Implementasi program bimbingan dan koseling di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan

IMPLEMENTASI PROGRAM BIMBINGAN DAN
KONSELING DI SMA NEGERI 3 TANGERANG SELATAN
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu persyaratan guna mencapai gelar Sarjana Strata
Satu (S1) pada Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta

Disusun oleh:
ASIH SUMIASIH
NIM : 103018227356

JURUSAN KI-MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA

1432 H / 2011 M

KATA PENGANTAR


Alhamdulillah, segala puji dan syukur hanya bagi Allah, Rabb semesta
alam. Rahmat dan Karunia-Nyalah yang telah menghantarkan penulis sehingga
dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam selalu dicurahkan kepada
junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. beserta para keluarga, sahabat dan
pengikutnya.
Proses pembelajaran manusia yang berlangsung selama seumur hidup,
tentu membutuhkan perjuangan yang tidak ringan. Begitu juga halnya dengan
penulis, menyelesaikan studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta merupakan
perjuangan yang berat.
Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini tentu adalah berkat
bantuan dari berbagai pihak, baik berupa moril maupun materil. Oleh karena itu,
dengan ketulusan hati yang paling dalam penulis haturkan ucapan terima kasih
khususnya kepada:
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis, baik secara edukatif maupun administratif
sejak awal hinga akhir perkuliahan.
2. Drs. Rusydi, Ketua Jurusan Kependidikan Islam yang telah menyediakan
sarana kepada penulis.
3. Drs. Mu’arif SAM. M.Pd., Ketua Program bidang studi Manajemen

Pendidikan, yang telah memberikan dan meluangkan waktunya untuk
melayani mahasiswa/mahasiswi Manajemen Pendidikan.
4. Drs. Hasyim Asy’ari, M.Pd., dosen pembimbing, yang begitu perhatian
terhadap penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Bahkan beliau dengan
sabar meminta penulis untuk melakukan bimbingan dengan menelpon
penulis. Terima kasih penulis haturkan.
5. Dra. Zikri Neni Iska, M.Psi, selaku penguji I dan Drs. Salman Tumanggor,
M.Pd, selaku penguji II.

6. Dosen-dosen dan seluruh staf Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan keramahtamahan dalam melayani
kebutuhan penulis dalam rangka menyelesaikan penulisan skripsi ini.
7. Petugas perpustakaan utama dan perpustakaan fakultas yang melayani
penulis dalam mencari bahan untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.
8. Kepala MTs Serpong Tangerang Banten, Bapak Ahmad Marzuki, yang
senantiasa bersedia meluangkan waktu dalam memenuhi kebutuhan
penulis, baik mengenai data maupun kesediaan dalam wawancara.
9. Kepala Sekolah dan guru-guru BK SMAN 3 Tangerang Selatan, yang
bersedia untuk meluangkan waktu untuk penulis wawancarai, serta
kesediaan beliau untuk menyediakan segala kebutuhan penulis dalam

rangka penyusunan skripsi ini.
10. Kepada ayahanda penulis, Bapak Nano beserta istri, terima kasih telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu lebih
banyak lagi di perguruan tinggi. Tanpa usaha dan doa kedua orang tua,
penulis belum tentu bisa menyelesaikan pendidikan dan menjadi seorang
sarjana.
11. Untuk teman-teman penulis: Indah Sumaya, Defri Ramdhani, yang banyak
meluangkan waktu dengan penulis untuk sama-sama menyelesaikan
penulisan

skripsi

ini

dan

melakukan

bimbingan


dengan

dosen

pembimbing.
Demikian penggalan kata dari saya, semoga ilmu yang saya miliki ini
dapat bermanfaat untuk masyarakat dan agama, khususnya untuk penulis sendiri.
Penulis sangat mengharapkan adanya masukan dan kritik yang membangun dari
para pembaca demi kesempurnaan skripsi ini.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Jakarta, Maret 2011

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Salah satu hasil perabadan manusia yang mengangkat standar kehidupan
adalah sekolah. Dengan adanya lembaga tersebut, seseorang bisa dengan cepat

mempelajari segala sesuatu, sesuai dengan yang dibutuhkannya. Dalam sekolah
terdapat berbagai peraturan dan kurikulum yang harus diikuti oleh para siswa
agar dapat menyelesaikan masa belajarnya dengan hasil yang memuaskan.
Dalam lembaga sekolah terdapat struktur organisasi yang memudahkan bagi
setiap anggota organisasi dalam menjalankan tugasnya. Mulai dari kepala
sekolah, hingga penjaga gedung sekolah yang perannya tentu saja tidak bisa
dianggap remeh.
Salah satu unsur yang terdapat dalam sekolah adalah guru. Tugas guru yang
utama adalah dengan segala macam cara yang dapat dilakukannya membantu
murid agar ia dapat menguasai bahan pelajaran yang diberikan menurut
kurikulum. 1 Ada guru yang menguasai berbagai bidang keilmuan, namun ada
juga guru yang hanya menguasai beberapa bidang saja, bahkan hanya satu bidang
1

Kartini Kartono, Bimbingan dan Dasar-dasar Pelaksanaannya, (Jakarta: Rajawali, 1985),
Cet. I, h. 75

keilmuan. Selain keberadaan guru yang selama ini bertugas untuk menyampaikan
berbagai pengetahuan kepada para siswa, sesuai dengan perkembangan zaman,
saat ini juga terdapat guru BK (bimbingan dan konseling). Guru BK tidak sama

dengan guru yang mengajarkan suatu bidang keilmuan, melainkan tugasnya
adalah memberikan berbagai bimbingan dan penyuluhan kepada para siswa
sesuai dengan kebutuhan atau permasalahan yang dihadapi oleh para siswa
tersebut.
Bimbingan dan konseling merupakan layanan kepada peserta didik (student
service), layanan untuk membantu mengoptimalkan perkembangan peserta didik.
Layanan bimbingan dan konseling kepada peserta didik akan optimal, jika
difokuskan pada pengembangan pribadi, sosial dan pemecahan masalah
individual. Aspek pribadi dan sosial berkenaan dengan pemahaman dan
pengembangan karakteristik, potensi dan kecakapan-kecapakan yang dimiliknya,
baik intelektualnya, sosial, fisik motorik maupun afektif emosional. Aspek
pendidikan dan pembelajaran berkenaan dengan perencanaan dan upaya-upaya
penyesuaian diri dalam berbagai kegiatan pendidikan dan pembelajaran. Aspek
pengembangan karir menyangkut perencanaan dan persiapan-persiapan untuk
memasuki dunia kerja. 2
Para siswa sekolah lanjutan, yakni lanjutan tingkat pertama (SLTP) dan
lanjutan tingkat atas (SLTA) menjadi perhatian utama dari pelayanan bimbingan,
sehingga bimbingan identik dengan remaja. Hal ini karena dengan adanya
bimbingan, seorang individu akan memperoleh kesadaran bukan hanya tentang
siapa dirinya tetapi juga hendak jadi apa ia nantinya (through guidance the

inviduals achieves awareness not only of who he is but of who he can become). 3
Pada rentang usia tersebut, manusia berada dalam masa remaja. Pada masa
ini, seorang remaja mengalami berbagai kondisi yang membuatnya labil. Proses
peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, tentu membutuhkan
penyesuaian. Proses tersebut bisa berjalan dengan baik dan bisa juga berjalan
2

Zikri Neni Iska, Bimbingan dan Konseling; Pengantar Pengembangan & Pemecahan Masalah
Peserta Didik/Klien, (Jakarta: Kizi Brother’s, 2008), Cet. Ke-1, h. 1
3
Bruce Shertzer and Shelley C. Stone, Fundamentals of Guidance, (Boston: Houghton Mifflin
Company, 1971), 2nd Edition, h. 41

dengan buruk. Proses peralihan atau pubertas dianggap baik bila sang remaja
tidak melakukan berbagai tindakan yang dapat mengganggu orang lain maupun
dirinya sendiri. Selain itu juga sang remaja melakukan berbagai aktivitas yang
dapat berguna baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain. Sebaliknya, jika
proses peralihan tersebut berlangsung tidak baik, maka akan timbul yang
namanya kenakalan remaja seperti tawuran, pergaulan bebas, tindak kriminal, dan
lain sebagainya.

Latar belakang psikologis berkaitan erat dengan proses perkembangan
manusia yang sifatnya unik, berbeda dari individu lain dalam perkembangannya.
Implikasi dari keragaman ini ialah bahwa individu memiliki kebebasan dan
kemerdekaan untuk memilih dan mengembangkan diri sesuai dengan keunikan
atau tiap-tiap potensi tanpa menimbulkan konflik dengan lingkungannya. Dari
sisi keunikan dan keragaman individu, diperlukan bimbingan untuk membantu
setiap individu mencapai perkembangan yang sehat di dalam lingkungannya. 4
Sekolah diharapkan dapat meminimalisir buruknya proses peralihan dari
masa kanak-kanak ke masa remaja tersebut. Hal ini tentu bukan sesuatu yang
mudah, mengingat waktu yang dihabiskan oleh seorang siswa di sekolah lebih
sedikit dibandingkan dengan waktu yang dihabiskan di rumah maupun
lingkungan sekitarnya. Beberapa lembaga pendidikan berusaha mengatasi hal
tersebut dengan menerapkan sistem full day school, atau siswa berada di sekolah
satu hari mulai dari jam 7 pagi hingga jam 4 sore. Selain itu ada juga yang
menerapkan pendidikan 24 jam di bawah pengawasan guru, yang dikenal dengan
sebutan pesantren.
Salah satu bentuk usaha sekolah dalam memberikan pengawasan dan juga
bimbingan kepada para siswa adalah guru BK. Guru ini diharapkan dapat
memberikan bimbingan kepada para siswa dalam mengatasi permasalahan yang
dihadapi oleh siswa. Namun, apakah keberadaan guru BK di sekolah cukup

berperan?
Keberadaan guru BK memang penting, terutama dengan kondisi para siswa
4

Achmad Juntika Nurihsan, Bimbingan & Konseling; dalam Berbagai Latar Kehidupan,
(Bandung: Refika Aditama, 2006). Cet. I, h. 1

yang mempunyai banyak permasalahan seiring dengan kemajuan zaman. Mulai
dari masalah kesulitan dalam memahami pelajaran, masalah pergaulan dalam
lingkup sekolah, pergaulan dalam lingkungan rumah, masalah keluarga, dan lain
sebagainya. Berbagai masalah tersebut jika dibiarkan terus menerus akan
mempengaruhi siswa dalam belajar, sehingga tidak dapat belajar dengan baik.
Hal ini tentu saja akan menghasilkan para siswa yang tidak sesuai dengan apa
yang menjadi tujuan lembaga pendidikan itu sendiri.
Agar kegiatan bimbingan dan konseling dapat berjalan dengan lancar,
diperlukan adanya program bimbingan dan konseling yang baik. Salah satu aspek
program layanan bimbingan dan konseling adalah perencanaan program dan
pengaturan waktu pelaksanaan bimbingan dan konseling. Yang dimaksud dengan
perencanaan adalah suatu proses yang terus menerus, yaitu dengan cara
mengantisipasi dan menyiapkan berbagai kemungkinan atau usaha untuk

menentukan dan mengontrol kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. 5
Berangkat dari permasalahan di atas, penulis bermaksud untuk melakukan
penelitian dalam rangka penulisan skripsi dengan judul: “Implementasi
Program Bimbingan dan Konseling di SMAN 3 Tangerang Selatan”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diidentifikasikan masalahmasalah yang relevan dengan penelitian ini, sebagai berikut:
1. Bagaimana proses bimbingan dan konseling yang ada di SMA Negeri 3
Tangerang Selatan?
2. Apakah kepala sekolah berperan dalam perencanaan kegiatan bimbingan
dan konseling di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan?
3. Bagaiamana guru BK merencanakan kegiatan bimbingan dan konseling di
sekolah?
4. Bagaimana implementasi program bimbingan dan konseling di SMA
Negeri 3 Tangerang Selatan?
5

Achmad Juntika Nurihsan, Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Refika
Aditama, 2006), h. 39


5. Program bimbingan dan konseling apa saja yang dilaksanakan di SMA
Negeri 3 Tangerang Selatan?
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari kekeliruan tentang masalah yang penulis kemukakan,
maka penulis membatasi masalah dalam penelitian ini pada program
bimbingan konseling yang terdiri dari: pelayanan dasar, pelayanan responsif,
pelayanan perencanaan individual, dan dukungan sistem di SMA Negeri 3
Tangerang Selatan.
2. Perumusan Masalah
Dari pembatasan masalah yang telah dikemukakan oleh penulis, maka
dianggap perlu adanya perumusan masalah agar pembahasan menjadi lebih
terarah dan tidak meluas. Adapun perumusan masalahnya adalah sebagai
berikut:
Bagaimana implementasi program bimbingan dan konseling di SMA
Negeri 3 Tangerang Selatan?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan manajerial
bimbingan konseling, sedangkan tujuan khusus yang dirumuskan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui program-program kegiatan bimbingan dan konseling.
2. Untuk mengetahui implementasi program BK.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor pendorong dan penghambat implementasi
program BK.

D. Metode Penelitian
Untuk menunjang penulisan skripsi ini, penulis melakukan studi kepustakaan
(library research), melalui studi kepustakaan penulis mengumpulkan dan
menganalisa buku-buku yang berkaitan dengan masalah pelaksanaan manajemen
bimbingan dan konseling.

Sedangkan untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan manajemen
bimbingan dan konseling di sekolah, penulis menggunakan studi lapangan (field
research) yaitu dengan mengadakan penelitian di SMAN 3 Tangerang Selatan.

E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam skripsi ini menggunakan Pedoman Penulisan
Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
tahun 2007. Adapun sistematikanya terdiri dari 5 bab yang masing-masing
terdapat sub-sub, yaitu:
BAB I

Pendahuluan, bab ini berisi mengenai latar belakang masalah,
tujuan penelitian, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan
masalah, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II

Kajian Teori dan Kerangka Berfikir, bab ini berisi teori yang
berkaitan dengan masalah penelitian yang meliputi pengertian
bimbingan dan konseling, fungsi-fungsi bimbingan dan koseling,
prinsip-prinsip bimbingan dan konseling serta ruang lingkup
bimbingan dan konseling. Kerangka berfikir

BAB III

Metodologi Penelitian, meliputi tempat dan waktu penelitian,
manfaat penelitian, variabel penelitian, populasi dan sampel teknik
dan instrumen pengumpulan data, dan teknik analisis data.

BAB IV

Hasil penelitian, yang terdiri dari program dasar bimbingan,
pelayanan responsif, perencanaan individual, dan dukungan
sistem.

BAB V

Penutup, yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran.

BAB II
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR

A. Kajian Teori
1. Pengertian Bimbingan dan Konseling
Bila ditinjau dari segi sejarah perkembangan ilmu bimbingan dan
konseling di Indonesia, maka sebenarnya istilah bimbingan dan konseling
pada awalnya dikenal dengan istilah bimbingan dan penyuluhan yang
merupakan terjemahan dari guidance and conseling. Secara etimologi, kata
‘bimbingan’ merupakan terjemahan dari kata guidance berasal dari kata kerja
to guide yang mempunyai arti ‘menunjukkan, membimbing, menuntun, atau
membantu. 6 Sesuai dengan istilahnya, maka secara umum bimbingan dapat
diartikan sebagai bantuan atau tuntunan. Namun meskipun demikian, tidak
berarti semua bentuk bantuan atau tuntunan adalah bimbingan.
Bimbingan dalam bahasa Indonesia diartikan: 1. Petunjuk (penjelasan)
cara mengerjakan sesuatu, tuntunan, pimpinan, 2. Kata pendahuluan, kata
6

Hallen, A. Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Press, 2005), Cet. Ke-2, h. 1

pengantar, bimbingan kejuruan berarti layanan dan penyuluhan serta
bimbingan karier kejuruan yang diberikan oleh sekolah menengah kejuruan
kepada calon siswa dan tamatannya, bimbingan massal berarti sistem
penyuluhan pertanian secara massal yang bertujuan meningkatkan produksi
pertanian. 7
Attia Mahmoud Hana mengartikan bimbingan sebagai suatu proses
teknis yang teratur, bertujuan untuk menolong individu dalam memilih
penyesuaian yang cocok terhadap kesukaran yang dihadapinya serta membuat
rencana untuk mencapai penyelesaian tersebut, dan menyesuaikan diri
terhadap suasana baru yang membawa kepada penyesuaian itu. 8
Definisi yang lebih lengkap dan mewakili definisi-definisi lainnya adalah
seperti yang diungkapkan oleh I. Djumhur bahwa:
Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus-menerus
dan sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang
dihadapinya, agar tercapai kemampuan untuk dapat memahami dirinya,
kemampuan untuk menerima dirinya, kemampuan untuk mengarahkan
dirinya dan kemampuan untuk merealisasikan dirinya, sesuai dengan
potensi atau kemampuan dalam mencapai penyesuaian diri dengan
lingkungan, baik keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Dan bantuan ini
diberikan oleh orang-orang yang memiliki keahlian dan pengalaman
khusus dalam bidang tersebut.9
Pengertian yang hampir sama dikemukakan oleh Rochman Natawijaya,
sebagaimana yang dikutip oleh Syamsu Yusuf, mengartikan bimbingan
sebagai:
Suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara
berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya,
sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara
wajar, sesuai dengan tuntutan masyarakat dan keadaan lingkungan
sekolah, keluarga, masyarakat, dan kehidupan pada umumnya. Dengan
demikian dia akan dapat menikmati kebahagiaan hidupnya, dan dapat
memberi sumbangan yang berarti kepada kehidupan masyarakat pada
7

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2007), Cet. Ke-3, h. 152
8
Attia Mahmoud Hana, Bimbingan Pendidikan dan Pekerjaan I, penterjemah Zakiah
Daradjat, (Jakarta: Bulan Bintaing, 1978), Cet. Ke-1, h. 53
9
I. Djumhur dan Moh. Surya, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Bandung: CV. Ilmu,
1981), Cet. Ke-24, h. 28

umumnya. Bimbingan membantu individu mencapai perkembangan diri
secara optimal sebagai makhluk sosial. 10
Sedangkan konseling adalah proses belajar melalui hubungan khusus
secara bersemuka (face to face) dalam wawancara antara konselor dan
konseli. Konseling adalah proses belajar yang bertujuan agar klien dapat
mengenali diri sendiri, menerima diri sendiri secara realistis dalam proses
penyesuaian dengan lingkungannya. Suatu hubungan pribadi yang unit dalam
konseling dapat membantu individu membuat keputusan, pemilihan dan
rencana yang bijaksana, serta dapat berkembang dan berperanan lebih baik di
lingkungannya. 11
M. Burks, Jr dan Buford Stefflre, sebagaimana yang dikutip oleh Dewa
Ketut Sukardi merumuskan konseling sebagai berikut:
Konseling adalah suatu proses yang learning-oriented atau suatu proses
yang berorientasikan belajar, yang dilaksanakan dalam suatu lingkungan
sosial, antara seorang dengan seorang, di mana seorang konselor harus
memiliki kemampuan profesional dalam bidang keterampilan dan
pengetahuan psikologis. Konselor harus berusaha membantu klien
dengan metode yang sesuai atau cocok dengan kebutuhan klien tersebut
dalam hubungannya dengan keseluruhan program, agar supaya individu
dapat mempelajari lebih baik tentang dirinya sendiri, belajar bagiamana
memanfaatkan pemahaman tentang dirinya untuk memperoleh tujuantujuan hidup yang lebih realistis, sehingga klien dapat menjadi anggota
masyarakat yang lebih berbahagia dan lebih produktif. 12
Setelah dikemukakan pengertian bimbingan dan konseling (BK) di atas,
maka jika diperhatikan pada dua kata tersebut masing-masing memiliki
persamaan dan perbedaan. Kesamaan keduanya yaitu sama-sama proses
pemberian bantuan terhadap seseorang atau sekelompok orang, sedangkan
perbedaannya ialah penyuluhan merupakan salah satu metode dalam
bimbingan. Dengan demikian pengertian bimbingan lebih luas dari pengertian
penyuluhan. Lalu pada penyuluhan telah ada masalah yang tertentu yaitu
10

Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan & Konseling, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. II, h. 6
11
Yusuf Gunawan, Pengantar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Prehanlindo, 2001), h.
116
12
Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Teori Konseling (Suatu Ruaian Ringkas), (Jakarta: Ghalia
Indonesia, 1985), Cet. I, h. 13

masalah yang dihadapi oleh klien. Sedangkan pada bimbingan lebih bersifat
prefentif, dalam arti bimbingan dapat diberikan sekalipun tidak ada masalah.
Dengan demikian penyuluhan lebih bersifat korektif atau kuratif.
Dari definisi-definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa bimbingan
diberikan kepada seseorang yang memerlukan bantuan untuk mengatasi
permasalahan-permasalahan yang dihadapinya oleh seorang pembimbing
yang harus memiliki pribadi yang baik dan pendidikan yang memadai dalam
rangka mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya secara optimal
dengan menggunakan berbagai macam media dan teknik bimbingan dalam
suasana asuhan yang normatif agar tercapai kemandirian sehingga individu
dapat bermanfaat baik bagi dirinya sendiri maupun bagi lingkungannya.

2. Fungsi-fungsi dan Tujuan Bimbingan dan Konseling
Berikut

ini penulis

menguraikan aspek-aspek

program layanan

bimbingan dan konseling:
a. Perencanaan program dan pengaturan waktu pelaksanaan bimbingan
dan konseling
Perencanaan adalah suatu proses yang terus menerus, yaitu dengan
cara mengantisipasi dan menyiapkan berbagai kemungkinan atau
usaha untuk menentukan dan mengontrol kemungkinan-kemungkinan
yang akan terjadi.
b. Implementai tugas guru pembimbing
Tugas pokok guru pembimbing harus dijabarkan ke dalam programprogram kegiatan. Program-program tersebut perlu lebih dahulu
disusun dalam bentuk satuan-satuan kegiatan yang nantinya akan
merupakan wujud nyata pelayanan langsung bimbingan dan
konseling terhadap siswa asuh.
c. Pengorganisasian bimbingan dan konseling
Beberapa personel sekolah yang berkaitan dengan kegiatan layanan
bimbingan dan konseling di sekolah di antaranya adalah kepala

sekolah, wakil kepala sekolah, koordinator guru pembimbing, guru
pembimbing, staff administrasi, guru mata pelajaran, wali kelas.
d. Pemanfaatan fasilitas pendukung kegiatan bimbingan dan konseling
Hendaknya di sekolah disediakan ruangan tempat bimbingan yang
khusus dan teratur, serta perlengkapan lain yang memungkinkan
tercapainya proses layanan bimbingan dan konseling yang bermutu.
Ruangan itu hendaknya sedemikian rupa sehingga di satu segi para
siswa yang berkunjung ke ruangan tersebut merasa senang, dan segi
lain di ruangan tersebut dapat dilaksanakan layanan dan kegiatan
bimbingan lainnya sesuai dengan asas-asas dan kode etik bimbingan
dan konseling.
e. Pengadministrasian kegiatan bimbingan dan konseling
Administrasi

diadakan

untuk

membuat

pelaksanaan

layanan

bimbingan dan konseling di sekolah dapat berjalan secara teratur dan
mencapai tujuan. Tanpa adanya administrasi yang baik, teratur dan
mantap maka proses pelaksanan layanan bimbingan dan konseling
tidak akan mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
f. Pengarahan, supervisi, dan penilaian kegiatan bimbingan dan
konseling
Pengarahan merupakan suatu fase administratif yang mencakup
koordinasi, kontrol, dan stimulasi terhadap yang lain. Sedangkan
dalam kegiatan supervisi bimbingan, supervisor hendaknya menerima
saran-saran dari para konselor
permasalahan-permasalahan
kurikulum,

dalam

perubaghan

penyesuaian kurikulum

bagi

hubungannya
dan
siswa,

dengan

pengembangan
memasukkan

kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi beberapa siswa atau semua
siswa ke dalam program sekolah. Adapun penilaian dilakukan
sebagai segala upaya, tindakan atau proses untuk menentukan derajat
kualitas kemajuan kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan
program bimbingan di sekolah dengan mengacu pada kriteria atau

patokan-patokan tertentu sesuai dengan program bimbingan yang
dilaksanakan. 13
Pelayanan bimbingan dan konseling mengemban sejumlah fungsi yang
hendak dipenuhi melalui pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling.
Fungsi-fungsi tersebut ialah:
a. Fungsi pemahaman
Yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan
pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan
kepentingan pengembangan peserta didik.
b. Fungsi pencegahan
Yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan
tercegahnya

atau

terhindarnya

peserta

didik

dari

berbagai

permasalahan yang mungkin timbul, yang akan dapat mengganggu,
menghambat ataupun menimbulkan kesulitan dan kerugian-kerugian
tertentu dalam proses perkembangannya.
c. Fungsi pengentasan
Yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan
terentaskannya atau teratasinya berbagai permasalahan yang dialami
oleh peserta didik. Istilah pengentasan dipakai untuk mengganti isitlah
“fungsi kuratif atau fungsi terapeutik” dengan arti “pengobatan atau
penyembuhan” yang berorientasi bahwa peserta didik yang dibimbing
itu (atau klien/konseli) adalah orang yang “sakit”; serta untuk
mengganti istilah “fungsi perbaikan” yang berkonotasi bahwa peserta
didik yang dibimbing (atau klien/konseli) adalah orang yang “tidak
baik” atau “rusak”.
d. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan
Yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan
terpelihara dan terkembangkannya berbagia potensi dan kondisi

13

Nurihsan, Strategi Layanan..., h. 55-57

positif peserta didik dalam rangka perkembangan dirinya secara
mantab dan berkelanjutan. 14
Fungsi-fungsi tersebut

diwujudkan

melalui diselenggarakannya

berbagai jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling untuk
mencapai hasil sebagaimana terkandung di dalam masing-masing
fungsi itu. Setiap pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling
yang dilaksanakan harus secara langsung mengacu kepada satu atau
lebih fungsi-fungsi tersebut agar hasil-hasil yang hendak dicapainya
secara jelas dapat diidentifikasi dan dievaluasi.
Adapun Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nurihsan menjelaskan 8 fungsi
bimbingan, yaitu:
a. Pemahaman, yaitu membantu peserta didik (siswa) agar memiliki
pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya
(pendidikan, pekerjaan, dan norma agama).
b. Preventif, yaitu upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi
berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk
mencegahnya, supaya tidak dialami oleh peserta didik.
c. Pengembangan, yaitu konselor senantiasa berupaya untuk
menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi
perkembangan siswa.
d. Perbaikan (penyembuhan), yaitu fungsi bimbingan yang bersifat
kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan
kepada siswa yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek
pribadi, sosial, belajar, maupun karir.
e. Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu individu
memilih kegiatan ekstrakulikuler, jurusan atau program studi, dan
memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan
minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya.
f. Adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan
khususnya konselor, guru atau dosen untuk mengadaptasikan
program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat,
kemampuan, dan kebutuhan individu (siswa).
g. Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu individu
(siswa) agar dapat menyesuaikan diri secara dinamis dan konstruktif
terhadap program pendidikan, peraturan skeolah, atau norma
agama. 15

14

Dewa Ketut Sukardi dan Desak P.E. Nila Kusmawati, Proses Bimbingan dan Konseling di
Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 7-8
15
Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nurihsan, Landasan…., h. 16-17

Tohirin menambahkan satu fungsi lagi yaitu fungsi advokasi dimana
melalui fungsi ini dapat membantu peserta didik memperoleh pembelaan atas
hak dan atau kepentingannya yang kurang mendapat perhatian. 16
Fungsi bimbingan dan konseling dapat dikatakan untuk memberikan
kepercayaan diri kepada murid agar dapat menjadi pribadi yang percaya diri
dan menyadari segala potensi yang dimilikinya, sehingga murid dapat
mengoptimalkan potensinya tersebut agar dapat menjadi manusia yang lebih
baik.
Tujuan BK tidak bisa terpisah dari tujuan lembaga pendidikan (sekolah),
karena bimbingan berperan memperlancar usaha-usaha sekolah untuk
mencapai tujuan pendidikan.
Menurut Koestoer, ada beberapa hal yang menjadi tujuan bimbingan di
sekolah, yaitu:
a.

Membantu sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan

b.

Membantu murid untuk mencapai tujuan dengan baik

c.

Membantu murid untuk dapat mengatasi kesuksesannya

d.

Membantu murid di dalam mengembangkan kemampuannya

e.

Membantu murid dalam pemilihan pekerjaan maupun jurusan

Sedangkan I. Djumhur dan Moh. Surya mengemukakan beberapa uraian
mengenai tujuan pelayanan bimbingan di sekolah ke dalam empat pelayanan
tujuan pelayanan bimbingan bagi murid:
Murid dapat mengembangkan motifnya dalam belajar dan dapat
memberikan dorongan pada dirinya sehingga memperoleh kepuasan pribadi.
Tujuan pelayanan bimbingan bagi sekolah:
Sekolah sebagai lembaga pendidikan diharapkan mampu menyusun dan
menyelesaikan data

murid

yang

bermacam-macam,

sehingga dapat

menyelenggarakan program testing bagi guru dan murid.
Tujuan pelayanan bimbingan bagi guru:

16

Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi), (Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2007), h. 50

Tujuan ini diharapkan dapat membantu guru dalam memahami para
siswa dan dapat terlibat dalam program pendidikan.
Tujuan pelayanan bagi orang tua:
Agar orang tua dapat memahami/mengerti permasalahan yang dialami
oleh anaknya dan dapat membina hubungan baik antara orang tua dan sekolah
sehingga program pendidikan dapat tercapai dengan baik.
Tujuan pelayanan bimbingan di sekolah berhasil tidaknya tergantung dari
bagaimana pelaksanaan bimbingan itu sendiri, untuk itu ada beberapa tujuan
tentang bimbingan di sekolah antara lain:
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Menyusun dan menyesuaikan data tentang murid yang bermacammacam.
Sebagai penengah antara sekolah dan masyarakat.
Mengadakan penelitian tentang murid dan latar belakangnya.
Menyelenggarakan program testing, baik untuk keperluan seleksi
maupun penempatan (placement).
Membantu menyelenggarakan kegiatan penataran bagi para guru dan
personil lainnya, yang berhubungan dengan kegiatan bimbingan.
Menyelenggarakan penelitian lanjutan terhadap murid-murid yang
telah meninggalkan sekolah. 17

Keempat hal tersebut merupakan tujuan yang pertama dan utama dalam
pelayanan bimbingan di sekolah, tujuan tersebut tertuju pada siswa sebagai
individu yang diberikan bantuan, tetapi sebenarnya tujuan bimbingan tidak
tertuju pada siswa saja tetapi juga pada masyarakat.
Dari penjelasan di atas dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa tujuan
dari bimbingan dan konseling itu sendiri adalah untuk membantu murid atau
klien agar dapat menjalani proses pendidikannya dengan baik dan benar
sehingga kelak di kemudian hari dapat memanfaatkannya menjadi sebuah
kelebihan yang dapat mempermudah jalan hidupnya ke arah yang lebih baik.

3.

Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling
Yang dimaksud prinsip-prinsip BK di sini adalah hal-hal yang dapat

menjadi pegangan dalam proses bimbingan dan konseling, seperti halnya

17

I. Djumhur dan Moh. Surya, Bimbingan…, h. 30-31

dalam memberikan pengertian mengenai bimbingan dan penyuluhan, maka di
dalam mengemukakan prinsip-prinsip bimbingan dan penyuluhan ini masingmasing para ahli mempunyai sudut pandang sendiri-sendiri untuk meletakkan
titik berat permasalahannya.
Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling pada umumnya berkenaan
dengan sasaran pelayanan, masalah klien, tujuan dan proses penanganan
masalah, program pelayanan dan penyelenggaraan pelayanan. Uraian berikut
ini akan mengemukakan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling yang telah
diramu dari sejumlah sumber, yang menyangkut empat prinsip, yaitu:
a. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan sasaran layanan:
Yaitu sebuah bimbingan dan konseling yang melayani semua individu
tanpa membedakan satu sama lain dengan beraneka ragam tingkah
laku individu yang unik dan dinamis.
b. Prinsip yang berkenaan dengan permasalahan individu
Yaitu bimbingan dan konseling yang memperhatikan kondisi mental
individu karena disebabkan adanya kesenjangan sosial, ekonomi dan
budaya.
c. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan program pelayanan
Yaitu sebuah program bimbingan konseling yang harus diselaraskan
dengan program pendidikan di mana program tersebut harus fleksibel
dengan kebutuhan individu.
d. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan tujuan dan pelaksanaan
pelayanan
Yaitu suatu bimbingan konseling diharapkan dapat mengembangkan
individu yang akhirnya siswa tersebut mampu mengambil keputusan
terhadap permasalahan yang dihadapi melalui bantuan dari guru
pembimbing dan orang tua.18
Dari bebarapa pendapat para ahli tentang prinsip-prinsip bimbingan dan
konseling maka penulis mengambil kesimpulan bahwa setiap individu baik
laki-laki maupun perempuan, anak-anak, remaja, ataupun dewasa, bahkan
orang tua dapat memperoleh bimbingan dan konseling bila memerlukan,
karena pada dasarnya pelayanan bimbingan dan konseling tidak membedakan
antara suku, agama, ras, serta orang kaya dan orang miskin.

18

Hallen. A., Bimbingan…, h. 64-65

Sedangkan Peters dan Farwell, sebagaimana yang dikutip oleh Syamsu
Yusuf, mencatat 18 prinsip khusus bimbingan di lingkungan sekolah, yaitu
sebagai berikut:
a. Bimbingan ditujukan bagi semua siswa
b. Bimbingan membantu perkembangan siswa ke arah kematangan
c. Bimbingan merupakan proses layanan bantuan kepada siswa yang
berkelanjutan dan terintegrasi
d. Bimbingan menekankan berkembangnya potensi siwa secara
maksimum
e. Guru merupakan co-fungsionaris dalam proses bimbingan
f. Konselor merupakan co-fungsionaris utama dalam proses bimbingan
g. Administrator merupakan co-fungsionaris yang mendukung
kelancaran proses bimbingan
h. Bimbingan bertanggung jawab untuk mengembangkan kesadaran
siswa akan lingkungan (dunia di luar dirinya) dan mempelajarinya
secara efektif
i. Untuk mengimplementasikan berbagai konsep bimbingan di perlukan
program bimbingan yang terorganisasi dengan melibatkan pihak
administrator, guru dan konselor
j. Bimbingan perkembangan membantu siswa untuk mengenal,
memahami, menerima, dan mengembangkan dirinya sendiri
k. Bimbingan perkembangan berorientasi kepada tujuan
l. Bimbingan perkembangan menekankan kepada pengambilan
keputusan
m. Bimbingan perkembangan berorientasi masa depan
n. Bimbingan perkembangan melakukan penilaian secara periodik
terhadap perkembangan siswa sebagai seorang pribadi yang utuh
o. Bimbingan perkembangan cenderung membantu perkembangan siswa
secara langsung
p. Bimbingan perkembangan difokuskan kepada individu dalam
kaitannya dengan perubahan kehidupan sosial budaya yang terjadi
q. Bimbingan perkembangan difokuskan kepada pengembangan
kekuatan pribadi
r. Bimbingan perkembangan difokuskan kepada proses pemberian
dorongan. 19
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa prinsip yang harus dipegang
dalam

pelaksanaan

bimbingan

dan

konseling

adalah

dengan

cara

memperhatikan prinsip-prinsip yang menghormati hak privacy murid atau
klien dengan tetap mengutamakan sikap keterbukaan sebagai salah satu cara

19

Syamsu Yusuf dan A. Jantiko N., Landasan…., h. 19-20

untuk memberikan nasihat dan anjuran yang dapat menolong masalah yang
dihadapi oleh murid maupun klien.

4.

Ruang Lingkup Bimbingan dan Konseling
a. Tugas Pokok Guru BK
Sebelum menjelaskan tugas pokok guru BK, perlu diamati terlebih
dahulu ketentuan tentang perlu adanya guru BK di sekolah. Sesuai
dengan ketentuan Surat Keputusan Bersama Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan dan Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negeri
Nomor: 0433/P/1993 diharapkan pada setiap sekolah ada petugas yang
melaksanakan layanan bimbingan yaitu guru BK dengan rasio satu orang
guru BK untuk 150 orang siswa.
b. Penyelenggaraan Kegiatan-kegiatan Bimbingan dan Konseling
1) Empat bidang bimbingan
Kegiatan bimbingan dan konseling secara keseluruhan mencakup
empat bidang, yaitu bimbingan pribadi, bimbingan sosial,
bimbingan belajar dan bimbingan karir. Pelaksanaan programprogram itulah yang menjadi wujud nyata dari diselenggarakannya
kegiatan BK di sekolah.
2) Tujuh jenis layanan
a) Layanan orientasi
Layanan ini terdiri dari orientasi umum sekolah yang dimasuki,
orientasi kelas baru dan cawu baru, orientasi kelas terakhir dan
cawu terakhir.
b) Layanan informasi
Dalam layanan ini terdapat berbagai macam informasi, seperti:
informasi pengembangan diri, kurikulum dan proses belajar
mengajar, pendidikan tinggi, jabatan, dan kehidupan keluarga,
sosial

kemasyarakatan,

keberagaman

lingkungan.
c) Layanan penempatan dan penyaluran

sosial-budaya

dan

Layanan ini meliuputi penempatan di dalam kelas, penempatan
dan penyaluran ke dalam kelompok belajar, dan penempatan dan
penyaluran ke dalam program yang lebih luas.
d) Layanan pembelajaran
Layanan ini meliputi pengenalan siswa yang mengalami
masalah belajar, pengembangan motivasi, sikap dan kebiasaan
belajar

yang

baik,

pengembangan keterampilan

belajar,

pengajaran perbaikan, program pengayaan.
e) Layanan konseling perorangan
f) Layanan bimbingan kelompok
g) Layanan konseling kelompok. 20
3) Lima kegiatan pendukung
a) Instrumentasi BK
b) Himpunan data
c) Konferensi kasus
d) Kunjungan rumah
e) Alih tangan kasus. 21
c. Pengawasan, Pembinaan dan Pengembangan Kegiatan Bimbingan dan
Konseling
Untuk menjamin terlaksananya pelayanan bimbingan secara tepat
diperlukan kegiatan pengawasan bimbingan. Fungsi kepengawasan
layanan

bimbingan

antara

lain

memantau,

meningkatkan,

dan

mengembangkan kegiatan layanan bimbingan di sekolah.
Menurut Depdiknas pengawasan dimaksudkan untuk mengukur
tingkat efektivitas kerja personal dan tingkat efisiensi penggunaan
metode atau alat tertentu untuk mencapai tujuan tertentu.
Jika kita simak di atas dapat dipahami bahwa pengawasan adalah
usaha mengamati keberhasilan pelaksanaan tugas-tugas atau fungsifungsi yang telah ditetapkan dengan memberikan pengarahan, pembinaan
20
21

A. Halen, Bimbingan…, hal. 81-88
A. Halen, Bimbingan …, hal. 89-93

disertai contoh dan masukan-masukan kepada guru pembimbing
sehingga jelas terlihat sejauh mana efektif dan efisienkah pencapaian
tujuan.

5.

Program Bimbingan dan Konseling
Pelayanan bimbingan dan konseling adalah suatu proses untuk

mengetahui tercapai atau tidak tercapainya tujuan bimbingan dan konseling
tersebut, maka diperlukan evaluasi dari diselenggarakannya bimbingan dan
konseling ini. Evaluasi adalah upaya menelaah atau menganalisa program
layanan bimbingan dan konseling yang telah dan sedang dilaksanakan untuk
mengembangkan dan memperbaiki program bimbingan secara khusus dan
program pendidikan di sekolah. 22
Program bimbingan dan konseling mengandung empat komponen
pelayanan, yaitu:
a. Program dasar bimbingan, diartikan sebagai proses pemberian bantuan
kepada seluruh konseli melalui kegiatan penyiapan pengalaman
terstruktur secara klasikal atau kelompok yang disajikan secara
sistematis dalam rangka mengembangkan perilaku jangka panjang.
b. Pelayanan responsif, merupakan pemberian bantuan kepada konseli
yang menghadapi kebutuhan dan masalah yang memerlukan
pertolongan dengan segera.
c. Perencanaan individual, diartikan sebagai bantuan kepada konseli agar
mampu merumuskan dan melakukan aktivitas yang berkaitan dengan
perencanaan masa depan berdasarkan pemahaman akan kelebihan dan
kekurangan dirinya serta pemahaman akan peluang dan kesempatan
yang tersedia di lingkungannya.
d. Dukungan sistem, merupakan komponen pelayanan dan kegiatan
manajemen, tata kerja, infrastruktur (teknologi dan komunikasi) dan
pengembangan kemampuan profesional konselor secara berkelanjutan,
22

Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi), (Jakarta,
RajaGrafindo Persada, 2007), h. 347

yang secara tidak langsung memberikan bantuan kepada konseli atau
memfasilitasi kelancaran perkembangan konseli. 23

B. Kerangka Berpikir
Implementasi program bimbingan dan konseling di sekolah-sekolah dapat
terlaksana jika ada kerjasama antara guru BK dan siswa/siswi yang bersangkutan.
Hal ini dikarenakan sebagai sebuah layanan, bimbingan dan konseling
membutuhkan dua belah pihak, di mana pihak pertama sebagai konselor berusaha
memberikan bantuan dan pelayanan kepada pihak kedua sebagai konseli. Dengan
kerjasama yang baik antara konselor dan konseli, maka program bimbingan dan
konseling dapat berjalan dengan lancar.
Program-program

bimbingan

dan

konseling

yang

nantinya

akan

diimplementasikan, terlebih dahulu direncanakan oleh guru BK. Dalam proses
perencanaan program tersebut, kepala sekolah, guru bidang studi, wali kelas, juga
dilibatkan dalam pembuatannya. Pelibatan berbagai pihak dimaksudkan untuk
memberikan masukan yang konstruktif demi sempurnanya program-program
tersebut.

23

Zikri Neni Iska, Bimbingan dan Konseling; Pengantar Pengembangan & Pemecahan
Masalah Peserta Didik/Klien, (Jakarta: Kizi Brother’s, 2008), Cet. Ke-1, h. 8-9

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat yang penulis jadikan objek dalam penelitian ini berlokasi di SMAN 3
Tangerang Selatan yang berlokasi di Jalan Benda Timur XI Komp. Pamulang
Permai 2 Kode Pos 15416 Telp. (021) 74633772 Pamulang – Tangerang Selatan.
Penelitian ini dilaksanakan kurang lebih selama enam bulan terhitung sejak bulan
Februari 2009 – Agustus 2010

B. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:
1. Memberikan entry point guna perbaikan

implementasi program

bimbingan dan konseling di SMAN 3 Tangerang Selatan.
2. Menambah wawasan dan literatur mengenai kajian implementasi program
bimbingan dan konseling.
3. Meningkatkan pelaksanaan bimbingan dan konseling berdasarkan empat
layanan di SMAN 3 Tangerang Selatan.
4. Mengoptimalkan pelaksanaan tugas pokok guru BK di SMAN 3
Tangerang Selatan.

5. Meningkatkan upaya penyusunan, pembinaan dan pengembangan
kegiatan BK di SMAN 3 Tangerang Selatan.
C. Metodologi
Metodologi dalam penelitian ini menggunakan pendekatna penelitian
kualitatif dengan jenis penggunaan metode deskriptif.

D. Populasi dan Sampel
Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah guru bimbingan dan
konseling di SMAN 3 Tangerang Selatan.
Dalam penelitin ini penulis mengambil sampel dengan menggunakan teknik
purposive sampling. Dalam teknik ini, siapa yang akan diambil sebagai sampel
diserahkan pada pertimbangan pengumpul data yang menurut dia sesuai dengan
maksud dan tujuan penelitian. jadi, pengumpul data yang telah diberi penjelasan
oleh peneliti akan mengambil siapa saja yang menurut pertimbangannya sesuai
dengan maksud dan tujuan penelitian. 24
Dalam pengambilan sampel, penulis berpedoman kepada pendapat Suharsini
Arikunto, bahwa jika subjek penelitian kurang dari 100, lebih baik diambil
semua. 25 Dalam hal ini penulis menggunakan sampel menyeluruh artinya,
keseluruhan populasi dijadikan responden penelitian. Sampel penelitian untuk
siswa sebanyak 20 orang dan untuk guru sebanyak 4 orang. Adapun wawancara
dilakukan terhadpa guru dan kepala sekolah.

E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data yang akan diperoleh dalam penelitian ini, maka
penulis mengumpulkan instrumen penelitian antara lain:
a. Observasi
Yaitu mengadakan pengamatan dan penelitian secara sistematis terhadap
gejala atau fenomena yang diamati dan dilaksanakans ecara langsung
24

Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), Cet.
Ke-7, h. 63
25
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,
2002), Cet. Ke-12, h. 134

untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang pelaksanaan BK di
SMAN 3 Tangerang Selatan. Dalam penelitian ini penulis memilih untuk
melakukan pengamatan tanpa peranserta, yaitu pengamat hanya
melakukan fungsi pengamatan saja. 26
b. Interview
Dalam hal ini penulis mengajukan beberapa pertanyaan kepada Kepala
Sekolah dan guru BK secara lisan dan mendengarkan secara langsung
keterangan-keterangan yang diberikan. Dalam penelitian ini penulis
menggunakan

wawancara

dengan

pendekatan

petunjuk

umum

wawancara, yaitu pendekatan yang mengharuskan pewawancara membuat
kerangka dan garis besar pokok-pokok yang dirumuskan tidak perlu
ditanyakan secara berurutan. Petunjuk wawancara hanya berisi petunjuk
secara garis besar tentang proses dan isi wawancara untuk menjaga agar
pokok-pokok yang direncanakan dapat seluruhnya tercakup.27
c. Studi dokumentasi
Studi dokumentasi ini untuk mengetahui penyelenggaraan BK, tugas
pokok guru BK, penyusunan, pengawasan dan pengembangan BK. Dalam
penelitian ini penulis menggunakan dokumen resmi internal yang berupa
memo, pengumuman, instruksi, aturan suatu lembaga masyarakat tertentu
yang digunakan dalam kalangan sendiri. Termasuk di dalamnya risalah
atau laporan rapat, keputusan pemimpin kantor, dan semacamnya.
Dokumen demikian dapat menyajikan informasi tentang keadaan, aturan,
disiplin, dan dapat memberikan petunjuk tentang gaya kepemimpinan. 28

F. Teknik Analisa Data
Dalam penelitian ini penulis memilih untuk menggunakan penafsiran data
deskriptif semata-mata, yaitu analis menerima dan menggunakan teori dan
rancangan organisasional yang telah ada dalam suatu disiplin ilmu. Dengan hasil
26

Lexy J. Moelong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosakarya, 2010), Cet.
Ke-28, h. 176
27
Lexy J. Moelong, Metode Penelitian Kualitatif, h. 187
28
Lexy J. Moelong, Metode Penelitian Kualitatif, h. 219

analisis data, analis menafsirkan data itu dengan jalan menemukan kategorikategori dalam data yang berkaitan degnan yang biasanya dimanfaatkan dalam
disiplin atau dalam cara bercakap-cakap. Atas dasar itu, penulis menyusunnya
dengan jalan menghubungkan kategori-kategorinya ke dalam kerangka sistem
kategori yang diperoleh dari data.29
Teknik ini digunakan penulis dalam menganalisis data pelaksanaan
manajemen BK SMAN 3 Tangerang Selatan dengan menyebar angket kepada
guru BK. Selain itu penulis menggunakan teknik deskriptif untuk menggunakan
data yang menggunakan wawancara kepada kepala sekolah, observasi dan studi
dokumentasi mengenai penyelenggaraan BK, tugas guru BK, penyusunan,
pengawasan dan pengembangan kegiatan BK di SMAN 3 Tangerang Selatan.
Kemudian disimpulkan dan dianalisis permasalahan yang terkait dari kesimpulan
tersebut untuk kemudian disusun berbagai pemikiran dan perumusan mengenai
pelaksanaan manajemen BK di SMAN 3 Tangerang Selatan.

29

Lexy J. Moelong, Metode Penelitian Kualitatif, h. 257

BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1.

Profil SMA Negeri 3 Tangerang Selatan
1. Nama Sekolah

: SMA 3 Kota Tangerang Selatan

2. Nomor Statistik Sekolah

: 3.010E+11

3. Alamat Sekolah
a. Jalan

: Benda Timur XI Pamulang Permai 2

b. Desa/Kelurahan

: Benda Baru

c. Kecamatan

: Pamulang

d. Kabupaten/Kota

: Tangerang Selatan

e. Propinsi

: Banten

f. Kode Pos

: 15416

g. Telepon/ Fax

: 021 7633772/ 021 74633772

h. e-mail

: smna3 tangsel@yahoo.com

i. Website

: http://www.onepam.com/
http://smanpa1.blogspot.com

4. Kepala Sekolah
a. Nama

: Drs. H. Sujana, SH

b. Telepon Rumha

:

c. HP

: 08128052123

d. email

: sujanajana57@yahoo.co.id

5. Koordinator Pelaksana RSBI

2.

a. Nama

: Dra. Yuniati

b. Telepon Rumah

: 021 74633652

c. HP

: 081310792164

d. email

: yuniati_n1pam@yahoo.com

Sejarah Singkat SMA Negeri 3 Tangerang Selatan

Pada sekitar tahun 1987 daerah tersebut masih dianggap sebagai bagian
kabupaten Pamulang Ciputat (bukan terpisah sub-distrik). Pada waktu itu
penduduk juga sedang dibangun perumahan skala besar yang cantik
Pamulang II. Ditambahkan Ciputat kepadatan penduduk kabupaten,
khsuusnya di daerah sekitar Pamulang juga membutuhkan peningkatan sarana
pendidikan, terutama SMA. Untuk bantuan dari berbagai pihak dan
rekomendasi dari pemerintah kabupaten Tangerang (Surat Persetujuan
Penggunaan Lahan Fasilitas Sosial No. 593.3/1515_UM/1988. Tanggal 2 Juli
1988) akhirnya Indah II Pamulang pengmbang perumahan setujun untuk
beberapa tanah untuk membangun sekolah. Di atas lahan seluas 4.870 m2
dibangun sebuah sekolah dan mulai pada 17 Oktober 1991 bernama SMA
Negeri 2 Ciputat Filial (kelas jauh) yang dipimpin oleh Ibu Hj. Siti Aisyah,
BA (alm) dengan pelaksana harian Drs. A. Rifaie Sirath. Itu hanya sebesar 12
kelas I kelas empat, empat kelas II dan III kelas empat.
Pada sekitar tahun 1991-1992 terjadi pemekaran wilayah di mana
wilayah Pamulang telah menjadi kecamatan tersendiri yaitu kecamatan
Pamulang. Nama SMA Negeri 2 Ciputat filial menjadi tidak cocok lagi
karena berada di wilayah kecamatan Pamulang. Berkat bantuan berbagai
pihak akhirnya berdasarkan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.
0216/O/1992 tertanggal 5 Mei 1992, SMA 2 Ciputat filialberubah nama
menjadi SMA Negeri 1 Pamulang, namun SK ini ditanda tangani baru pada
bulan Juni 1992 dan menjadi landasan berdirinya SMA Negeri 1 Pamulang

yaitu bulan Juni 1992 (makna simbolik logo SMAN 1 Pamulang 6 akar
tangkai, 9 mahkota bunga dan 2 kelopak bunga).
Sejak berdirinya Kota Tangerang Selatan pada tahun 2008, dengan Kota
Tangerang Selatan Peraturan Walikota Nomor 10 Tahun 2009 tetntang
mengubah nama sekolah di tingkat sekolah dasar negeri (SDN), sekolah
menengah pertama (SMP), sekolah tinggi di tanah (SMA), dan sekolah
menengah kejuruan (SMK N) di lingkungan pemerintah kota Tangerang
Selatan.
Peraturan Walikota Tangerang Selatan Nomor 10 Tahun 2009 merubah
nama SMA N 1 Pamulang menjadi SMAN 3 Kota Tangerang Selatan yang
dipimpin oleh Drs. H. Sujana, M.Pd.

3.

Visi dan Misi

Visi
SEKOLAH TERUNGGUL BERWAWASAN NASIONAL DAN
BERSAING SECARA INTERNASIONAL

Misi
a. Menumbuhkan proses internalisasi ajaran agama dan budaya bangsa serta
implementasinya dalam kehidupan nyata.
b. Menumbuhkan semangat prestasi kepada semua warga sekolah.
c. Menumbuhkan sikap belajar sepanjang hayat bagi warga sekolah.
d. Melaksanakan rasa aman dan menyenangkan dalam lingkungan sekolah.
e. Melaksanakan proses pembelajaran secara efektif dan efisien yang berbasis
global (berbasis ICT) yang berpijak pada budaya bangsa.
f.

Menumbuhkan pribadi yang berkualitas, mandiri dan bertanggung jawab
terhadap tugas.

g. Menumbuhkan semangat kepedulian terhadap lingkungan sosial, fisik, dan
kultural budaya nasional.
h. Mengembangkan potensi dan kreativitas warga sekolah yang unggul dan mampu
bersaing baik di tingkat regional, nasional maupun internasional.
i.

Mengembangkan kurikulum berbasis lingkungan.

j.

Menumbuhkan kebiasaan membaca, menulis dan menghasilkan karya.

k. Menerapkan Information and Communication Technology (ICT) dan Bhs.
Internasional dalam proses pembelajaran dan pengelolaan sekolah.
l.

Menyediakan sarana prasarana yang berstandar internasional.

m. Menerapkan manajemen partisipatif dengan melibatkan seluruh warga sekolah
dan lembaga terkait.

4.

Jumlah Siswa

Jumlah siswa SMA Negeri 3 Tangerang Selatan pada tahun ajaran
2010/2011 sebaganyak 888 siswa dengan perincian siswa kelas X (sepuluh)
sebanyak 271 siswa, kelas XI (sebelas) 281 siswa, dan kelas XII (dua belas)
se