Pengaruh Penggunaan Asam Sulfat (H2SO4) Sebagai Stimulansia Terhadap Produksi Getah Pinus (Pinus merkusii jungh et de vriese) Pada Metode Riil (Studi Kasus Di Areal PT. Inhutani IV Unit Sumatera Utara-Aceh, Siborong-borong, Tapanuli Utara)

PENGARUH PENGGUNAAN ASAM SULFAT (H2SO4) SEBAGAI STIMULANSIA TERHADAP PRODUKSI
GETAH PINUS (Pinus merkusii Jungh et de Vriese) DENGAN METODE RIIL
(Studi Kasus Di Areal PT. Inhutani IV Unit Sumatera Utara-Aceh, Siborong-borong, Tapanuli Utara)
SKRIPSI
Oleh: AYU RAHAYU EFFENDI SURBAKTI 091201057/TEKNOLOGI HASIL HUTAN
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013

PENGARUH PENGGUNAAN ASAM SULFAT (H2SO4) SEBAGAI STIMULANSIA TERHADAP PRODUKSI
GETAH PINUS (Pinus merkusii Jungh et de Vriese) DENGAN METODE RIIL
(Studi Kasus Di Areal PT. Inhutani IV Unit Sumatera Utara-Aceh, Siborong-borong, Tapanuli Utara)
SKRIPSI
Oleh: AYU RAHAYU EFFENDI SURBAKTI 091201057/TEKNOLOGI HASIL HUTAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Hasil
Nama Nim Program Studi


: Pengaruh Penggunaan Asam Sulfat (H2SO4) Sebagai Stimulansia Terhadap Produksi Getah Pinus (Pinus merkusii jungh et de vriese) Pada Metode Riil (Studi Kasus Di Areal PT. Inhutani IV Unit Sumatera UtaraAceh, Siborong-borong, Tapanuli Utara)
: Ayu Rahayu Effendi Surbakti : 091201057 : Teknologi Hasil Hutan

Ketua

Menyetujui, Komisi Pembimbing
Anggota

Ridwanti Batubara, S.Hut., M.P

Dr. Muhdi, S.Hut., M. Si

Mengetahui, Ketua Program Studi Kehutanan Siti Latifah, S.Hut., M. Si., Ph. D
v

ABSTRACT
AYU RAHAYU EFFENDI SURBAKTI : The Influence of The Application of H2SO4 As Stimulant For The Production of Oleoresin (Pinus merkusii Jungh et de Vriese) With Riil Method (Study Case At PT. Inhutani IV Areal North SumateraAceh Unit, Siborong-borong, North Tapanuli), supervised by Ridwanti Batubara and Muhdi.
The Production of oleoresin is affected by the application of stimulant and time of tapping. The purpose of this research were to know the effect of H2SO4 stimulant and the time of tapping to Pinus merkusii and to know the H2SO4 concentration and the best time of pine tapping that gave the best of tapping. This research were carried at working area of PT. Inhutani IV, Siborong-borong in Mei – June 2013 using factorial randomized block design with two factors, i.e. the concentration of stimulant (0%, 10%, 20% and 30%) and time of tapping (3 days, 5 days and 7 days at once). Parameter measured were production of oleoresin (gram).
Result of this research showed that the application of H2SO4 stimulant on the tapping of pine trees increase considerably to oleoresin. The application of H2SO4 resulted in more than 2 – 4 times the yield of oleoresin from tree without stimulant. The concentration of H2SO4 (30%) and the time of tapping in 3 days can gave the best product of oleoresin. Key word : Resin, Stimulant, Tapping, Riil Method

ii

ABSTRAK
AYU RAHAYU EFFENDI SURBAKTI : Pengaruh Penggunaan Asam Sulfat (H2SO4) Sebagai Stimulansia Terhadap Produksi Getah Pinus (Pinus merkusii Jungh et de Vriese) Dengan Metode Riil (Studi Kasus Di Areal PT. Inhutani IV Unit Sumatera Utara-Aceh, Siborong-borong, Tapanuli Utara), dibimbing oleh Ridwanti Batubara dan Muhdi.
Produksi getah pinus dipengaruhi antara lain oleh penggunaan stimulansia dan jangka waktu pelukaan. Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh kombinasi pemberian stimulansia H2SO4 dan jangka waktu pelukaan terhadap hasil sadapan getah Pinus merkusii dan melihat konsentrasi H2SO4 dan jangka waktu pelukaan yang memberikan hasil sadapan terbaik. Penelitian ini dilaksanakan di areal kerja PT. Inhutani IV, Siborong-borong pada Mei – Juni 2013 menggunakan rancangan acak kelompok faktorial 2 faktor yaitu konsentrasi stimulansia (0%, 10%, 20% dan 30%) dan jangka waktu pelukaan (3 hari sekali, 5 hari sekali dan 7 hari sekali). Parameter yang diamati adalah produksi getah pinus (gram).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan stimulansia H2SO4 pada penyadapan pohon pinus dapat mengakibatkan meningkatnya hasil getah. Penggunaan H2SO4 dapat meningkatkan hasil getah 2 – 4 kali lipat dari yang tidak diberi stimulansia. Konsentrasi stimulansia 30% dan jangka waktu pelukaan setiap 3 hari memberikan hasil sadapan terbaik. Kata kunci : Getah, Stimulansia, Pelukaan, Metode Riil
ivii

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sibolga, pada tanggal 28 Agustus 1991 dari ayah M. E. Surbakti (almarhum) dan ibu E. Tambunan. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara.
Tahun 2003 penulis lulus dari SD Sw. RK No. 3 Sibolga, tahun 2006 lulus dari SMP Sw. Fatima Sibolga, tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Sibolga dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur Ujian Masuk Bersama (UMB). Penulis memilih jurusan Teknologi Hasil Hutan, Program Studi Kehutanan.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota organisasi Himpunan Mahasiswa Sylva USU dan sebagai asisten praktikum Sifat Kimia Kayu. Pada tahun 2010 penulis mengikuti kegiatan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Taman Hutan Raya (Tahura), dan melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di KPH Saradan, Madiun dari tanggal 01 Maret sampai 01 April 2013.
iv

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian yang berjudul ”Pengaruh Penggunaan Asam Sulfat (H2SO4) Sebagai Stimulansia Terhadap Produksi Getah Pinus (Pinus merkusii Jungh Et De Vriese) Pada Metode Riil (Studi Kasus Di Areal PT. Inhutani IV Unit Sumatera Utara-Aceh, Siborong-borong, Tapanuli Utara)”. Hasil penelitian ini merupakan suatu aplikasi ilmu yang didapat dari pembelajaran di ruang perkuliahan dan syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kehutanan (S.Hut).
Pada kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih sebesarsebesarnya kepada orang tua penulis yang telah membesarkan, memelihara dan mendidik penulis selama ini. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Ridwanti Batubara S.Hut., M.P., dan Bapak Dr. Muhdi, S.Hut., M. Si., selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis mulai dari menetapkan judul, melakukan penelitian, sampai pada ujian akhir. Khusus untuk Bapak Iriyanto dan Bapak P. Sihombing serta staff di PT. Inhutani IV, penulis menyampaikan banyak terima kasih atas bantuannya selama penulis mengumpulkan data.
Di samping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Siti Latifah, S.Hut., M. Si., Ph. D., selaku ketua Program Studi Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, semua staf pengajar dan pegawai serta semua rekan mahasiswa yang tidak dapat disebutkan satu per satu di sini yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat.
v


DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT .................................................................................................... ii
ABSTRAK .....................................................................................................iii
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................iv
KATA PENGANTAR................................................................................... v
DAFTAR TABEL ........................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. x
PENDAHULUAN Latar Belakang ........................................................................................... 1 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 3 Hipotesis Penelitian ................................................................................... 3 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Pinus merkusii Jungh et de Vriese ............................................. 4 Tempat Tumbuh ......................................................................................... 4 Ciri Umum.................................................................................................. 5 Ciri Anatomi............................................................................................... 6 Sifat dan Kegunaan .................................................................................... 6 Pengertian dan Sifat Getah ......................................................................... 7 Kegunaan Getah Pinus merkusii ................................................................ 9 Faktor yang Mempengaruhi Produksi Getah............................................. 10 Penyadapan Getah ..................................................................................... 14 Sistem Penyadapan Getah ......................................................................... 15 Sistem Riil ................................................................................................. 16 Upaya Meningkatkan Produksi Getah Pinus............................................. 17 Stimulansia ................................................................................................ 18 Asam Sulfat (H2SO4)................................................................................. 19
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................... 21 Bahan dan Alat Penelitian ......................................................................... 21 Prosedur Penelitian.................................................................................... 21 Persiapan Penelitian.............................................................................. 21 Penyadapan ........................................................................................... 22 Pemungutan Getah dan Pembaharuan Luka ......................................... 24 Pengukuran Produksi ............................................................................ 25 Analisis Data ............................................................................................. 26
vi

HASIL DAN PEMBAHASAN Produktivitas Getah P. Merkusii ............................................................... 29 Pengaruh Konsentrasi Stimulansia............................................................ 31 Pengaruh Jangka Waktu Pelukaan ............................................................ 35 Pengaruh Interaksi Konsentrasi Stimulansia dengan Jangka Waktu Pelukaan......................................................................................... 37 Pengaruh Pengelompokan Diameter Pohon .............................................. 39
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ........................................................................................... 41 Saran ..................................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 43 LAMPIRAN.................................................................................................. 46
vvii

DAFTAR TABEL

No. Halaman 1. Potensi Pengembangan Kegiatan Penyadapan Getah Pinus
di Tapanuli Selatan ................................................................................. 10 2. Komposisi Stimulansia yang Dipakai ..................................................... 22
viii

DAFTAR GAMBAR
No. Halaman 1. Pola Sadapan Metode Riil....................................................................... 17 2. Hasil Produktivitas Getah dengan Perlakuan Konsentrasi Stimulansia.. 31 3. Hasil Produktivitas Getah Rata-rata Berdasarkan Kelas Diameter
dengan Perlakuan Konsentrasi Stimulansia ............................................ 33 4. Proses Pemberian Stimulansia Cair ........................................................ 34 5. Hasil Produktivitas Getah dengan Perlakuan Jangka Waktu Pelukaan .. 35 6. Hasil Produktivitas Getah Rata-rata Berdasarkan Kelas Diameter
dengan Perlakuan Jangka Waktu Pelukaan............................................. 36 7. Hasil Produktivitas Getah Rata-rata dengan Perlakuan Interaksi ........... 38 8. Produktivitas Getah Total Setiap Kelompok .......................................... 39
vix

DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman 1. Data produksi getah selama 1 bulan ....................................................... 46 2. Rataan produksi getah pinus (gram/pohon/hari)..................................... 46 3. Data diameter pohon ............................................................................... 47 4. Hasil pengolahan data menggunakan program SPSS 17 ........................ 48 5. Hasil uji beda jarak nyata Duncan menggunakan program SPSS 17 .....48
x

ABSTRACT
AYU RAHAYU EFFENDI SURBAKTI : The Influence of The Application of H2SO4 As Stimulant For The Production of Oleoresin (Pinus merkusii Jungh et de Vriese) With Riil Method (Study Case At PT. Inhutani IV Areal North SumateraAceh Unit, Siborong-borong, North Tapanuli), supervised by Ridwanti Batubara and Muhdi.
The Production of oleoresin is affected by the application of stimulant and time of tapping. The purpose of this research were to know the effect of H2SO4 stimulant and the time of tapping to Pinus merkusii and to know the H2SO4 concentration and the best time of pine tapping that gave the best of tapping. This research were carried at working area of PT. Inhutani IV, Siborong-borong in Mei – June 2013 using factorial randomized block design with two factors, i.e. the concentration of stimulant (0%, 10%, 20% and 30%) and time of tapping (3 days, 5 days and 7 days at once). Parameter measured were production of oleoresin (gram).
Result of this research showed that the application of H2SO4 stimulant on the tapping of pine trees increase considerably to oleoresin. The application of H2SO4 resulted in more than 2 – 4 times the yield of oleoresin from tree without stimulant. The concentration of H2SO4 (30%) and the time of tapping in 3 days can gave the best product of oleoresin. Key word : Resin, Stimulant, Tapping, Riil Method
ii


ABSTRAK
AYU RAHAYU EFFENDI SURBAKTI : Pengaruh Penggunaan Asam Sulfat (H2SO4) Sebagai Stimulansia Terhadap Produksi Getah Pinus (Pinus merkusii Jungh et de Vriese) Dengan Metode Riil (Studi Kasus Di Areal PT. Inhutani IV Unit Sumatera Utara-Aceh, Siborong-borong, Tapanuli Utara), dibimbing oleh Ridwanti Batubara dan Muhdi.
Produksi getah pinus dipengaruhi antara lain oleh penggunaan stimulansia dan jangka waktu pelukaan. Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh kombinasi pemberian stimulansia H2SO4 dan jangka waktu pelukaan terhadap hasil sadapan getah Pinus merkusii dan melihat konsentrasi H2SO4 dan jangka waktu pelukaan yang memberikan hasil sadapan terbaik. Penelitian ini dilaksanakan di areal kerja PT. Inhutani IV, Siborong-borong pada Mei – Juni 2013 menggunakan rancangan acak kelompok faktorial 2 faktor yaitu konsentrasi stimulansia (0%, 10%, 20% dan 30%) dan jangka waktu pelukaan (3 hari sekali, 5 hari sekali dan 7 hari sekali). Parameter yang diamati adalah produksi getah pinus (gram).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan stimulansia H2SO4 pada penyadapan pohon pinus dapat mengakibatkan meningkatnya hasil getah. Penggunaan H2SO4 dapat meningkatkan hasil getah 2 – 4 kali lipat dari yang tidak diberi stimulansia. Konsentrasi stimulansia 30% dan jangka waktu pelukaan setiap 3 hari memberikan hasil sadapan terbaik. Kata kunci : Getah, Stimulansia, Pelukaan, Metode Riil
ivii

PENDAHULUAN
Latar Belakang Manfaat yang diperoleh dari hutan antara lain berupa kayu maupun Hasil
Hutan Bukan Kayu (HHBK) cukup potensial untuk dikembangkan. Pengembangan HHBK diharapkan dapat menekan penurunan fungsi hutan akibat pemanfaatan hasil hutan berupa kayu yang kurang mempertimbangkan aspekaspek pemanfaatan lestari. Sementara potensi HHBK diperkirakan masih cukup banyak namun pemanfaatannya belum optimal (Nurapriyanto et. al., 2003).
Pinus merkusii merupakan satu-satunya jenis pinus yang tumbuh asli di Indonesia. P. merkusii termasuk dalam jenis pohon serbaguna yang terus-menerus dikembangkan dan diperluas penanamannya pada masa mendatang untuk menghasilkan kayu, produksi getah dan konservasi lahan. Hampir semua bagian pohonnya dapat dimanfaatkan, antara lain bagian batangnya dapat disadap untuk diambil getahnya. Getah tersebut diproses lebih lanjut menjadi gondorukem dan terpentin. Gondorukem dapat dimanfaatkan sebagai bahan untuk membuat sabun, resin dan cat. Terpentin digunakan untuk bahan industri, parfum, obat-obatan dan desinfektan. Hasil kayunya bermanfaat untuk konstruksi, korek api, pulp, dan kertas serat panjang. Bagian kulitnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar dan abunya dapat digunakan untuk bahan campuran pupuk, karena mengandung kalium (Dahlian dan Hartoyo, 1997).
Potensi hutan P. merkusii banyak dijumpai di Sumatera dan Jawa. Khusus di Sumatera Utara, hutan pinus dimiliki oleh negara dan juga oleh rakyat seluas 94.150 ha dari hasil inventarisasi tahun 1981. Apalagi pohon pinus memiliki manfaat ganda yaitu menghasilkan kayu dan getah/resin. Getah/resin yang
1v
Universitas Sumatera Utara

2
dihasilkan ini merupakan bahan baku industri gondorukem untuk industri cat, batik, kertas, dan lain-lain (Universitas Sebelas Maret, 1996).
Salah satu masalah yang dihadapi dalam produksi getah pinus ini adalah rendahnya produktivitas yaitu rata-rata 1,50 kg per pohon per tahun, dibanding dengan produktivitas yang dicapai negara lain seperti China, India, Portugal dan Spanyol, yaitu berkisar antara 2,50 – 4,00 kg per pohon per tahun (Perum Perhutani dan IPB, 1989). Menurut Badan Pusat Statistik Sumatera Utara tahun 2004, bahwa produksi hasil hutan getah pinus Sumatera Utara sebesar 295,63 kg. Penurunan produksi getah pinus dari tahun ke tahun disebabkan oleh sadapan pinus yang semakin berkurang (Sugiyono, et. al., 2001). Berdasarkan data statistik kehutanan, produksi gondorukem Sumatera Utara pada tahun 1996/1997 sebesar 147,915 kg yaitu sebesar 0,27% dari total produksi gondorukem nasional sebesar 53,736 ton (Sasmuko dan Totok, 2001). Di lain pihak permintaan pasar akan gondorukem dan terpentin semakin meluas sehingga hal tersebut mendorong rimbawan untuk meningkatkan efisiensi dan intensifikasi sadapan tanpa melanggar kaidah-kaidah manajemen hutan yang berlaku. Salah satu usaha yang sedang dicoba adalah penggunaan stimulansia kimia untuk meningkatkan hasil getah.
Dalam upaya meningkatkan produksi getah dengan menggunakan stimulansia asam, hal yang perlu diperhatikan adalah tentang konsentrasi asam. Jika konsentrasinya terlalu rendah, upaya ini kurang efektif. Sebaliknya, jika konsentrasinya terlalu tinggi, dapat mengakibatkan kayu pohon pinus menjadi kering. Faktor lain yang dapat meningkatkan getah pinus adalah jangka waktu pelukaan. Jika waktu pelukaan terlalu lama dapat mengurangi produktivitas getah,
Universitas Sumatera Utara


3 sebaliknya jika terlalu cepat dapat mengakibatkan kerusakan pada pohon pinus akibat luka yang ditimbulkan terlalu banyak. Hal inilah yang mendorong penulis untuk mengukur berapa besarnya konsentrasi asam sulfat sebagai bahan stimulansia dan jangka waktu pelukaan yang dapat memberikan hasil sadapan yang terbaik dalam metode riil.
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi
stimulansia asam sulfat (H2SO4) dan jangka waktu pelukaan terhadap hasil sadapan getah Pinus merkusii.
Hipotesis Penelitian 1. Konsentrasi stimulansia mempengaruhi produksi getah pinus. 2. Jangka waktu pelukaan mempengaruhi produksi getah pinus. 3. Interaksi konsentrasi dan jangka waktu pelukaan mempengaruhi produksi getah pinus.
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan informasi
bagi masyarakat dalam mengembangkan dan memanfaatkan hutan pinus dan sebagai contoh dalam peningkatan produksi getah pinus.
v
Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA

Deskripsi Pinus merkusii Jungh et de Vriese

Pinus merkusii Jungh et de vriese pertama kali ditemukan dengan nama

tusam di daerah Sipirok, Tapanuli Selatan oleh seorang botani dari Jerman yaitu

Dr. F.R. Junghuhn pada tahun 1841. Jenis ini tergolong jenis cepat tumbuh dan

tidak membutuhkan persyaratan khusus. Keistimewaan jenis ini antara lain


merupakan satu-satunya yang menyebar secara alami ke selatan khatulistiwa sampai 2o Lintang Selatan. Pinus atau tusam dikenal sebagai penghasil kayu, resin

dan gondorukem yang dapat diolah lebih lanjut sehingga mempunyai nilai

ekonomi yang tinggi. Kelemahan P. merkusii adalah peka terhadap kebakaran,

karena menghasilkan serasah daun yang tidak mudah membusuk secara alami

(Siregar, 2005).

Sugiono, et. al. (2001), menyebutkan tentang susunan taksonomi Pinus

merkusii sebagai berikut :

Diviso

: Spermatophyta

Sub Divisio : Gymnospermae


Ordo

: Coniferales

Famili

: Pinaceae

Genus

: Pinus

Spesies

: Pinus merkusii Jungh et de Vriese

Tempat Tumbuh Pinus merkusii dapat tumbuh pada tanah yang kurang subur, tanah
berpasir, tanah berbatu dengan curah hujan tipe A-C pada ketinggian 200-1.700
4

Universitas Sumatera Utara

5
mdpl. Di hutan alam masih banyak ditemukan pohon besar berukuran tinggi 70 m dengan diameter 170 m (Harahap dan Izudin, 2002).
P. merkusii termasuk famili Pinaceae, tumbuh secara alami di Aceh, Sumatera Utara, dan Gunung Kerinci. P. merkusii memiliki sifat pioner yaitu dapat tumbuh baik pada tanah yang kurang subur seperti padang alang-alang. Di Indonesia, P. merkusii dapat tumbuh pada ketinggian 200 – 2.000 mdpl. Pertumbuhan optimal dicapai pada ketinggian antara 400 – 1.500 mdpl (Khaeruddin, 1999).

Ciri Umum

Menurut Pandit dan Hikmat (2002), P. merkusii memiliki ciri umum

sebagai berikut :

Warna

: Terasnya sukar dibedakan dengan gubalnya kecuali pada pohon

berumur tua terasnya berwarna kuning kemerahan sedangkan

gubalnya berwarna putih krem.


Corak

: Permukaan radial dan tangensialnya mempunyai corak yang

disebabkan karena perbedaan struktur kayu awal dan kayu

akhirnya sehingga terkesan ada pola dekoratif.

Riap tumbuh : Agak jelas terutama pada pohon-pohon yang berumur tua, pada

penampang lintang kelihatan seperti lingkaran-lingkaran

memusat.

Tekstur

: Agak kasar dan serat lurus tapi tidak rata.

Kekerasan : Agak keras dan berat agak ringan sampai agak berat.


v
Universitas Sumatera Utara

6

Ciri Anatomi

Menurut Pandit dan Hikmat (2002), P. merkusii memiliki ciri anatomi

sebagai berikut :

Pori : Tidak berpori tapi mempunyai saluran damar aksial yang

menyerupai pori dan tidak mempunyai dinding sel yang

jelas. Saluran damar aksial menyebar, sangat jarang dan

diameter tangensialnya sekitar 170 – 190 mikron.

Jari-jari

: Sangat halus dan sempit terdiri dari 1 seri, kadang-kadang

ada yang fusifom jumlahnya sekitar 4 -7 per mm arah

tangensialnya, tingginya terdiri dari 4 – 15 sel.

Saluran interseluler : Aksial menyebar dan jarang pada penampang lintang

menyerupai pori namun tidak berdinding.

Sifat dan Kegunaan Menurut Pandit dan Hikmat (2002), P. merkusii memiliki sifat dan
kegunaan sebagai berikut : Berat jenis : Rata-rata 0,55 (0,40 – 0,75) Kelas Awet : IV Kelas Kuat : III Kegunaan : - Korek api, pensil, kotak, dan permainan anak
- Papan Partikel, vinir, pulp dan kertas - Perabot rumah tangga - Kerangka pintu dan jendela

Universitas Sumatera Utara

7
Sugiyono, et. al. (2001), menyatakan bahwa pohon pinus dapat mencapai tinggi 70 m, mempunyai kulit yang sangat tebal, dengan alur-alur vertikal, agak dalam, permukaan batang berwarna abu-abu, dan pada bagian bawah berwarna coklat kemerah-merahan. Pada umumnya orang mengenal kulit pohon pinus atas dasar ketebalan dan kekerasannya.
Pengertian dan Sifat Getah Getah yang dihasilkan oleh Pinus merkusii digolongkan sebagai oleoresin
yang merupakan cairan asam-asam resin dalam terpentin yang menetes keluar apabila saluran resin pada kayu tersebut tersayat. Oleoresin pinus berbeda dengan natural resin yang merupakan getah alami yang keluar dari rongga-rongga jaringan kayu pada genus dipterocarpaceae. Getah pinus terdapat pada saluran interseluler sel atau saluran damar traumatis dimana saluran damar tersebut dibentuk dari oleh suatu mekanisme baik secara lysigenous (sel pada jaringan kayu hancur dan meninggalkan celah) maupun schizogenous (sel memisahkan diri) atau schizolysigenous. Saluran resin memanjang batang di antara sel-sel trakeida atau melintang radial dalam berkas jaringan jari-jari kayu. Saluran vertikal memanjang batang biasanya lebih besar dibandingkan saluran ke arah radial dan sering kedua saluran tersebut berhubungan dan membentuk jaringan transportasi getah di dalam pohon (Santosa, 2010).
Lebih lanjut Tobing (1999), menyatakan bahwa berdasarkan bukti-bukti biokimia, getah dibentuk secara insitu. Getah ini berfungsi sebagai penutup luka agar air tidak bisa masuk dan sekaligus sebagai bahan antiseptik untuk menahan serangan hama dan penyakit.
v
Universitas Sumatera Utara

8
Sifat getah pinus (oleoresin) ini adalah suatu bahan hydrophobi, larut dalam pelarut netral atau pelarut organik non polar seperti etil eter, hexan, dan pelarut minyak lainnya. Jenis getah ini mengandung terutama senyawa-senyawa terpenoid, hidrokarbon dan senyawa netral. Getah pinus yang didestilasi akan menghasilkan gondorukem (gum rosin) dan terpentin (gum turpentine) dengan perbandingan antara 4:1 dan 6:1. Warna getah pucat, jernih dan lengket serta apabila diuapkan berubah menjadi rapuh. Sugiyono, et. al. (2001), menyatakan getah pinus tersusun atas 66% asam resin (resin), 25% terpentin (monoterpene), 7% bahan netral yang tidak mudah menguap dan 2% air.
Faktor- faktor yang mempengaruhi produktivitas getah pinus yaitu; faktor pasif : kualitas tempat tumbuh, umur, kerapatan, sifat genetis, ketinggian tempat, sedangkan faktor aktif adalah kualitas dan kuantitas tenaga sadap serta perlakukan dan metode sadapan. Faktor-faktor tersebut dapat diperinci bahwa produktivitas getah dipengaruhi juga oleh faktor; luas areal sadap, kerapatan pohon, jumlah koakan tiap pohon, arah sadap terhadap matahari, jangka waktu pelukaan, sifat individu pohon dan keterampilan penyadap serta pemberian stimulansia (Santosa, 2010).
Getah yang baik adalah getah yang segar biasanya mengandung banyak terpentin, bewarna putih bersih, dan bebas dari kotoran (daun, tatal, pasir, debu, dan sebagainya). Getah pinus merupakan senyawa kompleks yang bersifat asam dan sangat peka terhadap waktu dan rusak akibat penuaan atau aging (Perum Perhutani dan IPB, 1989).
Universitas Sumatera Utara

9
Kegunaan Getah Pinus merkusii Getah (oleoresin) yang diperoleh dari penyadapan pinus dapat diolah
menjadi gondorukem dan terpentin. Gondorukem diketahui merupakan salah satu bahan yang digunakan untuk campuran produksi ban dengan karet alam, bahan kosmetik, dan lain-lain. Menurut Darmawan, et. al. (2000), gondorukem digunakan untuk campuran batik tulis dan cetak, disamping dapat dimasak lagi untuk campuran bahan-bahan sabun, cat dan vernis, kertas, fungisida, lacquers, plasticizers.
Terpentin adalah minyak eteris yang diperoleh sebagai hasil sampingan dari pembuatan gondorukem. Minyak terpentin digunakan sebagai pelarut atau sebagai minyak pengering. Selain itu minyak terpentin digunakan untuk ramuan semir sepatu, logam dan kayu, sebagai bahan substitusi kamper dalam pembuatan seluloid dan sebagai pelarut bahan organik. Minyak terpentin yang merupakan salah satu jenis minyak atsiri yang berwarna bening sampai kuning muda, dapat diperoleh antara lain melalui destilat getah pinus atau menyuling secara fraksinasi ekstrak tunggul kayu pinus (Darmawan, et. al., 2000).
Menurut Setiasih, et. al. (1997), dewasa ini gondorukem telah diekspor ke beberapa negara di Asia, Amerika, Eropa, Australia, dan Afrika. Ekspor ini menghasilkan devisa bagi negara. Oleh karena itu industri gondorukem perlu ditingkatkan mengingat potensi hutan Pinus merkusii dan tenaga kerja di Indonesia cukup besar.
v
Universitas Sumatera Utara

10

Berikut ini merupakan potensi pengembangan kegiatan penyadapan getah

pinus yang ada di Tapanuli Selatan.

Tabel 1. Potensi Pengembangan Kegiatan Penyadapan Getah Pinus di Tapanuli

Selatan

No.

Lokasi

Luas Area Layak Sadap (ha)

Jumlah Penyadap (orang)

Jumlah Pohon Yang
Disadap (batang)

Luas Area Yang Disadap (ha)

Sisa Areal Yang Belum Disadap (ha)

1. Mara Gordang

200

15 13.500

30 170

2. Simp. Tolang

30

5 4.500 10 20

3. Sitorbis

80

3 2.700

6 74

4. Situmba

20

4 9.500 16

4

5. Proyek

20

15 13.500

20

-

6. Silinggom-

150

20 54.000 120

30

linggom

7. Sitada-tada

20

10 5.400 12

8

8. Pangarutan

100 10 20.000 40 60

Jumlah

620 82 123.000 254 366

Sumber : PT. INHUTANI IV

Data statistik Perum Perhutani tahun 1991 menunjukkan bahwa pada

tahun 1990, dari hutan pinus seluas 480.048,64 ha, telah diekspor 30.788 ton

gondorukem, 8.217 ton terpentin dan 1.232 ton getah dengan pendapatan devisa

sebesar US$15.241.274. Namun, jumlah tersebut baru memenuhi 58,85%

permintaan konsumen luar negeri seperti : Asia, Australia, dan Eropa

(Leksono, 1996).

Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Getah Produksi getah pinus dipengaruhi oleh faktor dalam dan faktor luar.
Faktor dalam adalah faktor-faktor yang berasal dari pohon itu sendiri, seperti : umur, tajuk, diameter batang, kesehatan akar, dan sebagainya. Sedangkan faktor luar diantaranya kesuburan tanah (bonita), elevasi (ketinggian tempat), kerapatan tegakan dan cuaca (Kasmudjo, 1997).

Universitas Sumatera Utara

11 Produksi getah Pinus secara keseluruhan dipengaruhi oleh : 1. Luas areal sadapan. 2. Kerapatan (jumlah pohon per Ha). 3. Jumlah koakan tiap pohon dan jangka waktu pelukaan. 4. Sifat individu pohon. 5. Keterampilan tenaga kerja penyadap. Prinsip keluarnya getah dari luka adalah sebagai berikut : saluran getah pada semua sisi dikelilingi oleh jaringan parenkim di antara saluran getah dan sel-sel parenkim terdapat keseimbangan osmotik. Jika dibuat luka pada batang pinus sehingga saluran getahnya terbuka, maka tekanan dinding berkurang akibatnya getah keluar. Produksi getah per pohon per tahun untuk berbagai jenis pinus antara lain : 1. Pinus khaya : 7,0 kg/pohon/tahun 2. Pinus merkusii : 6,0 kg/pohon/tahun 3. Pinus palustris : 4,2 kg/pohon/tahun 4. Pinus maritima : 3,0 kg/pohon/tahun 5. Pinus longifolia : 2,5 kg/pohon/tahun 6. Pinus austriasca : 2,1 kg/pohon/tahun 7. Pinus excelsa : 1,2 kg/pohon/tahun (Kasmudjo, 1997).
v
Universitas Sumatera Utara

12
Menurut Sugiyono, et. al., (2001), beberapa faktor yang mempengaruhi produksi getah adalah sebagai berikut : a. Umur pohon
Perbedaan umur pohon berpengaruh atas hasil getah. Semakin tua umur pohon menghasilkan getah semakin banyak sampai pada batas umur tertentu. Ciriciri pohon pinus serta seluruh proses fisiologis yang terjadi di dalamnya akan berkembang sejalan dengan bertambahnya umur pohon, setiap tahap pertumbuhan mempunyai proses fisiologis yang berbeda. Peningkatan kelas umur pohon diikuti oleh kenaikan getah. b. Tajuk pohon
Hasil getah tiap pohon berhubungan langsung dengan besarnya tajuk, karena dalam tajuklah terjadi proses fotosintetis. Pohon dengan tajuk lebar akan menerima cahaya matahari yang lebih banyak, sehingga akan terjadi proses fotosintetis yang lebih banyak dibandingkan dengan pohon yang bertajuk lebih kecil. Hasil fotosintetis yang besar akan menambah pertumbuhan diameter pohon. c. Diameter
Pohon-pohon dengan diameter kurang dari 25 cm pada setinggi dada menghasilkan getah sedikit. Pohon dengan hasil getah yang banyak dicirikan dengan lingkaran tahun yang lebar, tajuk rata atau penuh dan bentuk kerucut serta mempunyai tinggi tajuk sampai setengah dari tinggi pohonnya. d. Kesehatan pohon
Kesehatan pohon berpengaruh langsung terhadap kelancaran proses fotosintetis, pertumbuhan batang, dan pembentukan kayu gubal. Pohon-pohon yang sehat menghasilkan getah lebih banyak dibandingkan pohon-pohon yang
Universitas Sumatera Utara

13 terserang penyakit. Pohon pinus yang berdaun kering terbakar dan terserang ulat menghasilkan getah sedikit. e. Perbedaan jenis pohon
Pinus yang menghasilkan getah terdapat beberapa jenis dengan produksi yang berbeda-beda. f. Bonita tanah
Pohon-pohon yang tumbuh pada tanah yang berbonita tinggi, pertumbuhannya lebih baik dan pada gilirannya produksi getahnya lebih banyak, karena kandungan unsur hara tanahnya lebih besar. g. Kerapatan tegakan
Kerapatan tegakan mempengaruhi pertumbuhan pohon yang dengan sendirinya mempengaruhi produksi getah. h. Cuaca dan iklim
Faktor cuaca berpengaruh terhadap aliran getah dari sadapan. Pada suhu yang rendah dan kelembaban yang tinggi, getah yang membeku akan menyumbat saluran getah dan muara akan tertutup akibatnya getah yang mengalir akan terhenti. Pada musin hujan hasil getah biasanya akan menurun karena curah hujan akan mempengaruhi kelembaban di sekitar luka sadapan. Suhu yang relatif rendah menyebabkan getah cepat menggumpal dan menyebabkan saluran menjadi sempit juga muara tersumbat, sehingga aliran getah menjadi berkurang sampai terhenti.
v
Universitas Sumatera Utara

14
Penyadapan Getah Di Indonesia percobaan penyadapan getah pinus pertama kali dilakukan di
Aceh oleh W. G. Van deen Kloot tahun 1924, di pulau Jawa baru dilakukan di daerah Lawu Ds. dan Wilis pada tahun 1947 (Sugiyono, et. al., 2001).
Penyadapan getah pinus dilakukan dengan cara melukai batang pohon dengan bentuk serta kedalaman luka tertentu sesuai dengan metoda penyadapan yang digunakan. Pelukaan ini bertujuan untuk dua hal, yaitu : pertama untuk mengaktifkan atau memicu jaringan epitel agar memproduksi getah (oleoresin) dan kedua untuk menyingkapkan saluran damar yang berada pada jaringan xylem. Jaringan epitel adalah jaringan khusus pada tumbuhan yang memproduksi getah apabila terjadi pelukaan pada pohon. Pada jenis-jenis pinus, jaringan epitel dapat memproduksi getah secara terus-menerus selama bagian tersebut berada di dalam kayu gubal, sedangkan pada jenis kayu daun jarum lainnya, jarang yang berfungsi lebih dari satu musim. Saluran damar adalah ruang kosong antara sel yang berbentuk saluran. Saluran damar umumnya dibatasi atau dikelilingi oleh jaringan epitel dan fungsinya adalah untuk menampung getah yang diproduksi oleh jaringan epitel serta menyalurkannya ke bagian luka. Dengan menyingkapkan saluran damar maka getah akan mengalir ke permukaan yang kemudian ditampung ke dalam penampung dan selanjutnya dipungut. Pelukaan pohon dapat memicu terjadinya pembentukan saluran damar sekunder (saluran damar traumatis), baik yang berupa saluran damar traumatis aksial maupun yang radial, walaupun kedua-duanya tidak akan dijumpai secara bersama-sama di dalam batang pohon. Pembentukan saluran damar traumatis ini mempunyai arti yang penting karena dengan bertambahnya jumlah saluran damar maka produksi getah
Universitas Sumatera Utara

15
akan semakin meningkat (Tobing, 1999). Haygreen dan Bowyer (1989) menyatakan bahwa, produksi getah pinus dapat dirangsang dengan adanya pelukaan. Oleh karena pinus merupakan pohon yang sangat sensitif terhadap pelukaan maka apabila terjadi luka, segera akan dibentuk lebih banyak lagi saluran resin atau getahnya yang akan berfungsi menutup luka dan mencegah infeksi.
Menurut Sugiyono, et. al. (2001), pohon pinus akan disadap memenuhi beberapa ketentuan, yaitu : 1. Diameter minimum 20 cm, yaitu saat riap pohon maksimal. 2. Pemilihan pohon dimana hanya pohon-pohon yang akan ditebang yang
disadap, dimulai pada pohon berumur 11 tahun. Hadipoernomo (1992) juga mengatakan bahwa pohon pinus dianggap sudah masak sadap bila pohon tersebut sudah berumur 11 tahun atau masuk kelas umur III. Jika sesuatu berjalan lancar dan dilakukan menurut petunjuk kerja dengan seksama, maka jangka waktu sadap dapat berlangsung sampai 20 tahun.
Sistem Penyadapan Getah Sistem penyadapan getah pinus di Indonesia secara garis besar dapat
dibedakan menjadi tiga macam, yaitu : Koakan, Riil dan Bor. Cara-cara tersebut dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh hasil getah seoptimal mungkin dengan memperhatikan kelestariannya. Dalam penentuan cara penyadapan getah pinus tidak terlepas dari pertimbangan yang berhubungan dengan faktor teknis, sosial, ekonomi dan ekologi. Secara teknik, cara penyadapan getah pinus yang dipilih adalah yang dapat dilakukan dengan mudah. Secara sosial, cara yang dipilih adalah yang mampu memberi lapangan pekerjaan terhadap masyarakat
v
Universitas Sumatera Utara

16 sekitar. Secara ekonomi, cara penyadapan getah pinus yang dipilih adalah yang efisien dan efektif sehingga dapat memberi keuntungan yang optimal. Ditinjau dari segi ekologis, yang dipilih adalah cara penyadapan getah pinus yang tidak menimbulkan kerusakan yang berarti pada pohon yang disadap (Inhutani IV, et. al., 1996).
Sistem Rill Sadapan sistem rill ialah proses pelukaan pada permukaan kayu dengan
membuat saluran induk arah vertikal dan saluran cabang arah miring yang membentuk sudut 40° terhadap saluran induk dengan kedalaman 2 cm. Sistem ini caranya meliputi tahapan:
a. Bagian batang dibersihkan kira-kira 1/3 lingkaran batang pohon. b. Pelukaan dibuat dengan alat yang disebut hogal. c. Luka sadap berbentuk “V” dengan kedalaman 2 - 5 cm dan kemiringan
saluran 20° - 40°. d. Lebar sadapan sekitar 20 cm (Kasmudjo, 1997).
Kelemahan sistim rill antara lain bidang sadap yang luas menyebakan luasan sadapan yang dibutuhkan lebar sehingga untuk satu pohon hanya dapat dilakukan sadap buka sekali dan memerlukan waktu proses penyadapan yang relatif lama dan kurang efisien.
Universitas Sumatera Utara

30 cm

1

70 cm
40°
10 cm TANAH
Gambar 1. Pola Sadapan Metode Riil Keterangan :
1. Bagian kayu yang tidak dibersihkan 2. Bagian kayu yang dibersihkan 3. Pola sadapan ukuran 20 x 65 cm 4. Letak saluran tengah (central groove).

3 4
2

17

Upaya Meningkatkan Produksi Getah Pinus Getah pinus dapat diperoleh dengan penyadapan batang pohon. Saluran
getah yang akan menyempit atau buntu dan apabila masih muda, getah yang dapat keluar dengan segera mengalami pembekuan di mulut saluran getah yang disadap sehingga menyumbat mulut saluran getah. Agar permukaan luka sadapan selalu terbuka dan getah tidak membeku, dapat digunakan stimulansia tertentu (Sugiyono, et. al., 2001).
Hadipoernomo (1992), menyatakan telah banyak usaha pembaharuan yang dicoba untuk meningkatkan produksi getah pinus, antara lain dengan

v
Universitas Sumatera Utara

18
menggunakan bor dan kantung plastik serta penggunaan pasta kimia. Riyanto pada tahun 1979 pernah mencoba untuk membandingkan pengaruh stimulan asam sulfat dan asam klorida terhadap getah pinus dengan konsentrasi masing-masing sebesar 2,5%. Riyanto dalam penelitiannya juga menyebutkan perlakuan dengan pasta sulfat mampu meningkatkan produksi getah di India sekitar 40% - 50%. Di Amerika Serikat penggunaan pasta sulfat 60% pada Pinus polustris dan Pinus etliotii memberikan hasil 25,2 gr/pohon/hari.
Pada kesempatan lain, Sumadiwangsa, et. al., pada tahun 1999 meneliti penggunaan zat perangsang SOCEPAS 235 As pada kosentrasi 0%, 20%, 25% dan penutupan luka sadap untuk mengetahui produktivitas getahnya. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa penggunaan stimulansia tersebut pada konsentrasi 20% dan 25% menghasilkan getah rata-rata sebesar 51,6 dan 48,2 gr/pohon. Penyadapan pinus dengan sistem bor dan pemberian zat perangsang asam sulfat + CEPA pada hutan Sumatera Barat (Darmawan, et. al., 2000).
Stimulansia Penggunaan stimulansia asam dapat menyebabkan terbukanya saluran
getah yang menyempit atau tersumbat melalui proses penghangatan oleh asam. Akibatnya, saluran getah dan sel-sel parenkim terhidrolisi, tekanan menurun, cairan sel keluar sehingga getah menjadi lebih encer dan lebih lama keluarnya (Kasmudjo, 1992).
Menurut Sudrajat (2002), bahan perangsang yang digunakan pada penyadapan getah pinus banyak macamnya, tetapi komponen utamanya adalah asam sulfat dan asam nitrat atau campurannya. Kedua asam tersebut termasuk oksidator kuat yang dapat merusak kulit manusia, kayu dan lingkungan.
Universitas Sumatera Utara

19
Campuran kedua asam tersebut akan mengeluarkan ion nitronium (NO2+) dan mono hydrogen sulfat (HSO4). Pemakaian kedua asam ini pada kondisi berlebihan akan mengganggu lingkungan dan kelangsungan hidup pohon serta diduga dapat mengubah komponen kimia getah, oleh karena itu penggunaan kedua asam ini patut dikaji ulang (Sumadiwangsa, et. al., 2000).
Suhu yang relatif rendah dan kelembaban yang tinggi, getah akan cepat menggumpal dan menyebabkan saluran menjadi sempit dan tersumbat sehingga aliran getah terhambat atau terhenti. Menurut Sugiyono, et. al., (2001) agar permukaan luka sadapan selalu terbuka dan getah tidak membeku dapat digunakan stimulansia. Yusnita et. al., (2001) mengatakan bahwa pemilihan konsentrasi stimulansia yang tepat diharapkan dapat meningkatkan produksi getah dan menurunkan biaya stimulansia serta menurunkan resiko kesehatan pohon, penyadap dan lingkungan.
Menurut Mardikanto dan Tobing (1996) dalam Sudrajat (2002), pemakaian kadar stimulansia yang tinggi belum tentu memberi hasil getah yang lebih besar. Penyadapan dengan cara rill dan dengan pemakaian kadar stimulan 10% di KPH Sumedang memberikan hasil getah yang lebih tinggi daripada pemakaian kadar stimulan 30%, demikian juga yang terjadi di Pekalongan, produksi getah dengan cara koakan dan pemakaian kadar stimulan sebesar 10% memberi hasil sadap yang lebih tinggi dibandingkan kadar stimulan 30%.
Asam Sulfat (H2SO4) Menurut Perry dan Green (1997), asam sulfat memiliki sifat-sifat tertentu,
baik fisika maupun sifat-sifat kimia. Yang merupakan sifat-sifat fisika asam sulfat yaitu : berupa cairan; berat molekul 98gr/mol; titik beku 10,49° C; specific gravity
v
Universitas Sumatera Utara

20 1,834; densitas (berat jenis) 1,84 gr/ml; titik didih 338° C; panas pembentukan standar -198,69 kkal/mol dan kapasitas panas 64,3664 kal/mol °K.
Adapun yang merupakan sifat kimia asam sulfat yaitu : sangat korosif, larut dalam air, merupakan osidator kuat, mempunyai afinitas yang tinggi terhadap air, bersifat higroskopis, merupakan asam kuat, bersifat polar dan bila direaksikan dengan basa akan membentuk garam. Selain itu, tanda lain yang dapat dilihat menurut Depkes RI (1995), bahwa asam sulfat merupakan cairan jernih, seperti minyak, tidak bewarna, dan bau sangat tajam.
Asam sulfat mengandung asam kira-kira 98%, cairan ini dapat bercampur dengan air dengan semua perbandingan dengan melepaskan panas yang banyak sekali. Ketika mencampur keduanya, asam harus selalu dituang dalam aliran yang tipis ke dalam air. Jika air yang dituangkan kepada asam yang lebih berat itu, uap mungkin akan tiba-tiba akan terbentuk yang akan mengangkat asam sedikit bersamanya, sehingga mungkin menimbulkan cedera yang berat (Vogel, 1990).
Universitas Sumatera Utara

METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja PT. Inhutani IV Unit Sumatera
Utara-Aceh, tepatnya di Siborong-borong, Tapanuli Utara. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2013 sampai Juni 2013.
Bahan dan Alat Bahan yang digunakan untuk penyadapan getah pinus adalah : H2SO4
teknis 97%, H2O, es batu, garam dan pohon Pinus merkusii. Alat yang digunakan di laboratorium adalah pipet tetes, labu ukur, gelas ukur, ruang asam, sarung tangan karet, masker, baskom, dan botol kaca. Sedangkan alat untuk di lapangan adalah parang, mal sadap (blaze frame), pisau sadap (freshening knife), tempurung, talang sadap (lips) berupa lempengan seng, alat semprot (sprayer), palu, paku, plastik, ember plastik, sendok kayu, timbangan, alat tulis dan spidol.
Prosedur Penelitian 1. Persiapan Penelitian
a. Pembuatan stimulansia Stimulan yang dipakai dalam penelitian ini dibuat dari jenis asam kuat
dengan pelarut air. Asam yang dipakai adalah asam sulfat (H2SO4 teknis 97%). Konsentrasi stimulansia yang dipakai dalam penelitian ini terdiri atas tiga macam, yakni : 10%, 20%, 30%.
v21
Universitas Sumatera Utara

22

Komposisi H2SO4 yang terdapat pada masing-masing konsentrasi stimulansia tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Komposisi Stimulansia yang Dipakai

Stimulansia

Volume yang dibutuhkan

Konsentrasi (%)

Volume (ml)

H2SO4 (ml)

H2O (ml)

10

1000

100

900

20

1000

200

800

30

1000

300

700

b. Persiapan lapangan

Untuk memudahkan jalannya penelitian, perlu dilakukan pekerjaan

persiapan lapangan yang terdiri atas rangkaian kegiatan sebagai berikut :

1. Pemilihan pohon contoh dimana pohon yang diambil sebanyak 36 pohon

dengan kriteria pohon yang disadap adalah pohon yang sehat dengan kelas

umur 25 tahun dan diameter pohon sebesar 30 – 40 cm.

2. Pembersihan lapangan untuk memudahkan kegiatan penyadapan

3. Penomoran pohon dan pemasangan plat nomor pohon

4. Pembersihan kulit pohon

5. Penyediaan bahan dan alat

2. Penyadapan a. Pembersihan kulit Pohon yang akan disadap dibersihkan kulitnya terlebih dahulu dengan menggunakan alat pembersih kulit, sampai benar-benar rata dan halus tanpa adanya alur kulit dan tidak mengenai bagian kayunya. Pembersihan kulit yang kurang baik akan menyulitkan pembuatan luka sadap.

Universitas Sumatera Utara

23
b. Pembuatan pola sadap Pola sadap dibuat di bagian tengah kulit yang sudah dibersihkan dengan
menggunakan mal sadap. Pola sadap ini dibuat untuk menetapkan letak saluran tengah dan letak dimana luka sadap harus dibuat. c. Pembuatan luka sadap
Luka sadap dibuat dengan menggunakan pisau sadap (freshening knife), sesuai dengan pola yang sudah dibuat. Luka sadap dibuat dengan arah miring ke atas, dengan membentuk sudut kemiringan 40°. Cara pembuatan luka sadap dengan menarik pisau sadap ke arah atas. d. Pemasangan talang
Pemasangan talang dilakukan setelah pembuatan pola sadap. Talang sadap dipasang pada pohon, kemudian ditekuk ke atas dan bagian tengahnya ditekan dengan menggunakan palu agar masuk ke dalam saluran tengah, dengan demikian getah dapat tertampung melalui talang. e. Pemasangan batok penampung
Setelah pohon dilukai maka diletakkan batok penampung getah, diletakkan dengan baik agar penampungan getah tidak terganggu. f. Pemberian stimulansia
Pada kombinasi perlakuan dengan pemberian stimulansia, luka sadap yang baru dibuat segera disemprot dengan stimulansia. Penyemprotan stimulansia dilakukan pada luka sadapan baru (di kiri dan kanan saluran). Pemberian stimulansia tergantung pada waktu pelukaan yang telah ditetapkan.
v
Universitas Sumatera Utara

24
3. Pemungutan Getah dan Pembaharuan Luka Pemungutan getah dan waktu pelukaan dilakukan dalam tiga periode yaitu
tiga, lima dan tujuh hari sekali. Urutan pekerjaan pemanenan getah dan waktu pelukaan adalah sebagai berikut :
a. Persiapan tempat getah Disiapkan plastik dan ember plastik sebagai tempat getah yang
akan dipanen sebanyak 36 buah sesuai dengan jumlah pohon yang akan disadap. Plastik dan ember plastik tersebut diberi tanda. Pemberian tanda pada plastik dan ember tersebut dilakukan sesuai dengan besar konsentrasi. b. Pengambilan getah
Getah hasil luka sadap yang akan diambil terdapat pada batok penampung. Getah diambil kemudian dimasukkan ke dalam plastik. Untuk getah yang masih menempel di luka sadap diambil menggunakan alat pengerok (sendok kayu) sampai tidak tersisa dan dimasukkan ke dalam plastik. c. Menimbang getah yang telah diperoleh
Setiap pengambilan getah dilakukan pengukuran berat dengan menimbang getah yang telah di panen. Penimbangan dilakukan setiap pengambilan getah dari pohon. d. Memasukkan getah ke dalam ember plastik
Getah yang telah dipanen dimasukkan ke dalam ember plastik yang telah diberi tanda. Adapun tanda tersebut diberikan berdasarkan besar konsentrasi stimulansia.
Universitas Sumatera Utara

25
e. Pembaharuan luka sadap Pohon yang telah dipanen getahnya kemudian diperbaharui luka
sadapnya. Sebelum luka sadap diperbaharui batok penampung dilepas terlebih dahulu. Luka sadap tersebut diperbaharui dengan menggunakan pisau sadap sesuai dengan luka sadap sebelumnya. f. Pemasangan batok penampung
Pemasangan batok penampung dilakukan setelah pembaharuan luka sadap. Dilakukan demikian bertujuan agar batok penampung tidak kotor oleh sisa-sisa pembaharuan luka sadap. g. Pemberian stimulansia pada penyadapan dengan perlakuan asam
Setelah pembaharuan luka sadap dan pemasangan batok penampung maka pohon diberi perlakuan pemberian stimulansia asam dengan cara penyemprotan. Pohon diberi perlakuan sesuai konsentrasi yang ditetapkan. Pada setiap pohon diberikan 25 ml stimulansia selama 1 bulan penelitian.

4. Pengukuran Produksi

Menurut Soenarno, et.al., (2000), perhitungan produksi getah rata-rata

yang dinyatakan dalam satuan gr/pohon/hari dihitung sebagai berikut :

Y

=



Dimana : Y = Produksi getah (gr/pohon/hari)

V = Volume getah yang dipungut (gr)

I = Intensitas pemungutan (hari)

v
Universitas Sumatera Utara

26
Analisis Data Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial
dengan dua faktor perlakuan yaitu : faktor konsentrasi stimulansia (K) sebanyak 4 taraf, yakni (a) K0 = Tidak diberi stimulansia (0%), (b) K1 = Pemberian stimulansia dengan konsentrasi 10%, (c) K2 = Pemberian stimulansia dengan konsentrasi 20%, (d) K3 = Pemberian stimulansia dengan konsentrasi 30% dan faktor jangka waktu pelukaan (J) sebanyak 3 taraf, yakni (a) J1 = Waktu pelukaan

Dokumen yang terkait

Pengaruh Jangka Waktu Pelukaan Dengan Modifikasi Perlakuan Fisik Pada Metode Riil Terhadap Produktivitas Getah Pinus (Pinus merkusii) (Studi Kasus Di Areal PT. Inhutani IV Unit Sumatera Utara Aceh, Siborong-borong, Tapanuli Utara)

1 80 64

Kontribusi Penyadapan Getah Pinus (Pinus merkusii) Terhadap Tingkat Pendapatan Penyadap

18 166 77

Potensi Karbon Tersimpan Pada Tegakan Pinus (Pinus merkusii) Di Hutan Aek Nauli Kabupaten Simalungun Sumatera Utara.

5 107 71

Identifikasi Mutu Bibit Tusam (Pinus merkusii) Berdasarkan SNI (Standar Nasional Indonesia) di Pembibitan Balai Penelitian Kehutanan Aek Nauli Desa Sibaganding Kecamatan Girsang Sipangan Bolon Kabupaten Simalungun

2 51 78

Pemuliaan Pinus Merkusii

1 36 11

Studi Ekosistem Api Pada Tegakan Pinus Merkusii Jungh. Et De Vriese Di Aek Nauli, Sumatera Utara

0 4 77

Pengaruh Kelas Umur dan Jenis Stimulansia Serta Analisis Biaya pada Penyadapan Getah Pinus (pinus merkusii Jungh. et de Vriese

0 8 74

Hubungan Perbedaan Ukuran Mata Bor Terhadap Produksi Getah Pinus merkusii Jungh Et De Vriese Correlation of Drill Size Defferences on Resin Production of Pinus merkusii Jungh Et De Vriese

0 0 5

Pengaruh Jangka Waktu Pelukaan Dengan Modifikasi Perlakuan Fisik Pada Metode Riil Terhadap Produktivitas Getah Pinus (Pinus merkusii) (Studi Kasus Di Areal PT. Inhutani IV Unit Sumatera Utara Aceh, Siborong-borong, Tapanuli Utara)

0 0 13

Pengaruh Penggunaan Asam Sulfat (H2SO4) Sebagai Stimulansia Terhadap Produksi Getah Pinus (Pinus merkusii jungh et de vriese) Pada Metode Riil (Studi Kasus Di Areal PT. Inhutani IV Unit Sumatera Utara-Aceh, Siborong-borong, Tapanuli Utara)

0 0 17