VISION AND MISSION METRO CITY AS CITY OF EDUCATION (STUDY EVALUATION ABOUT DEVELOPMENT PROGRAM OF AN INTEREST FOR READING THROUGH SUBDISTRICT LIBRARY OR SMART HOUSE IN WEST OF METRO SUBDISTRICT) VISI DAN MISI KOTA METRO SEBAGAI KOTA PENDIDIKAN (STUDI EVAL
ABSTRACT
VISION AND MISSION METRO CITY AS CITY OF EDUCATION
(STUDY EVALUATION ABOUT DEVELOPMENT PROGRAM OF AN
INTEREST FOR READING THROUGH SUBDISTRICT LIBRARY OR
SMART HOUSE IN WEST OF METRO SUBDISTRICT)
By:
HANI LINA NADWAH
Problem in this observation is about has not reached the goals yet about
phase of learning society that is cultured in reading, according to the vision and
mission Metro City as City of Education, that marked by low interest for reading
from the society. Subdistrict library or smart house is built for reaching all
society’s layer. But, in its development, it has been 5 years running from 20092014, existence from subdistrict library or smart house has not seen yet, amount
of visitors are still low, book collection still not complete, organizer resource is
not supporting, and low participations from the society. In organizing this
program has not reached the willing goals yet, it is about creating learning
society and society that is cultured in reading.
This observation did for; (a) knowing about organizing Development
Program of an interest for reading in West of Metro Subdistrict, (b) knowing
about the achievement of Development program of an interest for reading in West
of Metro subdistrict in supporting vision and mission Metro City as City of
Education.
This observation using evaluation observation model CIPP (Contect,
Input, Process, Product) by stafflebeam, that using perspective qualitative
approach which is descriptive. Focus of the observation is in organizing
development program of an interest for reading in west of Metro subdistrict. Data
collection by using guide interview method, observation and documentation
studying.
The result of this observation shows that development program of an
interest for reading in west of Metro subdistrict not really success in achieving the
goals that have set before. This case caused by low interest for reading of the
society knowing by few amount of visitors, medium and infrastructure that are not
satisfying, organizer resources that are not maximal, there are no publication and
socialization about the program to the society, low participation and awareness of
the society in supporting the development program of an interest for reading. Not
successfully this development program of an interest for reading caused by in
policy’s formula that is not really pay attention about the policy’s substances, so
the policy is not implemented well.
Keywords : Evaluation, Development Program of an Interest For Reading
ABSTRAK
VISI DAN MISI KOTA METRO SEBAGAI KOTA PENDIDIKAN
(STUDI EVALUASI TENTANG PROGRAM PENGEMBANGAN MINAT
BACA MELALUI PERPUSTAKAAN KELURAHAN/RUMAH PINTAR
DI KECAMATAN METRO BARAT )
Oleh
HANI LINA NADWAH
Permasalahan dalam penelitian ini adalah belum tercapainya fase
masyarakat belajar yang berbudaya baca sesuai dengan visi dan misi Kota Metro
sebagai Kota Pendidikan, yang ditandai dengan rendahnya minat baca masyarakat.
Perpustakaan
kelurahan/rumah
pintar
didirikan
agar
dapat
menjangkau
masyarakat berbagai lapisan. Namun pada perkembangannya, sudah 5 (lima)
tahun berjalan dari 2009-2014 eksistensi perpustakaan kelurahan/rumah pintar
belum terlihat, yaitu jumlah pengunjung sangat sedikit, koleksi buku masih
kurang lengkap, kurang didukung sumber daya manusia serta partisipasi
masyarakat yang rendah. Penyelenggaraan program ini belum mencapai tujuan
yang diinginkan yaitu mewujudkan masyarakat belajar dan masyarakat yang
berbudaya baca.
Penelitian ini dilakukan untuk; (a) mengetahui penyelenggaraan Program
Pengembangan Minat Baca di Kecamatan Metro Barat (b) untuk mengetahui
pencapaian Program Pengembangan Minat Baca di Kecamatan Metro Barat dalam
mendukung visi dan misi Kota Metro sebagai Kota Pendidikan.
Penelitian ini menggunakan penelitian evaluasi model CIPP ( Contect,
Input, Process, Product) oleh stufflebeam, yang menggunakan perspektif
pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif. Fokus penelitiannya pada
penyelenggaraan Program Pengembangan Minat Baca di Kecamatan Metro Barat.
Pengumpulan
data
dengan
menggunakan
metode
wawancara
(guide
interview),observasi dan studi dokumentasi/pustaka.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Program Pengembangan Minat Baca
di Kecamatan Metro Barat kurang berhasil mencapai tujuan yang sudah
ditetapkan. Hal ini disebabkan minat baca masyarakat yang rendah dengan ukuran
jumlah pengunjung sedikit, sarana dan prasarana kurang memadai, sumber daya
pengelola belum maksimal, belum ada publikasi dan sosialisasi program kepada
warga masyarakat, masih rendahnya partisipasi dan kesadaran warga masyarakat
dalam mendukung Program Pengembangan Minat Baca. Kurang berhasilnya
Program Pengembangan Minat Baca karena dalam formulasi kebijakan kurang
memperhatikan substansi kebijakan, sehingga kebijakan tidak terimplementasi
dengan baik..
Kata Kunci : Evaluasi, Program Pengembangan Minat Baca
RIWAYAT HIDUP
Hani Lina Nadwah, lahir di Cilacap Jawa Tengah pada tanggal 03
Maret 1975, sebagai anak sulung dari tiga bersaudara, dari Bapak Drs. Hi.
Muhammad Nashuha, M.Ag dan Ibu Siti Nihayah. Penulis menyelesaikan
pendidikan di SD Ngalian II Semarang 1987, kemudian dilanjutkan ke
Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 16 Semarang dan selesai pada
tahun 1990. Selepas itu, meneruskan ke Sekolah Menengah Atas Negeri
(SMAN) 3 Semarang dan lulus pada tahun 1993. Setelah itu penulis
melanjutkan ke Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dengan mengambil
jurusan Administrasi Negara pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
dan menyelesaikan studi pada tahun 1999. Pada akhir tahun 1999
mengikuti tes seleksi CPNS yang diselenggarakan oleh Universitas
Lampung dan pada Maret 2000 diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil
ditempatkan di lingkungan Pemerintah Kota Metro.
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan, maka pada tahun
2012 penulis meneruskan pendidikan Pasca Sarjana Magister Ilmu
Pemerintahan pada Program Pasca Sarjana Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Lampung (Unila).
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya sederhana ini untuk:
Untuk kedua orang tuaku yang kucintai dan kubanggakan yang selalu memberi
dukungan dan mendoakan keberhasilan semua anak-anaknya
Suamiku tercinta “Heri Herman, SIP” yang selalu memberikan do’a , cinta dan
dukungan sepenuh hati guna keberhasilanku selama ini.
Untuk permata hatiku “Azura, Fasa dan Salsa”, kalian adalah karunia yang sangat
indah dan menjadi energi dalam kehidupan ini.
SANWACANA
Puji syukur kupanjatkan hanya untuk-Mu ya Rabb, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah kepada hamba-Mu yang lemah ini
dengan banyak memberikan pengetahuan yang tak pernah bisa dihitung ,
sehingga dengan kehendak-Mu dapat menyelesaikan penyusunan tesis ini
yang diberi judul “VISI DAN MISI KOTA METRO SEBAGAI KOTA
PENDIDIKAN (Studi Evaluasi Tentang Program Pengembangan Minat
Baca
Melalui
Jalur
Perpustakaan
Kelurahan/Rumah
Pintar
di
Kecamatan Metro Barat)”.
Penyusunan tesis ini merupakan bagian dari persyaratan untuk
menyelesaikan pendidikan pada Program Strata Dua (S2) dan untuk
melengkapi syarat-syarat
guna memperoleh gelar
Magister Ilmu
Pemerintahan (MIP) dalam Ilmu Pemerintahan konsentrasi Manajemen
Pemerintahan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Lampung.
Dalam penyusunan tesis ini penulis banyak mendapatkan bantuan dan
dukungan baik moral maupun spititual. Untuk itu, ucapan terima kasih
penghargaan penulis sampaikan untuk semua pihak yang telah
mencurahkan kepedulian dan perhatiannya selama ini, yaitu:Prof. Dr.Ir.
Sugeng P. Harianto, M.S. selaku Rektor Universitas Lampung;
1. Prof. Dr. Sudjarwo, M.S. selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Lampung.
2. Drs. Agus Hadiawan, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Lampung.
3. Dr. Ari Darmastuti, M.A. selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu
Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Lampung.
4. Dr. Feni Rosalia, M.Si. selaku Pembahas/Penguji Utama, terima kasih
atas semua saran dan masukkannya guna kesempurnaan tesis ini.
5. Dr. Syarief Makhya, M.Si.. selaku Pembimbing Utama; terima kasih
atas semua saran, masukan dan bimbingannya selama ini sehingga
tesis dapat diselesaikan dengan baik.
6. Drs. Yana Ekana PS, Msi selaku Koordinator Sekretariat Pasca Sarjana
Magister Ilmu Pemerintahan
7. Bapak dan Ibu Dosen di Program Studi Magister Ilmu Pemerintahan
yang telah memberikan bimbingan dan nasehatnya selama penulis
menempuh pendidikan; semoga Allah SWT memberikan balasan-Nya
yang berlimpah.Civitas akademika dan karyawan rektorat Unila yang
yang telah membantu kami selama kami belajar di Program Magister
Ilmu Pemerintahan.
8. Kepada segenap pegawai dan pustakawan Kantor Perpustakaan,
Arsip dan Dokumentasi Daerah Kota Metro, serta pengelola
perpustakaan kelurahan/rumah pintar dan griya baca di Kecamatan
Metro Barat. Lurah dan Camat Metro Barat.yang telah membantu
penelitian. Terima kasih atas kerjasamanya dan dukungannya
sehingga penelitian yang
dilaksanakan dapat berjalan lancar dan
membuahkan silaturrahmi yang indah.
9. Untuk kedua orang tua ku yang tercinta, yang selalu mencintai dan
menyayangi serta memberikan doa dan dukungan walaupun jarak
memisahkan kita.
10. Untuk suamiku yang kucintai, terima kasih atas pengertian, dukungan
dan do’anya untuk menguatkan perjuanganku mewujudkan impian
kuliah ini. Dan anakku-anakku yang tersayang.
11. Untuk teman-teman seperjuanganku di Magister Ilmu Pemerintahan
dan sahabat yang telah mendukung..Penulis berharap tesis ini akan
menyumbangkan manfaat bagi dinamika intelektual di kampus kita
yang tercinta. Amiin.
Bandar Lampung,
Mei 2014
Penulis
Hani Lina Nadwah
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
..............................................................................
DAFTAR TABEL
..............................................................................
.
i
iv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................
BAB I
BAB II
v
PENDAHULUAN
1
A.Latar Belakang Masalah....................................................
1
B.Perumusan Masalah............................................................
15
C.Tujuan Penelitian................................................................
15
D.Manfaat Penelitian..............................................................
16
TINJAUAN PUSTAKA
17
A.Tinjauan Evaluasi Kebijakan.......................................................
17
1. Evaluasi.........................................................
17
2. Model Evaluasi............................................................
22
3. Pendekatan Evaluasi.....................................................
25
B. Tinjauan Implementasi Kebijakan......................................
26
1. Konsep Implementasi Kebijakan...............................
26
2. Kegagalan Implementasi Kebijakan...........................
34
C. Tinjauan Pengembangan Minat Baca...............................
36
1. Minat..............................................................................
36
2. Membaca........................................................................
38
3. Minat Baca......................................................................
40
D. Tinjauan Kota Pendidikan................................................
43
1. Definisi Kota...................................................................
43
2. Definisi Pendidikan.........................................................
44
3. Kota Metro sebagai Kota Pendidikan.............................
45
E. Kerangka Pikir......................................................................
47
BAB III
BAB IV
METODE PENELITIAN
51
A.Tipe Penelitian...................................................................
51
B.Fokus Penelitian.................................................................
52
C.Sumber Data......................................................................
53
D.Subyek Penelitian.............................................................
54
E.Teknik Pengumpulan Data..................................................
55
F.Teknik Analisa Data.............................................................
58
GAMBARAN UMUM
60
A. Deskripsi Wilayah Penelitian
60
1. Kondisi Geografis Kecamatan Metro Barat.................
62
2. Kondisi Sosial Budaya Masyarakat Kecamatan Metro
Barat.............................................................................
B. Gambaran Umum Pengembangan Minat Baca
63
66
1. Landasan Hukum.........................................................
66
2. Pola Pengembangan Minat Baca...................................
67
3. Arah Kebijakan............................................................
68
4. Upaya Peningkatan Minat Baca..................................
69
5. Program Pengembangan Minat Baca di Kecamatan
Metro Barat.................................................................
BAB V
71
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
79
A. Evaluasi Program Ppengembangan Minat Baca di
79
Kecamatan Metro Barat
1. Kelembagaan.................................................................
80
2. Sumber Daya.................................................................
95
3. Pelaksanaan Program Pengembangan Minat Baca.......
104
4. Target............................................................................
112
B. Analisis Kebijakan/Program Pengembangan Minat Baca di
116
Kecamatan Metro Barat
1. Substansi/Isi Kebijakan Program Minat Baca di
Kecamatan Metro Barat.......................................
116
1.1 Dokumen Kebijakan Program Pengembangan Minat
116
Baca di Kecamatan Metro Barat...............................
1.2 Analisis Substansi Kebijakan...................................
2. Implementasi Kebijakan Program Pengembangan Minat
124
126
Baca di Kecamatan Metro Barat.......................................
2.1.
Kendala-
kendala.........................................................
2.2.
Upaya Optimalisasi Keberlanjutan
Program.......................
2.3.
137
141
142
Studi Komparatf
Kebijakan.................................................
2.4.
127
144
Potensi Keberlanjutan Program Pengembangan
Minat Baca di Kecamatan Metro
Barat.................................
2.5.
Strategi Keberhasilan
Program................................
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN.........................................................................
150
B. SARAN................................................................................
151
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Prioritas Pembangunan Jangka Pendek......................................
6
Tabel 2
Kondisi Pelaksanaan Perpustakaan Kelurahan
14
Tabel 3
Daftar Pengunjung Rumah Pintar..............................................
14
Tabel 4
Data Informan……………………………………………………..
56
Tabel 5
Data Jumlah Penduduk Kecamatan Metro Barat......................
63
Tabel 6
Jumlah Pendidikan Umum.........................................................
64
Tabel 7
Data Tingkat Pendidikan Kecamatan Metro Barat....................
65
Tabel 8
Penduduk Menurut Kelompok Umur.........................................
65
Tabel 9
Aspek Evaluasi Model CIPP......................................................
83
Tabel 10
Sarana Perpustakaan Kelurahan/RumahPintar..........................
90
Tabel 11
Perkembangan Judul dan Koleksi Buku Perpustakaan
Kelurahan....................................................................................
92
Tabel 12
Hasil Evaluasi Konteks
96
Tabel 13
Data Pustakawan Kantor Pustakardok Kota Metro....................
99
Tabel 14
Sumber Daya Pengelola Rumah Pintar......................................
100
Tabel 15
Data Pengelola Yang Telah Mengikuti Bimtek..........................
101
Tabel 16
Hasil Evaluasi Input………………………………………………..
105
Tabel 17
Hasil Evaluasi Proses………………………………………………
114
Tabel 18
Target Program Pengembangan Minat baca..............................
115
Tabel 19
Hasil Evaluasi Program Pengembangan Minat Baca di
Kecamatan MetroBarat..............................................................
Tabel 20
116
Perbandingan Efektifitas Perpustakaan Kelurahan, Rumah Pintar,
Perpustakaan Keliling dan Griya Baca
117
Tabel 21
Faktor Yang Mempengaruhi Minat Baca Rendah...................
128
Tabel 22
Hasil Temuan Penelitian Program Pengembangan Minat
Baca.........................................................................................
136
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Fikir........................................................................... 50
Gambar 2. Struktur Organisasi Rumah Pintar Kelurahan........................
84
Gambar 3. Proses terbentuknya minat dan kebiasaan membaca....... ........
91
Gambar 4. Analisis Substansi Kebijakan...................................................
125
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Paradigma desentralisasi dengan adanya otonomi daerah, melahirkan
daerah–daerah otonomi baru, termasuk Kota Metro di Propinsi Lampung,
yang semula induknya adalah Kabupaten Lampung Tengah. Kota Metro
merupakan daerah otonomi yang ditetapkan oleh Undang–undang Nomor
12 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Dati II Way Kanan,
Kabupaten Dati II Lampung Timur, dan Kotamadya Dati II Metro
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 46, tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3825).
Sebagai daerah otonomi baru yang bertujuan menumbuhkembangkan daerah
dalam berbagai bidang, meningkatkan pelayanan kepada masyarakat,
menumbuhkan kemandirian daerah, maka Kota Metro menerapkan strategi
pembangunan dengan berlandaskan pada visi Kota Metro jangka panjang,
yaitu terwujudnya Metro Kota Pendidikan Yang Unggul Dan Sejahtera
Tahun 2025
dengan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, keadilan
persatuan dan kesatuan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
2
Visi Kota Metro lahir di era kepemimpinan Walikota Mozes Herman yang
merupakan walikota pertama hasil pemekaran era otonomi daerah yang
berdasar Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999
tentang AKIP
(Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) , pemerintah daerah dituntut
untuk membuat perencanaan strategis, meliputi penetapan visi, misi, strategi
dan program.
Inisiatif untuk merumuskan visi Kota Metro tidak hanya muncul dari pihak
eksekutif, tetapi dari kelompok masyarakat dan legislatif melalui tim kota,
yaitu kumpulan orang yang peduli akan pembangunan Kota Metro. Tim ini
terdiri dari beberapa komponen masyarakat, yang kemudian diperluas
keanggotaannya. Untuk mewujudkan visi kota Metro, yang merupakan
harapan semua warga kota tentang masa depan, maka stakeholders kota
dilibatkan. Hasil kerja tim selanjutnya dikembangkan dengan prakarsa
DPRD, melalui forum public hearing, public meeting, dan konsultasi publik.
Kesepakatan yang dicapai dikukuhkan dalam suatu Peraturan Daerah, yaitu
Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2000. Visi Kota ini menjadi acuan dalam
merumuskan prioritas pembangunan selanjutnya.
Pada tahap II Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kota Metro 2011-2015 telah ditetapkan Visi Kota yaitu Pendidikan yang
Unggul dan Masyarakat Sejahtera, yang diharapkan seluruh masyarakat
mempunyai perilaku masyarakat yang permanen dan menjadi tuntunan
orang lain (Learning Society) .
3
Dalam rangka mewujudkan visi Kota Metro Tahun 2011–2015 akan
dilaksanakan melalui beberapa misi, yaitu tahapan dan cara untuk mencapai
visi. Yang berkaitan dengan visi pendidikan adalah misi pertama , yaitu
“Melanjutkan
Pembangunan Sumber Daya Manusia yang Berkualitas,
Unggul dan Berakhlak Mulia melalui Peningkatan iklim dan Budaya Belajar
Masyarakat, Pemerataan Fasilitas serta Pelayanan Pendidikan dan
Kesehatan yang Memadai”.
Dalam misi pertama ini penekanan pada sektor pendidikan dan kesehatan.
Pendidikan yang berdimensi akal (intelektual) dan rohani (moral atau budi
pekerti), untuk melahirkan Sumber Daya Manusia berkualitas dan unggul.
Pembangunan pendidikan juga mencakup pendidikan formal, informal, dan
non formal, baik dalam hal sistem pembelajaran, fasilitas sarana prasarana,
maupun iklim yang kondusif untuk proses pembelajaran masyarakat.
Melalui pembangunan pendidikan ini, diharapkan warga Kota Metro akan
semakin unggul dan berdaya saing tinggi. Selama ini Indeks Pembangunan
Kota Metro (IPM) Kota Metro relatif tinggi dibandingkan dengan
Kabupaten/Kota di Propinsi Lampung, hal ini harus ditingkatkan lagi.
Pembangunan ini harus melibatkan seluruh elemen masyarakat, lembaga
dan tokoh agama, tokoh masyarakat, serta organisasi kemasyarakatan yang
ada.
4
Berkaitan dengan visi Kota Metro sebagai kota pendidikan, isu strategis
yang berkembang adalah bagaimana membudayakan perilaku masyarakat
Kota Metro untuk membudayakan belajar, berperilaku hidup sehat dan
tumbuhnya
kesadaran
masyarakat
untuk
menjadikan
belajar
dan
pengamalan agama menjadi sangat bermanfaat, sehingga benar–benar
menjadi karakter masyarakat Kota Metro yang berbudaya belajar.
Sebuah proses pembelajaran yang bersifat terbuka dan aspiratif, yang
memungkinkan unsur–unsur pendidikan melakukan dialog positif dan saling
menghargai dalam proses transfer ilmu pengetahuan yang berlangsung
secara jujur dan terbuka. Atas dasar ini penyelenggaraan pendidikan
memungkinkan adanya ruang lebih terbuka bagi para stakeholders
pendidikan terlibat secara horisontal memberikan kontribusinya dalam
seluruh proses pelayanan pendidikan (Masterplan Bidang Pendidikan Kota
Metro Tahun 2010 – 2025).
.
Pembangunan pendidikan merupakan salah satu bagian yang sangat vital
dan fundamental untuk mendukung upaya–upaya pembangunan Kota Metro
di bidang lainnya. Pembangunan pendidikan merupakan dasar bagi
pembangunan lainnya, mengingat secara hakiki upaya pembangunan
pendidikan adalah membangun potensi manusia yang kelak akan menjadi
pelaku pembangunan.
5
Sejalan dengan makna visi Kota Metro, menjadikan Kota Metro sebagai
kota pendidikan, setiap kebijakan dan program–program pembangunan
mendukung visi sebagai kota pendidikan. Kota pendidikan dalam arti kota
yang masyarakatnya berbudaya belajar.
Adapun yang dimaksud belajar di sini tidak hanya ditafsirkan dalam arti
sekolah (pendidikan formal) semata, tetapi belajar dalam berbagai bentuk
dan lingkup yang lebih luas. Seseorang bisa belajar tentang sesuatu melalui
berbagai cara, misalnya melalui pengalaman praktik di tempat kerjanya
(best practice), belajar dari orang lain, belajar dari ahli, dan belajar dari
berbagai sumber lainnya, yang intinya berusaha untuk memperbaiki dan
meningkatkan
pengetahuan
dan
keterampilan
(http://
akhmad
sudrajat.com/masyarakat belajar, 16 Mei 2008)
Visi menjadi kota pendidikan membawa pengaruh dan menuntut pemerintah
dan setiap elemen masyarakat untuk memutakhirkan dan meningkatkan
wawasan dan kinerja. Pemerintah Kota Metro menetapkan tahapan - tahapan
untuk melihat kondisi yang ingin dicapai dalam visi sebagai kota pendidikan
per periode berdasar prioritas Rencana Pembangunan Jangka Pendek ( tabel
1 ).
Selaras dengan Rencana Pembangunan Jangka Pendek (RPJP) Kota Metro
Tahun 2005–2025, maka tekanan skala prioritas dalam setiap tahapan lima
6
tahunan berbeda – beda tetapi merupakan satu kesatuan yang berkelanjutan
antara satu tahap dengan tahap berikutnya.
Tabel 1. Prioritas Rencana Pembangunan Jangka Pendek
Kondisi Per Periode
2006-2010
2011-2015
(Fase Akademik) (Fase
Produk)
Bidang
1999-2005
(Fase Fisik)
2016-2020
(Fase
Pengakuan
Masyarakat
Pendidikan
Formal
Sarana
prasarana dan
peralatan
sekolah
terpenuhi
Mutu SDM (Guru,
murid,Tng
Kepn.Tinggi)Mutu
BM Performance
Mutu Produk
guru, dosen,
murid, tenaga
Kependidikan
Tinggi
Produk
sekolah
PT
diterima
masyarakat
Pendidikan
Informal
Sarana
dan
alat belajar di
rumah
terpenuhi
Anggota keluarga
memiliki
literasi/kecerdasan
hidup tinggi
Anggota
Keluarga
memiliki
produk
kecerdasan
hidup bermutu
Produk
Anggota
Keluarga
diterima
masyarakat
Pendidikan
Non Formal
Sarana
dan
sumber
belajar
di
institusi
masyarakat
tercukupi
Tokoh
masyarakat, tokoh
agama,
pejabat
meiliki
literasi/kecerdasan
profesi
yang
standar
Tokohtokoh/pejabat
masyarakat
memiliki
produk
literasi/profesi
bermutu
Produk
tokoh/pejabat
pendidikan
masyarakat
diterima
masyarakat
Masyarakat
Umum
(Community)
Warga
masyarakat
memiliki
sarana, alat
belajar yang
cukup
Anggota
warga
masyarakat
meiliki
literasi
minimal
Anggota
warga
masyarakat
memiliki
produk literasi
bermutu
Produk
Anggota
warga
masyarakat
diterima
masyarakat
Ciri Khusus
Masyarakat
Dengar
(Pendengar)
Masyarakat Baca
( Pembaca)
Masyarakat
Belajar
Masyarakat
Berbudaya
Belajar
(Sumber : Dinas Pendidikan Kota Metro)
Dari tabel 1, pada tahun 2011-2015, masyarakat Kota Metro diharapkan
sudah sampai pada tahap masyarakat belajar, dimana
ditandai dengan
7
masyarakat telah memiliki produk literasi bermutu. Literasi (melek huruf)
disini merupakan literasi informasi diartikan kemelekan terhadap informasi.
Laju kehidupan yang berlangsung saat ini sangat cepat, dinamis dan
diwarnai dengan kompetisi yang sangat tajam, sehingga mau tidak mau
menuntut setiap orang untuk senantiasa belajar agar dia memiliki
kemampuan antisipatif dan adaptif untuk mencegah dan mengatasi berbagai
masalah kehidupan yang serba kompleks.
Terbentuknya masyarakat belajar diawali oleh individu pembelajar. Jika
setiap orang di suatu negara sudah tumbuh kesadaran dan kemauannya
untuk belajar, maka di sini muncul masyarakat belajar. Dalam masyarakat
belajar, yang melakukan perbuatan belajar tidak hanya kalangan-anak-anak
dan remaja, tetapi orang dewasa pun melakukan usaha belajar hingga
sepanjang hayatnya (http://akhmad sudrajat.com/masyarakat belajar, 16 Mei
2008).
Semakin banyak individu atau anggota masyarakat yang melakukan
perbuatan belajar, maka niscaya akan semakin baik pula kehidupan bangsa
dan negara ini, yang pada akhirnya dapat mengantarkan kita semua benarbenar menjadi sebuah bangsa yang maju, sejatera dan terhormat.
Berkaitan dengan semangat visi kota pendidikan, bukan sekedar menjadi
tempat sekolahan, tetapi tempat dimana aktivitas dan kehidupan
8
masyarakatnya ditampilkan dengan karakter yang unggul, sehingga layak
dijadikan teladan (Jurnal Rasio, Bappeda Kota Metro, edisi 2 tahun 2013 :
26).
Walikota Metro, Lukman Hakim (Jurnal Rasio, Bappeda Kota Metro, edisi
2 tahun 2013) mengatakan pentingnya menanamkan semangat belajar warga
dalam segala bidang, baik bersifat formal di sekolahan, maupun nonformal.
Pendidikan sebagai karakter masyarakat, bukan sekedar pendidikan dalam
arti sempit di sekolah formal saja. “ Dengan karakter masyarakat itu, kita
ingin warga Metro menjadi unggul dalam bidangnya masing – masing.
Itulah esensi bahwa manusia adalah modal utama pembangunan”.
Visi Kota Metro sebagai kota pendidikan, dirumuskan dalam beberapa misi,
salah satunya misi I (pertama) yaitu melanjutkan pembangunan sumberdaya
manusia yang berkualitas, unggul, berakhlak mulia melalui peningkatan
iklim dan budaya belajar masyarakat, pemerataan fasilitas serta pelayanan
pendidikan dan kesehatan yang memadai. Misi I (pertama) mempunyai
tujuan sebagai berikut :
1. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia
2. Menciptakan lingkungan belajar di masyarakat.
3. Meningkatkan kualitas pelayanan, sarana dan prasarana.
Sedangkan sasaran dari misi I (pertama) adalah :
1. Peningkatan kualitas tenaga pendidik dan kependidikan.
9
2. Peningkatan pengetahuan keagamaan
3. Terciptanya Masyarakat Sadar Belajar
4. Tersedianya sarana prasarana pendukung belajar masyarakat.
5. Peningkatan mutu pelayanan kesehatan masyarakat
6. Tersedianya sarana dan prasarana rumah ibadah dan pendidikan
keagamaan.
Dari sasaran ketiga, yaitu terciptanya masyarakat sadar belajar, maka
dikembangkan strategi menggalakkan minat baca dan budaya belajar
masyarakat, dengan arah kebijakan memperluas akses masyarakat terhadap
berbagai media pengetahuan.
Untuk menuju masyarakat belajar tentunya tidak dapat dilepaskan dari
kegiatan membaca, dimana minat baca masyarakat harus ditingkatkan.
Kegiatan
membaca sangat penting di era globalisasi, tanpa kebiasaan
membaca, maka akan sulit untuk menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi. Banyak membaca akan banyak mendapatkan pengetahuan, dan
orang yang menguasai ilmu pengetahuan akan memiliki sumber daya yang
berkualitas yang dapat melaksanakan pembangunan untuk kesejahteraan
bangsa.
Pemerintah Kota Metro sangat menyadari pentingnya minat baca untuk
mendukung Visi Kota Metro sebagai kota pendidikan, maka Pemerintah
Kota Metro melalui Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi
10
menyelenggarakan Program Pengembangan Minat Baca.
Program
Pengembangan Minat Baca merupakan salah satu fungsi perpustakaan, dan
dimulai sejak Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kota Metro
terbentuk pada tahun 2005. Dalam hal ini Program Pengembangan Minat
Baca berdasarkan Rencana Strategis Kantor Perpustakaan, Arsip dan
Dokumentasi Kota Metro tahun 2011-2015.
Untuk
itu
peran
Kantor
Perpustakaan,
Arsip
dan
Dokumentasi
menyediakan, meningkatkan pemerataan kualitas perangkat dan fasilitas
yang menunjang iklim dan budaya belajar masyarakat dengan program
menggalakkan minat baca dan budaya belajar masyarakat, sehingga
terciptanya masyarakat sadar belajar.
Selain itu untuk mendukung visi misi perpustakaan nasional, yaitu terdepan
dalam informasi pustaka, menuju Indonesia gemar membaca. Program
Pengembangan Minat Baca merupakan salah satu kebijakan nasional yang
cukup penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia
Indonesia. Pemerintah berupaya meningkatkan minat baca melalui Gerakan
Membaca Nasional yang dicanangkan mulai November 2003 Gerakan
membaca ini dicanangkan dari tingkat nasional sampai dengan tingkat
kabupaten dan kota. Program ini berupaya merubah budaya masyarakat dari
budaya tutur menjadi budaya baca.
11
Tujuan umum pembinaan minat baca (Perpustakaan Nasional RI, 2002)
adalah untuk menciptakan masyarakat membaca (reading society), menuju
masyarakat belajar (learning society) dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, untuk menciptakan sumber daya manusia yang
berkualitas sebagai subyek pembangunan nasional menuju masyarakat
madani.
Tujuan khusus pembinaan minat baca :
a.
Mewujudkan suatu sistem untuk menumbuhkembangkan minat baca
yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
b.
Menyelenggarakan program untuk menumbuhkembangkan minat baca
yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan pembangunan.
c.
Menggerakkan dan menumbuhkembangkan minat baca semua lapisan
masyarakat.
d.
Mengusahakan penyediaan berbagai jenis koleksi yang terjangkau dan
sesuai dengan kebutuhan masyarakat melalui taman bacaan masyarakat.
Sasaran pembinaan yang dituju adalah masyarakat secara keseluruhan dari
berbagai lapisan yang ada meliputi segala usia, jenis kelamin, jenis dan
jenjang pendidikan, jenis pekerjaan atau profesi dan sebagainya. Pembinaan
minat baca dengan mendirikan perpustakaan kelurahan, rumah pintar, serta
pembinaan di perpustakaan sekolah.
Pemerintah juga membuat payung hukum untuk menunjukkan keseriusan
dalam meningkatkan minat baca, seperti yang tertuang dalam Undang–
12
undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Undang–undang Nomor 47 Tahun 2007 tentang perpustakaan. Berdasarkan
Undang–undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang perpustakaan disebutkan
bahwa pemerintah dan pemerintah daerah menfasilitasi dan mendorong
pembudayaan kegemaran membaca. Oleh karena itu pemerintah Kota Metro
melalui Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi sangat mendukung
Gerakan Membaca tingkat Nasional, dengan menyelenggarakan program
pengembangan minat baca di Kota Metro, yang masuk dalam rencana kerja
Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kota Metro, dan menjadi
program rutin yang diselenggarakan setiap tahun.
Program pengembangan minat baca di Kota Metro dilakukan dengan
berbagai cara, antara lain penyelenggaraan perpustakaan kelurahan dan
rumah pintar di masing–masing kelurahan seluruh Kota Metro, bahkan
berkembang dengan adanya griya baca, perpustakaan keliling, yang
bertujuan untuk menjangkau masyarakat yang bertempat tinggal jauh dari
perpustakaan daerah.
Selain itu juga dengan mengadakan kegiatan gebyar buku yang bekerjasama
dengan
penerbit–penerbit
buku,
serta
lomba–lomba
yang
dapat
meningkatkan minat baca masyarakat, seperti lomba mewarnai anak–anak,
lomba bercerita. lomba pidato bagi anak sekolah, serta lomba rumah pintar
se Kota Metro.
13
Salah satu kendala dalam mewujudkan visi kota pendidikan dalam
pelaksanaan program pengembangan minat baca, sampai dengan saat ini
Metro belum memiliki toko buku besar yang representatif. Kini masyarakat
masih merasa cukup kesulitan memperoleh buku yang bagus dan murah
(sumber :Tribun Lampung co.id, 22 Juli 2011).
Perpustakaan Daerah dan perpustakaan kelurahan atau rumah pintar yang
didirikan di seluruh kelurahan diharapkan dapat
menjangkau seluruh
lapisan masyarakat, dan dapat meningkatkan minat baca masyarakat,
sehingga dapat mendukung terciptanya suatu masyarakat belajar. Indikator
dari minat baca masyarakat adalah jumlah kunjungan masyarakat ke
perpustakaan atau taman bacaan.
Pelaksanaan program pengembangan minat baca di Kecamatan Metro Barat
masih menghadapi berbagai kendala, antara lain :
1. Minimnya pengunjung perpustakaan kelurahan atau rumah pintar.
2. Kurangnya petugas perpustakaan kelurahan atau rumah pintar.
3. Partisipasi masyarakat dalam minat baca masih rendah.
4. Koleksi buku kurang lengkap dan kurang variatif
Tabel 2. Kondisi Pelaksanaan Perpustakaan Kelurahan/Rumah Pintar
No
1.
2.
Uraian
Jumlah buku
Jumlah
petugas/pustakawan
Ideal
17.391 buah
2 orang/kec
Real
5500 buah
0
Selisih
11.891 buah
2 orang
14
3.
Jumlah pengunjung
Min 15
2 orang/hari
13
Sumber: Prapenelitian bulan Oktober 2013
Dari tabel 2 terlihat idealnya jumlah koleksi buku 70 % dari jumlah
penduduk untuk dapat meningkatkan minat baca masyarakat (sumber
pustakawan). Jumlah penduduk kecamatan Metro Barat 24.845 orang,
jumlah koleksi buku dari rumah pintar dan griya baca di kecamatan Metro
Barat kurang lebih sejumlah 5500 judul buku. Dari data tersebut koleksi
buku belum mencapai ideal yang seharusnya sebanyak 17.391 judul buku,
jadi masih terdapat kekurangan 11.891 judul buku.
Tabel 3. Daftar Pengunjung Rumah Pintar di Kecamatan Metro Barat
No
Kelurahan
Rata-rata
Jumlah Pengunjung/hari
1.
Mulyojati
2
Mulyosari
3.
Ganjar Agung
4.
Ganjar Asri
Sumber:rumah pintar di kecamatan Metro Barat
2 Orang
2 Orang
2 Orang
5 Orang
Dari tabel 3 dapat dilihat jumlah pengunjung rumah pintar masih sangat
minim. Pengunjung yang datang sebagian besar rumahnya dekat jaraknya
dengan lokasi rumah pintar, bagi masyarakat yang rumahnya jauh dari
rumah pintar tampaknya masih jarang.mendatangi rumah pintar.
15
Petugas rumah pintar bersifat jumlah sedikit dan bersifat sukarela, sehingga
jadwal rumah pintar tidak setiap hari buka, tergantung petugas yang ada,
aktifitas dibuat seminggu dua kali . Dalam hal sumber daya manusia yang
mengelola perpustakaan belum representatif,
yaitu jumlah pustakawan
masih sedikit.
Idealnya di Kota Metro pustakawan berjumlah sepuluh orang, di mana
masing–masing kecamatan ditempatkan dua orang pustakawan untuk
memantau pelaksanaaan pengembangan minat baca di kecamatan,
kenyataannya jumlah pustakawan hanya empat orang yang ditempatkan di
Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kota Metro. Jadi pustakawan
di tingkat kecamatan belum ada. Hal ini menarik perhatian peneliti untuk
mengevaluasi
pelaksanaan program
pengembangan minat
baca
di
kecamatan Metro Barat.
B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut :
“ Bagaimana Evaluasi Penyelenggaraan Program Pengembangan Minat
Baca Melalui Perpustakaan Kelurahan atau Rumah pintar di Kecamatan
Metro Barat Untuk Mendukung
Visi Misi Kota Metro Sebagai Kota
Pendidikan Yang Unggul dan Sejahtera?”
C. Tujuan Penelitian
16
1.
Untuk mengetahui penyelenggaraan program pengembangan minat
baca di Kecamatan Metro Barat dalam mendukung implementasi visi
Kota Metro sebagai Kota Pendidikan.
2.
Untuk mengetahui pencapaian program pengembangan minat baca
masyarakat di Kecamatan Metro Barat .
D.
Manfaat Penelitian
1.
Secara praktisi dapat memberikan saran dan masukan bagi
pemerintah Kota Metro dalam pengembangan minat baca yang
mendukung
implementasi
visi
Kota
Metro
sebagai
Kota
teori–teori
ilmu
Pendidikan.
2.
Secara
teoritis
turut
mengembangkan
pemerintahan, terutama teori–teori yang berkaitan
evaluasi
kebijakan yang berkaitan dengan pelaksanaan program pemerintah.
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Tinjauan Evaluasi Kebijakan
1.
Evaluasi
Evaluasi merupakan salah satu tingkatan di dalam proses kebijakan
publik. Menurut pengertian bahasa kata evaluasi berasal dari bahasa
inggris “ Evaluation” , yang berarti penilaian atau penaksiran.
Sedangkan menurut istilah evaluasi merupakan kegiatan yang terencana
untuk mengetahui keadaan sesuatu obyek dengan menggunakan
instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolok ukur untuk
memperoleh kesimpulan (Thoha, 1991 : 1).
Islamy (1994 : 112) mengatakan bahwa penilaian
(evaluasi) adalah
kebijaksanaan
merupakan langkah terakhir dari suatu proses
kebijaksanaan. Salah satu aktivitas fungsional, penilaian kebijaksanaan
tidak hanya dilakukan dengan mengikuti aktivitas-aktivitas sebelumnya,
yaitu pengesahan (formulasi) dan pelaksananan (implementasi)
kebijaksanaan, tetapi dapat terjadi pada seluruh aktivitas-aktivitas
fungsional yang lain dalam proses kebijaksanaan.
Penilaian
kebijaksanaan dapat mencakup tentang isi kebijakan, pelaksanaan
18
kebijakan, dan dampak kebijakan. Jadi evaluasi kebijaksanaan bisa
dilakukan
pada
fase
perumusan
masalah,
formulasi
usulan
kebijaksanaan, implementasi kebijaksanaan, legitimasi kebijaksanaan
dan seterusnya.
Menurut Dye (Silalahi, 1989 : 169), evaluasi kebijaksanaan adalah studi
tentang konsekuensi–konsekuensi kebijaksanaan secara menyeluruh
efektifitas suatu program nasional dalam mencapai sasarannya, atau
penilaian efektifitas relatif dari dua atau lebih program yang
mencerminkan tujuan – tujuan bersama.
Dalam Tayibnapis (2000:8), beberapa definisi oleh beberapa pakar
evaluasi, antara lain :
- Maclcolm Provus (1971) mendefinisikan evaluasi sebagai perbedaan
apa yang ada dengan suatu standar untuk mengetahui apakah ada
selisih.
- Stufflebeam (1969, 1971, 1983, Stufflebeam & Shinkfield 1985),
merumuskan evaluasi sebagai “ Suatu proses menggambarkan,
memperoleh dan menyediakan informasi yang berguna untuk
menilai alternatif keputusan.
- Alkin (1969) mendefinisikan evaluasi sebagai “ Suatu proses
meyakinkan
mengumpulkan
keputusan,
dan
memilih
menganalisis
informasi
informasi
yang
sehingga
tepat,
dapat
19
melaporkan ringkasan data yang berguna bagi pembuat keputusan
dalam memilih beberapa alternatif.
Wibawa (1994:9), evaluasi kebijakan bermaksud untuk mengetahui
empat aspek, yaitu : (1) proses pembuatan kebijakan, (2) proses
implementasi, (3) Konsekuensi kebijakan, dan (4) efektifitas dampak
kebijakan.
Wibawa (Dunn : 278, Ripley : 179) Evaluasi kebijakan publik
mempunyai empat fungsi , yaitu
1. Eksplanasi, melalui evaluasi dapat dipotret realitas pelaksanaan
program dan dapat dibuat suatu generalisasi tentang pola-pola
hubungan antar berbagai dimensi realitas yang diamatinya. Dari
evaluasi ini evaluator dapat mengindentifikasi masalah, kondisi dan
aktor yang mendukung keberhasilan atau kegagalan kebijakan.
2. Kepatuhan, melalui evaluasi dapat diketahui apakah tindakan yang
dilakukan oleh para pelaku, baik birokrasi maupun pelaku lainnya
sesuai dengan standar dan prosedur yang ditetapkan oleh kebijakan.
3. Audit, melalui evaluasi dapat diketahui, apakah output benar-benar
sampai ke tangan kelompok sasaran kebijakan, atau justru ada
kebocoran atau penyimpangan.
4. Akunting, dengan evaluasi dapat diketahui apa akibat sosial ekonomi
dari kebijakan tersebut.
20
Menurut
Dunn
(2003:608-609),
evaluasi
mempunyai
sejumlah
karakteristik yang membedakannya dari metode-metode analisis
kebijakan lainnya:
1.
Fokus Nilai, evaluasi dipusatkan pada penilaian menyangkut
keperluan atau nilai dari suatu kebijakan dan program. Evaluasi
terutama merupakan usaha untuk menentukan manfaat atau
kegunaan sosial kebijakan atau program, dan bukan sekedar usaha
mengumpulkan informasi mengenai hasil aksi kebijakan yang
terantisipasi dan tidak terantisipasi. Karena ketepatan tujuan dan
sasaran kebijakan dapat selalu dipertanyakan, evaluasi mencakup
prosedur untuk mengevaluasi tujuan-tujuan dan sasaran itu sendiri.
2.
Interdependensi Fakta-Nilai. Tuntutan evaluasi tergantung baik
“fakta” maupun “nilai”. Untuk menyatakan bahwa kebijakan atau
program tertentu telah mencapai tingkat kinerja yang tertinggi (atau
rendah) diperlukan tidak hanya bahwa hasil-hasil kebijakan
berharga bagi sejumlah individu, kelompok atau sejumlah
masyarakat; untuk menyatakan demikian, harus didukung oleh
bukti bahwa hasil-hasil kebijakan secara aktual merupakan
konsekuensi dari aksi-aksi yang dilakukan untuk memecahkan
masalah tertentu. Oleh karena itu, pemantauan merupakan
prasyarat bagi evaluasi.
3.
Orientasi Masa Kini dan Masa Lampau. Tuntutan evaluatif,
berbeda dengan tuntutan-tuntutan advokatif, diarahkan pada hasil
sekarang dan masa lalu, ketimbang hasil di masa depan. Evaluasi
21
bersifat retrospektif dan setelah aksi-aksi dilakukan (ex post).
Rekomendasi yang juga mencakup premis-premis nilai, bersifat
prospektif dan dibuat sebelum aksi-aksi dilakukan (ex ante).
4.
Dualitas Nilai. Nilai-nilai yang mendasari tuntutan evaluasi
mempunyai kualitas ganda, karena mereka dipandang sebagai
tujuan sekaligus cara. Evaluasi sama dengan rekomendasi sejauh
mana berkenaan dengan nilai yang ada (misalnya, kesehatan) dan
dianggap sebagai intristik (diperlukan bagi dirinya) ataupun
eksentris (diperlukan karena hal itu mempengaruhi pencapaian
tujuan-tujuan lain). Nilai-nilai sering ditata di dalam suatu hirarki
yang merefleksikan kepentingan relatif dan saling ketergantungan
antar tujuan dan sasaran.
Kriteria – kriteria evaluasi program kebijaksanaan menurut Dunn (1987
: 170) :
-
-
-
-
-
-
Relevansi, evaluasi harus memberi informasi yang dibutuhkan
oleh pengambil keputusan dan pelaku kebijaksanaan yang lain dan
harus menjawab pertanyaan yang benar pada waktu yang tepat.
Signifikansi, evaluasi harus memberikan informasi bahwa baru dan
penting bagi pelaku kebijaksanaan untuk beranjak lebih dari yang
selama ini mereka anggap jelas dan terang
Validitas, evaluasi harus memberikan pertimbangan yang persuasif
dan seimbang mengenai hasil–hasil nyata dari kebijaksanaan atau
program.
Reliabilitas, evaluasi harus berisi bukti bahwa kesimpulan tidak
didasarkan pada informasi melalui prosedur pengukuran yang tidak
teliti dan tidak konsisten
Obyektifitas, evaluasi harus melaporkan kesimpulan dan informasi
pendukung yang sempurna dan tidak bias, yaitu informasi yang
membuat evaluator–evaluator dapat mencapai kesimpulan–
kesimpulan yang sama.
Ketepatan waktu, evaluasi harus membuat informasi tersedia pada
waktu keputusan harus dibuat.
22
-
Daya guna, evaluasi harus menyediakan informasi yang dapat
digunakan dan dimengerti oleh pengambil keputusan dan pelaku
kebijaksanan lain
2.
Model Evaluasi
Model evaluasi adalah model desain evaluasi yang dibuat oleh
pakar–pakar evaluasi yang biasanya dinamakan sama dengan
pembuatnya atau tahap pembuatannya. Beberapa model evaluasi.
yaitu :
a.
Model evaluasi CIPP oleh Stufflebeam (Tayibnapis, 2000 : 14)
1. Contect Evaluation, to serve planning decision, konteks
evaluasi
ini
membantu
merencanakan
keputusan,
menentukan kebutuhan yang akan dicapai oleh program
dan merumuskan tujuan program.
2. Input Evaluation, structuring decision, evaluasi ini
menolong mengatur keputusan, menentukan sumber–
sumber yang ada, alternatif apa yang diambil, apa rencana
dan strategi untuk mencapai kebutuhan.
3. Process Evaluation, to serve implementing decision
evaluasi proses untuk membantu mengimplementasikan
keputusan, sampai sejauhmana rencana telah diterapkan.
4. Product Evaluation, to serve recycling decision, Evaluasi
produk untuk menolong keputusan selanjutnya
Dalam penelitian ini digunakan model CIPP, empat aspek
model evaluasi CIPP (Context, Input, Process and Output)
23
membantu pengambil keputusan untuk menjawab empat
pertanyaan dasar mengenai;
1. Apa yang harus dilakukan (What should we do?);
mengumpulkan dan menganalisa “needs assessment” data
untuk menentukan tujuan, prioritas dan sasaran.
2. Bagaimana kita melaksanakannya (How should we do it?);
sumber daya dan langkah-langkah yang diperlukan untuk
mencapai sasaran dan tujuan dan mungkin meliputi
identifikasi
program
eksternal
dan
material
dalam
mengumpulkan informasi
3. Apakah dikerjakan sesuai rencana (Are we doing it as
planned?);
Ini
keputusan informasi
diterapkan.
menyediakan
tentang
Dengan
secara
seberapa
pengambilbaik
terus-menerus
program
monitoring
program, pengambil keputusan mempelajari seberapa baik
pelaksanaan telah sesuai petunjuk dan rencana, konflik yang
timbul, dukungan staff dan moral, kekuatan dan kelemahan
material, dan permasalahan penganggaran.
4. Apakah berhasil (Did it work?); Dengan mengukur outcome
dan membandingkannya pada hasil yang diharapkan,
pengambil-keputusan menjadi lebih mampu memutuskan
jika
program
harus
dihentikan sama sekali.
dilanjutkan,
dimodifikasi,
atau
24
b. Model evaluasi UCLA oleh Alkin (Tayibnapis, 2000 : 15), ada
lima macam evaluasi , yaitu :
1. Sistem Assesment, evaluasi yang memberikan informasi
tentang keadaan atau posisi sistem..
2. Program Planning, membantu pemilihan program tertentu
yang mungkin akan berhasil memenuhi
kebutuhan
progtam.
3. Program implementation, yang menyiapkan informasi
apakah program sudah diperkenalkan kepada kelompok
tertentu yang tepat seperti yang direncanakan.
4. Program improvement, yang memberikan informasi tentang
bagaimana program berfungsi, bekerja atau berjalan,
apakah menuju pencapaian tujuan.
5. Program certification, yang memberi informasi tentang
nilai atau guna program.
c. Model Brinkerhoff (Tayibnafis, 2000 : 15-16 ), terdiri dari :
-
Fixed vs Emergent Evakuation Design, dapatkah masalah
evaluasi dan kriteria dipertemukan.
-
Formative vs Summative Evaluation, apakah evaluasi akan
dipakai untuk perbaikan atau untuk melaporkan kegunan
atau manfaat suatu program.
-
Experimental and quasi experimental design vs Natural
25
3. Pendekatan Evaluasi
Beberapa pendekatan dalam evaluasi oleh Stecher, Brian M&W
Alan davis (Tayibnafis, 2000 : 24-26), yaitu :
1. Pendekatan Eksperimental, evaluasi yang berorientasi pada
penggunaan experimental science.
2. Pendekatan yang berorientasi pada tujuan, menggunakan
tujuan
program
sebagai
kriteria
untuk
menentukan
keberhasilan dan mengukur sampai mana tujuan telah dicapai.
3. Pendekatan yang berfokus pada keputusan, menekankan pada
peranan informasi–informasi pengelola program dalam
menjalankan tugasnya.
4. Pendekatan yang berorientasi kepada pemakai, pemakai
informasi yang potensial adalah menjadi tujuan utama.
5. Pendekatan yang responsif, mencari suatu isu dari berbagai
sudut pandang semua orang yang terlibat dan yang
berkepentingan dengan program.
6. Evaluasi Bebas Tujuan, fungsi untuk mengurangi bias dan
menambah obyektifitas.
Dunn (1999:612-634) mengembangkan tiga pendekatan evaluasi
implementasi kebijakan, yaitu :
1. Evaluasi semu,
2. Evaluasi formal,
3. Evaluasi keputusan teoritis.
26
Selain itu ada dua konsep evaluasi (Tayibnafis. 2000 : 36 ), yaitu
1. Evaluasi summatif dan evaluasi formatif
Scriven (1967) dalam Tayibnafis (2000 : 36), menyebutkan bahwa
evalausi summatif dilakukan pada akhir program, sedangkan
evaluasi formatif dilaksanakan selama program berjalan.
2. Evaluasi internal dan eksternal
Evaluasi internal dilakukan oleh evaluator dari dalam proyek,
sedangkan eksternal, dilakukan oleh evaluator dari luar.
Dalam penelitian ini menggunakan teori evaluasi model CIPP. Dipilih
model evaluasi CIPP, karena biasanya program di bidang pendidikan
menggunakan model ini. Selain itu model CIPP memiliki pendekatan
yang holistik dalam evaluasi, bertujuan memberikan gambaran yang
sangat detail dan luas terhadap suatu proyek, mulai dari konteksnya
hingga saat proses implementasi. Model CIPP memiliki potensi untuk
bergerak di wilayah evaluasi formative dan summative. Sehingga
sama baiknya dalam membantu melakukan perbaikan selama program
berjalan, maupun memberikan informasi final.
B. Tinjauan Implementasi Kebijakan
1. Konsep Implementasi Kebijakan
Implementasi kebijakan dipandang dalam pengertian yang luas,
merupakan tahap dari proses kebijakan, mempunyai makna
pelaksanaan undang–undang di mana berbagai aktor, organisasi,
prosedur dan teknik bekerja bersama–sama untuk menjalankan
27
kebijakan dalam upaya meraih tujuan–tujuan kebijakan atau
program – program. Implementasi pada sisi lain merupakan
fenomena yang kompleks yang dapat dipahami sebagai suatu
proses, suatu keluaran (output) maupun sebagai suatu dampak
(outcome).
Van Meter dan Van Horn (Samodra Wibawa dkk, 1994 : 15)
mendefinisikan implementasi kebijakan sebagai tindakan yang
dilakukan oleh pemerintah maupun swasta baik secara individu
maupun kelompok yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan
sebagaimana dirumuskan dalam kebijakan.
Van Meter dan Van Horn (dalam Wibawa dkk, 1994:19),
“Merumuskan sebuah abstraksi yang menunjukkan hubungan
antar berbagai variabel yang mempengaruhi kinerja suatu
kebijakan.”
Selanjutnya Van Meter dan Van Horn (dalam Subarsono,
2005:99) mengemukakan ada enam variabel yang mempengaruhi
kinerja implementasi
VISION AND MISSION METRO CITY AS CITY OF EDUCATION
(STUDY EVALUATION ABOUT DEVELOPMENT PROGRAM OF AN
INTEREST FOR READING THROUGH SUBDISTRICT LIBRARY OR
SMART HOUSE IN WEST OF METRO SUBDISTRICT)
By:
HANI LINA NADWAH
Problem in this observation is about has not reached the goals yet about
phase of learning society that is cultured in reading, according to the vision and
mission Metro City as City of Education, that marked by low interest for reading
from the society. Subdistrict library or smart house is built for reaching all
society’s layer. But, in its development, it has been 5 years running from 20092014, existence from subdistrict library or smart house has not seen yet, amount
of visitors are still low, book collection still not complete, organizer resource is
not supporting, and low participations from the society. In organizing this
program has not reached the willing goals yet, it is about creating learning
society and society that is cultured in reading.
This observation did for; (a) knowing about organizing Development
Program of an interest for reading in West of Metro Subdistrict, (b) knowing
about the achievement of Development program of an interest for reading in West
of Metro subdistrict in supporting vision and mission Metro City as City of
Education.
This observation using evaluation observation model CIPP (Contect,
Input, Process, Product) by stafflebeam, that using perspective qualitative
approach which is descriptive. Focus of the observation is in organizing
development program of an interest for reading in west of Metro subdistrict. Data
collection by using guide interview method, observation and documentation
studying.
The result of this observation shows that development program of an
interest for reading in west of Metro subdistrict not really success in achieving the
goals that have set before. This case caused by low interest for reading of the
society knowing by few amount of visitors, medium and infrastructure that are not
satisfying, organizer resources that are not maximal, there are no publication and
socialization about the program to the society, low participation and awareness of
the society in supporting the development program of an interest for reading. Not
successfully this development program of an interest for reading caused by in
policy’s formula that is not really pay attention about the policy’s substances, so
the policy is not implemented well.
Keywords : Evaluation, Development Program of an Interest For Reading
ABSTRAK
VISI DAN MISI KOTA METRO SEBAGAI KOTA PENDIDIKAN
(STUDI EVALUASI TENTANG PROGRAM PENGEMBANGAN MINAT
BACA MELALUI PERPUSTAKAAN KELURAHAN/RUMAH PINTAR
DI KECAMATAN METRO BARAT )
Oleh
HANI LINA NADWAH
Permasalahan dalam penelitian ini adalah belum tercapainya fase
masyarakat belajar yang berbudaya baca sesuai dengan visi dan misi Kota Metro
sebagai Kota Pendidikan, yang ditandai dengan rendahnya minat baca masyarakat.
Perpustakaan
kelurahan/rumah
pintar
didirikan
agar
dapat
menjangkau
masyarakat berbagai lapisan. Namun pada perkembangannya, sudah 5 (lima)
tahun berjalan dari 2009-2014 eksistensi perpustakaan kelurahan/rumah pintar
belum terlihat, yaitu jumlah pengunjung sangat sedikit, koleksi buku masih
kurang lengkap, kurang didukung sumber daya manusia serta partisipasi
masyarakat yang rendah. Penyelenggaraan program ini belum mencapai tujuan
yang diinginkan yaitu mewujudkan masyarakat belajar dan masyarakat yang
berbudaya baca.
Penelitian ini dilakukan untuk; (a) mengetahui penyelenggaraan Program
Pengembangan Minat Baca di Kecamatan Metro Barat (b) untuk mengetahui
pencapaian Program Pengembangan Minat Baca di Kecamatan Metro Barat dalam
mendukung visi dan misi Kota Metro sebagai Kota Pendidikan.
Penelitian ini menggunakan penelitian evaluasi model CIPP ( Contect,
Input, Process, Product) oleh stufflebeam, yang menggunakan perspektif
pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif. Fokus penelitiannya pada
penyelenggaraan Program Pengembangan Minat Baca di Kecamatan Metro Barat.
Pengumpulan
data
dengan
menggunakan
metode
wawancara
(guide
interview),observasi dan studi dokumentasi/pustaka.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Program Pengembangan Minat Baca
di Kecamatan Metro Barat kurang berhasil mencapai tujuan yang sudah
ditetapkan. Hal ini disebabkan minat baca masyarakat yang rendah dengan ukuran
jumlah pengunjung sedikit, sarana dan prasarana kurang memadai, sumber daya
pengelola belum maksimal, belum ada publikasi dan sosialisasi program kepada
warga masyarakat, masih rendahnya partisipasi dan kesadaran warga masyarakat
dalam mendukung Program Pengembangan Minat Baca. Kurang berhasilnya
Program Pengembangan Minat Baca karena dalam formulasi kebijakan kurang
memperhatikan substansi kebijakan, sehingga kebijakan tidak terimplementasi
dengan baik..
Kata Kunci : Evaluasi, Program Pengembangan Minat Baca
RIWAYAT HIDUP
Hani Lina Nadwah, lahir di Cilacap Jawa Tengah pada tanggal 03
Maret 1975, sebagai anak sulung dari tiga bersaudara, dari Bapak Drs. Hi.
Muhammad Nashuha, M.Ag dan Ibu Siti Nihayah. Penulis menyelesaikan
pendidikan di SD Ngalian II Semarang 1987, kemudian dilanjutkan ke
Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 16 Semarang dan selesai pada
tahun 1990. Selepas itu, meneruskan ke Sekolah Menengah Atas Negeri
(SMAN) 3 Semarang dan lulus pada tahun 1993. Setelah itu penulis
melanjutkan ke Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dengan mengambil
jurusan Administrasi Negara pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
dan menyelesaikan studi pada tahun 1999. Pada akhir tahun 1999
mengikuti tes seleksi CPNS yang diselenggarakan oleh Universitas
Lampung dan pada Maret 2000 diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil
ditempatkan di lingkungan Pemerintah Kota Metro.
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan, maka pada tahun
2012 penulis meneruskan pendidikan Pasca Sarjana Magister Ilmu
Pemerintahan pada Program Pasca Sarjana Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Lampung (Unila).
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya sederhana ini untuk:
Untuk kedua orang tuaku yang kucintai dan kubanggakan yang selalu memberi
dukungan dan mendoakan keberhasilan semua anak-anaknya
Suamiku tercinta “Heri Herman, SIP” yang selalu memberikan do’a , cinta dan
dukungan sepenuh hati guna keberhasilanku selama ini.
Untuk permata hatiku “Azura, Fasa dan Salsa”, kalian adalah karunia yang sangat
indah dan menjadi energi dalam kehidupan ini.
SANWACANA
Puji syukur kupanjatkan hanya untuk-Mu ya Rabb, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah kepada hamba-Mu yang lemah ini
dengan banyak memberikan pengetahuan yang tak pernah bisa dihitung ,
sehingga dengan kehendak-Mu dapat menyelesaikan penyusunan tesis ini
yang diberi judul “VISI DAN MISI KOTA METRO SEBAGAI KOTA
PENDIDIKAN (Studi Evaluasi Tentang Program Pengembangan Minat
Baca
Melalui
Jalur
Perpustakaan
Kelurahan/Rumah
Pintar
di
Kecamatan Metro Barat)”.
Penyusunan tesis ini merupakan bagian dari persyaratan untuk
menyelesaikan pendidikan pada Program Strata Dua (S2) dan untuk
melengkapi syarat-syarat
guna memperoleh gelar
Magister Ilmu
Pemerintahan (MIP) dalam Ilmu Pemerintahan konsentrasi Manajemen
Pemerintahan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Lampung.
Dalam penyusunan tesis ini penulis banyak mendapatkan bantuan dan
dukungan baik moral maupun spititual. Untuk itu, ucapan terima kasih
penghargaan penulis sampaikan untuk semua pihak yang telah
mencurahkan kepedulian dan perhatiannya selama ini, yaitu:Prof. Dr.Ir.
Sugeng P. Harianto, M.S. selaku Rektor Universitas Lampung;
1. Prof. Dr. Sudjarwo, M.S. selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Lampung.
2. Drs. Agus Hadiawan, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Lampung.
3. Dr. Ari Darmastuti, M.A. selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu
Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Lampung.
4. Dr. Feni Rosalia, M.Si. selaku Pembahas/Penguji Utama, terima kasih
atas semua saran dan masukkannya guna kesempurnaan tesis ini.
5. Dr. Syarief Makhya, M.Si.. selaku Pembimbing Utama; terima kasih
atas semua saran, masukan dan bimbingannya selama ini sehingga
tesis dapat diselesaikan dengan baik.
6. Drs. Yana Ekana PS, Msi selaku Koordinator Sekretariat Pasca Sarjana
Magister Ilmu Pemerintahan
7. Bapak dan Ibu Dosen di Program Studi Magister Ilmu Pemerintahan
yang telah memberikan bimbingan dan nasehatnya selama penulis
menempuh pendidikan; semoga Allah SWT memberikan balasan-Nya
yang berlimpah.Civitas akademika dan karyawan rektorat Unila yang
yang telah membantu kami selama kami belajar di Program Magister
Ilmu Pemerintahan.
8. Kepada segenap pegawai dan pustakawan Kantor Perpustakaan,
Arsip dan Dokumentasi Daerah Kota Metro, serta pengelola
perpustakaan kelurahan/rumah pintar dan griya baca di Kecamatan
Metro Barat. Lurah dan Camat Metro Barat.yang telah membantu
penelitian. Terima kasih atas kerjasamanya dan dukungannya
sehingga penelitian yang
dilaksanakan dapat berjalan lancar dan
membuahkan silaturrahmi yang indah.
9. Untuk kedua orang tua ku yang tercinta, yang selalu mencintai dan
menyayangi serta memberikan doa dan dukungan walaupun jarak
memisahkan kita.
10. Untuk suamiku yang kucintai, terima kasih atas pengertian, dukungan
dan do’anya untuk menguatkan perjuanganku mewujudkan impian
kuliah ini. Dan anakku-anakku yang tersayang.
11. Untuk teman-teman seperjuanganku di Magister Ilmu Pemerintahan
dan sahabat yang telah mendukung..Penulis berharap tesis ini akan
menyumbangkan manfaat bagi dinamika intelektual di kampus kita
yang tercinta. Amiin.
Bandar Lampung,
Mei 2014
Penulis
Hani Lina Nadwah
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
..............................................................................
DAFTAR TABEL
..............................................................................
.
i
iv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................
BAB I
BAB II
v
PENDAHULUAN
1
A.Latar Belakang Masalah....................................................
1
B.Perumusan Masalah............................................................
15
C.Tujuan Penelitian................................................................
15
D.Manfaat Penelitian..............................................................
16
TINJAUAN PUSTAKA
17
A.Tinjauan Evaluasi Kebijakan.......................................................
17
1. Evaluasi.........................................................
17
2. Model Evaluasi............................................................
22
3. Pendekatan Evaluasi.....................................................
25
B. Tinjauan Implementasi Kebijakan......................................
26
1. Konsep Implementasi Kebijakan...............................
26
2. Kegagalan Implementasi Kebijakan...........................
34
C. Tinjauan Pengembangan Minat Baca...............................
36
1. Minat..............................................................................
36
2. Membaca........................................................................
38
3. Minat Baca......................................................................
40
D. Tinjauan Kota Pendidikan................................................
43
1. Definisi Kota...................................................................
43
2. Definisi Pendidikan.........................................................
44
3. Kota Metro sebagai Kota Pendidikan.............................
45
E. Kerangka Pikir......................................................................
47
BAB III
BAB IV
METODE PENELITIAN
51
A.Tipe Penelitian...................................................................
51
B.Fokus Penelitian.................................................................
52
C.Sumber Data......................................................................
53
D.Subyek Penelitian.............................................................
54
E.Teknik Pengumpulan Data..................................................
55
F.Teknik Analisa Data.............................................................
58
GAMBARAN UMUM
60
A. Deskripsi Wilayah Penelitian
60
1. Kondisi Geografis Kecamatan Metro Barat.................
62
2. Kondisi Sosial Budaya Masyarakat Kecamatan Metro
Barat.............................................................................
B. Gambaran Umum Pengembangan Minat Baca
63
66
1. Landasan Hukum.........................................................
66
2. Pola Pengembangan Minat Baca...................................
67
3. Arah Kebijakan............................................................
68
4. Upaya Peningkatan Minat Baca..................................
69
5. Program Pengembangan Minat Baca di Kecamatan
Metro Barat.................................................................
BAB V
71
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
79
A. Evaluasi Program Ppengembangan Minat Baca di
79
Kecamatan Metro Barat
1. Kelembagaan.................................................................
80
2. Sumber Daya.................................................................
95
3. Pelaksanaan Program Pengembangan Minat Baca.......
104
4. Target............................................................................
112
B. Analisis Kebijakan/Program Pengembangan Minat Baca di
116
Kecamatan Metro Barat
1. Substansi/Isi Kebijakan Program Minat Baca di
Kecamatan Metro Barat.......................................
116
1.1 Dokumen Kebijakan Program Pengembangan Minat
116
Baca di Kecamatan Metro Barat...............................
1.2 Analisis Substansi Kebijakan...................................
2. Implementasi Kebijakan Program Pengembangan Minat
124
126
Baca di Kecamatan Metro Barat.......................................
2.1.
Kendala-
kendala.........................................................
2.2.
Upaya Optimalisasi Keberlanjutan
Program.......................
2.3.
137
141
142
Studi Komparatf
Kebijakan.................................................
2.4.
127
144
Potensi Keberlanjutan Program Pengembangan
Minat Baca di Kecamatan Metro
Barat.................................
2.5.
Strategi Keberhasilan
Program................................
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN.........................................................................
150
B. SARAN................................................................................
151
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Prioritas Pembangunan Jangka Pendek......................................
6
Tabel 2
Kondisi Pelaksanaan Perpustakaan Kelurahan
14
Tabel 3
Daftar Pengunjung Rumah Pintar..............................................
14
Tabel 4
Data Informan……………………………………………………..
56
Tabel 5
Data Jumlah Penduduk Kecamatan Metro Barat......................
63
Tabel 6
Jumlah Pendidikan Umum.........................................................
64
Tabel 7
Data Tingkat Pendidikan Kecamatan Metro Barat....................
65
Tabel 8
Penduduk Menurut Kelompok Umur.........................................
65
Tabel 9
Aspek Evaluasi Model CIPP......................................................
83
Tabel 10
Sarana Perpustakaan Kelurahan/RumahPintar..........................
90
Tabel 11
Perkembangan Judul dan Koleksi Buku Perpustakaan
Kelurahan....................................................................................
92
Tabel 12
Hasil Evaluasi Konteks
96
Tabel 13
Data Pustakawan Kantor Pustakardok Kota Metro....................
99
Tabel 14
Sumber Daya Pengelola Rumah Pintar......................................
100
Tabel 15
Data Pengelola Yang Telah Mengikuti Bimtek..........................
101
Tabel 16
Hasil Evaluasi Input………………………………………………..
105
Tabel 17
Hasil Evaluasi Proses………………………………………………
114
Tabel 18
Target Program Pengembangan Minat baca..............................
115
Tabel 19
Hasil Evaluasi Program Pengembangan Minat Baca di
Kecamatan MetroBarat..............................................................
Tabel 20
116
Perbandingan Efektifitas Perpustakaan Kelurahan, Rumah Pintar,
Perpustakaan Keliling dan Griya Baca
117
Tabel 21
Faktor Yang Mempengaruhi Minat Baca Rendah...................
128
Tabel 22
Hasil Temuan Penelitian Program Pengembangan Minat
Baca.........................................................................................
136
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Fikir........................................................................... 50
Gambar 2. Struktur Organisasi Rumah Pintar Kelurahan........................
84
Gambar 3. Proses terbentuknya minat dan kebiasaan membaca....... ........
91
Gambar 4. Analisis Substansi Kebijakan...................................................
125
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Paradigma desentralisasi dengan adanya otonomi daerah, melahirkan
daerah–daerah otonomi baru, termasuk Kota Metro di Propinsi Lampung,
yang semula induknya adalah Kabupaten Lampung Tengah. Kota Metro
merupakan daerah otonomi yang ditetapkan oleh Undang–undang Nomor
12 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Dati II Way Kanan,
Kabupaten Dati II Lampung Timur, dan Kotamadya Dati II Metro
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 46, tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3825).
Sebagai daerah otonomi baru yang bertujuan menumbuhkembangkan daerah
dalam berbagai bidang, meningkatkan pelayanan kepada masyarakat,
menumbuhkan kemandirian daerah, maka Kota Metro menerapkan strategi
pembangunan dengan berlandaskan pada visi Kota Metro jangka panjang,
yaitu terwujudnya Metro Kota Pendidikan Yang Unggul Dan Sejahtera
Tahun 2025
dengan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, keadilan
persatuan dan kesatuan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
2
Visi Kota Metro lahir di era kepemimpinan Walikota Mozes Herman yang
merupakan walikota pertama hasil pemekaran era otonomi daerah yang
berdasar Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999
tentang AKIP
(Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) , pemerintah daerah dituntut
untuk membuat perencanaan strategis, meliputi penetapan visi, misi, strategi
dan program.
Inisiatif untuk merumuskan visi Kota Metro tidak hanya muncul dari pihak
eksekutif, tetapi dari kelompok masyarakat dan legislatif melalui tim kota,
yaitu kumpulan orang yang peduli akan pembangunan Kota Metro. Tim ini
terdiri dari beberapa komponen masyarakat, yang kemudian diperluas
keanggotaannya. Untuk mewujudkan visi kota Metro, yang merupakan
harapan semua warga kota tentang masa depan, maka stakeholders kota
dilibatkan. Hasil kerja tim selanjutnya dikembangkan dengan prakarsa
DPRD, melalui forum public hearing, public meeting, dan konsultasi publik.
Kesepakatan yang dicapai dikukuhkan dalam suatu Peraturan Daerah, yaitu
Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2000. Visi Kota ini menjadi acuan dalam
merumuskan prioritas pembangunan selanjutnya.
Pada tahap II Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kota Metro 2011-2015 telah ditetapkan Visi Kota yaitu Pendidikan yang
Unggul dan Masyarakat Sejahtera, yang diharapkan seluruh masyarakat
mempunyai perilaku masyarakat yang permanen dan menjadi tuntunan
orang lain (Learning Society) .
3
Dalam rangka mewujudkan visi Kota Metro Tahun 2011–2015 akan
dilaksanakan melalui beberapa misi, yaitu tahapan dan cara untuk mencapai
visi. Yang berkaitan dengan visi pendidikan adalah misi pertama , yaitu
“Melanjutkan
Pembangunan Sumber Daya Manusia yang Berkualitas,
Unggul dan Berakhlak Mulia melalui Peningkatan iklim dan Budaya Belajar
Masyarakat, Pemerataan Fasilitas serta Pelayanan Pendidikan dan
Kesehatan yang Memadai”.
Dalam misi pertama ini penekanan pada sektor pendidikan dan kesehatan.
Pendidikan yang berdimensi akal (intelektual) dan rohani (moral atau budi
pekerti), untuk melahirkan Sumber Daya Manusia berkualitas dan unggul.
Pembangunan pendidikan juga mencakup pendidikan formal, informal, dan
non formal, baik dalam hal sistem pembelajaran, fasilitas sarana prasarana,
maupun iklim yang kondusif untuk proses pembelajaran masyarakat.
Melalui pembangunan pendidikan ini, diharapkan warga Kota Metro akan
semakin unggul dan berdaya saing tinggi. Selama ini Indeks Pembangunan
Kota Metro (IPM) Kota Metro relatif tinggi dibandingkan dengan
Kabupaten/Kota di Propinsi Lampung, hal ini harus ditingkatkan lagi.
Pembangunan ini harus melibatkan seluruh elemen masyarakat, lembaga
dan tokoh agama, tokoh masyarakat, serta organisasi kemasyarakatan yang
ada.
4
Berkaitan dengan visi Kota Metro sebagai kota pendidikan, isu strategis
yang berkembang adalah bagaimana membudayakan perilaku masyarakat
Kota Metro untuk membudayakan belajar, berperilaku hidup sehat dan
tumbuhnya
kesadaran
masyarakat
untuk
menjadikan
belajar
dan
pengamalan agama menjadi sangat bermanfaat, sehingga benar–benar
menjadi karakter masyarakat Kota Metro yang berbudaya belajar.
Sebuah proses pembelajaran yang bersifat terbuka dan aspiratif, yang
memungkinkan unsur–unsur pendidikan melakukan dialog positif dan saling
menghargai dalam proses transfer ilmu pengetahuan yang berlangsung
secara jujur dan terbuka. Atas dasar ini penyelenggaraan pendidikan
memungkinkan adanya ruang lebih terbuka bagi para stakeholders
pendidikan terlibat secara horisontal memberikan kontribusinya dalam
seluruh proses pelayanan pendidikan (Masterplan Bidang Pendidikan Kota
Metro Tahun 2010 – 2025).
.
Pembangunan pendidikan merupakan salah satu bagian yang sangat vital
dan fundamental untuk mendukung upaya–upaya pembangunan Kota Metro
di bidang lainnya. Pembangunan pendidikan merupakan dasar bagi
pembangunan lainnya, mengingat secara hakiki upaya pembangunan
pendidikan adalah membangun potensi manusia yang kelak akan menjadi
pelaku pembangunan.
5
Sejalan dengan makna visi Kota Metro, menjadikan Kota Metro sebagai
kota pendidikan, setiap kebijakan dan program–program pembangunan
mendukung visi sebagai kota pendidikan. Kota pendidikan dalam arti kota
yang masyarakatnya berbudaya belajar.
Adapun yang dimaksud belajar di sini tidak hanya ditafsirkan dalam arti
sekolah (pendidikan formal) semata, tetapi belajar dalam berbagai bentuk
dan lingkup yang lebih luas. Seseorang bisa belajar tentang sesuatu melalui
berbagai cara, misalnya melalui pengalaman praktik di tempat kerjanya
(best practice), belajar dari orang lain, belajar dari ahli, dan belajar dari
berbagai sumber lainnya, yang intinya berusaha untuk memperbaiki dan
meningkatkan
pengetahuan
dan
keterampilan
(http://
akhmad
sudrajat.com/masyarakat belajar, 16 Mei 2008)
Visi menjadi kota pendidikan membawa pengaruh dan menuntut pemerintah
dan setiap elemen masyarakat untuk memutakhirkan dan meningkatkan
wawasan dan kinerja. Pemerintah Kota Metro menetapkan tahapan - tahapan
untuk melihat kondisi yang ingin dicapai dalam visi sebagai kota pendidikan
per periode berdasar prioritas Rencana Pembangunan Jangka Pendek ( tabel
1 ).
Selaras dengan Rencana Pembangunan Jangka Pendek (RPJP) Kota Metro
Tahun 2005–2025, maka tekanan skala prioritas dalam setiap tahapan lima
6
tahunan berbeda – beda tetapi merupakan satu kesatuan yang berkelanjutan
antara satu tahap dengan tahap berikutnya.
Tabel 1. Prioritas Rencana Pembangunan Jangka Pendek
Kondisi Per Periode
2006-2010
2011-2015
(Fase Akademik) (Fase
Produk)
Bidang
1999-2005
(Fase Fisik)
2016-2020
(Fase
Pengakuan
Masyarakat
Pendidikan
Formal
Sarana
prasarana dan
peralatan
sekolah
terpenuhi
Mutu SDM (Guru,
murid,Tng
Kepn.Tinggi)Mutu
BM Performance
Mutu Produk
guru, dosen,
murid, tenaga
Kependidikan
Tinggi
Produk
sekolah
PT
diterima
masyarakat
Pendidikan
Informal
Sarana
dan
alat belajar di
rumah
terpenuhi
Anggota keluarga
memiliki
literasi/kecerdasan
hidup tinggi
Anggota
Keluarga
memiliki
produk
kecerdasan
hidup bermutu
Produk
Anggota
Keluarga
diterima
masyarakat
Pendidikan
Non Formal
Sarana
dan
sumber
belajar
di
institusi
masyarakat
tercukupi
Tokoh
masyarakat, tokoh
agama,
pejabat
meiliki
literasi/kecerdasan
profesi
yang
standar
Tokohtokoh/pejabat
masyarakat
memiliki
produk
literasi/profesi
bermutu
Produk
tokoh/pejabat
pendidikan
masyarakat
diterima
masyarakat
Masyarakat
Umum
(Community)
Warga
masyarakat
memiliki
sarana, alat
belajar yang
cukup
Anggota
warga
masyarakat
meiliki
literasi
minimal
Anggota
warga
masyarakat
memiliki
produk literasi
bermutu
Produk
Anggota
warga
masyarakat
diterima
masyarakat
Ciri Khusus
Masyarakat
Dengar
(Pendengar)
Masyarakat Baca
( Pembaca)
Masyarakat
Belajar
Masyarakat
Berbudaya
Belajar
(Sumber : Dinas Pendidikan Kota Metro)
Dari tabel 1, pada tahun 2011-2015, masyarakat Kota Metro diharapkan
sudah sampai pada tahap masyarakat belajar, dimana
ditandai dengan
7
masyarakat telah memiliki produk literasi bermutu. Literasi (melek huruf)
disini merupakan literasi informasi diartikan kemelekan terhadap informasi.
Laju kehidupan yang berlangsung saat ini sangat cepat, dinamis dan
diwarnai dengan kompetisi yang sangat tajam, sehingga mau tidak mau
menuntut setiap orang untuk senantiasa belajar agar dia memiliki
kemampuan antisipatif dan adaptif untuk mencegah dan mengatasi berbagai
masalah kehidupan yang serba kompleks.
Terbentuknya masyarakat belajar diawali oleh individu pembelajar. Jika
setiap orang di suatu negara sudah tumbuh kesadaran dan kemauannya
untuk belajar, maka di sini muncul masyarakat belajar. Dalam masyarakat
belajar, yang melakukan perbuatan belajar tidak hanya kalangan-anak-anak
dan remaja, tetapi orang dewasa pun melakukan usaha belajar hingga
sepanjang hayatnya (http://akhmad sudrajat.com/masyarakat belajar, 16 Mei
2008).
Semakin banyak individu atau anggota masyarakat yang melakukan
perbuatan belajar, maka niscaya akan semakin baik pula kehidupan bangsa
dan negara ini, yang pada akhirnya dapat mengantarkan kita semua benarbenar menjadi sebuah bangsa yang maju, sejatera dan terhormat.
Berkaitan dengan semangat visi kota pendidikan, bukan sekedar menjadi
tempat sekolahan, tetapi tempat dimana aktivitas dan kehidupan
8
masyarakatnya ditampilkan dengan karakter yang unggul, sehingga layak
dijadikan teladan (Jurnal Rasio, Bappeda Kota Metro, edisi 2 tahun 2013 :
26).
Walikota Metro, Lukman Hakim (Jurnal Rasio, Bappeda Kota Metro, edisi
2 tahun 2013) mengatakan pentingnya menanamkan semangat belajar warga
dalam segala bidang, baik bersifat formal di sekolahan, maupun nonformal.
Pendidikan sebagai karakter masyarakat, bukan sekedar pendidikan dalam
arti sempit di sekolah formal saja. “ Dengan karakter masyarakat itu, kita
ingin warga Metro menjadi unggul dalam bidangnya masing – masing.
Itulah esensi bahwa manusia adalah modal utama pembangunan”.
Visi Kota Metro sebagai kota pendidikan, dirumuskan dalam beberapa misi,
salah satunya misi I (pertama) yaitu melanjutkan pembangunan sumberdaya
manusia yang berkualitas, unggul, berakhlak mulia melalui peningkatan
iklim dan budaya belajar masyarakat, pemerataan fasilitas serta pelayanan
pendidikan dan kesehatan yang memadai. Misi I (pertama) mempunyai
tujuan sebagai berikut :
1. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia
2. Menciptakan lingkungan belajar di masyarakat.
3. Meningkatkan kualitas pelayanan, sarana dan prasarana.
Sedangkan sasaran dari misi I (pertama) adalah :
1. Peningkatan kualitas tenaga pendidik dan kependidikan.
9
2. Peningkatan pengetahuan keagamaan
3. Terciptanya Masyarakat Sadar Belajar
4. Tersedianya sarana prasarana pendukung belajar masyarakat.
5. Peningkatan mutu pelayanan kesehatan masyarakat
6. Tersedianya sarana dan prasarana rumah ibadah dan pendidikan
keagamaan.
Dari sasaran ketiga, yaitu terciptanya masyarakat sadar belajar, maka
dikembangkan strategi menggalakkan minat baca dan budaya belajar
masyarakat, dengan arah kebijakan memperluas akses masyarakat terhadap
berbagai media pengetahuan.
Untuk menuju masyarakat belajar tentunya tidak dapat dilepaskan dari
kegiatan membaca, dimana minat baca masyarakat harus ditingkatkan.
Kegiatan
membaca sangat penting di era globalisasi, tanpa kebiasaan
membaca, maka akan sulit untuk menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi. Banyak membaca akan banyak mendapatkan pengetahuan, dan
orang yang menguasai ilmu pengetahuan akan memiliki sumber daya yang
berkualitas yang dapat melaksanakan pembangunan untuk kesejahteraan
bangsa.
Pemerintah Kota Metro sangat menyadari pentingnya minat baca untuk
mendukung Visi Kota Metro sebagai kota pendidikan, maka Pemerintah
Kota Metro melalui Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi
10
menyelenggarakan Program Pengembangan Minat Baca.
Program
Pengembangan Minat Baca merupakan salah satu fungsi perpustakaan, dan
dimulai sejak Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kota Metro
terbentuk pada tahun 2005. Dalam hal ini Program Pengembangan Minat
Baca berdasarkan Rencana Strategis Kantor Perpustakaan, Arsip dan
Dokumentasi Kota Metro tahun 2011-2015.
Untuk
itu
peran
Kantor
Perpustakaan,
Arsip
dan
Dokumentasi
menyediakan, meningkatkan pemerataan kualitas perangkat dan fasilitas
yang menunjang iklim dan budaya belajar masyarakat dengan program
menggalakkan minat baca dan budaya belajar masyarakat, sehingga
terciptanya masyarakat sadar belajar.
Selain itu untuk mendukung visi misi perpustakaan nasional, yaitu terdepan
dalam informasi pustaka, menuju Indonesia gemar membaca. Program
Pengembangan Minat Baca merupakan salah satu kebijakan nasional yang
cukup penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia
Indonesia. Pemerintah berupaya meningkatkan minat baca melalui Gerakan
Membaca Nasional yang dicanangkan mulai November 2003 Gerakan
membaca ini dicanangkan dari tingkat nasional sampai dengan tingkat
kabupaten dan kota. Program ini berupaya merubah budaya masyarakat dari
budaya tutur menjadi budaya baca.
11
Tujuan umum pembinaan minat baca (Perpustakaan Nasional RI, 2002)
adalah untuk menciptakan masyarakat membaca (reading society), menuju
masyarakat belajar (learning society) dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, untuk menciptakan sumber daya manusia yang
berkualitas sebagai subyek pembangunan nasional menuju masyarakat
madani.
Tujuan khusus pembinaan minat baca :
a.
Mewujudkan suatu sistem untuk menumbuhkembangkan minat baca
yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
b.
Menyelenggarakan program untuk menumbuhkembangkan minat baca
yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan pembangunan.
c.
Menggerakkan dan menumbuhkembangkan minat baca semua lapisan
masyarakat.
d.
Mengusahakan penyediaan berbagai jenis koleksi yang terjangkau dan
sesuai dengan kebutuhan masyarakat melalui taman bacaan masyarakat.
Sasaran pembinaan yang dituju adalah masyarakat secara keseluruhan dari
berbagai lapisan yang ada meliputi segala usia, jenis kelamin, jenis dan
jenjang pendidikan, jenis pekerjaan atau profesi dan sebagainya. Pembinaan
minat baca dengan mendirikan perpustakaan kelurahan, rumah pintar, serta
pembinaan di perpustakaan sekolah.
Pemerintah juga membuat payung hukum untuk menunjukkan keseriusan
dalam meningkatkan minat baca, seperti yang tertuang dalam Undang–
12
undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Undang–undang Nomor 47 Tahun 2007 tentang perpustakaan. Berdasarkan
Undang–undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang perpustakaan disebutkan
bahwa pemerintah dan pemerintah daerah menfasilitasi dan mendorong
pembudayaan kegemaran membaca. Oleh karena itu pemerintah Kota Metro
melalui Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi sangat mendukung
Gerakan Membaca tingkat Nasional, dengan menyelenggarakan program
pengembangan minat baca di Kota Metro, yang masuk dalam rencana kerja
Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kota Metro, dan menjadi
program rutin yang diselenggarakan setiap tahun.
Program pengembangan minat baca di Kota Metro dilakukan dengan
berbagai cara, antara lain penyelenggaraan perpustakaan kelurahan dan
rumah pintar di masing–masing kelurahan seluruh Kota Metro, bahkan
berkembang dengan adanya griya baca, perpustakaan keliling, yang
bertujuan untuk menjangkau masyarakat yang bertempat tinggal jauh dari
perpustakaan daerah.
Selain itu juga dengan mengadakan kegiatan gebyar buku yang bekerjasama
dengan
penerbit–penerbit
buku,
serta
lomba–lomba
yang
dapat
meningkatkan minat baca masyarakat, seperti lomba mewarnai anak–anak,
lomba bercerita. lomba pidato bagi anak sekolah, serta lomba rumah pintar
se Kota Metro.
13
Salah satu kendala dalam mewujudkan visi kota pendidikan dalam
pelaksanaan program pengembangan minat baca, sampai dengan saat ini
Metro belum memiliki toko buku besar yang representatif. Kini masyarakat
masih merasa cukup kesulitan memperoleh buku yang bagus dan murah
(sumber :Tribun Lampung co.id, 22 Juli 2011).
Perpustakaan Daerah dan perpustakaan kelurahan atau rumah pintar yang
didirikan di seluruh kelurahan diharapkan dapat
menjangkau seluruh
lapisan masyarakat, dan dapat meningkatkan minat baca masyarakat,
sehingga dapat mendukung terciptanya suatu masyarakat belajar. Indikator
dari minat baca masyarakat adalah jumlah kunjungan masyarakat ke
perpustakaan atau taman bacaan.
Pelaksanaan program pengembangan minat baca di Kecamatan Metro Barat
masih menghadapi berbagai kendala, antara lain :
1. Minimnya pengunjung perpustakaan kelurahan atau rumah pintar.
2. Kurangnya petugas perpustakaan kelurahan atau rumah pintar.
3. Partisipasi masyarakat dalam minat baca masih rendah.
4. Koleksi buku kurang lengkap dan kurang variatif
Tabel 2. Kondisi Pelaksanaan Perpustakaan Kelurahan/Rumah Pintar
No
1.
2.
Uraian
Jumlah buku
Jumlah
petugas/pustakawan
Ideal
17.391 buah
2 orang/kec
Real
5500 buah
0
Selisih
11.891 buah
2 orang
14
3.
Jumlah pengunjung
Min 15
2 orang/hari
13
Sumber: Prapenelitian bulan Oktober 2013
Dari tabel 2 terlihat idealnya jumlah koleksi buku 70 % dari jumlah
penduduk untuk dapat meningkatkan minat baca masyarakat (sumber
pustakawan). Jumlah penduduk kecamatan Metro Barat 24.845 orang,
jumlah koleksi buku dari rumah pintar dan griya baca di kecamatan Metro
Barat kurang lebih sejumlah 5500 judul buku. Dari data tersebut koleksi
buku belum mencapai ideal yang seharusnya sebanyak 17.391 judul buku,
jadi masih terdapat kekurangan 11.891 judul buku.
Tabel 3. Daftar Pengunjung Rumah Pintar di Kecamatan Metro Barat
No
Kelurahan
Rata-rata
Jumlah Pengunjung/hari
1.
Mulyojati
2
Mulyosari
3.
Ganjar Agung
4.
Ganjar Asri
Sumber:rumah pintar di kecamatan Metro Barat
2 Orang
2 Orang
2 Orang
5 Orang
Dari tabel 3 dapat dilihat jumlah pengunjung rumah pintar masih sangat
minim. Pengunjung yang datang sebagian besar rumahnya dekat jaraknya
dengan lokasi rumah pintar, bagi masyarakat yang rumahnya jauh dari
rumah pintar tampaknya masih jarang.mendatangi rumah pintar.
15
Petugas rumah pintar bersifat jumlah sedikit dan bersifat sukarela, sehingga
jadwal rumah pintar tidak setiap hari buka, tergantung petugas yang ada,
aktifitas dibuat seminggu dua kali . Dalam hal sumber daya manusia yang
mengelola perpustakaan belum representatif,
yaitu jumlah pustakawan
masih sedikit.
Idealnya di Kota Metro pustakawan berjumlah sepuluh orang, di mana
masing–masing kecamatan ditempatkan dua orang pustakawan untuk
memantau pelaksanaaan pengembangan minat baca di kecamatan,
kenyataannya jumlah pustakawan hanya empat orang yang ditempatkan di
Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kota Metro. Jadi pustakawan
di tingkat kecamatan belum ada. Hal ini menarik perhatian peneliti untuk
mengevaluasi
pelaksanaan program
pengembangan minat
baca
di
kecamatan Metro Barat.
B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut :
“ Bagaimana Evaluasi Penyelenggaraan Program Pengembangan Minat
Baca Melalui Perpustakaan Kelurahan atau Rumah pintar di Kecamatan
Metro Barat Untuk Mendukung
Visi Misi Kota Metro Sebagai Kota
Pendidikan Yang Unggul dan Sejahtera?”
C. Tujuan Penelitian
16
1.
Untuk mengetahui penyelenggaraan program pengembangan minat
baca di Kecamatan Metro Barat dalam mendukung implementasi visi
Kota Metro sebagai Kota Pendidikan.
2.
Untuk mengetahui pencapaian program pengembangan minat baca
masyarakat di Kecamatan Metro Barat .
D.
Manfaat Penelitian
1.
Secara praktisi dapat memberikan saran dan masukan bagi
pemerintah Kota Metro dalam pengembangan minat baca yang
mendukung
implementasi
visi
Kota
Metro
sebagai
Kota
teori–teori
ilmu
Pendidikan.
2.
Secara
teoritis
turut
mengembangkan
pemerintahan, terutama teori–teori yang berkaitan
evaluasi
kebijakan yang berkaitan dengan pelaksanaan program pemerintah.
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Tinjauan Evaluasi Kebijakan
1.
Evaluasi
Evaluasi merupakan salah satu tingkatan di dalam proses kebijakan
publik. Menurut pengertian bahasa kata evaluasi berasal dari bahasa
inggris “ Evaluation” , yang berarti penilaian atau penaksiran.
Sedangkan menurut istilah evaluasi merupakan kegiatan yang terencana
untuk mengetahui keadaan sesuatu obyek dengan menggunakan
instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolok ukur untuk
memperoleh kesimpulan (Thoha, 1991 : 1).
Islamy (1994 : 112) mengatakan bahwa penilaian
(evaluasi) adalah
kebijaksanaan
merupakan langkah terakhir dari suatu proses
kebijaksanaan. Salah satu aktivitas fungsional, penilaian kebijaksanaan
tidak hanya dilakukan dengan mengikuti aktivitas-aktivitas sebelumnya,
yaitu pengesahan (formulasi) dan pelaksananan (implementasi)
kebijaksanaan, tetapi dapat terjadi pada seluruh aktivitas-aktivitas
fungsional yang lain dalam proses kebijaksanaan.
Penilaian
kebijaksanaan dapat mencakup tentang isi kebijakan, pelaksanaan
18
kebijakan, dan dampak kebijakan. Jadi evaluasi kebijaksanaan bisa
dilakukan
pada
fase
perumusan
masalah,
formulasi
usulan
kebijaksanaan, implementasi kebijaksanaan, legitimasi kebijaksanaan
dan seterusnya.
Menurut Dye (Silalahi, 1989 : 169), evaluasi kebijaksanaan adalah studi
tentang konsekuensi–konsekuensi kebijaksanaan secara menyeluruh
efektifitas suatu program nasional dalam mencapai sasarannya, atau
penilaian efektifitas relatif dari dua atau lebih program yang
mencerminkan tujuan – tujuan bersama.
Dalam Tayibnapis (2000:8), beberapa definisi oleh beberapa pakar
evaluasi, antara lain :
- Maclcolm Provus (1971) mendefinisikan evaluasi sebagai perbedaan
apa yang ada dengan suatu standar untuk mengetahui apakah ada
selisih.
- Stufflebeam (1969, 1971, 1983, Stufflebeam & Shinkfield 1985),
merumuskan evaluasi sebagai “ Suatu proses menggambarkan,
memperoleh dan menyediakan informasi yang berguna untuk
menilai alternatif keputusan.
- Alkin (1969) mendefinisikan evaluasi sebagai “ Suatu proses
meyakinkan
mengumpulkan
keputusan,
dan
memilih
menganalisis
informasi
informasi
yang
sehingga
tepat,
dapat
19
melaporkan ringkasan data yang berguna bagi pembuat keputusan
dalam memilih beberapa alternatif.
Wibawa (1994:9), evaluasi kebijakan bermaksud untuk mengetahui
empat aspek, yaitu : (1) proses pembuatan kebijakan, (2) proses
implementasi, (3) Konsekuensi kebijakan, dan (4) efektifitas dampak
kebijakan.
Wibawa (Dunn : 278, Ripley : 179) Evaluasi kebijakan publik
mempunyai empat fungsi , yaitu
1. Eksplanasi, melalui evaluasi dapat dipotret realitas pelaksanaan
program dan dapat dibuat suatu generalisasi tentang pola-pola
hubungan antar berbagai dimensi realitas yang diamatinya. Dari
evaluasi ini evaluator dapat mengindentifikasi masalah, kondisi dan
aktor yang mendukung keberhasilan atau kegagalan kebijakan.
2. Kepatuhan, melalui evaluasi dapat diketahui apakah tindakan yang
dilakukan oleh para pelaku, baik birokrasi maupun pelaku lainnya
sesuai dengan standar dan prosedur yang ditetapkan oleh kebijakan.
3. Audit, melalui evaluasi dapat diketahui, apakah output benar-benar
sampai ke tangan kelompok sasaran kebijakan, atau justru ada
kebocoran atau penyimpangan.
4. Akunting, dengan evaluasi dapat diketahui apa akibat sosial ekonomi
dari kebijakan tersebut.
20
Menurut
Dunn
(2003:608-609),
evaluasi
mempunyai
sejumlah
karakteristik yang membedakannya dari metode-metode analisis
kebijakan lainnya:
1.
Fokus Nilai, evaluasi dipusatkan pada penilaian menyangkut
keperluan atau nilai dari suatu kebijakan dan program. Evaluasi
terutama merupakan usaha untuk menentukan manfaat atau
kegunaan sosial kebijakan atau program, dan bukan sekedar usaha
mengumpulkan informasi mengenai hasil aksi kebijakan yang
terantisipasi dan tidak terantisipasi. Karena ketepatan tujuan dan
sasaran kebijakan dapat selalu dipertanyakan, evaluasi mencakup
prosedur untuk mengevaluasi tujuan-tujuan dan sasaran itu sendiri.
2.
Interdependensi Fakta-Nilai. Tuntutan evaluasi tergantung baik
“fakta” maupun “nilai”. Untuk menyatakan bahwa kebijakan atau
program tertentu telah mencapai tingkat kinerja yang tertinggi (atau
rendah) diperlukan tidak hanya bahwa hasil-hasil kebijakan
berharga bagi sejumlah individu, kelompok atau sejumlah
masyarakat; untuk menyatakan demikian, harus didukung oleh
bukti bahwa hasil-hasil kebijakan secara aktual merupakan
konsekuensi dari aksi-aksi yang dilakukan untuk memecahkan
masalah tertentu. Oleh karena itu, pemantauan merupakan
prasyarat bagi evaluasi.
3.
Orientasi Masa Kini dan Masa Lampau. Tuntutan evaluatif,
berbeda dengan tuntutan-tuntutan advokatif, diarahkan pada hasil
sekarang dan masa lalu, ketimbang hasil di masa depan. Evaluasi
21
bersifat retrospektif dan setelah aksi-aksi dilakukan (ex post).
Rekomendasi yang juga mencakup premis-premis nilai, bersifat
prospektif dan dibuat sebelum aksi-aksi dilakukan (ex ante).
4.
Dualitas Nilai. Nilai-nilai yang mendasari tuntutan evaluasi
mempunyai kualitas ganda, karena mereka dipandang sebagai
tujuan sekaligus cara. Evaluasi sama dengan rekomendasi sejauh
mana berkenaan dengan nilai yang ada (misalnya, kesehatan) dan
dianggap sebagai intristik (diperlukan bagi dirinya) ataupun
eksentris (diperlukan karena hal itu mempengaruhi pencapaian
tujuan-tujuan lain). Nilai-nilai sering ditata di dalam suatu hirarki
yang merefleksikan kepentingan relatif dan saling ketergantungan
antar tujuan dan sasaran.
Kriteria – kriteria evaluasi program kebijaksanaan menurut Dunn (1987
: 170) :
-
-
-
-
-
-
Relevansi, evaluasi harus memberi informasi yang dibutuhkan
oleh pengambil keputusan dan pelaku kebijaksanaan yang lain dan
harus menjawab pertanyaan yang benar pada waktu yang tepat.
Signifikansi, evaluasi harus memberikan informasi bahwa baru dan
penting bagi pelaku kebijaksanaan untuk beranjak lebih dari yang
selama ini mereka anggap jelas dan terang
Validitas, evaluasi harus memberikan pertimbangan yang persuasif
dan seimbang mengenai hasil–hasil nyata dari kebijaksanaan atau
program.
Reliabilitas, evaluasi harus berisi bukti bahwa kesimpulan tidak
didasarkan pada informasi melalui prosedur pengukuran yang tidak
teliti dan tidak konsisten
Obyektifitas, evaluasi harus melaporkan kesimpulan dan informasi
pendukung yang sempurna dan tidak bias, yaitu informasi yang
membuat evaluator–evaluator dapat mencapai kesimpulan–
kesimpulan yang sama.
Ketepatan waktu, evaluasi harus membuat informasi tersedia pada
waktu keputusan harus dibuat.
22
-
Daya guna, evaluasi harus menyediakan informasi yang dapat
digunakan dan dimengerti oleh pengambil keputusan dan pelaku
kebijaksanan lain
2.
Model Evaluasi
Model evaluasi adalah model desain evaluasi yang dibuat oleh
pakar–pakar evaluasi yang biasanya dinamakan sama dengan
pembuatnya atau tahap pembuatannya. Beberapa model evaluasi.
yaitu :
a.
Model evaluasi CIPP oleh Stufflebeam (Tayibnapis, 2000 : 14)
1. Contect Evaluation, to serve planning decision, konteks
evaluasi
ini
membantu
merencanakan
keputusan,
menentukan kebutuhan yang akan dicapai oleh program
dan merumuskan tujuan program.
2. Input Evaluation, structuring decision, evaluasi ini
menolong mengatur keputusan, menentukan sumber–
sumber yang ada, alternatif apa yang diambil, apa rencana
dan strategi untuk mencapai kebutuhan.
3. Process Evaluation, to serve implementing decision
evaluasi proses untuk membantu mengimplementasikan
keputusan, sampai sejauhmana rencana telah diterapkan.
4. Product Evaluation, to serve recycling decision, Evaluasi
produk untuk menolong keputusan selanjutnya
Dalam penelitian ini digunakan model CIPP, empat aspek
model evaluasi CIPP (Context, Input, Process and Output)
23
membantu pengambil keputusan untuk menjawab empat
pertanyaan dasar mengenai;
1. Apa yang harus dilakukan (What should we do?);
mengumpulkan dan menganalisa “needs assessment” data
untuk menentukan tujuan, prioritas dan sasaran.
2. Bagaimana kita melaksanakannya (How should we do it?);
sumber daya dan langkah-langkah yang diperlukan untuk
mencapai sasaran dan tujuan dan mungkin meliputi
identifikasi
program
eksternal
dan
material
dalam
mengumpulkan informasi
3. Apakah dikerjakan sesuai rencana (Are we doing it as
planned?);
Ini
keputusan informasi
diterapkan.
menyediakan
tentang
Dengan
secara
seberapa
pengambilbaik
terus-menerus
program
monitoring
program, pengambil keputusan mempelajari seberapa baik
pelaksanaan telah sesuai petunjuk dan rencana, konflik yang
timbul, dukungan staff dan moral, kekuatan dan kelemahan
material, dan permasalahan penganggaran.
4. Apakah berhasil (Did it work?); Dengan mengukur outcome
dan membandingkannya pada hasil yang diharapkan,
pengambil-keputusan menjadi lebih mampu memutuskan
jika
program
harus
dihentikan sama sekali.
dilanjutkan,
dimodifikasi,
atau
24
b. Model evaluasi UCLA oleh Alkin (Tayibnapis, 2000 : 15), ada
lima macam evaluasi , yaitu :
1. Sistem Assesment, evaluasi yang memberikan informasi
tentang keadaan atau posisi sistem..
2. Program Planning, membantu pemilihan program tertentu
yang mungkin akan berhasil memenuhi
kebutuhan
progtam.
3. Program implementation, yang menyiapkan informasi
apakah program sudah diperkenalkan kepada kelompok
tertentu yang tepat seperti yang direncanakan.
4. Program improvement, yang memberikan informasi tentang
bagaimana program berfungsi, bekerja atau berjalan,
apakah menuju pencapaian tujuan.
5. Program certification, yang memberi informasi tentang
nilai atau guna program.
c. Model Brinkerhoff (Tayibnafis, 2000 : 15-16 ), terdiri dari :
-
Fixed vs Emergent Evakuation Design, dapatkah masalah
evaluasi dan kriteria dipertemukan.
-
Formative vs Summative Evaluation, apakah evaluasi akan
dipakai untuk perbaikan atau untuk melaporkan kegunan
atau manfaat suatu program.
-
Experimental and quasi experimental design vs Natural
25
3. Pendekatan Evaluasi
Beberapa pendekatan dalam evaluasi oleh Stecher, Brian M&W
Alan davis (Tayibnafis, 2000 : 24-26), yaitu :
1. Pendekatan Eksperimental, evaluasi yang berorientasi pada
penggunaan experimental science.
2. Pendekatan yang berorientasi pada tujuan, menggunakan
tujuan
program
sebagai
kriteria
untuk
menentukan
keberhasilan dan mengukur sampai mana tujuan telah dicapai.
3. Pendekatan yang berfokus pada keputusan, menekankan pada
peranan informasi–informasi pengelola program dalam
menjalankan tugasnya.
4. Pendekatan yang berorientasi kepada pemakai, pemakai
informasi yang potensial adalah menjadi tujuan utama.
5. Pendekatan yang responsif, mencari suatu isu dari berbagai
sudut pandang semua orang yang terlibat dan yang
berkepentingan dengan program.
6. Evaluasi Bebas Tujuan, fungsi untuk mengurangi bias dan
menambah obyektifitas.
Dunn (1999:612-634) mengembangkan tiga pendekatan evaluasi
implementasi kebijakan, yaitu :
1. Evaluasi semu,
2. Evaluasi formal,
3. Evaluasi keputusan teoritis.
26
Selain itu ada dua konsep evaluasi (Tayibnafis. 2000 : 36 ), yaitu
1. Evaluasi summatif dan evaluasi formatif
Scriven (1967) dalam Tayibnafis (2000 : 36), menyebutkan bahwa
evalausi summatif dilakukan pada akhir program, sedangkan
evaluasi formatif dilaksanakan selama program berjalan.
2. Evaluasi internal dan eksternal
Evaluasi internal dilakukan oleh evaluator dari dalam proyek,
sedangkan eksternal, dilakukan oleh evaluator dari luar.
Dalam penelitian ini menggunakan teori evaluasi model CIPP. Dipilih
model evaluasi CIPP, karena biasanya program di bidang pendidikan
menggunakan model ini. Selain itu model CIPP memiliki pendekatan
yang holistik dalam evaluasi, bertujuan memberikan gambaran yang
sangat detail dan luas terhadap suatu proyek, mulai dari konteksnya
hingga saat proses implementasi. Model CIPP memiliki potensi untuk
bergerak di wilayah evaluasi formative dan summative. Sehingga
sama baiknya dalam membantu melakukan perbaikan selama program
berjalan, maupun memberikan informasi final.
B. Tinjauan Implementasi Kebijakan
1. Konsep Implementasi Kebijakan
Implementasi kebijakan dipandang dalam pengertian yang luas,
merupakan tahap dari proses kebijakan, mempunyai makna
pelaksanaan undang–undang di mana berbagai aktor, organisasi,
prosedur dan teknik bekerja bersama–sama untuk menjalankan
27
kebijakan dalam upaya meraih tujuan–tujuan kebijakan atau
program – program. Implementasi pada sisi lain merupakan
fenomena yang kompleks yang dapat dipahami sebagai suatu
proses, suatu keluaran (output) maupun sebagai suatu dampak
(outcome).
Van Meter dan Van Horn (Samodra Wibawa dkk, 1994 : 15)
mendefinisikan implementasi kebijakan sebagai tindakan yang
dilakukan oleh pemerintah maupun swasta baik secara individu
maupun kelompok yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan
sebagaimana dirumuskan dalam kebijakan.
Van Meter dan Van Horn (dalam Wibawa dkk, 1994:19),
“Merumuskan sebuah abstraksi yang menunjukkan hubungan
antar berbagai variabel yang mempengaruhi kinerja suatu
kebijakan.”
Selanjutnya Van Meter dan Van Horn (dalam Subarsono,
2005:99) mengemukakan ada enam variabel yang mempengaruhi
kinerja implementasi