Uji Hipotesis dan Analisis Data

stasioneritas dikarenakan data ekonomi yang berbentuk time series umumnya memiliki akar unit atau memiliki trend yang tidak stasioner. Menurut Winarno 2015, ada dua syarat yang harus dipenuhi agar data dapat dikatakan stasioner, pertama apabila data tersebut sepanjang waktu memiliki rata-rata kovarian yang konstan. Kedua, kovarian dua data yang runtut waktu tergantung pada kelambanan antara dua periode tersebut. Uji stasioner data di dalam penelitian ini menggunakan uji ADF augmented dickey fuller pada derajat yang sama yaitu pada tingkat level atau first different hingga data stasioner. 2. Penentuan Lag Optimum Permasalahan yang sering muncul di dalam uji stasioneritas yaitu lag optimal. Estimasi dalam VARVECM peka terhadap panjang lag yang digunakan dan untuk mencegah munculnya masalah. Dalam estimasi VECM hubungan kausalitas sangat dipengaruhi oleh panjang lag. Menurut Basuki dan Yuliadi 2015, apabila lag yang dimasukkan terlalu pendek maka dikhawatirkan estimasi yang dihasilkan tidak akurat, dan apabila lag yang dimasukkan terlalu panjang maka akan menghasilkan hasil estimasi tidak efisien. Penentuan panjang lag dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kriteria sequential modified LR test statistic. 3. Uji Kointegrasi Pengujian kointegrasi dalam penelitian ini adalah uji kointegrasi Johansen. Menurut Widarjono 2007 pendekatan yang dapat digunakan dalam pengujian kointegrasi yaitu dengan Uji Johansen. Terdapat beberapa keunggulan dalam menggunakan pengujian kointegrasi dengan teknik Johansen adalah: a. Pengujian kointegrasi antar variabel dengan multivariate model. b. Mengetahui ada tidaknya trend pada data yang kemudian akan dianalisis variabelnya apakah masuk ke dalam kointegrasi atau tidak. c. Menguji variabel eksogen yang lemah. d. Menguji hipotesis linier pada hubungan kointegrasi. Basuki dan Yuliadi 2015, menjelaskan bahwa apabila nilai trace statistic lebih kecil dari critical value, maka H diterima tidak ada hubungan kointegrasi, namun apabila nilai trace statistic lebih besar dari critical value, maka H 1 diterima ada hubungan kointegrasi. 4. Pengujian Stabilitas VECM Dalam estimasi VARVECM pengujian stabilitas dilakukan dengan pengujian roots of characteristic polynomial. Menurut Gujarati 2003 data yang diuji dapat dikatakan stabil jika nilai modulusnya kurang dari satu 1. 5. Uji Kausalitas Granger Pengujian kausalitas granger digunakan untuk melihat apakah terdapat hubungan yang saling mempengaruhi antar variabel yang ada dalam penelitian. Berawal dari ketidaktahuan keterpengaruhan antar variabel di dalam sebuah penelitian maka uji kausalitas dilakukan untuk mengetahui apakah variabel endogen dapat diperlakukan sebagai variabel eksogen. Metode analisis kausalitas granger dapat dilakukan menggunakan metode granger causality dan Error Correction Model Causality Basuki dan Yuliadi, 2015. 6. Estimasi dengan Model VECM Estimasi model VECM merupakan pengujian yang digunakan untuk melihat adanya hubungan variabel masa lalu dengan variabel dependen saat ini. Basuki dan Yuliadi 2015, menjelaskan jika VECM merupakan desain VAR ketika data stasioner pada first difference dan memiliki kointegrasi. Model umum VECM Ascarya, 2012: ∆Y t = b 10 + b 11 ∆Y t-1 + b 12 ∆Y t-1 – λy t-1 – α 10 - α 11 y t-2 - α 12 z t-1 + ε yt ∆Z t = b 20 + b 21 ∆Y t-1 + b 22 ∆Y t-1 – λy t-1 – α 20 – α 21 y t-2 – α 22 z t-1 + ε zt Dimana α adalah koefisien jangka panjang, dan b adalah koefisien jangka pendek, λ adalah error correction parameter, dan variabel y dan z harus menunjukkan kointegrasi. Persamaan hubungan jangka pendek dan jangka panjang dalam penelitian ini yaitu: Hubungan jangka Pendek: ∆DDINFLASI t =α +λec t-1 + ∑ ∆DDJUB t-f + ∑ ∆DDKURS t- f + ∑ ∆DDBI_RATE t-f + ∑ ∆DDPDB t-f + U t Hubungan Jangka Panjang: DDINFLASI t = α + α 1 DDJUB t + α 2 DDKURS t + α 3 DDBI_RATE t + α 4 DDPDB t + U t Dimana: DINFLASI = Diferensi Inflasi DJUB = Diferensi JUB Jumlah Uang Beredar DKURS = Diferensi Kurs Tengah RupiahDollar AS DBI_RATE = Diferensi Suku Bunga Kebijakan BI Rate DPDB = Diferensi PDB Produk Domestik Bruto t = periode ke-t α 1, α 2, α 3, α 4 = Koefisien Variabel α = Konstanta U t = Variabel Error λ = Koefisien Kecepatan Penyesuaian f = Panjang Lag dalam Model ec t-1 = Error Correction Term Menurut Winarno 2015, untuk mengetahui signifikan dan tidaknya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, maka dapat dilakukan dengan membandingkan nilai t-statistic parsial dengan nilai pada tabel 2,02108, wilayah untuk menolak H dan menerima H 1 yaitu apabila nilai t-statistik parsial lebih dari +2,02108 atau kurang dari -2,02108. Dimana hipotesis yang digunakan adalah: H = Variabel independen tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen. H 1 = Variabel independen signifikan mempengaruhi variabel dependen. 7. Analisis Impuls Response Function Metode yang digunakan dalam menentukan respon dari suatu variabel endogen terhadap adanya suatu guncangan dari variabel tertentu menggunakan analisis IRF impuls response function. Inovasi dari suatu model dapat berdampak secara langsung terhadap variabel yang bersangkutan, yang kemudian akan dilanjutkan melalui struktur dinamika dari VECM ke semua variabel endogen lain, selain itu dengan melalui analisis IRF respon dari sebuah perubahan independen sebesar satu standard deviasi dapat ditinjau. Analisis IRF dapat digunakan untuk mengetahui seberapa lama variabel kembali ke titik keseimbangannya sebelum terjadi shock Basuki dan Yuliadi, 2015. Menurut Winarno 2015, respon yang dihasilkan dari analisis IRF dapat berupa respon positif, negatif, dan tidak merespon mendatar pada garis horizontal. 8. Analisis Variance Decomposition Forecast error variance decomposition menyampaikan informasi berupa proporsi pergerakan secara berurutan sebagai akibat dari adanya guncangan sendiri dan variabel lain. Menurut Basuki dan Yuliadi 2015, analisis VDC digunakan untuk mengukur berapa kontribusi atau komposisi pengaruh dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependennya. 52

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

A. Perkembangan Inflasi di Indonesia

Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang, dimana adanya perubahan tingkat inflasi sangat berpengaruh terhadap stabilitas perekonomian. Tabel 4.1 Inflasi di Indonesia Tahun 2010:01-2016:06 Inflasi Bulanan BulanTahun 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Januari 0.84 0.89 0.76 1.03 1.07 -0.24 0.51 Februari 0.30 0.13 0.05 0.75 0.26 -0.36 -0.09 Maret -0.14 -0.32 0.07 0.63 0.08 0.17 0.19 April 0.15 -0.31 0.21 -0.10 -0.02 0.36 -0.45 Mei 0.29 0.12 0.07 -0.03 0.16 0.50 0.24 Juni 0.97 0.55 0.62 1.03 0.43 0.54 0.66 Juli 1.57 0.67 0.70 3.29 0.93 0.93 Agustus 0.76 0.93 0.95 1.12 0.47 0.39 September 0.44 0.27 0.01 -0.35 0.27 -0.05 Oktober 0.06 -0.12 0.16 0.09 0.47 -0.08 November 0.60 0.34 0.07 0.12 1.50 0.21 Desember 0.92 0.57 0.54 0.55 2.46 0.96 Sumber: Badan Pusat Statistik 2016 Berdasarkan tabel 4.1 diatas, dapat dilihat bahwa Indonesia mengalami perubahan tingkat inflasi setiap bulannya. Dalam 6 tahun terakhir periode 2010:01 sampai dengan 2016:06 tingkat inflasi tertinggi yang terjadi di Indonesia dialami pada bulan juli 2013, dimana pada bulan itu menyumbang sebesar 3,29 persen untuk inflasi 2013. Sedangkan inflasi terendah atau deflasi tertinggi dalam 6 tahun terakhir di Indonesia terjadi pada bulan april 2016 yaitu -0,45 persen. Perubahan tingkat inflasi naik turun dalam 6 tahun terakhir. Sumber: BI, Data Perubahan gambar 4.1 diatas. oleh banyak fakto terakhir, yaitu seb persen. Menurut B di Indonesia sel administered price penurunan tingkat pada tahun 2014 t 2015 turun menjad Indonesia 2015 , Data diolah 2016 Gambar 4.1 Laju Inflasi Tahun 2010:01-2016:06 bahan tingkat inflasi naik turun seperti yang ter diatas. Lonjakan dan penurunan inflasi di Indonesi faktor. Inflasi 2015 merupakan inflasi terendah itu sebesar 3,4 persen dan berada di bawah targ urut Bank Indonesia 2015, adanya kenaikan infla ia selama sepuluh tahun terakhir lebih dip price dan volatile food. Pada tahun 2015 Indone tingkat inflasi sebesar 5 persen dari tahun sebelu 2014 tingkat inflasi Indonesia sebesar 8,4 persen menjadi 3,4 persen. Adanya penurunan inflasi ini 2015 karena didukung oleh kondisi ekonom ng tergambar dalam donesia di pengaruhi ndah dalam 5 tahun h target inflasi 4±1 n inflasi yang terjadi dipengaruhi oleh Indonesia mengalami sebelumnya, dimana ersen dan pada tahun asi ini menurut Bank onomi, global dan domestik. Faktor utama turunnya tingat inflasi administered prices AP di tahun 2015 disebabkan karena menurunnya harga minyak dunia di tengah reformasi subsidi energi. Sedangkan tekanan inflasi volatile food VF dapat dikendalikan dengan adanya koreksi harga pangan global dan kebijakan dari pemerintah terkait produksi pangan dan distribusi. Inflasi 2015 berhasil dikendalikan dengan adanya konsistensi kebijakan moneter dalam menjaga stabilitas makroekonomi yang disertai dengan koordinasi bersama pemerintah. Koordinasi antara Bank Indonesia dan Pemerintah dilakukan melalui sebuah tim, yaitu Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi melalui TPI dan TPID yang akan terus diperkuat agar sasaran inflasi yang tercapai sasaran inflasi seperti yang telah ditargetkan atau diharapkan pada periode selanjutnya Laporan Perekonomian Indonesia, 2015. Pada tahun 2015 tekanan cost push relatif dapat diminimalisir dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya. Dimana pada tahun 2013 dan 2014 tekanan cost push dapat dikatakan cukup besar, sehingga menjadi sumber tingginya tingkat inflasi pada kedua tahun tersebut. Berdasarkan besarnya inflasi tahunan yang terjadi di Indonesia dalam 6 tahun terakhir dapat diketahui bahwa inflasi yang terjadi masih tergolong jenis inflasi dalam taraf ringan berdasarkan tingkat keparahannya atau berdasarkan bobotnya. Hal ini dapat dilihat dari besarnya tingkat inflasi dalam setiap tahunnya mulai dari tahun 2010 sampai dengan 2016 yang menunjukkan angka kurang dari 10 persen per tahun. Jenis inflasi ringan yang