Keaslian Penelitian SELF DISCLOSURE PADA PENYANDANG TUNADAKSA.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id pribadi dan bahwa orang lebih nyaman sendiri mengungkapkan dalam konteks tatap muka. Alasan lain mungkin untuk tingkat rendah pengungkapan diri melalui email adalah kenyataan bahwa email merupakan bentuk komunikasi online yang lebih tua, dan banyak orang mungkin tidak menggunakannya sesering lagi. Penelitian Harper Harper 2006, “Understanding Student Self- Disclosure Typology Through Blogging”. Hasil penelitian menunjukkan siswa yang melakukan pengungkapan diri memainkan peran penting dalam pengalaman belajar dan memproduksi hasil pembelajaran yang positif. Blogging adalah alat web semakin populer yang berpotensi dapat membantu pendidik dengan mendorong siswa pengungkapan diri. Kedua analisis dan fokus konten kelompok digunakan untuk menilai apakah siswa keterbukaan diri mengungkapkan secara deskriptif, kategori topik, dan evaluatif. Serta blogging mendorong siswa keterbukaan diri, dan implikasi dari temuan ini juga dibahas. Melihat beberapa hasil penelitian yang sudah ada baik di luar negeri maupun di Indonesia, persamaan yang muncul adalah topik tentang self- disclosure dan terdapat satu penelitian yang sama pada penyandang disabilitas. Meskipun demikian penelitian ini berbeda dengan sebelumnya. Perbedaan tersebut antara lain pertama belum ada penelitian yang subjeknya spesifik membahas tentang tunadaksa yang berprestasi. Kedua, fokus penelitian yakni menggali dimensi dan faktor self-disclosure pada tunadaksa. Yang terakhir, ketiga adalah penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id strategi fenomenologi, karena sesuai dengan realita sekarang banyak tunadaksa yang dalam keterbatasannya mampu berprestasi seperti orang normal lainnya. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Konseptualisasi Topik yang Diteliti

1. Self Disclosure a. Pengertian Self Disclosure Self-disclosure atau pengungkapan diri merupakan kegiatan membagi perasaan dan informasi yang akrab dengan orang lain Sears, 2001. Kartono Gulo 2000, self-disclosure adalah suatu proses dengan mana seseorang membuat dirinya dikenal oleh orang lain. Pearson 1983, dalam Rini, 2012 mengartikan self- disclosure sebagai komunikasi dimana seseorang dengan sukarela dan sengaja memberitahukan orang lain mengenai dirinya secara akurat, yang tidak dapat orang lain dapatkan atau ketahui dari pihak lain. Jika seseorang secara terpaksa memberitahukan dirinya secara detail kepada orang lain, maka hal ini tidak dapat dianggap sebagai self-disclosure karena yang termasuk self-disclosure adalah setiap informasi yang ditentukan oleh seseorang untuk dibagi kepada orang lain secara sukarela. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Menurut Jourard dan Lasakow 1958, pengungkapan diri yaitu menceritakan yang sebelumnya tidak diketahui sehingga menjadi pengetahuan yang dibagi yakni proses membuat diri sendiri untuk diketahui orang lain dalam Joinson Paine, 2007. Jourard, 1971, pengungkapan diri mengacu pada ekspresi lisan yang mana seseorang mengungkapkan aspek dirinya sendiri kepada orang lain dalam Barak Gluck-Ofri, 2007. Derlega, dkk 2008 self-disclosure adalah transaksi yang terjadi antara dua orang atau lebih dalam peran “pengungkapan” dan “penerima pengungkapan” atau “pendengar” pada tingkat kognitif, emosional, dan perilaku. Apa, kapan dan bagaimana keterbukaan diri terjadi pada satu kesempatan atau dari waktu ke waktu berpengaruh dan dipengaruhi oleh interaksi dan atau hubungan yang terbentang antara peserta. Altman dan Taylor 1973, mengemukakan bahwa self- disclosure merupakan kemampuan seseorang untuk mengungkapkan informasi diri kepada orang lain yang bertujuan untuk mencapai hubungan yang akrab. Sedangkan Person 1987 mengartikan self-disclosure sebagai tindakan seseorang dalam memberikan informasi yang bersifat pribadi pada orang lain secara sukarela dan disengaja untuk maksud memberi informasi yang akurat tentang dirinya. dalam Gainau 2009. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Johnson 1997, dalam Ndoen, 2009, mendefinisikan pengungkapan diri sebagai pengutaraan kepada orang lain tentang bagaimana individu bereaksi terhadap situasi saat ini dan bagaimana dia memberikan informasi tentang masa lalu secara relevan, sehingga orang lain dapat memahami tindakan yang di ambil saat ini. Selanjutnya Fattah 2008, mengatakan pengungkapan diri dapat diartikan sebagai pemberian informasi tentang diri sendiri kepada orang lain. Informasi yang diberikan tersebut dapat mencakup berbagai hal seperti pengalaman hidup, perasaan, emosi, pendapat, cita-cita, dan lain sebagainya. Pengungkapan diri haruslah di landasi dengan kejujuran dan keterbukaan dalam memberikan informasi, atau dengan kata lain apa yang disampaikan kepada orang lain hendaklah bukan merupakan suatu topeng pribadi atau kebohongan belaka sehingga hanya menampilkan sisi yang baik saja Fattah, dalam Ndoen, 2009. Aranda 2006 mengungkapkan banyak hal yang dapat diungkapkan tentang diri melalui ekspresi wajah, sikap tubuh, pakaian, nada suara, dan melalui isyarat-isyarat nonverbal lainnya yang tidak terhitung jumlahnya meskipun banyak diantara perilaku tersebut tidak disengaja, namun, penyingkapan diri yang sesungguhnya adalah perilaku yang disengaja. Pengungkapan diri tidak hanya merupakan bagian integral dari komunikasi dua orang, digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id penyingkapan diri telah sering muncul dalam konteks hubungan dua orang daripada dalam konteks komunikasi lainnya Aranda dalam Meilena Suryanto 2015. Dari beberapa definisi di atas, maka self-disclosure merupakan kegiatan membagi perasaan dan informasi yang akrab dengan orang lain b. Dimensi Self Disclosure Menurut Morton 1978, terdapat dua dimensi dari pengungkapan diri, yaitu: 1 Descriptive Self Disclosure Melukiskan berbagai fakta mengenai diri yang mungkin belum diketaui oleh orang lain. Pengungkapan diri ini berisi informasi dan fakta-fakta tentang diri sendiri yang bersifat kurang pribadi, seperti riwayat keluarga, kebiasaan-kebiasaan, dan lain-lain. 2 Evaluative Self Disclosure Pengungkapan diri yang berisi pendapat atau perasaan pribadi, ekspresi mengenai perasaan-perasaan, pikiran-pikiran, dan penilaian-penilaian pribadi seperti perasan cinta atau benci, hingga peristiwa-peristiwa yang memalukan Morton dalam Sears, 2001. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Johnson dalam Ndoen, 2009 pengungkapan diri memiliki dua dimensi, yaitu: 1 Keluasan Untuk dapat mengenal seseorang lebih baik, individu menampilkan lebih banyak topik untuk dijelaskan. 2 Kedalaman Membuat penjelasan tersebut diungkapkan secara lebih pribadi. Ada beberapa dimensi self-disclosure yang dikemukakan oleh Culbert, dkk dalam Gainau, 2009, yaitu: ketepatan, motivasi, waktu, keintensifan, kedalaman dan keluasan. 1 Ketepatan Ketepatan mengacu pada apakah seorang individu mengungkapkan informasi pribadinya dengan relevan dan untuk peristiwa di mana individu terlibat atau tidak sekarang dan disini. Self-disclosure sering sekali tidak tepat atau tidak sesuai ketika menyimpang dari norma-norma. Sebuah self- disclosure mungkin akan menyimpang dari norma dalam hubungan yang spesifik jika individu tidak sadar akan norma- norma tersebut. Individu harus bertanggungjawab terhadap resikonya, meskipun bertentangan dengan norma. Self- disclosure yang tepat dan sesuai meningkatkan reaksi yang positif dari partisipan atau pendengar. Pernyataan negatif