Pola pengasuhan anak terlantar di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4 Ceger Cipayung Jakarta Timur

(1)

POLA PENGASUHAN ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK PUTRA UTAMA 4 CEGER CIPAYUNG JAKARTA TIMUR

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Guna Memenuhi Persyaratan Mencapai

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh

SYARIFAH LUBNA ASSEGGAF 1110054100046

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1435 H/2014 M


(2)

(3)

(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya ditunjukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Jakarta, 17 Juli 2014

Syarifah Lubna Asseggaf


(5)

ii ABSTRAK Syarifah Lubna Asseggaf

Pola Pengasuhan Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4 Ceger Cipayung Jakarta Timur

Pengasuhan anak merupakan sistem pemeliharaan, pendidikan, serta perlindungan anak dalam tumbuh kembang anak. Pengasuhan adalah cara untuk dapat melindungi, membina, merawat, membimbing dan terpenuhinya kebutuhan dasar anak. Pada dasarnya pengasuhan anak yang paling baik ialah dengan cara pengasuhan yang diberikan oleh orang tua atau keluarga terdekat, namun pada belakang ini banyak anak yang tidak mendapatkan hak asuhnya karena orang tua atau pun keluarga anak tidak dapat memenuhi kebutuhan anak sehingga anak menjadi rawan terlantar bahkan terlantar. Maka dari itu, panti sosial merupakan alternatif terakhir yang dipilih orang tua demi terpenuhinya kebutuhan dasar anak. Hal inilah yang membuat peneliti tertarik dalam mengambil judul terkait dengan pengasuhan anak di panti, yakni Pola Pengasuhan Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4 Ceger.

Dari penelitian ini, peneliti merumuskan dua masalah yaitu bagaimana gambaran tentang pola pengasuhan anak terlantar dan bagaimana pola asuh pengasuh terhadap anak terlantar di dalam PSAA PU 4 Ceger. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan jenis penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data peneliti menggunakan teknik observasi atau pengamatan langsung, wawancara, serta studi dokumentasi.

Dari hasil penelitian, maka peneliti memperoleh data bahwa setiap anak berhak mendapatkan pengasuhan yang berkualitas dari orang tua maupun pengasuh yang sebagai pengganti orang tua. Dalam menerapkan pola asuh bagi anak harus sesuai dengan anak. Karena pola asuh merupakan hal yang sangat penting bagi perkembangan anak. Setiap pola asuh yang diberikan oleh pengasuh mempunyai dampak yang sangat besar bagi perkembangan dan kedewasaan anak. Namun, pada saat ini atau pada usia remaja anak pola asuh demokratis adalah pola asuh yang paling ideal bagi anak. Anak juga dapat mengapresiasikan apa yang ada pada diri anak, sehingga anak ikut terlibat dalam memecahkan masalahnya sendiri serta anak juga merasa bahwa pendapat ia bisa di dengarkan bahkan diterima oleh orang lain sehingga anak menjadi lebih percaya diri dalam menyampaikan pendapatnya pada lain kesempatan.


(6)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala berkah dan karuniaNya yang telah diberikan kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Serta tidak lupa sholawat serta salam kepada junjungan Nabi yang mulia Muhammad Rasulullah Saw. Dengan selesainya skripsi yang

berjudul “Pola Pengasuhan Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4 Ceger Cipayung Jakarta Timur”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada program studi Kesejahteraan Sosial.

Dalam pembuatan skripsi, peneliti menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan tidak sempurna. Oleh karena itu, peneliti mohon maaf bila terjadi kekurangan ataupun kekeliruan dalam pembuatan skripsi ini. Peneliti mengharapkan saran dan kritik bagi pembaca. Dengan dibuatnya skripsi, peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Dalam mengerjakan skripsi ini peneliti banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, untuk itu peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam proses terbentuknya skripsi ini. Terima kasih kepada umi dan abi yang selalu mendoakan tanpa putus, membimbing, membantu peneliti demi menyelesaikan tugas-tugas dalam penelitian dan memberikan supportnya kepada peneliti selama proses pembuatan skripsi. Serta tidak luput peran dari keluarga besar Habib Muhammad Asseggaf bin Abdurahman Asseggaf dan Syarifah Latifah Al-Haddad.


(7)

iv

Dan ucapan terima kasih juga kepada:

1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi

2. Ibu Siti Napsiyah, MSW, selaku Ketua Program Studi Kesejahteraan Sosial.

3. Bapak Ahmad Zaky, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Kesejahteraan Sosial dan sebagai Pembimbing Akademik.

4. Bapak Dr. H. Asep Usman Ismail, MA sebagai Dosen Pembimbing. Terima kasih telah banyak meluangkan waktu selama bimbingan, memberikan arahan, sebagai motivator peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. Serta memberikan banyak sekali hal yang bermanfaat bagi peneliti, dan kritik sehingga dapat membangun peneliti dalam penulisan skripsi.

5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Kesejahteraan Sosial yang telah mendidik peneliti dari semester 1 sampai saat ini.

6. Orang tua, Umi dan Abi juga adik-adik Syarifah Zahra Asseggaf dan Habib Segaf Asseggaf beserta keluarga besar lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

7. Sahabat-sahabatku semasa SMP sampai saat ini Sri Rezeki Wahyuningsih (bebek) dan Hanifatul Amelia (manoy) yang selalu memberikan support dan selalu ada jika peneliti membutuhkan.

8. My Boclays terima kasih untuk kebersamaannya setiap hari selama 4 tahun ini. Asisah, Epida Sari, Ratih Eka Susilawati, Ilma Hasanah dan Nur Hikmah.


(8)

v

9. Teman-teman seperjuangan khususnya untuk angkatan 2010 di Kesejahteraan Sosial yang Best of The Best yang selalu kompak dalam hal apapun.

10. Ka Nufus yang selalu dengan senang hati dan sabar membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi. Dari awal sampai akhir yang setia menjadi mentor.

11. Bapak Dr. H. Aji Antoko, Kepala Panti di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4 Ceger yang telah mengizinkan peneliti melakukan penelitian di PSAA.

12. Bapak H. Nursobah, S.Ag, M.Si , Ibu Dra. Diah H.P, M.Si, Ibu Siti Djulaeha, S.Sos. M.Si, Ibu Devi, Psi dan seluruh pengasuh di PSAA PU 4 Ceger yang membantu peneliti dalam melakukan penelitian di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4.

13. Anak-anak panti di PSAA yang menerima dan membantu dalam mendapatkan informasi-informasi dalam melakukan penelitian di PSAA PU 4.

14. Kepada seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang membantu, mendoakan serta mensupport peneliti dalam mengerjakan skripsi ini. Peneliti banyak mengucapkan terima kasih.

Jakarta, 17 Juli 2014


(9)

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK……….. ii

KATA PENGANTAR………...………. iii

DAFTAR ISI……….. vii

DAFTAR TABEL ……...………...……… xi

DAFTAR LAMPIRAN ………..… xii

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Masalah ……… 1

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah …….……….……7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.………8

D. Metode Penelitian.………9

E. Tinjauan Pustaka...………15

F. Sistematika Penulisan .………..16

BAB II LANDASAN TEORI A. Pengasuhan Anak ……….. 17

B. Pola Pengasuhan Anak ………. 19

1. Pengertian Pola Pengasuhan Anak ………. 19

2. Jenis-jenis Pola Asuh ……….………. 20

C. Anak Terlantar ……….. 21

1. PengertianAnak ....……….………. 21

2. Periode Perkembangan Anak ………..…… 23

3. Permasalahan Anak .……… 27

4. Pengertian Anak Terlantar ……….………. 28

5. Faktor Penyebab Anak Terlantar ……… 29

BAB III PROFIL LEMBAGA A. Profil Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4 Ceger Cipayung Jakarta Timur 1. Sejarah PSAA ……….………. 31

2. Tugas dan Fungsi PSAA………. 32

3. Visi dan Misi ...……… 34

4. Bagan Organisasi………35

5. Sarana dan Prasarana………..36

6. Sumber Daya Manusia ...………37

7. Kerja Sama dan Jaringan Lembaga...………39


(10)

vii

B. Profil Warga Binaan Sosial

1. Tahapan Pengasuhan Anak……….40

a. Tahap Penjangkauan………...………..…….40

b. Tahap Pengasuhan-Pembinaan…..…..……... 42

c. Kembali Ke Masyrakat .………..………....…….46

2. Profil Warga Binaan a. Berdasarkan Usia .….………...47

b. Berdasarkan Latar Belakang Keluarga……..………....…..48

c. Berdasarkan Tingkat Pendidikan………...………..48

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Gambaran Umum Pola Pengasuhan Anak Terlantar di PSAA PU 4 Ceger………...………...40

1. Profil Informan …………..………...52

a. Informan I (Warga Binaan Sosial)….……….….52

b. Informan II (Warga Binaan Sosial)…….………..…..55

c. Informan III (Warga Binaan Sosial)………….………..….58

d. Informan IV (Pengasuh)………..…………59

e. Informan V (Pengasuh)……….………..…….63

f. Informan VI (Pengasuh)………..………65

B. Pola Asuh Pengasuh Terhadap Anak Terlantar di PSAA ...…...68

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan………..79

1. Gambaran Umum Pola Pengasuhan Anak Terlantar ….…….79

2. Pola Asuh Pengasuhan Terhadap Anak Terlantar di PSAA PU 4 Ceger………80

B. Saran……….82

DAFTAR PUSTAKA ………...83 LAMPIRAN


(11)

v iii

DAFTAR TABEL

1. Informan Peneliti 2. Sarana

3. Prasarana 4. Jumlah Pegawai 5. Golongan Pegawai

6. Usia Warga Binaan Sosial

7. Latar Belakang Keluarga Warga Binaan Sosial 8. Pendidikan Warga Binaan Sosial


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Brosur Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4 Ceger Cipayung Jakarta Timur

2. Foto-foto PSAA PU 4 Ceger 3. Form-form PSAA PU 4 Ceger 4. Pedoman dan hasil observasi 5. Pedoman dan hasil wawancara


(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Jumlah anak terlantar di Indonesia kian memprihatinkan, Kementerian Sosial menunjukkan hingga tahun 2012 lalu, masih ada sekitar 4,8 juta anak terlantar di Indonesia. Meningkat dari tahun 2004 yang mencapai 3.308.462 dan tahun 2011 sebanyak 4.339.945 (data BPS). Menanggapi jumlah anak terlantar, kata Menteri PPPA (Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak), setiap tahun melakukan kerjasama dengan BPS meski tidak spesifik. Sedangkan data dari Kemensos terdapat sekitar 4,8 juta anak terlantar di Indonesia, akibat kondisi kemiskinan bukan menjadi korban kekerasan.1

Meningkatnya anak terlantar karena alasan tertentu seringkali orang tua dan/atau keluarga tidak dapat memenuhi kebutuhan anaknya sehingga anak menjadi terlantar. Secara umum hak kebutuhan dasar anak meliputi kelangsungan hidup, tumbuh kembang, mendapat perlindungan dan partisipasi.2

Permasalahan sosial anak terlantar cukup meningkat dan membuat permasalahan ini penting untuk diperhatikan. Anak terlantar sesungguhnya adalah anak-anak yang termasuk kategori anak rawan atau anak-anak yang membutuhkan penanganan khusus.

1

http://dpr.go.id/id/serba-serbi/majalah-parlementaria diakses pada 17 April 2014. 2


(14)

2

Menghadapi situasi di mana keterlantaran anak tidak dapat dihindari dan upaya lain sudah menemukan jalan buntu, maka pada situasi seperti ini peran dan kewajiban negara sangat dibutuhkan. Peran negara dalam penanganan anak terlantar merupakan bagian dari kewajiban negara (State obligation) untuk memberikan jaminan dan perlindungan kepada semua warganya termasuk anak terlantar yang secara khusus perlu mendapat perlindungan dan jaminan bagi keberadaan dan masa depannya.3

Seorang anak dikatakan terlantar, bukan sekedar karena ia sudah tidak lagi memiliki salah satu orang tua atau kedua orang tuanya, tetapi, terlantar di sini juga dalam pengertian ketika hak-hak anak untuk tumbuh kembang secara wajar, untuk memperoleh pendidikan yang layak dan untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang memadai, tidak terpenuhinya karena kelalaian, ketidakmengertian orang tua, ketidakmampuan atau kesengajaan. Seorang anak yang kelahirannya tidak di kehendaki, misalnya mereka umumnya sangat rawan untuk diterlantarkan dan bahkan diperlakukan salah (child abuse).

Di wilayah mana pun banyak bukti memperlihatkan bahwa anak-anak selalu merupakan kelompok yang paling rentan terhadap berbagai proses perubahan sosial, politik, dan ekonomi yang tengah berlangsung. Di berbagai komunitas, anak-anak sering kali menjadi korban pertama dan menderita, serta terpaksa terhambat proses tumbuh kembang mereka secara wajar karena ketidakmampuan orang tua, masyarakat dan pemerintah untuk memberikan pelayanan sosial yang terbaik bagi anak-anak. Akibat situasi krisis ekonomi yang tak kunjung usai,

3


(15)

3

pemerintah mau tidak mau memang harus menyisihkan anggaran untuk membayar utang dan memperbaiki kinerja perekonomian jauh lebih banyak daripada anggaran yang disediakan untuk fasilitas kesehatan, pendidikan, dan perlindungan sosial anak-anak.4Sesuai dengan UU RI No. 23 Thn 2002 Tentang Perlindungan Anak bahwa perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

Anak terlantar/tanpa asuhan orang tua (6-18 tahun) meliputi anak yang mengalami perlakuan salah dan diterlantarkan oleh orang tua/keluarga atau anak kehilangan hak asuh dari orang tua/keluarga.5

Pada dasarnya pengasuhan dan perlindungan anak yang terbaik ialah anak yang diasuh dan dibesarkan bersama orang tua. Setiap anak berhak untuk diasuh oleh orang tuanya sendiri, kecuali jika ada alasan dan/atau aturan hukum yang sah menunjukkan bahwa pemisahan ini adalah demi kepentingan terbaik bagi anak dan merupakan pertimbangan terakhir ( UU Perlindungan Anak pasal 14). Alasan pemisahan anak dikarenakan orang tua tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar anak mereka.

4

Bagong Suyanto,Masalah Sosial Anak(Jakarta: Kencana, 2010), h. 213. 5

Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia,Panduan Umum Program Kesejahteraan Sosial Anak,(Jakarta: Departemen Sosial RI, 2010), h. 7.


(16)

4

Pengasuhan yang paling tepat ialah pengasuhan yang diberikan oleh orang tua maupun keluarga terdekat. Namun, pada saat ini masih banyak anak yang tidak mendapatkan pengasuhan tersebut karena keadaan yang membuat orang tua maupun keluarga tidak dapat mengasuh anak secara optimal.

Anak yang tidak mendapatkan pengasuhan secara optimal dari orang tua biasanya cenderung berbeda dengan anak-anak yang mendapatkan pengasuhan yang dilakukan orang tua di dalam keluarga.

Pengasuhan anak dalam keluarga yang harmonis merupakan salah satu faktor yang menentukan pertumbuhan dan perkembangan anak, terutama pada masa-masa kritis, yaitu usia 0-8 tahun. Kehilangan pengasuhan yang baik, misalnya perceraian, kehilangan orangtua, baik untuk sementara maupun selamanya, bencana alam, dan berbagai hal yang bersifat traumatis lainnya sangat mempengaruhi kualitas kesehatan fisik, emosi, mental, dan spiritual anak. Hal ini sejalan dengan penegasan Rasulullah saw. bahwa menceraikan istri merupakan perbuatan halal yang paling dimurkai Allah. Dalam hadits riwayat dari Ibn Umar

ra., ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda: “Perbuatan halal yang paling dimurkai oleh Allah adalah talak” (HR.Abu Daud dan Ibn Majah). Maksudnya, bahwa Allah menghalalkan talak atau perceraian, tetapi Allah membencinya, karena dampaknya yang sangat buruk bagi pertumbuhan mental anak-anak.6

6

DR. H. Asep Usman Ismail,Al-Quran dan Kesejahteraan Sosial : Sebuah Rintisan

Membangun Paradigma Sosial Islam yang Berkeadilan dan Berkesejahteraan(Tangerang: Lentera Hati, 2012), h.164.


(17)

5

Konsep pengasuhan anak di Indonesia didasarkan pada pendekatan yang mengharuskan negara dan masyarakat untuk bekerja sama, UU Kesejahteraan Anak thn 1979 dengan jelas mengatur tentang upaya pemenuhan kebutuhan anak dimana dalam UU tersesbut menyatakan bahwa untuk kebutuhan fisik, psikologis dan sosial anak merupakan tanggung jawab utama orang tua. Selain itu, UU tersebut juga menyatakan bahwa anak yang tidak memiliki orang tua memiliki hak untuk diasuh oleh negara atau lembaga lain.

Saat ini panti sosial merupakan alternatif terakhir dalam menangani permasalahan anak terlantar. Dengan adanya panti sosial, anak terlantar bisa mendapatkan pelayanan-pelayanan sosial berupa pelayanan kesehatan, pendidikan, dan kebutuhan dasar lainnya.

Panti sosial yang berfungsi menggantikan peran orang tua dalam melakukan pengasuhan merupakan titik awal bagi mereka untuk membentuk identitas diri. Panti asuhan juga bisa dikatakan sebagai tempat kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak-anak terlantar. Mulai anak masuk panti asuhan sampai masa adopsi atau sampai usia 18 tahun. Proses pengasuhan sangat berpengaruh pada perkembangan anak. Pengasuhan yang dilakukan bukan hanya sekedar memberi makan dan pengetahuan, tetapi juga meliputi kegiatan perawatan, pemeliharaan, bimbingan, pembinaan dan pendidikan.7

7

Direktorat Pelayanan Sosial Anak Departemen Sosial Republik Indonesia,Modul Pengasuhan dan Perlindungan Anak Balita, (Jakarta: Departemen Sosial RI, 2009), h.63.


(18)

6

Dalam menangani permasalahan ini telah banyak dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat dalam mendirikan organisasi atau lembaga khusus untuk menanggulangi permasalahan sosial dengan mendirikan panti-panti sosial. Salah satunya Dinas Sosial Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta yang bertugas untuk memberikan pelayanan, pembinaan dan pengasuhan anak terlantar adalah Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4 Ceger (PSAA PU 4).

Tujuan pokok dan fungsi PSAA PU 4 ini memberikan pelayanan, kepada anak terlantar yaitu anak yang tidak memiliki orang tua, ayah, ibu, keluarga atau keluarga terdekat dan tidak mampu secara ekonomi yang bertujuan guna untuk anak terlantar memiliki IPTEK, IMTAQ, sehat jasmani dan rohani serta dapat tumbuh dan berkembang secara wajar dan dapat hidup layak secara normatif.

Masalah yang terdapat di PSAA PU 4 Ceger ialah anak-anak yang hampir terlantar bahkan terlantar. Terlantar bukan hanya tidak mempunyai orang tua atau keluarga terdekat, tetapi juga terlantarnya kebutuhan fisik, mental, sosial dan spiritual. Tidak terpenuhinya kebutuhan dasar seperti kebutuhan pendidikan, kesehatan, tumbuh kembang anak, perlindungan, kesejahteraan, dan partisipasi anak.

Dengan adanya PSAA PU 4, anak terlantar bisa mendapatkan kebutuhan dasar mereka yang meliputi perlindungan, tumbuh kembang, kesehatan serta pendidikan.

Salah satu isu prioritas yang menyebabkan anak dititipkan di panti adalah akibat krisis kepercayaan pada arti penting sekolah, di lingkungan komunitas masyarakat miskin sering terjadi kelangsungan pendidikan anak cenderung


(19)

7

diterlantarkan.8 Dikarenakan orang tua tidak mampu untuk membiayai sekolah anak mereka sehingga PSAA merupakan jalan terakhir untuk dapat menyekolahkan anak mereka sampai lulus atau selesai (tingkat SMK). PSAA PU 4 memfasilitasi akses terhadap pendidikan mulai dari biaya sekolah, perlengkapan sekolah sampai dengan transportasi mereka dengan syarat mereka mau tinggal di panti sampai mereka menyelesaikan sekolah mereka.9

Terkait masalah di atas, penulis tertarik ingin mengkaji permasalahan ini secara lebih mendalam dalam bentuk penelitian skripsi yang berjudul “Pola Pengasuhan Anak Terlantar Di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4 Ceger Jakarta Timur”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Dengan melihat latar belakang masalah di atas, maka masalah yang akan penulis analisis pada tulisan ini dan penulis membatasi hanya pada pengasuhan anak terlantar di panti sosial asuhan anak putra utama 4 ceger. 2. Rumusan Masalah

Agar dapat mempermudah penjelasan permasalahan anak terlantar, maka penulis merumuskan masalah pada :

8

Bagong Suyanto,Masalah Sosial Anak,h. 219. 9

Direktorat Rehabilitasi Sosial, Standar Nasional Pengasuhan Untuk Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak(Jakarta: Kementerian Sosial RI, 2011), h. 36.


(20)

8

1. Bagaimana gambaran umum pola pengasuhan anak terlantar oleh PSAA PU 4 Ceger ?

2. Bagaimana pola asuh pengasuh terhadap anak terlantar di dalam PSAA PU 4 Ceger ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui gambaran umum pola pengasuhan anak terlantar di PSAA PU 4 Ceger.

b. Mengetahui bagaimana pola asuh pengasuh terhadap anak terlantar di dalam PSAA PU 4 Ceger .

2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Akademis

- Diharapkan dengan adanya penelitian ini bisa menambah informasi bagi pengembang Ilmu Kesejahteraan Sosial dalam pengasuhan anak terlantar di PSAA PU 4 Ceger.

- Penelitian ini juga diharapkan menjadikan atau memberikan sumber pengetahuan bagi kompetensi pekerja sosial dalam pengasuhan anak terlantar di PSAA PU 4 Ceger.

b. Manfaat Praktis

- Memberikan sumbangan pemikiran bagi pembuat kebijakan Kesejahteraan Sosial yang berkaitan dengan pengasuhan anak terlantar di PSAA PU 4 Ceger.


(21)

9

- Merupakan masukan bagi penelitian-penelitian selanjutnya di pekerjaan sosial terkait pengasuhan anak terlantar di PSAA PU 4 Ceger.

D. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara yang digunakan dalam memperoleh data dan menganalisa data. Sumber yang diperoleh dapat menjadi bahan dalam menjawab permasalahan yang peneliti teliti.

Metode penelitian melibatkan berbagai macam teknik pengumpulan, analisis, serta interpretasi yang dikemukakan peneliti dalam kerja penelitiannya.10

1. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualititatif, yaitu metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah.11Dengan melakukan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang atau perilaku yang diamati. Pendekatan ini digunakan karena peneliti ingin mendeskripsikan tentang pengasuhan anak terlantar di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4 Ceger Jakarta Timur.

10

M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur,Metodologi Penelitian Kualitatif(Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2012)., h. 737.

11

Drs. Dadang Kuswana, M.Ag.Metode Penelitian Sosial(Bandung: CV Pustaka Setia, 2011), h. 278


(22)

10

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian deskriptif yaitu suatu metode untuk memecahkan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Hal itu disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang telah di teliti.12

3. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4 Ceger Jakarta Timur. Penelitian ini berlangsung pada bulan Maret 2014 sampai dengan bulan Mei 2014.

4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan menggunakan teknik kondisi yang alami, sumber data primer, dan lebih banyak pada teknik observasi berperan serta, wawancara mendalam, dan dokumentasi.13

12

Prof. DR. Lexy J. Moleong, M.A.Metode penelitian kualitiatif(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007)., h. 11.

13

M.Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur,Metodologi Penelitian Kualitatif. (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 164.


(23)

11

a. Observasi

Metode observasi merupakan sebuah teknik pengumpulan data yang mengharuskan peneliti turun ke lapangan mengamati hal-hal yang berkaitan dengan ruang, tempat, pelaku, kegiatan, benda-benda, waktu, peristiwa, tujuan dan perasaan. Metode observasi merupakan cara yang sangat baik untuk mengawasi perilaku subjek penelitian seperti perilaku dalam lingkungan atau ruang, waktu dan keadaan tertentu. Tetapi tidak semua perlu diamati oleh peneliti, hanya hal-hal yang terkait atau yang sangat relavan dengan data yang dibutuhkan.14

Observasi yang peneliti lakukan adalah mengamati bagaimana peran pengasuh dalam memberikan pengasuhan kepada anak, kondisi anak yang menerima pengasuhan dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pengasuh dan anak.

b. Wawancara

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian kualitatif lebih menekankan pada teknik wawancara, khususnya wawancara mendalam (depth interview). 15

Teknik wawancara peneliti gunakan untuk mendapatkan berbagai informasi yang peneliti butuhkan salah satunya pola pengasuhan

14

Ibid.,h. 165. 15


(24)

12

yang diberikan oleh panti maupun pengasuh kepada anak. Peneliti melakukan wawancara dengan pengasuh dan warga binaan sosial. c. Dokumentasi

Dalam penelitian kualitatif, dokumentasi dapat dipahami sebagai setiap cacatan tertulis yang berhubungan dengan suatu peristiwa masa lalu, baik yang dipersiapkan maupun yang tidak dipersiapkan untuk suatu penelitian. Data dalam penelitian kualitatif pada umumnya diperoleh dari sumber manusia melalui observasi dan wawancara. Di samping itu, ada pula sumber bukan manusia, antara lain berupa dokumen, foto dan bahan statistik.16

Peneliti melakukan studi dokumentasi dalam pengumpulan data. Dokumentasi yang peneliti dapatkan seperti foto dan arsip-arsip panti yang berisi form-form.

5. Teknik Pemilihan Informan

Dalam memilihan informan, peneliti tidak mementingkan generalisasi. Penentuan sampel penelitian tidak secara random karena dianggap tidak penting. Oleh karena itu, sampel ditentukan secara sengaja sehingga sampel penelitian tidak perlu mewakili populasi. Adapun pertimbangan sampel bukan berdasarkan pada aspek keterwakilan populasi di dalam sampel. Pertimbangannya lebih pada kemampuan sampel (informan) untuk memasok informasi selengkap mungkin kepada peneliti.17

16

Ibid.,h. 200. 17


(25)

13

Tabel 1 Informan Peneliti Informasi yang di

cari

Informan Metode atau

wawancara

Jumlah

Pola Pengasuhan Anak Terlantar di PSAA

- Pengasuh

- Kepala Seksi

(Ka. Sie

Bimbingan dan

Penyaluran dan Ka Sie Assesment dan Identifikasi)

- WBS

Wawancara

Wawancara

wawancara

4 orang

2 orang

3 orang

Jumlah 9 orang

6. Sumber Data

Dari sumber data yang peneliti peroleh maka bisa dilihat pengumpulan data terbagi menjadi dua, seperti:

a. Data Primer

Data primer ini di peroleh melalui pengamatan dan wawancara. Informan dalam data primer ini adalah Ka. Sie Identifikasi dan Assesment, Ka. Sie Bimbingan dan Penyaluran, pengasuh atau wali kamar dan warga binaan sosial (WBS) di PSAA PU 4 Ceger.


(26)

14

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang dikumpulkan melalui sumber-sumber informasi tidak langsung seperti perpustakaan.

7. Analisis Data

Analisis data untuk penelitian kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilih-memilahnya menjadi satuan unit yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa-apa yang dipelajari dan memutuskan apa-apa-apa-apa yang dapa-apat diceritakan kepada orang lain.18

8. Keabsahan Data

Dalam penelitian kualitatif sering kali dinyatakan tidak ilmiah sehingga kurang bisa dipertanggungjawabkan dari berbagai segi. Dengan alasan itulah dalam penelitian kualitatif perlu dilaksanakan pemeriksaan keabsahan data sebagai usaha untuk meningkatan derajat kepercayaan data. Pemeriksaan keabsahan data memakai Triangulasi.

Peneliti memeriksa keabsahan data dengan cara triangulasi, peneliti mengomparasikan hasil data yang diperoleh dari observasi dengan dengan wawancara serta mengomparasikan hasil temuan data dari informan yang satu dengan yang lainnya di tempat dan waktu yang berbeda.19 Penelti menggunakan triangulasi sumber.

18

Ibid., h.247. 19


(27)

15

9. Teknis Penulisan

Untuk mempermudah dalam penulisan, penulis mengacu pada pedoman penulisan karya ilmiah (skripsi, tesis, dan disertasi) yang diterbitkan oleh CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.

E. Tinjauan Pustaka

Sebelum penulis mengkaji tulisan ini ada beberapa tulisan yang membahas tentang pola pengasuhan. Peneliti menemukan skripsi sebagai berikut:

Nama : Fatmawati

NIM : 107054102679

Judul Skripsi : Pola Pengasuhan dan Perlindungan Anak Di Taman Anak Sejahtera

Jurusan : Kesejahteraan Sosial

Tahun : 2011 M/1432 H

Skripsi tersebut menjelaskan bagaimana pola pengasuhan dan perlindungan anak balita yang mempunyai orang tua bekerja sehingga anak dititipkan di Taman Anak Sejahtera. Perbedaannya dengan peneliti ialah peneliti melakukan penelitian kepada anak terlantar usia remaja di panti.


(28)

16

F. Sistematika Penulisan

BAB I : Pendahuluan. Merupakan pedoman yang menjelaskan latar

belakang masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.

BAB II : Tinjauan Teoritis. Merupakan bab yang melandasi pemikiran teori- teori yang berkaitan dengan pola pengasuhan anak terlantar. BAB III : Gambaran Umum Lembaga. Bab ini menggambarkan sejarah

berdirinya panti, visi dan misi panti, struktur organisasi panti, kerjasama panti dan yang berkaitan dengan lembaga.

BAB IV : Hasil Penelitian dan Analisis yang merupakan gabungan dari hasil pengumpulan data dengan beberapa konsep yang dipergunakan dalam penelitian ini.

BAB V : Penutup. Bab penutup merupakan kesimpulan dari penelitian tentang pola pengasuhan anak terlantar di PSAA PU 4 dan saran-saran untuk perbaikan kedepan bagi panti, peneliti, fakultas atau jurusan kesejahteraan sosial.


(29)

BAB II

LANDASAN TEORI A. Pengasuhan Anak

Pengasuhan anak adalah sistem pemeliharaan, pendidikan, perlindungan anak dan/atau harta bendanya hingga dewasa atau mampu berdiri sendiri demi kepentingan terbaik anak sebagai upaya pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang, kelekatan, keselamatan, kesejahteraan, dan permanensi dari orang tua, atau pihak-pihak lain yang bertanggung jawab terhadap pengasuhan anak.1

Dengan mengacu kepada konsep dasar tumbuh kembang anak, maka secara konseptual pengasuhan anak adalah upaya orang dewasa dalam lingkungan keluarga guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang (asuh, asih, dan asuh) dengan baik dan benar, sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.2

Pada dasarnya pengasuhan anak merupakan kegiatan dimana anak dibimbing, dibina, dirawat, dilindungi dan dipenuhinya kebutuhan dasar anak yang dilakukan oleh orang tuanya maupun keluarga. Namun pada saat ini banyak orang tua maupun keluarga tidak dapat memberikan pengasuhan kepada anak mereka. Kondisi orang tua ataupun keluarga yang tidak mampu untuk memberikan kebutuhan dasar dalam mengasuh anak mereka.

, Operasional Program Kesejahteraan Sosial

Anak( , !"##), $% & '

$($ )* +,$,Al-Quran dan Kesejahteraan Sosial(-. ./ ( + !"# !0, $# &% $


(30)

18

Jika ditentukan bahwa pengasuhan di dalam keluarga tidak dimungkinkan atau tidak sesuai dengan kepentingan terbaik anak, maka pengasuhan berbasis keluarga pengganti melalui orang tua asuh, perwalian dan pengangkatan anak harus menjadi prioritas sesuai dengan situasi kebutuhan pengasuhan anak. Sesuai dengan Undang-undang RI No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak bahwa pengasuhan anak ditunjukan kepada anak yang orang tuanya tidak dapat menjamin tumbuh kembang anaknya secara wajar, baik fisik, mental, spiritual dan maupun sosial.

Pengasuhan anak oleh lembaga dapat dilakukan di dalam atau di luar panti sosial, perorangan yang ingin berpartisipasi dapat melalui lembaga-lembaga tersebut. Pengasuhan tersebut melalui bimbingan, pemeliharaan, perawatan, dan pendidikan secara berkesinambungan, serta dengan memberikan bantuan biaya atau fasilitas lain untuk menjamin tumbuh kembang anak secara optimal, baik fisik, mental, spiritual maupun sosial, tanpa mempengaruhi agama yang dianut anak.3

Pengasuhan berbasis Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak merupakan alternatif terakhir dari pelayanan pengasuhan alternatif untuk anak-anak yang tidak bisa diasuh di dalam keluarga inti, keluarga besar, kerabat, atau keluarga pengganti.4

3

Ahmad Kamil,Hukum Perlindungan dan Pengangkatan Anak di Indonesia(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h. 76.

4


(31)

B. Pola Pengasuhan Anak

1. Pengertian Pola Pengasuhan Anak

Pola pengasuhan anak ialah bentuk yang diterapkan oleh orang tua dalam mengasuh anak. Dalam pengasuhan biasanya orang tua melakukan atau menerapkan gaya pengasuhan anak sesuai dengan yang mereka terima dari orang tua mereka.

Dasar-dasar pengasuhan anak menurut al-Quran tercermin dalam firman

Allah swt yang berikut: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu apapun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan dan hati nurani, agar kamu bersyukur” (QS. An-Nahl : 78).

Surah an-Nahl ayat 78 di atas sejalan dengan pandangan mazhab konvergensi yang menyatakan bahwa pendidikan anak itu dipengaruhi oleh faktor pembawaan sejak lahir dan faktor empiris, yakni pola pengasuhan sejak lahir mencapai kematangan dan kedewasaan.5

Menurut John W. Santrock isu bawaan-pengasuhan adalah perdebatan yang menyangkut sajauh mana perkembangan dipengaruhi oleh bawaan atau pengasuhan. Bawaan (nature) merujuk pada warisan biologis organism; pengasuhan (nurture) merujuk pada pengalaman lingkungan. Para pendukung

faktor “bawaan” menyaktakan bahwa faktor terpenting yang mempengaruhi

perkembangan adalah warisan biologis. Para pendukung faktor “pengasuhan”

4


(32)

menyaatakan bahwa faktor terpenting yang mempengaruhi perkembangan adalah pengalaman lingkungan.6

Pola pengasuhan yang komunikatif, empatik dan penuh pengertian akan menumbuh kembangkan rasa percaya diri pada anak (Rumadi, 2005).7

2. Jenis-Jenis Pola Asuh

Menurut Agoes Dariyo dalam buku Psikologi Perkembangan (Anak Tiga Tahun Pertama), Baumrind menyebutkan bahwa ada 4 jenis pola pengasuhan, seperti:

a. Pola Asuh Otoriter

Dalam pola asuh ini orang tua merupakan hal sentral artinya segala ucapan perkataan maupun kehendak orang tua dijadikan patokan (aturan) yang harus ditaati oleh anak-anak. Supaya taat, orang tua tak segan-segan menerapkan hukuman yang keras kepada anak. Orang tua beranggapan agar aturan itu stabil dan tidak berubah, maka seringkali orang tua tidak

menyukai tindakan anak yang memprotes, mengkritik atau

membantahnya.

b. Pola Asuh Permisif

Pola asuh permisif, orang tua justru merasa tidak peduli dan cenderung memberi kesempatan dan kebebasan secara luas kepada anak. Orang tua seringkali menyetujui terhadap semua dengan tuntutan dan kehendak anak. Dengan demikian orang tua tidak punya kewibawaan. Akibatnya

6

John W. Santrock,]^ _ ` a`Edisi ke 11 Jilid 2 (Jakarta: Erlangga, 2007), h. 25.

7


(33)

segala pemikiran, pemdapat maupun pertimbangan orang tua cenderung tidak pernah diperhatikan atau diabaikan oleh anak.

c. Pola Asuh Demokratis

Ini berarti gabungan antara pola asuh otoriter dan permisif dengan tujuan untuk menyeimbangkan pemikiran, sikap dan tindakan antara anak dan orang tua. Baik orang tua maupun anak mempunyai kesempatan yang sama untuk menyampaikan suatu gagasan, ide, atau pendapat untuk mencapai suatu keputusan.

d. Pola Asuh Situasional

Pola asuh ini kemungkinan besar individu yang menerapkan pola asuh itu tak tahu apa nama dan juga jenis pola asuh yang dipergunakan. Jadi pola diatas tidak berpatokan atau parameter khusus yang menjadi dasar bagi orang tua untuk membimbing si anak.8

C. Anak Terlantar

1. Pengertian Anak

Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan (UU RI No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak). Anak adalah investasi dan harapan masa depan bangsa serta sebagai penerus generasi di masa mendatang. Dalam siklus kehidupan, masa anak-anak merupakan fase di mana anak mengalami tumbuh kembang yang menentukan masa depannya. Oleh karena itu

8

Agoes Dariyo,op qr st su qov wr v x y z{ u z{(Anak Tiga Tahun Pertama)(Bandung: PT Refika


(34)

penting untuk diperhatikan keberadaannya, karena selain krusial juga pada masa itu, anak membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari orang tua atau keluarga sehingga secara mendasar hak dan kebutuhannya dapat terpenuhi secara baik.9

Di dalam keluarga orangtualah yang berperan dalam mengasuh, membimbing dan mengarahkan anak untuk menjadi mandiri dan berperilaku sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dala masyarakat. Mengingat masa anak-anak dan remaja merupakan masa yang penting dalam proses perkembangan fisik, mental dan psikososial, maka pemahaman dan kesempatan yang diberikan orang tua kepada anak dalam mengarahkan perkembangannya amatlah krusial. Oleh karena itu keluarga merupakan pilar utama dan pertama dalam membentuk anak untuk mandiri. Sikap orang tua terutama tercermin pada pola pengasuhannya yang mempunyai sumbangan yang cukup besar dalam perkembangan kepribadian anak. Perkembangan kepribadian dapat dilihat antara lain dari kemandirian dan perilaku anak.10

a. Hak dan Kebutuhan Anak

Menurut Suradi dalam Perlindungan Anak Berbasis Organisasi Lokal

dalam Informasi Kajian Permasalahan Sosial dan Usaha Kesejahteraan Sosial adalah ada empat hak anak yang perlu diberikan agar anak-anak

}

~ €‚ ƒ „ €…ƒ† ‡ …ˆ … ‰ … ‰Š „‹ … ‡Œ‰ …‚,Ž  ‘’ “”‘‘u •’ “––u“–—’w’ ˜™ Ž– ’ š’Dalam

Pelayanan Sosial Anak Terlantar, (›…‚ … €ƒ …œ~… €ƒž ‰Š„‹  … ‡Ÿ , ¡¢¢ £¤, ¥ ¦§ ¦ ¨©


(35)

dapat tumbuh kembang secara optimal, yaitu Kelangsungan hidup, Perlindungan, Pengembangan diri, dan Partisipasi.

Selanjutnya berdasarkan hak anak-anak tersebut, kebutuhan anak yang perlu dipenuhi, yaitu Kebutuhan fisik, Kebutuhan belajar, Kebutuhan psikologis, Kebutuhan religious, dan Kebutuhan sosial11

2. Periode Perkembangan Anak a. Masa Remaja

Secara umum, yang tergolong remaja adalah mereka yang berada pada usia 13-21 tahun. Cirri lain yang cukup menonjol pada diri remaja ialah sifat revolusioner, pemberontak, progresif yang cenderung ingin mengubah kondisi yang mapan. Apabila sifat ini terarah dengan baik, maka mereka dapat menjadi pemimpin yang baik di masa depan, sebaliknya bila tidak terbimbing dengan baik, mereka cenderung akan merusak tatanan dan nilai-nilai sosial masyarakat.12

Batasan seorang remaja dimulai dari usia 13 sampai dengan usia 21 tahun. Periodisasi remaja terbagi menjadi 3 bagian yakni remaja awal (early adolescence 13-15 tahun), remaja tengah

³³

´ µ¶ · ¸ ¹º»¼ ½¾ ¿À ÁuÀ  ÃÀÄÀÃÅƼ½Ç ÃÈ ¿ÈOrganisasi Lokal ( É·Ê·¶Ë· ÌÍ µ η ËÍ ÏÐ ÏÑ ¹ ˹·Ð

Í Ï¶Ò·Î·Ñ·Ó·ÐÔÏ ÎÏÕ·ÓË϶· ·Ð´Öι·ÑÌ×· ¸·ÐÍ Ï Ñ·Ë ¹Ó·Ð¸·ÐÍ ÏÐØÏÒÙ·ÐطдÖι·ÑÚÏÛ· ¶ËÏÒÏдÖι·Ñ ÜÝ, Þ ßßàá, Ó âã ãâ

³ä

Ú¶ ÎâåØÖÏÎÚ· ¶¹æÖ, Í Î¹â,Psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama(׷и µ ÐØÌÍ ç ÜÏè¹ Ê·å ¸ ¹ Ë·Ò·, Þßßéá, Óâãß â


(36)

(middle adolescence 16-18 tahun) dan remaja akhir (late adolescence19-21 tahun).13

Remaja ada diantara anak dan orang dewasa. Oleh karena itu,

remaja seringkali dikenal dengan fase “mencari jati diri” atau fase “topan dan badai”. Remaja masih belum mampu menguasai dan

memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. Namun, yang perlu ditekankan di sini adalah bahwa fase remaja merupan fase perkembangan yang tengah berada pada masa amat potensial, baik dilihat dari aspek kognitif, emosi maupun fisik.14

b. Aspek-aspek Perkembangan 1) Fisik

Proses perkembangan fisik ditandai dengan perubahan ukuran organ fisik eksternal (tangan, kaki, badan) yang makin membesar, memanjang, melebar atau makin tinggi. sementara itu, perubahan organ internal ditandai dengan makin matangnya sistem syaraf dan jaringan sel-sel yang makin kompleks, sehingga mampu meningkatkan kapasitas fungsi hormon, kelenjar maupun keterampilan motoriknya.

ìí

îï ðñ òóôõ8.

14

Prof Dr. Mohammad Ali dan Prof Dr. Mohammad Asroriö÷ðø ùú ùûðüý þÿÿ(Jakarta: PT


(37)

2) Kognitif

Perkembangan kognitif berhubungan dengan

meningkatnya kemampuan berfikir (thinking),

memecahkan masalah (problem solving), mengambil keputusan (decision making), kecerdasan (intelligence), bakat (aptitude).15

3) Emosi

Masa remaja merupakan puncak emosionalitas, yaitu perkembangan emosi yang tinggi. pertumbuhan fisik,

terutama organ-organ seksual mempengaruhi

berkembangnya emosi atau perasaan-perasaan dan

dorongan-dorongan baru yang dialami sebelumnya, seperti perasaan cinta, rindu dan keinginan untuk berkenalan lebih intim dengan lawan jenis. Pada usia remaja awal, perkembangan emosi menunjukansifat yang sensitive dan reaktif yang sangat kuat terhadap berbagai situasi atau sosial, emosinya bersifat negative dan temperamental (mudah tersinggung/marah, atau mudah sedih/murung).

Sedangkan pada remaja akhir sudah mampu

mengendalikan emosinya.16

, , ! 6


(38)

"6

4) Sosial

Salah satu tugas perkembangan remaja yang tersulit adalah yang berhubungan dengan penyesuaian sosial. pemyesuaian sosial ini dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mereaksi secara tepat terhadap realita sosial, situasi dan relasi. Remaja dituntut untuk memiliki kemampuan penyesuaian sosial ini baik dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.17

5) Kesadaran Agama

Menurut Wagner, bahwa banyak remaja menyelidiki agama sebagai suatu sumber dari rangsangan emosional dan intelektual. Para pemuda ingin mempelajari agama berdasarkan pengertian intelektual dan tidak ingin menerimanya begitu saja. Mereka meragukan agama bukan karena ingin menjadi agnostic atau atheis, melainkan karena mereka ingin menerima agama sebagai sesuatu yang bermakna berdasarkan keinginan mereka untuk mandiri dan bebas menentukan keputusan sendiri.18

17

#$ % &'(h. 203

18


(39)

3. Permasalahan Anak

Permasalahan anak pada umumnya dikatagorikan ke dalam tiga konsep, yaitu perlakuan salah terhadap anak atau PSTA (child abuse atau child maltreatment), penelantaran anak (child neglect), dan eksploitasi anak (child exploitation). PSTA meliputi (Suharto, 1997:365):

a. PSTA secara fisik adalah penyiksaan, pemukulan, dan penganiayaan terhadap anak dengan atau tanpa menggunakan benda-benda tertentu, yang menimbulkan luka-luka fisik atau kematian kepada anak. Terjadinya PSTA secara fisik umumnya dipicu oleh tingkah laku anak yang tidak disukai orang tuanya, seperti anak nakal atau rewel, menangis terus, minta jajan, buang air, kencing atau muntah di sembarang tempat, memecahkan barang berharga.

b. PSTA secara psikis meliputi penghardikan, penyampaian kata-kata kasar dan kotor, memperlihatkan buku, gambar dan film pornografi pada anak. Anak yang mendapat perlakuan ini umumnya menunjukan gejala perilaku maladaptive, seperti menarik diri, pemalu, menangis bila didekati, takut keluar rumah dan takut bertemu dengan orang lain. c. PSTA secara seksual dapat berupa perlakuan pra-kontak seksual

anatara anak dengan orang yang lebih besar (melalui kata-kata, sentuhan, gambar visual, exhibitionism), maupun perlakuan kontak seksual secara langsung antara anak dengan orang dewasa (incest, perkosaan, eksploitasi seksual).


(40)

68

d. PSTA secara sosial dapat mencakup penelantaran anak dan eksploitasi anak. penelantaran anak adalah sikap dan perlakuan orang tua yang tidak memberikan perhatian yang layak terhadap proses tumbuh-kembang anak. eksploitasi anak menunjuk pada sikap diskriminatif atau perlakuan sewenang-wenang terhadap anak yang dilakukan oleh keluarga maupun masyarakat.19

4. Pengertian Anak Terlantar

Anak terlantar adalah anak yang tidak terpenuhi kebutuhannya secara wajar baik fisik, mental spiritual dan sosial (UU RI No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak). Keterlantaran tersebut dikarenakan orang tua maupun keluarga tidak mampu untuk memberikan kebutuhan dasar anak sehingga anak menjadi terlantar. Kebutuhan dasar anak seperti tumbuh kembang, hidup yang layak, pendidikan dan kesehatan.

Anak terlantar sesungguhnya adalah anak-anak yang termasuk katagori anak rawan atau anak-anak membutuhkan perlindungan khusus (children in need of special protection). DalamBuku Pedoman Pembinaan Anak Terlantar yang dikeluarkan Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur (2001) disebutkan bahwa yang disebut anak terlantar adalah anak yang karena suatu sebab tidak terpenuhinya kebutuhan dasarnya dengan wajar, baik secara rohani, jasmani, msupun sosial.20

19

Edi Suharto, Ph.D.78 9 :; <=u<7; >?; @; A;t 78 9 : 8@B;? ;A ; <C; A? ;tD ( Bandung: PT

Refika Aditama, 2005). h. 160. 20


(41)

Penelantaran anak dicirikan oleh kegagalan dalam memenuhi kebutuhan dasar anak. Penelantaran bisa berupa penelantaran fisik, pendidikan dan emosional:

- Penelantaran fisik meliputi penolakan atau penundaan dalam mencari perawatan kesehatan; peninggalan; pengusiran dari rumah atau penolakan terhadap kembalinya anak yang minggat; dan pengawasan yang kurang memadai.

- Penelantaran pendidikan mencakup pembiaran kebiasaan bolos yang parah, tidak mendaftarkan anak usia sekolah ke sekolah, dan tidak memenuhi kebutuhan pendidikan khusus anak.

- Penelantaran emosional mencakup tindakan seperti tidak adanya perhatian terhadap kebutuhan anak akan kasih sayang; penolakan atau ketidakmampuan untuk memberikan kepedulian psikologis yang perlu; penyiksaan pasangan di depan anak; dan pembiaran penggunaan alcohol dan obat-obatan oleh anak.21

5. Faktor Penyebab Anak Terlantar

Karena alasan tertentu seringkali orang tua dan/atau keluarga tidak dapat memenuhi kebutuhan anaknya sehingga anak menjadi terlantar. Keterlantaran pada anak secara garis besar disebabkan dua faktor yakni: a. Faktor ketidaksengajaan atau dengan perkataan lain karena kondisi

yang tidak memungkinkan dari orang tua dan/atau keluarga untuk memenuhi kebutuhan anaknya.

MN


(42)

b. Faktor kesengajaan untuk menelantarkan anaknya karena rendahnya tanggung jawab sebagai orang tua dan/atau keluarga terhadap anaknya.22

Ciri-ciri yang menandai seorang anak dikatagorikan terlantar adalah:

pertama,mereka biasanya berusia 5-18 tahun, dan merupakan anak yatim, piatu, atau anak yati piatu. Kedua, anak yang terlantar acap kali adalah anak yang lahir dari hubungan seks di luar nikah dan kemudian mereka tidak ada yang mengurus karena orang tuanya tidak siap secara psikologis maupun ekonomi untuk memelihara anak yang dilahirkan. Ketiga, anak yang kelahirannya tidak direncanakan atau tidak diinginkan oleh kedua orang tuanya atau keluarga besarnya, sehingga cenderung rawan diperlakukan salah. Keempat, meski kemiskinan bukan satu-satunya penyebab anak diterlantarkan dan tidak selalu pula keluarga miskin akan menelantarkan anaknya. Tetapi, bagaimanapun harus diakui bahwa tekanan kemiskinan dan kerentanan ekonomi keluarga akan menyebabkan kemampuan mereka memberikan fasilitas dan memenuhi hak anaknya menjadi sangat terbatas. Kelima, anak yang berasal dari keluarga yang

broken home, korban perceraian orang tuanya, anak yang hidup di tengah kondisi keluarga yang bermasalah-pemabuk, kasar, PHK, terlibat narkotika dan sebagainya.23

cc

def g h iej e kl m nogpqr,st uv wx yz wuw{x y||uy|}xwx ~t| x €xDalam Pelayanan Sosial

Anak Terlantar(g‚g higƒ„…… †), ‡ ˆ‰ ˆ cŠ


(43)

BAB III PROFIL LEMBAGA A. Profil Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4

1. Sejarah PSAA

Panti ini didirikan pada tahun 1993, yang awalnya berfungsi sebagai penampungan penyakit kusta dengan nama Panti Sosial Penyandang Cacat. Setelah berjalan sekitar 2 tahun ( 1993-1995) kemudian dievaluasi dengan beberapa pertimbangan maka penyandang kusta di alihkan ke panti kusta Sintanala Tanggerang, Banten. Pertimbangan utama mengapa penyanndang kusta di alihkan karena kurang efektif dan kurang memungkinkan.

Pada tahun 1996 panti anak terlantar yang ada di jalan Dewi Sartika no.100 Cawang (sekarang sudah menjadi RSUD Budi Asih) penampungan antara anak asuh laki-laki dan perempuan menjadi satu sehingga dalam menegakan tata tertib panti mengalami banyak kendala. Maka panti ini di alihkan menjadi panti yang menangani klien khusus anak laki-laki.

Pada awal berdirinya ( 2 Juni 1996 ) bernama Panti Sosial Bina Remaja Putra Utama 02 Ceger. Kepala panti pertama bernama I Ketut Muniarka BA. Kemudian tahun 1998 panti di pimpin Drs. Sutrisno hingga tahun 2001. pada tahun 2001 terjadi perubahan.

Panti Ceger digabung dengan panti Klender dan Cawang. Nama panti diganti menjadi Panti Sosial Asuhan Anak Ceger. Pada masa perubahan


(44)

ini kepala pantinya dipimpin oleh Bpk. Suwarto hingga 1 Desember 2004. Kemudian pada tanggal 1 Mei 2005 pimpinan panti dipegang oleh Dra. Hj. Etty Setiasih. Kemudian diganti oleh Bpk. Drs.Purwono hingga tahun 2009. Dan kini kepala panti di pimpin oleh Bpk. Drs.H. Wahyu Rasyid, M.Si. Kemudian pada tahun 2011-2012 di pimpin oleh Dr. H. Yanuardi, M.Pd. Dan kemudian diganti oleh Djaka Kunandjaya, SH. MM dari tahun 2012-2013. Di lanjutkan oleh Dr. H. Aji Antoko tahun 2013 sampai sekarang.

Sesuai dengan keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta 163 Tahun 2002 tentang pembentukan organisasi dan tata kerja Unit Pelaksanaan Teknisi ( UPT ) dilingkungan Dinas Bintal dan Kesos Prov. DKI Jakarta, panti mengalami perubahan nama menjadi Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4 Ceger.1

Panti sosial asuhan anak putra utama 4 adalah UPT Dinas Sosial Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta yang bertugas untuk memberikan pelayanan, pembinaan dan pengasuhan anak terlantar.

2. Tugas dan Fungsi PSAA

Kedudukan Tugas dan Fungsi Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 04 Ceger.

• Kedudukan :

 PSAA PU 04 Ceger adalah Unit Pelaksana Teknisi ( UPT ) Dinas Sosial.

“


(45)

 PSAA PU 04 Ceger di pimpin oleh seorang kepala Panti yang dalam melaksanakan tugasnya dan fungsinya berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Ka. Dinas.

• Tugas :

PSAA PU 04 Ceger mempunyai tugas menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesejahteraan sosial anak terlantar yang meliputi identifikasi dan assesment bimbingan dan penyaluran serta bina lanjut.

• Fungsi

 Pelaksanaan pendekatan awal meliputi penjangkauan,

observasi, identifikasi, motivasi, dan seleksi.

 Pelaksanaan penerimaan meliputi regristrasi, persyaratan administrasi, dan penempatan dalam panti.

 Pelaksanaan perawatan, pemeliharaan dan perlindungan sosial.

 Pelaksanaan assesment meliputi penelaahan, pengungkapan dan pemahaman masalah dan potensi.

 Pelaksanaan pemberiaan pembinaan fisik dan kesehatan, bimbangan mental, sosial, kepribadian, pendidikan, dan latihan keterampilan.

 Pelaksanaan sosialisasi meliputi kehidupan dalam keluarga, masyarakat dan lingkungan, persiapan pendidikan serta pelaksanaan penyaluran dan bantuan kemandirian .


(46)

 Pelaksanaan pembinaan lanjut meliputi monitoring, konsultasi, asistensi, pemantapan, dan terminasi.2

3. Visi dan Misi

• Visi

Keluarga Binaan Sosial Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4 yang mandiri dan sejahtera

• Misi

 Peningkatan kualitas pelayanan terhadap Warga Bina Sosial

 Peningkatan harkat dan martabat serta kualitas hidup warga binaan sosial

 Peningkatan dan penumbuhan kesadaran dan tanggung jawab pribadi, sosial dan keluarga bagi warga binaan sosial3

¤

Ibid.,

¥¥


(47)

4. Bagan Organisasi

Bagan organisasi Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 04

5. \

ÆÇ È ÉÊ ÉÈÉËÌ Í Î Ï ÐÑ Ð

ÉÒÓÉÔ ÕÖ ×Ö

ØÇ ÆØÍÍÎÇ ËÌ ÍÙÍÆ ÉØÍÎÉË ÉØÇØÚÇ Ë ÎÏ Û ÐÎÓÛÜ

Ñ ÐÈÝÚÐØÓ

ØÇ ÆØÍÞ ÍÚ Þ ÍËß ÉËÎÉ Ë ÈÇ Ëà É Êáâ ÉË ØÓÕ ÓÎÒ ã äÛ åÜ Û ÝØ ÐØ Ö æÐ

ÚÐØ Ó Ø ãçÞÛ èÓ ÛÔÌÛÕ ÛáæÛÜ Û

ÑÐ


(48)

é6

5. Sarana dan Prasarana PSAA PU Tabel 2 Sarana

Tahun Berdiri Tahun 1993

Luas Tanah 12.000 M2

Luas Bangunan 2.300 M2

Kapasitas Panti 100 Orang (WBS)

Lokasi Panti

Jl. Raya Bina Marga No. 57 Ceger Kec. Cipayung Jakarta Timur (13620) Telp : ( 021 ) 8447728

Tabel 3 Prasarana

No. JenisSarana Volume Peruntukan

1. Asrama 8 Ruang tidur WBS

2. Ruang Dapur 2

Kegiatan masak memasak untuk permakanan WBS

3. Rumah Dinas 4 Staf yang tinggal didalam panti

4. Ruang Kantor 2 Sub. Bag. TU, Seksi dan Staf

5. Ruang Gudang 3 Penyimpanan

6.

Ruang Komputer / Perpustakaan


(49)

37

7. Ruang Aula 1 Rapat dan serba guna

8. MCK / Toilet 13 MCK

9.

Lapangan Olahraga

2 Kegiatan olahraga

10. Musholla 1 Kegiatan Ibadah

11. Kolam Ikan 1

12. Halaman Kebun 4

13. Ruang Belajar 1 Kegiatan belajar mengajar WBS

14. Taman 4

15. Ruang Assessment 1 Kegiatan assessmen

16. Ruang Klinik 1 Pengecekan kesehatan WBS

17. Ruang Cukur 1 Kegiatan mencukur rambut WBS

18. Ruang Makan 1 Kegiatan makan WBS

6. Sumber Daya Manusia

a. Pengembangan dan Keterampilan Staf

1) Pendayagunaan Keterampilan, Pembagian kerja

PSAA PU 4 Ceger memiliki pembagian kerja, dimana Kepala Sie di PSAA PU 4 Ceger mempunyai bagian-bagian staf dalam berkerja. Contohnya, Ka Sie identifikasi dan assemen mempunyai staf di bidang psikologi , kesehatan, dan juru masak.


(50)

38

2) Partisipasi Staf dalam Manajemen

Partisipasi staf di PSAA PU 4 Ceger salah satunya adalah pengasuh warga binaan sosial yang memiliki 2 pekerjaan seperti wali kamar dan juru masak.

3) Kualitas Staf periode Januari 2014 Tabel 4 Jumlah Pegawai

Pegawai Negeri Sipil 17 orang

Pegawai Tidak Tetap

-Pegawai Honorer 14 Orang

Jumlah 31 Orang

Tabel 5

Keadaan pegawai berdasarkan golongan4

Golongan IV 2 Orang

Golongan III 5 orang

Golongan II 8 Orang

Golongan I 2 orang

PTT/Honorer 14 Orang

Jumlah 31 rang

4


(51)

39

b. Pengembangan Profesi (supervise, dukungan, dan pelatihan)

Pengembangan profesi di lakukan oleh panti secara rutin setiap tahunnya. Jika memerlukan narasumber untuk pembekalan bagi pegawai,maka panti akan mendatangkan narasumber.

c. Penilaian Kinerja

Kepala Sie selalu menilai para stafnya secara berkala. d. Jander dan keragaman Etnis

Tidak ada janderisasi namun, di bagian administrasi lebih banyak perempuan. Dan laki-laki lebih berperan dibidang operasional.

7. Kerjasama dan Jaringan Lembaga

Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama memiliki kerja sama yang kuat dengan masyarakat, Kepolisian, Dinas Kesehatan, JIKS ( Jakarta Internasional Korean School), Perguruan Tinggi ( UNJ, UNAS dan PNJ) dan KPAI.5

8. Hubungan Eksternal a. Pengakuan Masyarakat

Semenjak berdirinya PSAA PU 4 Ceger masyarakat di sekitar merasa terbantu dalam menyekolahkan anak.

b. Komunikasi dengan Kelompok Sejenis (issue dan kegiatan program) PSAA PU 4Ceger berinteraksi tentang kegiatan program dengan PSAA PU 5 tebet. Itu merupakan salah satu contoh komunikasi dengan sekelompok sejenis.

5


(52)

40

c. Kemampuan Bekerjasama dengan Pemerintah/Lembaga Lain

PSAA PU 4 Ceger berkerjaasama dengan Depatermen kesehatan untuk menuunjang kesehatan WBS dengan tingkat puskesmas sampai dengan rumah sakit umum daerah (Rs. Haji Jakarta ) dan berkerjasama dengan Dinas kepolisian yang untuk membimbing para WBS agar mengerti hukum.

d. Kemampuan Untuk Mengakses Sumber Daya Lokal

Hubungan eksternal salah satunya ialah yang berkerja sama dengan stake holder seperti RT RW untuk membantu membuat KTP WBS.6

B. Profil Warga Binaan Sosial

1. Periode ini PSAA PU 4 mempunyai 3 tahapan pengasuhan anak: a. Tahap I Penjangkauan

Proses perekrutan WBS yang dilakukan PSAA PU 4 Ceger lebih kepada penjangkauan. Penjangkauan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1) Rujukan

• Instansi

Rujukan instansi biasanya PSAA PU 4 mendapatkan titipan anak dari KPAI. KPAI menitipkan anak ke PSAA PU 4 agar anak bisa mendapatkan pengasuhan yang layak serta.

6


(53)

41

• Lembaga Sosial

Biasanya dari lembaga sosial menitipkan wbsnya di PSAA PU 4 Ceger. Contohnya PSMP Handayani yang menitipkan wbs ke PSAA untuk mendapatkan sekolah formal.

• Panti Sosial

WBS dari PSAA PU 1 Klender yang sudah lulus dari Sekolah Dasar ( SD ). Maka, otomatis WBS tersebut akan langsung terdaftar ke PSAA PU 4 Ceger untuk meneruskan sekolah lanjutan di SMP- SMA.

2) Penyerahan

• Orang Tua

yaitu orang tua calon wbs yang datang ke PSAA PU 4 Ceger dengan membawa calon WBS. Orang tua calon WBS menyerahkan WBS dengan alasan kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan untuk menyekolahkan WBS dengan biaya sendiri. Adapun alasan lain dari orang tua yaitu, orang tua yang kewalahan untuk mengurus anaknya dikarenakan sifat anak tersebut yang membangkang atau melawan orang tua namun tetap dalam keadaan ekonomi yang lemah.

• Keluarga

Keluarga atau kerabat terdekat biasanya mendapatkan amanah dari orang tua anak agar anaknya dapat diasuh oleh keluarga atau


(54)

42

kerabat terdekat lantaran anak menjadi yatim-piatu atau orang tua sudah tidak sanggup memberikan pengasuhan yang layak terhadap anak. Tetapi disisi lain keluarag juga tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan dasar, maka anak diserahkan ke PSAA PU 4 Ceger.

• Masyarakat

Masyarakat yang menemukan anak terlantar dan

mengantarkannya ke PSAA PU 4 dengan alasan agar anak mendapatkan pelayanan yang sesuai atau anak terlantar membuat resah masyarakat sekitar.

3) Pendaftaran

• Dari Panti Sendiri

PSAA PU 4 Ceger melakukan sosialisasi ke masyarakat yang terancam terlantar khususnya anak-anak mereka tentang pelayanan yang ada di PSAA PU 4 Ceger. PSAA PU 4 juga membuka untuk umum.

b. Tahap II Pembinaan–Pengasuhan 1) Pengasuhan Anak

• Pendidikan

PSAA PU 4 Ceger memberikan pendidikan kepada anak dengan pendidikan formal. Anak disekolahkan di luar panti. Tingkat pendidikannya dari SMP (sekolah menegah pertama),


(55)

43

SMK (sekolah menengah kejuruan) sampai tingkat Perguruan Tinggi. PSAA PU 4 Ceger yang mengambil alih dalam biaya sekolah, kegiatan sekolah bahkan sampai mengambil raport.

• Kesehatan

PSAA PU 4 Ceger mempunyai klinik di dalam lingkungan PSAA PU 4 juga bekerja sama dengan puskesmas yang ada di depan PSAA PU 4 dan juga beberapa Rumah Sakit. Klinik berperan sebagai tempat pertolongan pertama bagi WBS. Puskesmas melayani wbs yang mengalami sakit seperti Flu, Deman, sakit Gigi dan lainnya tetapi jika wbs memerlukan pertolongan yang lebih biasanya wbs di oper ke Rumah Sakit Haji Jakarta seperti penyakit Paru-paru, perbaikan gizi dan penyakit serius lainnya.

• Agama

PSAA PU 4 Ceger memberikan siraman rohani dengan mendatangkan guru ngaji rutin satu minggu sekali.

• Sosial

Panti memberikan dukungan kepada WBS untuk dapat bersosialisasi dengan masyarakat lingkungan panti dan sekolah. PSAA tidak membatasi anak dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar.


(56)

44

• Pelatihan Keterampilan

Pelatihan keterampilan yang disediakan PSAA yaitu musik, angklung, dan komputer. PSAA menyediakan computer, alat-alat musik dari gitar, keybord, bass, drum sampai angklung dan disertakan guru musik sebagai pengajar. Keterampilan ini dilakukan 2 kali dalam semingu yaitu hari selasa dan kamis. Hari selasa untuk anak SMP dan hari kamis untuk anak SMK.

• Seni-Budaya

Seperti silat, futsal dan senam. Silat dilakukan pada hari rabu, futsal sabtu-minggu dan senam hari jumat.

• Pembinaan Fisik

Pembinaan fisik seperti memberikan makan sehari 3 kali, menyediakan peralatan mandi, pakaian baik pakaian sekolah maupun pakaian sehari-hari.

• Penanganan Masalah Sosial

Penanganan masalah sosial disini yaitu membantu WBS yang dalam mengalami masalah sosial seperti masalah sosial keluarga, lingkungan dan sekolah. Dan PSAA PU 4 akan mencari jalan keluar bagi WBS sesuai dengan kesepakatan bersama (WBS dan keluarga).


(57)

45

2) Pembinaan

• Pembinaan mental sosial

Pembinaan mental yang diberikan PSAA PU 4 Ceger untuk orang tua atau keluarga wbs dengan mengadakan pembinaan dan didik serta dilatih dalam menggali potensinya yang dimana agar orang tua atau keluarga menjadi lebih berkembang dengan potensi yang mereka punya.

• Pemberdayaan ekonomi keluarga

Dalam pemberdayaan ekonomi keluarga wbs, panti

memberikan tunjangan atau modal awal kepada keluarga wbs. Modal tersebut dipergunakan untuk membuka usaha kecil-kecilan. Dana tersebut diberikan oleh pemerintah agar ekonomi keluarga membaik. Panti mengutamakan hanya kepada keluarga yang benar-benar membutuhkan (benar-benar lemah dalam kondisi keuangan, tidak mempunyai pekerjaan).

• Penanganan masalah kesejahteraan sosial

Penanganan masalah kesos biasanya panti memberikan alternative-alternatif untuk mencari jalan keluar dalam menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi orang tua maupun keluarga.


(58)

46

c. Tahap III Kembali ke masyarakat/resosialisasi: Persiapan, Pelaksanaan, Bina lanjut dan Terminasi.

1) Kembali kepada orang tua/keluarga

Jika wbs masih mempunyai orang tua ataupun keluarga wbs akan dikembalikan ke orang tuanya ataupun ke keluarga.

• Mandiri

Kemandirian wbs setelah keluar dari panti seperti mendapatkan pekerjaan, PSAA juga bekerjasama dengan beberapa perusahaan seperti Hoka-hoka Bento, Baso Atom dan perusahaan lainnya.

• Menikah

Wbs yang sudah lulus atau keluar dari panti akan melanjutkan hidupnya sendiri dengan bekal yang diterima dari panti. Ada yang langsung mendapatkan pekerjaan ada pula yang menikah. PSAA PU 4 tetap mendukung wbs meskipun wbs tersebut sudah keluar dari panti. Dan PSAA PU 4 rutin mengadakan acara khusus alumni PSAA PU 4 setiap tahunnya.

• Rujukan

Wbs yang mendapat rujukan seperti wbs yang bermasalah dan mahasiwa. PSAA bekerja sama dengan Panti Sosial atau Lembaga Sosial lainnya. PSBR yang berada di Tebet merupakan rujukan dari PSAA PU 4.7

7


(59)

47

2. Profil warga binaan sosial periode Januari 2014

Tabel 6 Berdasarkan Usia

No Usia Jumlah WBS

13 tahun 2

14 tahun 7

15 tahun 3

16 tahun 16

17 tahun 22

18 tahun 23

19 tahun 8

20 tahun 7

21 tahun 2

22 tahun 2

23 tahun 0

24 tahun 1


(60)

48

Tabel 7

Berdasarkan Latar Belakang Keluarga

No Latar Belakang Keluarga Jumlah

1 Yatim 6

2 Piatu 3

3 Yatim Piatu 1

4 Terlantar 21

5 Lengkap 46

6 Bercerai 16

Jumlah 93

Tabel 8

Berdasarkan tingkat pendidikan

1 2 3

SMP 20 9 8

SMK 19 14 16


(61)

BAB IV

TEMUAN DAN ANALISIS DATA

A. Gambaran Umum Pola Pengasuhan Anak Terlantar di PSAA PU 4 Ceger.

Peneliti telah melakukan penelitian secara langsung dan hasil yang di peroleh pada Pola Pengasuhan Anak di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4 Ceger merupakan hasil dari wawancara, observasi, dan dokumentasi. Dari selama mengumpulkan data, peneliti menemukan beberapa hal tentang gambaran umum pola pengasuhan anak dan bagaimana pola pengasuhan anak terlantar di dalam PSAA PU 4. Peneliti mendapatkan sumber dari Kepala Seksi (Ka. Sie) Bimbingan dan Penyaluran, Ka Sie Assesment dan Identifikasi, Psikolog, Wali Kamar serta Warga Binaan Sosial (WBS).

Pola pengasuhan anak terlantar ialah bentuk pengasuhan yang diperoleh anak dalam memenuhi kebutuhan dasar anak misalnya seperti perlindungan, pemeliharaan, memperoleh pendidikan,kesehatan, serta kebutuhan dasar lainnya. Seperti yang dikatakan oleh Ibu Siti Djulaeha, S.Sos. M.Si bahwa pola pengasuhan adalah

“Pola pengasuhan anak adalah pemenuhan

kebutuhan anak dari bangun tidur sampai tidur kembali, kebutuhan sekolah, sehari-hari. Misalnya makan, pakaian, alat mandi, dan kesehatan. Pemenuhan kebutuhan fisik, mental, spiritual dan


(62)

sosialnya. Intinya semua pelayanan diberikan

kepada anak”.1

Berbeda dengan pendapat Ibu Dra. Diah H.P, M.Si

Pola pengasuhan itu cara-cara bagaimana mengasuh anak, membimbing, membangun anak untuk mencapai kehidupan

yang lebih baik”.2

Dari kedua sumber dapat disimpulkan bahwa pola pengasuhan adalah terpenuhinya kebutuhan anak dari sehari-hari sampai kebutuhan lainnya seperti kebutuhan fisik, mental, sosial dan spiritual. Serta juga cara yang digunakan dalam mengasuh anak sehingga anak menjadi lebih baik untuk kedepannya. Cara mengasuh anak yang benar dan tepat dapat membuat anak menjadi lebih baik dalam kehidupannya kelak.

Pengasuhan anak adalah sistem pemeliharaan, pendidikan, perlindungan anak dan/atau harta bendanya hingga dewasa atau mampu berdiri sendiri demi kepentingan terbaik anak sebagai upaya pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang, kelekatan, keselamatan, kesejahteraan, dan permanensi dari orang tua, atau pihak-pihak lain yang bertanggung jawab terhadap pengasuhan anak.3 Sesuai dengan latar berlakang PSAA PU 4 bahwa PSAA PU 4 merupakan Unit Pelaksana Teknisi (UPT) Dinas Sosial Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta yang bertugas untuk memberikan pelayanan, pembinaan dan pengasuhan anak terlantar.

î

ïawancara dengan ðbu Siti ñòulaeha SóSosôõóSi tanggal ö÷õei ö øùúó û

ïaawancara dengan ðbu ñ üaóñ ýþh HÿóõôSi tanggal ö ÷õei öøù úó

ñ ý üektorat Kesejahteraan Sosial Anakô (akarta Kementerian Sosial Rðôö øùùô hó


(63)

Dengan adanya PSAA PU 4, anak terlantar bisa mendapatkan kebutuhan dasar mereka yang meliputi perlindungan, tumbuh kembang, kesehatan serta pendidikan. Orang tua tidak perlu lagi memikirkan untuk biaya sehari-hari anak dari sekolah, uang jajan, makan, dan kebutuhan dasar lainnya karena PSAA PU 4 memfasilitasi atau memberikan semua pelayanan pengasuhan bagi anak. Pola pengasuhan yang diberikan oleh PSAA PU 4 kapada anak seperti pendidikan, kesehatan, agama, sosial, pelatihan keterampilan, seni budaya, pembinaan fisik dan penanganan masalah sosial.

Anak terlantar di PSAA PU 4 berjumlah 93 orang dengan latar belakang keluarga yang berbeda-beda. Berdasarkan usia dari 13-21 tahun. Tingkat pendidikan dari SMP-SMK bahkan ada beberapa yang sudah kuliah. Di PSAA ada 7 kamar yang ditempati oleh 12-14 anak. Setiap kamar memiliki wali kamar 3 orang. Pada periode saat ini Kepala Panti memberikan pendampingan kepada anak. Satu pendamping, mendamping 3 anak. Menurut Pa H. Nursobah selaku Sub Bag Tata Usaha di PSAA PU 4.

“sekarang ini pada periode Pa Aji kita pakai pendamping untuk

anak. Setiap pendamping menangani 3 anak. Dan tugas ini tidak hanya dilakukan oleh wali kamar dan staff saja tetapi

saya, Ibu Nti dan Bu Diah juga ikut dalam pendampingan ini”4. Dengan adanya pendampingan seperti ini dimaksudkan agar anak lebih terkontrol dan jadi lebih mudah dalam mengawasi anak-anak. Setiap pendamping mempunyai tanggung jawab terhadap wbs (warga binaan sosial) dan pendamping disini juga berperan sebagai pengganti orang tua. Pendamping juga memperlakukan wbs (warga binaan sosial) seperti layaknya memperlakukan anak sendiri sehingga anak dapat


(64)

merasa aman, tentram dan tidak kehilangan kasih sayang orang tua. Pendampingan ini terbilang efektif dalam mengawasi anak-anak yang pada usia remaja yang dimana sedang dalam masa-masa peralihan atau fase krisis. Pendamping akan selalu menberikan masukan-masukan yang positif sehingga anak tidak terjebak kepada pergaulan yang salah. Selain itu anak juga menjadi lebih dewasa dan berkembang lebih baik serta anak merasa terpenuhinya kebutuhan psikologis seperti merasakan kasih sayang orang tua.

Karena masa remaja adalah masa-masa peralihan atau fase krisis dari masa anak-anak ke remaja, mengalami guncangan-guncangan jiwa yang sangat hebat akibat karena perubahan-perubahan yang hebat pula sehingga anak sulit untuk dikontrol. Banyak anak yang salah dalam pengasuhan akan berakibat pada perkembangan anak. Contohnya seperti salah satu anak di PSAA PU 4 mengalami pengasuhan yang salah sehingga ia menjadi anak yang temperamental, tidak bisa diatur, sangat berani dalam hal negative dan berurusan dengan pihak kepolisian.

1. Profil Informan

a. Informan I dengan inisial P (Warga Binaan Sosial)

Nama : P

Usia : 17 Tahun

Pendidikan : SMK kelas 1

Latar belakang P adalah anak negara atau anak yang tidak memiliki orang tua maupun keluarga terdekat. P hidup dari panti ke panti. Dari bayi P hidup di Panti Sosial Tunas Bangsa atau Panti Balita sampai usia 6 tahun. Saat usia 6 tahun P dipindahkan ke Panti Sosial Asuhan Anak di


(65)

daerah Klender, P tinggal disana sampai dengan lulus Sekolah Dasar (SD). Ketika lulus SD, P dipindahkan lagi ke Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4 yang terletak di Ceger sampai saat ini. P sudah berada di PSAA PU 4 Ceger sekitar 3 tahun. Saat ini P duduk di bangku Sekolah Menegah Kejuruan (SMK).

P terbilang anak yang tidak bisa diatur, pernyataan ini dikatakan oleh wali kamar P saat peneliti menanyakan kondisi P selama di Panti ini. P sering melanggar aturan panti, sering kabur dari panti, bahkan sering pula tidak masuk sekolah dan lebih memilih bermain warnet daripada sekolah. Menurut wali kamar P

“P mah susah di atur mbak, dia lebih suka main daripada sekolah. Apalagi kalau disuruh bantu emak, mana mau dia

langsung deh banyak alasannya inilah itulah.”5

P termasuk orang yang tidak bisa ditanya terus menerus, jika ia ditanya terus menerus P merasa bahwa dirinya sedang di introgasi sehingga P akan menjadi marah. P anak yang haus akan kasih sayang, sehingga P akan senang jika ada orang yang memperhatikan dia, memperdulikan dia, bahkan menyayangi dia dengan tulus dan ikhlas. Karena P tidak pernah mendapatkan kasih sayang yang utuh sebelumnya. Wali kamar juga bercerita

“ P nih yaa ga bakal mau kalau disuruh-suruh terus apalagi kalau dipaksa dia bisa ngamuk. P itu orang suka bangat mencari perhatian ke siapa saja. Makanya dia sering kabur,

+


(66)

supaya dia diperhatiin. Maklum yaa soalnya dia ga pernah

mendapatkan kasih sayang sebelumnya.”6

Peneliti sempat berbincang-bincang dengan P di kamarnya. P banyak bercerita saat peneliti menanyakan pengasuhan yang P terima di Panti. Menurut P, ia merasa senang berada di Panti dikarenakan P mempunyai banyak teman. Bahkan dengan pengasuhan yang ia terima di panti ketika peneliti menanyakan apakah P senang dengan adanya pengasuhan yang dia peroleh. P menjawab

“Iya seneng saya. Pengasuhnya bisa diajak ngobrol, becanda, tapi kadang saya suka diomelin sih apalagi kalo lagi males pas

di suruh emak.”7

P juga menjelaskan bagaimana bentuk pengasuhannya

“kalo saya salah ya saya diomelin dan bahkan bisa di hukum

ka. Engga sering sih. Emak ngomelinnya kalo saya emang lagi salah aja, kalau lagi engga salah mah engga mungkin diomelin kak. Tapi kadang-kadang emak juga memberikan saya kesempatan dalam hal apapun selama hal itu positif. Emak mendukung saya bermain musik kak, karena emak tau kalau

saya suka sekali dengan musik.”8

P menyebutkan bahwa pengasuh yang ia panggil emak merupakan teman curhat, teman ngobrol P dikala sedih maupun senang. P selalu menyampaikan apapun yang ia rasakan kepada pengasuh atau emak tersebut. Peneliti pernah mengikuti P ketika sedang berbicara dengan pengasuh mengenai perasaan saat itu. Disaat P bercerita, pengasuh

6

678 9:,

7

;< =< > ?<@<A @B C<DBD E>F <> P G<>F F < H28 I EB2014

8


(67)

memerhatikan apa yang disampaikan P. Pengasuh memberikan kesempatan kepada P menceritakan semua yang P lakukan dan juga P

diberikan kesempatan oleh pengasuh dalam menemukan atau

memecahkan masalah yang dihadapinya serta membuat solusi sebagai jalan keluarnya. Ketika solusi itu dianggap benar maka pengasuh menyetujuinya begitupun sebaliknya jika solusi itu akan memberatkan P, maka pengasuh akan memberikan solusi yang lebih baik bagi P dan disetujui oleh P sendiri.9

b. Informan II dengan inisial F (warga binaan sosial)

Nama : F

Usia : 16 Tahun

Pendidikan : SMP kelas 2

Latar belakang F sama seperti latar belakang P. F juga mengalami hidup dari panti ke panti dan F juga tidak mengenali orang tuanya dan keluarga terdekatnya. F beranggapan bahwa orang tuanya ialah pengasuh yang mengasuh F waktu di Panti Balita.

F sangat berbeda dengan P. F adalah anak yang sangat pendiam, polos, bahkan F tidak mengetahui tindakan yang ia lakukan. Ini dinyatakan oleh pengasuh F saat peneliti menanyakan F

“ F itu sangat pendiam, agak susah memang berkomunikasi

dengan F. kalau tidak kita yang menanya duluan, dia cuek aja

gitu.”10

L

Hasil pengamatan di Kamar tanggal MMNei MOP Q RS


(68)

Z6

Ini juga peneliti alami ketika peneliti mewawancarai F. F hanya diam ketika peneliti bertanya. Ketika peneliti menanyakan untuk kedua kalinya F baru mau menjawab dengan ragu-ragu serta mata menerawang kemana-mana. Badan F pun melihatkan bahwa F seperti tidak nyaman saat peneliti bertanya. Peneliti mencoba memberi kesempatan kepada F dengan mengajak ngobrol santai terlebih dahulu sampai F lebih rileks. Peneliti mendegarkan curhatan F mengenai sekolahnya, teman-temannya disekolahnya bahkan teman-teman di panti. Peneliti bertanya bagaimana perasaan F selama berada di Panti, dan F pun menjawab

“seneng kak karena bisabermain dengan kawan-kawan”11

Peneliti juga menanyakan pengasuhan yang di terima F dan apakan F senang dengan adanya pengasuhan tersebut

“Ibu devi baik banget kak saya senang di asuh bu devi.”12

Dan

“Seneng ka, bu devi mengizinkan saya pulang ke keluarga

(keluarga asuh) jjika lagi liburan sekolah.”13

Peneliti tidak banyak berbicara dengan F karena melihat F seperti orang yang was-was atau F berangangapan bahwa F sedang diperhatikan banyak orang maka F meminta untuk menyudahinya. Peneliti menemui pengasuh F yang tidak langsung juga adalah psikolog di Panti.

11

[ \ ]\^ _ \` \a ` bc\d bd e^ f \^gh \^f f\ i28 jeb2014

12

kl mn o,

13


(69)

Ketika peneliti dan ibu Devi sedang berdiskusi, F pulang dari sekolah dan langsung menemui kami di dalam kantor. Ibu Devi berbicara serius dengan F dan peneliti hanya memperhatikan. Ketika F keluar dari kantor, Ibu Devi bercerita yang terjadi tadi.

“Gini kaya tadi si A dengan polosnya dia bilang “saya ngambil

baju ini di jemuran bu tapi saya ga tau punya siapa saya pake

aja” nah saya masukin tuh arahan-arahan saya terus dia bilang

“ooh jadi gitu yaa buu, besok-besok kalo saya ngambil baju di

jemuran saya harus bilang dulu yaa ga boleh langsung pake”14

Karena pada saat itu peneliti lagi bersama dengan pengasuh atau Ibu Devi. Dan peneliti melihat ibu Devi dan F sedang berbicara serius. Ternyata F ditegur oleh pengasuh mengenai baju koko yang ia gunakan pada hari itu. Baju koko tersebut seperti terkena rokok dan saat ditanya oleh pengasuh F hanya diam. Pengasuh terus mencari tahu dengan cara F diajak berbincang-bincang. Setelah berapa lama akhirnya F menceritakan baju yang ia gunakan tersebut. Ternyata F menggunakan baju koko punya teman dikamarnya. Dari 14 anak dikamarnya F hanya menanyakan ke 2 temannya saja. Awalnya F tetap sama pendapatnya bahwa baju tersebut tidak ada yang mempunyai sehingga F bisa menggunakannya tanpa harus meminjam terlebih dahulu. Pengasuh memberikan masukan kepada F bahwa baju itu mempunyai pemilik. Tidak baik jika F mengambilnya. Pengasuh menjelaskan bahwa bagaimana jika yang mempunyai baju itu marah kepada F karena mengambil bajunya ? atau bagaimana jika baju itu akan digunakan oleh yang punya untuk sekolah?. Saat pengasuh

rs tu vw x,


(70)

y8

memberikan arahan kepada F, F hanya terdiam dan menundukan kepalanya.15

c. Informan III inisial BR (warga binaan sosial)

Nama : BR

Usia : 15 Tahun

Pendidikan : SMP kelas 3

Latar belakang keluarga BR juga sama seperti P dan F. Peneliti menggunakan sumber yang memang sama latar belakang keluarganya yaitu anak negara. Anak yang dipelihara negara dari bayi hingga saat ini, anak yang tidak mengetahui siapa orang tua bahkan keluarganya, dan anak yang hidupnya pindah-pindah atau dari panti ke panti. BR sudah sekitar 2 tahun tinggal di PSAA PU 4 Ceger dan saat ini BR kelas 3 SMP.

BR adalah anak yang tidak terlalu bermasalah di Panti. menurut pengasuh BR juga bisa diandalkan, dia anak yang lumayan penurut meskipun kadang BR termasuk anak yang labil. BR juga sangat menyukai seni di bidang musik. BR dapat memainkan semua alat musik yang tersedia di panti. Tidak semua alat musik yang BR kuasai tetapi dalam menyanyi pun BR menpunyai suara yang bagus. Peneliti sempat melihat BR latihan musik. BR juga mahir dalam bermain futsal.

Peneliti mengajak BR untuk bercerita-cerita sekaligus peneliti mengumpulkan sumber-sumber terkait dengan pengasuhan di panti. BR

15


(1)

Nama : P Status : WBS

Waktu : Rabu, 28 Mei 2014

No. Pertanyaan Jawaban

1. Sudah berapa lama kamu di PSAA ? Saya disini udah 3 tahun ka

2. Bagaimana perasaan kamu selama di PSAA ? Senenglah, punya banyak temen disini. Tuh banyak kan ka ada 90 orang disini.

3. Bagaimana pengasuhan yang kamu terima di PSAA ?

Baik dan tegas ka. Pengasuh juga jadi pengganti orang tua.

4. Apakah kamu senang dengan adanya pengasuhan tersebut ? mengapa ?

Iya seneng saya. Pengasuhnya bisa diajak ngobrol, becanda, tapi kadang saya suka diomelin sih apalagi kalo lagi males pas di suruh emak (panggilan anak untuk pengasuh).

5. Pernah tidak kamu merasa tertekan dengan pengasuhan tersebut ? mengapa ?

Engga pernah tertekan ka, saya mah terima aja sama pengasuhannya emak. Kan dia emak saya ka

6. Menurut kamu, apakah dengan pengasuhan tersebut dapat menumbuhkan kedewasaan kamu ?

Ialah kak dapet bikin saya dewasa. Soalnya saya jadi tau mana yang bener dan salah. Terus juga saya banyak dapat motivasi ka.

7. Apakah pengasuh pernah memberikan penghargaan ataupun hukuman kepada kamu ?

Ya pernahlah kak kalo di hukum. Hukumannya itu paling di suruh jalan jongkok sama nyapu halaman deh. Ga apa-apa ka itung-itung olahraga.

8. Sekarang ini kamu kelas berapa ? Saya baru UN SMP berarti saya lagi menjelang SMK nih ka. Rencananya sih mau masuk SMK 24.

9. Apakah semua fasilitas sekolah kamu di tanggung oleh PSAA ?

iyaa benar sekali kaka. Semua fasilitas kita disini di tanggung panti. Ongkos kita juga dapet.

10. Jika kamu bolos sekolah biasanya kamu kemana ?

Biasanya maen warnet ka. 11. Jika kamu ketahuan oleh pengasuh tidak

sekolah apakah kamu mendapat hukuman ?

Pasti di hukumlah. Potong transport sekolah sama nyapu halaman selama 1 minggu.

12. Hukuman apa yang kamu terima ? ia itu potong uang jajan sama nyapu halaman 1 minggu.

13. Apakah kamu terima dengan hukuman tersebut ?


(2)

Nama : BR Status : WBS

Waktu : Rabu, 28 Mei 2014

No. Pertanyaan Jawaban

1. Sudah berapa lama kamu di PSAA ? Sudah 2 tahun ka saya

2. Bagaimana perasaan kamu selama di PSAA ? Sangat senang dan juga banyak teman. 3. Bagaimana pengasuhan yang kamu terima di

PSAA ?

Baik, kadang galak, 4. Apakah kamu senang dengan adanya

pengasuhan tersebut ? mengapa ?

Ada senangnya ada juga engga senangnya. Yang saya senangi enak diajak ngobrol. Yang engga saya senangi pengasuh kadang memberi perintah dengan nada yang tidak enak di dengar ka

5. Pernah tidak kamu merasa tertekan dengan pengasuhan tersebut ? mengapa ?

Kadang iya kadang tidak. Karena kalo saya lagi badmood di omel-omelin sama emak. Kan jadinya tambah badmood ka 6. Menurut kamu, apakah dengan pengasuhan

tersebut dapat menumbuhkan kedewasaan kamu ?

Menurut saya iya ka. Saya jadi tidak labil lagi terus juga banyak tuh ka motivasi-motivasi dari pengasuh-pengasuh yang lain.

7. Apakah pengasuh pernah memberikan penghargaan ataupun hukuman kepada kamu ?

Iyaa pernah. Di suruh push up sama jalan jongkok.

8. Sekarang ini kamu kelas berapa ? Saya baru mau naik kelas 3 SMP ka. 9. Apakah semua fasilitas sekolah kamu di

tanggung oleh PSAA ?

Iyaa ka semuanya di tanggung, uang sekolah, bayaran, terus kalo mau ekskull juga di kasih ka. Pokoknya yang berhubungan sama sekolah semuanya di kasih

10. Jika kamu bolos sekolah biasanya kamu kemana ?

Main futsal sama temen-temen ka. Ada yang temen dari sini (PSAA) ada juga temen luar (satu sekolah).

11. Jika kamu ketahuan oleh pengasuh tidak sekolah apakah kamu mendapat hukuman ?

Sudah pasti itu ka 12. Hukuman apa yang kamu terima ? Potong transport ka 13. Apakah kamu terima dengan hukuman

tersebut ?

Terima sih ka, tapi mendingan bersihin kamar aja. Kalo potong transport nanti ga bisa nabung dong kak.


(3)

Nama : F Status : WBS

Waktu : Rabu, 28 Mei 2014

No. Pertanyaan Jawaban

1. Sudah berapa lama kamu di PSAA ? Baru 1 tahun ka

2. Bagaimana perasaan kamu selama di PSAA ? “mikir” eehm seneng kak karena bisa bermain dengan kawan-kawan.

3. Bagaimana pengasuhan yang kamu terima di PSAA ?

Ibu devi baik banget kak saya senang di asuh bu devi.

4. Apakah kamu senang dengan adanya pengasuhan tersebut ? mengapa ?

Seneng ka, bu devi mengizinkan saya pulang ke keluarga (keluarga asuh) jjika lagi liburan sekolah.

5. Pernah tidak kamu merasa tertekan dengan pengasuhan tersebut ? mengapa ?

Engga pernah ka, bu devi baik banget 6. Menurut kamu, apakah dengan pengasuhan

tersebut dapat menumbuhkan kedewasaan kamu ?

Bisa kak. Bu devi banyak ngasih saya masukan-masukan yang positif itu jadi motivasi buat saya sendiri jadinya.

7. Apakah pengasuh pernah memberikan penghargaan ataupun hukuman kepada kamu ?

Engga.

8. Sekarang ini kamu kelas berapa ? Kelas 1 SMP mau naik ke kelas 2 SMP 9. Apakah semua fasilitas sekolah kamu di

tanggung oleh PSAA ?

Iyaa ka semuanya dari panti. 10. Jika kamu bolos sekolah biasanya kamu

kemana ?


(4)

Kantor

Ruang Kepala Panti, Kepala Sub Bag TU,

Kepala Seksi (Ka. Sie) Assesment dan Identifikasi Kepala Seksi (Ka.Sie) Bimbingan dan Penyaluran

Ruang para Pegawai atau Staff

Aula


(5)

Musholah

Ruang Makan

Ruang Musik Perpustakaan Ruang Komputer


(6)