TINJAUAN HISTORIS PEMERINTAHAN DARURAT REPUBLIK INDONESIA (PDRI) DI BUKIT TINGGI SUMATERA BARAT TAHUN 1948 - 1949
ABSTRAK
TINJAUAN HISTORIS PEMERINTAHAN DARURAT REPUBLIK
INDONESIA (PDRI) DI BUKIT TINGGI SUMATERA BARAT
TAHUN 1948 - 1949
Oleh :
Deden Usmaya
Pemerintahan Darurat Republik Indonesia ( PDRI ) merupakan pemerintahan yang
dibentuk oleh pemerintah dengan alasan kondisi keamanan negara akibat terjadinya
Agresi Militer Belanda II di Yogyakarta pada tanggal 19 Desember 1948. Yogyakarta
sendiri merupakan ibukota negara Republlik Indonesia. Dengan kondisi negara
tersebut maka presiden Soekarno memberikan mandat kepada Mr.Sjafrudin
Prawiranegara untuk membentuk Pemerintahan Darurat di Sumatera
Barat.Pemerintahan Darurat Republik Indonesia dilaksanakan sampai keadaan aman
dan kondusif.Pemerintahan Darurat Republik Indonesia bekerja selama 7 bulan yaitu
mulai 19 Desember 1948 sampai 13 Juli 1949.
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah pelaksanaan
Pemerintahan Darurat Republik Indonesia dalam bidang politik dan pertahanan
keamanan di Bukit Tinggi, Sumatera Barat tahun 1948 - 1949?. Berdasarkan rumusan
masalah tersebut maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan
Pemerintahan Darurat Republik Indonesia ( PDRI ) dalam bidang politik dan
pertahanan keamanan di Bukit Tinggi Sumatera Barat tahun 1948. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis dengan menempuh empat
tahapan meliputi : 1. Heuristik, adalah proses mencari untuk menemukan sumbersumber sejarah. 2. Kritik, yaitu menyelidiki apakah jejak-jejak sejarah itu asli, baik isi
maupun bentuknya. 3. Interpretasi, yaitu setelah memperoleh fakta yang diperlukan,
maka kita harus merangkaikan fakta-fakta itu menjadi keseluruhan yang masuk akal.
4. Historiografi, yaitu merupakan kegiatan penulisan dalam bentuk laporan hasil
penelitian.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa selama Pemerintahan Darurat Republik
Indonesia dilaksanakan, kekuasaan eksekutif, legislatif, yudikatif dan pertahanan
keamanan dipimpin oleh Mr. Sjafrudin Prawiranegara. Mr. Sjafrudin Prawiranegara
berhasil membentuk kabinet pemerintahan yang diberi nama Kabinet Darurat.
Kabinet Darurat inilah yang menjalankan fungsi fungsi Pemerintahan Darurat
Republik Indonesia dari tahun 1948 – 1949. Program utama Kabinet Darurat yakni
menyelamatkan pemerintahan indonesia dari berbagai ancaman. Khusus dalam
bidang pertahanan keamanan berhasil dibentuk daerah sub komando, pembentukan
basis gerilya, pembentukan jaringan logistik, pembentukan pertahanan keamanan
internal dan pertahanan rakyat semesta.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa selama pelaksanaan Pemerintahan
Darurat Republik Indonesia semua kekuasaan negara yang terdiri dari kekuasaan
eksekutif, legislatif, yudikatif dan pertahanan keamanan berada dibawah
kepemimpinan Mr. Sjafrudin Prawiranegara. Saran nya adalah diharapkan kepada
generasi muda agar selalu ingat dengan sejarah bangsa Indonesia. Karena setelah 68
tahun Indonesia merdeka ternyata Indonesia pernah mempunyai pemerintahan darurat
yang hampir terlupakan, padahal pemerintahan darurat memiliki andil besar dalam
menyelamatkan bangsa Indonesia dari kehancuran akibat Agresi Militer Belanda II
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................i
ABSTRAK ...................................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... v
MOTTO ..........................................................................................................vi
HALAMAN RIWATAY HIDUP ...................................................................vi
SANWACANA .............................................................................................. vii
DAFTAR ISI ................................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... ix
1. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Analisis Masalah................................................................................... 5
1. Identifikasi Masalah ....................................................................... 5
2. Pembatasan Masalah....................................................................... 5
3. Rumusan Masalah........................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 6
D. Kegunaan Penelitian ............................................................................. 6
E. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 9
A. Tinjauan Pustaka................................................................................... 9
1. Konsep Tinjauan Historis ............................................................... 9
2. Pemerintahan Darurat .................................................................... 10
3. Konsep Pelaksanaan Pemerintahan Darurat .................................. 13
4. Konsep Pertahanan Keamanan ...................................................... 14
5. Konsep Politik ............................................................................... 15
B. Kerangka Pikir ....................................................................................... 21
C.Paradigma ............................................................................................... 22
III. METODE PENELITIAN ......................................................................... 25
A. Metode Yang Digunakan ................................................................... 25
B. Variabel Penelitian ............................................................................. 26
C. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 27
C.1. Teknik Kepustakaan ............................................................. 27
C.2. Teknik Dokumentasi ............................................................ 27
D. Teknik Analisis Data .......................................................................... 28
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 31
A. HASIL .............................................................................................. 31
1. Gambaran Umum Sumatera Barat .............................................. 31
2. Perkembangan Pemerintahan Sumatera Barat Sampai
Terjadinya Agresi Militer Belanda II ......................................... 32
3. Gambaran Umum Bukit Tinggi .................................................. 35
4. Pelaksanaan Pemerintahan Darurat
Republik Indonesia ( PDRI ) di Bukit Tinggi
Sumatera Barat tahun 1948 - 1949 ............................................. 37
4.1.Pembentukan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia .... 38
4.2.Pembentukan Kabinet Pemerintahan Darurat
Republik Indonesia ............................................................... 40
4.3.Pelaksanaan Pemerintahan Darurat
Republik Indonesia dalam bidang Politik ............................. 41
4.4.Program Kerja Pemerintahan Darurat
Republik Indonesia dalam bidang pertahanan keamanan ..... 45
4.4.1. Pembentukan Daerah Sub Komando A ...................... 45
4.4.2. Pembentukan Daerah Sub Komando B ...................... 46
4.4.3. Pembentukan Daerah Sub Komando C ...................... 47
4.4.4. Mengatur Pertahanan Rakyat Semesta ....................... 47
4.4.5. Pembentukan Basis Gerilya ........................................ 48
4.4.6. Pembentukan Jaringan Pertahanan Logistik ............... 49
4.4.7. Pertahanan Keamanan Internal ................................... 50
5. Akhir Pemerintahan Darurat Republik Indonesia ....................... 53
B. PEMBAHASAN ............................................................................... 55
1. Pelaksanaan Pemerintahan Darurat
Republik Indonesia ( PDRI ) dalam Bidang Politik dan
Pertahanan Keamanan ................................................................ 55
V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 59
A. KESIMPULAN .................................................................................. 59
B. SARAN .............................................................................................. 60
DAFTAR PUSTAKA
1
I.
PENDAHULUAN
A.Latar BelakangMasalah
Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus
1945 banyak sekali permasalahan yang dihadapi oleh Indonesia.Sebagai negara
yang baru merdeka tentunya memerlukan perlengkapan dan atribut kenegaraan.
Dalam hal ini Indonesia terus berupaya memenuhi perlengkapan kenegaraan yang
dibutuhkan seperti Presiden,Wakil Presiden,Konstitusi, Dasar Negara dan
kelengkapan negara lainnya. “ Oleh karena itu pada tanggal 18 Agustus 1945
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia ( PPKI ) langsung mengadakan sidang
yang pertama kali setelah Indonesia merdeka yang menghasilkan beberapa hal
penting antara lain penetapan Sukarno sebagai Presiden dan Muhamad Hatta
sebagai Wakil Presiden serta penetapan UUD 1945 sebagaiKonstitusi Negara “
( Shodiq Mustafa, 2007 : 10 ).
Kemudian pada tanggal 22 Agustus 1945 Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI ) mengadakan sidang lanjutan yang mengahasilkan beberapa
keputusan diantaranya adalah pembentukan KomiteNasional Indonesia ( KNI ),
dan Badan Keamanan Rakyat ( BKR )( Shodiq Mustafa, 2007 : 13).
DenganbegitubahwaperlengkapannegarasudahlengkapmulaidariPresiden,
WakilPresiden, KNI merupakanlembaga yang bertugassebelum DPR/MPR
2
terbentuk, serta adanya Badan Keamanan Rakyat yang merupakan cikal bakal
lahirnya Tantara Nasional Indonesia (TNI).
Meskipun Indonesia telah secara resmi merdeka akan tetapi Belanda dan sekutu
masih menganggap Indonesia belum merdeka dan ingin menguasai kembali
Indonesia. Tentara sekutu dan Belanda datang kembali ke Indonesia dengan
alasan pemulihan keamanan. “ Kedatangan tentara sekutu ini mendapat reaksi
keras dan penolakan dari bangsa Indonesia. Para pemuda dan pejuang di daerah
mengadakan perlawanan perlawanan seperti di Jakarta, Bandung, Semarang,
Surabaya, Bali dan beberapa daerah lainnya ” ( Shodiq Mustafa, 2007 : 40 ).
Periode tahun 1945 – 1950 biasa disebut masa Revolusi Nasional. Perang dengan
taktik gerilya digunakan oleh pejuang Indonesia dalam menghadapi Belanda.
Indonesia melalui Tentara Nasional Indonesia telah siap bersiaga melawan
Belanda ( Anthony J.S Reid, 1996 : 2 ). Selain perlawanan melalui peperangan,
perlawanan juga dilakukan melalui perundingan dan diplomasi. Perundingan
tersebut antara lain perjanjian Linggarjati, Perjanjian Renville dan masih banyak
perundingan lainnya yang tujuannya adalah untuk mempertahankan kemerdekaan.
Perundingan demi perundingan telah dilakukan tetapi tidak pernah membuahkan
hasil, Belanda selalu menghianati perjanjian yang telah disepakati. Seperti
Perjanjian Linggarjati yang dihianati dengan melakukan Agresi Militer Belanda I,
kemudian Perjanjian Renville yang dihianati dengan melakukan Agresi Militer
Belanda II.Tercatat sudah dua kali Belanda melakukan Agresi Militer, Agresi
Militer Belanda yang kedua dilakukan lebih besar dari pada Agresi Militer
3
Belanda yang pertama. Sasaran utama Agresi Militer Belanda II adalah ibukota
Negara Republik Indonesia yaitu Yogyakarta.
Pada tanggal 19 Desember 1945 Belanda berhasil melakukan pengeboman di
Yogyakarta serta mendaratkan pasukan terjun payung Nya. Tentara Nasional
Indonesia telah mempersiapkan diri untuk melakukan perlawanan terhadap
Belanda. Jenderal Sudirman bangkit dari ranjang dimana beliau terbaring sakit
untuk menyampaikan pesan melalui radio ( Anthony J. S Reid, 1996 : 263 ).
Sebagai ibukota negara Yogyakarta memiliki peran penting dalam menjalankan
roda pemerintahan, akibat Agresi Militer Belanda II tersebut kota Yogyakarta
berhasil direbut dan dikuasai oleh Belanda. Selain itu juga Belanda menahan dan
mengasingkan tokoh nasional seperi Sukarno dan Muhamad Hatta ( Anthony J.S
Reid, 1996 : 263 ). Belanda merasa senang karena telah menguasai ibukota negara
dan telah menangkap orang yang sangat berpengaruh di Indonesia yaitu Sukarno
dan Muhamad Hatta. Akan tetapi sebelum Belanda menguasai Yogyakarta dan
menangkap Sukarno dan Muhamad Hatta, telah mengadakan rapat kabinet yang
intinya adalah memberikan mandat kepada Mr.Sjafrudin Prawiranegara untuk
segera membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia ( PDRI ) di
Sumatera Barat.
Kota Bukit Tinggi dipilih sebagai pusat dan ibukota Pemerintahan Darurat
Republik Indonesia ( PDRI ) karena telah dipersiapkan pemerintah untuk
dijadikan ibukota pemeritahan apabila terjadi serangan militer Belanda. Dengan
begitu dapat dikatakan bahwa pemerintah telah membuat antisipasi yang menduga
bahwa Belanda akan melakukan Agresi Militer yang kedua.
4
Pemimpin Republik yang di Jawa telah menduga kemungkinan Agresi
Militer Belanda dan telah membuat rencana menghadapi kemungkinan
itu, pada bulan November 1948 Wakil Presiden Muhamad Hatta mengajak
Mr. Sjafrudin Prawiranegara Menteri Kemakmuran Republik Indonesia ke
Bukit Tinggi dan ketika Muhamad Hatta kembali ke Yogyakarta, Mr.
Sjafrudin Prawiranegara tetap tinggal untuk mempersiapkan kemungkinan
pembentukan sebuah Pemerintahan Darurat di Sumatera seandainya
ibukota
Republik
di
Jawa
jatuh
ke
tangan
Belanda
(Audrey Kahin, 2005 : 211 ).
Dengan demikian roda pemerintahan terus berjalan walaupun hanya Pemerintahan
Darurat. Selain itu juga perlawanan dengan senjata terus dilakukan melalui
strategi gerilya yang dipimpin oleh Jenderal Sudirman.
Pemerintahan Darurat Republik Indonesia di Bukit Tinggi, Sumatera Barat pada
awalnya akan dipimpin oleh Muhamad Hatta dan tugas Mr. Sjafrudin
Prawiranegara ketika itu adalah hanya mempersiapkan dan setelah dipersiapkan
dengan baik, kemudian Muhamad Hatta akan berangkat ke Bukit Tinggi.
Pertengahan Desember 1948 Perdana Menteri India, Jawarharlal Nehru
mengirim sebuah pesawat untuk membawa Sukarno dan Muhamad Hatta
ke luar Jawa, dalam perjalanan ke luar negeri pesawat itu singgah di Bukit
Tinggi disini Muhamad Hatta akan tinggal untuk mengepalai
pemerintahan Darurat, sementara Sukarno terbang ke New Delhi
(Audrey Kahin , 2005 : 211 ).
Sukarno dan Muhamad Hatta gagal berangkat karena sebelum pesawat itu
mendarat di Jawa, Belanda sudah melakukan Agresi Militer pada tanggal 19
Desember 1948.
Pemerintahan Darurat Republik Indonesia memegang kendali pemerintahan
selama 7 bulan yaitu dari 19 Desember 1948 sampai 13 Juli 1949. Meskipun
Pemerintahan Darurat Republik Indonesia hanya berjalalan selama 7 bulan tetapi
telah menyelamatkan pemerintahan negara Indonesia dari kehancuran akibat
terjadinya Agresi Militer Belanda II.
5
B.Analisis Masalah
B.1 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat diidentifikai masalah sebagai
berikut:
1. Agresi Militer Belanda II di Yogyakarta 19 Desember 1948
2. Mandat Presiden Indonesia kepada Mr.Sjafrudin Prawiranegara
untuk membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia di
Bukit Tinggi, Sumatera Barat
3. Pembentukan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia di Bukit
Tinggi, Sumatera Barat.
4. Pemerintahan Darurat Republik Indonesia di Bukit Tinggi,
Sumatera Barat 19 Desember 1948 – 13 Juli 1949
5. Pelaksanaan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia di Bukit
Tinggi, Sumatera Barat 19 Desember 1948 – 13 Juli 1949
B.2 Pembatasan Masalah
Agar penelitian tidak terlalu luas jangkauannya dan memudahkan pembahasan
dalam penelitian maka penulis membatasi permasalahan yaitu
tentang
Pelaksanaan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia dalam bidang politik dan
pertahanan keamanan.
B.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan
masalah maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah
6
pelaksanaan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia di Bukit Tinggi, Sumatera
Barat tahun 1948 - 1949?
C.Tujuan, Kegunaan dan Ruang Lingkup Penelitian
C.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian yang ingin dicapai
adalah untuk mengetahui pelaksanaan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia
dalam bidang politik dan pertahanan keamanan di Bukit Tinggi, Sumatera Barat
tahun 1948- 1949.
C.2 Kegunaan Penelitian
Kegunaan dalam penelitian ini adalah:
1. Penelitian ini diharapkan memberikan informasi sejarah tentang
Pemerintahan Darurat Republik Indonesia di Bukit Tinggi, Sumatera Barat
tahun 1948- 1949.
2. Penelitian ini diharapakan dapat meningkatkan rasa nasionalisme, cinta
tanah air dan dapat menghargai jasa para pahlawan.
3. Sebagai sumbangan pustaka yang dapat dimanfaatkan bagi masyarakat
umum.
C.3 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah pelaksanaan Pemerintahan Darurat Republik
Indonesia ( PDRI)
Tipe penelitian yang digunakan adalah Tinjauan Historis yang bersifat deskriptif
kualitatif
7
1. Subyek penelitian
Subyek penelitian adalah Pemerintah Darurat Republik Indonesia
2. Obyek penelitian
Obyek penelitian adalah Pelaksanaan Pemerintahan Darurat Republik
Indonesia dalam bidang politik dan pertahanan keamanan negara
Indonesia
3. Tempat penelitian
Tempat Penelitian dilaksanakan di Perpustakaan Daerah Lampung.
4. Bidang ilmu
Bidang Ilmu dalam penelitian ini adalah Sejarah.
5. Waktu penelitian
Penelitian dilaksanakan tahun 2012-2013
8
REFERENSI
Shodiq Mustafa.2007. Wawasan Sejarah Indonesia Dan Dunia. Solo : Tiga
Serangkai hal.10
Ibid. halaman. 13
Ibid. halaman. 40
Anthony J.S Reid. 1996. Revolusi Nasional Indonesia. Jakarta : Pustaka Sinar
Harapan. Hal. 263
Ibid. halaman 263
Audrey Kahin. 2005. Dari Pemberontakan Ke Integrasi Sumatera Barat dan
Politik Indonesia 1926 – 1998. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia hal.211
Ibid. Hal 211
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
A.Tinjauan Pustaka
1. Konsep Tinjauan Historis
Secara etimologis konsep tinjauan histories terdiri dari dua kata yakni tinjauan
dan histories. Dalam kamus bahasa Indonesia, Tinjauan berasal dari kata tinjau
yang berarti melihat, menjenguk, memeriksa dan meneliti untuk menarik
kesimpulan. Kata Historis berasal dari bahasa Yunani “Istoris” yang berarti ilmu
yang biasanya diperuntukkan bagi penelaahan mengenai gejala-gejala ( terutama
hal tentang manusia ) dalam urutan kronologis.
Menurut definisi umum, kata history kini berarti “ masa lampau umat manusia”.
Dalam bahasa Indonesia kata historis dikenal dengan istilah sejarah. Adapun
pengertian Historis atau sejarah adalah deskripsi yang terpadu dari keadaankeadaan ataau fakta-fakta masa lampau yang ditulis berdasarkan penelitian serta
studi yang kritis untuk mencari kebenaran.
Sejarah adalah rekonstruksi masa lalu, kemudian yang direkonstruksi adalah apa
saja yang sudah dipikirkan, dikatakan, dikerjakan, dirasakan dan dialami oleh
orang ( Kuntowijoyo,1995:17).
Sementara itu menurut Hugiono dan P.K Poerwantana (1986 : 10 ) sejarah adalah
gambaran tentang peristiwa masa lampau yang dialami oleh manusia disusun
10
secara ilmiah meliputi urutan waktu, diberi tafsiran dan dianalisa kritis sehingga
mudah dimengerti dan dipahami.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa sejarah
adalah ilmu yang mempelajari segala peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa
lampau yang dialami manusia dan disusun secara sistematis sehingga hasilnya
dijadikan sebagai pedoman hidup untuk masa sekarang dan masa yang akan
datang.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tinjauan histories memiliki pengertian
sebagai suatu bentuk penyelidikan atau penelitian terhadap gejala peristiwa masa
lalu baik manusia individu maupun kelompok beserta lingkungannya yang ditulis
secara ilmiah, kritis dan sistematis meliputi urutan fakta dan masa kejadian
peristiwa yang telah berlalu itu (kronologis) dengan tafsiran dan penjelasan yang
mendukung serta memberi pengertian terhadap gejala peristiwa tersebut.
Dalam penelitian ini yang menjadi konsep tinjauan historis adalah tentang
bagaimana pelaksanaan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia yang terjadi
selama tujuh bulan yang akan ditulis secara ilmiah dan sistematis berdasarkan
fakta dan kejadian yang ada.
2. Konsep Pemerintahan Darurat
Pemerintahan darurat berasal dari dua kata yaitu pemerintahan dan darurat.
Pemerintahan adalah Pemerintahan adalah perbuatan, cara, hal dan urusan dalam
memerintah ( Budiyanto , 2004 : 29 ).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia darurat adalah keadaan terpaksa yang
terjadi akibat peperangan ataupun bencana ( Poerwadarminta, 2006 : 267 ).
11
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pemerintahan darurat
adalah pemerintahan yang dibentuk karena dalam keadaan terpaksa yang terjadi
akibat perang.
Keadaan darurat atau biasa dikenal dengan sebagai staat van oorlog en
beleg (SOB). Yang dalam bahasa Inggris disebut sebagai state of
emergency adalah
suatu pernyataan dari pemerintah yang bisa mengubah fungsi fungsi
pemerintahan, memperingatkan warganya untuk mengubah aktfitas aktifitas
atau memerintahkan badan badan pemerintah atau negara untuk
menggunakan rencana rencana penanggulangan keadaan darurat.
(wong
Banyumas dalam wikipedia : http://id.wikipedia.org/wiki/Keadaan_darurat
diakses tanggal 10 Desember 2012 Pukul 21.10 WIB hal. 1 )
Menurut Herman Sihombing hukum tata negara dalam keadaan bahaya yakni :
Sebuah rangkaian pranata dan wewenang secara luar biasa dan istimewa
untuk dalam waktu sesingkat-singkatnya dapat menghapuskan keadaan
darurat atau bahaya yang mengancam, ke dalam kehidupan biasa menurut
perundang-undangan
dan
hukum
yang
umum
dan
biasa.
Dalam sebuah pemerintahan kadangkala terjadi sebuah keadaan yang tidak
dapat diprediksi dan bersifat mendadak. Keadaan demikan sering
menimbulkan keadaan darurat. Keadaan darurat disini berarti keadaan
yang dapat menimbulkan akibat yang tidak dapat diprediksi. Ketika
keadaan darurat terjadi maka pranata hukum yang ada terkadang tidak
berfungsi untuk menjangkaunya. Untuk itulah dibutuhkan perangkat
aturan hukum tertentu yang dapat melakukan pengaturan dalam keadaan
darurat.(wong
banyumas,
Herman
Sihombing:
dalam
http://id.wikipedia.org/wiki/Keadaan_darurat diakses tanggal 10 Desember
2012 pukul 21.11 WIB hal. 2 ).
Menurut Jimly Asshidiqie ada delapan asas dalam pemberlakuan keadaan darurat
suatu negara, yaitu :
1. Asas Proklamasi
Keadaan darurat harus diumumkan atau diproklamirkan kepada seluruh
masyarakat, dan apabila keadaan darurat tersebut tidak diproklamirkan
maka tindakan yang diambil tidak mendapat keaabsahan.
2. Asas Legalitas
Asas legalitas disini berkaitan dengan tindakan yang diambil oleh negara
dalam keadaan darurat, tindakan yang diambil harus tetap dalam koridor
hukum baik hukum nasional maupun hukum internasional.
12
3. Asas Komunikasi
Negara yang mengalami keadaan darurat harus mengkomunikasikan
keadaan tersebut kepada seluruh warga negara.Selain itu juga harus
memberitahukan kepada negara lain secara resmi.
4. Asas Kesementaraan
Dalam penetapan keadaan darurat harus ada kepastian hukum yakni jangka
waktu pemberlakuan keadaan darurat.Yaitu mengenai awal pemberlakuan
hingga waktu berakhirnya.
5. Asas Keistimewaan Ancaman
Krisis menimbulkan keadaan darurat harus benar benar terjadi atau
minimal mengandung potensi bahaya yang siap mengancam
negara.Ancaman tersebut harus bersifat istimewa karena menimbulkan
ancaman terhadap kehidupan.
6. Asas Proporsional
Tindakan yang diambil harus sesuai dengan gejala yang terjadi.Jangan
sampai negara mengambil tindakan yang tidak sesuai dan cenderung
berlebihan.
7. Asas Intangibility
Asas ini terkait dengan Hak Asasi Manusia.Dalam keadaan darurat
pemerintah tidak boleh tidak boleh membubarkan organ pendampingnya
yakni legislatif dan yudikatif.
8. Asas Pengawasan
Pemberlakuan keadaan darurat juga harus mendapatkan pengawasan dan
kontrol.Harus mematuhi prinsip negara hukum dan demokrasi
(wong
banyumas
:
Jimly
Asshidiqie
dalam
:
http://id.wikipedia.org/wiki/Keadaan darurat diakses tanggal 10 Desember
2012 pukul 21.12 WIB hal. 3).
Substansi pengertian negara dalam keadaan darurat diterjemahkan kedalam tiga
kategori yaitu:
1. Keadaan Darurat Sipil (KDS)
Keadaan ini merujuk pada suatu peristiwa yang timbul dari pergerakan
sosial arus bawah ke atas,sebagai suatu gerakan yang timbul dari gejala
kesenjangan sosial.
2. Keadaan Darurat Militer (KDM)
Keadaan ini merujuk pada suatu peristiwa yang berasal dari dalam internal
angkatan bersenjata sendiri oleh fenomena dualisme dalam puncak
pimpinan kemiliteran yang pro dan kontra.
3. Keadaan Darurat Perang (KDP)
Keadaan ini lebih merujuk pada suatu keadaan yang tergolong genting,
yang harus segera ditindaklanjuti melalui suatu komando dipundak
presiden selaku kepala negara dan kepala pemerintahan beserta
MenHanKam dalam hal pengambilan keputusan menyatakan perang dan
tindakan lainnya yang berguna untuk menyelamatkan negara
( H.F Abraham Amos, 2005 : 201).
13
Berdasarkan
teori darurat tersebut maka pembentukan Pemerintahan Darurat
Republik Indonesia adalah sesuai dengan teori tentang Keadaan Darurat Perang
(KDP) yaitu terjadinya Agresi Militer Belanda. Hal ini dapat dilihat dari bahwa
yang melatar belakangi keluarnya mandat presiden Soekarno kepada Mr.Sjafrudin
Prawiranegara untuk membentuk Pemerintahan Darurat di Sumatera adalah
terjadinya perang antara Indonesia dengan Belanda yang terjadi di Yogyakarta.
3. Konsep Pelaksanaan Pemerintahan Darurat
Pelaksanaan adalah perbuatan atau usaha untuk melaksanakan ( Poerwadarminta,
2006 : 650 ).
Jadi pelaksanaan pemerintahan darurat adalah perbuatan atau usaha untuk
melaksanakan pemerintahan yang terjadi karena dalam keadaan darurat.
Menurut teori tentang asas pemberlakuan keadaan darurat yaitu asas pengawasan
bahwa dalam keadaan darurat juga harus mendapat pengawasan, kontrol dan harus
mematuhi prinsip hukum dan demokrasi.
Indonesia adalah negara demoksasi, demokrasi adalah pemerintahan oleh rakyat
dan untuk rakyat ( C.S.T Kansil, 1986 : 39 ).
Menurut Hans Kelsen yang dikutip oleh C.S.T Kansil terdapat tiga cara untuk
melaksanakan sistem demokrasi :
1. Yang melaksanakan kekuasaan negara demokrasi adalah wakil rakyat
yang terpilih dimana rakyat yakin bahwa segala kehendak dan
kepentingannya akan diperhatikan dalam melaksanakan keputusan tersebut
2. Caranya melaksanakan kekuasaan negara demokrasi adalah senantiasa
mengingat kehendak dan keinginan rakyat. Jadi dalam melaksanakan
kekuasaan negara tidak bertentangan dengan kehendak dan kepentingan
rakyat
3. Banyaknya kekuasaan negara demokrasi yang boleh melaksanakan
tidaklah dapat ditentukan dengan angka angka akan tetapi sebanyak
mungkin untuk memperoleh hasil yang diinginkan rakyat ( C.S.T Kansil,
1986 : 40 ).
14
Berdasarkan
pendapat
tersebut
dapat
disimpulkan
bahwa
pelaksanaan
pemerintahana darurat harus sesuai dengan prinsip demokrasi. Pada penelitian ini
pelaksanaan pemerintahan darurat yang dilaksanakan di Bukit Tinggi tahun 1948
– 1949 adalah harus sesuai dengan prinsip Demokrasi.
4. Konsep Pertahanan Keamanan
Menurut UUD 1945 Pasal 30 dijelaskan bahwa setiap warga Negara berhak dan
wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.
Pertahanan adalah upaya untuk mempertahankan, membela diri atau menangkis
serangan ( Poerwadarminta , 2006 : 179 ).
Pertahanan dan keamanan nasional adalah kondisi dinamik suatu bangsa
yang berisi ketahanan dan ketangguhan yang mampu mengembangkan
kekuatan nasional didalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan,
ancaman, hambatan dan gangguan bangsa yang dating dari dalam maupun
dari luar secara langsung maupun tidak langsung yang membahayakan
integritas, identitas serta kelangsungan hidup bangsa dan Negara
(Tontowi Amsia, 2008 : 50 ).
Usaha pertahanan keamanan negara dilaksanakan melalui Sistem Pertahanan
Keamanan Rakyat Semesta ( SisHanKamRaTa ) oleh Tentara Nasional Indonesia
dan Kepolisian Republik Indonesia.
1. Tentara Nasional Indonesia ( TNI )
Tentara Nasional Indonesia merupakan kekuatan utama dalam sistem pertahanan
keamanan nasional Indonesia ( UUD 1945 Pasal 30 ayat 2 )
Tentara Nasional Indonesia terdiri dari Angkatan Darat, Angkatan Laut dan
Angkatan Udara.Dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi nya Tentara
15
Nasional Indonesia melaksanakan operasi militer perang dan operasi militer selain
perang.
2. Rakyat
Secara politis rakyat adalah semua orang yang berada dan berdiam dalam suatu
Negara atau menjadi penghuni Negara yang tunduk pada kekuasaan Negara
( Budiyanto, 2004 : 24 ).
Dalam bidang pertahanan keamanan rakyat merupakan kekuatan pendukung dari
kekuatan utama yaitu TNI/POLRI.Setiap warga Negara memliki kewajiban dalam
usaha pertahanan dan keamanan Negara dari berbagai ancaman yang dating dari
dalam maupun luar, serta berhak memelihara keamanan Negara.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka peneliti akan menghubungkan antara
pendapat para ahli dengan penelitian yang akan dibahas, dalam peneliatian ini
pertahanan dan kemanan yang akan dibahas adalah pertahanan keamanan yang
diselenggrakan pada masa Pemerintahan Darurat Republik Indonesia di Bukit
Tinggi tahun 1948 – 1949 yang melibatkan seluruh rakyat sebagai kekuatan
pendukung dan TNI sebagai kekuatan utama dengan menggunakan Sistem
Pertahanan Rakyat Semesta yang berada dalam satu Komando.
5. Konsep Politik
Asal mula kata politik adalah berasal dari kata polis yang berarti negara kota,
kaitannya dengan politik berarti ada hubungan khusus antara manusia yang hidup
bersama dalam hubungan itu timbul aturan, kewenangan, kelakuan, pejabat,
legalitas dan akhirnya kekuasaan (Inu Kencana Syafi’i, 2005 : 6 ).
16
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Politik adalah segala urusan dan
tindakan mengenai pemerintahan suatu negara ( Poerwadarminta, 2006 : 905 ).
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa politik adalah semua
tindakan yang ada hubunganannya dengan kepentingan kekuasaan dalam suatu
negara.
Berkaitan dengan hal tersebut ilmu politik dibagi kedalam lima macam objek
pusat perhatian, yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
Negara ( State )
Pemerintahan ( Government )
Kekuatan atau kewenangan ( Power and Authority )
Kelembagaan masyarakat ( Organization of Sosiety )
Kegiatan dan tingkah laku politik ( Political Aktivity And Behavior ).
(H.F Abraham Amos, 2005 : 424 ).
Pada penelitian ini Obyek politik yang akan dibahas adalah hanya pada
Pemerintahan.
a. Pemerintahan
Pemerintahan adalah perbuatan, cara, hal dan urusan dalam memerintah
( Budiyanto , 2004 : 29 ).
Pemerintahan dalam arti organ dapat dibedakan menjadi dua:
1) Pemerintahan dalam arti sempit, yang terdiri dari presiden dan wakil
presiden beserta kabinet.
2) Pemerintahan dalam arti luas,yang terdiri dari Eksekutif, Legislatif dan
Yudikatif ( Budiyanto, 2004 : 30 ).
Dalam menjalankan fungsi dan tugasnya suatu pemerintahan harus memiliki
kadaulatan ( Budiyanto, 2004 : 29 ).
Menurut Montesquieu masing masing lembaga pemerintahan antara Eksekutif,
Legislatif dan Yudikatif mempunyai fungsi dan tugas pokok masing masing.
17
1. Eksekutif
Fungsi dari Eksekutif adalah menjalankan Undang Undang. Di Indonesia
yang menjalankan Undang Undang adalah Pemerintah.
2. Legislatif
Fungsi dari Legislatif adalah membuat Undang Undang. Di Indonesia
yang memiliki kewenangan membuat Undang Undang adalah DPR / MPR.
3. Yudikatif
Fungsi dari Yudikatif adalah mengawal agar semua peraturan bisa ditaati (
Fungsi mengadili ). Di Indonesia yang memiliki tugas Yudikatif adalah
Mahkamah Agung dan pengadilan dibawahnya ( Budiyanto, 2006 : 15 ).
Mengenai jumlah orang yang berkuasa atau memegang pemerintahan terdapat tiga
macam pembagian:
1) Pemerintahan oleh satu orang (Government by one).
2) Pemerintahan oleh sekelompok orang (Government by few).
3) Pemerintahan
oleh
banyak
orang
(Government
the
many)
( May Rudi, 1992 : 31 ).
Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pemerintahan
adalah kekuasaan untuk menjalankan dan melaksanakan tindakan yang
berhubungan dengan kegiatan negara yang dilakukan secara individu maupun
kelompok dan memiliki kedaulatan.
1. Eksekutif
Kekuasaan Eksekutif atau kekuasaan pemerintahan diatur dalam UUD 1945 Bab
III Pasal 4 sampai dengan 15. Pemerintahan Republik Indonesia dijalankan oleh
Pemerintah
Republik
Indonesia
yang
meliputi
dari
beberapa
lembaga
pemerintahan yang dipimpin oleh Presiden ( CST Kansil, 1993 : 74 ).
Di Negara Negara Demokratis badan Eksekutif biasanya terdiri dari kepala negara
( Raja atau Presiden ), sedangkan dalam arti luas juga mencakup para Pegawai
Negeri Sipil, dan militer ( Miriam Budiardjo, 1983 : 208 ).
18
Menurut Austen Raney dalam suatu negara modern, badan Eksekutif sudah
Mengganti badan Legislatif sebagai Pembuat kebijakan utama ( Miriam
Budiardjo, 1983 : 209 ).
Wewenang badan Eksekutif :
1. Diplomatik yaitu menyelenggarakan hubungan diplomatik dengan negara
lain
2. Administratif yaitu melaksanakan Undang Undang serta peraturan
peraturan lainnya.
3. Militer yaitu mengatur Angkatan Bersenjata, menyelenggarakan Perang
dan Pertahanan Keamanan Negara.
4. Yudikatif yaitu memberikan Grasi dan Amnesti
5. Legislatif yaitu merencanakan Rancangan Undang Undang kemudian
diajukan ke Dewan Perwakilan Rakyat sampai menjadi Undang Undang (
Miriam Budiardjo, 1983 : 210 ).
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa Eksekutif adalah
lembaga negara yang menjalankan semua kegiatan negara yang dipimpin oleh
kepala pemerintahan. Kekuasaan eksekutif Republik Indonesia berada dibawah
perintah Presiden sebagai kepala pemerintahan.
Berdasarkan kesimpulan yang telah dijelaskan dan pendapat para ahli tersebut
maka peneliti akan menghubungkan antara pendapat para ahli dengan penelitian
yang akan dibahas.
Dalam penelitian ini yang menjadi bahasan utama adalah Eksekutif dalam arti
luas yaitu kepala pemerintahan, kabinet, pegawai negeri sipil dan militer yang
memiliki kekuasaan dalam bidang Diplomatik, Administratif, Yudikatif, Legislatif
dan Militer.
2.Kekuasaan Legislatif
Kekuasaan Legislatif merupakan kekuasaan untuk membentuk Undang Undang.
Undang Undang yang dibuat oleh Presiden/Pemerintah harus mendapat
19
persetujuan dari Legislatif. Lembaga Legislatif di Indonesia disebut dengan
Dewan Perwakilan Rakyat. Dewan Perwakilan Rakyat adalah suatu lembaga
tinggi negara yang anggotanya terdiri dari wakil wakil rakyat ( CST Kansil, 1993 :
218 ). Menurut UUD 1945 pasal 20 dijelaskan bahwa fungsi Dewan Perwakilan
Rakyat adalah fungsi legislasi, fungsi anggaran dan fungsi pengawasan.
Diantara fungsi legislatif yang paling penting adalah :
1. Menentukan kebijakan dan membuat undang undang oleh karena itu diberi
hak inisiatif yaitu hak untuk mengadakan amandemen terhadap undang
undang.
2. Mengontrol badan eksekutif ( Miriam Budiardjo, 1983 : 182 ).
Maka dapat disimpulkan bahwa kekuasaan Legislatif di Republik Indonesia
berada ditangan Dewan Perwakilan Rakyat yang diberi kekuasaan untuk
membentuk Undang Undang dan mengontrol Eksekutif.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka peneliti akan menghubungkan antara
pendapat para ahli dengan penelitian yang akan dibahas.
Dalam penelitian ini yang akan menjadi bahasan utama adalah kekuasaan
Eksekutif, sedangkan kekuasaan Legislatif secara bersama sama bekerja dengan
Eksekutif. Oleh karena itu pada masa Pemerintahan Darurat Republik Indonesia
di Bukit Tinggi tahun 1948 – 1949, kekuasaan Legislatif tidak bekerja dengan
normal atau sebagai mana mestinya tetapi masuk dan tergabung dengan Eksekutif.
3.Kekuasaan Yudikatif
Negara Indonesia adalah negara hukum yang berdasarkan Pancasila.Oleh karena
itu dalam pasal 24 ayat 1 UUD 1945 Dijelaskan bahwa kekuasaan kehakiman
20
dilakukan oleh sebuah lembaga yang disebut dengan Mahkamah Agung ( CST
Kansil, 1993 : 223 ).
Untuk kekuasaan Yudikatif prinsip yang tetap harus dipegang adalah bahwa tiap
negara hukum, badan Yudikatif haruslah bebas dari campur tangan pihak pihak
lainnya, ini dimaksudkan agar badan Yudikatif dapat berfungsi secara sewajarnya
demi penegakan hukum dan Hal Azasi Manusia ( Miriam Budiardjo, 1983 : 227 ).
Jadi dapat disimpulkan bahwa kekuasaan Yudikatif adalah kekuasaan untuk
menjalankan dan menegakan hukum dan HAM. di Indonesia berada ditangan
Mahkamah Agung dan Pengadilan dibawahnya.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka peneliti akan menghubungkan antara
pendapat para ahli dengan penelitian yang akan dibahas. Dalam penelitian ini
yang akan adalah kekuasan Yudikatif pada masa Pemerintahan Darurat Republik
Indonesia di Bukit Tinggi tahun 1948 – 1949, artinya bahwa penegakan hukum
serta pengadilan yang ada pada masa Pemerintahan Darurat akan dibahas secara
singkat pada bagian hasil penelitian.
21
B. Kerangka Pikir
Pemerintahan Darurat Republik Indonesia merupakan suatu pemerintahan
sementara yang dibentuk atas dasar mandat yang diberikan kepada Mr.Sjafrudin
Prawiranegara. Mandat ini diberikan karena permasalahan keamanan Ibukota
Negara yang telah dikuasai oleh Belanda dalam Agresi Militer Belanda II.
Pusat Pemerintahan Darurat Republik Indonesia adalah di Bukit Tinggi, Sumatera
Barat. Secara resmi menjalankan roda pemerintahan pada tanggal 22 Desember
1948 dan berakhir pada 13 Juli 1949. Pelaksanaan dalam bidang politik yang
dilaksanakan antara lain dalam bidang pemerintahan dan hubungan luar negeri.
Dalam keadaan Darurat karena terjadinya Agresi Militer Belanda tentunya
Pemerintahan
Darurat
Membutuhkan
Pertahanan
Keamanan
yang baik.
Pelaksanaan Pertahanan Keamanan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia
selalu berkoordinasi dengan Tentara Nasional Indonesia di Jawa karena sebagai
Markas Utama TNI. Pelaksanaan yang dilakukan adalah sesuai dengan Instruksi
Komandan Militer .
22
C. Paradigma
Agresi Militer Belanda II
Pemerintahan Darurat Republik Indonesia
( PDRI )
Politik
Keterangan:
: Garis Sebab
: Garis pelaksanaan
Pertahanan Keamanan
23
REFERENSI
Kuntowijoyo. 1995. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta : Bentang Budaya.
Halaman 17
Poerwantana, P.K. dan Hugiono. 1986. Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta : Bina
Aksara. Halaman 10
Budiyanto. 2004. Kewarganegaraan. Jakarta : Erlangga. Halaman 29
Poerwadarminta. 2006. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Halaman 267
Wong banyumas dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Keadaan_darurat diakses
tanggal 10 Desember 2012 Pukul 21.10 WIB hal. 1
Wong
banyumas,
Herman
Sihombing
dalam
http://id.wikipedia.org/wiki/Keadaan_darurat diakses tanggal 10 Desember
2012 pukul 21.11 WIB hal 2
Wong
banyumas,
Jimli
Asidiqie
dalam
http://id.wikipedia.org/wiki/Keadaan_darurat diakses tanggal 10 Desember
2012 pukul 21.12 WIB hal 3
Abraham Amos. 2005. Sistem Ketatanegaraan Indonesia.
Grafindo.halaman 201
Jakarta : Raja
Poerwadarminta Op. Cit. Halaman 650
C.S.T.Kansil. 1986. Hukum Antar Tata Pemerintahan ( Comparative Goverment )
dalam rangka perbandingan hukum tata negara. Jakarta : Erlangga.
Halaman 39
Ibid. Halaman. 40
Poerwadarminta. Op. Cit. Halaman 176
Tontowi Amsia. 2008. Kewarganegaraan Dalam Perspektif Ketahanan Nasional.
Unila : Bandar Lampung. Halaman. 50
Budiyanto. Op. Cit. Halaman. 24
24
Inu Kencana Syafii. 2005. Sistem Politik Indonesia. Bandung : Rafika Aditama.
Halaman.6
Amos. Op. Cit. Halaman. 424
Budiyanto. Op. Cit. Halaman. 29
Ibid. Halaman.30
C.S.T Kansil. 1993. Sistem Pemerintahan Indonesia. Bumi Aksara : Jakarta
Halaman. 74
Ibid. Halaman.218
Ibid. Halaman.223
Budiyanto. Op. Cit. Halaman.15
May Rudi. 1992 Pengantar Ilmu Politik Rafika Aditama : Bandung
Amos. Op. Cit. Halaman. 424
Sri Jutmini. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan 2. Tiga Serangkai : Solo.
Halaman 124
Supendi Haryadi. 1990. Geogafi Kependudukan. Bandung : Armico. Halaman.
184
Ahmad Rustandi. 1988. Tata Negara. Bandung : Armico. Halaman 176
25
III. METODE PENELITIAN
A. Metode yang Digunakan
Keberhasilan suatu penelitian banyak dipengaruhi oleh pemakaian metode, maka
dari itu seorang peneliti harus dapat memilih metode yang tepat dan sesuai.
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis.
dengan berusaha mencari gambaran menyeluruh tentang data, fakta dan peristiwa
yang sebenarnya mengenai pelaksanaan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia
( PDRI ) Di Bukit Tinggi Sumatera Barat Tahun 1948 – 1949.
Pengertian metode historis menurut Nugroho Notosusanto adalah :
Sekumpulan prinsip dan aturan yang sistematis yang digunakan untuk
memberikan bantuan secara efektif dalam mengumpulkan bahan-bahan bagi
sejarah, menilai secara kritis dan kemudian menyajikan suatu sintesa daripada
hasil-hasilnya. (Nugroho Notosusanto, 1984 : 10-11)
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode historis adalah suatu cara di
dalam proses pengujian dan analisis data yang sudah terkumpul untuk dijadikan
bahan sejarah yang tertulis.
26
Adapun langkah-langkah dalam penulisan historis yaitu :
1. Heuristik, adalah proses mencari untuk menemukan sumber-sumber
sejarah.
2. Kritik, yaitu menyelidiki apakah jejak-jejak sejarah itu asli, baik isi
maupun bentuknya.
3. Interpretasi, yaitu setelah memperoleh fakta yang diperlukan, maka kita
harus merangkaikan fakta-fakta itu menjadi keseluruhan yang masuk akal.
4. Historiografi, yaitu merupakan kegiatan penulisan dalam bentuk laporan
hasil penelitian (Nugroho Notosusanto, 1984 : 36).
B. Variabel Penelitian
Menurut Mohammad Nasir, variabel adalah konsep yang memiliki berbagai
macam nilai (Mohammad Nasir, 1983 : 149).
Menurut Sutrisno Hadi, yang dimaksud dengan variable adalah gejala-gejala yang
menunjukkan variasi, baik dalam jenisnya maupun dalam tingkatannya (Sutrisno
Hadi, 1981 : 260).
Jadi pengertian variabel dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang akan menjadi
objek pengamatan dalam penelitian dan disamping itu variable penelitian sering
juga dinyatakan sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejalagejala yang akan diteliti.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu
pelaksanaan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia di Bukit Tinggi Sumatera
Barat tahun 1948 – 1949.
27
C. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian memerlukan data karena itu dilakukanlah kegiatan pengumpulan
data untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai penelitian yang akan
diteliti. Adapun dalam penelitian ini, untuk mendapatkan data yang dibutuhkan
peneliti menggunakan dua teknik, yaitu :
C.1 Teknik Kepustakaan
Tentang teknik kepustakaan, Koentjaningrat berpendapat sebagai berikut :
Teknik kepustakaan merupakan cara pengumpulan data dan informasi dengan
bantuan bermacam-macam material yang terdapat di ruang kepustakaan misalnya
Koran, majalah-majalah, naskah, catatan-catatan, kisah sejarah, dokumen dan
sebagainya yang relevan dengan penelitian. (Koentjaningrat, 1983 : 81)
Dengan teknik kepustakaan, peneliti berusaha mempelajari dan menelaah bukubuku untuk memperoleh data-data dan informasi berupa teori-teori atau argumentargumen yang dikemukakan oleh para ahli yang berkaitan dengan masalahmasalah yang akan diteliti.
C.2 Teknik Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah suatu teknik mencari data-data mengenai hal-hal atau
variable yang berupa catatan, buku, transkrip, surat kabar, majalah, notulen,
legger, agenda dan sebagainya (Suharsimi Arikunto, 1986 : 188).
Dalam penelitian ini, teknik dokumentasi digunakan untuk memperoleh data masa
lampau dan data masa sekarang, sebab bahan-bahan dokumentasi mempunyai arti
28
metodelogis yang sangat penting dalam penelitian masyarakat yang mengambil
orientasi histories. Data-datanya berasal dari sumber-sumber informasi berupa
buku-buku referensi, surat kabar atau majalah dan foto-foto yang relevan.
D. Teknik Analisis Data
Setelah data penelitian diperoleh, maka langkah selanjutnya adalah mengolah data
dan menganalisis data untuk diinterpretasikan dalam menjawab permasalahan
penelitian yang telah diajukan. Karena penelitian ini adalah penelitian kualitatif,
maka data yang terdapat dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Dengan
demikian teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis data kualitatif.
Dalam sebuah penelitian, analisis data merupakan hal yang sangat penting karena
data yang sudah diperoleh akan lebih memiliki arti bila telah dianalisis. Menurut
Hadari Nawawi, analisis data kualitatif merupakan bentuk penelitian yang bersifat
atau memiliki karakteristik bahwa datanya dinyatakan dalam keadaan yang
sewajarnya dan sebagaimana adanya. (Hadari Nawawi, 1993 : 174).
Tahapan-tahapan dalam proses analisis data kualitatif menurut Mohammad Ali
meliputi :
1. Penyusunan Data
Penyusunan data ini digunakan untuk mempermudah dalam penelitian,
hal ini menyangkut apakah data yang dibutuhkan telah memadai atau
tidak perlu melakukan seleksi.
2. Klasifikasi Data
Klasifikasi data merupakan usaha penggolongan data berdasarkan
kategori tertentu yang dibuat oleh peneliti.
3. Pengolahan Data
Data-data yang telah diseleksi kemudian diolah dengan menggunakan
analisi data kualitatif, dengan tujuan adalah untuk menyederhanakan
29
data tersebut dan untuk mengetahui apakah data tersebut dapat
dipergunakan dalam penelitian atau tidak.
4. Penyimpulan Data
Setelah dilakukan pengolahan data, maka untuk mengetahui langkah
selanjutnya adalah menarik kesmpulan untuk kemudian disajikan
dalam bentuk laporan.
(Mohammad Ali, 1985; 152)
Dalam penelitian ini semua tahapan analisis data kualitatif tersebut harus
dilaksanakan dengan baik dan benar guna memperoleh hasil penelitian yang baik.
30
REFERENSI
Louis Gottschalk .1986. Mengerti Sejarah ( terjemahan Nugroho Notosusanto ).
Jakarta : Yayasan Penerbit UI. halaman 10.
Ibid. Halaman 36
Mohammad Nasir,. 1983. Metodologi Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia,
halaman 149.
Koentjaraningrat. 1983. Metode-metode Penelitian Sosial. Jakarta : Gramedia,
halaman 81
Suharsimi Arikunto. 1986. Proses Penelitian Suatu Pendidikan Praktik. Bandung
: Bina Aksara. halaman 188.
Hadari Nawawi. 1993. Metodologi Penelitian Bidang Sosial. Jakarta : Indayu
Press, halaman 133.
59
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pemaparan pada hasil dan pembahasan di atas, penulis dapat
menyimpulkan bahwa pelaksanaan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia di
Bukit Tinggi Sumatera Barat tahun 1948 – 1949 diawali dengan pembentukan
Pemerintahan Darurat Republik Indonesia yang dilaksanakan di Sumatera Barat
pada tahun 1948. Kemudian dalam bidang politik yang berhasil melaksanakan
Pemerintahan dengan membentuk kabinet pemerintahan. Kabinet Pemerintahan
ini diberi nama kabinet Darurat. Kabinet Darurat dipimpin oleh Mr. Sjafrudin
Prawiranegara. Kabinet Darurat ini yang menjalankan fungsi Pemerintahan.
Setelah dibentuk Kabinet Darurat membentuk Program kerja, program kerja
Kabinet Darurat adalah menyelamatkan Pemerintahan Indonesia dari kehancuran
akibat terjadinya Agresi Militer Belanda II. Kegiatan dalam politik dan
pemerintahan Mr. Sjafrudin Prawiranegara menjalankannya secara berpindah
pindah dari satu tempat ke tempat lainnya, hal ini dilakukan untuk menghindari
serangan pasukan Belanda. Program kerja dalam bidang Pertahanan Keamanan
yang berhasil dibentuk adalah Daerah sub komando, pembentukan basis gerilya,
pembentukan jaringan logistik, pertahanan keamanan internal dan pertahanan
60
rakyat semesta. Program kerja ini merupakan hasil kerja sama antara pemerintah
dengan Tentara Nasional Indonesia. Pemerintahan Darurat Republik Indonesia di
Bukit Tinggi Sumatera Barat berakhir dengan dikembalikannya mandat dari
Mr.Sjafrudin Prawiranegara kepada Sukarno pada tanggal 13 Juli 1949.
B. SARAN
Saran yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Gambaran tentang Pemerintahan Darurat Republik Indonesia dapat
menjadi pelajaran yang berharga bagi kita untuk mengetahui bahwa suatu
pemerintahan
apabila
dijalankan dengan
sungguh sungguh
akan
memperoleh hasil yang baik, seperti PDRI meskipun dalam keadaan
darurat tetap bisa menjalankan roda pemerintahan.
2. Pemerintah di zaman sekarang sebaiknya banyak belajar dari sejarah,
terutama PDRI. meskipun dalam keadaan darurat pemerintah selalu dekat
dengan masyarakat. pemerintah dapat mengayomi masyarakat dengan
baik. sehingga ada kepedulian kepada masyarakat.
3. Untuk generasi muda agar selalu ingat dengan sejarah bangsa Indonesia.
Karena setelah 68 tahun Indonesia merdeka ternyata Indonesia pernah
mempunyai pemerintahan darurat yang hampir terlupakan, padahal
pemerintahan darurat memiliki andil besar dalam menyelamatkan bangsa
Indonesia dari kehancuran akibat Agresi Militer Belanda II
DAFTAR PUSTAKA
Amos, Abraham. 2005. Sistem Ketatanegaraan Indonesia. Jakarta : Raja Grafindo.
562 halaman
Amsia, Tontowi. 2008. Kewarganegaraan dalam ketahanan Nasional. Lampung :
Universitas Lampung. 122 halaman
Arasyid, Chainur. 2006. Dasar Dasar Ilmu Hukum. Jakarta : Sinar Grafika. 167
halaman
Arikunto, Suharsimi. 1986. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta :
Bina Aksara.314 halaman
Budiyanto. 2004. Kewarganegaraan. Jakarta : Erlangga.182 halaman
Fidelara. 2010.Sejarah Kabinet Kabinet Indonesia. Jakarta : KemDikNas.122
halaman
http://fatahilla.blogspot.com/2009/07/hukum_tatanegara_darurat.html diakses tanggal
10 Desember pukul 21.00 WIB
http://id.wikipedia.org/wiki/Keadaan_darurat diakses tanggal 10 Desember 2012
pukul 21.10 WIB
Kahin, Audrey. 2005. Dari Pemberontakan ke Integrasi : Sumatera Barat dan Politik
Indonesia 1926 – 1998. Yayasan Obor Indonesia : Jakarta
Kansil, C.S.T.1986. Hukum Tata Negara Republik Indonesia. Jakarta : Bina Aksara.
719 halaman
. 2001. Ilmu Negara. Jakarta : Pradnya Paramita. 250 halaman
. 1986. Hukum Antar Tata Pemerintahan ( Comparative Goverment )
dalam rangka perbandingan hukum tata negara. Jakarta : Erlangga.
324 halaman
Keraf. Gorys. 1994
TINJAUAN HISTORIS PEMERINTAHAN DARURAT REPUBLIK
INDONESIA (PDRI) DI BUKIT TINGGI SUMATERA BARAT
TAHUN 1948 - 1949
Oleh :
Deden Usmaya
Pemerintahan Darurat Republik Indonesia ( PDRI ) merupakan pemerintahan yang
dibentuk oleh pemerintah dengan alasan kondisi keamanan negara akibat terjadinya
Agresi Militer Belanda II di Yogyakarta pada tanggal 19 Desember 1948. Yogyakarta
sendiri merupakan ibukota negara Republlik Indonesia. Dengan kondisi negara
tersebut maka presiden Soekarno memberikan mandat kepada Mr.Sjafrudin
Prawiranegara untuk membentuk Pemerintahan Darurat di Sumatera
Barat.Pemerintahan Darurat Republik Indonesia dilaksanakan sampai keadaan aman
dan kondusif.Pemerintahan Darurat Republik Indonesia bekerja selama 7 bulan yaitu
mulai 19 Desember 1948 sampai 13 Juli 1949.
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah pelaksanaan
Pemerintahan Darurat Republik Indonesia dalam bidang politik dan pertahanan
keamanan di Bukit Tinggi, Sumatera Barat tahun 1948 - 1949?. Berdasarkan rumusan
masalah tersebut maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan
Pemerintahan Darurat Republik Indonesia ( PDRI ) dalam bidang politik dan
pertahanan keamanan di Bukit Tinggi Sumatera Barat tahun 1948. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis dengan menempuh empat
tahapan meliputi : 1. Heuristik, adalah proses mencari untuk menemukan sumbersumber sejarah. 2. Kritik, yaitu menyelidiki apakah jejak-jejak sejarah itu asli, baik isi
maupun bentuknya. 3. Interpretasi, yaitu setelah memperoleh fakta yang diperlukan,
maka kita harus merangkaikan fakta-fakta itu menjadi keseluruhan yang masuk akal.
4. Historiografi, yaitu merupakan kegiatan penulisan dalam bentuk laporan hasil
penelitian.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa selama Pemerintahan Darurat Republik
Indonesia dilaksanakan, kekuasaan eksekutif, legislatif, yudikatif dan pertahanan
keamanan dipimpin oleh Mr. Sjafrudin Prawiranegara. Mr. Sjafrudin Prawiranegara
berhasil membentuk kabinet pemerintahan yang diberi nama Kabinet Darurat.
Kabinet Darurat inilah yang menjalankan fungsi fungsi Pemerintahan Darurat
Republik Indonesia dari tahun 1948 – 1949. Program utama Kabinet Darurat yakni
menyelamatkan pemerintahan indonesia dari berbagai ancaman. Khusus dalam
bidang pertahanan keamanan berhasil dibentuk daerah sub komando, pembentukan
basis gerilya, pembentukan jaringan logistik, pembentukan pertahanan keamanan
internal dan pertahanan rakyat semesta.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa selama pelaksanaan Pemerintahan
Darurat Republik Indonesia semua kekuasaan negara yang terdiri dari kekuasaan
eksekutif, legislatif, yudikatif dan pertahanan keamanan berada dibawah
kepemimpinan Mr. Sjafrudin Prawiranegara. Saran nya adalah diharapkan kepada
generasi muda agar selalu ingat dengan sejarah bangsa Indonesia. Karena setelah 68
tahun Indonesia merdeka ternyata Indonesia pernah mempunyai pemerintahan darurat
yang hampir terlupakan, padahal pemerintahan darurat memiliki andil besar dalam
menyelamatkan bangsa Indonesia dari kehancuran akibat Agresi Militer Belanda II
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................i
ABSTRAK ...................................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... v
MOTTO ..........................................................................................................vi
HALAMAN RIWATAY HIDUP ...................................................................vi
SANWACANA .............................................................................................. vii
DAFTAR ISI ................................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... ix
1. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Analisis Masalah................................................................................... 5
1. Identifikasi Masalah ....................................................................... 5
2. Pembatasan Masalah....................................................................... 5
3. Rumusan Masalah........................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 6
D. Kegunaan Penelitian ............................................................................. 6
E. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 9
A. Tinjauan Pustaka................................................................................... 9
1. Konsep Tinjauan Historis ............................................................... 9
2. Pemerintahan Darurat .................................................................... 10
3. Konsep Pelaksanaan Pemerintahan Darurat .................................. 13
4. Konsep Pertahanan Keamanan ...................................................... 14
5. Konsep Politik ............................................................................... 15
B. Kerangka Pikir ....................................................................................... 21
C.Paradigma ............................................................................................... 22
III. METODE PENELITIAN ......................................................................... 25
A. Metode Yang Digunakan ................................................................... 25
B. Variabel Penelitian ............................................................................. 26
C. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 27
C.1. Teknik Kepustakaan ............................................................. 27
C.2. Teknik Dokumentasi ............................................................ 27
D. Teknik Analisis Data .......................................................................... 28
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 31
A. HASIL .............................................................................................. 31
1. Gambaran Umum Sumatera Barat .............................................. 31
2. Perkembangan Pemerintahan Sumatera Barat Sampai
Terjadinya Agresi Militer Belanda II ......................................... 32
3. Gambaran Umum Bukit Tinggi .................................................. 35
4. Pelaksanaan Pemerintahan Darurat
Republik Indonesia ( PDRI ) di Bukit Tinggi
Sumatera Barat tahun 1948 - 1949 ............................................. 37
4.1.Pembentukan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia .... 38
4.2.Pembentukan Kabinet Pemerintahan Darurat
Republik Indonesia ............................................................... 40
4.3.Pelaksanaan Pemerintahan Darurat
Republik Indonesia dalam bidang Politik ............................. 41
4.4.Program Kerja Pemerintahan Darurat
Republik Indonesia dalam bidang pertahanan keamanan ..... 45
4.4.1. Pembentukan Daerah Sub Komando A ...................... 45
4.4.2. Pembentukan Daerah Sub Komando B ...................... 46
4.4.3. Pembentukan Daerah Sub Komando C ...................... 47
4.4.4. Mengatur Pertahanan Rakyat Semesta ....................... 47
4.4.5. Pembentukan Basis Gerilya ........................................ 48
4.4.6. Pembentukan Jaringan Pertahanan Logistik ............... 49
4.4.7. Pertahanan Keamanan Internal ................................... 50
5. Akhir Pemerintahan Darurat Republik Indonesia ....................... 53
B. PEMBAHASAN ............................................................................... 55
1. Pelaksanaan Pemerintahan Darurat
Republik Indonesia ( PDRI ) dalam Bidang Politik dan
Pertahanan Keamanan ................................................................ 55
V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 59
A. KESIMPULAN .................................................................................. 59
B. SARAN .............................................................................................. 60
DAFTAR PUSTAKA
1
I.
PENDAHULUAN
A.Latar BelakangMasalah
Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus
1945 banyak sekali permasalahan yang dihadapi oleh Indonesia.Sebagai negara
yang baru merdeka tentunya memerlukan perlengkapan dan atribut kenegaraan.
Dalam hal ini Indonesia terus berupaya memenuhi perlengkapan kenegaraan yang
dibutuhkan seperti Presiden,Wakil Presiden,Konstitusi, Dasar Negara dan
kelengkapan negara lainnya. “ Oleh karena itu pada tanggal 18 Agustus 1945
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia ( PPKI ) langsung mengadakan sidang
yang pertama kali setelah Indonesia merdeka yang menghasilkan beberapa hal
penting antara lain penetapan Sukarno sebagai Presiden dan Muhamad Hatta
sebagai Wakil Presiden serta penetapan UUD 1945 sebagaiKonstitusi Negara “
( Shodiq Mustafa, 2007 : 10 ).
Kemudian pada tanggal 22 Agustus 1945 Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI ) mengadakan sidang lanjutan yang mengahasilkan beberapa
keputusan diantaranya adalah pembentukan KomiteNasional Indonesia ( KNI ),
dan Badan Keamanan Rakyat ( BKR )( Shodiq Mustafa, 2007 : 13).
DenganbegitubahwaperlengkapannegarasudahlengkapmulaidariPresiden,
WakilPresiden, KNI merupakanlembaga yang bertugassebelum DPR/MPR
2
terbentuk, serta adanya Badan Keamanan Rakyat yang merupakan cikal bakal
lahirnya Tantara Nasional Indonesia (TNI).
Meskipun Indonesia telah secara resmi merdeka akan tetapi Belanda dan sekutu
masih menganggap Indonesia belum merdeka dan ingin menguasai kembali
Indonesia. Tentara sekutu dan Belanda datang kembali ke Indonesia dengan
alasan pemulihan keamanan. “ Kedatangan tentara sekutu ini mendapat reaksi
keras dan penolakan dari bangsa Indonesia. Para pemuda dan pejuang di daerah
mengadakan perlawanan perlawanan seperti di Jakarta, Bandung, Semarang,
Surabaya, Bali dan beberapa daerah lainnya ” ( Shodiq Mustafa, 2007 : 40 ).
Periode tahun 1945 – 1950 biasa disebut masa Revolusi Nasional. Perang dengan
taktik gerilya digunakan oleh pejuang Indonesia dalam menghadapi Belanda.
Indonesia melalui Tentara Nasional Indonesia telah siap bersiaga melawan
Belanda ( Anthony J.S Reid, 1996 : 2 ). Selain perlawanan melalui peperangan,
perlawanan juga dilakukan melalui perundingan dan diplomasi. Perundingan
tersebut antara lain perjanjian Linggarjati, Perjanjian Renville dan masih banyak
perundingan lainnya yang tujuannya adalah untuk mempertahankan kemerdekaan.
Perundingan demi perundingan telah dilakukan tetapi tidak pernah membuahkan
hasil, Belanda selalu menghianati perjanjian yang telah disepakati. Seperti
Perjanjian Linggarjati yang dihianati dengan melakukan Agresi Militer Belanda I,
kemudian Perjanjian Renville yang dihianati dengan melakukan Agresi Militer
Belanda II.Tercatat sudah dua kali Belanda melakukan Agresi Militer, Agresi
Militer Belanda yang kedua dilakukan lebih besar dari pada Agresi Militer
3
Belanda yang pertama. Sasaran utama Agresi Militer Belanda II adalah ibukota
Negara Republik Indonesia yaitu Yogyakarta.
Pada tanggal 19 Desember 1945 Belanda berhasil melakukan pengeboman di
Yogyakarta serta mendaratkan pasukan terjun payung Nya. Tentara Nasional
Indonesia telah mempersiapkan diri untuk melakukan perlawanan terhadap
Belanda. Jenderal Sudirman bangkit dari ranjang dimana beliau terbaring sakit
untuk menyampaikan pesan melalui radio ( Anthony J. S Reid, 1996 : 263 ).
Sebagai ibukota negara Yogyakarta memiliki peran penting dalam menjalankan
roda pemerintahan, akibat Agresi Militer Belanda II tersebut kota Yogyakarta
berhasil direbut dan dikuasai oleh Belanda. Selain itu juga Belanda menahan dan
mengasingkan tokoh nasional seperi Sukarno dan Muhamad Hatta ( Anthony J.S
Reid, 1996 : 263 ). Belanda merasa senang karena telah menguasai ibukota negara
dan telah menangkap orang yang sangat berpengaruh di Indonesia yaitu Sukarno
dan Muhamad Hatta. Akan tetapi sebelum Belanda menguasai Yogyakarta dan
menangkap Sukarno dan Muhamad Hatta, telah mengadakan rapat kabinet yang
intinya adalah memberikan mandat kepada Mr.Sjafrudin Prawiranegara untuk
segera membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia ( PDRI ) di
Sumatera Barat.
Kota Bukit Tinggi dipilih sebagai pusat dan ibukota Pemerintahan Darurat
Republik Indonesia ( PDRI ) karena telah dipersiapkan pemerintah untuk
dijadikan ibukota pemeritahan apabila terjadi serangan militer Belanda. Dengan
begitu dapat dikatakan bahwa pemerintah telah membuat antisipasi yang menduga
bahwa Belanda akan melakukan Agresi Militer yang kedua.
4
Pemimpin Republik yang di Jawa telah menduga kemungkinan Agresi
Militer Belanda dan telah membuat rencana menghadapi kemungkinan
itu, pada bulan November 1948 Wakil Presiden Muhamad Hatta mengajak
Mr. Sjafrudin Prawiranegara Menteri Kemakmuran Republik Indonesia ke
Bukit Tinggi dan ketika Muhamad Hatta kembali ke Yogyakarta, Mr.
Sjafrudin Prawiranegara tetap tinggal untuk mempersiapkan kemungkinan
pembentukan sebuah Pemerintahan Darurat di Sumatera seandainya
ibukota
Republik
di
Jawa
jatuh
ke
tangan
Belanda
(Audrey Kahin, 2005 : 211 ).
Dengan demikian roda pemerintahan terus berjalan walaupun hanya Pemerintahan
Darurat. Selain itu juga perlawanan dengan senjata terus dilakukan melalui
strategi gerilya yang dipimpin oleh Jenderal Sudirman.
Pemerintahan Darurat Republik Indonesia di Bukit Tinggi, Sumatera Barat pada
awalnya akan dipimpin oleh Muhamad Hatta dan tugas Mr. Sjafrudin
Prawiranegara ketika itu adalah hanya mempersiapkan dan setelah dipersiapkan
dengan baik, kemudian Muhamad Hatta akan berangkat ke Bukit Tinggi.
Pertengahan Desember 1948 Perdana Menteri India, Jawarharlal Nehru
mengirim sebuah pesawat untuk membawa Sukarno dan Muhamad Hatta
ke luar Jawa, dalam perjalanan ke luar negeri pesawat itu singgah di Bukit
Tinggi disini Muhamad Hatta akan tinggal untuk mengepalai
pemerintahan Darurat, sementara Sukarno terbang ke New Delhi
(Audrey Kahin , 2005 : 211 ).
Sukarno dan Muhamad Hatta gagal berangkat karena sebelum pesawat itu
mendarat di Jawa, Belanda sudah melakukan Agresi Militer pada tanggal 19
Desember 1948.
Pemerintahan Darurat Republik Indonesia memegang kendali pemerintahan
selama 7 bulan yaitu dari 19 Desember 1948 sampai 13 Juli 1949. Meskipun
Pemerintahan Darurat Republik Indonesia hanya berjalalan selama 7 bulan tetapi
telah menyelamatkan pemerintahan negara Indonesia dari kehancuran akibat
terjadinya Agresi Militer Belanda II.
5
B.Analisis Masalah
B.1 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat diidentifikai masalah sebagai
berikut:
1. Agresi Militer Belanda II di Yogyakarta 19 Desember 1948
2. Mandat Presiden Indonesia kepada Mr.Sjafrudin Prawiranegara
untuk membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia di
Bukit Tinggi, Sumatera Barat
3. Pembentukan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia di Bukit
Tinggi, Sumatera Barat.
4. Pemerintahan Darurat Republik Indonesia di Bukit Tinggi,
Sumatera Barat 19 Desember 1948 – 13 Juli 1949
5. Pelaksanaan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia di Bukit
Tinggi, Sumatera Barat 19 Desember 1948 – 13 Juli 1949
B.2 Pembatasan Masalah
Agar penelitian tidak terlalu luas jangkauannya dan memudahkan pembahasan
dalam penelitian maka penulis membatasi permasalahan yaitu
tentang
Pelaksanaan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia dalam bidang politik dan
pertahanan keamanan.
B.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan
masalah maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah
6
pelaksanaan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia di Bukit Tinggi, Sumatera
Barat tahun 1948 - 1949?
C.Tujuan, Kegunaan dan Ruang Lingkup Penelitian
C.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian yang ingin dicapai
adalah untuk mengetahui pelaksanaan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia
dalam bidang politik dan pertahanan keamanan di Bukit Tinggi, Sumatera Barat
tahun 1948- 1949.
C.2 Kegunaan Penelitian
Kegunaan dalam penelitian ini adalah:
1. Penelitian ini diharapkan memberikan informasi sejarah tentang
Pemerintahan Darurat Republik Indonesia di Bukit Tinggi, Sumatera Barat
tahun 1948- 1949.
2. Penelitian ini diharapakan dapat meningkatkan rasa nasionalisme, cinta
tanah air dan dapat menghargai jasa para pahlawan.
3. Sebagai sumbangan pustaka yang dapat dimanfaatkan bagi masyarakat
umum.
C.3 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah pelaksanaan Pemerintahan Darurat Republik
Indonesia ( PDRI)
Tipe penelitian yang digunakan adalah Tinjauan Historis yang bersifat deskriptif
kualitatif
7
1. Subyek penelitian
Subyek penelitian adalah Pemerintah Darurat Republik Indonesia
2. Obyek penelitian
Obyek penelitian adalah Pelaksanaan Pemerintahan Darurat Republik
Indonesia dalam bidang politik dan pertahanan keamanan negara
Indonesia
3. Tempat penelitian
Tempat Penelitian dilaksanakan di Perpustakaan Daerah Lampung.
4. Bidang ilmu
Bidang Ilmu dalam penelitian ini adalah Sejarah.
5. Waktu penelitian
Penelitian dilaksanakan tahun 2012-2013
8
REFERENSI
Shodiq Mustafa.2007. Wawasan Sejarah Indonesia Dan Dunia. Solo : Tiga
Serangkai hal.10
Ibid. halaman. 13
Ibid. halaman. 40
Anthony J.S Reid. 1996. Revolusi Nasional Indonesia. Jakarta : Pustaka Sinar
Harapan. Hal. 263
Ibid. halaman 263
Audrey Kahin. 2005. Dari Pemberontakan Ke Integrasi Sumatera Barat dan
Politik Indonesia 1926 – 1998. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia hal.211
Ibid. Hal 211
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
A.Tinjauan Pustaka
1. Konsep Tinjauan Historis
Secara etimologis konsep tinjauan histories terdiri dari dua kata yakni tinjauan
dan histories. Dalam kamus bahasa Indonesia, Tinjauan berasal dari kata tinjau
yang berarti melihat, menjenguk, memeriksa dan meneliti untuk menarik
kesimpulan. Kata Historis berasal dari bahasa Yunani “Istoris” yang berarti ilmu
yang biasanya diperuntukkan bagi penelaahan mengenai gejala-gejala ( terutama
hal tentang manusia ) dalam urutan kronologis.
Menurut definisi umum, kata history kini berarti “ masa lampau umat manusia”.
Dalam bahasa Indonesia kata historis dikenal dengan istilah sejarah. Adapun
pengertian Historis atau sejarah adalah deskripsi yang terpadu dari keadaankeadaan ataau fakta-fakta masa lampau yang ditulis berdasarkan penelitian serta
studi yang kritis untuk mencari kebenaran.
Sejarah adalah rekonstruksi masa lalu, kemudian yang direkonstruksi adalah apa
saja yang sudah dipikirkan, dikatakan, dikerjakan, dirasakan dan dialami oleh
orang ( Kuntowijoyo,1995:17).
Sementara itu menurut Hugiono dan P.K Poerwantana (1986 : 10 ) sejarah adalah
gambaran tentang peristiwa masa lampau yang dialami oleh manusia disusun
10
secara ilmiah meliputi urutan waktu, diberi tafsiran dan dianalisa kritis sehingga
mudah dimengerti dan dipahami.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa sejarah
adalah ilmu yang mempelajari segala peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa
lampau yang dialami manusia dan disusun secara sistematis sehingga hasilnya
dijadikan sebagai pedoman hidup untuk masa sekarang dan masa yang akan
datang.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tinjauan histories memiliki pengertian
sebagai suatu bentuk penyelidikan atau penelitian terhadap gejala peristiwa masa
lalu baik manusia individu maupun kelompok beserta lingkungannya yang ditulis
secara ilmiah, kritis dan sistematis meliputi urutan fakta dan masa kejadian
peristiwa yang telah berlalu itu (kronologis) dengan tafsiran dan penjelasan yang
mendukung serta memberi pengertian terhadap gejala peristiwa tersebut.
Dalam penelitian ini yang menjadi konsep tinjauan historis adalah tentang
bagaimana pelaksanaan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia yang terjadi
selama tujuh bulan yang akan ditulis secara ilmiah dan sistematis berdasarkan
fakta dan kejadian yang ada.
2. Konsep Pemerintahan Darurat
Pemerintahan darurat berasal dari dua kata yaitu pemerintahan dan darurat.
Pemerintahan adalah Pemerintahan adalah perbuatan, cara, hal dan urusan dalam
memerintah ( Budiyanto , 2004 : 29 ).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia darurat adalah keadaan terpaksa yang
terjadi akibat peperangan ataupun bencana ( Poerwadarminta, 2006 : 267 ).
11
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pemerintahan darurat
adalah pemerintahan yang dibentuk karena dalam keadaan terpaksa yang terjadi
akibat perang.
Keadaan darurat atau biasa dikenal dengan sebagai staat van oorlog en
beleg (SOB). Yang dalam bahasa Inggris disebut sebagai state of
emergency adalah
suatu pernyataan dari pemerintah yang bisa mengubah fungsi fungsi
pemerintahan, memperingatkan warganya untuk mengubah aktfitas aktifitas
atau memerintahkan badan badan pemerintah atau negara untuk
menggunakan rencana rencana penanggulangan keadaan darurat.
(wong
Banyumas dalam wikipedia : http://id.wikipedia.org/wiki/Keadaan_darurat
diakses tanggal 10 Desember 2012 Pukul 21.10 WIB hal. 1 )
Menurut Herman Sihombing hukum tata negara dalam keadaan bahaya yakni :
Sebuah rangkaian pranata dan wewenang secara luar biasa dan istimewa
untuk dalam waktu sesingkat-singkatnya dapat menghapuskan keadaan
darurat atau bahaya yang mengancam, ke dalam kehidupan biasa menurut
perundang-undangan
dan
hukum
yang
umum
dan
biasa.
Dalam sebuah pemerintahan kadangkala terjadi sebuah keadaan yang tidak
dapat diprediksi dan bersifat mendadak. Keadaan demikan sering
menimbulkan keadaan darurat. Keadaan darurat disini berarti keadaan
yang dapat menimbulkan akibat yang tidak dapat diprediksi. Ketika
keadaan darurat terjadi maka pranata hukum yang ada terkadang tidak
berfungsi untuk menjangkaunya. Untuk itulah dibutuhkan perangkat
aturan hukum tertentu yang dapat melakukan pengaturan dalam keadaan
darurat.(wong
banyumas,
Herman
Sihombing:
dalam
http://id.wikipedia.org/wiki/Keadaan_darurat diakses tanggal 10 Desember
2012 pukul 21.11 WIB hal. 2 ).
Menurut Jimly Asshidiqie ada delapan asas dalam pemberlakuan keadaan darurat
suatu negara, yaitu :
1. Asas Proklamasi
Keadaan darurat harus diumumkan atau diproklamirkan kepada seluruh
masyarakat, dan apabila keadaan darurat tersebut tidak diproklamirkan
maka tindakan yang diambil tidak mendapat keaabsahan.
2. Asas Legalitas
Asas legalitas disini berkaitan dengan tindakan yang diambil oleh negara
dalam keadaan darurat, tindakan yang diambil harus tetap dalam koridor
hukum baik hukum nasional maupun hukum internasional.
12
3. Asas Komunikasi
Negara yang mengalami keadaan darurat harus mengkomunikasikan
keadaan tersebut kepada seluruh warga negara.Selain itu juga harus
memberitahukan kepada negara lain secara resmi.
4. Asas Kesementaraan
Dalam penetapan keadaan darurat harus ada kepastian hukum yakni jangka
waktu pemberlakuan keadaan darurat.Yaitu mengenai awal pemberlakuan
hingga waktu berakhirnya.
5. Asas Keistimewaan Ancaman
Krisis menimbulkan keadaan darurat harus benar benar terjadi atau
minimal mengandung potensi bahaya yang siap mengancam
negara.Ancaman tersebut harus bersifat istimewa karena menimbulkan
ancaman terhadap kehidupan.
6. Asas Proporsional
Tindakan yang diambil harus sesuai dengan gejala yang terjadi.Jangan
sampai negara mengambil tindakan yang tidak sesuai dan cenderung
berlebihan.
7. Asas Intangibility
Asas ini terkait dengan Hak Asasi Manusia.Dalam keadaan darurat
pemerintah tidak boleh tidak boleh membubarkan organ pendampingnya
yakni legislatif dan yudikatif.
8. Asas Pengawasan
Pemberlakuan keadaan darurat juga harus mendapatkan pengawasan dan
kontrol.Harus mematuhi prinsip negara hukum dan demokrasi
(wong
banyumas
:
Jimly
Asshidiqie
dalam
:
http://id.wikipedia.org/wiki/Keadaan darurat diakses tanggal 10 Desember
2012 pukul 21.12 WIB hal. 3).
Substansi pengertian negara dalam keadaan darurat diterjemahkan kedalam tiga
kategori yaitu:
1. Keadaan Darurat Sipil (KDS)
Keadaan ini merujuk pada suatu peristiwa yang timbul dari pergerakan
sosial arus bawah ke atas,sebagai suatu gerakan yang timbul dari gejala
kesenjangan sosial.
2. Keadaan Darurat Militer (KDM)
Keadaan ini merujuk pada suatu peristiwa yang berasal dari dalam internal
angkatan bersenjata sendiri oleh fenomena dualisme dalam puncak
pimpinan kemiliteran yang pro dan kontra.
3. Keadaan Darurat Perang (KDP)
Keadaan ini lebih merujuk pada suatu keadaan yang tergolong genting,
yang harus segera ditindaklanjuti melalui suatu komando dipundak
presiden selaku kepala negara dan kepala pemerintahan beserta
MenHanKam dalam hal pengambilan keputusan menyatakan perang dan
tindakan lainnya yang berguna untuk menyelamatkan negara
( H.F Abraham Amos, 2005 : 201).
13
Berdasarkan
teori darurat tersebut maka pembentukan Pemerintahan Darurat
Republik Indonesia adalah sesuai dengan teori tentang Keadaan Darurat Perang
(KDP) yaitu terjadinya Agresi Militer Belanda. Hal ini dapat dilihat dari bahwa
yang melatar belakangi keluarnya mandat presiden Soekarno kepada Mr.Sjafrudin
Prawiranegara untuk membentuk Pemerintahan Darurat di Sumatera adalah
terjadinya perang antara Indonesia dengan Belanda yang terjadi di Yogyakarta.
3. Konsep Pelaksanaan Pemerintahan Darurat
Pelaksanaan adalah perbuatan atau usaha untuk melaksanakan ( Poerwadarminta,
2006 : 650 ).
Jadi pelaksanaan pemerintahan darurat adalah perbuatan atau usaha untuk
melaksanakan pemerintahan yang terjadi karena dalam keadaan darurat.
Menurut teori tentang asas pemberlakuan keadaan darurat yaitu asas pengawasan
bahwa dalam keadaan darurat juga harus mendapat pengawasan, kontrol dan harus
mematuhi prinsip hukum dan demokrasi.
Indonesia adalah negara demoksasi, demokrasi adalah pemerintahan oleh rakyat
dan untuk rakyat ( C.S.T Kansil, 1986 : 39 ).
Menurut Hans Kelsen yang dikutip oleh C.S.T Kansil terdapat tiga cara untuk
melaksanakan sistem demokrasi :
1. Yang melaksanakan kekuasaan negara demokrasi adalah wakil rakyat
yang terpilih dimana rakyat yakin bahwa segala kehendak dan
kepentingannya akan diperhatikan dalam melaksanakan keputusan tersebut
2. Caranya melaksanakan kekuasaan negara demokrasi adalah senantiasa
mengingat kehendak dan keinginan rakyat. Jadi dalam melaksanakan
kekuasaan negara tidak bertentangan dengan kehendak dan kepentingan
rakyat
3. Banyaknya kekuasaan negara demokrasi yang boleh melaksanakan
tidaklah dapat ditentukan dengan angka angka akan tetapi sebanyak
mungkin untuk memperoleh hasil yang diinginkan rakyat ( C.S.T Kansil,
1986 : 40 ).
14
Berdasarkan
pendapat
tersebut
dapat
disimpulkan
bahwa
pelaksanaan
pemerintahana darurat harus sesuai dengan prinsip demokrasi. Pada penelitian ini
pelaksanaan pemerintahan darurat yang dilaksanakan di Bukit Tinggi tahun 1948
– 1949 adalah harus sesuai dengan prinsip Demokrasi.
4. Konsep Pertahanan Keamanan
Menurut UUD 1945 Pasal 30 dijelaskan bahwa setiap warga Negara berhak dan
wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.
Pertahanan adalah upaya untuk mempertahankan, membela diri atau menangkis
serangan ( Poerwadarminta , 2006 : 179 ).
Pertahanan dan keamanan nasional adalah kondisi dinamik suatu bangsa
yang berisi ketahanan dan ketangguhan yang mampu mengembangkan
kekuatan nasional didalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan,
ancaman, hambatan dan gangguan bangsa yang dating dari dalam maupun
dari luar secara langsung maupun tidak langsung yang membahayakan
integritas, identitas serta kelangsungan hidup bangsa dan Negara
(Tontowi Amsia, 2008 : 50 ).
Usaha pertahanan keamanan negara dilaksanakan melalui Sistem Pertahanan
Keamanan Rakyat Semesta ( SisHanKamRaTa ) oleh Tentara Nasional Indonesia
dan Kepolisian Republik Indonesia.
1. Tentara Nasional Indonesia ( TNI )
Tentara Nasional Indonesia merupakan kekuatan utama dalam sistem pertahanan
keamanan nasional Indonesia ( UUD 1945 Pasal 30 ayat 2 )
Tentara Nasional Indonesia terdiri dari Angkatan Darat, Angkatan Laut dan
Angkatan Udara.Dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi nya Tentara
15
Nasional Indonesia melaksanakan operasi militer perang dan operasi militer selain
perang.
2. Rakyat
Secara politis rakyat adalah semua orang yang berada dan berdiam dalam suatu
Negara atau menjadi penghuni Negara yang tunduk pada kekuasaan Negara
( Budiyanto, 2004 : 24 ).
Dalam bidang pertahanan keamanan rakyat merupakan kekuatan pendukung dari
kekuatan utama yaitu TNI/POLRI.Setiap warga Negara memliki kewajiban dalam
usaha pertahanan dan keamanan Negara dari berbagai ancaman yang dating dari
dalam maupun luar, serta berhak memelihara keamanan Negara.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka peneliti akan menghubungkan antara
pendapat para ahli dengan penelitian yang akan dibahas, dalam peneliatian ini
pertahanan dan kemanan yang akan dibahas adalah pertahanan keamanan yang
diselenggrakan pada masa Pemerintahan Darurat Republik Indonesia di Bukit
Tinggi tahun 1948 – 1949 yang melibatkan seluruh rakyat sebagai kekuatan
pendukung dan TNI sebagai kekuatan utama dengan menggunakan Sistem
Pertahanan Rakyat Semesta yang berada dalam satu Komando.
5. Konsep Politik
Asal mula kata politik adalah berasal dari kata polis yang berarti negara kota,
kaitannya dengan politik berarti ada hubungan khusus antara manusia yang hidup
bersama dalam hubungan itu timbul aturan, kewenangan, kelakuan, pejabat,
legalitas dan akhirnya kekuasaan (Inu Kencana Syafi’i, 2005 : 6 ).
16
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Politik adalah segala urusan dan
tindakan mengenai pemerintahan suatu negara ( Poerwadarminta, 2006 : 905 ).
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa politik adalah semua
tindakan yang ada hubunganannya dengan kepentingan kekuasaan dalam suatu
negara.
Berkaitan dengan hal tersebut ilmu politik dibagi kedalam lima macam objek
pusat perhatian, yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
Negara ( State )
Pemerintahan ( Government )
Kekuatan atau kewenangan ( Power and Authority )
Kelembagaan masyarakat ( Organization of Sosiety )
Kegiatan dan tingkah laku politik ( Political Aktivity And Behavior ).
(H.F Abraham Amos, 2005 : 424 ).
Pada penelitian ini Obyek politik yang akan dibahas adalah hanya pada
Pemerintahan.
a. Pemerintahan
Pemerintahan adalah perbuatan, cara, hal dan urusan dalam memerintah
( Budiyanto , 2004 : 29 ).
Pemerintahan dalam arti organ dapat dibedakan menjadi dua:
1) Pemerintahan dalam arti sempit, yang terdiri dari presiden dan wakil
presiden beserta kabinet.
2) Pemerintahan dalam arti luas,yang terdiri dari Eksekutif, Legislatif dan
Yudikatif ( Budiyanto, 2004 : 30 ).
Dalam menjalankan fungsi dan tugasnya suatu pemerintahan harus memiliki
kadaulatan ( Budiyanto, 2004 : 29 ).
Menurut Montesquieu masing masing lembaga pemerintahan antara Eksekutif,
Legislatif dan Yudikatif mempunyai fungsi dan tugas pokok masing masing.
17
1. Eksekutif
Fungsi dari Eksekutif adalah menjalankan Undang Undang. Di Indonesia
yang menjalankan Undang Undang adalah Pemerintah.
2. Legislatif
Fungsi dari Legislatif adalah membuat Undang Undang. Di Indonesia
yang memiliki kewenangan membuat Undang Undang adalah DPR / MPR.
3. Yudikatif
Fungsi dari Yudikatif adalah mengawal agar semua peraturan bisa ditaati (
Fungsi mengadili ). Di Indonesia yang memiliki tugas Yudikatif adalah
Mahkamah Agung dan pengadilan dibawahnya ( Budiyanto, 2006 : 15 ).
Mengenai jumlah orang yang berkuasa atau memegang pemerintahan terdapat tiga
macam pembagian:
1) Pemerintahan oleh satu orang (Government by one).
2) Pemerintahan oleh sekelompok orang (Government by few).
3) Pemerintahan
oleh
banyak
orang
(Government
the
many)
( May Rudi, 1992 : 31 ).
Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pemerintahan
adalah kekuasaan untuk menjalankan dan melaksanakan tindakan yang
berhubungan dengan kegiatan negara yang dilakukan secara individu maupun
kelompok dan memiliki kedaulatan.
1. Eksekutif
Kekuasaan Eksekutif atau kekuasaan pemerintahan diatur dalam UUD 1945 Bab
III Pasal 4 sampai dengan 15. Pemerintahan Republik Indonesia dijalankan oleh
Pemerintah
Republik
Indonesia
yang
meliputi
dari
beberapa
lembaga
pemerintahan yang dipimpin oleh Presiden ( CST Kansil, 1993 : 74 ).
Di Negara Negara Demokratis badan Eksekutif biasanya terdiri dari kepala negara
( Raja atau Presiden ), sedangkan dalam arti luas juga mencakup para Pegawai
Negeri Sipil, dan militer ( Miriam Budiardjo, 1983 : 208 ).
18
Menurut Austen Raney dalam suatu negara modern, badan Eksekutif sudah
Mengganti badan Legislatif sebagai Pembuat kebijakan utama ( Miriam
Budiardjo, 1983 : 209 ).
Wewenang badan Eksekutif :
1. Diplomatik yaitu menyelenggarakan hubungan diplomatik dengan negara
lain
2. Administratif yaitu melaksanakan Undang Undang serta peraturan
peraturan lainnya.
3. Militer yaitu mengatur Angkatan Bersenjata, menyelenggarakan Perang
dan Pertahanan Keamanan Negara.
4. Yudikatif yaitu memberikan Grasi dan Amnesti
5. Legislatif yaitu merencanakan Rancangan Undang Undang kemudian
diajukan ke Dewan Perwakilan Rakyat sampai menjadi Undang Undang (
Miriam Budiardjo, 1983 : 210 ).
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa Eksekutif adalah
lembaga negara yang menjalankan semua kegiatan negara yang dipimpin oleh
kepala pemerintahan. Kekuasaan eksekutif Republik Indonesia berada dibawah
perintah Presiden sebagai kepala pemerintahan.
Berdasarkan kesimpulan yang telah dijelaskan dan pendapat para ahli tersebut
maka peneliti akan menghubungkan antara pendapat para ahli dengan penelitian
yang akan dibahas.
Dalam penelitian ini yang menjadi bahasan utama adalah Eksekutif dalam arti
luas yaitu kepala pemerintahan, kabinet, pegawai negeri sipil dan militer yang
memiliki kekuasaan dalam bidang Diplomatik, Administratif, Yudikatif, Legislatif
dan Militer.
2.Kekuasaan Legislatif
Kekuasaan Legislatif merupakan kekuasaan untuk membentuk Undang Undang.
Undang Undang yang dibuat oleh Presiden/Pemerintah harus mendapat
19
persetujuan dari Legislatif. Lembaga Legislatif di Indonesia disebut dengan
Dewan Perwakilan Rakyat. Dewan Perwakilan Rakyat adalah suatu lembaga
tinggi negara yang anggotanya terdiri dari wakil wakil rakyat ( CST Kansil, 1993 :
218 ). Menurut UUD 1945 pasal 20 dijelaskan bahwa fungsi Dewan Perwakilan
Rakyat adalah fungsi legislasi, fungsi anggaran dan fungsi pengawasan.
Diantara fungsi legislatif yang paling penting adalah :
1. Menentukan kebijakan dan membuat undang undang oleh karena itu diberi
hak inisiatif yaitu hak untuk mengadakan amandemen terhadap undang
undang.
2. Mengontrol badan eksekutif ( Miriam Budiardjo, 1983 : 182 ).
Maka dapat disimpulkan bahwa kekuasaan Legislatif di Republik Indonesia
berada ditangan Dewan Perwakilan Rakyat yang diberi kekuasaan untuk
membentuk Undang Undang dan mengontrol Eksekutif.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka peneliti akan menghubungkan antara
pendapat para ahli dengan penelitian yang akan dibahas.
Dalam penelitian ini yang akan menjadi bahasan utama adalah kekuasaan
Eksekutif, sedangkan kekuasaan Legislatif secara bersama sama bekerja dengan
Eksekutif. Oleh karena itu pada masa Pemerintahan Darurat Republik Indonesia
di Bukit Tinggi tahun 1948 – 1949, kekuasaan Legislatif tidak bekerja dengan
normal atau sebagai mana mestinya tetapi masuk dan tergabung dengan Eksekutif.
3.Kekuasaan Yudikatif
Negara Indonesia adalah negara hukum yang berdasarkan Pancasila.Oleh karena
itu dalam pasal 24 ayat 1 UUD 1945 Dijelaskan bahwa kekuasaan kehakiman
20
dilakukan oleh sebuah lembaga yang disebut dengan Mahkamah Agung ( CST
Kansil, 1993 : 223 ).
Untuk kekuasaan Yudikatif prinsip yang tetap harus dipegang adalah bahwa tiap
negara hukum, badan Yudikatif haruslah bebas dari campur tangan pihak pihak
lainnya, ini dimaksudkan agar badan Yudikatif dapat berfungsi secara sewajarnya
demi penegakan hukum dan Hal Azasi Manusia ( Miriam Budiardjo, 1983 : 227 ).
Jadi dapat disimpulkan bahwa kekuasaan Yudikatif adalah kekuasaan untuk
menjalankan dan menegakan hukum dan HAM. di Indonesia berada ditangan
Mahkamah Agung dan Pengadilan dibawahnya.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka peneliti akan menghubungkan antara
pendapat para ahli dengan penelitian yang akan dibahas. Dalam penelitian ini
yang akan adalah kekuasan Yudikatif pada masa Pemerintahan Darurat Republik
Indonesia di Bukit Tinggi tahun 1948 – 1949, artinya bahwa penegakan hukum
serta pengadilan yang ada pada masa Pemerintahan Darurat akan dibahas secara
singkat pada bagian hasil penelitian.
21
B. Kerangka Pikir
Pemerintahan Darurat Republik Indonesia merupakan suatu pemerintahan
sementara yang dibentuk atas dasar mandat yang diberikan kepada Mr.Sjafrudin
Prawiranegara. Mandat ini diberikan karena permasalahan keamanan Ibukota
Negara yang telah dikuasai oleh Belanda dalam Agresi Militer Belanda II.
Pusat Pemerintahan Darurat Republik Indonesia adalah di Bukit Tinggi, Sumatera
Barat. Secara resmi menjalankan roda pemerintahan pada tanggal 22 Desember
1948 dan berakhir pada 13 Juli 1949. Pelaksanaan dalam bidang politik yang
dilaksanakan antara lain dalam bidang pemerintahan dan hubungan luar negeri.
Dalam keadaan Darurat karena terjadinya Agresi Militer Belanda tentunya
Pemerintahan
Darurat
Membutuhkan
Pertahanan
Keamanan
yang baik.
Pelaksanaan Pertahanan Keamanan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia
selalu berkoordinasi dengan Tentara Nasional Indonesia di Jawa karena sebagai
Markas Utama TNI. Pelaksanaan yang dilakukan adalah sesuai dengan Instruksi
Komandan Militer .
22
C. Paradigma
Agresi Militer Belanda II
Pemerintahan Darurat Republik Indonesia
( PDRI )
Politik
Keterangan:
: Garis Sebab
: Garis pelaksanaan
Pertahanan Keamanan
23
REFERENSI
Kuntowijoyo. 1995. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta : Bentang Budaya.
Halaman 17
Poerwantana, P.K. dan Hugiono. 1986. Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta : Bina
Aksara. Halaman 10
Budiyanto. 2004. Kewarganegaraan. Jakarta : Erlangga. Halaman 29
Poerwadarminta. 2006. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Halaman 267
Wong banyumas dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Keadaan_darurat diakses
tanggal 10 Desember 2012 Pukul 21.10 WIB hal. 1
Wong
banyumas,
Herman
Sihombing
dalam
http://id.wikipedia.org/wiki/Keadaan_darurat diakses tanggal 10 Desember
2012 pukul 21.11 WIB hal 2
Wong
banyumas,
Jimli
Asidiqie
dalam
http://id.wikipedia.org/wiki/Keadaan_darurat diakses tanggal 10 Desember
2012 pukul 21.12 WIB hal 3
Abraham Amos. 2005. Sistem Ketatanegaraan Indonesia.
Grafindo.halaman 201
Jakarta : Raja
Poerwadarminta Op. Cit. Halaman 650
C.S.T.Kansil. 1986. Hukum Antar Tata Pemerintahan ( Comparative Goverment )
dalam rangka perbandingan hukum tata negara. Jakarta : Erlangga.
Halaman 39
Ibid. Halaman. 40
Poerwadarminta. Op. Cit. Halaman 176
Tontowi Amsia. 2008. Kewarganegaraan Dalam Perspektif Ketahanan Nasional.
Unila : Bandar Lampung. Halaman. 50
Budiyanto. Op. Cit. Halaman. 24
24
Inu Kencana Syafii. 2005. Sistem Politik Indonesia. Bandung : Rafika Aditama.
Halaman.6
Amos. Op. Cit. Halaman. 424
Budiyanto. Op. Cit. Halaman. 29
Ibid. Halaman.30
C.S.T Kansil. 1993. Sistem Pemerintahan Indonesia. Bumi Aksara : Jakarta
Halaman. 74
Ibid. Halaman.218
Ibid. Halaman.223
Budiyanto. Op. Cit. Halaman.15
May Rudi. 1992 Pengantar Ilmu Politik Rafika Aditama : Bandung
Amos. Op. Cit. Halaman. 424
Sri Jutmini. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan 2. Tiga Serangkai : Solo.
Halaman 124
Supendi Haryadi. 1990. Geogafi Kependudukan. Bandung : Armico. Halaman.
184
Ahmad Rustandi. 1988. Tata Negara. Bandung : Armico. Halaman 176
25
III. METODE PENELITIAN
A. Metode yang Digunakan
Keberhasilan suatu penelitian banyak dipengaruhi oleh pemakaian metode, maka
dari itu seorang peneliti harus dapat memilih metode yang tepat dan sesuai.
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis.
dengan berusaha mencari gambaran menyeluruh tentang data, fakta dan peristiwa
yang sebenarnya mengenai pelaksanaan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia
( PDRI ) Di Bukit Tinggi Sumatera Barat Tahun 1948 – 1949.
Pengertian metode historis menurut Nugroho Notosusanto adalah :
Sekumpulan prinsip dan aturan yang sistematis yang digunakan untuk
memberikan bantuan secara efektif dalam mengumpulkan bahan-bahan bagi
sejarah, menilai secara kritis dan kemudian menyajikan suatu sintesa daripada
hasil-hasilnya. (Nugroho Notosusanto, 1984 : 10-11)
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode historis adalah suatu cara di
dalam proses pengujian dan analisis data yang sudah terkumpul untuk dijadikan
bahan sejarah yang tertulis.
26
Adapun langkah-langkah dalam penulisan historis yaitu :
1. Heuristik, adalah proses mencari untuk menemukan sumber-sumber
sejarah.
2. Kritik, yaitu menyelidiki apakah jejak-jejak sejarah itu asli, baik isi
maupun bentuknya.
3. Interpretasi, yaitu setelah memperoleh fakta yang diperlukan, maka kita
harus merangkaikan fakta-fakta itu menjadi keseluruhan yang masuk akal.
4. Historiografi, yaitu merupakan kegiatan penulisan dalam bentuk laporan
hasil penelitian (Nugroho Notosusanto, 1984 : 36).
B. Variabel Penelitian
Menurut Mohammad Nasir, variabel adalah konsep yang memiliki berbagai
macam nilai (Mohammad Nasir, 1983 : 149).
Menurut Sutrisno Hadi, yang dimaksud dengan variable adalah gejala-gejala yang
menunjukkan variasi, baik dalam jenisnya maupun dalam tingkatannya (Sutrisno
Hadi, 1981 : 260).
Jadi pengertian variabel dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang akan menjadi
objek pengamatan dalam penelitian dan disamping itu variable penelitian sering
juga dinyatakan sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejalagejala yang akan diteliti.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu
pelaksanaan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia di Bukit Tinggi Sumatera
Barat tahun 1948 – 1949.
27
C. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian memerlukan data karena itu dilakukanlah kegiatan pengumpulan
data untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai penelitian yang akan
diteliti. Adapun dalam penelitian ini, untuk mendapatkan data yang dibutuhkan
peneliti menggunakan dua teknik, yaitu :
C.1 Teknik Kepustakaan
Tentang teknik kepustakaan, Koentjaningrat berpendapat sebagai berikut :
Teknik kepustakaan merupakan cara pengumpulan data dan informasi dengan
bantuan bermacam-macam material yang terdapat di ruang kepustakaan misalnya
Koran, majalah-majalah, naskah, catatan-catatan, kisah sejarah, dokumen dan
sebagainya yang relevan dengan penelitian. (Koentjaningrat, 1983 : 81)
Dengan teknik kepustakaan, peneliti berusaha mempelajari dan menelaah bukubuku untuk memperoleh data-data dan informasi berupa teori-teori atau argumentargumen yang dikemukakan oleh para ahli yang berkaitan dengan masalahmasalah yang akan diteliti.
C.2 Teknik Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah suatu teknik mencari data-data mengenai hal-hal atau
variable yang berupa catatan, buku, transkrip, surat kabar, majalah, notulen,
legger, agenda dan sebagainya (Suharsimi Arikunto, 1986 : 188).
Dalam penelitian ini, teknik dokumentasi digunakan untuk memperoleh data masa
lampau dan data masa sekarang, sebab bahan-bahan dokumentasi mempunyai arti
28
metodelogis yang sangat penting dalam penelitian masyarakat yang mengambil
orientasi histories. Data-datanya berasal dari sumber-sumber informasi berupa
buku-buku referensi, surat kabar atau majalah dan foto-foto yang relevan.
D. Teknik Analisis Data
Setelah data penelitian diperoleh, maka langkah selanjutnya adalah mengolah data
dan menganalisis data untuk diinterpretasikan dalam menjawab permasalahan
penelitian yang telah diajukan. Karena penelitian ini adalah penelitian kualitatif,
maka data yang terdapat dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Dengan
demikian teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis data kualitatif.
Dalam sebuah penelitian, analisis data merupakan hal yang sangat penting karena
data yang sudah diperoleh akan lebih memiliki arti bila telah dianalisis. Menurut
Hadari Nawawi, analisis data kualitatif merupakan bentuk penelitian yang bersifat
atau memiliki karakteristik bahwa datanya dinyatakan dalam keadaan yang
sewajarnya dan sebagaimana adanya. (Hadari Nawawi, 1993 : 174).
Tahapan-tahapan dalam proses analisis data kualitatif menurut Mohammad Ali
meliputi :
1. Penyusunan Data
Penyusunan data ini digunakan untuk mempermudah dalam penelitian,
hal ini menyangkut apakah data yang dibutuhkan telah memadai atau
tidak perlu melakukan seleksi.
2. Klasifikasi Data
Klasifikasi data merupakan usaha penggolongan data berdasarkan
kategori tertentu yang dibuat oleh peneliti.
3. Pengolahan Data
Data-data yang telah diseleksi kemudian diolah dengan menggunakan
analisi data kualitatif, dengan tujuan adalah untuk menyederhanakan
29
data tersebut dan untuk mengetahui apakah data tersebut dapat
dipergunakan dalam penelitian atau tidak.
4. Penyimpulan Data
Setelah dilakukan pengolahan data, maka untuk mengetahui langkah
selanjutnya adalah menarik kesmpulan untuk kemudian disajikan
dalam bentuk laporan.
(Mohammad Ali, 1985; 152)
Dalam penelitian ini semua tahapan analisis data kualitatif tersebut harus
dilaksanakan dengan baik dan benar guna memperoleh hasil penelitian yang baik.
30
REFERENSI
Louis Gottschalk .1986. Mengerti Sejarah ( terjemahan Nugroho Notosusanto ).
Jakarta : Yayasan Penerbit UI. halaman 10.
Ibid. Halaman 36
Mohammad Nasir,. 1983. Metodologi Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia,
halaman 149.
Koentjaraningrat. 1983. Metode-metode Penelitian Sosial. Jakarta : Gramedia,
halaman 81
Suharsimi Arikunto. 1986. Proses Penelitian Suatu Pendidikan Praktik. Bandung
: Bina Aksara. halaman 188.
Hadari Nawawi. 1993. Metodologi Penelitian Bidang Sosial. Jakarta : Indayu
Press, halaman 133.
59
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pemaparan pada hasil dan pembahasan di atas, penulis dapat
menyimpulkan bahwa pelaksanaan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia di
Bukit Tinggi Sumatera Barat tahun 1948 – 1949 diawali dengan pembentukan
Pemerintahan Darurat Republik Indonesia yang dilaksanakan di Sumatera Barat
pada tahun 1948. Kemudian dalam bidang politik yang berhasil melaksanakan
Pemerintahan dengan membentuk kabinet pemerintahan. Kabinet Pemerintahan
ini diberi nama kabinet Darurat. Kabinet Darurat dipimpin oleh Mr. Sjafrudin
Prawiranegara. Kabinet Darurat ini yang menjalankan fungsi Pemerintahan.
Setelah dibentuk Kabinet Darurat membentuk Program kerja, program kerja
Kabinet Darurat adalah menyelamatkan Pemerintahan Indonesia dari kehancuran
akibat terjadinya Agresi Militer Belanda II. Kegiatan dalam politik dan
pemerintahan Mr. Sjafrudin Prawiranegara menjalankannya secara berpindah
pindah dari satu tempat ke tempat lainnya, hal ini dilakukan untuk menghindari
serangan pasukan Belanda. Program kerja dalam bidang Pertahanan Keamanan
yang berhasil dibentuk adalah Daerah sub komando, pembentukan basis gerilya,
pembentukan jaringan logistik, pertahanan keamanan internal dan pertahanan
60
rakyat semesta. Program kerja ini merupakan hasil kerja sama antara pemerintah
dengan Tentara Nasional Indonesia. Pemerintahan Darurat Republik Indonesia di
Bukit Tinggi Sumatera Barat berakhir dengan dikembalikannya mandat dari
Mr.Sjafrudin Prawiranegara kepada Sukarno pada tanggal 13 Juli 1949.
B. SARAN
Saran yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Gambaran tentang Pemerintahan Darurat Republik Indonesia dapat
menjadi pelajaran yang berharga bagi kita untuk mengetahui bahwa suatu
pemerintahan
apabila
dijalankan dengan
sungguh sungguh
akan
memperoleh hasil yang baik, seperti PDRI meskipun dalam keadaan
darurat tetap bisa menjalankan roda pemerintahan.
2. Pemerintah di zaman sekarang sebaiknya banyak belajar dari sejarah,
terutama PDRI. meskipun dalam keadaan darurat pemerintah selalu dekat
dengan masyarakat. pemerintah dapat mengayomi masyarakat dengan
baik. sehingga ada kepedulian kepada masyarakat.
3. Untuk generasi muda agar selalu ingat dengan sejarah bangsa Indonesia.
Karena setelah 68 tahun Indonesia merdeka ternyata Indonesia pernah
mempunyai pemerintahan darurat yang hampir terlupakan, padahal
pemerintahan darurat memiliki andil besar dalam menyelamatkan bangsa
Indonesia dari kehancuran akibat Agresi Militer Belanda II
DAFTAR PUSTAKA
Amos, Abraham. 2005. Sistem Ketatanegaraan Indonesia. Jakarta : Raja Grafindo.
562 halaman
Amsia, Tontowi. 2008. Kewarganegaraan dalam ketahanan Nasional. Lampung :
Universitas Lampung. 122 halaman
Arasyid, Chainur. 2006. Dasar Dasar Ilmu Hukum. Jakarta : Sinar Grafika. 167
halaman
Arikunto, Suharsimi. 1986. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta :
Bina Aksara.314 halaman
Budiyanto. 2004. Kewarganegaraan. Jakarta : Erlangga.182 halaman
Fidelara. 2010.Sejarah Kabinet Kabinet Indonesia. Jakarta : KemDikNas.122
halaman
http://fatahilla.blogspot.com/2009/07/hukum_tatanegara_darurat.html diakses tanggal
10 Desember pukul 21.00 WIB
http://id.wikipedia.org/wiki/Keadaan_darurat diakses tanggal 10 Desember 2012
pukul 21.10 WIB
Kahin, Audrey. 2005. Dari Pemberontakan ke Integrasi : Sumatera Barat dan Politik
Indonesia 1926 – 1998. Yayasan Obor Indonesia : Jakarta
Kansil, C.S.T.1986. Hukum Tata Negara Republik Indonesia. Jakarta : Bina Aksara.
719 halaman
. 2001. Ilmu Negara. Jakarta : Pradnya Paramita. 250 halaman
. 1986. Hukum Antar Tata Pemerintahan ( Comparative Goverment )
dalam rangka perbandingan hukum tata negara. Jakarta : Erlangga.
324 halaman
Keraf. Gorys. 1994