Pengaruh bimbingan konseling Agama Islam dalam mengatasi kenakalan remaja di SMA negeri 3 Kota Tangerang selatan

(1)

NEGERI 3 KOTA TANGERANG SELATAN

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I)

OLEH

FUJI ASTUTI

106011000095

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H/2011 M


(2)

vi

Kata Pengantar ……….. i

Abstrak ………... v

Daftar Isi ……… vi

Daftar Tabel ……….. viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………..… 1

B. Identifikasi Masalah ………..………..….… 5

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ………..…… 6

D. Tujuan dan Mamfaat Penelitian……….….. 7

BAB II KAJIAN TEORI A. Kenakalan Remaja ……….…. 8

1. Pengertian Remaja ……….... 9

2. Pengertian Kenakalan Remaja ……….… 11

3. Sebab-sebab Kenakalan Remaja ……….……. 12

4. Bentuk-bentuk Kenakalan Remaja ……….……. 15

5. Cara-cara Penanggulangan Kenakalan Remaja……….……16

B. Bimbingan Konseling Agama 1. Pengertian Bimbingan dan Konseling Agama ……….…… 19

2. Fungsi Bimbingan Konseling Agama ……….……. 22

3. Tujuan Bimbingan Konseling Agama ……….…… 27

4. Jenis-jenis Pelayanan Bimbingan Konseling Agama ……….…. 29

5. Peran Bimbingan Konseling Agama dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja ……….… 35


(3)

vii

C. Tempat dan Waktu Penelitian ……….…... 43

D. Metode Penelitian ……….…. 43

E. Teknik Pengumpulan Data ……….…… 43

F. Teknik Analisis Data ……….…. 44

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SMAN 3 Kota Tangerang Selatan ……….…53

B. Deskripsi dan Analisis Data ……….…. 66

C. Interpretasi Data ………..……….….. 77

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ……… 78

B. Saran ………... 79


(4)

Skripsi berjudul: “Peran Bimbingan Konseling Agama Islam dalam Mengatasi Kenakalan Remaja di SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan”, disusun oleh Fuji Astuti, Nomor Induk Mahasiswa 106011000095, Jurusan Pendidikan Agama Islam. Di ajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. Dan telah di nyatakan lulus dalam ujian munaqosah pada, Maret 2011 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar serjana S1 (S.Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agama Islam.

Jakarta, Maret 2011

Panitia Ujian Munaqosah

Tanggal Tanda Tangan

Ketuan Panitia (ketua Jurusan)

Bahrissalim, M.Ag ….……….. …………...

NIP. 19680307 199803 1 002

Penguji I

….……….. ….………

Penguji II

……….. ………. Mengetahui:

Dekan,

Prof. Dr. Dede Rosyada, MA NIP. 19571005 198703 1 003


(5)

v

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Pengaruh Bimbingan Konseling Agama Islam dalam Mengatasi Kenakalan Remaja di SMAN 3 Kota Tangerang Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara bimbingan konseling agama Islam yang dilakukan oleh guru agama Islam dalam mengatasi kenakalan remaja di SMAN 3 Kota Tangerang Selatan. Responden dalam penelitian ini sebanyak 60 siswa dari 299 orang, jadi sekitar 20% dari populasi yang ada. Kenakalan remaja dipandang sebagai kehidupan remaja yang menyimpang dari berbagai pranata dan norma yang berlaku umum, baik yang menyangkut kehidupan masyarakat, tradisi maupun agama serta hukum yang berlaku. Pengertian kenakalan tersebut mengandung beberapa ciri pokok, yaitu sebagai tingkah laku yang mengandung kelainan-kelainan berupa perilaku atau tindakan yang a-moral, a-susila atau anti sosial. Dalam perilaku tersebut terdapat pelanggaran terhadap norma-norma sosial, hukum dan norma agama yang berlaku dalam masyarakat. Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode diskriptif analisis dengan teknik korelasional. Dari hasil perhitungan didapat rxy product moment sebesar 0,449

maka Ha diterima dan Ho ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara bimbingan konseling agama Islam dalam mengatasi kenakalan remaja di SMAN 3 Kota Tangerang Selatan. Koefisien determinasi sebesar 20,16% menunjukkan bahwa adanya pengaruh bimbingan konseling agama Islam dalam mengatasi kenakalan remaja di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan.


(6)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Perjalanan hidup manusia oleh para ahli Psikologi dibagi dalam beberapa tahapan kehidupan yaitu masa pra kelahiran, masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja dan masa dewasa.

Masa remaja merupakan masa yang sangat penting, sangat kritis dan sangat rentan. Oleh karena itu, bila manusia melewati masa remajanya dengan kegagalan, dimungkinkan akan menemukan kegagalan dalam perjalanan kehidupan masa berikutnya. Sebaliknya bila masa remaja itu diisi dengan penuh kesuksesan, kegiatan yang sangat produktif dan berhasil guna dalam rangka menyiapkan diri untuk memasuki tahapan kehidupan selanjutnya, dimungkinkan manusia itu akan mendapat kesuksesan dalam perjalanan hidupnya. Dengan demikian, masa remaja menjadi kunci sukses dalam memasuki tahapan kehidupan selanjutnya.

Bahwa masa remaja adalah masa sebaik-baiknya untuk belajar, dapat kita temukan dari beberapa ungkapan sebagai berikut: Yeudge is the spring time. Masa muda adalah musin semi. Musim semi adalah musim yang memberi kesempatan untuk menentukan bagaimana pemeliharaan tanaman itu pada akhirnya. Apakah pada musim semi tanaman itu terpelihara dengan baik


(7)

ataukah dibiarkannya tidak terpelihara atau bahkan telah diserang hama. 1Arti daripada ungkapan tersebut yaitu masa pemuda adalah masa invesment yang berarti masa pemuda adalah masa bersiap diri. Suatu masa untuk mencari bekal guna melanjutkan kehidupannya dihari kemudian.

Jadi, masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami berbagai perubahan, baik fisik maupun psikis.2

Terjadinya perubahan kejiwaan tersebut menimbulkan banyak kebingungan dan keanehan sebagai suatu yang baru dalam kehidupan remaja. Dengan demikian, masa remaja adalah masa yang penuh gejolak emosi dan ketidakseimbangan. Karena itu remaja mudah terkena pengaruh oleh lingkungan. Remaja akan diombang ambing oleh munculnya; kekecewaan dan penderitaan, meningkatnya konflik, pertentangan dan krisis, Penyesuaian diri impian dan khayalan, pacaran dan percintaan, keterasingan dari kehidupan dewasa dan norma kebudayaan.

Masa remaja juga dikenal dengan masa perkembangan menuju kematangan jasmani, seksualitas, pikiran dan emosional. Remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas. Ia tidak termasuk golongan anak, tetapi ia tidak pula termasuk golongan orang dewasa atau golongan tua. Tetapi berada di antara keduanya, karena masih belum mampu untuk menguasai fungsi-fungsi fisik maupun psikisnya.

Dalam proses transisi ini, seringkali remaja menunjukkan gejala-gejala psikologis yang menjadi problem dalam kehidupannya. Pada masa ini remaja memerlukan bimbingan, terutama dari orangtuanya atau keluarganya. Sementara itu, terkadang keluarga seringkali disibukkan dengan problem masing-masing. Dalam keadaan seperti ini sebagian remaja mencari jalan keluar dan pemecahannya dengan cara mereka sendiri dan tidak jarang kebingungan para remaja itu dan jika orang tua, guru dan masyarakat tidak

1 Agoes Soejanto. Bimbingan Kearah Belajar Yang Sukses, (Jakarta: Aksara Baru, 1990)

h. 34

2 Hendrianti Agustina, Psikologi Perkembangan Pendekatan Ekologi Kaitannya dengan


(8)

memperhatikan mereka bisa saja tergelincir pada perilaku yang aneh-aneh yaitu penyimpangan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat, agama maupun hukum.

Penyimpangan-penyimpangan itu disebut juga kenakalan remaja. Adapun bentuknya yaitu bersifat pelanggaran terhadap norma-norma sosial seperti membolos sekolah, tawuran, menodong, menentang guru, membuat onar dan sebagainya. Hal tersebut tidaklah muncul begitu saja, pastilah ada faktor yang menyebabkan semua itu terjadi.

Melihat keadaan remaja seperti digambarkan di atas, kiranya perlu diambil langkah-langkah positif yang terarah oleh semua kalangan yaitu kepedulian orang dewasa untuk mengantisipasi dan menanggulangi masalah tersebut yang dapat mengganggu keseimbangan, keamanan dan ketertiban umum. Hal ini agar remaja dapat terarah, tidak mengganggu konsentrasinya di sekolah atau tidak menghambat kreatifitasnya.

Sekolah yang merupakan tempat kedua setelah lingkungan keluarga agaknya dapat membantu remaja yang sedang mengalami masa transisi. Di sekolah biasanya terdapat pelayanan bimbingan konseling. Pelayanan bimbingan dan konseling secara umum yang mencakup jaringan dalam bidang kehidupan tersebut memungkinkan remaja menjadi warga negara yang bermoral dan mampu menjalani kehidupannya dengan penuh kemandirian dan tanggung jawab. Maka layanan bimbingan dan konseling berperan langsung dalam pembangunan tersebut. Sebagaimana diketahui bahwa fungsi bimbingan konseling secara umum adalah sebagai fasilitator dan motivator klien dalam upaya mangatasi dan memecahkan masalah dengan kemampuan yang ada.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang disertai dengan perkembangan sosial budaya yang berlangsung cepat, menjadikan peran guru meningkat dari sebagai pengajar menjadi pembimbing. Dikalangan pendidik, bimbingan diarahkan sebagai sarana penghubung antara para pendidik dengan anak didik, khususnya untuk mencapai tujuan pendidikan.


(9)

Bimbingan dan konseling merupakan salah satu di antara bidang kependidikan yang harus dikuasai oleh seorang guru agama Islam. Dalam hal ini bimbingan dan konseling merupakan tanggung jawab seluruh komponen yang ada di sekolah termasuk didalamnya guru agama Islam, demi tercapainya tujuan pendidikan di sekolah. Kegiatan bimbingan dan konseling inipun dilakukan melalui pelayanan yang khusus terhadap semua siswa agar dapat mengembangkan dan memanfaatkan pengetahuannya secara utuh dan penuh.

Maka bagi guru agama Islam, ia adalah pembimbing keagamaan anak didik, serta tugas yang diembannya bisa dikatakan berat dan mempunyai kontribusi yang pasti bagi anak didik, tanpa harus mengesampingkan peran serta kontribusi guru bimbingan dan penyuluhan. Berapa banyak guru agama Islam yang memiliki tugas ganda, disamping ia sebagai guru agama Islam, ia pun harus menjadi guru pembimbing, karena tugas keduanya dapat dilakukan oleh seorang guru agama Islam.

Seorang guru agama Islam hendaklah memiliki pengetahuan dalam bidang keguruan yang meliputi bidang paedagogis, psikologi, akidah akhlak dan sebagainya.3 Maka sangat komplekslah tanggung jawab seorang guru agama Islam terhadap anak didiknya maupun bidang ilmu pengetahuan yang harus dimilikinya.

Guru agama Islam hendaknya tidak hanya sebagai pendidik tapi juga pembimbing. Jadi, setiap guru khususnya guru agama Islam berkewajiban memberikan bantuan kepada peserta didik agar mereka mampu menemukan masalah sendiri, mengatasi kesulitan, memecahkan masalahnya dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Para peserta didik membutuhkan bantuan guru agama Islam dalam hal mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik. Dalam upaya membantu anak mengatasi kesulitan dan berbagai masalah guru agama Islam berperan sebagai pembimbing. Setiap guru agama Islam perlu memiliki pemahaman yang seksama tentang para siswanya, memahami segala potensinya dan kelemahannya, masalah dan


(10)

kesulitan-kesulitannya, dengan segala latar belakangnya.4 Selain itu, guru agama Islam harus memahami dengan baik tentang teknik bimbingan kelompok, penyuluhan individu, psikologi kepribadian dan psikologi belajar. Hal ini harus dilakukan secara optimal dengan tujuan supaya bisa menghasilkan output yang benar-benar bisa dibanggakan baik dari segi iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi ) maupun imtaq (iman dan taqwa).

Inilah beberapa tugas yang harus diemban oleh para pendidik, khususnya guru agama Islam yang merangkap sebagai konselor agama, dalam mendidik, membina dan mengarahkannya sesuai dengan tujuan pendidikan dan agama.

Berdasarkan pandangan inilah penulis mencoba memaparkan hal yang riil dan faktual tentang “PENGARUH BIMBINGAN KONSELING AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI KENAKALAN REMAJA DI SMA NEGERI 3 TANGERANG SELATAN”

B.

Identifikasi Masalah

Adapun masalah yang terkait dalam penelitian ini adalah: 1. Kenakalan remaja.

2. Sebab-sebab kenakalan remaja. 3. Jenis-jenis kenakalan remaja.

4. Tugas guru agama yang terkait dengan kegiatan bimbingan konseling agama.

5. Bentuk-bentuk pelayanan bimbingan dan konseling agama.

6. Cara-cara menanggulangi kenakalan remaja melalui pelayanan bimbingan konseling agama.

7. Peran bimbingan konseling agama Islam dalam mengatasi kenakalan remaja.

4 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT


(11)

C.

Pembatasan dan Perumusan Masalah

Melihat luasnya permasalahan yang dihadapi berkenaan dengan judul di atas, maka masalah-masalah yang hendak diteliti dalam penelitian ini perlu dibatasi agar arah, tujuan dan sasarannya lebih jelas. Untuk memudahkan penulis dalam melakukan penelitian ini, penulis hanya membatasi penelitian kepada hal-hal sebagai berikut, yaitu:

1. Kenakalan yang dilakukan oleh siswa SMA Negeri 3 Tangerang Selatan 2. Pelayanan-pelayanan yang diberikan dalam bimbingan dan konseling

agama Islam dalam rangka mengatasi kenakalan remaja / siswa

3. Pengaruh bimbingan konseling agama Islam dalam mengatasi kenakalan yang dilakukan oleh siswa SMA Negeri 3 Tanggerang Selatan

Agar pembatasan masalah dapat diteliti dan dianalisa secara terarah, maka penulis akan merumuskan masalah yang akan dibahas atau diteliti. Adapun perumusan masalah tersebut adalah:

1. Kenakalan apa saja yang dilakukan oleh siswa SMA Negeri 3 Tangerang Selatan?

2. Pelayanan-pelayanan apa saja yang diberikan dalam bimbingan dan konseling agama dalam mengatasi kenakalan remaja di SMA Negeri 3 Tanggerang Selatan?

3. Apakah terdapat pengaruh bimbingan dan konseling agama Islam dalam mengatasi kenakalan remaja?

D.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang penulis teliti adalah:

a) Untuk mengetahui kenakalan apa saja yang dilakukan oleh siswa SMA Negeri 3 Tangerang Selatan

b) Untuk mengetahui pelayanan-pelayanan apa saja yang diberikan dalam bimbingan dan konseling agama dalam mengatasi kenakalan remaja di SMA Negeri 3 Tanggerang Selatan.


(12)

c) Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh bimbingan konseling agama Islam dalam mengatasi kenakalan yang dilakukan oleh siswa, baik yang dilakukan di sekolah maupun di luar sekolah yang bisa dipantau oleh pihak sekolah

2. Mamfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

a) Untuk mengembangkan disiplin keilmuan yang penulis miliki dan menambah wawasan penulis khususnya, serta pendidik dan pembaca umumnya yang berminat dalam masalah ini.

b) Untuk memberikan masukan bagi sekolah yang diteliti sebagai bahan evaluasi.


(13)

8

BAB II

KAJIAN TEORI

A.

Kenakalan Remaja

Permasalahan kehidupan dan dinamika remaja tidak akan berhenti, karena berkaitan dengan dinamika hidup manusia di dunia ini. Kehidupan remaja saat ini sering dihadapkan pada berbagai masalah yang amat kompleks yang tentunya sangat perlu mendapat perhatian kita semua.

Salah satu masalah tersebut adalah semakin menurunnya tatakrama kehidupan sosial dan etika moral remaja dalam praktik kehidupan, baik di rumah, di sekolah, maupun lingkungan sekitarnya, yang mengakibatkan timbulnya sejumlah efek negatif di masyarakat yang akhir-akhir ini makin merisaukan. Efek tersebut, misalnya semakin maraknya penyimpangan diberbagai norma kehidupan yang terwujud dalam bentuk-bentuk perilaku anti sosial seperti tawuran, penganiayaan, perusakan fasilitas umum, pencurian serta perbuatan amoral lainnya.1

Pada zaman dahulu kebanyakan orang menganggap bahwa anak adalah orang dewasa dalam ukuran kecil, sehingga istilah remaja itu tidak ditemukan pada saat itu. Namun setelah zaman modern, maka perkembangan manusia telah diperinci secara mendalam. Di dalam fase itu terdapat masa remaja, yaitu masa transisi antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Allah berfirman dalam al-Qur’an:

1 Aat Syaf, dkk. Peranan Pendidikan Agama Islam dalam Mencegah Kenakalan Remaja


(14)

ﹸﺛ ٍﺔﹶﻔﹾﻄﻧ ﻦِﻣ ﻢﹸﺛ ٍﺏﺍﺮﺗ ﻦﻣ ﻢﹸﻜﹶﻘﹶﻠﺧ ﻱِﺬﱠﻟﺍﻮﻫ

ﻢﹸﺛ ﹰﻼﹾﻔِﻃ ﻢﹸﻜﺟِﺮﺨﻳ ﻢﹸﺛ ٍﺔﹶﻘﹶﻠﻋ ﻦِﻣ ﻢ

ﹸﻞﺒﹶﻗ ﻦِﻣ ﻰﱠﻓﻮﺘﻳ ﻦﻣ ﻢﹸﻜﻨِﻣﻭ ﺎﺧﻮﻴﺷﺍﻮﻧﻮﹸﻜﺘِﻟ ﻢﹸﺛ ﻢﹸﻛﺪﺷﹶﺍﺍﻮﻐﹸﻠﺒﺘِﻟ

ﹶﻥﻮﹸﻠِﻘﻌﺗ ﻢﹸﻜﱠﻠﻌﹶﻟﻮىﻤﺴﻣﹰﻼﺟﹶﺍﺍﻮﻐﹸﻠﺒﺘِﻟﻭ

)

ﲔﻣﺆﳌﺍ

:

67

(

Artinya: “Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes air mani, setelah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu biarkan hidup) supaya kamu sampai masa (dewasa), kemudian (dibiarkan lagi hidup) sampai tua, di antara kamu itu ada yang diwafatkan sebelum itu (kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahaminya.” (Q.S. Al-Mukmin: 67)2

Sebelum lebih jauh pada pembahasan kenakalan remaja, sebaiknya pada awal pembahasan ini diuraikan terlebih dahulu mengenai pengertian remaja.

1. Pengertian Remaja

Remaja berasal dari kata latin Adolecere (kata benda Adolescentia) yang berarti remaja, yaitu “tumbuh atau tumbuh dewasa” dan bukan anak-anak lagi. Remaja menurut Zakiah Darajat adalah tahap peralihan dari masa kanak-kanak; tidak lagi anak, tetapi belum dipandang dewasa. Remaja adalah umur yang menjembatani antara umur anak-anak dan umur dewasa.3

Adolescentia berasal dari bahasa latin, adolescentia, yang berarti masa muda yang terjadi antara 17-30 tahun. Yulia dan Singgih D. Gunarsa, akhirnya menyimpulkan bahwa proses perkembangan psikis remaja dimulai antara 12-22 tahun.4

Jika kita perhatikan dalam beberapa literatur mengenai pengertian remaja ada beberapa perbedaan redaksional yang dikemukakan oleh para ahli, tetapi maksud dan tujuannya sama. Seperti pendapat Alisuf Sabri

2

Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya,(Bandung: CV Dipenogoro, 2000), Cet. X, h. 379.

3 Aat Syaf, dkk. Peranan Pendidikan Agama Islam dalam Mencegah Kenakalan Remaja

(Juvenile Deliquency), Rajawali Press, h. 87


(15)

yang memberikan pengertian remaja sebagai “masa peralihan dari masa kanak-kanak kepada masa dewasa.”5

Akyas Azhari, dalam bukunya yang berjudul Psikologi Umum dan Perkembangan, Mengatakan Istilah Adolecence atau remaja berasal dari kata latin adolenscere (kata bendanya, adolensecentia yang berarti remaja), yang berarti pula “tumbuh” atau tumbuh menjadi dewasa. 6

Pada tahun 1974, WHO memberikan definisi tentang remaja yang lebih bersifat konseptual. Dalam definisi tersebut dikemukakan 3 kriteria yaitu biologik, psikologik dan sosial ekonomi, sehingga secara lengkap definisi tersebut berbunyi sebagai berikut: Remaja adalah suatu masa di mana 1) Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual. 2) Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa. 3) Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada yang relatif lebih mandiri. 7

Dengan demikian pengertian remaja dapat penulis simpulkan bahwa masa remaja adalah suatu periode dalam kehidupan manusia yang banyak mengalami perubahan yang nampak sekali secara fisik yaitu berupa terjadinya perkembangan seksualitas pada organ-organ tertentu dan aspek psikologis, sehingga membawa perubahan dari anak-anak menjadi dewasa. Para ahli jiwa sepakat dalam menentukan permulaan masa remaja, yaitu dimulai dengan adanya kegoncangan, yang ditandai dengan menstruasi pada perempuan dan mimpi pada anak laki-laki. Kejadian yang menentukan ini tidak sama antara satu sama lain, tetapi secara kira-kira ditentukan umur kurang lebih 13 tahun sebagai permulaan masa remaja (adolesen), sedang akhir masa remaja itu bermacam-macam.8

5 M Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan (Jakarta: IAIN, 1992),

h. 135.

6 Akyas Azhari, Psikologi Umum dan Perkembangan, ( Jakarta: Teraju, 2004), h. 178 7 Sarlito Wirawan, Psikologi Remaja, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1994), Cet. III,

h. 9


(16)

Sebagian ahli mengatakan bahwa batasan usia remaja dimulai pada umur 13-19 tahun. Sementara itu, menurut tinjauan psikologi yang dikemukakan oleh Y. Singgih Dirgagunarsa dan suaminya mengatakan masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa, meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa, yaitu batas umur 12-22 tahun.9

Masa remaja adalah masa yang penuh kegoncangan jiwa, masa berada dalam peralihan atau di atas jembatan goyang, yang menghubungkan masa kanak-kanak yang penuh kebergantungan dengan masa dewasa yang matang dan berdiri sendiri.10

Masa ini sering disebut juga sebagai masa “sturm and drang” karena anak itu emosinya timbul dengan cepat, sehingga menimbulkan kemauan-kemauan yang keras. Ia mulai sadar tentang dirinya sendiri dan ingin melepaskan dirinya dari segala bentuk kekangan dan berontak terhadap norma-norma yang berlaku.11

2. Pengertian Kenakalan Remaja

Kenakalan remaja dalam bahasa Inggris disebut dengan Juvenile Delinqunce atau Teddy Boy. Menurut bahasa Jerman di sebut Wohl Fahrts kriminalitet sedangkan di Amerika Serikat disebut Rebels Without a Cause, di Swedia disebut Skinm Knutte, di Prancis disebut Blousons noirs dan di Jepang disebut Toyosoku.12

Menurut Prof. Dr. Fuad Hasan :“Kenakalan remaja adalah kelakuan atau perbuatan anti sosial dan anti normatif”. Selanjutnya menurut Inpres No 6 /1971 pedoman 8 tentang pola penanggulangan kenakalan remaja, mengenai kenakalan remaja, pengertiannya adalah “kelainan tingkah laku, perbuatan remaja yang bersifat a-sosial bahkan anti sosial yang melanggar

9 Sahilun A Nasir, Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problema Remaja,

(Jakarta: Kalam Mulia, 1999), Cet. I, h. 70.

10 Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2003), Cet ke 16, h. 85 11 Sahilun A Nasir, Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problema Remaja,

(Jakarta: Kalam Mulia, 1999), Cet. I, h. 82.


(17)

norma-norma sosial, agama serta ketentuan hukum yang berlaku dalam masyarakat.”13

H.M. Arifin dalam bukunya Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, menjelaskan tentang kenakalan remaja yaitu dipandang sebagai kehidupan remaja yang menyimpang dari berbagai pranata dan norma yang berlaku umum, baik yang menyangkut kehidupan masyarakat, tradisi maupun agama serta hukum yang berlaku.14

Pengertian kenakalan tersebut mengandung beberapa ciri pokok, yaitu sebagai berikut:

a. Tingkah laku yang mengandung kelainan-kelainan berupa perilaku atau tindakan yang a-moral, a-susila atau anti sosial. Dalam perilaku tersebut terdapat pelanggaran terhadap norma-norma sosial, hukum dan norma agama yang berlaku dalam masyarakat.

b. Perilaku atau tindakan-tindakan yang bertentangan dengan nilai-nilai hukum atau undang-undang yang berlaku, yang jika dilakukan orang dewasa, hal tersebut jelas merupakan pelanggaran atau tindakan kejahatan yang diancam dengan hukuman dengan ketentuan yang berlaku.

c. Perbuatan atau tindakan tersebut dilakukan oleh sekelompok usia remaja.

3. Sebab-sebab Kenakalan Remaja

Segala sesuatu pasti ada sebabnya, seperti pepatah yang mengatakan “tidak mungkin ada asap jika tidak ada api”. Hal ini menyiratkan bahwasanya kenakalan remaja yang terjadi saat-saat ini adalah akibat dan pastilah ada yang menyebabkan itu semua terjadi. Adapun sebab-sebab yang menjadikan seorang remaja melakukan tindakan menyimpang yaitu salah satunya kegagalan pendidikan atau kurangnya penanaman pendidikan agama yang dilakukan keluarga, guru, guru agama dan

13 Sahilun A Nasir, Peranan Pendidikan Agama Terhadap . . . , Cet. I, h. 82.

14 H.M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: PT


(18)

masyarakat. Yang dimaksud didikan agama di sini tidak hanya pelajaran agama yang diberikan secara sengaja dan teratur oleh guru sekolah saja, akan tetapi yang terpenting adalah penanaman jiwa agama yang dimulai dari rumah tangga, sejak si anak masih kecil, dengan jalan membiasakan diri si anak kepada sifat-sifat dan kebiasaan yang baik.15 Selain itu, kondisi sosial ekonomi yang kurang menguntungkan bagi pertumbuhan dan perkembangan remaja secara wajar juga mendorong remaja menjadi nakal.

Hal-hal yang telah dipaparkan diatas merupakan faktor langsung penyebab kenakalan remaja. Adapun secara tidak langsung, hal-hal yang menjadi penyebab kenakalan remaja ialah penyakit masyarakat yang memungkinkan memicu kenakalan remaja, seseorang yang hidup dalam masyarakat yang tidak sehat dapat menularkan pengaruh buruk pada diri remaja. Selain pengaruh dari masyarakat yang tidak bagus, teknologi canggih yang tidak diimbangi dengan adanya iman juga menjadi penyebab seseorang berkelakuan tidak sehat atau nakal.

Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, terdapat faktor langsung dan tidak langsung yang menjadi penyebab kenakalan remaja, ada hal-hal lain yang bersifat khusus yang menyebabkan kenakalan remaja seperti pemenuhan kebutuhan pokok yang tak seimbang dengan keinginan anak-anak, hal ini berkaitan dengan keadaan sosio ekonomi yang kurang menguntungkan bagi kehidupan anak. Selanjutnya, kurang dapatnya seorang remaja menyesuaikan diri dalam lingkungannya terutama lingkungan yang negatif menjadi pendorong seseorang menjadi nakal, hal ini juga berkaitan karena pengendalian diri yang kurang terhadap hal-hal yang negatif atau dengan kata lain daya tahan lemah. Selain itu, pengaruh lingkungan atau pengaruh teman sebaya sangat dominan. Beberapa penelitian membuktikan bahwa besar sekali pengaruh dari lingkungan dan teman sebaya dalam memunculkan terjadinya kenakalan remaja.


(19)

Selanjutnya, seorang remaja yang tidak mempunyai kegemaran atau hobby yang positif atau tidak adanya wadah khusus tempat ia menyalurkan hobi dan bakat yang positif sehingga ia tidak memanfaatkan waktu secara baik dan ia mudah dipengaruhi oleh hal-hal negatif. Keadaan semacam ini mendorong seorang remaja tidak berkembang dan dapat menciptakan kenakalan remaja. Potensi dan kreativitas remaja yang positif hendaknya bisa disalurkan melalui kegiatan yang membangun dinamisasi aktivitas remaja. Remaja memang butuh perhatian ekstra, dalam arti orang tua dan guru agama khususnya harus memperhatikan benar pergaulannya.

Masih berkaitan dengan sebab-sebab kenakalan remaja, kehidupan keluarga di rumah juga sangat mempengaruhi kepribadian seseorang menjadi baik atau tidak. Sesungguhnya pengaruh lingkungan keluarga sangat besar terhadap remaja. Pengaruh itu tidaklah terbatas pada waktu ia menjadi remaja saja, akan tetapi telah dimulai sejak dari bayi, bahkan sejak dalam kandungan.16 Selanjutnya, keretakan hidup keluarga adalah salah satu hal negatif yang menyebabkan seseorang berkepribadian tidak baik. Keretakan yang dimaksud di sini adalah broken home dalam rumah tangga orang tua atau perceraian orang tua yang mengakibatkan remaja mencari pelarian (negatif) sehingga remaja cenderung terlibat dalam masalah kenakalan remaja. Beberapa kajian menyatakan bahwa para remaja yang hidup dalam rumah tangga yang retak, mereka lebih berpotensi mengalami banyak problematika yang bersifat emosional, moral, medis dan sosial dibanding remaja yang hidup dalam rumah tangga biasa 17. Selain keretakan hidup keluarga, hal-hal seperti rasa cinta kasih sayang orang tua yang tidak merata terhadap anak-anak, kelahiran anak yang tidak dikehendaki oleh orang tuanya yang menjadikan orang tua setengah-setengah mengurusnya, kesibukan orang tua sehingga anaknya tidak terbina dengan baik, kurang mengetahui tentang cara-cara mendidik

16 Zakiah Daradjat, Pembinaan Remaja, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976) Cet II, h. 19 17 Syaikh M. Jamaluddin Mahfuzh, Psikologi Anak dan Remaja Muslim, (Jakarta:


(20)

anak-anak yang baik dan benar, hal-hal tersebut di atas tidak sedikit terjadi di lingkungan masyarakat sekitar kita.

Kenakalan remaja tidak sepenuhnya akibat dari pendidikan orang tua. Sekolah yang merupakan tempat seseorang menuntut ilmu bisa jadi merupakan penyebab kenakalan remaja karena kurang guru atau guru agama Islam yang kurang memenuhi syarat, guru agama Islam tidak hanya mentransfer ilmu saja tetapi juga menanamkan nilai-nilai agama Islam dalam kehidupan siswa/i-nya. Selain itu, kesibukan guru agama Islam khususnya untuk mencari tambahan penghasilan yang membuat guru agama Islam tidak optimal membina anak-anaknya juga mempengaruhi perkembangan hidup anak, hal ini secara langsung membuat guru kurang memberi perhatian terhadap kehidupan anak didiknya dan kurang adanya kerjasama atau hubungan guru dan orang tua murid.

Salah satu diantara penyebab kenakalan remaja lainnya ialah kehilangan ketentraman batin.18 Kehilangan ketentaraman bathin atau terkenanya gangguan jiwa ringan ini adalah karena seseorang tidak dekat dengan Tuhannya. Agama benar-benar merupakan satu kekuatan yang sangat penting dalam pembentukan kesehatan jiwa, dengan jiwa yang sehat maka kenakalan remaja dapat dicegah.

4. Bentuk-bentuk Kenakalan Remaja

Kenakalan remaja dapat dikelompokan menjadi dua bagian besar yaitu:

a. Kenakalan remaja yang tergolong pelanggaran terhadap norma-norma, tetapi tidak diatur dalam KUHP.

b. Kenakalan yang tergolong pelanggaran yang telah diatur dalam KUHP.

Kenakalan yang tidak diatur dalam KUHP, tetapi tingkah laku dan perbuatan remaja tersebut cukup menyulitkan atau cukup tidak dimengerti oleh orang tua, antara lain seperti berani dan suka menentang orang tua


(21)

atau guru. Selain menentang orang tua dan guru, seseorang di katakan nakal apabila ia sering malas atau membolos sekolah.

Akibat dari seorang remaja tidak dapat mengatur waktu luang secara baik atau tidak mengikuti kegiatan-kegiatan positif yang dapat membangun dirinya maka ia suka berkeliaran tanpa tujuan yang jelas atau suka keluar malam yang tidak ada gunanya, berpesta pora semalam suntuk, suka ngebut dijalan umum yang sebenarnya dapat membahayakan dirinya sendiri dan orang lain serta suka menggangu tata tertib masyarakat. Selanjutnya, kenakalan remaja yang tergolong pelanggaran terhadap norma-norma, tetapi tidak diatur dalam KUHP yaitu seperti suka membaca buku-buku cabul dan porno yang kemudian membuat seorang remaja penasaran dan ia memilih untuk menonton film-film porno atau blue film dan jika keimanannya tidak cukup kuat maka ia akan mempraktekannya dalam kehidupan sehari-hari seperti pelecehan seksual atau bahkan melakukan hubungan di luar nikah. Kematangan seksual anak pubertas bila tidak diarahkan dan dibimbing ke jalan yang baik akan menimbulkan akses negative yang mengarah pada kehancuran masa depan.19

Pergaulan yang tidak baik menjadi sebab seseorang suka atau sering berkelahi, berambut gondrong bagi laki-laki serta bermake-up yang berlebihan bagi perempuan, corat-coret di jalan atau tembok-tembok, meminum minuman keras, suka berbohong atau memutar balikan kenyataan dengan tujuan menipu, suka berkata kotor, tidak sopan serta senonoh, dan lain-lain. Fenomena tersebut tidak jarang kita jumpai di lingkungan kita. Dan hal-hal tersebut otomatis akan menjelekan nama keluarga atau sekolah.

Sedangkan bentuk kenakalan yang melanggar peraturan atau Undang-undang yang diatur dalam KUHP antara lain, yaitu:

a. Melanggar keamanan umum (pasal 489-520 KUHP)

b. Menganggap remeh petugas negara (pasal 521 dan 528 KUHP)

19 Fuad Kauma, Sensasi Remaja di Masa Puber: Dampak Negatif dan Alternatif


(22)

c. Pelanggaran dalam perkawinan (pasal 529-530 KUHP) d. Pelanggaran kesusilaan (pasal 532-547 KUHP)

e. Mengakibatkan kematian orang lain (pasal 359 KUHP) f. Penganiayaan ringan (pasal 532 KUHP)

g. Perampasan kemerdekaan orang, seperti penculikan (pasal 328,330,331 dan 336 KUHP)

h. Pemerasan dan pengancaman (pasal 368, 369 KUHP)

i. Menghancurkan dan merusakan barang (pasal 406, 412 KUHP) j. Pencurian dengan kekerasan (pasal 356 KUHP)

k. Kejahatan kesusilaan dengan segala bentuknya.

Selanjutnya, penyalahgunaan narkotika juga merupakan bentuk kenakalan remaja. Penggunaan narkotika jelas-jelas perbuatan yang melanggar hukum. Dalam beberapa dasa warsa terakhir ini penyalahgunaan narkotika sebagian dilakukan oleh kaum remaja. Khusus di Indonesia keadaan ini kerap kali melanda anak-anak remaja di kota-kota besar.

Sebuah hasil penelitian ilmiah yang dilakukan oleh psikiater Dr. Graham Blaine antara lain mengemukakan bahwa biasanya seorang remaja mempergunakan narkotika dengan beberapa sebab, yaitu:

1. Untuk membuktikan keberanian dalam melakukan tindakan-tindakan yang berbahaya seperti ngebut, berkelahi, bergail dengan wanita dan lain-lain.

2. Untuk menunjukan tindakan menentang otoritas terhadap orang tua atau guru atau norma-norma sosial

3. Untuk mempermudah penyaluran dan perbuatan seks

4. Untuk melepaskan diri dari kesepian dan memperoleh pengalaman-pengalaman emosional

5. Untuk mencari dan menemukan arti dari hidup

6. Untuk mengisi kekosongan dan kesepian atau kebosanan 7. Untuk menghilangkan kegelisahan, frustasi dan kepenatan

hidup

8. Untuk mengikuti kemauan kawan-kawan dalam rangka pembinaan solidaritas


(23)

9. Hanya iseng-iseng atau didorong rasa ingin tahu 20.

5. Cara-cara Penanggulangan Kenakalan Remaja

Untuk mendekatkan masalah remaja atau kenakalan remaja pada suatu pemecahan yang tepat, maka hendaknya ditinjau terlebih dahulu dari subyeknya, kemudian baru pada bentuk dan sifat perbuatannya. Oleh karena itu, remaja harus dipandang sebagai individu yang masih dalam transisi meningkat dewasa, individu yang memerlukan dan berhak mendapat bantuan pada masa perkembangannya, individu yang harus mendapat bimbingan dan perhatian.

Dengan memperhatikan berbagai konsekuensi dan untuk menghindari membengkaknya masalah kenakalan remaja ini, maka perlu sekali diadakan pencegahan atau tindakan yang terarah. Menurut Sahilun A Nasir, Tindakan-tindakan tersebut diantaranya yaitu: tindakan preventif,

tindakan represif, tindakan kuratif. Uraian berikut ini akan menjelaskan makna masing-masing tindakan tersebut.

a. Tindakan Preventif, yakni segala tindakan yang bertujuan mencegah timbulnya kenakalan-kenakalan. Usaha-usaha yang sifatnya preventif dapat dilakukan melalui pendidikan informal (keluarga), pedidikan formal (sekolah) atau juga melalui pendidikan non formal (masyarakat)21. Hal-hal kongkrit yang bisa dilakukan dalam mencegah timbulnya kenakalan ialah meghindari keretakan rumah tangga atau broken home, menanamkan pendidikan agama yang sesuai dengan tingkat perkembangannya dan penuhilah hatinya dengan keimanan22, pemeliharaan hubungan kasih sayang yang adil dan merata antar sesama anggota keluarga, pengawasan yang intensif terhadap gejala aktifitas yang dilakukan oleh anak-anak untuk menekan kemungkinan berprilaku negatif,

20

Sudarsono, Kenakalan Remaja, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), Cet. IV, h. 67

21 Sahilun A Nasir, Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problema

Remaja, (Jakarta: Kalam Mulia, 1999), Cet. I, h. 90

22 Syafari Soma dan Hajaruddin. Menanggulangi Remaja kriminal: Islam sebagai


(24)

pemberian kesibukan yang bermamfaat, pemberiaan peranan dan tanggung jawab diantara para anggota keluarga, menintensifkan pelajaran pendidikan agama Islam di sekolah, dalam pelaksanaan kurikulum di sekolah hendaknya memperhatikan keseimbangan aspek kognitif, efektif dan psikomotor yang memadai, mengadakan identifikasi dan bimbingan mengenai bakat, minat, kemampuan dan penyalurannya, melatih atau membiasakan anak untuk dapat bekerja sama, berorganisasi dengan bimbingan guru melalui OSIS dan lain-lain, mengadakan dan mengaktifkan remaja masjid, karang taruna, dan lain sebagainya.

b. Tindakan Represif, yakni tindakan untuk menindas dan menahan kenakalan remaja seringan mungkin atau menghalangi timbulnya peristiwa kenakalan yang lebih hebat. Ruang lingkup tindakan represif meliputi:

1) Razia terhadap tempat-tempat atau barang-barang yang dapat dijadikan tempat atau alat berbuat nakal oleh para remaja. 2) Penyidikan atau pengusutan dan pemeriksaan terhadap

remaja yang berbuat nakal.

3) Penahanan sementara untuk kepentingan pemeriksaan dan perlindungan bagi remaja.

4) Penuntutan dan peradilan terhadap perkara yang melanggar hukum.23

Pada umumnya tindakan represif diberikan dalam bentuk memberikan peringatan secara lisan maupun tertulis kepada pelajar , orang tua atau walinya. Selain itu, juga melakukan pengawasan khusus oleh Kepala Sekolah dan team guru atau pembimbing. c. Tindakan Kuratif, dan rehabilitasi, yakni memperbaiki akibat

perbuatan nakal, terutama individu yang telah melakukan perbuatan

23 Sahilun A Nasir, Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problema Remaja,


(25)

tersebut 24. Tindakan ini dilakukan setelah tindakan-tindakan yang lain dilakukan. Tindakan ini merupakan pembinaan khusus untuk memecahkan dan menanggulangi problema kenakalan remaja. Pada setiap tindakan preventif, represif maupun kuratif, pendidikan agama Islam selalu dibutuhkan dan dipergunakan, karena pendidikan agama Islam adalah suatu amal kebajikan, sedangkan kebajikan bisa menghapuskan kejelekan. Pendek kata agama Islam memberikan bimbingan hidup dari yang sekecil-kecilnya sampai kepada yang sebesar-besarnya; mulai dari hidup pribadi, keluarga, masyarakat, dan hubungan dengan Allah, bahkan dengan alam semesta dan makhluk hidup lainnya.25 Jadi, guru agama Islam sebagai pembimbing dan konselor perlu memahami berbagai factor penyebab kenakalan remaja (siswa). Setelah itu guru agama Islam dapat mengambil langkah-langkah baik preventif maupun kuratif.

Nilai-nilai religiusitas menjadi faktor yang dominan dalam upaya pencegahan terjadinya kenakalan remaja dalam suatu lingkungan masyarakat. Penanaman nilai-nilai agama Islam sebaiknya dilakukan sejak manusia dalam kandungan sampai akhir hayat. Jadi, dapat dikatakan suatu usaha penyelamat bagi remaja adalah ketekunan menjalankan agama. Ketekunan menjalankan agama itu dapat dicapai dengan jalan latihan yang terus menerus dan menghindarkan diri dari godaan-godaan yang merusak.

Problem kenakalan remaja juga dapat diminimalisir dengan memberikan ruang gerak kepada remaja dalam mengikutsertakan atau menyalurkan mereka dalam aktivitas-aktivitas yang bernilai positif.

24 Sahilun A Nasir, Peranan Pendidikan Agama Terhadap .... Cet. I, h. 90

25 Zakiyah Daradjat. Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, (Jakarta: PT Toko


(26)

B.

Bimbingan Konseling Agama

1. Pengertian Bimbingan dan Konseling Agama

Istilah bimbingan dan konseling pada awalnya dikenal dengan istilah bimbingan dan penyuluhan yang merupakan terjemahan dari istilah guidance and counseling dalam bahasa Inggris.26 Kedua istilah ini akan diuraikan secara terpisah, dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang jelas. Terlebih dahulu akan dibahas arti guidance kemudian arti counseling.

Pada hakikatnya bimbingan merupakan terjemahan dari kata “guidance”. “Guidance” yang kata dasarnya “guide” memiliki beberapa arti: (a) menunjukkan jalan (showing the way), (b) memimpin (lead), (c) memberikan petunjuk (giving instruction) (d) mengatur (regulating), (e) mengarahkan ( governing).27 Jika istilah bimbingan dalam bahasa Indonesia diberi arti yang selaras dengan arti-arti yang disebutkan di atas, akan muncul dua pengertian yang mendasar, yaitu:

a. Memberikan informasi b. Mengarahkan

Menurut Drs. H.M. Alisuf Sabri, bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan dan pelayanan kepada siswa yang dilakukan secara kontinu agar siswa tersebut dapat memahami dirinya dengan tuntutan yang ada dilingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat.28

Bimbingan juga bisa diartikan sebagai proses pemberian bantuan yang terus menerus dari seorang pembimbing yang telah dipersiapkan kepada individu yang membutuhkanya dalam rangka mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya secara optimal dengan menggunakan berbagai macam media dan teknik bimbingan dalam suasana asuhan yang normatif

26 I. Djumhur, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, ( Bandung: CV ILMU, ), h. 2. 27 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi),

(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada , 2007), Cet. I, h. 16.


(27)

agar tercapai kemandirian sehingga individu dapat bermamfaat baik bagi diri sendiri dan lingkungannya. 29

Dengan demikian, dari uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, agar tercapai kemampuan untuk dapat memahami, mengarahkan, dan merealisasikan dirinya sesuai dengan kemampuan dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan, baik keluarga, sekolah maupun masyarakat. Dalam hal ini bantuan itu diberikan oleh orang-orang yang memiliki keahlian dan pengalaman khusus dalam bidang tersebut.

Istilah konseling berasal dari bahasa inggris “to counsel” yang secara etimologis berarti “to give advice.”30 Seperti halnya bimbingan, secara terminologis, konseling juga dikonsepsikan sangat beragam oleh para pakar bimbingan dan konseling. Rumusan tentang konseling yang dikonsepsikan secara beragam dalam berbagai literatur bimbingan dan konseling, memiliki makna yang satu sama lain ada kesamaannya. Kesamaan makna dalam konseling setidaknya dapat dilihat dari kata kunci mengenai konseling dalam tataran praktik, di mana konseling merupakan: a. Proses pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik antara

pembimbing dengan klien.

b. Dalam proses hubungan timbal balik tersebut terjadi dialog yang disebut dengan wawancara konseling. Kata kunci di atas terdapat dalam hampir semua rumusan tentang konseling.

American School Counselor Association (ASCA) mengemukakan bahwa konseling adalah “hubungan tatap muka yang bersifat rahasia, penuh dengan sikap penerimaan dan pemberian kesempatan dari konselor kepada klien, konselor mempergunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk membantu kliennya dalam mengatasi masalah-masalahnya.”31

29 Hallen, Bimbingan dan Konseling, (Ciputat press,2002), h 9 30 Hallen, Bimbingan dan konseling . . . Cet. III, h. 9.


(28)

Konseling merupakan salah satu teknik dalam pelayanan bimbingan, dimana proses pemberian bantuan itu berlangsung melalui wawancara dalam serangkaian pertemuan langsung dan tatap muka antara konselor dengan klien. Tujuannya agar klien itu mampu memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap dirinya, mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dan mampu mengarahkan dirinya untuk mengembangkan potensi yang dimiliki ke arah pengembangan yang optimal sehingga ia dapat mencapai kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial. Di sekolah, konseling merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam pelaksanaan bimbingan.

Berdasarkan makna bimbingan dan konseling di atas, dapat dirumuskan bahwa bimbingan konseling adalah proses pemberian bantuan atau pertolongan yang sistematis dari pembimbing (konselor) kepada klien, melalui pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik antara keduanya untuk mengungkap masalah klien, sehingga klien mampu melihat masalah sendiri, mampu menerima dirinya sendiri, sesuai dengan potensinya serta mampu memecahkan masalah yang dihadapinya.

Menurut Prof. H.M. Arifin, M.Ed sebagaimana dikutip dalam buku yang dikarang oleh Drs. Samsul Munir Amin, M.A., menjelaskan bahwasanya bimbingan dan penyuluhan agama adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dalam rangka memberikan bantuan kepada orang lain yang mengalami kesulitan-kesulitan rohaniah dalam lingkungan hidupnya agar orang tersebut mampu mengatasinya sendiri karena timbul kesadaran dan penyerahan diri terhadap kekuasaaan Tuhan Yang Maha Esa, sehingga timbul pada diri pribadinya suatu cahaya harapan kebahagiaan hidup masa sekarang dan masa depannya.32

Bimbingan dan konseling agama pada khususnya, serta bimbingan dan konseling secara umum, merupakan salah satu komponen dari keseluruhan kegiatan pendidikan di sekolah yang memiliki strategi dasar

32 Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam,(Jakarta: Amzah, 2010), Cet. I,


(29)

sebagai tempat berpijak bagi pelaksanaan bantuan (pelayanan) yang harus diberikan kepada siswa yang bersangkutan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bimbingan konseling agama adalah usaha pemberian bantuan kepada seseorang yang mengalami kesulitan, baik lahiriah maupun batiniah, yang menyangkut kehidupan sekarang dan yang akan datang. Bantuan tersebut berupa pertolongan di dalam mental spiritual, dengan maksud agar orang yang bersangkutan mampu mengatasi kesulitannya dengan kemampuan yang ada pada dirinya sendiri, melalui dorongan dari kekuatan iman dan taqwa kepada Allah Swt.

2. Fungsi Bimbingan Konseling Agama

Dalam kelangsungan perkembangan dan kehidupan manusia, berbagai layanan diciptakan dan diselenggarakan. Masing-masing pelayanan itu berguna dan memberikan manfaat untuk memperlancar dan memberikan dampak positif sebesar-besarnya terhadap kelangsungan perkembangan dan kehidupan itu, khususnya dalam bidang tertentu yang menjadi fokus yang dimaksud.

Oleh karena itu, pelayanan bimbingan dan konseling secara umum mengemban sejumlah fungsi. Fungsi bimbingan dan konseling ditinjau dari kegunaan atau mamfaat dapat dikelompokan menjadi beberapa fungsi, yaitu: Fungsi Pencegahan (preventif), Fungsi Pemahaman. Fungsi Pengentasan, Fungsi Pemeliharaan, Fungsi Penyaluran, Fungsi Penyesuaian, Fungsi Pengembangan, Fungsi Perbaikan (Kuratif) serta Fungsi Advokasi.33

a) Fungsi Pencegahan (preventif)

Layanan bimbingan dapat berfungsi pencegahan artinya merupakan usaha pencegahan terhadap timbulnya masalah 34. Dalam fungsi pencegahan ini, layanan yang diberikan berupa

33 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Madrasah dan Sekolah (Berbasis Integrasi).

2007. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, hlm 39

34 Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di


(30)

membantu siswa agar tidak terjadi kesalahan dalam memilih lanjutan pendidikan (sekolah, memilih jurusan, memilih program sekolah, memilih kegiatan ekstrakulikuler dan lain sebagainya). Pencegahan juga dilakukan agar tidak terjadi kesalahan dalam memilih pekerjaan (jabatan) dalam masyarakat. Dalam agama fungsi ini juga berguna untuk mencegah atau menangkal hal-hal negative misalnya ideology, paham dan aliran filsafat yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, kebiasaan buruk budaya asing dan moral yang tidak sesuai dengan al-Qur’an dan sunah.

b) Fungsi Pemahaman

Fungsi pemahaman yang dimaksud yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan keperluan pengembangan siswa. Pemahaman ini mencakup pemahaman tentang diri sendiri, pemahaman tentang lingkungan siswa, pemahaman tentang lingkungan yang lebih luas. Pemahaman tentang diri sendiri perlu dimiliki oleh individu. Oleh karena itu, seseorang harus mengenal dirinya sendiri. Setelah itu, ia akan memahami dirinya dan akan mengenal Tuhannya. Jika seseorang telah memahami dirinya dan mengenal Tuhannya maka secara otomatis ia bisa mengendalikan dirinya sendiri.

c) Fungsi Pengentasan

Upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan melalui pelayanan bimbingan konseling pada hakikatnya merupakan upaya pengentasan.

d) Fungsi Pemeliharaan

Menurut Prayitno dan Erman Amti (1999) fungsi pemeliharaan berarti memelihara segala sesuatu yang baik (positif) yang ada pada diri individu (siswa), baik hal itu merupakan pembawaan


(31)

maupun hasil-hasil pengembangan yang telah dicapai selama ini 35. Selanjutnya Prayitno dan Erman amti, menyatakan bahwa fungsi pemeliharan di sini bukan sekedar mempertahankan agar hal-hal yang telah disebutkan diatas tetap utuh, tidak rusak, dan tetap dalam keadaan semula, melainkan juga mengusahakan agar hal-hal tersebut bertambah lebih baik dan berkembang. Implementasi fungsi ini dalam bimbingan konseling dapat dilakukan melalui berbagai pengaturan, kegiatan dan program.

e) Fungsi Penyaluran

Yaitu membantu siswa dalam menyalurkan bakat, minat, kemampuan, aspirasi atau cita-cita. Penyaluran dapat diarahkan pada jenis lanjutan sekolah, pemilihan jurusan, kegiatan ekstrakulikuler, dan lapangan kerja yang sesuai dengan minat, bakat, cita-cita dan kepribadian.

f) Fungsi Penyesuaian

Yaitu fungsi bimbingan dalam membantu individu menemukan penyesuaian diri dan perkembangannya secara optimal36. Penyesuaian disini meliputi penyesuaian dengan orang lain dengan dirinya sendiri, dengan program studi atau jurusan, dengan lanjutan sekolah, dengan kondisi dan situasi dimana siswa berada dan penyesuaian dengan jabatan, pekerjaan dan profesinya, apabila ia telah memperoleh pekerjaan.

g) Fungsi Pengembangan

Melalui fungsi ini, pelayanan bimbingan dan konseling diberikan kepada siswa dalam mengembangkan keseluruhan potensinya secara terarah. Dengan perkataan lain, pelayanan bimbingan konseling membantu agar para siswa berkembang sesuai dengan potensinya masing-masing.

35 Tohirin, M.Pd. Bimbingan dan Konseling di Madrasah dan Sekolah (Berbasis

Integrasi). 2007. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, hlm 46

36 Ahmad Juntika Nurihsan, M.Pd. Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar


(32)

h) Fungsi Perbaikan (Kuratif)

Yaitu membantu siswa dalam memperbaiki kesalahan, kekurangan, kelemahan dalam berbicara, bersikap dan bertindak, baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain. Termasuk perbaikan dalam cara berfikir, cara merasa, cara merespon sesuatu yang berkaitan dengan pelajaran, pekerjaan, musibah atau kasus yang menimpa atau dialami siswa. Dalam bidang agama adalah membantu siswa dalam memperbaiki kesalahan dalam memahami, meyakini dan mengamalkan ajaran agamanya (Islam).

i) Fungsi Advokasi.

Layanan bimbingan konseling melalui fungsi ini adalah membantu peserta didik memperoleh pembelaan atas hak dan atau kepentinganya yang kurang mendapat perhatian.

Di atas telah dijabarkan fungsi bimbingan konseling secara umum, dalam Agama Islam, fokus bimbingan dan konseling agama Islam tidak hanya memberikan perbaikan dan penyembuhan pada tahap mental saja tetapi juga secara spiritual, kejiwaan dan emosional. Agama Islam memberikan bimbingan kepada individu agar dapat kembali pada bimbingan Al-Qur’an dan sunah. Seperti terhadap individu yang memiliki sikap selalu berprasangka buruk kepada Tuhannya dan menganggap bahwa Tuhannya tidak adil, sehingga ia merasa susah dan menderita dalam kehidupannya dan ia cenderung menjadi pemarah dan akhirnya merugikan dirinya sendiri dan lingkungannya. Bukanlah perkara yang mudah untuk menyembuhkan perkara individu yang telah memiliki pemikiran seperti itu, di sinilah fungsi bimbingan dan konseling memberikan bimbingan kepada penyembuhan terhadap gangguan mental berupa sikap dan cara berpikir yang salah dalam menghadapi problem hidupnya. Jika individu sudah dapat memahami problem dalam hidup, dapat membedakan mana yang hak dan batil, mana yang baik dan buruk untuk dirinya dan orang lain, barulah dikembangkan ke arah pengembangan dan pendidikan bagi mereka dengan menanamkan


(33)

nilai-nilai dan wahyu sebagai pedoman hidup dan kehidupan yang hidup, maka individu akan memperoleh wacana-wacana ilahiah tentang bagaimana mengatasi berbagai masalah, kecemasan dan kegelisahan serta melakukan hubungan komunikasi yang baik dan indah.

Selain itu, individu akan mempunyai kemampuan al-Hikmah, yaitu metode atau cara menghayati rahasia di balik berbagai peristiwa dalam kehidupan secara nurani, empirik dan transedental.37 Dengan kemampuan dan pemahaman yang matang terhadap Al-Qur’an dan Al-Hikmah, maka secara otomatis individu akan terhindar dan tercegah dari hal-hal yang dapat merusak dan menghancurkan eksistensi dan esensi dirinya, baik kehidupan di dunia dan di akhirat. Itulah fungsi khas bimbingan dan konseling dalam Islam, ia tidak hanya memberikan bantuan atau mengadakan perbaikan, peyembuhan, pencegahan demi keharmonisan hidup dan kehidupan dalam kehidupan lahiriah maupun batiniah, tidak hanya kehidupan duniawi tetapi juga ukhrawi. Karena dalam Islam setiap aktivitas kehidupan baik yang berhubungan dengan akal pikiran, perasaan (emosional), dan perilaku harus dipertanggungjawabkan oleh setiap individu dihadapan Tuhan.

Adapun jika kegiatan bimbingan dan konseling itu dikaitkan dengan kehidupan keagamaan anak bimbing, maka tugas guidance conselor dalam hal ini guru agama Islam khususnya tidak akan pernah diketahui kapan berakhir, karena bimbingan konseling keagamaan akan selalu dibutuhkan dalam kehidupan masyarakat khususnya lingkungan sekolah.

Dengan demikian, maka bimbingan dan konseling agama Islam sebenarnya sangat berhubungan dengan usaha penciptaan suasana/iklim kegiatan kependidikan di lingkungan sekolah, yang bersifat mengarahkan bagi terwujudnya kelancaran proses belajar mengajar yang dilandasi oleh semangat atau perasaan pengabdian kepada Allah, masyarakat, nusa dan bangsa.

37 Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: Amzah, 2010) Cet. I,


(34)

3. Tujuan Bimbingan Konseling Agama

Sejalan dengan perkembanganya konsepsi bimbingan dan konseling, maka tujuan bimbingan dan konseling pun mengalami perubahan, dari yang sederhana sampai yang lebih komprehensif. Adapun perkembangan tujuan itu diantaranya: menurut Hamrin dan Clifford, bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu individu membuat pilihan- pilihan, penyesuaian-penyesuaian dan interpretasi-interpretasi dalam hubungannya dengan situasi-situasi tertentu. 38

Sedangkan menurut Drs. Paimun tujuan bimbingan dan konseling di sekolah dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu: tujuan umum, tujuan khusus dan tujuan akhir.

a. Tujuan umum, bimbingan dan konseling mempunyai tujuan yang sama dengan tujuan pendidikan yaitu tercapainya perkembangan kepribadian yang optimal dan harmonis diantara unsur-unsur yang meliputi fisik, mental, emosional, social, dan moral, bahkan spiritual (religius). Apabila kepribadian telah berkembang secara optimal dan harmonis maka peserta didik dapat dikatakan telah dewasa. Tujuan pendidikan adalah kedewasaan.

b. Tujuan khusus, bimbingan konseling bertujuan membantu siswa dalam menentukan pilihan-pilihannya yang tepat, sebab kesalahan dalam menentukan pilihan dapat menimbulkan masalah baru mungkin lebih buruk. Bimbingan dan konseling juga bertujuan membantu siswa dalam mencari jalan keluar atau memecahkan masalah-masalah yang dihadapi atau yang dialami siswa dalam kehidupan terutama kehidupan sekolah, baik yang menyangkut dalam masalah belajar, masalah sosial, maupun masalah pribadi. Hal penting yang diperlukan dalam kehidupan adalah penyesuaian diri. Bimbingan dan konseling berusaha memberikan pelayanan kepada siswa agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik lingkungan alam, lingkungan social, maupun lingkungan selfnya, yaitu diri sendiri.

c. Adapun tujuan akhir dari bimbingan konseling adalah agar siswa yang dibimbing dapat membimbing dirinya sendiri (self guidance). Individu dipandang telah mampu membimbing dirinya sendiri apabila telah mampu memahami diri (self understending) dan menerima dirinya (self acceptance) dengan segala kelebihan dan kekurangannya, dapat mengarahkan diri (self direction) kepada tujuan mulia yang bermamfaat bagi kehidupannya dan dicapainya

38 Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan Konseling, (Jakarta : PT Rineka


(35)

dengan mengaktualisasikan potensi-potensi dirinya (self actualization, self realization) dengan cara yang terpuji tanpa ada pihak-pihak yang merasa dirugikan. 39

Secara jelas tujuan bimbingan dan konseling sudah bisa diketahui dalam rumusan atau pengertian itu sendiri. Individu atau siswa yang dibimbing merupakan individu yang sedang dalam proses perkembangan.

Oleh sebab itu, merujuk pada perkembangan individu yang dibimbing, maka tujuan bimbingan konseling adalah agar tercapai perkembangan yang optimal pada individu yang dibimbing. Dengan perkataan lain, agar individu atau siswa dapat mengembangkan dirinya secara optimal sesuai dengan potensi atau kapasitasnya dan agar individu dapat berkembang sesuai dengan norma-norma yang berlaku.

Menurut Prof. H.M. Arifin, M.Ed., tujuan bimbingan agama adalah sebagai berikut: “Bimbingan dan penyuluhan agama dimaksudkan untuk membantu si terbimbing supaya memiliki religius reference (sumber pegangan keagamaan) dalam memecahkan problem. Bimbingan dan penyuluhan agama yang ditujukan kepada membantu si terbimbing agar dengan kesadaran serta kemampuannya bersedia mengamalkan ajaran agamanya”.40

Dalam Islam, sosok individu yang ingin dicapai adalah individu yang “kaffah” atau “insan kamil.” Individu yang kaffah merupakan sosok individu atau pribadi yang sehat baik rohani maupun jasmani. Dengan perkataan lain, sehat fisik dan psikisnya pribadi yang kaffah atau insan kamil juga merupakan sosok individu yang mampu mewujudkan potensi iman, ilmu dan amal serta zikir sesuai kemampuannya dalam kehidupan sehari-hari.41

39

Paimun, Sari Perkuliahan Bimbingan dan Konseling, Jakarata UIN Syarif Hidayatullah. 2005. Hlm 15-16

40 Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, Jakarta: Amzah, 2010, h. 39 41 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi),


(36)

4. Jenis-jenis Pelayanan Bimbingan Konseling Agama

Pelayanan bimbingan dan konseling ditujukan untuk membantu klien atau anak bimbing untuk mengatasi problematikanya dalam berbagai bidang yang dihadapinya. Adapun jenis-jenis pelayanan bimbingan dan konseling yaitu: a)layanan orientasi; b)layanan informasi; c)layanan penempatan dan penyaluran; d)layanan penguasaan konten; e)layanan konseling perorangan; f)layanan bimbingan kelompok; g)layanan konseling kelompok; h)layanan konsultasi; i)layanan meditasi. 42

a) Layanan Orientasi

Layanan orientasi yaitu layanan yang membantu peserta didik

memahami lingkungan baru, terutama lingkungan

sekolah/madrasah dan objek-objek yang dipelajari, untuk menyesuaikan diri serta mempermudah dn memperlancar peran peserta didik di lingkungan yang baru. 43 Situasi atau lingkungan yang baru bagi individu merupakan sesuatu yang asing, dalam kondisi keterasingan, maka individu akan mengalami kesulitan untuk bersosialisasi. Ketidakmampuan bersosialisasi juga menimbulkan perilaku mal adaptif (perilaku menyimpang) bagi individu. Hasil yang diharapkan dari layanan orientasi adalah mempermudah penyesuaian diri siswa terhadap kehidupan sosial, kegiatan belajar dan kegiatan lainnya yang mendukung keberhasilan siswa.

b) Layanan Informasi

Menurut Winkel (1991) layanan informasi merupakan suatu layanan yang berupaya memenuhi kekurangan individu akan informasi yang mereka perlukan. Layanan informasi juga bisa bermakna usaha-usaha untuk membekali siswa dengan pengetahuan serta pemahaman tentang lingkungan hidupnya dan

42 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi),

(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008), h. 141-206


(37)

tentang proses perkembangan anak muda.44 Ada tiga alasan mengapa layanan informasi perlu diselenggarakan. Pertama, membekali individu dengan berbagai pengetahuan tentang lingkungan yang diperlukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi berkenaan dengan lingkungan sekitar, pendidikan, jabatan, maupun sosial-budaya. Dalam hal ini, layanan informasi berusaha merangsang individu untuk dapat secara kritis mempelajari berbagai informasi berkaitan dengan hajat hidup dan perkembangannya. Kedua, memungkinkan individu dapat menentukan arah hidupnya. Syarat dasar mengetahui arah hidup adalah apabila ia mengetahui apa (informasi) yang harus dilakukan serta bagaimana bertindak secara kreatif dan dinamis berdasarkan informasi-informasi yang didapatkannya. Ketiga, setiap individu adalah unik. Keunikan itu akan membawa pola-pola pengambilan keputusan dan bertindak yang berbeda-beda disesuaikan dengan aspek-aspek kepribadian masing-masing individu.45 Dengan alasan-alasan yang ada, jelaslah bahwasanya layanan informasi sangat dibutuhkan oleh peserta didik di sekolah. Dalam hubungan ini pembimbing agama (guru agama Islam) perlu menunjukan bahwasanya Tuhan memberikan dorongan kuat kepada hamba-Nya untuk menjadi orang yang berderajat tinggi yang disertai dengan keimanan yang tangguh kepada Tuhan. Selain itu, dalam layanan ini, guru agama Islam juga sebaiknya memberi pengarahan tata cara pergaulan yang baik sesuai dengan norma ajaran Islam. c) Layanan Penempatan dan Penyaluran

Layanan penempatan dan penyaluran yaitu layanan yang membantu peserta didik memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan/program

44 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah... h. 147 45 Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling , (Jakarta: Rineka


(38)

studi, program latihan, magang, dan kegiatan ektrakulikuler.46 Berbagai hal yang menyebabkan potensi, bakat dan minat yang tidak tersalurkan secara tepat akan mengakibatkan siswa yang bersangkutan tidak dapat berkembang secara optimal. Maka, melalui layanan penempatan dan penyaluran ini memberi kemungkinan kepada siswa berada pada posisi dan pilihan yang tepat, yaitu berkenaan dengan penjurusan, kelompok belajar, pilihan pekerjaan atau karier, kegiatan ekstra kulikuler, program latihan dan pendidikan yang sesuai dengan fisik dan psikisnya. Dalam hal pelayanan ini, guru agama Islam dapat membantu mengarahkan siswa untuk mengikuti kegiatan-kegiatan sekolah sesuai dengan bakat dan minatnya seperti marawis, tim nasyid, basket, voly, pencinta alam, mading, silat, karya ilmiah remaja, pramuka, paskibra, PMR, dan lain sebagainya.

d) Layanan Penguasaan Konten

Menurut Prayitno (2004), layanan penguasaan konten merupakan suatu layanan bantuan kepada individu (siswa) baik sendiri maupun dalam kelompok untuk menguasai kemampuan atau kompetensi tertentu melalui kegiatan belajar.47 Jadi penguasaan konten merupakan layanan yang membantu peserta didik menguasai konten tertentu, terutama kompetensi dan atau kebiasaan yang berguna dalam kehidupan di sekolah, keluarga, dan masyarakat. Tujuan layanan konten secara implisit yaitu agar siswa menguasai aspek-aspek konten (kemampuan atau kompetensi) tertentu secara terintegrasi. Dengan penguasaan konten (kemampuan atau kompetensi) oleh siswa, akan berguna untuk menambah wawasan dan pemahaman, mengarahkan penilaian dan sikap, menguasai cara-cara tertentu, dalam rangka memenuhi kebutuhan dan mengatasi masalah-masalahnya. Pemberian

46 Paimun, Sari Perkuliahan Telaah Kurikulum, h. 189

47 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi),


(39)

pengalaman-pengalaman yang menantang bagi siswa juga dapat dilakukan oleh guru agama Islam seperti memberi tugas hafalan Al-Qur’an, memberi tugas kelompok, tugas individu seperti mencatat hasil kegiatan keagamaan, memberi kesempatan siswa menjadi imam pada sholat berjamaah, dan lain sebagainya. Selain itu, dalam hal yang berhubungan dengan keagamaan maka sikap atau nilai-nilai sesuai dengan agama Islam perlu di tanamkan agar menjadi pengontrol segala aktivitas hidupnya dalam masyarakat. e) Layanan Konseling Perorangan

Layanan konseling perorangan yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) mendapat layanan langsung tatap muka (secara perseorangan) dengan guru pembimbing dalam rangka pembahasan dan pengentasan pribadi yang dideritanya.48 Tujuan layanan konseling perseorangan adalah klien memahami kondisi dirinya sendiri, lingkungannya, permasalahan yang dialaminya, kekuatan dan kelemahan dirinya sehingga klien mampu mengatasinya. Dengan perkataan lain, konseling perorangan bertujuan untuk mengentaskan masalah yang dialami klien. Melalui pelayanan ini pula, guru agama Islam dapat berperan membantu siswa/i untuk mengatasi masalah pribadinya atau untuk membantu memahami dan mengenali dirinya.

f) Layanan Bimbingan Kelompok

Layanan bimbingan kelompok yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh berbagai bahan dari narasumber tertentu (terutama guru pembimbing) dan atau membahas bersama-sama pokok bahasan (topik) tertentu yang berguna menunjang pemahaman dan kehidupan sehari-hari dan atau untuk perkembangan dirinya baik sebagai individu maupun sebagai pelajar dan untuk mempertimbangkan dalam pengambilan


(40)

keputusan dan atau tindakan tertentu.49 Tujuan layanan bimbingan kelompok untuk pengembangan kemampuan bersosialisasi, khususnya kemampuan berkomunikasi peserta layanan (siswa). Hal-hal yang dapat dilakukan oleh guru agama Islam adalah memberikan nasehat-nasehat kepada siswa agar dapat mengembangkan dirinya menjadi pribadi yang baik dan bermamfaat.

g) Layanan Konseling Kelompok

Layanan konseling kelompok yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik atau klien memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok; masalah yang dibahas itu adalah masalah pribadi yang dialami masing-masing anggota kelompok. 50 tujuan konseling kelompok, meliputi 1)melatih anggota kelompok agar berani berbicara dengan orang banyak 2)melatih anggota kelompok dapat bertenggang rasa terhadap teman sebayanya 3)dapat mengembangkan bakat dan minat masing-masing anggota kelompok 4)mengentaskan permasalahan-permasalahan kelompok. h) Layanan Konsultasi

Layanan konsultasi yaitu layanan yang membantu peserta didik dan atau pihak lain dalam memperoleh wawasan, pemahaman dan cara-cara yang perlu dilaksanakan dalam menangani kondisi dan atau masalah peserta didik.51

i) Layanan Mediasi.

Menurut Prayitno layanan mediasi merupakan layanan konseling yang dilaksanakan konselor terhadap dua pihak atau lebih yang sedang dalam keadaan saling tidak menemukan kecocokan. Berdasarkan makna ini, layanan mediasi juga berarti layanan atau

49 Hallen, Bimbingan dan konseling, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), Cet I, h.86 50 Hallen, Bimbingan dan konseling...Cet I, h.88


(41)

bantuan terhadap dua pihak atau lebih yang sedang dalam kondisi bermusuhan.52 Jadi, layanan mediasi yaitu layanan yang membantu peserta didik menyelesaikan permasalahan dan memperbaiki hubungan antarmereka.

Ada berbagai jenis layanan yang diberikan oleh konselor dalam proses bimbangan konseling yang bisa dimamfaatkan oleh peserta didik untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang dialaminya. Sedangkan religius guidance (bimbingan keagamaan) yaitu bimbingan dalam rangka membantu pemecahan problem seseorang dalam kaitannya dengan masalah-masalah keagamaan, melalui keimanan menurut agamanya. Menurut Prof. H.M. Arifin, M.Ed., secara umum dapat disimpulkan bahwa sebenarnya hanya ada tiga kategori pelayanan dalam bimbingan konseling tersebut, yaitu sebagai berikut:53

a. Pelayanan yang membantu siswa agar lebih memahami tentang dirinya sendiri, terhadap kemungkinan perkembangannya; agar dapat dengan mudah mengungkapkan perasaan tertekan dan harapan ke alam bawah sadarnya; serta melihat hal tersebut tanpa distorsi.

b. Pelayanan yang membantu kepada pertumbuhan atau perkembangan hidup sosial dan keterampilannya ke arah sikap dan perasaan senang hidup bermasyarakat (berkelompok). Dalam hubungan ini, organisasi siwa akan dapat membantu sosialitas, individualitas, perkembangan moralitas, dan sebagainya. Dengan bimbingan melalui apa yang disebut group guidance (bimbingan kelompok), pertemuan-pertemuan orientasi bagi siswa baru, club-club agama, pertemuan-pertemuan di asrama-asrama, student centre, olahraga serta karyawisata, dan sebagainya, juga sangat membantu kepada pengembangan rasa sosial mereka. c. Pelayanan terhadap kebutuhan siswa di bidang kesehatan mental dan

fisik, keuangan dalam bentuk koperasi pinjam meminjam, beasiswa, student employment service (bagian urusan penempatan kerja) adalah penting artinya bagi perkembangan studi mereka lebih lanjut.

5. Peran Bimbingan Konseling Agama Islam dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja

Layanan bimbingan dan konseling pada umumnya merupakan bagian yang integral dari keseluruhan proses pendidikan di sekolah. Oleh karena

52 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi),

(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008), h. 195


(42)

itu, pelaksanaan layanan ini menjadi tanggung jawab bersama antara seluruh personil sekolah, yaitu: kepala sekolah, guru-guru khususnya guru agama Islam, wali kelas dan petugas lainnya. Semua personil sekolah terkait dalam pelaksanaan program bimbingan, karena bimbingan merupakan salah satu unsur pendidikan dari sistem pendidikan.

Kegiatan bimbingan mencakup berbagai aspek yang satu sama lain saling berkaitan, sehingga rasanya tidak memungkinkan jika pelayanan itu hanya dilakukan dan menjadi tanggung jawab konselor saja. Pasalnya, masalah-masalah peserta didik dewasa ini cukup kompleks, sehingga membutuhkan penanganan serta penanggulangan yang cukup serius.

Salah satu masalah siswa di sekolah yang harus ditanggulangi dewasa ini adalah kenakalan remaja. Karena hal ini akan menimbulkan dampak yang negatif terhadap perkembangan remaja itu sendiri. Pengaruh kenakalan ini juga tidak hanya berimplikasi kepada pribadi remaja, akan tetapi dapat dirasakan oleh seluruh komponen masyarakat.

Oleh sebab itu, orang tua merupakan pendidik dan pengayom di rumah. Jika orang tua tidak membekali anak-anaknya dengan pendidikan khususnya pendidikan agama, maka remaja akan mudah terpengaruh oleh lingkungannya yang negatif, sehingga akhirnya anak itu menjadi nakal.

Sebagai pemegang amanat orang tua dan sebagai salah satu pelaksana pendidikan Islam, guru agama Iskam tidak hanya bertugas memberikan tugas ilmiah, melainkan merupakan kelanjutan tugas orang tua, yang juga merupakan tugas pendidik muslim pada umumnya, yaitu memberikan pendidikan yang berwawasan manusia seutuhnya.

Hal itu dapat diwujudkan dengan cara menjadikan manusia itu sebagai manusia, mempertahankan sifat kemanusiaanya, serta memelihara fitrahnya yang telah diberikan Allah Swt.

Guru agama Islam disamping melaksanakan tugas pengajaran, yaitu memberikan pengetahuan keagamaan, ia juga melaksanakan tugas pendidikan dan pembinaan bagi peserta didik serta membantu dalam pembentukan kepribadian dengan mengembangkan keimanan dan


(43)

ketakwaan para peserta didik. Maka secara langsung ia adalah seorang pembimbing atau konselor hidup keberagamaan anak didik.

Dengan demikian, dapat kita ketahui bahwa kegiatan yang dilakukan oleh guru agama Islam sekaligus konselor agama sangatlah berat dan tidak pernah berakhir. Karena hidup di zaman modern tidak terlepas dari berbagai macam gangguan, hambatan dan tantangan mental-spiritual yang memerlukan pertolongan dari orang lain yang dipandang lebih mengetahui, seperti konselor agama.

Maka dari itu konselor agama harus berperan aktif dalam berbagai situasi dan kondisi untuk membantu klien dalam memecahkan masalahnya, khususnya masalah yang berhubungan dengan masalah agama.

Kegiatan guru agama Islam yang meliputi pendidikan dan bimbingan keagamaan itu dilakukan dalam bentuk sebuah layanan yang disebut sebagai pelayanan bimbingan dan konseling agama, oleh karena itu ia disebut sebagai konselor agama.

Pada prinsipnya pelayanan bimbingan dan konseling secara umum maupun agama diselenggarakan terhadap sasaran layanan tertentu, baik individual maupun kelompok. Oleh sebab itu, bimbingan konseling pada prinsipnya pun mempunyai orientasi tertentu. Dalam hal ini, yang akan penulis tekankan adalah orientasi terhadap permasalahan siswa di dalam maupun luar lingkungan sekolah, di antaranya yaitu untuk menanggulangi masalah kenakalan remaja. Jelas, nilai-nilai religiusitas menjadi factor yang dominan dalam upaya pencegahan terjadinya kenakalan remaja dalam suatu lingkungan masyarakat. Berikut ini akan dikemukakan pendapat para ahli tentang pengaruh agama Islam terhadap kesehatan mental yang nantinya mempengaruhi perilaku seseorang nakal atau tidak.

1. William James (seorang filsuf dan ahli psikologi Amerika berpendapat bahwa keimanan kepada Tuhan merupakan salah satu kekuatan yang harus dipenuhi untuk menopang seseorang dalam hidup ini.)

2. Zakiah Daradjat (psikolog muslimah Indonesia) mengemukakan, “apabila manusia ingin terhindar dari kegelisahan, kecemasan, dan


(44)

ketegangan jiwa serta ingin hidup teneng, tentram, bahagia, dan dapat membahagiakan orang lain maka hendaklah manusia percaya kepada Tuhan dan hidup mengamalkan ajaran agama. Agama bukanlah dogma, tetapi agama adalah kebutuhan jiwa yang perlu dipenuhi.”54

Orang yang taat beragama akan menjadi sehat mentalnya, yang pada gilirannya akan membentuk perilaku yang bermoral dan kehidupannya tidak menyimpang dari aturan yang ada di lingkungan sosialnya.hal ini menunjukan bahwasanya bimbingnan konseling Islam yang dilakukan oleh guru agama Islam mempengaruhi sikap moral seseorang menyimpang atau tidak. 55

54 Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, Jakarta: AMZAH, h.385 55 Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling ……… h.385


(45)

39

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.

Variabel Penelitian

Variabel adalah sesuatu yang dapat berubah atau jumlah yang mungkin memiliki nilai yang bermacam-macam. Dalam penelitian variabel diartikan sebagai perubahan perilaku yang bisa diukur.1 Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu independent variabel (variabel bebas) dan dependent variabel (variabel terikat). Variabel independent yakni variabel bebas yang sedang dianalisis hubungannya aatau pengaruhnya terhadap variabel terikat. Variabel independent biasa disimbolkan dengan variabel (X). Sedangkan dependent variabel (variabel terikat) adalah variabel yang diramalkan. Dalam penelitian variabel dependent disebut sebagai variabel yang sedang dianalisis tingkat keterpengaruhnya oleh variabel independentnya, variabel terikat biasa disimbolkan dengan Y.

Adapun yang menjadi independent variabel (variabel bebas) adalah pelaksanaan bimbingan dan konseling agama Islam. Bimbingan konseling agama Islam adalah bimbingan yang dilakukan oleh guru agama Islam baik di dalam pelajaran ataupun bimbingan di luar jam mengajar atau pelajaran. Bimbingan dan konseling agama Islam ini adalah pelayanan bantuan kepada siswa/i SMA Negeri 3 Tangerang Selatan baik secara perorangan ataupun individu agar mampu menjadi pribadi yang mandiri dan berkembang secara

1 Nuraida. Diktat Metodologi Penelitian (Silabus Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan),


(1)

PEDOMAN WAWANCARA

Guru Bimbingan Konseling

SMA NEGERI 3 TANGERANG SELATAN

Hal : Peran Bimbingan Konseling Agama Islam dalam Mengatasi Kenakalan Remaja di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan

Interview : Tempat : Tanggal : Waktu :

1. Sejak kapan Bapak/Ibu bertugas sebagai guru BK di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan?

2. Dalam bentuk apa bimbingan konseling agama yang Bapak/Ibu berikan?

3. Dalam Proses pembimbingan dan konseling Agama pada siswa, masalah apa saja yang di hadapi siswa?

4. Bagaimanakah metode pendekatan yang dilaksanakan dalam hal tersebut? 5. Pelayanan bimbingan dan konseling Agama Islam apa saja yang telah di berikan di

SMA Negeri 3 Tangerang Selatan?

6. Pelayanan bimbingan dan konseling Agama Islam apa saja yang telah di berikan oleh guru BK dalam rangka mengatasi kenakalan siswa?

7. Faktor apa saja yang menjadi hambatan dalam membimbing keagamaan siswa? 8. Jenis-jenis kenakalan apa saja yang di lakukan di Sekolah ini?

9. Apakah pelayanan bimbingan konseling agama Islam di sekolah ini berpengaruh besar terhadap usaha mengatasi kenakalan siswa?

Interviewer

Fuji Astuti 106011000095

Mengetahui

Guru BK SMA Negeri 3 Tangsel

Dra. SRI HARYATMI 19560129 198603 2 002


(2)

LEMBAR UJI REFERENSI

Nama : Fuji Astuti NIM : 106011000095

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Judul : “Peran Bimbingan Konseling Agama Islam dalam Mengatasi Kenakalan Remaja di SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan”

No Referensi Paraf

1.

Aat Syafaat, dkk, Peranan Pendidikan Agama Islam dalam

Mencegah Kenakalan Remaja (Juvenile Deliquency), Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada, 2008.

2. Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor: Ghalia Indonesia, 2004.

3. Agoes Soejanto. Bimbingan Kearah Belajar Yang Sukses. Jakarta: Aksara Baru, 1990

4. Ahmad Juntika Nurihsan, Bimbingan dan Konseling dalam Latar

Berbagai Kehidupan, Bandung: PT Refika Aditama, 2006.

5. Akyas Azhari, Psikologi Umum dan Perkembangan, Jakarta: Teraju, 2004.

6. Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008.

7. Arikunto Suharsimi, Manajemen Penelitian, Edisi Revisi, Jakarta: Rineka Cipta, 2005.

8. Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: CV Dipenogoro, 2000.

9. Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Progaram Bimbingan

Dan Penyuluhan Belajar di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta, 2008.


(3)

Alternatif Penanggulangannya, Jakarta: Kalam Mulia, 1999.

11. H.M. Arifin., Pedoman Pelaksanaan dan Penyuluhan Agama, Jakarta: PT Terayon Press, 1994.

12. Hallen, Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Ciputat Pers, 2002.

13. Hendrianti Agustina, Psikologi Perkembangan: Pendekatan Ekologi

Kaitannya dengan Konsep Diri. Bandung: PT Refika Aditama, 2006.

14. I Djumhur, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Bandung: CV ILMU.

15. Jamaluddin Mahfuzh, Psikologi Anak dan Remaja Muslim, Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 2001.

16. M Alisuf Sabri Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan , Jakarta: IAIN, 1992.

17. M Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005.

18. Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007

19. Nuraida, Diktat Metodologi Penelitian (Silabus Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan), Jakarta: Aulia Publishing House, 2008.

20. Paimun, Sari Perkuliahan Bimbingan dan Konseling, Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah, 2005.

21. Prayitno, Dasar-Dasar Bimbingan Konseling, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004.

22. Sahilun A Nasir, Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan

Problema Remaja, Jakarta: Kalam Mulia, 1999.

23. Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, Jakarta: Amzah, 2010

24. Sarlito Wirawan, Psikologi Remaja, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1994.

25. Sudarsono, Kenakalan Remaja, Jakarta: Rineka Cipta, 2004.


(4)

Islam sebagai Alternatif, Bogor: CV Bintang Tsurayya, 1995.

27. Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan

Konseling, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006.

28. Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah

(Berbasis Integrasi), Jakarta: PT Raja Grafindo Persada , 2007.

29. Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 2003.

30. Zakiah Daradjat, Pembinaan Remaja, Jakarta: Bulan Bintang, 1976.

31. Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, Jakarta: CV Haji Masagung, 1994.

32. Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996

33. Zakiah Daradjat. Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, (Jakarta: PT Toko Gunung Agung, 2001), Cet. XVI

Jakarta, Maret 2011

Mengetehui, Dosen Pembimbing

Drs. H. Paimun NIP. 150 012 567


(5)

PROPOSAL SKRIPSI

PERAN GURU AGAMA ISLAM DALAM PELAKSANAAN

BIMBINGAN DAN KONSELING AGAMA UNTUK

MENANGGULANGI KENAKALAAN REMAJA DI SMA NEGERI 3

TANGERANG SELATAN

Di susun Oleh:

FUJI ASTUTI

106011000095

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2010


(6)

Nomor : Istimewa Jakarta, 22 Oktober 2010 Lamp : 1 (satu) berkas

Hal : Pengajuan Proposal Skripsi

Kepada Yang Terhormat

Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Salam sejahtera kami sampaikan, semoga Bapak/Ibu senantiasa berada dalam lindungan Allah SWT, dan selalu sukses dalam menjalankan aktivitas sehari-hari, selanjutnya, saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Fuji Astuti NIM : 106011000095

Jurusan : Pendidikan Agama Islam Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Bermaksud mengajukan judul skripsi dengan judul :” Peran Guru Agama Islam dalam Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Agama untuk Menanggulangi Kenakalan Remaja di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan” sebagai bahan pertimbangan saya lampirkan

proposal skripsi, out line, daftar pustaka sementara.

Demikian surat ini saya ajukan, semoga Bapak/Ibu Dosen berkenan menerima judul skripsi ini. Atas perhatian dan bantuannya, saya ucapkan terima kasih.

Wassalam Wr.Wb

Mengetahui, Dosen Penasehat Akademik

Dr. Akhmad Shodiq, M.Ag NIP. 19710709 199803 1001

Pemohon

Fuji Astuti

NIM 106011000095 Dosen Seminar Proposal Skripsi

Dra. Hj. Djunaidatul Munawaroh, M.Ag NIP. 19580918 198701 2 001