lxix penyidikan dan penuntutan. Perbuatan mana diatur dan diancam
pidana dalam Pasal 42 ayat 2 huruf a dan b jis, Pasal 7 huruf b, Pasal 9 huruf f dan Pasal 39 Undang-Undang Nomor 26 Tahun
2000 Tentang Pelanggaran Hak Asasi Manusia.
4. TUNTUTAN
Mahkamah Agung membacakan tuntutan pidana Jaksa atau Penuntut Umum Ad Hoc pada Kejaksaan Agung Republik Indonesia tanggal 16
Juni 2005 sebagai berikut : 1. Menyatakan terdakwa Kombes Polisi Drs. DAUD SIHOMBING, SH.
Terbukti secara sah dan menyakinkan menurut hukum bersalah melakukan tindak pidana pelanggaran HAM yang berat sebagaimana
tersebut dalam dakwaan; Kesatu
Pasal 42 ayat 2 huruf a dan b jis, Pasal 7 huruf b, jis Pasal 9 huruf a dan Pasal 37 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 Tentang
Pengadilan Hak Asasi Manusia; Kedua
Pasal 42 ayat 2 huruf a dan b jis, Pasal 7 huruf b, Pasal 9 huruf f dan Pasal 37 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 Tentang Pengadilan
Hak Asasi Manusia; Ketiga
Pasal 42 ayat 2 huruf a dan b jis, Pasal 7 huruf b, Pasal 9 huruf f dan Pasal 37 undang-undang nomor 26 tahun 2000 tentang pengadilan hak
asasi manusia; 2. Menghukum terdakwa Kombes Pol. Drs. Daud Sihombing, SH. Oleh
karena itu dengan pidana penjara selama 10 sepuluh tahun penjara; 3. Menetapkan barang bukti: barang bukti berupa Medical Record visum
et repertum tetap dilampirkan dalam berkas;
lxx 4. Menghukum Terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar Rp
5.000,- 5. AMAR PUTUSAN PENGADILAN HAM AD HOC
Membaca Putusan pengadilan hak asasi manusia Ad Hoc pada Pengadilan Negeri Makassar Nomor 02PID.HAMABEPURA2004PN.Mks. tanggal
9 September 2005 yang amar putusannya sebagai berikut : 1. Menyatakan bahwa terdakwa Kombes Pol. Drs. Daud Sihombing, SH.
Tidak terbukti secara sah dan menyakinkan bersalah melakukan tindak pidana pelanggaran hak asasi manusia yang berat berupa kejahatan
terhadap kemanusiaan seperti yang didakwakan baik dalam dakwaan kesatu, maupun dakwaan kedua dan dakwaan ketiga;
2. Membebaskan terdakwa Kombes Pol. Drs. Daud Sihombing, SH. Oleh karena itu dakwaan-dakwaan tersebut;
3. Memulihkan hak terdakwa dalam kemampuan, kedudukan dan harkat serta martabatnya;
4. Menyatakan bahwa barang bukti berupa surat-surat Medical Record visum et repertum tetap terlampir dalam berkas perkara;
5. Menyatakan bahwa barang bukti senjata tajam berupa busur, panah, parang, kampak dan tombak yang disita oleh polres jayapura
dinyatakan dikembalikan kepada Polres Jayapura untuk digunakan dalam perkara lain;
6. Membebankan biaya yang timbul dari perkara ini kepada negara. Mengingat akan akta tentang permohonan kasasi No.41Akta
Pid2005PN.Mks yang dibuat oleh Panitera pada Pengadilan Negeri Makassar yang menerangkan, bahwa pada tanggal 21 September 2005
Jaksa atau Penuntut Umum Ad Hoc pada Kejaksaan Agung Republik Indonesia telah mengajukan permohonan kasasi terhadap putusan
Pengadilan Negeri tersebut : Memperhatikan memori kasasi bertanggal 30 September 2005 dari
Jaksa atau Penuntut Umum Ad Hoc sebagai Pemohon Kasasi yang
lxxi diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Makassar pada tanggal 4
Oktober 2005; Membaca surat –surat yang bersangkutan :
Menimbang, bahwa putusan Pengadilan Negeri tersebut telah diberitahukan kepada Pemohon Kasasi Jaksa Penuntut Umum Ad Hoc
pada tanggal 9 September 2005 dan Pemohon Kasasi atau Jaksa atau Penuntut Umum mengajukan permohonan kasasi pada tanggal 21
September 2005 serta memori kasasinya telah diterima Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada tanggal 4 Oktober 2005, dengan
demikian permohonan kasasi beserta alasan-alasannya telah diajukan dalam tenggang waktu dan dengan cara menurut undang-undang;
Menimbang, bahwa Pasal 244 KUHAP Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana menentukan bahwa terhadap putusan perkara
pidana yang diberikan pada tingkat terakhir oleh pengadialn lain, selain dari pada Mahkamah Agung, terdakwa atau Penuntut Umum
dapat mengajukan permintaan kasasi kepada Mahkamah Agung kecuali terhadap putusan bebas;
Menimbang, bahwa akan tetapi mahkamah agung berpendapat bahwa selaku badan peradilam tertinggi yang mempuntai tugas untuk
membina dan menjaga agar semua hukum dan undang-undang diseluruh wilayah negara diterapkan secara tepat dan adil, Mahkamah
Agung wajib memeriksa apabila ada pihak yang mengajukan permohonan kasasi terhadap putusan pengadilan bawahannya yang
menbebaskan terdakwa yaitu guna memtukan sudah tepat dan adilkah putusan pengadilan bawahannya itu;
6. ALASAN PENGAJUAN KASASI OLEH PENUNTUT UMUM AD HOC