santun DI Kelas VII E SMPN 4 Bandung). Skripsi FPIPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.


(1)

4) Pemahaman guru tentang produser belajar VCT perlu lebih dipelajari lagi sebab metode ini adalah metode yang menarik bila dilakukan dengan waktu yang relati lama dan dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran apapun di dalam kelas dan lingkungan sekolah.

5) Dalam proses belajar yang sudah dilakukan, guru sudah percaya diri hanya saja dalam menjelaskan kepada siswa sedikit sulit karena inti dari metode ini penulis simpulkan mampu untuk mengubah sikap siswa ke arah yang lebih baik.

6) Perlunya kesabaran dalam mengubah sikap siswa saat di dalam kelas.

7) Pengetahuan guru terhadap metode VCT masih minim.

b. Kendala Bagi Siswa

1) Rendahnya pemahaman siswa terhadap penjelasan guru tentang VCT.

2) Siswa belum terbiasa dengan metode VCT, metode yang selama ini biasa digunakan oleh guru adalah ceramah, diskusi, PBL, dan debat serta metode lain yang dipadu padankan seperti VCT dalam Role Palying, dan lain sebagainya.

3) Siswa kurang fokus dalam belajar sehingga lebih tertinggal dari siswa lainnya.

4) Kebingungan dalam pelaksanaan metode VCT.

5) Adanya perubahan dari siswa menjadi lebih baik setelah penggunaan metode VCT dengan adanya dukungan melalui pembentukan keterampilan IPS yang bertujuan mampu mengembankan kreatifitas siswa.

Secara umum kendala tersebut dapat diselesaikan dengan baik berkat diskusi dan bimbingan yang intensif dilakukan penulis dengan Drs. Eded Tarmedi, MA selaku dosen pembimbing satu, Drs. Asep Mulyadi,


(2)

M.Pd selaku dosen pembimbing PPL dan dosen pembimbing dua, dan Ditha Arsita yang berperan sebagai observer dan tidak jarang memberikan masukan kepada penulis. Penulis diberikan saran baik dalam menentukan tema pembelajaran dalam mengatasi masalah di dalam kelas. Media pembelajaran yang penulis buat adalah memanfaatkan barang bekas seperti dus bekas yang kemudian diolah menjadi suatu media pembelajaran penunjang untuk mengetahui perubahan sikap siswa. Adapun hal lain yaitu penulis meminta siswa untuk mengasah keterampilan sesuai dnegan materi yang telah dijelaskan oleh penulis. Di sini dapat diamati perubahan sikap siswa dari cara kerjasama, keterampilan membuat, interaksi dan indikator terkait dengan perubahan sikap yang penulis telah buat. Indikator ini pun merujuk berdasarkan ahli teori. Pengembangan metode VCT diharapkan mampu mengubah sikap sisa secara bertahap. Seluruh aspek ini mengalami perkembangan dari siklus pertama hingga siklus ketiga dan stu siklus teridiri dari tiga tindakan yang dinilai dari kualitas kurang, cukup, baik menjadi sangat baik dengan persentase 46,9% menjadi 69,7% kemudian naik lagi menjadi 84%.

B. Saran

Berdasarkan pengalaman penulis selama melaksanakan penelitian dengan menggunakan metode VCT dengan ditunjang oleh pembentukan keterampilan IPS mampu mengubah sikap siswa kelas VII D secara bertahap, terdapat beberapa poin yang menjadi saran penulis bagi berbagai pihak terkait penelitian ini yang ditunjukan untuk perubahan sikap siswa melalui metode VCT dengan pembentukan keterampilan IPS adalah sebagai berikut:

1. Bagi pihak sekolah

Penulis berharap dengan penggunaan metode VCT dalam pembelajaran IPS dapat membantu mengubah sikap siswa menjadi lebih baik di SMP Pasundan 4 Bandung sebab melihat dari situasi dan keadaan siswa, perlu adanya perhatian dan arahan bukan hanya dari BK atau wali kelas melainkan seluruh guru dan staf pun mempunyai peranan penting


(3)

untuk mengubah sikap siswa menjadi lebih baik sebab sekolah ini terletak di daerah yang strategis dan siswa pun menjadi mudah dipengaruhi oleh dunia luar.

2. Bagi guru

Adanya penelitian ini, penulis berharap strategi pembelajaran yang digunakan dapat lebih bervariasi, sehingga menjadi inspirasi untuk lebih mengembangkan model serta media pembelajaran. Bagi siswa, adanya penelitian mampu mengubah sikap siswa ke arah yang lebih baik dan terarah sehingga baik dalam pembelajaran di dalam kelas mapun di luar kelas. Dapat memacu untuk lebih memahami dan metode ini sehingga menjadi modal dalam memecahkan sebuah permasalahan yang terjadi dalam kehidupan nyata.

3. Bagi Penulis

Penelitian ini menjadi sebuah pengalaman, motivasi, tolak ukur, kerja keras dan jerih payah dalam menjalankan pendidikan di jenjang perkuliahan agar pada penelitian selanjutnya lebih baik serta menjadi salah satu bentuk kontribusi terhadap dunia pendidikan.

4. Bagi penelitian selanjutnya, penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini bukanlah penelitian yang sempurna, sehingga perlu adanya tindak lanjut agar mampu mengetahui cara mengubah sikap siswa mejadi lebih baik secara bertahap dan hanya untuk mengembangkan pemahaman konsep pembelajaran IPS. Di sini pun perlu adanya proses penelitian dengan memanfaatkan waktu yang tesedia saat proses belajar mengajar. Selain itu, hendaknya penelitian selanjutnya memaksimalkan penilaian dan catatan harian yang dilakukan oleh penulis dan pendekatan secara personal dengan siswa dan memaksimalkan informasi dari BK sebab BK memiliki banyak inormasi siswa, baik dari latar belakang keluarga, kebiasaan siswa dan lain sebagainya.

Demikian kesimpulan dan saran yang dapat penulis kemukakan. Semoga dapat memberikan manfaat terhadap peningkatkan kualitas


(4)

pendidikan di Indonesia dan secara khusus menjadi bahan pertimbangan sekolah dalam perubahan diri siswa.


(5)

Arikunto, Suharsimi. (2013). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Arifin, Zaenal. (2009). Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradigma Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Arifin, Zainal (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Dimyati, Johni. (2013). Metodologi Penelitian Pendidikan dan Aplikasinya pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Jakarta: Kencana.

Djahiri A, Kosasih. (1985). Strategi Pengajaram Afekti-Nilai-moral VCT dan Games dalam VCT. Bandung: PMPKN FPIPS IKIP Bandung. Dradjat, Zakariah (1971). Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia. Jakarta:

Bulan Bintang.

Effendi, Ridwan., dkk. (2009). “Pengembangan Pendidikan IPS SD”. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Hasan, Chalidjah. (1990). Psikologi Sosial, Interaksi Sosial, Sikap Sosial.

Bandung: Fakultas Usuludin Sunan Gunung Jati IAIN Bandung.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2011). Jakarta, Departemen Pendidikan Indonesia: Balai Pustaka.

Kartono, Kartini (eds). 1995. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Komalasari, Kokom. (2010). Pembelajaran Kontekstual. Bandung: Refika Aditama.

Komalasari, Kokom. (2011). Media Pembelajaran IPS. Bandung: -

Kuswana, Sunaryo. (2011). Taksonomi Berpikir. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mar’at. (1982). Pengantar Psikologi Sosial. Bandung: Bina Cipta. Haryati, Mimin. (2006). Sistem Penilaian. Jakarta. GPPRESS.

Muslich, Masnur. (2011). Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara. Nuh, Muhammad. (2014). Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta: Kementrian


(6)

Palmquist, Stephen. (2005). Fondasi Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Putra, Rizema. (2012). Desain Evaluasi Beljar Berbasis Kinerja. Jember: Diva Press.

Sapriya. (2007). Konsep Dasar IPS. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan

Sobur, Alex. (2003). Psikologi Umum. Bandung: CV Pustaka Seti

Soekanto, Soerjono. (1990). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo.

Sudjana, Nana. (1989). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung W, John. (2007). Remaja (Edisi 11 Jilid 1). University of Texas, Dallas:

Erlangga.

Wiriatmadja, Rochiati. (2009). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Zakiyah dan Rusdiana. (2014). Pendidikan Nilai (Kajian Teori dan Praktik di Sekolah). Bandung: Pustaka Setia.

SKRIPSI

Wiriatmadja, Agung. (2013). Penerapan Value Clarivicatian Technique (VCT) Model Role Playing untuk menekan Prilaku Bullying Siswa Di SMP 4 Bandung. (Penelitian Tindakan Kelas Di Kelas VIII-E SMPN 4 Bandung). Skripsi FPIPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Pebrianti, Puti. (2014). Efektivitas Penerapan Metode VCT Dalam Pembelajaran Ips Untuk Meningkatkan Sikap Santun DI Kelas VII E SMPN 4 Bandung). Skripsi FPIPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.


Dokumen yang terkait

PEMBINAAN RASA NASIONALISME DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE (VCT)

2 12 101

STUDI PERBANDINGAN MORALITAS SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE (VCT) DAN STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DENGAN MEMPERHATIKAN SIKAP TERHADAP PELAJARAN IPS

0 7 123

STUDI PERBANDINGAN MORALITAS SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE (VCT) DAN STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DENGAN MEMPERHATIKAN SIKAP TERHADAP PELAJARAN IPS

1 16 120

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN VCT (VALUE CLARIFICATION Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran VCT (Value Clarification Technique) Pada Mata pelajaran PKn Kelas V di SD Negeri 2 Nogosari Kabupaten Boyolali

0 0 17

Pengaruh Penerapan Value Clarification Technique (VCT) Terhadap Sikap Ecoliteracy dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SD.

0 4 39

Pengembangan Model Internalisasi Nilai Karakter dalam Pembelajaran IPS melalui Model Value Clarification Technique (VCT) sebagai Revitalisasi Peran Pembelajaran IPS dalam Pembentukan Karakter Bangsa.

0 0 1

PENGARUH METODE VCT (VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE) DALAM PEMBELAJARAN PKn TERHADAP KECERDASAN MORAL SISWA KELAS V SD NEGERI TUKANGAN.

0 0 200

PENINGKATAN NILAI MORAL DASAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE (VCT) TIPE ANALISIS NILAI DLAM PEMBELAJARAN IPS - repository UPI S IPS 1204391 Title

0 0 3

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN VCT (VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE) UNTUK MENINGKATKAN SIKAP DEMOKRATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN PKN DI SEKOLAH DASAR

1 4 11

UPAYA MENINGKATKAN SIKAP RASA INGIN TAHU DAN PRESTASI BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) MELALUI MODEL PEMBELAJARAN VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE (VCT) TIPE PERCONTOHAN PADA SISWA KELAS V SD NEGERI MARGASANA - repository perpustakaan

0 0 15