Pengaruh Jangka Waktu Pelukaan Dengan Modifikasi Perlakuan Fisik Pada Metode Riil Terhadap Produktivitas Getah Pinus (Pinus merkusii) (Studi Kasus Di Areal PT. Inhutani IV Unit Sumatera Utara Aceh, Siborong-borong, Tapanuli Utara)
PENGARUH JANGKA WAKTU PELUKAAN DENGAN MODIFIKASI PERLAKUAN FISIK PADA METODE RIIL
TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS (Pinus merkusii)
(Studi Kasus : Di Areal PT. Inhutani IV Unit Sumatera Utara-Aceh, Siborong-borong, Tapanuli Utara)
SKRIPSI
Oleh: Wilna Fikriyah Hasibuan 091201035/Teknologi Hasil Hutan
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013
Universitas Sumatera Utara
PENGARUH JANGKA WAKTU PELUKAAN DENGAN MODIFIKASI PERLAKUAN FISIK PADA METODE RIIL
TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS (Pinus merkusii)
(Studi Kasus : Di Areal PT. Inhutani IV Unit Sumatera Utara-Aceh, Siborong-borong, Tapanuli Utara)
SKRIPSI Oleh:
Wilna Fikriyah Hasibuan 091201035/Teknologi Hasil Hutan Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013
Universitas Sumatera Utara
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Hasil
Nama Nim Program Studi
:Pengaruh Jangka Waktu Pelukaan Dengan Modifikasi Perlakuan Fisik Pada Metode Riil Terhadap Produktivitas Getah Pinus (Pinus merkusii) (Studi Kasus Di Areal PT. Inhutani IV Unit Sumatera Utara Aceh, Siborong-borong, Tapanuli Utara) : Wilna Fikriyah Hasibuan : 091201035 : Teknologi Hasil Hutan
Menyetujui, Komisi Pembimbing
Ketua
Anggota
Ridwanti Batubara, S.Hut., M.P
Dr. Muhdi, S.Hut., M. Si
Mengetahui, Ketua Program Studi Kehutanan Siti Latifah, S.Hut., M. Si., Ph. D
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
Wilna Fikriyah Hasibuan : The influence between time of tapping with modification physical treatment in riil technique of oleo resin productivity (Pinus merkusii). Supervised by Ridwanti Batu Bara and Muhdi.
Pinus merkusii is one of endemic in North Sumatera, especially in the north. Pine has a very impotant role, whereas beside as a pioneer plant, pine also produces resin which if we process it more, it wil has higher economic value. The purpose of this research were for knowing the influence between time of tapping with modification physical treatment in riil technique of oleo resin productivity. In this research, the physical treatment used were by hitting ( without hitting, 10,20, and 30 times hitting).
The result of this research showed that 10 times hitting were different than 20 and 30 times hitting, while 20 times hitting and 30 times hitting were not much different. The highest amount of oleo resin productivity were from 10 times hitting (121 gr/tree) which showed that physical treatment of 10 times hitting were better than 20 and 30 times hitting. The times of tapping 3 days at once was very different with the times of tapping 5 and 7 days at once, while the times of tapping 5 and 7 days at once were not much different. The times of tapping 3 days at once has a significant influence and it was the best times of tapping for increasing oleo resin productivity. Key words : Pinus merkusii , resin , riil technique, times of tapping
ii
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Wilna Fikriyah Hasibuan: Pengaruh Jangka Waktu Pelukaan dengan Modifikasi Perlakuan Fisik Pada Teknik Riil Terhadap Produktivitas Getah Pinus (Pinus merkusii). Dibawah bimbingan Ridwanti Batubara dan Muhdi
Pinus merkusii merupakan salah satu endemik di Sumareta Utara khususnya bagian utara. Tanaman pinus memiliki peranan yang penting, dimana selain sebagai tanaman pioner, pohon pinus juga menghasilkan getah yang apabila diolah lebih lanjut akan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh jangka waktu pelukaan dengan modifikasi perlakuan fisik pada teknik riil terhadap produktivitas getah P. merkusii. Pada penelitian perlakuan fisik yang digunakan adalah pemukulan (tanpa pemukulan, pemukulan 10 kali, pemukulan 20 kali dan pemukulan 30 kali).
Hasil penelitian menunjukkan pemukulan 10 kali berbeda nyata dengan pemukulan 20 kali dan 30 kali, sedangkan pemukulan 20 kali dan 30 kali tidak berbeda nyata. Hasil produksi getah pinus terbanyak didapat pada pemukulan 10 kali yaitu sebesar 121 gr/pohon yang mana menunjukkan bahwa perlakuan fisik pemukulan 10 kali lebih baik daripada pemukulan 20 dan 30 kali. Jangka waktu pelukaan setiap 3 hari sekali berbeda nyata dengan jangka waktu pelukaan 5 hari sekali dan 7 hari sekali, sedangkan jangka waktu pelukaan 5 hari sekali tidak berbeda nyata dengan 7 hari sekali. Jangka waktu pelukaan 3 hari sekali mempunyai pengaruh yang signifikan dan merupakan jangka waktu pelukaan yang baik untuk meningkatkan produktivitas getah Pinus merkusii.
Kata kunci : Pinus merkusii, getah, teknik Riil, pemukulan, jangka waktu pelukaan
iii
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP
Wilna Fikriyah Hasibuan dilahirkan di Sibuhuan, Kabupaten Padang Lawas pada tanggal 25 November 1990 dari bapak Saleh Daud Hasibuan dan ibu Wirdana Misra Nasution (Almarhumah). Penulis merupakan anak ke dua dari dua bersaudara.
Tahun 2003 penulis lulus dari SD Negeri 1 Sibuhuan, tahun 2006 lulus dari MTsN Sibuhuan, tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Barumun dan pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa di Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur PMDK
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Sylva (HIMAS), anggota). Penulis juga pernah menjadi asisten Praktikum Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) dan praktikum Anatomi dan Identifikasi Kayu.
Penulis mengikuti kegiatan Pengenalan Ekosistem Hutan di Taman Hutan Raya dan Hutan Pendidikan Gunung Barus di Berastagi, Kabupaten Karo tahun 2011. Penulis melaksanakan dan melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di KPH Saradan, Madiun dari tanggal 01 Maret sampai 01 April 2013.. Pada akhir kuliah, penulis melaksanakan penelitian dengan judul “Pengaruh Jangka Waktu Pelukaan dengan Modifikasi Perlakuan Fisik pada Metode Rill Terhadap Produktivitas Getah Pinus (Pinus merkusii)” di bawah bimbingan Ridwanti Batubara, S.Hut., M.P dan Dr. Muhdi S.Hut., M.Si.
iv
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan anugerahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian ini. Hasil penelitian ini berjudul ““Pengaruh Jangka Waktu Pelukaan dengan Modifikasi Perlakuan Fisik pada Metode Rill Terhadap Produktivitas Getah Pinus (Pinus merkusii)” .
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Ibu Ridwanti Batubara, S.Hut., M.P dan bapak Dr. Muhdi, S.Hut., M.Si
selaku ketua dan anggota komisi pembimbing penulis yang telah memberi bantuan, arahan, bimbinganserta masukan yang bermanfaat dalam penulisan skripsi ini. 2. Bapak Iriyanto dan Bapak P. Sihombing serta staff di PT. Inhutani IV, penulis menyampaikan banyak terima kasih atas bantuannya selama penulis mengumpulkan data. 3. Kedua orang tua tersayang Saleh Daud Hasibuan dan Wirdana Misra Nasution (Almarhumah) serta abang penulis (Tongku Hasibuan, Ade Ardian Syahputra) serta adik penulis (Adita Wanda Syaputri, Nur Yanti) serta kakak penulis ( Ros Meyni. Rini Armaya) yang selalu memberi doa, dukungan materi dan semangat serta motivasi. 4. Teman-teman 1 Tim yaitu, Ayu Rahayu Effendi Surbakti 5. Teman-teman tersayang Geby Rhevia, Sartika Putri, Humayra Nasution, Yudha Pranata, seluruh teman-teman Teknologi Hasil Hutan 2009 yang telah
v
Universitas Sumatera Utara
memberikan dukungan dan semangat selama penulis menyelesaikan skripsi ini. 6. Semua staf pengajar dan keluarga besar program studi kehutanan khususnya Teknologi Hasil Hutan 2009 yang telah banyak memberikan bantuan dan motivasi dari awal penelitian hingga akhir skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kesalahan. Penulis berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.
vi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRACK............................................................................................... i
ABSTRAK.................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR............................................................................... iii
DAFTAR TABEL ......................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR................................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ viii
PENDAHULUAN Latar Belakang........................................................................................ 1 Tujuan Penelitian .................................................................................... 2 Hipotesis Penelitian ................................................................................ 2 Manfaat Penelitian .................................................................................. 3
TINJAUAN PUSTAKA Susunan Taksonomi Pinus merkusii ........................................................ 4 Deskripsi Botani Pinus merkusii ............................................................. 4 Ciri Umum Pinus merkusii...................................................................... 5 Ciri Anatomi Pinus merkusii ................................................................... 5 Persyaratan Tumbuh Pinus merkusii ....................................................... 6 Ketinggian Tempat ................................................................................. 6 Penyebaran Pinus merkusii ..................................................................... 7 Sifat danKegunaan.................................................................................. 8 Getah Pinus (Pinus merkusii) ................................................................. 10 Penyadapan Getah Pinus (Pinus merkusii).............................................. 11 Sistem Penyadapan Getah ...................................................................... 15 Penyadapan Getah Pinus dengan Sistem Riil.......................................... 16 Saluran Getah Pinus (Pinus merkusii) .................................................... 17 Faktor- faktor yang Mempengaruhi Produksi Getah Pinus ..................... 18
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian................................................................. 23 Bahan dan Alat Penelitian ...................................................................... 23 Prosedur Penelitian................................................................................. 23 Persiapan Penelitian........................................................................... 23 Penyadapan Pohon P. merkusii .......................................................... 24 Pemungutan Getah P. merkusii .......................................................... 25 Pengukuran Produktivitas Getah ........................................................ 26 Analisis Data.......................................................................................... 26
HASIL DAN PEMBAHASAN Produktivitas Getah Pinus (P. merkusii)................................................ 28
vii
Universitas Sumatera Utara
Penyadapan Teknik Riil.......................................................................... 28 Pengaruh Perlakuan Pemukulan Terhadap Produktivitas Getah Pinus ............................................................................................ 30 Pengaruh Jangka Waktu Pelukaan Terhadap Produktivitas Getah Pinus ............................................................................................ 33 Pengaruh Interaksi pemukulan dengan Jangka Waktu Pelukaan Terhadap Produktivitas Getah Pinus ............................................................................................ 36 Pengaruh Pengelompokan Diameter Pohon Terhadap Produktivitas Getah Pinus ............................................................................................ 37 KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan........................................................................................ 39 Saran ................................................................................................. 39 DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 40 LAMPIRAN .............................................................................................. 43
viii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Halaman 1. Potensi Pengembangan Kegiatan Penyadapan Getah Pinus
di Tapanuli Selatan................................................................................. 15
ix
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1. Pola Sadapan Metode Riil ....................................................................... 17 2. Hasil Produksi Getah dengan Perlakuan Pemukulan ............................... 29 3. Hasil Produksi Getah Rata-rata dengan Perlakuan
Pemukulan ............................................................................................. 30 4. Proses Perlakuan Pemukulan................................................................... 32 5. Hasil Produktivitas Getah dengan Perlakuan
Jangka Waktu Pelukaan .......................................................................... 33 6. Hasil Produksi Getah Rata-rata dengan Interaksi
Pemukulan dengan Jangka Waktu Pelukaan ........................................... 34 7. Hasil Produksi Getah Rata-rata dengan Interaksi
Pemukulan dengan Jangka Waktu Pelukaan ........................................... 35 8. Hasil Produksi Getah Rata – rata Berdasarkan Diameter ......................... 37
x
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1. Data produksi getah selama 1 bulan ........................................................ 43 2. Rataan produksi getah pinus (gram/pohon/hari)....................................... 43 3. Data diameter pohon ............................................................................... 44 4. Hasil pengolahan data menggunakan program SPSS 17 .......................... 45 5. Hasil uji beda jarak nyata Duncan menggunakan program SPSS 17 ........ 45
xi
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
Wilna Fikriyah Hasibuan : The influence between time of tapping with modification physical treatment in riil technique of oleo resin productivity (Pinus merkusii). Supervised by Ridwanti Batu Bara and Muhdi.
Pinus merkusii is one of endemic in North Sumatera, especially in the north. Pine has a very impotant role, whereas beside as a pioneer plant, pine also produces resin which if we process it more, it wil has higher economic value. The purpose of this research were for knowing the influence between time of tapping with modification physical treatment in riil technique of oleo resin productivity. In this research, the physical treatment used were by hitting ( without hitting, 10,20, and 30 times hitting).
The result of this research showed that 10 times hitting were different than 20 and 30 times hitting, while 20 times hitting and 30 times hitting were not much different. The highest amount of oleo resin productivity were from 10 times hitting (121 gr/tree) which showed that physical treatment of 10 times hitting were better than 20 and 30 times hitting. The times of tapping 3 days at once was very different with the times of tapping 5 and 7 days at once, while the times of tapping 5 and 7 days at once were not much different. The times of tapping 3 days at once has a significant influence and it was the best times of tapping for increasing oleo resin productivity. Key words : Pinus merkusii , resin , riil technique, times of tapping
ii
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Wilna Fikriyah Hasibuan: Pengaruh Jangka Waktu Pelukaan dengan Modifikasi Perlakuan Fisik Pada Teknik Riil Terhadap Produktivitas Getah Pinus (Pinus merkusii). Dibawah bimbingan Ridwanti Batubara dan Muhdi
Pinus merkusii merupakan salah satu endemik di Sumareta Utara khususnya bagian utara. Tanaman pinus memiliki peranan yang penting, dimana selain sebagai tanaman pioner, pohon pinus juga menghasilkan getah yang apabila diolah lebih lanjut akan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh jangka waktu pelukaan dengan modifikasi perlakuan fisik pada teknik riil terhadap produktivitas getah P. merkusii. Pada penelitian perlakuan fisik yang digunakan adalah pemukulan (tanpa pemukulan, pemukulan 10 kali, pemukulan 20 kali dan pemukulan 30 kali).
Hasil penelitian menunjukkan pemukulan 10 kali berbeda nyata dengan pemukulan 20 kali dan 30 kali, sedangkan pemukulan 20 kali dan 30 kali tidak berbeda nyata. Hasil produksi getah pinus terbanyak didapat pada pemukulan 10 kali yaitu sebesar 121 gr/pohon yang mana menunjukkan bahwa perlakuan fisik pemukulan 10 kali lebih baik daripada pemukulan 20 dan 30 kali. Jangka waktu pelukaan setiap 3 hari sekali berbeda nyata dengan jangka waktu pelukaan 5 hari sekali dan 7 hari sekali, sedangkan jangka waktu pelukaan 5 hari sekali tidak berbeda nyata dengan 7 hari sekali. Jangka waktu pelukaan 3 hari sekali mempunyai pengaruh yang signifikan dan merupakan jangka waktu pelukaan yang baik untuk meningkatkan produktivitas getah Pinus merkusii.
Kata kunci : Pinus merkusii, getah, teknik Riil, pemukulan, jangka waktu pelukaan
iii
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
Latar Belakang Tanaman pinus memiliki peranan yang penting, dimana selain sebagai
tanaman pioner, pohon pinus juga menghasilkan getah yang apabila diolah lebih lanjut akan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Getah tersebut berupa gondorukem dan terpentin yang dipergunakan dalam industri batik, plastik, sabun, tinta cetak, dan bahan plitur. Adapun terpentin digunakan sebagai bahan pelarut cat (Dahlan dan Hartoyo, 1997).
Tusam atau Pinus merkusii merupakan marga pinus yang unik, satusatunya menyebar ke sebelah selatan khatulistiwa atau yang sebaran alamnya terdapat di daerah tropik. P. merkusii merupakan salah satu endemik di Sumatera Utara khususnya bagian utara. Untuk di Sumatera Utara, jenis ini banyak terkonsentrasi di beberapa kabupaten yaitu Kabupaten Simalungun, Toba Samosir, Dairi, Tanah Karo, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah dan Tapanuli Selatan (Sasmuko, et, al., 2004).
Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas getah pinus yaitu : kualitas tempat tumbuh, umur, kerapatan, sifat genetis, ketinggian tempat, kualitas dan kuantitas tenaga sadap serta perlakukan dan metode sadapan. Faktor-faktor tersebut dapat diperinci bahwa produktivitas getah dipengaruhi juga oleh faktor, luas areal sadap, kerapatan pohon, jumlah koakan tiap pohon, arah sadap terhadap matahari, jangka waktu pelukaan, sifat individu pohon dan keterampilan penyadap serta pemberian stimulansia (Santosa, 2010).
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh jangka waktu pelukaan dengan modifikasi perlakuan fisik pada metode riil terhadap
1
Universitas Sumatera Utara
2
produktivitas getah pinus (P. merkusii) yang bertujuan untuk mempercepat laju pengeluaran getah pinus dari dalam kayu dengan melihat perbandingan dari segi perlakuan yang telah dilakukan. Pada penelitian ini perlakuan fisik yang digunakan adalah dengan cara tanpa dipukul, dipukul 10, 20 dan 30 kali. Sedangkan metode yang digunakan adalah teknik riil, karena kerusakan yang terjadi kecil. Sehingga hasil sadapan yang di dapat dari metode riil bisa maksimal. Sadapan dengan metode riil dilakukan untuk meminimalisir perlukaan pada kayu sehingga kedalaman luka tetap terjaga.
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jangka waktu
pelukaan dengan modifikasi perlakuan fisik pada metode riil terhadap produktivitas getah pinus (P. merkusii).
Hipotesis Penelitian 1. Perlakuan fisik berpengaruh terhadap produktivitas getah P. merkusii. 2. Jangka waktu pelukaan berpengaruh terhadap produktivitas getah P. merkusii. 3. Interaksi antara perlakuan fisik dan jangka waktu pelukaan berpengaruh terhadap
produktivitas getah P. merkusii. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan informasi mengenai pengaruh jangka waktu pelukaan dengan modifikasi perlakuan fisik pada metode riil terhadap produktivitas getah pinus (P. merkusii), serta dapat menambahkan pengetahuan dalam meningkatkan produktivitas getah pinus (P. merkusii)
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
Susunan Taksonomi Pinus merkusii
Menurut Harahap dan Izudin (2002), klasifikasi Pinus merkusii sebagai
berikut :
Kingdom : Plantae
Diviso
: Spermatophyta
Sub Divisio : Gymnospermae
Ordo
: Coniferales
Famili
: Pinaceae
Genus
: Pinus
Spesies
: Pinus merkusii Jungh et de Vriese
Deskripsi Botani Pinus merkusii Pohon besar, batang lurus, silindris. Tegakan masak dapat mencapai tinggi
30 m, diameter 60-80 cm. Tegakan tua mencapai tinggi 45 m, diameter 140 cm. Tajuk pohon muda berbentuk piramid, setelah tua lebih rata dan tersebar. Kulit pohon muda abu-abu, sesudah tua berwarna gelap, alur dalam. Terdapat 2 jarum dalam satu ikatan, panjang 16-25 cm. Pohon berumah satu, bunga berkelamin tunggal. Bunga jantan dan betina dalam satu tunas. Bunga jantan berbentuk strobili, panjang 2-4 cm, terutama di bagian bawah tajuk. Strobili betina banyak terdapat di sepertiga bagian atas tajuk terutama di ujung dahan (Haygreen dan Bowyer, 1996).
3
Universitas Sumatera Utara
4
Ciri Umum Pinus merkusii
Menurut Pandit dan Hikmat (2002), P. merkusii memiliki ciri umum
sebagai berikut :
Warna
: Terasnya sukar dibedakan dengan gubalnya kecuali pada pohon
berumur tua terasnya berwarna kuning kemerahan sedangkan
gubalnya berwarna putih krem.
Corak
: Permukaan radial dan tangensialnya mempunyai corak yang
disebabkan karena perbedaan struktur kayu awal dan kayu
akhirnya sehingga terkesan ada pola dekoratif.
Riap tumbuh : Agak jelas terutama pada pohon-pohon yang berumur tua, pada
penampang lintang kelihatan seperti lingkaran-lingkaran
memusat.
Tekstur
: Agak kasar dan serat lurus tapi tidak rata.
Kekerasan : Agak keras dan berat agak ringan sampai agak berat.
Ciri Anatomi Pinus merkusii Menurut Pandit dan Hikmat (2002), P. merkusii memiliki ciri anatomi
sebagai berikut : Pori : Tidak berpori tapi mempunyai saluran damar aksial yang
menyerupai pori dan tidak mempunyai dinding sel yang jelas. Saluran damar aksial menyebar, sangat jarang dan diameter tangensialnya sekitar 170 – 190 mikron.
Universitas Sumatera Utara
5
Jari-jari
: Sangat halus dan sempit terdiri dari 1 seri, kadang-kadang
ada yang fusifom jumlahnya sekitar 4 -7 per mm arah
tangensialnya, tingginya terdiri dari 4 – 15 sel.
Saluran interseluler : Aksial menyebar dan jarang pada penampang lintang
menyerupai pori namun tidak berdinding.
Persyaratan Tumbuh Pinus merkusii Pinus merkusii dapat tumbuh pada tanah yang kurang subur, tanah
berpasir, tanah berbatu dengan ketinggian 200-2000 mdpl dan pertumbuhan optimal dicapai pada ketinggian 400-1.500 mdpl. Masih banyak ditemukan pohon besar berukuran tinggi 70 m dengan diameter 170 cm di hutan alam (Harahap dan Izudin, 2002).
P. merkusii dapat tumbuh pada iklim dengan curah hujan yang minim (iklim kering). Curah hujan yang dibutuhkan adalah 1500 mm/tahun dan akan tumbuh lebih baik di daerah yang sepanjang tahun mendapat hujan. Suhu yang dibutuhkan untuk pertumbuhannya berkisar antara 17° C dan 27° C. Pengaruh cahaya matahari nyata sekali dampaknya bagi pertumbuhan. Pertumbuhannya akan lebih baik pada tanah yang drainasenya baik dan berpori serta berhumus (Khaerudin, 1999).
Ketinggian Tempat Hermawan (1992) yang melakukan penelitian di KPH Kediri dan KPH
Lawu DS, mengemukakan bahwa tegakan pinus yang tumbuh pada elevasi rendah (sampai dengan 500 mdpl) memiliki produksi yang tinggi apabila dibandingkan
Universitas Sumatera Utara
6
dengan tegakan pinus dengan elevasi yang sedang (500-1000 mdpl) dan tinggi (diatas 1000 mdpl). Hal ini dapat terjadi karena semakin tinggi elevasi maka suhu udara semakin dingin sehingga menyebabkan getah cepat membeku dan menutup saluran getah.
Penyebaran Pinus merkusii P. merkusii tersebar di Asia Tenggara antara lain, Burma, Thailand,
Vietnam, Laos, Kamboja, dan Filipina (Harahap dan Izudin, 2002). P. merkusii atau tusam merupakan satu-satunya jenis pinus asli Indonesia. Menurut Butarbutar, et. al. (1998), di daerah Sumatera, tegakan pinus alam dapat dibagi kedalam 3 strain yaitu:
1. Stain Aceh, penyebarannya dari pegunungan Selawah Agam sampai sekitar Taman Nasional Gunung Leuser. Dari sini menyebar ke selatan mengikuti pegunungan bukit barisan lebih kurang 300 km melalui danau Laut Tawar, Uwak, Blangkerejen sampai Kutacane. Tegakan tusam di daerah ini pada umumnya terdapat pada ktinggian 800- 2000 mpdl.
2. Stain Tapanuli, menyebar di daerah Tapanuli Selatan Danau Toba. Tegakan tusam alami yang umumnya terdapat di Pegunungan Dolok Tusam dan Dolok Pardomuan. Tusam bercampur dengan daun lebar di pegunungan Dolok Saut. Tegakan tusam di daerah ini terdapat pada ketinggian 1000-1500 mpdl.
3. Strain Kerinci, menyebar di sekitar pegunungan Kerinci. Tegakan tusam alami yang luas terdapat antara bukit Tapan dan sungai Penuh. Di daerah ini tegakan tusam tumbuh secara alami pada ketinggian 1500-2000 mpdl.
Universitas Sumatera Utara
7
Sifat dan Kegunaan Menurut Pandit dan Hikmat (2002), P. merkusii memiliki sifat dan
kegunaan sebagai berikut : Berat jenis : Rata-rata 0,55 (0,40 – 0,75) Kelas Awet : IV Kelas Kuat : III Kegunaan : - Korek api, pensil, kotak, dan permainan anak
- Papan Partikel, vinir, pulp dan kertas - Perabot rumah tangga - Kerangka pintu dan jendela Menurut Dahlan dan Hartoyo (1997) hasil kayunya bermanfaat untuk konstruksi, pupl dan kertas serat panjang. Bagian kulitnya dimanfaatkan sebagai bahan bakar dan abunya digunakann untuk bahan campuran pupuk karena mengandung kalium. Menurut Harahap dan Izudin (2002) kegunaan lainnya yaitu sebagai papan/tiang, vinir/kayu lapis, kaso, mebel, kotak, tiang listrik dan papan wol kayu. Penduduk di sekitar hutan P. merkusii menggunaknnya sebagai bahan bangunan rumah dan mereka sengaja menanamnya untuk investasi. Menurut Setiasih, et.al. (1997), dewasa ini gondorukem telah diekspor ke beberapa negara di Asia, Amerika, Eropa, Australia, dan Afrika. Ekspor ini menghasilkan devisa bagi negara. Oleh karena itu industri gondorukem perlu ditingkatkan mengingat potensi hutan P. merkusii dan tenaga kerja di Indonesia cukup besar. Getah (oleoresin) yang diperoleh dari penyadapan pinus dapat diolah menjadi gondorukem dan terpentin. Gondorukem diketahui merupakan salah satu bahan yang digunakan untuk campuran produksi ban dengan karet alam, bahan
Universitas Sumatera Utara
8
kosmetik dan lain-lain. Menurut Darmawan, et. al. (2000), gondorukem digunakan untuk campuran batik tulis dan cetak, disamping dapat dimasak lagi untuk campuran bahan-bahan sabun, cat dan vernis, kertas, fungisida, lacquers, plasticizers.
Terpentin adalah minyak eteris yang diperoleh sebagai hasil sampingan dari pembuatan gondorukem. Minyak terpentin digunakan sebagai pelarut atau sebagai minyak pengering. Selain itu minyak terpentin digunakan untuk ramuan semir sepatu, logam dan kayu, sebagai bahan substitusi kamper dalam pembuatan seluloid dan sebagai pelarut bahan organik. Minyak terpentin yang merupakan salah satu jenis minyak atsiri yang berwarna bening sampai kuning muda, dapat diperoleh antara lain melalui destilat getah pinus atau menyuling secara fraksinasi ekstrak tunggul kayu pinus (Darmawan, et. al., 2000).
Minyak terpentin adalah minyak eteris yang diperoleh sebagai hasil sampingan dari pembuatan gondorukem. Secara tradisional minyak terpentin digunakan sebagai pelarut atau pembersih cat, pernis dan lain-lain. Saat ini minyak terpentin banyak digunakan sebagai disinfektan dan bahan baku industri farmasi. Derivat minyak terpentin seperti isoboryl asetat, kamper, sitral, linalool, sitrinellal, mentol dan sebagainya juga dapat dimanfaatkan (Waluyo, 2009).
Gondorukem yang dikenal juga dengan nama siongka, arpus, kucing atau harsa adalah residu dari proses penyulingan getah pinus. Industri yang menggunakan gondorukem di Indonesia adalah industri batik, kertas, sabun, korek api, dan pelitur. Secara umum dapat diketahui bahwa konsumen di dalam negeri menghendaki gondorukem dengan warna terang, bebas kotoran, rapuh, dan tidak mudah berubah pada suhu kamar (BPPKP, 2000).
Universitas Sumatera Utara
9
Terpentin adalah minyak eteris yang diperoleh sebagai hasil sampingan dari pembuatan gondorukem. Oleh karena sifatnya yang khusus, maka minyak terpentin banyak digunakan baik sebagai bahan pelarut ataupun sebagai minyak pengering (BPPKP, 2000).
Getah Pinus (Pinus merkusii) Seluruh getah P. merkusii terdapat pada dinding batang pohon. Bila
dinding batang tersebut dilukai maka luka akan mengeluarkan getah. Prinsip keluarnya getah dari luka sadapan yaitu saluran getah pada semua sisi dikelilingi oleh jaringan parenkim yang terdapat dalam keseimbangan osmosis, jika berkurang sebagai akibat dari keluarnya getah (Dulsalam, et, al., 1998).
Getah pinus merupakan getah yang dihasilkan pohon pinus dan yang digolongkan sebagai oleoresin yang merupakan cairan asam-asam resin yang keluar apabila saluran resin pada kayu daun jarum tersayat atau pecah. Penamaan oleoresin dipakai untuk membedakan getah pinus dari getah alamiah (natural resin) yang terdapat pada kulit kayu atau rongga-rongga jaringan kayu dari berbagai genus anggota Dipterocarpaceae, Leguminoceae, dan Caesalpiniaceae (Rasyadi, 2003).
Lebih lanjut Tobing (1999), menyatakan bahwa berdasarkan bukti-bukti biokimia, getah dibentuk secara insitu. Getah berfungsi sebagai penutup luka agar air tidak bisa masuk dan sekaligus sebagai bahan antiseptik untuk menahan serangan hama dan penyakit.
Resin diduga mempunyai peranan penting dalam menyembuhkan jaringan yang rusak dan dalam menolak serangan serangga atau pun penyerang-penyerang
Universitas Sumatera Utara
10
yang lain. Suatu irisan pada kulit pinus misalnya akan menyebabkan mengalirnya resin ke daerah luka dan mungkin bahkan diikuti oleh produksi sel-sel penghasil resin baru di dekat luka (Haygreen dan Bowyer, 1996).
Penyadapan Getah Pinus (Pinus merkusii) Percobaan penyadapan getah pinus di Indonesia pertama kali dilakukan di Aceh
oleh W. G. Van den Kloot tahun 1924, di Pulau Jawa baru dilakukan di daerah Lawu Ds. dan Wilis pada tahun 1947 (Sugiyono, et. al., 2001). Pohon P. merkusii mulai dapat disadap setelah mencapai umur 11 tahun atau diameter minimum 20 cm yaitu pada saat riap pohon maksimal. Jangka waktu sadap dapat berlangsung sampai 20 tahun jika penyadapan dilakukan dengan baik atau sesuai menurut petunjuk kerja (Hadipoernomo, 1992).
Menurut Sugiyono, et. al. (2001), pohon pinus akan disadap memenuhi beberapa ketentuan, yaitu : 1. Diameter minimum 20 cm, yaitu saat riap pohon maksimal. 2. Pemilihan pohon dimana hanya pohon-pohon yang akan ditebang yang
disadap, dimulai pada pohon berumur 11 tahun. Dulsalam et. al. (1998) menyatakan bahwa dalam penentuan cara
penyadapan getah pinus tentu tidak akan terlepas adanya pertimbangan yang berhubungan dengan faktor teknis, sosial, ekonomi dan ekologi. Secara teknis penyadapan getah pinus yang dipilih adalah yang dapat dilakukan dengan mudah. Dari segi sosial, cara yang dipilih adalah yang mampu memberi lapangan pekerjaan kepada masyarakat setempat. Dari segi ekonomi, pertimbangannya adalah yang efisien dan efektif sehingga dapat memberikan keuntungan yang optimal. Sedangkan ditinjau dari segi ekologi, pertimbangannya adalah yang tidak
Universitas Sumatera Utara
11
menimbulkan kerusakan yang berarti pada pohon yang disadap. Sugiyono (2001) mengatakan bahwa produksi getah pada setiap jenis
Pinus berbeda-beda. Pinus yang umum berada di wilayah pulau Jawa adalah P. merkusii dengan produksi getah tertinggi kedua setelah P. kasya. Produksi getah tiap tahun pada bebarapa jenis pinus dibawah ini : - Pinus kasya 7.0 gram/pohon - Pinus merkusii 6.0 gram/pohon - Pinus palustris 4.2 gram/pohon - Pinus maritima 3.2 gram/pohon - Pinus longifolia 2.5 gram/pohon - Pinus austriaco 2.1 gram/pohon - Pinus exelsa 1.2 gram/pohon
Penyadapan getah pinus dilakukan dengan cara melukai batang pohon dengan bentuk serta kedalaman luka tertentu sesuai dengan metoda penyadapan yang digunakan. Pelukaan ini bertujuan untuk dua hal, yaitu : pertama untuk mengaktifkan atau memicu jaringan epitel agar memproduksi getah (oleoresin) dan kedua untuk menyingkapkan saluran damar yang berada pada jaringan xylem. Jaringan epitel adalah jaringan khusus pada tumbuhan yang memproduksi getah apabila terjadi pelukaan pada pohon. Pada jenis-jenis pinus, jaringan epitel dapat memproduksi getah secara terus-menerus selama bagian tersebut berada di dalam kayu gubal, sedangkan pada jenis kayu daun jarum lainnya, jarang yang berfungsi lebih dari satu musim. Saluran damar adalah ruang kosong antara sel yang berbentuk saluran. Saluran damar umumnya dibatasi atau dikelilingi oleh jaringan epitel dan fungsinya adalah untuk menampung getah yang diproduksi oleh jaringan epitel serta menyalurkannya ke bagian luka. Dengan menyingkapkan
Universitas Sumatera Utara
12
saluran damar maka getah akan mengalir ke permukaan yang kemudian ditampung ke dalam penampung dan selanjutnya dipungut. Pelukaan pohon dapat memicu terjadinya pembentukan saluran damar sekunder (saluran damar traumatis), baik yang berupa saluran damar traumatis aksial maupun yang radial, walaupun kedua-duanya tidak akan dijumpai secara bersama-sama di dalam batang pohon. Pembentukan saluran damar traumatis ini mempunyai arti yang penting karena dengan bertambahnya jumlah saluran damar maka produksi getah akan semakin meningkat (Tobing, 1999).
Hadipoernomo (1992) juga mengatakan bahwa pohon pinus dianggap sudah masak sadap bila pohon tersebut sudah berumur 11 tahun atau masuk kelas umur III. Jika sesuatu berjalan lancar dan dilakukan menurut petunjuk kerja dengan seksama, maka jangka waktu sadap dapat berlangsung sampai 20 tahun.
Penyadapan getah pinus dilakukan dengan cara melukai batang pohon dengan bentuk serta kedalaman luka tertentu sesuai dengan metoda penyadapan yang digunakan. Pelukaan ini bertujuan untuk dua hal, yaitu : pertama untuk mengaktifkan atau memicu jaringan epitel agar memproduksi getah (oleoresin) dan kedua untuk menyingkapkan saluran damar yang berada pada jaringan xylem. Jaringan epitel adalah jaringan khusus pada tumbuhan yang memproduksi getah apabila terjadi pelukaan pada pohon. Pada jenis-jenis pinus, jaringan epitel dapat memproduksi getah secara terus-menerus selama bagian tersebut berada di dalam kayu gubal, sedangkan pada jenis kayu daun jarum lainnya, jarang yang berfungsi lebih dari satu musim (Hadipoernomo, 1992).
Faktor cuaca berpengaruh terhadap aliran getah dari sadapan. Pada suhu yang rendah dan kelembaban yang tinggi, getah yang membeku akan menyumbat saluran getah dan muara akan tertutup akibatnya getah yang mengalir akan terhenti (Sugiyono et. al. , 2001).
Universitas Sumatera Utara
13 Menurut Sanudin (2009) dalam memungut getah Pinus, seorang penyadap dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: 1. Musim hujan yang terus menerus menyebabkan suhu udara rendah sehingga getah cepat beku. 2. Adanya mata pencaharian lain. Pekerjaan lain dengan upah yang lebih tinggi menyebabkan penyadap memilih pekerjaan tersebut sehingga penyadapan terganggu, hal ini mengingat pada umumnya penyadap mempunyai pekerjaan lain. 3. Jarak dari desa ke blok sadapan. Pengaruh yang terjadi mengingat lamanya interval pembaharuan luka. 4. Situasi pasaran gondorukem. Menurut Dulsalam, et. al. (1998) penyadapan getah P. merkusii adalah kegiatan pelukaan pohon tusam sehingga saluran getah yang terdapat pada saluran dinding kayu terluka yang mengakibatkan getah keluar. Kegiatan penyadapan getah ini mempunyai tiga manfaaat penting yaitu : - Memanfaatkan produk sampingan selain kayu unuk meningkatkan hasil per satuan luas sebesar-besarnya sesuai dengan tujuan perusahaan. - Menunjang bahan baku gondorukem. - Memperluas lapangan kerja bagi masyarakat di sekitar hutan. Berikut ini merupakan potensi pengembangan kegiatan penyadapan getah pinus yang ada di Tapanuli Selatan.
Universitas Sumatera Utara
14
Tabel 1. Potensi Pengembangan Kegiatan Penyadapan Getah Pinus di Tapanuli
Selatan
No. Lokasi
Luas Area Layak Sadap (ha)
Jumlah Penyadap (orang)
Jumlah Pohon Yang Disadap
(batang)
Luas Area Yang
Disadap (ha)
Sisa Areal Yang Belum
Disadap (ha)
1. Mara Gordang
200
15 13.500
30 170
2. Simp. Tolang 30 5 4.500 10 20
3. Sitorbis
80
3 2.700
6 74
4. Situmba
20
4
9.500
16
4
5. Proyek
20
15 13.500
20
-
6. Silinggom-linggom
150
20
54.000
120
30
7. Sitada-tada
20
10
5.400
12
8
8. Pangarutan
100 10 20.000 40 60
Jumlah
620 82 123.000 254 366
- Sumber : PT. INHUTANI IV
Sistem Penyadapan Getah
Sistem penyadapan getah pinus di Indonesia secara garis besar dapat dibedakan
menjadi tiga macam, yaitu : Koakan, Riil dan Bor. Cara-cara tersebut dilakukan dengan
tujuan untuk memperoleh hasil getah seoptimal mungkin dengan memperhatikan
kelestariannya. Dalam penentuan cara penyadapan getah pinus tidak terlepas dari
pertimbangan yang berhubungan dengan faktor teknis, sosial, ekonomi dan ekologi.
Secara teknik, cara penyadapan getah pinus yang dipilih adalah yang dapat dilakukan
dengan mudah. Secara sosial, cara yang dipilih adalah yang mampu memberi lapangan
pekerjaan terhadap masyarakat sekitar. Secara ekonomi, cara penyadapan getah pinus
yang dipilih adalah yang efisien dan efektif sehingga dapat memberi keuntungan yang
optimal. Ditinjau dari segi ekologis, yang dipilih adalah cara penyadapan getah pinus
yang tidak menimbulkan kerusakan yang berarti pada pohon yang disadap
(Inhutani IV, et. al., 1996).
Penyadapan Getah Pinus dengan Sistem Riil
Sadapan sistem riil ialah proses pelukaan pada permukaan kayu dengan
membuat saluran induk arah vertikal dan saluran cabang arah miring yang
membentuk sudut 40° terhadap saluran induk dengan kedalaman 2 cm. Sistem ini
caranya meliputi tahapan:
Universitas Sumatera Utara
15
- bagian batang dibersihkan kira-kira 1/3 lingkaran batang pohon. - pelukaan dibuat dengan alat yang disebut hogal. - luka sadap berbentuk “V” dengan kedalaman 2-5 cm dan kemiringan saluran 20-40°. - lebar sadapan sekitar 20 cm (Kasmudjo, 1997). Kelemahan sistim riil antara lain bidang sadap yang luas menyebakan luasan sadapan yang dibutuhkan lebar sehingga untuk satu pohon hanya dapat dilakukan sadap buka sekali dan memerlukan waktu proses penyadapan yang relatif lama dan kurang efesien. Sadapan metode riil adalah proses pelukaan pada permukaan kayu dengan membuat saluran induk arah vertikal dan saluran cabang arah miring yang membentuk sudut 40º terhadap saluran induk dengan kedalaman 2 mm (Perum Perhutani, 1997).
Sistem riil ini banyak digunakan di Perum Perhutani karena tidak sampai melukai pohon. Sehingga kulit akan menutup kembali menyebabkan struktur anatomi tidak terlalu berubah dan nantinya dapat dijadikan kelas pengusahaan kayu. Hasil getah dengan sistem riil lebih tinggi dibandingkan dengan sistem koakan tetapi luka sadap yang relatif besar akan memudahkan dihinggapi penyakit (Bawono 2004).
30 cm
1
70 cm 10 cm
3 4
40°
2
Tanah Gambar 1. Pola Sadapan Metode Riil
Universitas Sumatera Utara
Keterangan : 1. Bagian kayu yang tidak dibersihkan 2. Bagian kayu yang dibersihkan 3. Pola sadapan ukuran 20 x 65 cm 4. Letak saluran tengah (central groove).
16
Saluran Getah Pinus (Pinus merkusii) Menurut Pandit dan Hikmat (2002), saluran getah atau saluran damar pada
P. merkusii sering disebut sebagai saluran interseluler. Dari segi anatomis, getah pinus terdapat dalam saluran-saluran (saluran resin) atau celah-celah antara sel. P. merkusii mempunyai saluran damar aksial yang menyerupai pori. Saluran damar aksial menyebar, sangat jarang, dengan diameter 50-200 mikro dan diameter tangensial sekitar 170-190 mikro. Saluran horinzontalnya terdapat dalam jari- jari dengan diameter 45-55 mikro. Berdasarkan proses terbentuknya saluran interseluler ini terjadi karena tiga cara yaitu: 1. Lysigenous, dimana satu atau beberapa sel hancur sehingga menjadi saluran. 2. Schizogenous, di sisi beberapa sel saling memisahkan diri atau menjauhkan
diri sehingga terbentuk saluran. Sel- sel yang mengelilingi rongga saluran ini membelah–belah menjadi sel epitel dan mengeluarkan getah atau ke dalam saluran yang bersangkutan. 3. Scyzolysigenous, merupakan modifikasi dari kedua cara di atas yaitu disamping penghancuran juga pemisahan.
Jika kayu dilukai melalui satu arah yaitu arah radial pada kambium kayu, getah dari arah axial dapat bermuara ke arah saluran radial sehingga dapat tertampung pada luka sadapan tersebut. Dengan demikian maka pelukaan sampai
Universitas Sumatera Utara
17
kambium kayu dapat mengalirkan getah pinus meskipun yang terlukai hanya saluran arah radial. Namun demikian keluarnya getah arah radial ini tidak terlalu banyak dapat menampung getah dari arah axial sehingga yang keluar hanya sedikit (Sumantri, 1991).
Berdasarkan Surat Keputusan Direksi Perum Perhutani Nomor : 792/KPTS/DIR/2005, urutan kerja penyadapan metode koakan adalah sebagai berikut : 1. Sadap Buka a) Kulit batang yang akan disadap dibersihkan/dikerok setebal 3 mm, lebar 15 cm tinggi 60 cm (tiap tahun), mulai setinggi 20 cm diatas tanah tanpa melukai kayunya. b) Dibuat quare permulaan pada bagian pohon dengan ukuran lebar maksimal 6 cm dan tinggi 10 cm, dengan petel sadap dengan kedalaman quare 1,5 cm (tidak termasuk tebal kulit). c) Pemasangan talang dan tempurung. Pemasangan talang tidak pada bagian kayu tetapi pada tepi quare dan dipaku pada kedua sisinya agar supaya tidak menggangu aliran getah kebawah. Ukuran talang 8 x 5 cm dengan bentuk cekung dari seng. Tempurung dipasang 5 cm dibawah talang sebagai penampung getah. 2. Sadap Lanjut a) Sadap lanjut dilakukan setiap 3 hari sekali dan 5 hari sekali menghasilkan getah maksimal. b) Pada setiap pembaharuan quare, talang dan tempurung harus dipisahkan terlebih dahulu atau ditutup, hal tersebut agar talang tidak terkena serpihan kayu. Setelah pembaharuan quare mencapai 20 cm, talang dan tempurung
Universitas Sumatera Utara
harus ikut dinaikkan. c) Petel sadap harus dijaga tetap tajam dan selalu bersih dari kotoran. d) Untuk menghindari kotoran dan air hujan, sebaiknya tempurung penampung getah diberi penutup. e) Pemungutan getah dilakukan bersamaan pada waktu pembaharuan luka dilakukan setiap.
18
Faktor–faktor yang Mempengaruhi Produksi Getah Pinus Menurut Hadipoernomo (1992), faktor- faktor yang mempengaruhi
produksi getah P. merkusii adalah sebagai berikut : 1. Faktor biologi pohon
- Jenis Pohon Produksi getah berbeda nyata menurut jenis, misalnya Pinus khasya dapat memproduksi getah sebanyak 7 kg/pohon/tahun, sedangkan P.merkusii sebanyak 6 kg/pohon/tahun.
- Umur tegakan Umur tegakan mempunyai pengaruh nyata terhadap produksi getah tusam. Berdasarkan hasil penelitian di KPH pekalongan Timur menunjukkan bahwa semakin bertambah umur maka diameter bertambah dan produksi getah semakin besar.
- Diameter dan tinggi pohon Hasil penelitian Suharlan, Bustomi dan Herbaung (1982) dalam Hadipoernomo (1992) di KPH Pekalongan Timur dan Barat menemukan
Universitas Sumatera Utara
19
adanya pengaruh nyata dari besarnya bidang dasar dan tinggi pohon, produksi getah akan semakin meningkat. 2. Faktor tempat dan lingkungan - Tinggi tempat tumbuh Produksi getah mempunyai hubungan yang sangat erat dengan ketinggian tempat tumbuh (topografi). - Temperatur udara dan musim Pada suhu yang relatif rendah dan kelembaban yang tinggi, getah akan cepat mengumpal dan menyebabkan saluran menjadi sempit dan tersumbat sehingga aliran getah terhambat atau terhenti. Pada musim hujan hasil getah biasanya akan menurun karena curah hujan akan mempengaruhi kelembaban di sekitar luka sadapan. - Bonita tanah Tanah yang berbonita tinggi umumnya menghasilkan tegakan dengan produksi getah yang lebih banyak karena pertumbuhannya lebih baik yang didukung oleh kandungan unsur hara yang terdapat dalam tanah. 3. Faktor keadaan tegakan - Kerapatan tegakan Kerapatan tegakan mempengaruhi pertumbuhan pohon yang dengan sendirinya mempengaruhi produksi getah. - Tajuk pohon Pohon dengan tajuk lebar akan menerima cahaya matahari yang lebih banyak sehingga akan proses fotosintesa yang lebih banyak dari pada
Universitas Sumatera Utara
20
pohon yang bertajuk lebih kecil. Hasil fotosintesa yang besar akan mempengaruhi produksi getah. 4. Faktor perlakuan terhadap pohon dan tegakan Produksi getah pinus dipengaruhi oleh perlakuan manusia terhadap pohon dan tegakan seperti: sistem penyadapan, arah sadap dan penggunaan bahan kimia dalam penyadapan. Sumadiwangsa, et. al. (1999) mengatakan produktivitas getah pohon pinus dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor statis (genotipe, umur, kerapatan pohon, elevasi, kesuburan tanah, dan iklim) serta faktor dinamis (cara dan alat penyadapan, kadar stimulan dan keterampilan tenaga penyadap). Diameter pohon terhadap produksi getah pinus berhubungan dengan pertumbuhan diameter pohon. Sehingga dengan adanya pertumbuhan dimeter pohon, menyebabkan volume kayu gubal semakin besar. Oleh karena itu semakin besar volume kayu gubal, maka saluran getah yang terkandung pada pohon pinus akan semakin banyak dan produksi getah pinus akan semakin meningkat (Wibowo, 2006). Pada saat musim hujan umumnya penyadap baru mengumpulkan getahnya setelah 6-8 kali pembaharuan luka dikarenakan keluarnya getah pada musim penghujan relatif lambat. Sedangkan pada musim kemarau setelah dilakukan 68 kali pembaharuan luka baru karena keluarnya getah pada musim tersebut cukup lancer (Purwoko, 1998).
Universitas Sumatera Utara
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di areal kerja PT. Inhutani IV Unit Sumatera
Utara-Aceh, tepatnya di Siborong-borong, Tapanuli Utara. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2013 sampai Mei 2013.
Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah Pinus merkusii. Adapun alat yang
digunakan di lapangan adalah parang, pita ukur, pisau sadap, tempurung, talang sadap (lips) berupa lempengan seng, palu, paku, plastik, ember plastik, sendok kayu, timbangan, spidol, dan alat pukul (balok kayu).
Prosedur Penelitian 1. Persiapan Penelitian. a. Pembuatan balok kayu
Balok kayu yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dari jenis kayu Damar (Agathis dammara). Ukuran balok yang digunakan 10 cm x 7 cm x 30 cm. b. Persiapan lapangan
Untuk memudahkan jalannya penelitian, perlu dilakukan pekerjaan persiapan lapangan yang terdiri atas rangkaian kegiatan sebagai berikut : pemilihan pohon contoh dimana pohon yang diambil sebanyak 36 pohon dengan kriteria pohon yang disadap adalah pohon yang sehat dengan kelas umur 25 tahun dan diameter pohon sebesar 30–40 cm, pembersihan lapangan untuk memudahkan
21
Universitas Sumatera Utara
22
kegiatan penyadapan, penomoran pohon dan pemasangan plat nomor pohon, pembersihan kulit pohon dan penyediaan bahan dan alat. 2. Penyadapan Pohon P. merkusii
Untuk memudahkan penyadapan getah P.merkusii maka perlu dilakukan seperti :
a. Pembersihan kulit Pohon yang akan disadap dibersihkan kulitnya terlebih dahulu dengan
menggunakan alat pembersih kulit, sampai benar-benar rata dan halus tanpa adanya alur kulit dan tidak mengenai bagian kayunya. Pembersihan kulit yang kurang baik akan menyulitkan pembuatan luka sadap. b. Pembuatan pola sadap
Pola sadap dibuat di bagian tengah kulit yang sudah dibersihkan dengan menggunakan mal sadap. Pola sadap ini dibuat untuk menetapkan letak saluran tengah dan letak dimana luka sadap harus dibuat. c. Pembuatan luka sadap
Luka sadap dibuat dengan menggunakan pisau sadap (freshening knife), sesuai dengan pola yang sudah dibuat. Luka sadap dibuat dengan arah miring ke atas, dengan membentuk sudut kemiringan 40°. Cara pembuatan luka sadap dengan menarik pisau sadap ke arah atas. d. Pemasangan talang
Pemasangan talang dilakukan setelah pembuatan pola sadap. Talang sadap dipasang pada pohon, kemudian ditekuk ke atas dan bagian tengahnya ditekan dengan menggunakan palu agar masuk ke dalam saluran tengah, dengan demikian getah dapat tertampung melalui talang.
Universitas Sumatera Utara
23
e. Pemasangan batok penampung Setelah pohon dilukai maka diletakkan batok penampung getah, diletakkan
dengan baik agar penampungan getah tidak terganggu. f. Pemberian perlakuan fisik
Pada kombinasi perlakuan fisik, luka sadap yang baru dibuat segera di pukul dengan balok kayu. Pemukulan dilakukan pada luka sadapan baru (kiri dan kanan saluran), dengan perlakuan tanpa pemukulan, pemukulan 10, 20 dan 30 kali. 3. Pemungutan Getah P. merkusii
Pemungutan getah tergantung dari produktivitas getah yang dihasilkan oleh tanaman P.merkusii. Urutan pekerjaan pemanenan getah dari produktivitas getah adalah sebagai berikut : mempersiapkan tempat getah yang akan dipanen, kemudian mengambil getah dari batok penampung, dan menimbang getah yang telah diperoleh, memasukkan getah ke dalam ember plastik.
4. Pengukuran Produktivitas Getah Menurut Soenarno, et. al. (2000), perhitungan produksi getah rata- rata dinyatakan
dalam satuan gram/pohon/hari dihitung sebagai berikut: ���
Y= ��� Dimana : Y = produksi getah (gr/pohon/hari)
V = volume getah yang dipungut (gr) I = intensitas pemungutan (hari)
Analisis Data Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial
dengan dua faktor perlakuan yaitu : faktor di pukul (K) sebanyak 4 taraf, yakni (a)
Universitas Sumatera Utara
24
TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS (Pinus merkusii)
(Studi Kasus : Di Areal PT. Inhutani IV Unit Sumatera Utara-Aceh, Siborong-borong, Tapanuli Utara)
SKRIPSI
Oleh: Wilna Fikriyah Hasibuan 091201035/Teknologi Hasil Hutan
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013
Universitas Sumatera Utara
PENGARUH JANGKA WAKTU PELUKAAN DENGAN MODIFIKASI PERLAKUAN FISIK PADA METODE RIIL
TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS (Pinus merkusii)
(Studi Kasus : Di Areal PT. Inhutani IV Unit Sumatera Utara-Aceh, Siborong-borong, Tapanuli Utara)
SKRIPSI Oleh:
Wilna Fikriyah Hasibuan 091201035/Teknologi Hasil Hutan Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013
Universitas Sumatera Utara
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Hasil
Nama Nim Program Studi
:Pengaruh Jangka Waktu Pelukaan Dengan Modifikasi Perlakuan Fisik Pada Metode Riil Terhadap Produktivitas Getah Pinus (Pinus merkusii) (Studi Kasus Di Areal PT. Inhutani IV Unit Sumatera Utara Aceh, Siborong-borong, Tapanuli Utara) : Wilna Fikriyah Hasibuan : 091201035 : Teknologi Hasil Hutan
Menyetujui, Komisi Pembimbing
Ketua
Anggota
Ridwanti Batubara, S.Hut., M.P
Dr. Muhdi, S.Hut., M. Si
Mengetahui, Ketua Program Studi Kehutanan Siti Latifah, S.Hut., M. Si., Ph. D
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
Wilna Fikriyah Hasibuan : The influence between time of tapping with modification physical treatment in riil technique of oleo resin productivity (Pinus merkusii). Supervised by Ridwanti Batu Bara and Muhdi.
Pinus merkusii is one of endemic in North Sumatera, especially in the north. Pine has a very impotant role, whereas beside as a pioneer plant, pine also produces resin which if we process it more, it wil has higher economic value. The purpose of this research were for knowing the influence between time of tapping with modification physical treatment in riil technique of oleo resin productivity. In this research, the physical treatment used were by hitting ( without hitting, 10,20, and 30 times hitting).
The result of this research showed that 10 times hitting were different than 20 and 30 times hitting, while 20 times hitting and 30 times hitting were not much different. The highest amount of oleo resin productivity were from 10 times hitting (121 gr/tree) which showed that physical treatment of 10 times hitting were better than 20 and 30 times hitting. The times of tapping 3 days at once was very different with the times of tapping 5 and 7 days at once, while the times of tapping 5 and 7 days at once were not much different. The times of tapping 3 days at once has a significant influence and it was the best times of tapping for increasing oleo resin productivity. Key words : Pinus merkusii , resin , riil technique, times of tapping
ii
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Wilna Fikriyah Hasibuan: Pengaruh Jangka Waktu Pelukaan dengan Modifikasi Perlakuan Fisik Pada Teknik Riil Terhadap Produktivitas Getah Pinus (Pinus merkusii). Dibawah bimbingan Ridwanti Batubara dan Muhdi
Pinus merkusii merupakan salah satu endemik di Sumareta Utara khususnya bagian utara. Tanaman pinus memiliki peranan yang penting, dimana selain sebagai tanaman pioner, pohon pinus juga menghasilkan getah yang apabila diolah lebih lanjut akan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh jangka waktu pelukaan dengan modifikasi perlakuan fisik pada teknik riil terhadap produktivitas getah P. merkusii. Pada penelitian perlakuan fisik yang digunakan adalah pemukulan (tanpa pemukulan, pemukulan 10 kali, pemukulan 20 kali dan pemukulan 30 kali).
Hasil penelitian menunjukkan pemukulan 10 kali berbeda nyata dengan pemukulan 20 kali dan 30 kali, sedangkan pemukulan 20 kali dan 30 kali tidak berbeda nyata. Hasil produksi getah pinus terbanyak didapat pada pemukulan 10 kali yaitu sebesar 121 gr/pohon yang mana menunjukkan bahwa perlakuan fisik pemukulan 10 kali lebih baik daripada pemukulan 20 dan 30 kali. Jangka waktu pelukaan setiap 3 hari sekali berbeda nyata dengan jangka waktu pelukaan 5 hari sekali dan 7 hari sekali, sedangkan jangka waktu pelukaan 5 hari sekali tidak berbeda nyata dengan 7 hari sekali. Jangka waktu pelukaan 3 hari sekali mempunyai pengaruh yang signifikan dan merupakan jangka waktu pelukaan yang baik untuk meningkatkan produktivitas getah Pinus merkusii.
Kata kunci : Pinus merkusii, getah, teknik Riil, pemukulan, jangka waktu pelukaan
iii
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP
Wilna Fikriyah Hasibuan dilahirkan di Sibuhuan, Kabupaten Padang Lawas pada tanggal 25 November 1990 dari bapak Saleh Daud Hasibuan dan ibu Wirdana Misra Nasution (Almarhumah). Penulis merupakan anak ke dua dari dua bersaudara.
Tahun 2003 penulis lulus dari SD Negeri 1 Sibuhuan, tahun 2006 lulus dari MTsN Sibuhuan, tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Barumun dan pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa di Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur PMDK
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Sylva (HIMAS), anggota). Penulis juga pernah menjadi asisten Praktikum Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) dan praktikum Anatomi dan Identifikasi Kayu.
Penulis mengikuti kegiatan Pengenalan Ekosistem Hutan di Taman Hutan Raya dan Hutan Pendidikan Gunung Barus di Berastagi, Kabupaten Karo tahun 2011. Penulis melaksanakan dan melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di KPH Saradan, Madiun dari tanggal 01 Maret sampai 01 April 2013.. Pada akhir kuliah, penulis melaksanakan penelitian dengan judul “Pengaruh Jangka Waktu Pelukaan dengan Modifikasi Perlakuan Fisik pada Metode Rill Terhadap Produktivitas Getah Pinus (Pinus merkusii)” di bawah bimbingan Ridwanti Batubara, S.Hut., M.P dan Dr. Muhdi S.Hut., M.Si.
iv
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan anugerahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian ini. Hasil penelitian ini berjudul ““Pengaruh Jangka Waktu Pelukaan dengan Modifikasi Perlakuan Fisik pada Metode Rill Terhadap Produktivitas Getah Pinus (Pinus merkusii)” .
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Ibu Ridwanti Batubara, S.Hut., M.P dan bapak Dr. Muhdi, S.Hut., M.Si
selaku ketua dan anggota komisi pembimbing penulis yang telah memberi bantuan, arahan, bimbinganserta masukan yang bermanfaat dalam penulisan skripsi ini. 2. Bapak Iriyanto dan Bapak P. Sihombing serta staff di PT. Inhutani IV, penulis menyampaikan banyak terima kasih atas bantuannya selama penulis mengumpulkan data. 3. Kedua orang tua tersayang Saleh Daud Hasibuan dan Wirdana Misra Nasution (Almarhumah) serta abang penulis (Tongku Hasibuan, Ade Ardian Syahputra) serta adik penulis (Adita Wanda Syaputri, Nur Yanti) serta kakak penulis ( Ros Meyni. Rini Armaya) yang selalu memberi doa, dukungan materi dan semangat serta motivasi. 4. Teman-teman 1 Tim yaitu, Ayu Rahayu Effendi Surbakti 5. Teman-teman tersayang Geby Rhevia, Sartika Putri, Humayra Nasution, Yudha Pranata, seluruh teman-teman Teknologi Hasil Hutan 2009 yang telah
v
Universitas Sumatera Utara
memberikan dukungan dan semangat selama penulis menyelesaikan skripsi ini. 6. Semua staf pengajar dan keluarga besar program studi kehutanan khususnya Teknologi Hasil Hutan 2009 yang telah banyak memberikan bantuan dan motivasi dari awal penelitian hingga akhir skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kesalahan. Penulis berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.
vi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRACK............................................................................................... i
ABSTRAK.................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR............................................................................... iii
DAFTAR TABEL ......................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR................................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ viii
PENDAHULUAN Latar Belakang........................................................................................ 1 Tujuan Penelitian .................................................................................... 2 Hipotesis Penelitian ................................................................................ 2 Manfaat Penelitian .................................................................................. 3
TINJAUAN PUSTAKA Susunan Taksonomi Pinus merkusii ........................................................ 4 Deskripsi Botani Pinus merkusii ............................................................. 4 Ciri Umum Pinus merkusii...................................................................... 5 Ciri Anatomi Pinus merkusii ................................................................... 5 Persyaratan Tumbuh Pinus merkusii ....................................................... 6 Ketinggian Tempat ................................................................................. 6 Penyebaran Pinus merkusii ..................................................................... 7 Sifat danKegunaan.................................................................................. 8 Getah Pinus (Pinus merkusii) ................................................................. 10 Penyadapan Getah Pinus (Pinus merkusii).............................................. 11 Sistem Penyadapan Getah ...................................................................... 15 Penyadapan Getah Pinus dengan Sistem Riil.......................................... 16 Saluran Getah Pinus (Pinus merkusii) .................................................... 17 Faktor- faktor yang Mempengaruhi Produksi Getah Pinus ..................... 18
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian................................................................. 23 Bahan dan Alat Penelitian ...................................................................... 23 Prosedur Penelitian................................................................................. 23 Persiapan Penelitian........................................................................... 23 Penyadapan Pohon P. merkusii .......................................................... 24 Pemungutan Getah P. merkusii .......................................................... 25 Pengukuran Produktivitas Getah ........................................................ 26 Analisis Data.......................................................................................... 26
HASIL DAN PEMBAHASAN Produktivitas Getah Pinus (P. merkusii)................................................ 28
vii
Universitas Sumatera Utara
Penyadapan Teknik Riil.......................................................................... 28 Pengaruh Perlakuan Pemukulan Terhadap Produktivitas Getah Pinus ............................................................................................ 30 Pengaruh Jangka Waktu Pelukaan Terhadap Produktivitas Getah Pinus ............................................................................................ 33 Pengaruh Interaksi pemukulan dengan Jangka Waktu Pelukaan Terhadap Produktivitas Getah Pinus ............................................................................................ 36 Pengaruh Pengelompokan Diameter Pohon Terhadap Produktivitas Getah Pinus ............................................................................................ 37 KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan........................................................................................ 39 Saran ................................................................................................. 39 DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 40 LAMPIRAN .............................................................................................. 43
viii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Halaman 1. Potensi Pengembangan Kegiatan Penyadapan Getah Pinus
di Tapanuli Selatan................................................................................. 15
ix
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1. Pola Sadapan Metode Riil ....................................................................... 17 2. Hasil Produksi Getah dengan Perlakuan Pemukulan ............................... 29 3. Hasil Produksi Getah Rata-rata dengan Perlakuan
Pemukulan ............................................................................................. 30 4. Proses Perlakuan Pemukulan................................................................... 32 5. Hasil Produktivitas Getah dengan Perlakuan
Jangka Waktu Pelukaan .......................................................................... 33 6. Hasil Produksi Getah Rata-rata dengan Interaksi
Pemukulan dengan Jangka Waktu Pelukaan ........................................... 34 7. Hasil Produksi Getah Rata-rata dengan Interaksi
Pemukulan dengan Jangka Waktu Pelukaan ........................................... 35 8. Hasil Produksi Getah Rata – rata Berdasarkan Diameter ......................... 37
x
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1. Data produksi getah selama 1 bulan ........................................................ 43 2. Rataan produksi getah pinus (gram/pohon/hari)....................................... 43 3. Data diameter pohon ............................................................................... 44 4. Hasil pengolahan data menggunakan program SPSS 17 .......................... 45 5. Hasil uji beda jarak nyata Duncan menggunakan program SPSS 17 ........ 45
xi
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
Wilna Fikriyah Hasibuan : The influence between time of tapping with modification physical treatment in riil technique of oleo resin productivity (Pinus merkusii). Supervised by Ridwanti Batu Bara and Muhdi.
Pinus merkusii is one of endemic in North Sumatera, especially in the north. Pine has a very impotant role, whereas beside as a pioneer plant, pine also produces resin which if we process it more, it wil has higher economic value. The purpose of this research were for knowing the influence between time of tapping with modification physical treatment in riil technique of oleo resin productivity. In this research, the physical treatment used were by hitting ( without hitting, 10,20, and 30 times hitting).
The result of this research showed that 10 times hitting were different than 20 and 30 times hitting, while 20 times hitting and 30 times hitting were not much different. The highest amount of oleo resin productivity were from 10 times hitting (121 gr/tree) which showed that physical treatment of 10 times hitting were better than 20 and 30 times hitting. The times of tapping 3 days at once was very different with the times of tapping 5 and 7 days at once, while the times of tapping 5 and 7 days at once were not much different. The times of tapping 3 days at once has a significant influence and it was the best times of tapping for increasing oleo resin productivity. Key words : Pinus merkusii , resin , riil technique, times of tapping
ii
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Wilna Fikriyah Hasibuan: Pengaruh Jangka Waktu Pelukaan dengan Modifikasi Perlakuan Fisik Pada Teknik Riil Terhadap Produktivitas Getah Pinus (Pinus merkusii). Dibawah bimbingan Ridwanti Batubara dan Muhdi
Pinus merkusii merupakan salah satu endemik di Sumareta Utara khususnya bagian utara. Tanaman pinus memiliki peranan yang penting, dimana selain sebagai tanaman pioner, pohon pinus juga menghasilkan getah yang apabila diolah lebih lanjut akan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh jangka waktu pelukaan dengan modifikasi perlakuan fisik pada teknik riil terhadap produktivitas getah P. merkusii. Pada penelitian perlakuan fisik yang digunakan adalah pemukulan (tanpa pemukulan, pemukulan 10 kali, pemukulan 20 kali dan pemukulan 30 kali).
Hasil penelitian menunjukkan pemukulan 10 kali berbeda nyata dengan pemukulan 20 kali dan 30 kali, sedangkan pemukulan 20 kali dan 30 kali tidak berbeda nyata. Hasil produksi getah pinus terbanyak didapat pada pemukulan 10 kali yaitu sebesar 121 gr/pohon yang mana menunjukkan bahwa perlakuan fisik pemukulan 10 kali lebih baik daripada pemukulan 20 dan 30 kali. Jangka waktu pelukaan setiap 3 hari sekali berbeda nyata dengan jangka waktu pelukaan 5 hari sekali dan 7 hari sekali, sedangkan jangka waktu pelukaan 5 hari sekali tidak berbeda nyata dengan 7 hari sekali. Jangka waktu pelukaan 3 hari sekali mempunyai pengaruh yang signifikan dan merupakan jangka waktu pelukaan yang baik untuk meningkatkan produktivitas getah Pinus merkusii.
Kata kunci : Pinus merkusii, getah, teknik Riil, pemukulan, jangka waktu pelukaan
iii
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
Latar Belakang Tanaman pinus memiliki peranan yang penting, dimana selain sebagai
tanaman pioner, pohon pinus juga menghasilkan getah yang apabila diolah lebih lanjut akan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Getah tersebut berupa gondorukem dan terpentin yang dipergunakan dalam industri batik, plastik, sabun, tinta cetak, dan bahan plitur. Adapun terpentin digunakan sebagai bahan pelarut cat (Dahlan dan Hartoyo, 1997).
Tusam atau Pinus merkusii merupakan marga pinus yang unik, satusatunya menyebar ke sebelah selatan khatulistiwa atau yang sebaran alamnya terdapat di daerah tropik. P. merkusii merupakan salah satu endemik di Sumatera Utara khususnya bagian utara. Untuk di Sumatera Utara, jenis ini banyak terkonsentrasi di beberapa kabupaten yaitu Kabupaten Simalungun, Toba Samosir, Dairi, Tanah Karo, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah dan Tapanuli Selatan (Sasmuko, et, al., 2004).
Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas getah pinus yaitu : kualitas tempat tumbuh, umur, kerapatan, sifat genetis, ketinggian tempat, kualitas dan kuantitas tenaga sadap serta perlakukan dan metode sadapan. Faktor-faktor tersebut dapat diperinci bahwa produktivitas getah dipengaruhi juga oleh faktor, luas areal sadap, kerapatan pohon, jumlah koakan tiap pohon, arah sadap terhadap matahari, jangka waktu pelukaan, sifat individu pohon dan keterampilan penyadap serta pemberian stimulansia (Santosa, 2010).
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh jangka waktu pelukaan dengan modifikasi perlakuan fisik pada metode riil terhadap
1
Universitas Sumatera Utara
2
produktivitas getah pinus (P. merkusii) yang bertujuan untuk mempercepat laju pengeluaran getah pinus dari dalam kayu dengan melihat perbandingan dari segi perlakuan yang telah dilakukan. Pada penelitian ini perlakuan fisik yang digunakan adalah dengan cara tanpa dipukul, dipukul 10, 20 dan 30 kali. Sedangkan metode yang digunakan adalah teknik riil, karena kerusakan yang terjadi kecil. Sehingga hasil sadapan yang di dapat dari metode riil bisa maksimal. Sadapan dengan metode riil dilakukan untuk meminimalisir perlukaan pada kayu sehingga kedalaman luka tetap terjaga.
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jangka waktu
pelukaan dengan modifikasi perlakuan fisik pada metode riil terhadap produktivitas getah pinus (P. merkusii).
Hipotesis Penelitian 1. Perlakuan fisik berpengaruh terhadap produktivitas getah P. merkusii. 2. Jangka waktu pelukaan berpengaruh terhadap produktivitas getah P. merkusii. 3. Interaksi antara perlakuan fisik dan jangka waktu pelukaan berpengaruh terhadap
produktivitas getah P. merkusii. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan informasi mengenai pengaruh jangka waktu pelukaan dengan modifikasi perlakuan fisik pada metode riil terhadap produktivitas getah pinus (P. merkusii), serta dapat menambahkan pengetahuan dalam meningkatkan produktivitas getah pinus (P. merkusii)
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
Susunan Taksonomi Pinus merkusii
Menurut Harahap dan Izudin (2002), klasifikasi Pinus merkusii sebagai
berikut :
Kingdom : Plantae
Diviso
: Spermatophyta
Sub Divisio : Gymnospermae
Ordo
: Coniferales
Famili
: Pinaceae
Genus
: Pinus
Spesies
: Pinus merkusii Jungh et de Vriese
Deskripsi Botani Pinus merkusii Pohon besar, batang lurus, silindris. Tegakan masak dapat mencapai tinggi
30 m, diameter 60-80 cm. Tegakan tua mencapai tinggi 45 m, diameter 140 cm. Tajuk pohon muda berbentuk piramid, setelah tua lebih rata dan tersebar. Kulit pohon muda abu-abu, sesudah tua berwarna gelap, alur dalam. Terdapat 2 jarum dalam satu ikatan, panjang 16-25 cm. Pohon berumah satu, bunga berkelamin tunggal. Bunga jantan dan betina dalam satu tunas. Bunga jantan berbentuk strobili, panjang 2-4 cm, terutama di bagian bawah tajuk. Strobili betina banyak terdapat di sepertiga bagian atas tajuk terutama di ujung dahan (Haygreen dan Bowyer, 1996).
3
Universitas Sumatera Utara
4
Ciri Umum Pinus merkusii
Menurut Pandit dan Hikmat (2002), P. merkusii memiliki ciri umum
sebagai berikut :
Warna
: Terasnya sukar dibedakan dengan gubalnya kecuali pada pohon
berumur tua terasnya berwarna kuning kemerahan sedangkan
gubalnya berwarna putih krem.
Corak
: Permukaan radial dan tangensialnya mempunyai corak yang
disebabkan karena perbedaan struktur kayu awal dan kayu
akhirnya sehingga terkesan ada pola dekoratif.
Riap tumbuh : Agak jelas terutama pada pohon-pohon yang berumur tua, pada
penampang lintang kelihatan seperti lingkaran-lingkaran
memusat.
Tekstur
: Agak kasar dan serat lurus tapi tidak rata.
Kekerasan : Agak keras dan berat agak ringan sampai agak berat.
Ciri Anatomi Pinus merkusii Menurut Pandit dan Hikmat (2002), P. merkusii memiliki ciri anatomi
sebagai berikut : Pori : Tidak berpori tapi mempunyai saluran damar aksial yang
menyerupai pori dan tidak mempunyai dinding sel yang jelas. Saluran damar aksial menyebar, sangat jarang dan diameter tangensialnya sekitar 170 – 190 mikron.
Universitas Sumatera Utara
5
Jari-jari
: Sangat halus dan sempit terdiri dari 1 seri, kadang-kadang
ada yang fusifom jumlahnya sekitar 4 -7 per mm arah
tangensialnya, tingginya terdiri dari 4 – 15 sel.
Saluran interseluler : Aksial menyebar dan jarang pada penampang lintang
menyerupai pori namun tidak berdinding.
Persyaratan Tumbuh Pinus merkusii Pinus merkusii dapat tumbuh pada tanah yang kurang subur, tanah
berpasir, tanah berbatu dengan ketinggian 200-2000 mdpl dan pertumbuhan optimal dicapai pada ketinggian 400-1.500 mdpl. Masih banyak ditemukan pohon besar berukuran tinggi 70 m dengan diameter 170 cm di hutan alam (Harahap dan Izudin, 2002).
P. merkusii dapat tumbuh pada iklim dengan curah hujan yang minim (iklim kering). Curah hujan yang dibutuhkan adalah 1500 mm/tahun dan akan tumbuh lebih baik di daerah yang sepanjang tahun mendapat hujan. Suhu yang dibutuhkan untuk pertumbuhannya berkisar antara 17° C dan 27° C. Pengaruh cahaya matahari nyata sekali dampaknya bagi pertumbuhan. Pertumbuhannya akan lebih baik pada tanah yang drainasenya baik dan berpori serta berhumus (Khaerudin, 1999).
Ketinggian Tempat Hermawan (1992) yang melakukan penelitian di KPH Kediri dan KPH
Lawu DS, mengemukakan bahwa tegakan pinus yang tumbuh pada elevasi rendah (sampai dengan 500 mdpl) memiliki produksi yang tinggi apabila dibandingkan
Universitas Sumatera Utara
6
dengan tegakan pinus dengan elevasi yang sedang (500-1000 mdpl) dan tinggi (diatas 1000 mdpl). Hal ini dapat terjadi karena semakin tinggi elevasi maka suhu udara semakin dingin sehingga menyebabkan getah cepat membeku dan menutup saluran getah.
Penyebaran Pinus merkusii P. merkusii tersebar di Asia Tenggara antara lain, Burma, Thailand,
Vietnam, Laos, Kamboja, dan Filipina (Harahap dan Izudin, 2002). P. merkusii atau tusam merupakan satu-satunya jenis pinus asli Indonesia. Menurut Butarbutar, et. al. (1998), di daerah Sumatera, tegakan pinus alam dapat dibagi kedalam 3 strain yaitu:
1. Stain Aceh, penyebarannya dari pegunungan Selawah Agam sampai sekitar Taman Nasional Gunung Leuser. Dari sini menyebar ke selatan mengikuti pegunungan bukit barisan lebih kurang 300 km melalui danau Laut Tawar, Uwak, Blangkerejen sampai Kutacane. Tegakan tusam di daerah ini pada umumnya terdapat pada ktinggian 800- 2000 mpdl.
2. Stain Tapanuli, menyebar di daerah Tapanuli Selatan Danau Toba. Tegakan tusam alami yang umumnya terdapat di Pegunungan Dolok Tusam dan Dolok Pardomuan. Tusam bercampur dengan daun lebar di pegunungan Dolok Saut. Tegakan tusam di daerah ini terdapat pada ketinggian 1000-1500 mpdl.
3. Strain Kerinci, menyebar di sekitar pegunungan Kerinci. Tegakan tusam alami yang luas terdapat antara bukit Tapan dan sungai Penuh. Di daerah ini tegakan tusam tumbuh secara alami pada ketinggian 1500-2000 mpdl.
Universitas Sumatera Utara
7
Sifat dan Kegunaan Menurut Pandit dan Hikmat (2002), P. merkusii memiliki sifat dan
kegunaan sebagai berikut : Berat jenis : Rata-rata 0,55 (0,40 – 0,75) Kelas Awet : IV Kelas Kuat : III Kegunaan : - Korek api, pensil, kotak, dan permainan anak
- Papan Partikel, vinir, pulp dan kertas - Perabot rumah tangga - Kerangka pintu dan jendela Menurut Dahlan dan Hartoyo (1997) hasil kayunya bermanfaat untuk konstruksi, pupl dan kertas serat panjang. Bagian kulitnya dimanfaatkan sebagai bahan bakar dan abunya digunakann untuk bahan campuran pupuk karena mengandung kalium. Menurut Harahap dan Izudin (2002) kegunaan lainnya yaitu sebagai papan/tiang, vinir/kayu lapis, kaso, mebel, kotak, tiang listrik dan papan wol kayu. Penduduk di sekitar hutan P. merkusii menggunaknnya sebagai bahan bangunan rumah dan mereka sengaja menanamnya untuk investasi. Menurut Setiasih, et.al. (1997), dewasa ini gondorukem telah diekspor ke beberapa negara di Asia, Amerika, Eropa, Australia, dan Afrika. Ekspor ini menghasilkan devisa bagi negara. Oleh karena itu industri gondorukem perlu ditingkatkan mengingat potensi hutan P. merkusii dan tenaga kerja di Indonesia cukup besar. Getah (oleoresin) yang diperoleh dari penyadapan pinus dapat diolah menjadi gondorukem dan terpentin. Gondorukem diketahui merupakan salah satu bahan yang digunakan untuk campuran produksi ban dengan karet alam, bahan
Universitas Sumatera Utara
8
kosmetik dan lain-lain. Menurut Darmawan, et. al. (2000), gondorukem digunakan untuk campuran batik tulis dan cetak, disamping dapat dimasak lagi untuk campuran bahan-bahan sabun, cat dan vernis, kertas, fungisida, lacquers, plasticizers.
Terpentin adalah minyak eteris yang diperoleh sebagai hasil sampingan dari pembuatan gondorukem. Minyak terpentin digunakan sebagai pelarut atau sebagai minyak pengering. Selain itu minyak terpentin digunakan untuk ramuan semir sepatu, logam dan kayu, sebagai bahan substitusi kamper dalam pembuatan seluloid dan sebagai pelarut bahan organik. Minyak terpentin yang merupakan salah satu jenis minyak atsiri yang berwarna bening sampai kuning muda, dapat diperoleh antara lain melalui destilat getah pinus atau menyuling secara fraksinasi ekstrak tunggul kayu pinus (Darmawan, et. al., 2000).
Minyak terpentin adalah minyak eteris yang diperoleh sebagai hasil sampingan dari pembuatan gondorukem. Secara tradisional minyak terpentin digunakan sebagai pelarut atau pembersih cat, pernis dan lain-lain. Saat ini minyak terpentin banyak digunakan sebagai disinfektan dan bahan baku industri farmasi. Derivat minyak terpentin seperti isoboryl asetat, kamper, sitral, linalool, sitrinellal, mentol dan sebagainya juga dapat dimanfaatkan (Waluyo, 2009).
Gondorukem yang dikenal juga dengan nama siongka, arpus, kucing atau harsa adalah residu dari proses penyulingan getah pinus. Industri yang menggunakan gondorukem di Indonesia adalah industri batik, kertas, sabun, korek api, dan pelitur. Secara umum dapat diketahui bahwa konsumen di dalam negeri menghendaki gondorukem dengan warna terang, bebas kotoran, rapuh, dan tidak mudah berubah pada suhu kamar (BPPKP, 2000).
Universitas Sumatera Utara
9
Terpentin adalah minyak eteris yang diperoleh sebagai hasil sampingan dari pembuatan gondorukem. Oleh karena sifatnya yang khusus, maka minyak terpentin banyak digunakan baik sebagai bahan pelarut ataupun sebagai minyak pengering (BPPKP, 2000).
Getah Pinus (Pinus merkusii) Seluruh getah P. merkusii terdapat pada dinding batang pohon. Bila
dinding batang tersebut dilukai maka luka akan mengeluarkan getah. Prinsip keluarnya getah dari luka sadapan yaitu saluran getah pada semua sisi dikelilingi oleh jaringan parenkim yang terdapat dalam keseimbangan osmosis, jika berkurang sebagai akibat dari keluarnya getah (Dulsalam, et, al., 1998).
Getah pinus merupakan getah yang dihasilkan pohon pinus dan yang digolongkan sebagai oleoresin yang merupakan cairan asam-asam resin yang keluar apabila saluran resin pada kayu daun jarum tersayat atau pecah. Penamaan oleoresin dipakai untuk membedakan getah pinus dari getah alamiah (natural resin) yang terdapat pada kulit kayu atau rongga-rongga jaringan kayu dari berbagai genus anggota Dipterocarpaceae, Leguminoceae, dan Caesalpiniaceae (Rasyadi, 2003).
Lebih lanjut Tobing (1999), menyatakan bahwa berdasarkan bukti-bukti biokimia, getah dibentuk secara insitu. Getah berfungsi sebagai penutup luka agar air tidak bisa masuk dan sekaligus sebagai bahan antiseptik untuk menahan serangan hama dan penyakit.
Resin diduga mempunyai peranan penting dalam menyembuhkan jaringan yang rusak dan dalam menolak serangan serangga atau pun penyerang-penyerang
Universitas Sumatera Utara
10
yang lain. Suatu irisan pada kulit pinus misalnya akan menyebabkan mengalirnya resin ke daerah luka dan mungkin bahkan diikuti oleh produksi sel-sel penghasil resin baru di dekat luka (Haygreen dan Bowyer, 1996).
Penyadapan Getah Pinus (Pinus merkusii) Percobaan penyadapan getah pinus di Indonesia pertama kali dilakukan di Aceh
oleh W. G. Van den Kloot tahun 1924, di Pulau Jawa baru dilakukan di daerah Lawu Ds. dan Wilis pada tahun 1947 (Sugiyono, et. al., 2001). Pohon P. merkusii mulai dapat disadap setelah mencapai umur 11 tahun atau diameter minimum 20 cm yaitu pada saat riap pohon maksimal. Jangka waktu sadap dapat berlangsung sampai 20 tahun jika penyadapan dilakukan dengan baik atau sesuai menurut petunjuk kerja (Hadipoernomo, 1992).
Menurut Sugiyono, et. al. (2001), pohon pinus akan disadap memenuhi beberapa ketentuan, yaitu : 1. Diameter minimum 20 cm, yaitu saat riap pohon maksimal. 2. Pemilihan pohon dimana hanya pohon-pohon yang akan ditebang yang
disadap, dimulai pada pohon berumur 11 tahun. Dulsalam et. al. (1998) menyatakan bahwa dalam penentuan cara
penyadapan getah pinus tentu tidak akan terlepas adanya pertimbangan yang berhubungan dengan faktor teknis, sosial, ekonomi dan ekologi. Secara teknis penyadapan getah pinus yang dipilih adalah yang dapat dilakukan dengan mudah. Dari segi sosial, cara yang dipilih adalah yang mampu memberi lapangan pekerjaan kepada masyarakat setempat. Dari segi ekonomi, pertimbangannya adalah yang efisien dan efektif sehingga dapat memberikan keuntungan yang optimal. Sedangkan ditinjau dari segi ekologi, pertimbangannya adalah yang tidak
Universitas Sumatera Utara
11
menimbulkan kerusakan yang berarti pada pohon yang disadap. Sugiyono (2001) mengatakan bahwa produksi getah pada setiap jenis
Pinus berbeda-beda. Pinus yang umum berada di wilayah pulau Jawa adalah P. merkusii dengan produksi getah tertinggi kedua setelah P. kasya. Produksi getah tiap tahun pada bebarapa jenis pinus dibawah ini : - Pinus kasya 7.0 gram/pohon - Pinus merkusii 6.0 gram/pohon - Pinus palustris 4.2 gram/pohon - Pinus maritima 3.2 gram/pohon - Pinus longifolia 2.5 gram/pohon - Pinus austriaco 2.1 gram/pohon - Pinus exelsa 1.2 gram/pohon
Penyadapan getah pinus dilakukan dengan cara melukai batang pohon dengan bentuk serta kedalaman luka tertentu sesuai dengan metoda penyadapan yang digunakan. Pelukaan ini bertujuan untuk dua hal, yaitu : pertama untuk mengaktifkan atau memicu jaringan epitel agar memproduksi getah (oleoresin) dan kedua untuk menyingkapkan saluran damar yang berada pada jaringan xylem. Jaringan epitel adalah jaringan khusus pada tumbuhan yang memproduksi getah apabila terjadi pelukaan pada pohon. Pada jenis-jenis pinus, jaringan epitel dapat memproduksi getah secara terus-menerus selama bagian tersebut berada di dalam kayu gubal, sedangkan pada jenis kayu daun jarum lainnya, jarang yang berfungsi lebih dari satu musim. Saluran damar adalah ruang kosong antara sel yang berbentuk saluran. Saluran damar umumnya dibatasi atau dikelilingi oleh jaringan epitel dan fungsinya adalah untuk menampung getah yang diproduksi oleh jaringan epitel serta menyalurkannya ke bagian luka. Dengan menyingkapkan
Universitas Sumatera Utara
12
saluran damar maka getah akan mengalir ke permukaan yang kemudian ditampung ke dalam penampung dan selanjutnya dipungut. Pelukaan pohon dapat memicu terjadinya pembentukan saluran damar sekunder (saluran damar traumatis), baik yang berupa saluran damar traumatis aksial maupun yang radial, walaupun kedua-duanya tidak akan dijumpai secara bersama-sama di dalam batang pohon. Pembentukan saluran damar traumatis ini mempunyai arti yang penting karena dengan bertambahnya jumlah saluran damar maka produksi getah akan semakin meningkat (Tobing, 1999).
Hadipoernomo (1992) juga mengatakan bahwa pohon pinus dianggap sudah masak sadap bila pohon tersebut sudah berumur 11 tahun atau masuk kelas umur III. Jika sesuatu berjalan lancar dan dilakukan menurut petunjuk kerja dengan seksama, maka jangka waktu sadap dapat berlangsung sampai 20 tahun.
Penyadapan getah pinus dilakukan dengan cara melukai batang pohon dengan bentuk serta kedalaman luka tertentu sesuai dengan metoda penyadapan yang digunakan. Pelukaan ini bertujuan untuk dua hal, yaitu : pertama untuk mengaktifkan atau memicu jaringan epitel agar memproduksi getah (oleoresin) dan kedua untuk menyingkapkan saluran damar yang berada pada jaringan xylem. Jaringan epitel adalah jaringan khusus pada tumbuhan yang memproduksi getah apabila terjadi pelukaan pada pohon. Pada jenis-jenis pinus, jaringan epitel dapat memproduksi getah secara terus-menerus selama bagian tersebut berada di dalam kayu gubal, sedangkan pada jenis kayu daun jarum lainnya, jarang yang berfungsi lebih dari satu musim (Hadipoernomo, 1992).
Faktor cuaca berpengaruh terhadap aliran getah dari sadapan. Pada suhu yang rendah dan kelembaban yang tinggi, getah yang membeku akan menyumbat saluran getah dan muara akan tertutup akibatnya getah yang mengalir akan terhenti (Sugiyono et. al. , 2001).
Universitas Sumatera Utara
13 Menurut Sanudin (2009) dalam memungut getah Pinus, seorang penyadap dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: 1. Musim hujan yang terus menerus menyebabkan suhu udara rendah sehingga getah cepat beku. 2. Adanya mata pencaharian lain. Pekerjaan lain dengan upah yang lebih tinggi menyebabkan penyadap memilih pekerjaan tersebut sehingga penyadapan terganggu, hal ini mengingat pada umumnya penyadap mempunyai pekerjaan lain. 3. Jarak dari desa ke blok sadapan. Pengaruh yang terjadi mengingat lamanya interval pembaharuan luka. 4. Situasi pasaran gondorukem. Menurut Dulsalam, et. al. (1998) penyadapan getah P. merkusii adalah kegiatan pelukaan pohon tusam sehingga saluran getah yang terdapat pada saluran dinding kayu terluka yang mengakibatkan getah keluar. Kegiatan penyadapan getah ini mempunyai tiga manfaaat penting yaitu : - Memanfaatkan produk sampingan selain kayu unuk meningkatkan hasil per satuan luas sebesar-besarnya sesuai dengan tujuan perusahaan. - Menunjang bahan baku gondorukem. - Memperluas lapangan kerja bagi masyarakat di sekitar hutan. Berikut ini merupakan potensi pengembangan kegiatan penyadapan getah pinus yang ada di Tapanuli Selatan.
Universitas Sumatera Utara
14
Tabel 1. Potensi Pengembangan Kegiatan Penyadapan Getah Pinus di Tapanuli
Selatan
No. Lokasi
Luas Area Layak Sadap (ha)
Jumlah Penyadap (orang)
Jumlah Pohon Yang Disadap
(batang)
Luas Area Yang
Disadap (ha)
Sisa Areal Yang Belum
Disadap (ha)
1. Mara Gordang
200
15 13.500
30 170
2. Simp. Tolang 30 5 4.500 10 20
3. Sitorbis
80
3 2.700
6 74
4. Situmba
20
4
9.500
16
4
5. Proyek
20
15 13.500
20
-
6. Silinggom-linggom
150
20
54.000
120
30
7. Sitada-tada
20
10
5.400
12
8
8. Pangarutan
100 10 20.000 40 60
Jumlah
620 82 123.000 254 366
- Sumber : PT. INHUTANI IV
Sistem Penyadapan Getah
Sistem penyadapan getah pinus di Indonesia secara garis besar dapat dibedakan
menjadi tiga macam, yaitu : Koakan, Riil dan Bor. Cara-cara tersebut dilakukan dengan
tujuan untuk memperoleh hasil getah seoptimal mungkin dengan memperhatikan
kelestariannya. Dalam penentuan cara penyadapan getah pinus tidak terlepas dari
pertimbangan yang berhubungan dengan faktor teknis, sosial, ekonomi dan ekologi.
Secara teknik, cara penyadapan getah pinus yang dipilih adalah yang dapat dilakukan
dengan mudah. Secara sosial, cara yang dipilih adalah yang mampu memberi lapangan
pekerjaan terhadap masyarakat sekitar. Secara ekonomi, cara penyadapan getah pinus
yang dipilih adalah yang efisien dan efektif sehingga dapat memberi keuntungan yang
optimal. Ditinjau dari segi ekologis, yang dipilih adalah cara penyadapan getah pinus
yang tidak menimbulkan kerusakan yang berarti pada pohon yang disadap
(Inhutani IV, et. al., 1996).
Penyadapan Getah Pinus dengan Sistem Riil
Sadapan sistem riil ialah proses pelukaan pada permukaan kayu dengan
membuat saluran induk arah vertikal dan saluran cabang arah miring yang
membentuk sudut 40° terhadap saluran induk dengan kedalaman 2 cm. Sistem ini
caranya meliputi tahapan:
Universitas Sumatera Utara
15
- bagian batang dibersihkan kira-kira 1/3 lingkaran batang pohon. - pelukaan dibuat dengan alat yang disebut hogal. - luka sadap berbentuk “V” dengan kedalaman 2-5 cm dan kemiringan saluran 20-40°. - lebar sadapan sekitar 20 cm (Kasmudjo, 1997). Kelemahan sistim riil antara lain bidang sadap yang luas menyebakan luasan sadapan yang dibutuhkan lebar sehingga untuk satu pohon hanya dapat dilakukan sadap buka sekali dan memerlukan waktu proses penyadapan yang relatif lama dan kurang efesien. Sadapan metode riil adalah proses pelukaan pada permukaan kayu dengan membuat saluran induk arah vertikal dan saluran cabang arah miring yang membentuk sudut 40º terhadap saluran induk dengan kedalaman 2 mm (Perum Perhutani, 1997).
Sistem riil ini banyak digunakan di Perum Perhutani karena tidak sampai melukai pohon. Sehingga kulit akan menutup kembali menyebabkan struktur anatomi tidak terlalu berubah dan nantinya dapat dijadikan kelas pengusahaan kayu. Hasil getah dengan sistem riil lebih tinggi dibandingkan dengan sistem koakan tetapi luka sadap yang relatif besar akan memudahkan dihinggapi penyakit (Bawono 2004).
30 cm
1
70 cm 10 cm
3 4
40°
2
Tanah Gambar 1. Pola Sadapan Metode Riil
Universitas Sumatera Utara
Keterangan : 1. Bagian kayu yang tidak dibersihkan 2. Bagian kayu yang dibersihkan 3. Pola sadapan ukuran 20 x 65 cm 4. Letak saluran tengah (central groove).
16
Saluran Getah Pinus (Pinus merkusii) Menurut Pandit dan Hikmat (2002), saluran getah atau saluran damar pada
P. merkusii sering disebut sebagai saluran interseluler. Dari segi anatomis, getah pinus terdapat dalam saluran-saluran (saluran resin) atau celah-celah antara sel. P. merkusii mempunyai saluran damar aksial yang menyerupai pori. Saluran damar aksial menyebar, sangat jarang, dengan diameter 50-200 mikro dan diameter tangensial sekitar 170-190 mikro. Saluran horinzontalnya terdapat dalam jari- jari dengan diameter 45-55 mikro. Berdasarkan proses terbentuknya saluran interseluler ini terjadi karena tiga cara yaitu: 1. Lysigenous, dimana satu atau beberapa sel hancur sehingga menjadi saluran. 2. Schizogenous, di sisi beberapa sel saling memisahkan diri atau menjauhkan
diri sehingga terbentuk saluran. Sel- sel yang mengelilingi rongga saluran ini membelah–belah menjadi sel epitel dan mengeluarkan getah atau ke dalam saluran yang bersangkutan. 3. Scyzolysigenous, merupakan modifikasi dari kedua cara di atas yaitu disamping penghancuran juga pemisahan.
Jika kayu dilukai melalui satu arah yaitu arah radial pada kambium kayu, getah dari arah axial dapat bermuara ke arah saluran radial sehingga dapat tertampung pada luka sadapan tersebut. Dengan demikian maka pelukaan sampai
Universitas Sumatera Utara
17
kambium kayu dapat mengalirkan getah pinus meskipun yang terlukai hanya saluran arah radial. Namun demikian keluarnya getah arah radial ini tidak terlalu banyak dapat menampung getah dari arah axial sehingga yang keluar hanya sedikit (Sumantri, 1991).
Berdasarkan Surat Keputusan Direksi Perum Perhutani Nomor : 792/KPTS/DIR/2005, urutan kerja penyadapan metode koakan adalah sebagai berikut : 1. Sadap Buka a) Kulit batang yang akan disadap dibersihkan/dikerok setebal 3 mm, lebar 15 cm tinggi 60 cm (tiap tahun), mulai setinggi 20 cm diatas tanah tanpa melukai kayunya. b) Dibuat quare permulaan pada bagian pohon dengan ukuran lebar maksimal 6 cm dan tinggi 10 cm, dengan petel sadap dengan kedalaman quare 1,5 cm (tidak termasuk tebal kulit). c) Pemasangan talang dan tempurung. Pemasangan talang tidak pada bagian kayu tetapi pada tepi quare dan dipaku pada kedua sisinya agar supaya tidak menggangu aliran getah kebawah. Ukuran talang 8 x 5 cm dengan bentuk cekung dari seng. Tempurung dipasang 5 cm dibawah talang sebagai penampung getah. 2. Sadap Lanjut a) Sadap lanjut dilakukan setiap 3 hari sekali dan 5 hari sekali menghasilkan getah maksimal. b) Pada setiap pembaharuan quare, talang dan tempurung harus dipisahkan terlebih dahulu atau ditutup, hal tersebut agar talang tidak terkena serpihan kayu. Setelah pembaharuan quare mencapai 20 cm, talang dan tempurung
Universitas Sumatera Utara
harus ikut dinaikkan. c) Petel sadap harus dijaga tetap tajam dan selalu bersih dari kotoran. d) Untuk menghindari kotoran dan air hujan, sebaiknya tempurung penampung getah diberi penutup. e) Pemungutan getah dilakukan bersamaan pada waktu pembaharuan luka dilakukan setiap.
18
Faktor–faktor yang Mempengaruhi Produksi Getah Pinus Menurut Hadipoernomo (1992), faktor- faktor yang mempengaruhi
produksi getah P. merkusii adalah sebagai berikut : 1. Faktor biologi pohon
- Jenis Pohon Produksi getah berbeda nyata menurut jenis, misalnya Pinus khasya dapat memproduksi getah sebanyak 7 kg/pohon/tahun, sedangkan P.merkusii sebanyak 6 kg/pohon/tahun.
- Umur tegakan Umur tegakan mempunyai pengaruh nyata terhadap produksi getah tusam. Berdasarkan hasil penelitian di KPH pekalongan Timur menunjukkan bahwa semakin bertambah umur maka diameter bertambah dan produksi getah semakin besar.
- Diameter dan tinggi pohon Hasil penelitian Suharlan, Bustomi dan Herbaung (1982) dalam Hadipoernomo (1992) di KPH Pekalongan Timur dan Barat menemukan
Universitas Sumatera Utara
19
adanya pengaruh nyata dari besarnya bidang dasar dan tinggi pohon, produksi getah akan semakin meningkat. 2. Faktor tempat dan lingkungan - Tinggi tempat tumbuh Produksi getah mempunyai hubungan yang sangat erat dengan ketinggian tempat tumbuh (topografi). - Temperatur udara dan musim Pada suhu yang relatif rendah dan kelembaban yang tinggi, getah akan cepat mengumpal dan menyebabkan saluran menjadi sempit dan tersumbat sehingga aliran getah terhambat atau terhenti. Pada musim hujan hasil getah biasanya akan menurun karena curah hujan akan mempengaruhi kelembaban di sekitar luka sadapan. - Bonita tanah Tanah yang berbonita tinggi umumnya menghasilkan tegakan dengan produksi getah yang lebih banyak karena pertumbuhannya lebih baik yang didukung oleh kandungan unsur hara yang terdapat dalam tanah. 3. Faktor keadaan tegakan - Kerapatan tegakan Kerapatan tegakan mempengaruhi pertumbuhan pohon yang dengan sendirinya mempengaruhi produksi getah. - Tajuk pohon Pohon dengan tajuk lebar akan menerima cahaya matahari yang lebih banyak sehingga akan proses fotosintesa yang lebih banyak dari pada
Universitas Sumatera Utara
20
pohon yang bertajuk lebih kecil. Hasil fotosintesa yang besar akan mempengaruhi produksi getah. 4. Faktor perlakuan terhadap pohon dan tegakan Produksi getah pinus dipengaruhi oleh perlakuan manusia terhadap pohon dan tegakan seperti: sistem penyadapan, arah sadap dan penggunaan bahan kimia dalam penyadapan. Sumadiwangsa, et. al. (1999) mengatakan produktivitas getah pohon pinus dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor statis (genotipe, umur, kerapatan pohon, elevasi, kesuburan tanah, dan iklim) serta faktor dinamis (cara dan alat penyadapan, kadar stimulan dan keterampilan tenaga penyadap). Diameter pohon terhadap produksi getah pinus berhubungan dengan pertumbuhan diameter pohon. Sehingga dengan adanya pertumbuhan dimeter pohon, menyebabkan volume kayu gubal semakin besar. Oleh karena itu semakin besar volume kayu gubal, maka saluran getah yang terkandung pada pohon pinus akan semakin banyak dan produksi getah pinus akan semakin meningkat (Wibowo, 2006). Pada saat musim hujan umumnya penyadap baru mengumpulkan getahnya setelah 6-8 kali pembaharuan luka dikarenakan keluarnya getah pada musim penghujan relatif lambat. Sedangkan pada musim kemarau setelah dilakukan 68 kali pembaharuan luka baru karena keluarnya getah pada musim tersebut cukup lancer (Purwoko, 1998).
Universitas Sumatera Utara
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di areal kerja PT. Inhutani IV Unit Sumatera
Utara-Aceh, tepatnya di Siborong-borong, Tapanuli Utara. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2013 sampai Mei 2013.
Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah Pinus merkusii. Adapun alat yang
digunakan di lapangan adalah parang, pita ukur, pisau sadap, tempurung, talang sadap (lips) berupa lempengan seng, palu, paku, plastik, ember plastik, sendok kayu, timbangan, spidol, dan alat pukul (balok kayu).
Prosedur Penelitian 1. Persiapan Penelitian. a. Pembuatan balok kayu
Balok kayu yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dari jenis kayu Damar (Agathis dammara). Ukuran balok yang digunakan 10 cm x 7 cm x 30 cm. b. Persiapan lapangan
Untuk memudahkan jalannya penelitian, perlu dilakukan pekerjaan persiapan lapangan yang terdiri atas rangkaian kegiatan sebagai berikut : pemilihan pohon contoh dimana pohon yang diambil sebanyak 36 pohon dengan kriteria pohon yang disadap adalah pohon yang sehat dengan kelas umur 25 tahun dan diameter pohon sebesar 30–40 cm, pembersihan lapangan untuk memudahkan
21
Universitas Sumatera Utara
22
kegiatan penyadapan, penomoran pohon dan pemasangan plat nomor pohon, pembersihan kulit pohon dan penyediaan bahan dan alat. 2. Penyadapan Pohon P. merkusii
Untuk memudahkan penyadapan getah P.merkusii maka perlu dilakukan seperti :
a. Pembersihan kulit Pohon yang akan disadap dibersihkan kulitnya terlebih dahulu dengan
menggunakan alat pembersih kulit, sampai benar-benar rata dan halus tanpa adanya alur kulit dan tidak mengenai bagian kayunya. Pembersihan kulit yang kurang baik akan menyulitkan pembuatan luka sadap. b. Pembuatan pola sadap
Pola sadap dibuat di bagian tengah kulit yang sudah dibersihkan dengan menggunakan mal sadap. Pola sadap ini dibuat untuk menetapkan letak saluran tengah dan letak dimana luka sadap harus dibuat. c. Pembuatan luka sadap
Luka sadap dibuat dengan menggunakan pisau sadap (freshening knife), sesuai dengan pola yang sudah dibuat. Luka sadap dibuat dengan arah miring ke atas, dengan membentuk sudut kemiringan 40°. Cara pembuatan luka sadap dengan menarik pisau sadap ke arah atas. d. Pemasangan talang
Pemasangan talang dilakukan setelah pembuatan pola sadap. Talang sadap dipasang pada pohon, kemudian ditekuk ke atas dan bagian tengahnya ditekan dengan menggunakan palu agar masuk ke dalam saluran tengah, dengan demikian getah dapat tertampung melalui talang.
Universitas Sumatera Utara
23
e. Pemasangan batok penampung Setelah pohon dilukai maka diletakkan batok penampung getah, diletakkan
dengan baik agar penampungan getah tidak terganggu. f. Pemberian perlakuan fisik
Pada kombinasi perlakuan fisik, luka sadap yang baru dibuat segera di pukul dengan balok kayu. Pemukulan dilakukan pada luka sadapan baru (kiri dan kanan saluran), dengan perlakuan tanpa pemukulan, pemukulan 10, 20 dan 30 kali. 3. Pemungutan Getah P. merkusii
Pemungutan getah tergantung dari produktivitas getah yang dihasilkan oleh tanaman P.merkusii. Urutan pekerjaan pemanenan getah dari produktivitas getah adalah sebagai berikut : mempersiapkan tempat getah yang akan dipanen, kemudian mengambil getah dari batok penampung, dan menimbang getah yang telah diperoleh, memasukkan getah ke dalam ember plastik.
4. Pengukuran Produktivitas Getah Menurut Soenarno, et. al. (2000), perhitungan produksi getah rata- rata dinyatakan
dalam satuan gram/pohon/hari dihitung sebagai berikut: ���
Y= ��� Dimana : Y = produksi getah (gr/pohon/hari)
V = volume getah yang dipungut (gr) I = intensitas pemungutan (hari)
Analisis Data Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial
dengan dua faktor perlakuan yaitu : faktor di pukul (K) sebanyak 4 taraf, yakni (a)
Universitas Sumatera Utara
24