PERFORMANCE OF PRIMARY SCHOOL SUPERVISORS IN EDUCATION QUALITY ASSURANCE SYSTEM IN THE METRO CITY (CASE STUDY ON THREE PRIMARY SCHOOLS IN THE METRO CITY) KINERJA PENGAWAS SEKOLAH DASAR DALAM SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DI KOTA METRO (STUDI KASUS PAD

(1)

ii ABSTRACT

PERFORMANCE OF PRIMARY SCHOOL SUPERVISORS IN EDUCATION QUALITY ASSURANCE SYSTEM IN THE METRO CITY

(CASE STUDY ON THREE PRIMARY SCHOOLS IN THE METRO CITY) By

Tommy Marsan

School supervisors play an important role in improving the quality of education in schools. The school supervisors have the duty, responsibility and full authority to conduct training on schools both academic and managerial fields. Their roles are as partners of teachers and staffs, innovators, counselors, motivators, collaborators, assessors, evaluators and consultants.

The purposes of this study are to determine: 1) The implementation of monitoring and guidance by the school supervisors, 2) The performance of the school supervisors in order to guarantee the quality of education, 3) The factors of supporting and inhibiting that are affecting the performance of the school supervisors, 4) The efforts of development in improving competence of school supervisors, 5) The expectations of the school supervisors roles in improving the quality of education.

The research methodology used a qualitative approach with a case study design. The technique of collecting data were through interview, observation, and documentation.


(2)

iii

competencies required by school supervisors in Permendiknas No. 12 of 2007 are owned by the school supervisors. 3) during the visit in grade schools, supervisors did not provide examples of teaching, they just observed teaching learning process conducted by the teachers, 4) There is no government participation in Metro City to allocate special funds to improve the competence of school supervisors. 5) The efforts done by the Department Dikbudpora Metro City in improving the competence of school supervisors were to advise the supervisors to continue their study (Master deggree), provide the IHT , workshops and trainings.


(3)

iv ABSTRAK

KINERJA PENGAWAS SEKOLAH DASAR DALAM SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DI KOTA METRO

(STUDI KASUS PADA TIGA SEKOLAH DASAR DI KOTA METRO) Oleh

Tommy Marsan

Pengawas sekolah mempunyai tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh untuk melakukan pembinaan pendidikan di sekolah, baik dari bidang akademik maupun bidang manajerial. Pengawas sekolah berperan sebagai mitra kepala sekolah, guru dan staf tata usaha, inovator, konselor, motivator, kolaborator, asesor, evaluator dan konsultan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) Pelaksanaan kegiatan pengawasan dan pembinaan oleh pengawas sekolah, 2) Kinerja pengawas sekolah dalam rangka penjaminan mutu pendidikan, 3) Faktor pendukung dan penghambat yang mempengaruhi kinerja pengawas sekolah, 4) Upaya-upaya pengembangan dalam meningkatkan kompetensi pengawas sekolah, 5) Harapan terhadap peranan pengawas sekolah dalam meningkatan mutu pendidikan.

Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan studi kasus. Teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi.


(4)

v

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) pengawas sekolah di Kota Metro dalam melaksanakan pembinaan hanya menggunakan acuan yang dibuat oleh pemerintah pusat. 2) Belum seluruh kompetensi pengawas sekolah yang dipersyaratkan

dalam Permendiknas Nomor 12 Tahun 2007 dimiliki oleh pengawas sekolah. 3) Selama melakukan kegiatan kunjungan kelas pengawas sekolah tidak

memberikan contoh mengajar hanya mengamati proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru, 4) Tidak ada peran serta Pemerintah Kota Metro untuk mengalokasikan dana khusus untuk meningkatkan kompetensi pengawas sekolah, 5) Upaya-upaya yang dilakukan oleh Dinas Dikbudpora Kota Metro dalam meningkatkan kompetensi pengawas sekolah dengan menyarankan pengawas sekolah melanjutkan pendidikan ke pascasarjana, selain itu memberikan workshop dan IHT serta pelatihan-pelatihan.


(5)

KINERJA PENGAWAS SEKOLAH DASAR DALAM SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DI KOTA METRO (STUDI KASUS PADA TIGA SEKOLAH DASAR DI KOTA METRO)

Oleh Tommy Marsan

Tesis

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN

Pada

Program Pascasarjana Magister Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG


(6)

KINERJA PENGAWAS SEKOLAH DASAR DALAM SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DI KOTA METRO (STUDI KASUS PADA TIGA SEKOLAH DASAR DI KOTA METRO)

(Tesis)

OLEH

TOMMY MARSAN

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG 2014


(7)

(8)

(9)

(10)

ix

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Karang 05 Maret 1980. Merupakan anak ke satu dari lima bersaudara, dari pasangan Khaidir Bulhasan (Alm) dan Dernasari.

Pendidikan Sekolah Dasar diselesaikan di SDN 1 Perumnas Wayhalim pada tahun 1992, Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Tanjung Karang pada tahun 1995, Sekolah Menegah Atas Negeri 5 Bandar Lampung pada tahun 1998, dan menyelesaikan S1 Teknik Informatika STMIK Darmajaya pada tahun 2006. Pada tahun 2010 penulis di terima di Program Pascasarjana Magister Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

Pengalaman kerja yang dialami oleh penulis antara lain pada tahun 2006 sampai dengan Juni 2007 penulis bekarja di PT. Adira Multi Finance Tbk. Pada Bulan Agustus 2007 penulis di angkat menjadi pegawai negeri sipil pada Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Provinsi Lampung.


(11)

x

MOTO

Janganlah pernah menyerah dan putus asa untuk meraih sesuatu yang dinginkan


(12)

xi

Tesis ini ku persembahkan kepada:

Orangtuaku Papi Khaidir Bulhasan (Alm) dan Mami Dernasari

Mertuaku Papi Ahmad Djunaidi MZ (Alm) dan Mami Lindawati, S.Pd

Istiku Diana Sari DJ, S.Si., M.T.

dan

Putri cantikku Salsabila Putri Naomy


(13)

xii

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga tesis ini dapat diselesaikan sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Magister Ilmu Pemerintahan Pada Program Pascasarjana Magister Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

Tesis dengan judul “Kinerja Pengawas Sekolah Dasar Dalam Sistem Penjaminan

Mutu Pendidikan di Kota Metro (Studi Kasus Pada Tiga Sekolah Dasar di Kota

Metro)” ini adalah salah satu syarat untuk menempuh gelar Magister Ilmu Pemerintahan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung. Selama menyelesaikan tesis ini penulis banyak mendapat dukungan, bantuan dan bimbingan dan pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P Harianto, M.S. selaku Rektor Universitas

Lampung;

2. Bapak Prof. Dr. Sudjarwo, M.S. selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Lampung;

3. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung;


(14)

xiii

dan selaku pembahas dan penguji, terima kasih atas saran untuk tesis ini; 5. Bapak Prof. Dr. Yulianto, M.S. selaku pembimbing utama, terima kasih atas

kesediaannya memberi bimbingan, saran, bantuan serta kemudahan dalam proses penyelesaian tesis ini;

6. Bapak. Drs. A. Effendi, M.M. selaku pembimbing pembantu, terima kasih atas kesediaannya memberikan bimbingan, saran, bantuan dan kemudahan dalam proses penyelesaian tesis ini;

7. Bapak Dr. Suwondo, M.A. selaku pembimbing akademik, terima kasih atas saran dan kemudahan yang diberikan dalam proses menyelesaikan pendidikan Magister Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung;

8. Bapak Drs. Yana Ekana P.S, M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Program Studi Magister Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung, terima kasih atas bantuan dan saran dalam penyelesaian administrasi akademik;

9. Semua dosen Magister Ilmu Pemerintahan yang telah memberikan ilmunya selama penulis menempuh pendidikan;

10. Istri tercinta, yang tersayang putriku Salsabila Putri Naomy;

11. Adik-adik kandungku dan kakak-kakak dan adik-adik iparku terima kasih atas doa dan dorongan semangatnya untuk menyelesaikan tesis ini;

12. Ibu Dra Hj. Djuariati, M.Pd. selaku Kepala Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Provinsi Lampung, terima kasih atas kesempatan dan


(15)

xiv

kemudahan serta dukungannya yang diberikan dalam menempuh studi Magister Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung:

13. Staf Administrasi Magister Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung, terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya dalam penyelesaian administrasi;

14. Teman-teman Magister Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung;

15. Teman-teman staf Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Provinsi Lampung, terima kasih atas bantuan dan dukungannya.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua yang telah membantu dalam proses penyelesaian tesis ini, penulis menyadari tesis ini masih jauh dari kesempurnaan karena itu penulis berharap agar dapat memakluminya.

Bandar Lampung, Mei 2014


(16)

xv

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

ABSTRAK... ii

HALAMAN PERSETUJUAN... vi

HALAMAN PENGESAHAN... vii

LEMBAR PERNYATAAN... viii

RIWAYAT HIDUP... ix

MOTTO... x

PERSEMBAHAN... xi

SANWACANA... xii

DAFTAR ISI... xv

DAFTAR TABEL... xvii

DAFTAR GAMBAR... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah... 12

1.3 Tujuan Penelitian ... 13

1.4 Manfaat Penelitian ... 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA... 15

2.1 Kinerja Pengawas Sekolah ... 15

2.1.1 Pengertian Kinerja... 15

2.1.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja... 16

2.1.3 Evaluasi Kinerja... 20

2.1.4 Tujuan Evaluasi Kinerja... 23

2.1.5 Pemanfaatan Hasil Evaluasi Kinerja ... 24

2.1.6 Sistem Pendukung Evaluasi Kinerja... 28

2.2 Pengawas Sekolah... 29

2.2.1 Pengertian Pengawas Sekolah... 29

2.2.2 Jenis Pengawas Sekolah... 31

2.2.3 Tugas Pokok Pengawas Sekolah... 32

2.2.4 Fungsi Pengawas Sekolah... 34

2.2.5 Kewenangan dan Hak Pengawas Sekolah... 36

2.3 Kerangka Pikir... 38

BAB III METODE PENELITIAN... 40

3.1 Pendekatan dan Rancangan Penelitian ... 40

3.1.1 Pendekatan Penelitian... 40


(17)

xvi

3.2 Fokus Penelitian... 42

3.3 Instrumen Pengumpulan Data... 43

3.4 Sumber Data Peneliti... 44

3.5 Jenis Data... 46

3.4.1 Data Primer... 46

3.4.2 Data Sekunder... 46

3.6 Teknik Pengumpulan Data... 46

3.6.1 Wawancara... 47

3.6.2 Observasi ... 49

3.6.3 Studi Dokumentasi... 49

3.7 Teknik Analisis Data... 50

3.8 Pengecekan Keabsahan Data... 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 56

4.1 Gambaran Umum Daerah dan Tempat Penelitian... 56

4.1.1 Kota Metro... 56

4.1.2 Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda Dan Olahraga... 59

4.1.3 SDN 1 Metro Pusat... 62

4.1.4 SDN 6 Metro Selatan... 64

4.1.5 SDN 7 Metro Utara... 65

4.2 Hasil Penelitian dan Pembahasan... 66

4.2.1 Pelaksanaan Kegiatan Pengawasan dan Pembinaan Oleh Pengawas Sekolah... 66

4.2.2 Kinerja Pengawas Sekolah Dalam Rangka Penjaminan Mutu Pendidikan... 96

4.2.3 Faktor Pendukung dan Penghambat yang Mempengaruhi Kinerja Pengawas Sekolah... 109

4.2.4 Upaya-Upaya Pengembangan Dalam Meningkatkan Kompetensi Pengawas Sekolah... 114

4.2.5 Harapan Terhadap Peranan Pengawas Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan... 118

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 125

5.1 Kesimpulan... 125

5.2 Saran... 127

5.2.1 Saran Teoritis... 127

5.2.2 Saran Praktis... 129 DAFTAR PUSTAKA


(18)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Jumlah Satuan Pendidikan Berdasarkan Kecamatan dan

Tingkat Sekolah... 8

1.2 Jumlah Satuan Pendidikan Berdasarkan Kecamatan dan Status Sekolah... 8

1.3 Jumlah Siswa Berdasarkan Kecamatan dan Status Sekolah... 8

1.4 Jumlah Pengawas Sekolah Berdasarkan Jenjang Pengawas... 10

3.1 Pengkodean... 53

4.1 Yang menjadi sasaran pembinaan oleh pengawas sekolah dan kegiatan yang dilakukan oleh pengawas sekolah... 66 4.2 Jadwal dan waktu pembinaan yang dilakukan oleh pengawas sekolah... 68

4.3 Aspek-aspek pembinaan yang dilakukan oleh pengawas sekolah... 70

4.4 Aspek lain yang menjadi pembinaan oleh pengawas sekolah selain pembinaan akademik dan manajerial... 72

4.5 Respon teerhadap kehadiran pengawas sekolah dalam pembinaan di sekolah... 78

4.6 Pembinaan terhadap semua guru oleh pengawas sekolah... 78

4.7 Unsur kompetensi dan profesionalisme guru menjadi bahan pembinaan oleh pengawas sekolah... 81

4.8 Teknik yang digunakan pengawas sekolah dalam melaksanakan Pembinaan... 82

4.9 Kunjungan kelas dan pemberian contoh mengajar di depan kelas... 84

4.10 Cara pelaksanaan supervisi dan kunjungan kelas pengawas sekolah... 85

4.11 Prosedur dan tahapan pelaksanaan pembinaan dan kunjungan kelas oleh pengawas sekolah... 87

4.12 Pengawas sekolah sebelum dan sesudah melakukan kunjungan kelas diadakan diskusi... 88

4.13 Pendekatan yang digunakan oleh pengawas sekolah dalam melakukan Pembinaan... 90

4.14 Manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan pembinaan oleh pengawas sekolah... 93

4.15Laporan hasil kegiatan pembinaan oleh pengawas sekolah... 94

416 Refleksi atas hasil kegiatan pengawasan dan pembinaan oleh pengawas sekolah... 96


(19)

xviii

4.18 Pendidikan Terakhir Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan

Kebudayaan Pemuda dan Olahraga... 98 4.19 Kedudukan dan fungsi pengawas sekolah dalam struktur organisasi

Dikbudpora... 102 4.20 Pedoman dan peraturan yang digunakan oleh pengawas sekolah

dalam melaksanakan pembinaan... 104 4.21 Kompetensi yang harus dimiliki oleh pengawas sekolah... 105 4.22 Kompetensi yang dimiliki oleh pengawas sekolah berhubungan

dan menggambarkan tugas pokok pengawas sekolah dalam

penjaminan mutu pendidikan... 108 4.23 Faktor pendukung dan penghambat dalam peningkatkan kinerja dan

kompetensi pengawas sekolah... 110 4.24 Matriks Faktor Pendukung dan Penghambat yang Mempengaruhi

Kinerja Pengawas Sekolah... 114 4.25 Upaya-upaya pengembangan dalam meningkatkan kompetensi

pengawas sekolah... 115 4.26 Peran serta pemerintah Kota Metro dalam upaya peningkatan

kompetensi pengawas sekolah... 117 4.27 Peranan pengawas sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan... 118 4.28 Sosok pengawas sekolah yang diharapkan... 123


(20)

xix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Hasil Uji Kompetensi Awal... 6

1.2 Grafik Jumlah Guru Negeri dan Swasta di Kota Metro... 9

2.1 Model Boyatziz Kinerja Efektif... 17

2.2 Model Kinerja Individu... 18

2.3 A Balane Scorecard Approach... 22

2.4 Manfaat Hasil Evaluasi Kinerja dan Sistem Pendukung Evaluasi Kinerja... 25

2.5 Komponen Program Kompensasi... 26

2.6 Kerangka Pikir Penelitian... 39

3.1 Pola Interaktif Analisis Data Penelitian... 52

4.1 Peta Kota Metro... 57

4.2 Struktur Organisasi Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda Dan Olahraga Kota Metro... 61

4.3 Struktur Organisasi MKPS Dinas Pendidikan Kebuadayan Pemuda dan Olahraga Kota Metro... 102


(21)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakng

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dalam Bab I Pasal 1 ayat 1 disebutkan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sedangkan dalam ayat ke 3 disebutkan bahwa sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan (Kemendikbud) telah menunjukkan komitmen dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia melalui pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 tahun 2009 tentang Sistem Penjaminanan Mutu Pendidikan. SPMP mendefinisikan penjaminan mutu sebagai kegiatan sistemik dan terpadu oleh satuan/program pendidikan, penyelenggara satuan/program pendidikan, pemerintah daerah, pemerintah, dan masyarakat


(22)

untuk menaikkan tingkat kecerdasan kehidupan bangsa melalui pendidikan. Pada tataran operasional, penjaminan mutu dilakukan melalui serangkaian proses dan sistem yang saling terkait untuk mengumpulkan, menganalisa, dan melaporkan data mengenai kinerja dan mutu dari tenaga kependidikan, program dan lembaga. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sebagai agent of change dituntut untuk dapat menciptakan, membangun dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, agar hal tersebut dapat terwujud diperlukan pelayanan pendidikan yang bermutu secara lebih merata, berkualitas dan terjangkau. Oleh sebab itu bagi suatu bangsa ingin maju, pendidikan harus dipandang sebagai sebuah kebutuhan sama halnya dengan kebutuhan-kebutuhan lainnya, seperti sandang, pangan, dan papan. Kondisi pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan, mulai dari kualitas siswa masih rendah, pengajar kurang profesional, biaya pendidikan yang mahal, bahkan aturan undang-undang pendidikan tidak jelas. Dampak dari pendidikan yang buruk itu, Indonesia semakin terpuruk. Keterpurukan ini dapat juga akibat dari kecilnya rata-rata alokasi anggaran pendidikan baik di tingkat nasional, provinsi, maupun kota dan kabupaten (wartawarga.gunadarma.ac.id).

Salah satu upaya pemerintah melalui Kemendikbud dalam meningkatkan mutu pendidikan yaitu dengan melaksanakan pengawasan dan pembinaan yang dilaksanakan oleh pengawas sekolah. Pengawas Sekolah merupakan pegawai negeri sipil dengan jabatan tenaga fungsional yang diberi tugas, tanggungjawab dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan pengawasan pendidikan di sekolah dengan melaksanakan penilaian dan


(23)

3

pembinaan dari segi teknis pendidikan dan administrasi pada satuan pendidikan (Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 21 Tahun 2010 Tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah Dan Angka Kreditnya).

Pengawas sekolah sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pendidikan formal seharusnya memegang peran penting dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. Pengawas mempunyai tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh untuk melakukan pengawasan dan pembinaan pendidikan di sekolah, baik dari bidang akademik maupun bidang manajerial. Karena perannya sebagai pembina maka pengawas sekolahberfungsi sebagai mitra guru dan kepala sekolah, inovator, konselor, motivator, kolaborator, asesor, evaluator dan konsultan.

Pada kenyataannya kehadiran dan kinerja pengawas sekolah di jenjang SD hingga SMA sederajat dikeluhkan para guru. Pengawas dinilai justru menjadi penghambat sekolah dan guru, untuk melakukan terobosan dalam meningkatkan mutu dan layanan pendidikan pada masyarakat. Persoalan kinerja pengawas sekolah yang dinilai belum baik, bukan hanya dari segi kompetensi yang memang ternyata rendah. Proses rekrutmen dan pengangkatan pengawas juga disoroti

karena ada yang tidak melalui proses pemilihan dan pelatihan (Kompas.com, 5 Mei 2012).

Kondisi saat ini kualifikasi dan kompetensi pengawas belum sebagaimana yang diharapkan. Di beberapa daerah para pengawas menyatakan bahwa wawasan akademik dirinya berada di bawah guru dan kepala sekolah sebab mereka tidak


(24)

pernah disentuh dengan inovasi yang terjadi. Temuan di lapangan dari pengawas yang hampir mewakili semua provinsi, menunjukkan tenaga pengawas kurang diminati sebab rekruitmen pengawas bukan karena prestasi tetapi semacam tenaga buangan dari kepala sekolah dan guru atau tenaga struktural yang memperpanjang masa pensiun. Kualifikasi pendidikan para pengawas umumnya sarjana (S1) namun masih ada yang belum sarjana terutama pengawas TK/SD, dan yang berpendidikan sarjana pun bidang ilmunya masih ada yang kurang relevan dengan bidang kepengawasannya. Usia rata-rata pengawas cukup tua yakni 52 tahun dengan rata-rata masa kerja sebagai PNS 25 tahun. Sedangkan masa kerja menjadi pengawas rata-rata 6 tahun. Jenjang karir pengawas masih kurang jelas dan tidak berjalan sebagaimana mestinya. Pembinaan dan pengembangan kemampuan profesional tenaga pengawas boleh dikatakan tidak ada baik berupa Diklat kepengawasan, penataran khusus pengawas, seminar, lokakarya dan kegiatan ilmiah lainnya. Bahkan dalam kegiatan penataran/pelatihan guru, pelatihan kepala sekolah dan kegiatan akademik lainnya pengawas tidak pernah dilibatkan. Tugas pokok yang rancu bahkan di beberapa daerah menempatkan pengawas bukan lagi sebagai supervisor akademik dan manajerial. Selain itu daya dukung kurang menunjang untuk melaksanakan tugas kepengawasan satuan pendidikan. Biaya operasional/rutin untuk melaksanakan tugas kepengawasan tidak memadai terlebih lagi untuk pengawasan di daerah terpencil. Pengawas juga kurang diberikan penghargaan sebagaimana tenaga

pendidik seperti adanya guru teladan dan penghargaan lainnya (Sudjana dkk, 2006:2-3).


(25)

5

Gambaran pengawas sekolah yang berkembang saat ini bahwa jabatan pengawas kurang menarik, rekrutmennya bercitra negatif, wawasan kalah oleh guru, tugas pokok kurang terprogram, pembinaan karier kurang efektif, fasilitas kerja belum optimal, penghargaan dan perlindungan kurang diperhatikan, bidang keahlian ada yang kurang sesuai, tingkat pendidikan masih heterogen, tidak melalui pendidikan profesi (Aqib, 2009:48).

Survei yang dilakukan oleh Direktorat Tenaga Kependidikan pada tahun 2008 terhadap para pengawas di suatu kabupaten (Direktorat Tenaga Kependidikan, 2008:6) menunjukkan bahwa para pengawas memiliki kelemahan dalam kompetensi supervisi akademik, evaluasi pendidikan, dan penelitian dan pengembangan. Dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah menegaskan bahwa seorang pengawas sekolah harus memiliki 6 (enam) kompetensi, yaitu kompetensi kepribadian, supervisi manajerial, supervisi akademik, evaluasi pendidikan, penelitian dan pengembangan serta kompetensi sosial.

Dari hasil uji kompetensi awal (UKA) guru yang dilakukan Kemendikbud pada tahun 2012, kompetensi pengawas justru paling rendah dibandingkan guru-guru yang mereka awasi. Hasil nilai UKA provinsi seluruh Indonesia dapat di lihat seperti gambar di bawah ini.


(26)

Gambar 1.1 Hasil Uji Kompetensi Awal

Sumber : Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Badan PSDMPK dan PMP)

Menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh, berdasarkan hasil UKA yang menempatkan nilai rata-rata pengawas berada di posisi paling buncit tersebut, maka observasi lanjutan terhadap para pengawas akan dilakukan. Tujuannya, penanganan yang tepat dapat segera dilakukan terhadap penyebab rendahnya nilai rerata tersebut. Observasi akan mencakup sistem perekrutan, usia, latar belakang pendidikan, hingga kemampuan dasar pengawas.


(27)

7

Pengawas sekolah diangkat dengan tugas melakukan pembinaan dan pengawasan pendidikan pada sekolah yang menjadi binaannya. Pengawasan sekolah pada intinya meliputi pengawasan akademik dan pengawasan manajerial (Sudjana dkk, 2006:2). Pengawasan akademik bertujuan membantu dan membina guru dalam meningkatkan mutu proses pembelajaran agar diperoleh hasil belajar siswa yang lebih optimal sedangkan pengawasan manajerial bertujuan membantu dan membina kepala sekolah dalam upayanya meningkatkan mutu pendidikan dengan mengoptimalkan kinerja sekolah.

Oleh sebab itu kinerja pengawas sekolah dalam sebuah institusi pendidikan merupakan sesuatu yang menarik untuk diteliti mengingat pengawas sekolah: (1) merupakan garda terdepan dalam menjaga mutu pendidikan, (2) jika pengawas sekolah tidak disertai dengan kompetensi profesional dan motivasi serta semangat kerja, maka pembinaan dan penilaian sekolah tidak akan sesuai dengan yang diharapkan, oleh karena itu, pengawas sekolah dapat meningkatkan atau ditingkatkan kinerjanya sesuai harapannya sendiri atau lembaga, (3) pengawas sekolah di haruskan memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikasi pengawas untuk mewujudkan tujuan pendidian nasional.

Peran dan kinerja pengawas sekolah semakin terlihat apabila disejajarkan dengan data kependidikan misalnya data tentang jumlah sekolah dari semua jenjang baik sekolah negeri dan swasta. guru maupun siswa di Kota Metro. Berdasarkan Profil PTK dan Satuan Pendidikan Kota Metro Tahun 2012 yang berbasis Sistem Informasi Manajemen Nomor Unik Pendidik dan Tenaga Kependidikan (SIM NUPTK) tahun 2012. Seperti terlihat pada tabel-tabel di bawah ini:


(28)

Tabel 1.1 Jumlah Satuan Pendidikan Berdasarkan Kecamatan dan Tingkat Sekolah. KECAMATAN TINGKAT SEKOLAH JML SKLH TK SD SMP SLB SMA SMK RA MI MTS MA

METRO

BARAT 10 11 2 7 6 1 1 38

METRO

PUSAT 17 16 10 1 4 2 1 6 2 2 61

METRO

SELATAN 9 9 3 1 1 2 1 1 27

METRO

TIMUR 9 11 6 5 5 2 2 40

METRO

UTARA 9 8 5 1 2 2 1 2 30

JUMLAH 54 55 26 2 18 15 3 9 7 7 196

Sumber: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan LPMP Provinsi Lampung Tahun 2012

Tabel 1.2 Jumlah Satuan Pendidikan Berdasarkan Kecamatan dan Status Sekolah

Sumber: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan LPMP Provinsi Lampung Tahun 2012

Berdasarkan sumber data yang sama dapat pula di ketahui jumlah guru yang terdapat di kota Metro berjumlah 4.625 orang dari semua jenjang mulai dari TK sampai SMA di sekolah negeri maupun swasta. Serta jumlah siswa di Kota Metro

KECAMATAN

STATUS

SEKOLAH JUMLAH SEKOLAH N S

METRO BARAT 12 26 38

METRO PUSAT 21 40 61

METRO

SELATAN 10 17 27

METRO TIMUR 19 21 40

METRO UTARA 12 18 30


(29)

9

sejumlah 46.125 yang tersebar di 5 kecamatan. Seperti terlihat pada gambar dan tabel di bawah ini.

Tabel 1.3 Rekapitulasi Jumlah Siswa Berdasarkan Kecamatan dan Status Sekolah

KECAMATAN

TINGKAT SEKOLAH

JML SISWA TK SD SMP SLB SMA SMK RA MI MTS MA

METRO

BARAT 569 2,660 829 2,734 3,531 282 249 10,854

METRO

PUSAT 1,576 6,921 2,278 73 891 220 126 879 294 90 13,348

METRO

SELATAN 442 1,181 1,390 55 881 496 31 156 4,632

METRO

TIMUR 851 2,985 2,575 1,964 2,263 41 850 11,529

METRO

UTARA 510 2,362 1,422 528 45 261 365 269 5,762

JUMLAH 3,948 16,109 8,494 128 6,998 6,510 171 1,171 1,138 1,458 46,125

Sumber: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan LPMP Provinsi Lampung Tahun 2012 0 200 400 600 800 1000 1200

TK SD SMP SMA SMK

34 1160 718 463 351 499 228

319 381 392

Sebaran Guru Menurut Jenjang Dan Status Sekolah

Negeri Swasta

Gambar 1.2 Grafik Jumlah Guru Negeri dan Swasta di Kota Metro

Sumber: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan LPMP Provinsi Lampung Tahun 2012


(30)

Sementara itu, dilain pihak, berdasarkan pendataan yang dilakukan oleh LPMP Provinsi Lampung dengan aplikasi SIM NUPTK dan Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Kota Metro dapat di tampilkan bahwa kota Metro memiliki 20 pengawas yang tersebar di semua satuan pendidikan yang terdiri dari pengawas TK sebanyak 3 orang, pengawas SD sebanyak 4 orang, pengawas SMP sebanyak 4 orang, pengawas SMA sebanyak 6 orang, pengawas SMK sebanyak 3 orang. Seperti terlihat di tabel dibawah ini:

Tabel 1.4 Jumlah Pengawas Sekolah Berdasrkan Jenjang Pengawas

No Jenjang Pengawas Jumlah Pengawas

1 Jenjang Pengawas TK 3 orang 2 Jenjang Pengawas SD 4 orang 3 Jenjang Pengawas SMP 4 orang 4 Jenjang Pengawas SMA 6 orang 5 Jenjang Pengawas SMK 3 orang

Sumber: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan LPMP Provinsi Lampung Tahun 2012

Bagaimana dengan kondisi pengawas di Kota Metro saat ini? Dari pengamatan awal yang dilakukan dari sudut pandang kepala sekolah dan guru, berdasarkan diskusi dan wawancara dengan beberapa kepala sekolah dan guru kepada peneliti pada saat mereka mengikuti Pendidikan dan Latihan di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) di tempat peneliti bekerja, keadaan pengawas sekolah di Kota Metro dapat digambarkan sebagai berikut : (1) pengawas sekolah kurang memberdayakan kemampuan kepala sekolah dalam menerapkan standar pengelolaan sekolah (supervisi manajerial); (2) pengawas sekolah kurang termotivasi mengembangkan diri sehingga harapan guru untuk mempertajam kemampuannya tidak terpenuhi dan masalah-masalah yang dihadapi guru tidak terselesaikan; (3) pengawas sekolah kurang melakukan pembinaan dalam menerapkan standar proses sehingga kemampuan guru dalam merencanakan,


(31)

11

melaksanakan dan mengevaluasi program pembelajaran kurang optimal (supervisi akademik); (4) tidak meratanya frekuensi kunjungan pengawas sekolah di setiap sekolah; (5) masih adanya pengawas sekolah yang tidak membimbing guru suatu mata pelajaran; (6) kunjungan pengawas sekolah masih cenderung bersifat inspeksi dan mendikte; (7) waktu jam kunjungan pengawas ke sekolah untuk melakukan pembinaan terlalu singkat; (8) adanya persaingan antar pengawas sekolah.

Gambaran kondisi pengawas sekolah di Kota Metro sebagaimana dikemukakan diatas diduga karena pengawas sekolah kurang menyadari dan memahami posisi dan peran strategis yang dimilikinya. Dugaan ini didasari oleh teori yang dikemukakan oleh Arikunto (2006:4) memberikan alasan yang utama bertumpu pada dua hal, yaitu: (1) beban kerja pengawas sekolah terlalu berat dan (2) latar belakang pendidikan mereka kurang sesuai dengan bidang studi yang disupervisi. Mengingat banyaknya bidang studi yang diajarkan oleh guru-guru di sekolah, terasa mengalami kesulitan untuk mempertemukan keduanya. Oleh karena itu, perlu dicari alternatif cara yang lebih tepat bagi kondisi lapangan, baik langsung maupun tidak langsung, yang mengarah pada pencapaian tujuan pembelajaran yang optimal guna peningkatan mutu pendidikan.

Lemahnya pembinaan para pengawas diduga berkaitan dengan sumberdaya yang terbatas pada setiap dinas pendidikan, baik sumber daya manusia, sumber daya keuangan maupun sumber daya informasi. Selain itu komitmen dinas pendidikan serta pemerintah daerah dalam hal ini pemerintah Kota Metro terhadap pentingnya peran pengawas dalam meningkatkan kinerja serta untuk mencapai mutu


(32)

pendidikan terkesan kurang optimal, sehingga program pembinaan bagi para pengawas belum menjadi prioritas.

Pada sisi lain, hasil kerja yang dicapai para pengawas dari pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya belum begitu signifikan terhadap kemajuan-kemajuan sekolah binaannya. Oleh karena itu, posisi, peran dan eksistensi pengawas kurang mendapat perhatian dibandingkan dengan guru dan kepala sekolah.

Pengawas Sekolah pada jenjang Sekolah Dasar pada Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda dan Olahraga di Kota Metro menjadi objek dalam penelitian dengan tiga sekolah yang menjadi sasaran penelitian yaitu Sekolah Dasar Negeri 1 Metro Pusat, Sekolah Dasar Negeri 6 Metro Selatan, Sekolah Dasar Negeri 7 Metro Utara.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, penulis tertarik untuk meneliti kinerja pengawas sekolah dasar dalam sistem penjaminan mutu pendidikan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan di Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Kota Metro berdampak luas terhadap peningkatan sumber daya manusia, yang meliputi guru, siswa, kepala sekolah serta pemangku kepentingan lainnya guna peningkatan kualitas kegiatan pembelajaran di sekolah agar dapat berlangsung dengan efektif, berdaya guna dan berhasil guna.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan, maka di peroleh rumusan masalah sebagai berikut:


(33)

13

1. Bagaimanakah pelaksanaan kegiatan pengawasan dan pembinaan oleh pengawas sekolah?

2. Bagaimanakah kinerja pengawas sekolah dalam rangka penjaminan mutu pendidikan?

3. Apakah faktor pendukung dan penghambat yang mempengaruhi kinerja pengawas sekolah ?

4. Bagaimanakah upaya-upaya pengembangan dalam meningkatkan kompetensi pengawas sekolah

5. Bagaimanakah harapan terhadap peranan pengawas sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendiskripsikan: 1. Pelaksanaan kegiatan pengawasan dan pembinaan oleh pengawas sekolah 2. Kinerja pengawas sekolah dalam rangka penjaminan mutu pendidikan 3. Faktor pendukung dan penghambat yang mempengaruhi kinerja pengawas

sekolah

4. Upaya-upaya pengembangan dalam meningkatkan kompetensi pengawas sekolah

5. Harapan terhadap peranan pengawas sekolah dalam meningkatan mutu pendidikan

1.4 Manfaat Penelitian


(34)

1.4.1 Secara Teoritis:

a. Menambah khasanah teori-teori yang berkaitan dengan peningkatan kinerja pengawas sekolah.

b. Bahan kajian dalam pengembangan dan pengetahuan di bidang pendidikan, khususnya mengenai strategi yang harus dilakukan guna meningkatkan kinerja pengawas sekolah.

1.4.2 Secara Praktis

a. Bagi Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Kota Metro Diperolehnya informasi mengenai kondisi yang ada terhadap kinerja pengawas sekolah dasar dalam sistem penjaminan mutu pendidikan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, serta sebagai masukan untuk membuat suatu kebijakan terhadap kinerja pengawas sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di Kota Metro

b. Bagi Pengawas Sekolah

Sebagai bahan acuan dalam pembuatan program kerja baik program kerja tahunan dan program kerja semester pengawas sekolah, serta sebagai bahan evaluasi terhadap kinerja pengawas sekolah yang telah dilaksanakan untuk pengawasan dan pembinaan tahun berikutnya.


(35)

15

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kinerja Pengawas Sekolah

Pada sub bab tentang kinerja pengawas sekolah akan dibahas tentang pengertian kinerja, faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja, evaluasi kinerja, tujuan evaluasi kinerja, pemanfaatan hasil evaluasi kinerja, sistem pendukung evaluasi kinerja,

2.1.1 Pengertian Kinerja

Kinerja merupakan terjemahan dari kata “performance” (job performance).

Secara etimologis performance berasal dari kata “to perform” yang berarti

menampilkan atau melaksanakan (Suharsaputra 2010:144). Kinerja Menurut Simanjutak adalah tingkat pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas tertentu (Simanjuntak 2005:1).

Kinerja menurut Mangkunegara adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara 2001). Selain itu kinerja juga dapat diartikan sebagai suatu hasil dan usaha seseorang yang dicapai dengan adanya kemampuan dan perbuatan dalam situasi tertentu.


(36)

Prawirosentono dalam Usman (2009:488) menyatakan bahwa kinerja adalah usaha yang dilakukan dari hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tangung jawab masing-masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Selanjutnya Simamora (2000:7) yang mendefinisikan bahwa kinerja adalah keadaan/tingkat perilaku seseorang yang harus dicapai dalam persyaratan tertentu. Sedangkan menurut Mathis dan Jackson (2002:78) Kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan dan tidak dilakukan karyawan. Kinerja karyawan adalah yang mempengaruhi seberapa banak mereka memberi kontribusi kepada organisasi yang antara lain : (a) kuantitas output, (b) kualitas output, (c) jangka waktu output, (d) kehadiran ditempat kerja, dan e) sikap kooperatif.

2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Kinerja baik secara individu maupun organisasi mempunyai peran yang sangat besar dalam keberlangsungan organisasi menjalankan peran dan fungsinya oleh sebab itu organisasi perlu memperhatikan berbagai upaya untuk meningkatkan kinerja pegawainya agar dapat memberikan kontribusi optimal bagi organisasi. Sutermeiter dalam Suharsaputra (2010:147) menyatakan bahwa produktifitas ditentukan oleh kinerja pegawai sedangkan kinerja tergantung dua hal yaitu kemampuan dan motivasi. Gibson dalam Suharsaputra (2010:147) ada tiga perangkat variabel yang mempengaruhi perilaku dan kinerja individu, yaitu: 1. Variabel individual, meliputi: kemampuan, keterampilan, mental fisik, latar

belakang keluarga, tingkat sosial, pengalaman, demografis (umur, asal-usul dan jenis kelamin).

2. Variabel organisasional, meliputi:sumber daya, kepemimpinan, imbalan, dan struktur desain pekerjaan.


(37)

17

3. Variabel psikolgis, meliputi: persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan motivasi.

Menurut Boyatziz dalam Palan (2007:44) kinerja efektif sebagai pencapaian hasil tertentu (spesifik) yang diisyaratkan suatu pekerjaan melalui tindakan tertentu (spesifik) yang sejalan dengan kebijakan, prosedur, dan lingkungan organisasi. Meskipun demikian, keberadaan suatu kompetensi tidaklah menghasilka kinerja. Hanya ketika suatu kompetensi tersebut ditampilkan dalam tindakan barulah menghasilkan kinerja. Boyatziz juga memasukkan pentingnya sebuah organisasi yang kondusif. Lingkungan kondusif lebih lanjut diklasifikasikan sebagai lingkungan yang sesuai tuntutan pekerjaan dan konteks organisasi. Berdasarkan hal tersebut minerja efektif model Boyatziz, mensyaratkan tiga elemen penting yang akan menunjang kinerja, yaitu: (kompetensi individu), (2) fungsi dan tuntutan pekerjaan tersebut, dan (3) lingkungam organisasi. Model Boyatziz tersebut digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1. Model Boyatziz Kinerja efektif Sumber: Palan (2007:44)

Kompetensi Individu

Tuntutan Pekerjaan

Lingkungan Organisasi Tindakan atau perilaku spesifik yang


(38)

Teori ini didukung oleh Simanjutak (2005:10-14) yang menyatakan bahwa kinerja setiap orang dipengaruhi faktor yang dapat digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu: (1) kompetensi individu orang yang bersangkutan, (2) dukungan organisasi, (3) dukungan manajemen. Model tersebut dijabarkan pada gambar 2.2 berikut ini.

Gambar.2.2. Model Kinerja Individu Sumber: Simanjuntak (2005:14)

Gambar di atas menunjukkan bahwa kompetensi individu di pengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kemampuan fdan keterampilan kerja serta motivasi dan etos kerja. Kinerja individu juga tergantung pada dukungan organisasidalam bentuk

KOMPETENSI INDIVIDU

Kemampuan dan keterampilan Motivasi, sikap dan etos kerja

DUKUNGAN MANAJEMEN

Hubungan Industrial Kepemimpinan

KINERJA INDIVIDU

DUKUNGAN ORGANISASI

Struktur Organisasi Teknologi dan Peralatan


(39)

19

pengorganisasian, ketersediaan sarana dan prasarana kerja, teknologi, kenyamanan lingkungan kerja, serta kondisi dan syarat kerja yang ada dalam organisasi. Selain hal tersebut tanpa dukungan manajemen, kinerja individu tidak dapat berjalan dengan baik. Dukungan manajemen sangat dipengaruhi oleh kemampuan manajerial seorang pimpinan, baik dalam membangun sistem kerja dan hubungan yang aman dan harmonis, mengembangkan kompetensi SDM, menumbuhkan motivasi dan memobilsiaso seluruh pegawai secara optimal.

Menurut Palan (2007:25) kinerja merupakan sesuatu yang lebih dari sekedar motivasi dan keterampilan. Selain itu juga kinerja juga dipengaruhi oleh lingkungan organisasi yang melibatkan proses dan sistem. Kurangnya keterampilan biasanya diatasi dengan pengembangan, sementara masalah motivasi dikelolah dengan menciptakan lingkungan kerja yang sesuai. Organisasi menyediakan kepemimpinan yang mendukung, kesempatan pengembangan, ototnomi yang memadai, dan insentif yang dirancang dengan baik untuk memberikan lingkungan yang memotivasi.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat diartikan bahwa kinerja pengawas sekolah sangat dipengaruhi oleh kompetensi yang dimiliki pengawas sekolah, tuntutan pekerjaan atau standar kerja yang jelas serta dukungan organisasi. Kompetensi dimiliki oleh seorang pengawas sekolah yang didapat melalui pendidikan baik pendidikan akademik ataupun melalui pendidikan dan pelatihan (diklat) yang diikuti, selanjutnya akan teruji melalui pemenuhan tuntutan tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Tuntutan pekerjaan yang jelas dan sesuai dengan kompetensi yang dikuasai oleh pengawas sekolah akan memperlancar


(40)

tugas yang harus dijalankan. Kejelasan uraian tugas dapat memudahkan pengawas sekolah untuk bekerja secara optimal, karena dengan kejelasan tugas tersebut apa yang menjadi kewajiban dapat terukur secara jelas sehingga iklim organisasi yang kondusif harus diciptakan oleh para pengambil kebijakan adalah bagaimana menyesuaikan antara tuntutan tugas yang diberikan kepada pekerja dengan output yang harus dihasilkan oleh pengawas sekolah.

2.1.3 Evaluasi Kinerja

Semua organisasi kemungkinan mengevaluasi atau menilai kinerja karyawannya. Penilaian kinerja adalah penilaian tentang prestasi kerja karyawan dan akuntabilitasnya. Pada prinsipnya mencakup berbagai aspek, baik aspek kualitatif maupun aspek kuantitatif. Penilaian kinerja merupakan salah satu fungsi mendasar personalia, kadang-kadang disebut disebut juga evaluasi kinerja (Sofyandi 2008:123).

Menurut Mathis dan Jackson (2002:81), penilaian kinerja adalah proses evaluasi seberapa baik karyawan melakukan pekerjaan mereka ketika dibandingkan dengan dengan satu set standar, dan kemudian mengkomunikasikan dengan karyawan. Sependapat dengan hal tersebut diatas Usman (2006:487) menyatakan bahwa penilaian kinerja merupakan kegiatan untuk menilai keberhasilan atau kegagalan seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu, penilaian kerja harus berpedoman pada ukuran-ukuran yang telah disepakati dalam standar kerja. Masalah pokok untuk melakukan penilaian kinerja adalah menetapkan kriteria atau standarnya. Timpe (1988) dalam Usman (2006:489)


(41)

21

menyatakan bahwa standar kerja dapat dibuat untuk setiap individu berpedoman pada uraian jabatan.

Andrew E. Sikula (1981) dalam Mangkunegara (2001:69) menjelaskan bahwa penliain kinerja pegawai merupakan evaluasi sistematis dari pekerjaan pegawai dan potensi yang dapat dikembangkan. Penilaian adalah proses penaksiran atau menentukan nilai, kualitas atau status dari beberapa objek, orang maupun sesuatu. Dari beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan, evaluasi kinerja merupakan sistem yang digunakan untuk menilai dan mengetahui apakah seseorang karyawan telah melaksanakan pekerjaannya masing-masing secara keseluruhan. Guna menilai kinerja pengawas sekolah hendaknya dibuat pengembangan indikator kinerja, sehingga dalam melakukan evaluasi kinerja harus berpedoman pada ukuran-ukuran dan indikator yang telah ditetapkan.

Agar mempermudah proses evaluasi kinerja perlu dilakukan perencanaan kinerja. Perencanaan kinerja adalah aktifitas analisis untuk menetapkan tingkat pencapaian kinerja yang diinginkan, yang dinyatakan dengan ukuran kerja atau indikator kerja (Akdon 2009:283).

Sejalan dengan pendapat tersebut Hill dan Jones (2009:382-383) mengungkapkan The purpose of strategic control system is to (1) establish standars and targets againts which performance can be measured, (2) create system for measuring and monitoring performance on a reguler basis, (3) compare actual performance againts the established targets, and (4) evaluates results and take corrective action if necessary. Tujuan dari perencanaan kinerja adalah untuk (1) menetapkan standar dan target yang dapat diukur, (2) menciptakan sistem untuk mengukur dan pemantauan kinerja secara reguler, (3) membandingkan kinerja dengan target yang ditetapkan, dan (4) mengevaluasi hasil dan mengambil tindakan korektif yang diperlukan.


(42)

Salah satu pendekatan yang digunakan untuk menentukan kinerja adalah model Balance Scorecard Approach seperti yang dikemukan oleh Hill dan Jones pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.3 A Balance Scorecard Approach Sumber: Hill dan Jones (2009:383)

Model diatas menitikberatkan pada penetapan sasaran strategik, penetapan indikator pencapaiannya dan menentukan strategi untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan oleh organisasi. Penetapan sasaran ini berdasarkan visi, misi dan tujuan organisasi yang telah dibuat sebelumnya, penetapan indikator kinerja serta upaya untuk mencapai sasaran secara detail. Selanjutnya membentuk struktur organisasi dan menggunakan sumber daya untuk mendapatkan keunggulan kompetitif.

Pendapat Hill dan Jones (2009:382) menyatakan bahwa untuk mengevaluasi seberapa baik strategi dan pengorganisasian sumber daya, pimpinan organisasi mengembangkan cara mengukur kinerja spesifik, yaitu:

Menetapkan misi dan tujuan

lembaga

Mengembangkan startegi dan

struktur

Membuat sistem pengendalian strategis untuk mengukur:

- Efisiensi

- Kualitas

- Inovasi

- Tanggapan pelanggan

Pengukuran kinerja


(43)

23

1. Efisiensi, dapat diukur dengan tingkat biaya produksi, produktivitas tenaga kerja (seperti waktu membuat produk), produktivitas modal (pendapatan per dolar diinvestasikan di properti, peralatan pabrik, dan biaya bahan baku). 2. Kualitas, dapat diukur dengan jumlah pengembalian produk cacat dari

pelanggan, dan tingkat keandalan produk dari waktu ke waktu.

3. Inovasi, dapat diukur dengan jumlah roduk baru dalam periode tertentu, berikutnya yang dihasilkan dari produk baru versus kompetisi, dan produktivitas R & D (berapa banyak pengeluaran R & D diperlukan untuk menghasilkan produk yang sukses).

4. Tingkat kepuasaan pelanggan, dapat diukur dengan jumlah pelanggan tetap, tingkat pelanggan tidak puas, tingkat pengiriman tepat waktu kepada pelanggan, dan tingkat pelayanan pelanggan.

Dari uraian diatas menjelaskan bahwa untuk menentukan apakah seorang pengawas sekolah dapat berkinerja dengan baik atau tidak dapat di lihat dari 4 (empat) hal yaitu efisiensi pekerjaan yang dilakukan, kualitas pekerjaan pengawas sekolah, inovasi pengawas sekolah serta tingkat kepuasan pelanggan terhadap pengawas sekolah hasil kerja pengawas sekolah.

2.1.4 Tujuan Evaluasi Kinerja

Tujuan Evaluasi kinerja adalah untuk menjamin pencapaian sasaran dan tujuan organisasi. Evaluasi kinerja dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh rencana kerja telah dilaksanakan dan seberapa jauh tujuan pembinaan kinerja telah dicapai. Evaluasi kerja tersebut harus mampu mengindikasikan masalah-masalah yang dihadapi, semuanya digunakan untuk menyusun rencana kerja (Simanjuntak 2005:108).

Pendapat serupa dikemukakan Akdon (2006:176) menyatakan bahwa tujuan pokok evaluasi kinerja adalah untuk mengetahui secara pasti pencapaian hasil, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan program, selanjutnya guna perbaikan perbaikan pelaksanaan program dimasa yang akan datang.


(44)

Penilaian kinerja merupakan langkah penting dalam melihat kondisi organisasi serta orang-orang yang berada didalamnya, sehingga diperoleh informasi yang penting bagi pengembangan organisasi baik secara individu maupun kelembagaan.

Menurut Ruki (2001:20-21) penilaian prestasi kerja mempunyai tujuan:

1. Meningkatkan prestasi kerja karyawan baik secara individu maupun sebagai kelompok.

2. Mendorong kinerja SDM secara keseluruhan yang direfleksikan dengan kenaikan produktivitas.

3. Merangsang minat dan pengembangan pribadi dengan tujuan meningkatkan hasil dan prestasi kerja.

4. Membantu perusahaan untuk menyusun program pengembangan dan pelatihan karyawan yang lebih tepat guna.

5. Menyediakan alat/sarana untuk membandingkan prestasi kerja pegawai dengan gaji/imbalannya.

6. Memberikan kesempatan kepada pegawai untuk mengeluarkan perasaannya tentang pekerjaan atau hal-hal yang ada kaitannya dengan pekerjaan.

Penilaian kinerja dalam suatu organisasi mutlak diperlukan, karena mendorong peningkatan kualitas organisasi serta semua hal yang terlibat dalam organisasi. Evaluasi kinerja dapat menjadi acuan penting sebagai upaya meningkatkan produktivitas organisasi.

Dari berbagai pendapat di atas tujuan dari evaluasi kinerja adalah untuk mendapatkan informasi yang akurat dan valid berkenaan dengan prestasi pengawas sekolah dalam melaksanakan tupoksinya dalam suatu organisasi. Kemudian hasil tersebut digunakan untuk perbaikan kegiatan yang akan datang. 2.1.5 Pemanfaatan Hasil Evaluasi Kinerja

Hasil evaluasi kerja menggambarkan kondisi atau tingkat pencapaian sasaran, disamping itu evaluasi kinerja memberikan gambaran keunggulan, kelemahan dan


(45)

25

potensi individu yang bersangkutan dengan demikian hasil evaluasi kinerja dapat dimanfaatkan oleh banyak pengguna. Di bawah ini digambarkan pemanfaatan hasil evaluasi kinerja dan sistem pendukung evaluasi kinerja (Simanjuntak, 2005:108-115).

Gambar 2.4 Manfaat Hasil Evaluasi Kinerja dan Sistem Pendukung Evaluasi Kinerja. Sumber: Simanjuntak (2015:115)

Berdasarkan gambar tersebut hasil evaluasi dapat dimanfaatkan untuk beberapa tujuan yaitu:

1. Sistem Promosi dan Mutasi

Promosi dan mutasi merupakan proses kegiatan yang dapat mengembangkan posisi atau status seorang karyawan. Tenaga yang berhasil mencapai kinerja yamng prima, potensial untuk dibebani tanggung jawab yang lebih besar melalui promosi, atau diberi kesempatan untuk memperkaya pengalaman melalui mutasi. Syaidam (2005:549) menyatakan bahwa tujuan mutasi karyawan adalah:(a) menempatkan karyawan yang sesuai dengan kebutuhan

Evaluasi Kinerja Analisis

Jabatan Uraian Jabatan Standar Kinerja Pengukuran

Kinerja

Promosi & Mutasi Kompensasi

Perencanaan Karier Pengembangan


(46)

organisasi, (b) meningkatkan semangat dan kegairahan kerja karyawan, (c) upaya pengembangan karyawan, dan (d) sebagai tindakan preventif dalam upaya mengamankan karyawan dan organisasi.

2. Sistem Pemberian Imbalan atau Kompensasi

Pendapat yang diungkapkan oleh Simanjuntak (2003:110) menyatakan bahwa melalui evaluasi kinerja individu, dapat diketahui siapa yang memberi kontribusi besar dalam pencapaian hasil akhir organisasi atau perusahaan, orang yang berprestasi wajar memperoleh imbalan yang lebih besar.

Mathis dan Jackson (2002:118) menyebutkan imbalan dapat berbentuk intrinsik (internal) atau ekstrinsik (eksternal). Imbalan instrinsik antara lain berbentuk pujian yang didapatkan atas penyelesaian suatu proyek atau berhasil memenuhi beberapa tujuan kinerja. Efek psikologis dan sosial yang lain dari kompensasi juga merupakan gambaran dari jenis imbalan instrinsik. Imbalan ekstrinsik bersifat terukur, memiliki imbalan moneter dan non-moneter. Jenis kompensasi bersifat langsung, imbalan moneter diberikan oleh engusaha berupa gaji pokok dan gaji variabel adalah bentuk paling umum dari kompensasi langsung ini. Kompensansi tidak langsung biasanya terdiri dari tunjangan karyawan.

Gambar 2.5 Komponen Program kompensasi Sumber Mathis dan Jackson (2002:118)

KOMPENSASI LANGSUNG Gaji Pokok Upah Gaji Gaji Variabel Bonus Insentif Kepemilikan saham TIDAK LANGSUNG Tunjangan Asuransi kesehatan Liburan pengganti Dana pensiun Kmpensasi pekerja


(47)

27

Selain itu menurut Sofyandi (2008:159-160) menyatakan bahwa kompensasi merupakan suatu bentuk biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan dengan harapan bahwa perusahaan akan memperoleh imbalan dalam bentuk prestasi kerja.

Kompensasi dikategorikan dalam dua golongan, yaitu: kompensasi langsung (direct compensation) dan kompensasi tidak langsung (indirect compensation). Kompensasi langsung adalah suatu balas jasa yang diberikan perusahaan kepada karyawan karena telah memberikan prestasi demi kepentingan perusahaan. Kompensasi ini diberikan karena berkaitan secara langsung dengan pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan seperti: upah, gaji, insentif atau bonus, dan tunjangan tidak langsung. Kompensasi tidak langsung adalah pemberian kompensasi kepada karyawans sebagai tambahan yang didasarkan kepada kebijakan pimpinan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan karyawan seperti: tunjangan hari raya, tunjangan pensiun,tunjangan kesehatan dan lainnya, termasuk fasilitas-fasilitas dan pelayanan yang diberikan perusahaan.

3. Perencanaan Karier

Perencanaan karier merupakan proses dimana individu karyawan mengidentifikasi dan mengambil langkah-langkah untuk mencapai tujuan kariernya. Setiap orang akan terdorong untuk meningkatkan kinerja bila hal itu membuka peluang untuk meningkatkan kariernya. Perencanaan karier adalah proses sengaja suapaya: (a) menyadari diri sendiri, peluang, kesempatan, kendala, pilihan dan konsekuensi, (b) mengidentifikasi tujuan yang berkaitan dengan karier, dan (c) menyusun program kerja, pendidikan,


(48)

dan yang berhubungan dengan pengalaman yang bersifat pengembangan guna menyediakan arah, waktu, dan urutan langkah untuk meraih karier tertentu (Sofyandi, 2008:149).

4. Pengembangan Sumber Daya Manusia

Pengembngan sumber daya manusia yang ada di dalam suatu organisasi berhubungan dengan usaha-uasah berencana yang diselenggarakan untuk mencapai penguasaan skill, pengethuan dan sikap-sikap pegawai atau anggota organisasi. Selain itu pengembangan merupakan suatu proses pendidikan jangka panjang yang memperguanakan suatu prosedur sistematis dan terorganisir guna mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapka (Mangkunegara, 2001:44).

2.1.6 Sistem Pendukung Evaluasi Kinerja

Simanjuntak (2005:113-115) menyatakan bahwa pelaksanaan evaluasi kinerja perlu didukung oleh beberapa sistem, yaitu:

1. Metode atau cara pengukuran, pelaksanaan, dan waktu pengukuran evaluasi kinerja

2. Standar atau tolak ukur sebagai bahan pembanding atau terhadap mana pencapaian individu, unit kerja, atau pencapaian organisasi dibandingkan. Standar kinerja untuk jabatan yang menghasilkan barang yang bersifat fisik biasanya dengan mudah dapat ditentukan. Namun bagi jabatan yang menghasilkan jasa, kinerja seseorang dapat dibandingkan dengan uraian jabatan. Akdon (2009:169) menyatakan bahwa standar kinerja adalah ukuran tingkat kinerja yang diharapkan tercapai.


(49)

29

3. Uraian Jabatan

Setiap individu harus mempunyai uraian jabatan yang jelas. Uraian jabatan dapat dirumuskan sebagai hasil dari analisis jabatan. Uraian jabatan adalah rincian ihtisar jabatan atau fungsi-fungsi menjadi kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan (Simanjuntak. 2005:46).

4. Analisis Jabatan

Analisis jabatan merupakan suatu proses yang sistematik untuk mengetahui mengenai isi dari suatu jabatan (job content) yang meliputi tugas-tugas, pekerjaan-pekerjaan tanggung jawab, kewenangan dan kondisi kerja, dan mengenai syarat-syarat kualifikasi yang dibutuhkan (job requirements) seperti pendidikan, keahlian, kemampuan, pengalaman kerja, dan lain-lain, agar seseorang dapat menjalankan tugas-tugas dalam suatu jabatan dengan baik (Sofyandi.2008:90).

2.2 Pengawas Sekolah

Pengawas sekolah adalah seseorang yang diberi tugas untuk melakukan pengawasan, pembinaan terhadap kepala sekolah, guru, staf tata usaha dan stakeholder lainnya. Di bawah ini akan di bahas tentang pengertian pengawas sekolah, jenis pengawas sekolah, tugas pokok pengawas sekolah, fungsi pengawas sekolah, kewenangan dan hak pengawas sekolah.

2.2.1 Pengertian Pengawas sekolah

Pengertian pengawas sekolah menurut Permen PAN dan RB Nomor 21 Tahun 2010 adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diberi tugas, tanggung jawab dan


(50)

wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan pengawasan akademik dan manajerial pada satuan pendidikan.

Pandong (2003) dalam Sudjana (2006:6) Pengawas satuan pendidikan/sekolah adalah pejabat fungsional yang berkedudukan sebagai pelaksana teknis untuk melakukan pengawasan pendidikan terhadap sejumlah sekolah tertentu yang ditunjuk/ditetapkan dalam upaya meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar/bimbingan untuk mencapai tujuan pendidikan.

Menurut Sudjana (2011:25) pengawas sekolah adalah guru yang berstatus pegawai negeri sipil yang diangkat dan diberi tugas, tugas dan tanggung jawab dan wewenang oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan pengawasan akademik dan pengawasan manajerial pada satuan pendidikan/sekolah.

Sudjana (2011:26) menjelaskan pengawas sekolah adalah jabatan karier yang hanya diduduki oleh guru yang berstatus pegawai negeri sipil (PNS). Hal ini mengindikasikan bahwa PNS yang bukan guru tidak berhak menduduki jabatan pengawas sekolah, walaupun PNS dari pejabat struktural di lingkungan dinas pendidikan. Syarat minimal untuk menjadi pengawas satuan pendidikan meliputi: (1) berstatus guru kurangnya 8 tahun atau kepala sekolah sekurang-kurangnya 4 tahun pada jenjang pendidikan yang sesuai dengan satuan pendidikan yang diawasi, (2) memiliki sertifikat pendidikan fungsional sebagai pengawas satuan pendidikan, (3) lulus seleksi sebagai pengawas satuan pendidikan, (4) usia paling tinggi ketika diangkat menjadi pengawas sekolah 50 tahun, (5) pendidikan terkahir untuk pengawas sekolah menengah adalah magister (S2), (6) status golongan/ruang PNS minimal III/c.


(51)

31

2.2.2 Jenis Pengawas Sekolah

Berdasarkan sifat tugas, dan kegiatannya bidang pengawasan yang dilakukan oleh pengawas sekolah seperti yang tertuang dalam Buku Kerja Pengawas Sekolah (Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan BPSDMP & PMP Kementerian Pendidikan Nasional Tahun 2011) terdapat 5 jenis pengawas sekolah antara lain: 1. Pengawas Taman Kanak-Kanak, adalah pengawas sekolah yang mempunyai

tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh dalam melaksanakan tugas pengawasan pada pendidikan usia dini formal baik negeri maupun swasta dalam jenis penyelenggaraan dan pengembangan program pembelajaran di taman kanak-kanak.

2. Pengawas Sekolah Dasar, adalah pengawas sekolah yang mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh dalam melaksanakan tugas penagawasan pada sejumlah sekolah baik negeri maupun swasta baik pengelolaan sekolah maupun seluruh mata pelajaran sekolah dasar kecuali mata pelajaran pendidikan agama dan pendidikan jasmani dan kesehatan. 3. Pengawas mata pelajaran/rumpun mata pelajaran, adalah pengawas sekolah

yang mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh dalam melaksanakan tugas pengawasan mata pelajaran atau rumpun mata pelajaran atau rumpun mata tertentu pada sejumlah sekolah baik negeri maupun swasta.

4. Pengawas pendidikan luar biasa, adalah pengawas sekolah yang mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh dalam melaksanakan tugas pengawasan pada sejumlah sekolah baik negeri maupun


(52)

swasta pada sekolah luar biasa di lingkungan Kementerian Pendidikan Nasional untuk seluruh mata pelajaran.

5. Pengawas bimbingan dan konseling, adalah pengawas sekolah yang mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh dalam melaksanakan tugas pengawasan pada sejumlah sekolah baik negeri maupun swasta pada kegiatan bimbingan dan konseling

2.2.3 Tugas Pokok Pengawas Sekolah

Tugas pokok pengawas sekolah adalah melakukan penilaian dan pembinaan dengan melaksanakan fungsi-fungsi supervisi, baik supervisi akademik maupun supervisi manajerial. Berdasarkan tugas pokok dan fungsi di atas minimal ada tiga kegiatan yang harus dilaksanakan pengawas yakni:

1. Melakukan pembinaan pengembangan kualitas sekolah, kinerja kepala sekolah, kinerja guru, dan kinerja seluruh staf sekolah,

2. Melakukan evaluasi dan monitoring pelaksanaan program sekolah beserta pengembangannya,

3. Melakukan penilaian terhadap proses dan hasil program pengembangan sekolah secara kolaboratif dengan stakeholder sekolah. (Sudjana, 2006:16) Tugas pokok yang pertama merujuk pada supervisi atau pengawasan manajerial sedangkan tugas pokok yang kedua merujuk pada supervisi atau pengawasan akademik. Pengawasan manajerial pada dasarnya memberikan pembinaan, penilaian dan bantuan/bimbingan mulai dari rencana program, proses, sampai dengan hasil. Bimbingan dan bantuan diberikan kepada kepala sekolah dan seluruh staf sekolah dalam pengelolaan sekolah atau penyelenggaraan pendidikan


(53)

33

di sekolah untuk meningkatkan kinerja sekolah. Pengawasan akademik berkaitan dengan membina dan membantu guru dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran/bimbingan dan kualitas hasil belajar siswa.

Berdasarkan kedua tugas pokok di atas maka kegiatan yang dilakukan oleh pengawas antara lain:

1. Menyusun program kerja kepengawasan untuk setiap semester dan setiap tahunnya pada sekolah yang dibinanya.

2. Melaksanakan penilaian, pengolahan dan analisis data hasil belajar/bimbingan siswa dan kemampuan guru.

3. Mengumpulkan dan mengolah data sumber daya pendidikan, proses pembelajaran/bimbingan, lingkungan sekolah yang berpengaruh terhadap perkembangan hasil belajar/bimbingan siswa.

4. Melaksanakan analisis komprehensif hasil analisis berbagai faktor sumber daya pendidikan sebagai bahan untuk melakukan inovasi sekolah.

5. Memberikan arahan, bantuan dan bimbingan kepada guru tentang proses pembelajaran/bimbingan yang bermutu untuk meningkatkan mutu proses dan hasil belajar/ bimbingan siswa.

6. Melaksanakan penilaian dan monitoring penyelenggaran pendidikan di sekolah binaannya mulai dari penerimaan siswa baru, pelaksanaan pembelajaran, pelaksanaan ujian sampai kepada pelepasan lulusan/pemberian ijazah.

7. Menyusun laporan hasil pengawasan di sekolah binaannya dan melaporkannya kepada Dinas Pendidikan, Komite Sekolah dan stakeholder lainnya.


(54)

8. Melaksanakan penilaian hasil pengawasan seluruh sekolah sebagai bahan kajian untuk menetapkan program kepengawasan semester berikutnya. 9. Memberikan bahan penilaian kepada sekolah dalam rangka akreditasi

sekolah.

10. Memberikan saran dan pertimbangan kepada pihak sekolah dalam memecahkan masalah yang dihadapi sekolah berkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan. (Sudjana, 2006:17-18)

2.2.4 Fungsi Pengawas Sekolah

Menurut Sudjana (2011:28) mengungkapkan lingkup pelaksanaan tugas pokok pengawas sekolah adalah melaksanakan fungsi supervisi akademik dan supervisi manajerial ke sekolah-sekolah binaannya antara lain: (1) menyusun program pengawasan/supervisi baik akademik maupun manajerial, (2) melaksanakan program yang telah disusun baik supervisi akademik maupun manajerial, (3) mengevaluasi pelaksanaan program untuk diketahui keberhasilan dan kegagalannya, (4) melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesional guru berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan pengawasan, atau yang disebut pembinaan, (5) menyusun pelaporan pelaksanaan rogram pengawasan/supervisi baik akademik maupun manajerial.

Sasaran supervisi akademik antara lain membantu guru dalam: (1) merencanakan kegiatan pembelajaran dan atau bimbingan, (2) melaksanakan kegiatan pembelajaran/ bimbingan, (3) menilai proses dan hasil pembelajaran/ bimbingan, (4) memanfaatkan hasil penilaian untuk peningkatan layanan pem-belajaran/bimbingan, (5) memberikan umpan balik secara tepat dan teratur dan


(55)

35

terus menerus pada peserta didik, (6) melayani peserta didik yang mengalami kesulitan belajar, (7) memberikan bimbingan belajar pada peserta didik, (8) menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan, (9) mengembangkan dan memanfaatkan alat Bantu dan media pembelajaran dan atau bimbingan, (10) memanfaatkan sumber-sumber belajar, (11) mengembangkan interaksi pembelajaran/bimbingan (metode, strategi, teknik, model, pendekatan) yang tepat dan berdaya guna, (12) melakukan penelitian praktis bagi perbaikan pembelajaran/bimbingan, dan (13) mengembangkan inovasi pembelajaran/bimbingan.

Dalam melaksanakan fungsi supervisi akademik seperti di atas, pengawas hendaknya berperan sebagai:

1. Mitra guru dalam meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran dan bimbingan di sekolah binaannya

2. Inovator dan pelopor dalam mengembangkan inovasi pembelajaran dan bimbingan di sekolah binaannya

3. Konsultan pendidikan di sekolah binaannya

4. Konselor bagi kepala sekolah, guru dan seluruh staf sekolah

5. Motivator untuk meningkatkan kinerja semua staf sekolah (Sudjana, 2006:21)

Supervisi manajerial adalah fungsi supervisi yang berkenaan dengan aspek pengelolaan sekolah yang terkait langsung dengan peningkatan efisiensi dan efektivitas sekolah yang mencakup: (1) perencanaan, (2) koordinasi, (3) pelaksanaan, (3) penilaian, (5) pengembangan kompetensi SDM kependidikan


(56)

dan sumberdaya lainnya. Sasaran supervisi manajerial adalah membantu kepala sekolah dan staf sekolah lainnya dalam mengelola administrasi pendidikan seperti: (1) administrasi kurikulum, (2) administrasi keuangan, (3) administrasi sarana prasarana/perlengkapan, (4) administrasi personal atau ketenagaan, (5) administrasi kesiswaan, (6) administrasi hubungan sekolah dan masyarakat, (7) administrasi budaya dan lingkungan sekolah, serta (8) aspek-aspek administrasi lainnya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Dalam melaksanakan fungsi supervisi manajerial, pengawas hendaknya berperan sebagai:

1. Kolaborator dan negosiator dalam proses perencanaan, koordinasi, pengembangan manajemen sekolah,

2. Asesor dalam mengidentifikasi kelemahan dan menganalisis potensi sekolah binaannya

3. Pusat informasi pengembangan mutu pendidikan di sekolah binaannya 4. Evaluator/judgement terhadap pemaknaan hasil pengawasan. (Sudjana,

2006:22)

2.2.5 Kewenangan dan Hak Pengawas Sekolah

Berdasarkan tugas dan kewajiban, maka pengawas sekolah memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan tugas pokok dan kewajiban sesuai dengan yang diberikan dan dibebankan kepadanya. Ini berarti tanggung jawab pengawas sekolah adalah tercapainya mutu pendidikan di sekolah binaannya. Agar pengawas sekolah dapat menjalankan tugas, kewajiban dan tanggung jawabnya maka pengawas sekolah harus memiliki kewenangan. Kewenangan yang diberikan kepada pengawas sekolah menurut Aqib dan Rohmanto (2008:209)


(57)

37

antara lain: 1) memilih dan menentukan metode kerja untuk mencapai hasil yang optimal dalam melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kode etik profesi, 2) menetapkan kinerja guru dan tenaga lain yang diawasi serta faktor-faktor yang mempengaruhinya, 3) menetapkan dan atau mengusulkan program pembinaan secara langsung.

Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pengawas sekolah/satuan pendidikan, setiap pengawas memiliki kewenangan dan hak-hak yang melekat pada jabatannya. Beberapa kewenangan yang ada pada pengawas adalah kewenangan untuk:

1. Bersama pihak sekolah yang dibinanya, menentukan program peningkatan mutu pendidikan di sekolah binaannya.

2. Menyusun program kerja/agenda kerja kepengawasan pada sekolah binaannya dan membicarakannya dengan kepala sekolah yang bersangkutan, 3. Menentukan metode kerja untuk pencapaian hasil optimal berdasarkan

program kerja yang telah disusun.

4. Menetapkan kinerja sekolah, kepala sekolah dan guru serta tenaga kependidikan guna peningkatan kualitas diri dan layanan pengawas. (Sudjana, 2006: 22-23)

Hak yang seharusnya diperoleh pengawas sekolah yang profesional adalah : 1. Menerima gaji sebagai pegawai negeri sipil sesuai dengan pangkat dan

golongannya,

2. Memperoleh tunjangan fungsional sesuai dengan jabatan pengawas yang dimilikinya,


(58)

3. Memperoleh biaya operasional/rutin untuk melaksanakan tugas-tugas kepengawasan seperti; transportasi, akomodasi dan biaya untuk kegiatan kepengawasan.

4. Memperoleh tunjangan profesi pengawas setelah memiliki sertifikasi pengawas.

5. Menerima subsidi dan insentif untuk menunjang pelaksanaan tugas dan pengembangan profesi pengawas.

6. Memperoleh tunjangan khusus bagi pengawas yang bertugas di daerah terpencil, rawan kerusuhan dan atau daerah bencana alam. (Sudjana, 2006: 22-23)

2.3 Kerangka Pikir

Berdasarkan teori-teori yang telah disampaikan, peneliti mengasumsikan bahwa kinerja pengawas sekolahakan baik jika ditunjang dengan kompetensi individu, dukungan manajemen, dan dukungan organisasi. Kompetensi pengawas sekolah akan teruji melalui pemenuhan tuntutan tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Tuntutan pekerjan yang jelas dan sesuai dengan kompetensi yang dikuasai oleh pengawas sekolah akan memperlancar tugas yang telah dibebankan. Dukungan manajemen dalam bentuk kebijakan juga akan mempengaruhi kinerja kinerja pengawas sekolah. Penentuan uraian tugas dapat memudahkan pengawas sekolah untuk berkinerja secara optimal. Selanjutnya kinerja pengawas sekolah akan terukur dengan adanya standar kinerja yang jelas seperti ditentukan oleh organisasi berdasarkan apa yang telah dilakukan. Penentuan uraian tugas berdasarkan misi dan tujuan yang dicapai oleh Dinas Pendidikan Kebudayaan


(59)

39

Pemuda dan Olahraga (Disdikbudpora) dan Pemerintah Kota (Pemkot) Metro dengan kejelasan tugas tersebut apa yang menjadi kewajiban dapat terukur secara jelas. Demi mendukung pencapaian visi dan misi Disdikbudpora dan Pemkot Metro berbagai upaya harus ditempuh oleh Disdikbudpora dan Pemkot Metro untuk meningkatkan kinerja anggota organisasi yang berada di dalamnya. Selain itu iklim organisasi yang kondusif akan mendukung kinerja pengawas sekolah. Kerangka pikir digambarkan sebagai berikut.

Gambar 2.6 Kerangka Pikir Penelitian

INPUT OUTPUT

PROSES - Kebijakan - Sumber Daya Pengawas Sekolah

- Pelaksanaan kegiatan pengawasan dan pembinaan oleh pengawas sekolah - Kinerja pengawas

sekolah dalam rangka penjaminan mutu pendidikan

- Faktor pendukung dan penghambat yang mempengaruhi kinerja pengawas sekolah - Upaya-upaya pengembangan dalam meningkatkan kompetensi pengawas sekolah

- Harapan terhadap peranan pengawas sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan Peningkatan kinerja pengawas sekolah


(60)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Rancangan Penelitian

3.1.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan teori fenomenologi. Frnomenologi pada dasarnya berpandangan bahwa apa yang tampak di permukaan, termasuk pola perilaku sehari-hari hanyalah suatu gejala

atau fenomena dari apa yang tersembunyi di “kepala” sang pelaku. Perilaku apa

pun yang tampak di tingkat permukaan baru bisa dipahami atau dijelaskan manakala bisa mengungkap atau membongkar apa yang tersembunyi dalam dunia kesabaran atau dunia pengetahuan si manusia pelaku (Burhan Bungin, 2008:9). Dalam pandangan fenomenologis peneliti berusaha untuk memahami arti peristiwa dan kaitannya terhadap orang-orang yang biasa dalam situasi tertentu.(Moleong, 2004:9).

Ciri-ciri penelitian kualitatif adalah: (1) mempunyai latar belakang alami, (2) peneliti merupakan instrumen utama dalam usaha pengumpulan data, (3) analisis data secara induktif, (4) bersifat deskriptif, (5) lebih mementingkan proses dari pada hasil, (6) ada batas yang ditentukan oleh fokus, (7) menggunakan teori dasar,


(61)

41

(8) ada kriteri khusus untuk keabsahan data, (9) desain bersifat sementara, (10) hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama (Moleong, 2004:4-8).

Erickson dalam Susan Stainback (2003) diungkapkan kembali oleh Sugiyono (2011:22) menyatakan bahwa ciri-ciri penelitian kualitatif adalah sebagai berikut: 1. Intesive, long term participation in field setting

2. Careful recordinfg of what happens in the setting by writing field notes and interview notes by collecting other kinds of documentary evidance

3. Analytic reflection on the documentary records obtained in the field

4. Reporting the result by means of detailed dscriptions, direct quotes from interview, and interpretative commentary

Penelitian ini diperlukan pengamatan secara mendalam dan menyeluruh, dan data yang diungkap bukan berupa angka-angka tetapi berupa kata-kata dan dokumen. Penggunaan teori fenomenologis dalam penelitian ini dimaksudkan untuk dapat mengungkapkan fenomena dan peneliti akan berupaya menemukan peristiwa-peristiwa yang dapat dipahami peneliti dan berbagai pendapat dan isu yang ada, dan fenomena-fenomena yang nampak pada obyek penelitian ini yaitu untuk mengetahui kinerja pengawas sekolah dasar pada Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda dan Olahraga (Dikbudpora) Kota Metro.

3.1.2 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian dalam penelitian ini menggunakan studi kasus dengan desain studi kasus tunggal (single-case-studies). Rancangan studi kasus dipilih dengan tujuan untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan how dan why dalam mengetahui kinerja pengawas sekolah dasar di kota Metro. Yin (2009) yang menyatakan secara umum, studi kasus merupakan strategi yang cocok bila pokok pernyataan suatu penelitian berkenaan dengan pertanyaan how dan why, bila


(62)

peneliti hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan diteliti, dan bila penelitiannya berfokus pada fenomena masa kini (kontemporer) di dalam kehidupan nyata.

3.2 Fokus Penelitian

Masalah dalam penelitian kualitatif dinamakan fokus. Adapun maksud dalam merumuskan masalah penelitian dengan jalan memanfaatkan fokus yaitu pertama, penetapan fokus dapat membatasi studi; kedua, penetapan fokus berfungsi untuk memenuhui inklusi-inklusi atau kriteria masuk-keluar (inclusion-exlusion criteria) atau informasi baru yang diperoleh di lapangan sebagaimana dikemukakan Moleong (2004:93-94). Dalam metode kualitatif, fokus penelitian berguna untuk membatasi bidang inquiry. Tanpa adanya fokus penelitian, peneliti akan terjebak oleh banyaknya data yang diperoleh dilapangan. Oleh karena itu fokus penelitian akan berperan sangat penting dalam memandang dan mengarahkan penelitian. Fokus penelitian dalam penelitian ini sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian yaitu mencoba menjawab pertanyaan:

1. Bagaimanakah pelaksanaan kegiatan pengawasan dan pembinaan oleh pengawas sekolah?

2. Bagaimanakah kinerja pengawas sekolah dalam rangka penjaminan mutu pendidikan?

3. Apakah faktor pendukung dan penghambat yang mempengaruhi kinerja pengawas sekolah ?

4. Bagaimanakah upaya-upaya pengembangan dalam meningkatkan kompetensi pengawas sekolah


(1)

130

kinerja pengawas sekolah di masing-masing kabupaten dalam upaya penjaminan mutu pendidikan.

5.2.2 Saran Praktis

1. Pengawas sekolah hendaknya dalam melaksanakan kegiatan kunjungan kelas dapat memberikan contoh bagaimana suatu proses belajar mengajar yang efektif dengan bertindak sebagai guru yang melaksanakan proses belajar mengajar untuk materi tertentu di depan kelas dengan tujuan agar guru yang diawasi dapat memperhatikan model pembelajaran yang baik. 2. Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda dan Olahraga sebagai organisasi

hendaknya mengupayakan agar pengawas sekolah meningkatkan kompetensinya selain kompetensi akademik dan kompetensi manajerial. Selain itu demi mencapai tujuan yang telah ditetapkan hendaknya membuat peraturan dan panduan yang dapat menjadi pedoman bagi pengawas sekolah dalam melaksanakan tupoksinya.

3. Pengawas sekolah hendaknya dapat meningkatkan kompetensinya selain kompetensi akademik dan kompetensi manajerial sehingga dapat menunjang dan meningkatkan kinerjanya dalam melaksanakan pembinaan demi meningkatkan mutu pendidikan di sekolah khususnya Kota Metro

4. Pengawas sekolah hendaknya dapat meminimalisir yang menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan pembinaan terhadap kepala sekolah, guru, dan stakeholder lainnya sehingga dapat meningkatkan kinerjanya.

5. Dalam upaya meningkatkan kompetensi pengawas sekolah hendaknya Pemerintah Kota Metro yang menaungi Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda dan Olahraga dapat mengalokasikan anggaran melalui APBD ke


(2)

131

Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda dan Olahraga dalam upaya meningkatkan kompetensi pengawas sekolah untuk meningkatkan kinerjanya, dalam rangka penjaminan mutu pendidikan di sekolah khususnya Kota Metro.

6. Pengawas sekolah hendaknya dalam pelaksanaan pembinaan dan kunjungan kelas frekuensi kunjungan ke sekolah lebih diperbanyak lagi, sehingga dengan adanya masukan dan saran semua masalah dan kendala yang dihadapi oleh para guru dan tata usaha dapat teratasi, serta pengawas sekolah diharapkan dapat menjembatani untuk mengusulkan pengangkatan staf tata usaha di sekolah dasar, karena selama ini di sekolah dasar untuk pekerjaan administrasi surat menyurat dan kerjaan tata usaha lainnya dikerjakan oleh guru merangkap sebagai staf tata usaha yang umumnya masih tenaga honorer.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Akdon. 2009. Startegik Management For Educational Management. Bandung .Alfabeta.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-Dasar Supervisi. Jakarta. Rineka Cipta

Aqib, Zainal .2009. Standar Pengawas Sekolah/Maadrasah. CV Yrama Widya. Bandung

Aqib, Zainal dan Elham Rohmanto. 2008 . Membangun Professionalisme Guru

dan Pengawas Sekolah. Bandung. CV. Yrama Widya

Bungin, Burhan. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Pertama. Jakarta. Kencana Prenada Media Group

Badan PSDMPK dan PMP. “Memetakan Kompetensi Guru”.Majalah Guru,Edisi 1, April 2012,h.9

Depdiknas. 2007. Panduan Persiapan Akreditasi SMP. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pembinaan SMP

Dharma Surya. 2008. Peningkatan Mutu dan Kesejahteraan Pengawas sekolah. Jakarta. Dirjen PMPTK, Depdiknas .

Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal PMPTK. 2008. Monitoring

Pelaksanaan Standar Nasional Pendidikan Dan Akreditasi Sekolah.

Departemen Pendidikan Nasional

Hamrin. 2011. Sukses Menjadi Pengawas Sekolah: Tips dan Strategi Jitu

Melaksanakan Tugas. Yogyakarta: samudra Biru.

Hill, C.W.L and Jones, G.R. 2009. Theory of Strategic Management With Cases. Eighth Edition. South Western. Cangage Learning.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Provinsi Lampung. 2012. Profil PTK dan Satuan Pendidikan Kota Metro. Lampung

Lincoln, Y.S. dan Guba,E.G. 1985. Naturalistic Inquiri Beverly Hill. Sage Publication.


(4)

Mangkunegara, A.P.2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Buku 1 dan 2. Jakarta. PT Salemba Empat

, 2005. Evaluasi Kinerja SDM, Refika Aditama, Bandung. Mathis, R.L dan Jackson, J.H.2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Buku 1

dan 2.Jakarta.PT Salemba Empat.

Miles,BM., & Huberman, A.M. 1992. Analisis Kualitatif. Penerjemah Rohadi, R.T. Jakarta. Universitas Indonesia

Moleong, J, Lexy. 2004. Metode Penelitian Kualitatif.Remaja. Rosdakarya. Bandung.

Muliani. 2012. Masalah Pendidikan di Indonesia. http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2012/03/01-Masalah-pendidikan-di-indonesia. Diakses30 Maret 2012

Napitupulu, E.L. 2012. Kinerja Pengawas Sekolah Dikeluhkan.

http://edukasi.kompas.com/read/2012/05/05/13370282/Kinerja.Pengawas. Sekolah.Dikeluhkan. Diakses 5 Mei 2012

Palan. 2007. Competency Management, Teknik Mengimplementasikan Managemen SDM Berbasis Kompetensi Untuk Meningkatkan Daya Saing

Organisasi.Jakarta.Penerbit PPM.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, Tentang Standar Nasional

Pendidikan. Jakarta

. Nomor 101 Tahun 2000, Tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan

Pegawai Negeri Sipil.Jakarta

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 Tahun 2009, Tentang Sistem

Penjaminan Mutu Pendidikan. Jakarta

. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007,

Tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah.Jakarta

Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Nomor 21 Tahun 2010, Tentang Jabatan Fungsional Pengawas

Sekolah Dan Angka Kreditnya. Jakarta

Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 118 Tahun 1996, Tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah Dan Angka

Kreditnya. Jakarta

Peraturan Daerah Kota Metro Nomor 07 Tahun 2008, Tentang Pembentukan

Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Mretro.


(5)

PPPPTK PKn dan IPS. “Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan melalui

Pemberdayaan Pengawas Sekolah”. Buletin Mipsos, Volume 1 Nomor 09

Juni 2011, h2

Purwanto Ngalim M.2012. Administrasi dan Supervisi Pendidikan.Bandung.PT Remaja Rosda Karya

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,Depdikbud.1999. Kamus Besar

Bahasa Indonesia.Jakarta.

Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan Badan PSDMPK dan PMP Kementerian Pendidikan Nasional. 2011. Buku Kerja Pengawas Sekolah. Ruky, A. 2006. Sistem Manajemen Kinerja, Panduan Praktis untuk Merancang

dan Meraih Kinerja Prima.Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama

Sabri, A. 2005, Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching, Quantum Teaching, Jakarta

Sedarmayanti, 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia, Bandung , PT. Refika Aditama.

Siagian, Sondang P. 2002. Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta. Rineka Jaya. Sinamora, H. 2000 .Manajemen Sumber Daya Manusia.Yogyakarta.STIE YKPN Simanjuntak, P. 2005. Manajemen dan Evaluasi Kinerja. Jakarta. Lembaga

Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Sofyandi H. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia.Yogyakarta. Graha Ilmu Soehartono, I. 2002. Metode Penelitian SosialSuatu Teknik Penelitian Bidang

Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnnya. Penerbit PT. Remaja

Rosdakarya. Bandung

Sowiyah. 2005. Manajemen Pelatihan Peningkatan Kompetensi Guru. Disertasi (tidak dipublikasikan). Universitas Negeri Malang. Program Pascasarjana Soekidjo Notoatmojo. 2009. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta:

RienekaCipta.

Steers, M Richard. (1985). Efektivitas Organisasi. Jakarta: Erlangga

Suharsaputra,H. 2010. Administrasi Pendidikan. Bandung.Refika Aditama

Sudjana, Nana. 2008. Kompetensi Pengawas Sekolah; Dimensi Dan Indikator. Bekasi:Binamitra Publishing.

.2011. Supervisi Pendidikan, Konsep dan Aplikasinya Bagi Pengawas


(6)

Sudjana, dkk.2006.Standar Mutu Pengawas.2006.Depdiknas Ditjen PMPTK Direktorat Tenaga Kependidikan. Jakarta.

Suprijanto.2008.Pendidikan Orang Dewasa, Dari Teori Hingga Aplikasi.Bumi Aksara.Jakarta

Syaidam, G.2005. Manajemen Sumber Daya Manusia; Suatu Pendekatan

Mikro.Jakarta.Djambatan

Sugiyono. 2011. Statistika Untuk Penelitian. Penerbit Alfabeta. Bandung.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan

Nasional.Jakarta

.Nomor 32 Tahun 2004, Tentang Pemerintahan Daerah. Jakarta

Usman,H.2009. Management: Teori, Praktek, dan Riset Pendidikan.Jakarta. Bumi Aksara

Winardi, 2001, Motivasi & Pemotivasian Dalam Manajemen, Jakarta , PT Rajagrafindo Persada.


Dokumen yang terkait

TARIFF RATIONALIZATION RETRIBUTION THE POTENTIAL IN THE METRO CITY

0 6 1

TARIFF RATIONALIZATION RETRIBUTION THE POTENTIAL IN THE METRO CITY

0 6 1

A STUDY ON THE VALUE ADDED TAX IN METRO CITY TAX OFFICE 2003-2008

0 3 16

THE INFLUENCE OF STRUCTURAL OFFICER PERCEPTION ON OCCUPATIONAL CHANGES TO THE OFFICER’S PERFORMANCE IN METRO MUNICIPAL GOVERNMENT

0 19 180

THE INFLUENCE BETWEEN PRINCIPAL LEADERSHIP AND QUALITY ASSURANCE TOWARD TEACHERS PERFORMANCE ON PUBLIC ELEMENTARY SCHOOLS IN SOUTH TELUK BETUNG DISTRICT BANDAR LAMPUNG PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN PENJAMINAN MUTU TERHADAP KINERJA GURU SD NEGER

0 11 109

ANALYSIS OF THE POTENTIAL TAX AS LOCAL REVENUE SOURCES IN THE CITY METRO

2 24 95

VISION AND MISSION METRO CITY AS CITY OF EDUCATION (STUDY EVALUATION ABOUT DEVELOPMENT PROGRAM OF AN INTEREST FOR READING THROUGH SUBDISTRICT LIBRARY OR SMART HOUSE IN WEST OF METRO SUBDISTRICT) VISI DAN MISI KOTA METRO SEBAGAI KOTA PENDIDIKAN (STUDI EVAL

0 14 105

JUDUL INDONESIA: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA METRO\ JUDUL INGGRIS: IMPLEMENTATION OF INCLUSIVE EDUCATION IN METRO CITY

1 56 92

PERFORMANCE OF PRIMARY SCHOOL SUPERVISORS IN EDUCATION QUALITY ASSURANCE SYSTEM IN THE METRO CITY (CASE STUDY ON THREE PRIMARY SCHOOLS IN THE METRO CITY) KINERJA PENGAWAS SEKOLAH DASAR DALAM SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DI KOTA METRO (STUDI KASUS PAD

0 7 85

STANDARISASI PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DASAR MENENGAH ISLAM DI INDONESIA STANDARD OF QUALITY ASSURANCE OF BASIC ISLAMIC SECONDARY IN INDONESIA

0 0 14